Null
Null
KEPERAWATAN KELUARGA
Oleh:
NIM : 22221083
2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah
arteri.Keadaan tersebut mengakihatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan
darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.Hal ini dapat mengganggu aliran darah,
merusak pembuluh darah, bahkan menyebabkan penyakit generatif, hingga kematian
(Sari, 2017).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan Tekanan Darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikinya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besa resikonya
(Nurarif, 2015).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA 2017, (Sumber :AHA, 2017)
Kategori Tekanan
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Darah
Penyebab
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 129 <80
Hipertensi Stadium I 130 – 139 80 - 89
Hipertensi Stadium II ≥ 140 ≥ 90
Hipertensi urgency >180 >120
>180 + target > 120 + target
Hipertensi emergency
kerusakan organ kerusakan organ
Hipertensi
2
Menurut Sari (2017), mengklasifikasikan hipertensi menjadi:
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan peningkatan tekanandarah
tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90-95 % dari semua kasus hipertensi.
Meskipun hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya, namun beberapa faktor
yang berkontribusi meliputi: peningkatan aktivitas Symphathetic Nervous System
(SNS), produksi sodium-retaining hormones berlebihan dan vasokonstriksi,
peningkatan masukan natrium, berat badan berlebihan, diabetes melitus, dan
konsumsi alkohol berlebihan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan penyebab
yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi.Hipertensi sekunder diderita oleh 5-10
% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa. Ignatavicius, Workman, &
Winkelman (2016) menyatakan bahwa penyebab hipertensi sekunder meliputi
penyakit ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma, penyakit Chusing’s,
koartasio aorta (Penyempitan pada aorta), tumor otak, ensefalitis, kehamilan, dan obat
(estrogen misalnya, kontrasepsi oral ; glukokortikoid, mineralkortikoid,
simpatomimetik).
Menurut Dewi (2011), Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal
dan jantung namun disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan,
pola hidup yang tidak seimbang. keramaian, stress dan pekerjaan, kebiasaan
konsumsi tinggi lemak dan garam, aktifitas yang kurang. kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol dan kafein. Hipertensi ini biasa disebut dengan hipertensi
primer
2) Hipertensi yang discbabkan olch gangguan ginjal, endokrin dan kekakuan aorta,
kelainan hormonal, penggunaan obat- obatan, hipertensi ini biasa disebut dengan
hipertensi sekunder.
Menurut Hart dkk (2010), faktor-faktor penyebab hipertensi adalah kegemukan,
asupan garam yang tinggi, asupan kalium yang rendah, dan asupan alcohol yang
tinggi. Adapun penyebab munculnya penyakit ini bermacam-macam, antara lain
3
memikirkan hal yang berat atau adanya gangguan pada urat saraf. Penyakit ini
juga dapat memicu munculnya penyakit lain, misalnya rematik, kejang-kejang
otot, dan lumpuh (vertam). Penderita disarankan banyak istirahat, tidak berpikir
terlalu berat, serta mengurangi konsumsi garam.
Menurut Savitri (2017), penyebab tekanan darah tinggi yang dikutip dari your
blood pressure oleh American Medical Association (AMA):
a. Penyakit ginjal, pada kasus ini penyakit dapat disembuhkan dan tekanan darah
hampir selalu kembali normal. Kondisi yang mempengaruhi kelenjar adrenal,
dua kelenjar yang berukuran kecil namun sangat penting ini berlokasi diatas
masing-masing ginjal Penanganan kondisi biasanva dilakukan dengan
mengembalikan darah ke rentang normal.
b. Penyempitan aorta ditempat tertentu, kondisi ini adalah kelainan bawaan yang
disebabkan oleh penyempitan bagian aorta (arteri terbesar tubuh). Jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melewati bagian yang
menyempit. Kondisi ini dapat disembuhkan dan tekanan darah sering kali
kembali normal.
c. Kelainan dalam arteri lain, arteri yang biasanya mengalami kelainan adalah
arteri yang mensuplai darah ke ginjal (arteri renal). Kelainan-kelainan ini
sering kali bisa disembuhkan.
d. Gangguan system saraf, gangguan ini meliputi infeksi otak (ensefalitis) dan
tumor otak. Pada kondisi ini pengobatan juga ditujukan untuk menghilangkan
penyebabnya.
e. Faktor keturunan, AMA juga menjelaskan bahwa hipertensi dasar lebih umum
terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah
tinggi.
3. Patofisiologi
4
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan
primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler
dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap
sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan
dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah
menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang
juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
5
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkanpeningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
6
Pathway
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas
HIPERTENSI
Spasmus Sistemik
arteriole
Vasokontriksi
Vasokonstriksi
Resistensi Suplai O2otak Diplopia afterload
pembuluh.dar
pembuluh COP
ah
Kesadaran
darah otak Resiko
Koroner jantung
ginjal
Resiko injuri injuri Intoleransia
Blood flow ktivitas
Nyeri dada
Respon KAA
Vasokonstriksi
Gx. rasa CVA Rangsangan
ldosteron
nyaman
Gx. Retensi
Keseimbangan
Na
;nyeri
Oedema
cairan
7
4. Gejala Hipertensi
Hipertensi kadang disebut sebagai "Silent Killer" karena biasanya orang yang
menderita tidak mengetahui gejala sebelumnya dan gejalanya baru muncul setelah sistem
organ tertentu mengalami kerusakan pembuluh darah (Smeltzer, Bare, Hinkle, &
Cheever, 2010). Menurut Sari (2017), menyatakan bahwa gejala hipertensi yang umum
dijumpai yaitu pusing, mudah marah, telinga berdenging, mimisan (jarang), sukar tidur,
sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Adib
(2011) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tanpa gejala, tapi bisa menimbulkan
sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut jantung yang tidak teratur, dan berdengung di
telinga, sementara gejala hipertensi berat meliputi, kelelahan, mual, muntah,
kebingungan, kecemasan, nyeri dada, dan tremor otot.
Menurut Hart dkk, 2010 pada pasien hipertensi biasanya tidak memiliki gejala,
sebelum menyebabkan kerusakan organ, tekanan darah tinggi itu sendiri tidak
menimbulkan gejala apa pun. Pada kenyataannya, ada beberapa bukti bahwa orang
dengan tekanan darah tinggi yang tidak disertai faktor penyulit merasa lebih sehat, lebih
sigap, dan lebih berenergi ketimbang orang dengan tekanan darah yang rendah.
Adapun yang berisiko lebih tinggi terkena hipertensi, AHA (2016) menyatakan
bahwa orang yang berisiko lebih tinggi terkena hipertensi yaitu riwayat keluarga dengan
hipertensi, Afrika-Amerika, orang gemuk atau obesitas, orang-orang yang tidak
beraktivitas fisik, orang yang mengkonsumsi sodium (garam) terlalu banyak, orang yang
mengkonsumsi alkohol terlalu banyak, orang dengan diabetes, asam urat, atau penyakit
ginjal, wanita hamil, wanita yang mengkonsumsi pil KB (Keluarga Berencana), berat
badan berlebihan, memiliki hipertensi selama kehamilan, riwayat keluarga, dan memiliki
penyakit ginjal ringan.
8
menyebabkan nyeri dada (angina), gagal jantung Gantung tidak dapat memompa darah
dan oksigen ke organ lain), serangan jantung (terjadi ketika pasokan darah ke jantung
tersumbat dan menyebabkan kematian otot jantung karena oksigen yang tidak adekuat,
semakin lama aliran darah tersumbat, semakin besar kerusakan pada jantung), dan stroke
(terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan memblok arteri yang mengalirkan darah
dan oksigen ke otak).
Menurut AHA (2016) menyatakan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol atau
tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan jantung, stroke, gagal jantung, penyakit
ginjal atau gagal ginjal, kehilangan penglihatan, disfungsi seksual, angina, dan penyakit
arteri perifer (Peripheral Artery Disease/PAD).
Menurut Savitri (2017), tidak ada gejala yang merupakan tanda utama dalam
mengenali tekanan darah tinggi dan mengobatinya. Penyakit ini tidak memberi tanda
awal kedatangannya.Kerusakan yang ditimbulkan dari tekanan darah tinggi ini
berlangsung perlahan- lahan dan tidak terang-terangan, sehingga tetap merasa sehat.
Cara mengetahui adanya hipertensi jika dapat dideteksi sejak dini akan
meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke
dan gagal ginjal (Kemenkes, 2017). Satu-satunya cara untuk mendetcksi tekanan darah
tinggi adalah tekanan darah harus diukur oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional
lainnya (WHO, 2011).
9
B. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata), gerakan
fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
10
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
h. Pernafasan
11
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
12
C. ASUHAN KEPERAWATAN
13
B. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
a. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
b. Menurut Whall (1986)
Mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan
anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh
istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau
hukum, tapi yang berfungsi demikian macam sehingga mereka menganggap diri
mereka sebagai sebuah keluarga
c. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Tipe Keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
2) The dyad family, keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
4) The childless family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
14
5) The extended family (keluarga luas/besar), keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda), keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family, keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10) Blended family, keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family, keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati
15
5) Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau problem kesehatan mental
11) Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
c. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi Friedman, mengatakan
ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran
formal dan informal
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.
16
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak
dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah yang positif.
d. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga,
kelompok dan masyarakat.. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya,
disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.
e. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang
merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
17
keluarga, keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga
dengan cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.
Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi.maka akan timbul keretakan keluarga,
masalah anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam lingkungan sosial.
a. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung
(rumah).
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
18
f. Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
1) Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus
pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan
diintervensi.
2) Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang
terpisah.
3) Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam
keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi,
fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
4) Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari
pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar
belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi:
dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem
keluarga dengan lingkungan luar.
19
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,
Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
2) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
Membantu setiap kel utk saling memahami satu sama lain.
20
3) Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga, pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
4) Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan dan
kecelakaan dan lain-lain.
21
1) Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
2) Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
3) Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
1. Menyeimbangkan kebebasan dangan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
2. Menfokuskan hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang
tua dengan anak anak-anak
6. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
1. Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
2. Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa
berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
dari perkawianan anak-anaknya.
2) Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3) Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami maupun istri.
4) Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
22
2. Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
1. Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking, pemeriksaan
berkala.
2. Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman
sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
23
6. Peran Perawat Keluarga
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih
dan pengulangan
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.Kontak
pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan
dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan
dapat dipercaya
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal
24
g. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan,
dana sehat, dan lain-lain)
h. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan
atau wabah
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap semar dan lain-
lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
1. Data Umum
1) Nama kepala keluaga
2) Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Status sosial ekonomi
25
12) Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
3. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
5. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
26
7. Pemeriksaan Fisik
8. Harapan Keluarga
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Skoring :
X Bobot
Angka tertinggi
27
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
9. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi
kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang
telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga
dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga
atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
28
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil dan
pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk
menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat
dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah
ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan
perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,
wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk
mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan
menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada
keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam melakukan
evaluasi adalah:
a. Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang
perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan
tindakan keperawatan.
b. Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi, palpasi,
perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada
sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.
c. Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan
ditanggulangi.
d. Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana
tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga
diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
29
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S
PADA NY. W DENGAN HIPERTENSI DI DESA TALANG TENGAH
DARAT KECAMATAN LUBUK KELIAT KABUPATEN OGAAN ILIR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TANGGAL 24 S/D 03 JANUARI 2022
2. Komposisi Keluarga
Pendidi Imuni
No Nama JK Umur Hub. KK Pekerjaan Kesehatan
kan sasi
Suami /
1 Tn. S L 52 th. SMA Petani - Sehat
KK
2 Ny. W P 53 th. Istri SD Petani - Sakit
30
3. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
X : Meninggal
31
4. Tipe keluarga
Keluarga Tn. S adalah Keluarga dengan tipe nuclear family, dimana di dalam keluarga
tidak ada orang lain selain suami, istri, dan 2 anak kandung yang tinggal.
5. Suku
Keluarga Tn. S adalah suku sumatera selatan. Kebiasaan dalam keluarga apabila ada
yang sakit berobat ke klinik atau langsung membeli obat di apotik sesuai dengan resep
dokter (resep ditebus ulang apabila Ny. W sakit)
6. Agama
Keluarga Tn. S menganut Agama islam. Semua aktivitas yang dilakukan tidak boleh
bertentangan dengan ajaran Agama islam.
7. Satus social Ekonomi keluarga
Pendapatan / Pengeluaran /
NO. Nama Pekerjaan Keterangan
Bulan Bulan
32
II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini.
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja (12 - 20
tahun) yang tugasnya :
Memberi perhatian lebih
Bersama – sama mendiskusikan tentang sekolah
Memberi kebebasan dalam batas tanggung jawab
Komunikasi dua arah
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tidak ditemukan tahap perkembangan yang belum terpenuhi. Tn. S dan Ny. W sudah
melakukan tugasnya dengan baik dengan memberi perhatian lebih dan bersama –
sama mendiskusikan mengenai sekolah dengan kedua anaknya, serta memberi
kebebasan dalam batas tanggung jawab dan hal yang paling penting
mengkomunikasikanya dengan komunikasi dua arah.
3. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat orang ttua baik dari pihak suami / istri tidak mempunyai kebiasaan kawin
cerai, pemabuk, ataupun penjudi.
a. Luas Pekarangan : 12 x 8 m2
b. Type Rumah : Permanen
c. Atap Rumah : Genteng
d. Kepemilikian : Milik Saudara Kandunng Tn. S
e. Kamar mandi / WC : Ada satu kamar mandi gabung dengan WC
f. Kebersihan Lingkungan : Bersih dan Rapi
g. Ventilasi/jendela : Ada, tidak tertutup
h. Sirkulasi : Bagus, semua jendela terbuka
i. Sumber air minum : Sumur
j. Pencahayaan : Memakai lampu dan pencahayaan dari matahari
33
k. Kelembaban : tidak lembab, tidak jamuran
l. Gudang : tidak ada
m. Pembuangan Limbah : melalui selokan
n. Lantai : Keramik
o. Septic tank : ada, di pekarangan samping Bangunan WC
p. Pembuangan Sampah : Dibakar
Keterangan :
1 = Warung, 2 = Ruang Tamu, 3 = Kamar Mandi / WC, 4,5,6 = Kamar Tidur,
7 = Dapur, 8 = Tempat Suci, 9 = Tempat Jemuran (halaman)
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas
Keluarga Tn. SW bertetangga dengan pekerja swasta, tetangga ada yang beragama
islam . Di Daerah Keluarga Tn. SW tinggal merupakan daerah mayoritas penduduk
desa ketiau.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Semenjak menikah sampai sekarang Tn. S dan Ny. W pernah tinggal dengan orang tua,
lalu tinggal di rumah milik saudara Tn. S.
4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat.
Biasanya pada malam hari. Ny. W berkumpul dengan keluarganya, selalu meluangkan
waktu untuk berkumpul. Keluarga Ny. W dan anak-anaknya juga berinteraksi sangat
baik dengan masyarakat disekitar. Namun Tn. S jarang berinteraksi dengan masyarakat
sekitar rumah karena harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga jarang tinggal
dirumah.
5. System Pendukung Keluarga
34
Keluarga Tn. S mengatakan jika ada masalah mendiskusikannya dengan keluarga inti
dan keluarga besar dengan komunikasi terbuka satu sama lain.
Ny. S mengatakan jika ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau bidan desa.
Tn. SW mengatakan jika Ny. S sakit sampai di rawat inap atau mempunyai acara
dirumah saudara – saudaranya ikut membantu menyumbangkan dananya.
35
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Semua anggota Keluarga Tn. S saling menyanyangi satu sama lain. Tempat tinggal
saudara ada yang dekat dan ada yang jauh. Namun Jika ada kesusahan dalam keluarga
Tn. S, saudara – saudaranya sangat membantu
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn. S menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain. Mereka
membiasakan anak – anaknya mereka bermain dengan teman – temannya dan
menekankan juga anaknya untuk selalu belajar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Keyakinan, Nilai, dan Perilaku Kesehatan
Keluarga Tn. S mengatakan kesehatan adalah hal yang penting dimana lebi baik
mencegah dari pada mengobati. Tn. S mengatakan apabila ada keluarga yang sakit
setelah diobati dirumah tidak ada perubahan segera dibawa ke pelayanan kesehatan.
b. Definisi Keluarga tentang sehat dan sakit
Keluarga Tn. S mengatakan sehat adalah dapat melakukan aktivitas sehari – hari
tanpa gangguan. Tn. S mengatakan Istrinya sedang sakit hipertensi.
c. Status Kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan oleh keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan jarang sakit, hanya saja Istrinya (Ny. W) sering
mengalami pusing dan kelelahan
d. Praktik diit Keluarga
Ny. W mengatakan memiliki pantangan makan garam berlebihan dan minum kopi,
selain dirinya keluarganya makan sembarangan.
e. Kebiasaan tidur dan istirahat
Keluarga Tn. S biasanya tidur dari pukul 22.00 dan Bangun 06.00 Wib
f. Latihan dan rekreasi
Ny. W mengatakan jarang berekreasi dan berolah raga.
g. Kebiasaan Penggunaan obat – obatan dalam keluarga
36
Keluarga mengatakan tidak pernah menggunakan obat – obatan tapa resep dari
dokter
h. Perawatan diri
Keluarga Tn. S mengatakan mampu merawat dirinya sendiri.
i. Praktek Lingkungan
Keluarga Tn. S mengatakan tidak ada bahaya yang dirasakan baik dari tanah, air,
maupun udara. Keluarga Tn. S sering membersihkan kamar mandi, halaman rumah,
dapur, dan rumah
j. Pemeriksaan kesehatan secara teratur
Keluarga mengatakan jarang pergi ke puskesmas untuk mengontrol penyakit
hipertensi Ny. W. Keluarga Tn. S mengatakan lebih sering ke bidan desa untuk
untuk cek tekanan darah. Ny. W mengatakan biasanya memeriksakan tensinya
setiap 1 bulan sekali atau saat obat yang diberikan habis.
k. Kesehatan gigi
Keluarga mengatakan tidak pernah mengalami sakit gigi yang parah
l. Riwayat kesehataan keluarga
Ny. W mengatakan Almarhum Ibu Kandungnya memiliki penyakit yang sama
seperti dirinya, dan Almarhum Ayah kandungnya meninggal karena sakit jantung.
m. Pelayanan Perawatan kesehatan yang diterima
Keluarga Tn. S mengatakan pelayana yang diterima adalah pelayanan kesehatan
dari puskesmas.
n. Perasaan atau persepsi terhadap pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. S mengatakan pelayanan kesehatan gratis yang diberikan tidak begitu
memuaskan keluarga tapi cukup membantu.
o. Sumber pembiayaan pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. S mengatakan jika pergi ke pelayanan kesehatan pasien membayarnya
dengan uang tabungan keluarga.
p. Logistik untuk mendapatkan perawatan
Keluarga Tn. S mengatakan jarak dari rumah ke puskesmas sangat jauh dan
sehingga sering ke bidan untuk memeriksakan kesehatan. Jika ada keluarga sakit,
Keluarga saling mengantarkan.
37
VI. Lima Tugas Kesehatan Keluarga
1. Mengenal masalah kesehatan
Ny. W mengatakan sering pusing, kaku pada lehernya, dan terlihat lemas. Ny. W
mengatakan pusingnya disebabkan karena tensinya tinggi, dan Ny. W mengetahui
kalau ia terkena tekanan darah tinggi karena pernah diinformasikan sebelumnya oleh
pertugas kesehatan di Rumah Sakit.
2. Mengambil keputusan terkait masalah kesehatan
Ny. W mengatakan jika ia mengalami pusing dan kelelahan, tidak harus pergi ke
puskesmas.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ny. W mengatakan apabila pusing ia mengkonsumsi obat amlodipin. . Keluarga belum
mengetahui tentang obat tradisional untuk menurunkan darah tinggi
4. Memodifikasi lingkungan kesehatan
Ny. W mengetahui dan sudah melakukan pantangan tidak boleh minum kopi, makan
makanan yang banyak garam, namun Ny. W tidak sering berolah raga, selalu berpikir
keras, sering marah-marah, sedikit minum air dan Ny. W mengatakan selain dirinya,
keluarganya tetap makan seperti biasa, tidak terkontrol, dan sulit dikasih tahu.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny. W mengatakan jarang sekali pergi ke puskesmas, biasanya kalau obat amlodipin
sudah habis Tn. S langsung membeli obat di apotik sesuai dengan resep dokter (resep
ditebus ulang) atau membawa ke bidan desa jika ada anggota keluarga yang sakit.
38
Ny. W mengatakan bahwa ingin mempunyai rumah tinggal sendiri tanpa bergantung
dengan saudara Tn. S
39
Tn. S bekerja dari pagi sampai malam, Ny. W bekerja di warung depan rumahnya dan
anak – anak ( An. T dan An. R ) setiap pagi pergi bersekolah kecuali hari libur dan
minggu.
5. Merokok
Dalam Keluarga Tn. S tidak ada yang merokok
40
lembab, lembab, lembab, lembab,
Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan
menelan (-) menelan (-) menelan (-) menelan (-)
Leher Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-)
Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe
(-) (-) (-) (-)
Dada Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung
dan paru dan paru dan paru dan paru
normal normal normal normal
Abdomen Kembung (-), Kembung (-), Kembung (-), Kembung (-),
Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus
= = = =
Tangan Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-),
turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-)
Kaki Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-), Bengkak (-),
turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-) turgor kulit (-)
Keadaan CM CM, CM CM
umum Sakit
Hipertensi
B. ANALISA DATA
41
Ny. W tetap melakukan sakit
aktifitas di rumah.
42
DO:
Tanda-tanda vital :
TD = 150/90 mmHg
N = 80 x/menit
2 DS :
43
Keluarga Tn. S mengatakan 5
bulan yang lalu Ny. W pernah
di rawat inap di RS dengan
keluhan susah bergerak dan
sakit kepala berat disertai
lemas sekujur tubuhnya.
DO :
TD 150/90 mmHg
N : 80 x/menit
44
No Kriteria Nilai skor Pembenaran
ditangani)
Total Skor 4
45
2. Resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi
No
Hari/Tanggal Tujuan Kriteria Standar Intervensi
DX
Rabu, 1 Setelah dilakukan
26–01–2022 tindakan
15.00 Wib keperawatan selama
1-2 x kunjungan
rumah diharapkan
pengetahuan
keluarga tentang
hipertensi meningkat
Tupen I :
Mampu mengenal Verbal - Mampu - Kajian
masalah Hipertensi menjelaskan pengetahuan
pada anggota arti hipertensi keluarga tentang
kelaurga - Mampu hipertensi
menjelaskan o Pengertian
penyebab hipertensi
hipertensi o Penyebab
- Mampu hipertensi
menjelaskan o Tanda dan
tanda dan gejala
gejala hipertensi
hipertensi o Pencegahan
- Mampu hipertensi
menyebutkan o Komplikasi
cara hipertensi
pencegahan - Berikan
hipertensi penyuluhan
- Mampu tentang
menyebutkan hipertensi
46
salah satu - Diskusi adanya
komplikasi dari tanda dan gejala
hipertensi hipertensi serta
faktor yang
memperburuk
kondisi
- Bimbingan
keluarga untuk
mengulangi apa
yang telah di
ajarkan.
- Jelaskan akibat
lanjut dari
penyakit
hipertensi jika
tidak segera
ditangani
- Bimbingan
untuk
mengatasi
resiko penyakit
hipertensi
47
Tupen III : Psikomotor - Keluarga - Jelaskan
Keluarga mampu mampu manfaat gizi
melakukan merawat seimbang
perawatan pada anggota - Demontrasikan
anggota keluarga keluarga yang cara menyusun
yang sakit sedang sakit. menu yang
- Keluarga benar untuk
mampu nutrisi yang
menentukan dianjurkan dan
status nutrisi yang tidak
/gizi sesuai dianjurkan
dengan standar - Anjurkan klien
kesehatan yang untuk
mengalami menghidari
hipertensi stress
- Keluarga - Ajurkan klien
mampu menata stress.
mengontrol
emosi dan
menata stress
48
Rabu, 2. Setelah
26–01–2022 dilakukantindakan
15.00 Wib keperawatan selama
1-2 x kunjungan
rumah diharapkan
resiko terjadinya
komplikasi dapat
dicegah.
49
Tupen III : Psikomotor - Keluarga - Jelaskan tentang
Keluarga mampu amampu makanan yang
melakukan merawat boleh dan tidak
perawatan pada anggota boleh di makan
anggota keluarga keluarga oleh Ny. SC
dengan
mengontrol
makanan yang
harus
dipantangi
Keluarga
50
Implementasi dan Evaluasi
No
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
DX
Rabu, 1 - Mengucapkan salam S:
26–01–2022 - Nemvalidasi keadaan - Keluarga Tn. S
15.00 Wib keluarga mengatakan pengertian
- Menjelaskan tujuan dan hipertensi adalah tensi
kontrak waktu yang melebihi 140 / 90
- Ny. W mengatakan
Tupen I : penyebabnya bisa
Mampu mengebal masalah karena faktor keturunan,
Hipertensi pada anggota pola makan yang tidak
kelaurga sehat, karena penuaan,
dan karena berat badan
- Mengkajian pengetahuan berlebih
keluarga tentang hipertensi - Keluarga Tn. S
o Pengertian hipertensi mengatakan Tanda
o Penyebab hipertensi gejalanya bisa muncul
o Tanda dan gejala sakit kepala, kelelahan,
hipertensi tangan gemetar, sakit di
o Pencegahan hipertensi sekitar leher
o Komplikasi hipertensi - Keluarga Tn. S
- Memberikan penyuluhan mengatakan akibat
tentang hipertensi lanjutnya kemungkinan
- Mendiskusi adanya tanda dan terkena serangan
gejala hipertensi serta faktor jantung, stroke,
yang memperburuk kondisi penyakit di ginjal dan
- Membimbingan keluarga mata
untuk mengulangi apa yang - Keluarga mengatakan
telah di ajarkan. akan kontrol setiap
- Menjelaskan akibat lanjut minggu ke puskesmas
dari penyakit hipertensi jika atau pelayanan
tidak segera ditangani kesehatan
- Membimbingan untuk O:
mengatasi resiko penyakit - Keluarga Tn. S
hipertensi menucapkan salam
balik dan menerima
keberadaan perawat
- Keluarga kooperatif
- Keluarga aktif bertanya
saat diskusi
- Keluarga dan klien
mampu menyebutkan
51
penyebab terjadinya
peningkatan tekanan
darah
- Keluarga mampu
menyebutkan tanda
peningkatan tekanan
darah
- Keluarga mampu
menyebutkan akibat
yang mungkin terjadi
dari peningkatan
tekanan darah.
A:
Tujuan tercapai
P:
Lanjutkan Tupen II
Rabu, 1 Tupen II : S:
26–01–2022 Keluarga dapat memutuskan - Keluarga Tn. S
15.00 Wib tindakan yang tepat untuk mengatakan akan
mengatasi masalah hipertensi. membawa Ny. W ke
dokter langganannya
- Menjelaskan petunjuk untuk selalu kontrol
perawatan hipertensi dengan - Ny. W mengatakan sudah
melakuan control secara menghindari pemakaian
rutin. garam berlebih dan tidak
minum kopi lagi
Tupen III : - Keluarga Tn. S
Keluarga mampu melakukan mengatakan akan
perawatan pada anggota merawat Ny. W dengan
keluarga baik karena meraka
sayang Ny. W.
- Jelaskan manfaat gizi - Keluarga mengatakan
seimbang Ny. W jarang berolah
- Demontrasikan cara raga
menyusun menu yang benar - Keluarga mengatakan
untuk nutrisi yang akan membantu
dianjurkan dan yang tidak menghindari Ny. W dari
dianjurkan stres
- Anjurkan klien untuk - Ny. W mengatakan
menghidari stress mampu mengontrol
- Ajurkan klien menata stress. stresnya dengan
menggunakan tehnik
tarik nafas dalam
52
- Ny. W mengatakan
sekarang sudah
mengetahui menu
makanan yang baik untuk
dirinya dan keluarganya
O:
- Keluarga kooperatif
- Keluarga mampu untuk
memutuskan tindakan
yang tepat untuk
mengatasi masalah
hipertensi dengan
membawa anggota
keluarga yang sakit
berobat ke puskesmas
atau bidan desa
- Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang sedang
sakit.
- Keluarga mampu
menentukan status nutrisi
/gizi sesuai dengan
standar kesehatan yang
mengalami hipertensi
A:
Tujuan Tercapai
P:
Lanjutkan ke Tupen IV
53