Anda di halaman 1dari 110

PERAN GANDA PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

(Studi Deskriptif Buruh Tani Perempuan Di Desa Silau Merawan


Kecamatan Dolok Masihul)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Pada Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh :

JUNIKA MUSTIKA MANURUNG


140901027

DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

berkat yang telah diberikan kepada penulis, kesehatan, kelancaran dan anugerah yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya.

Dalam penyelesaian kuliah dan penelitian skripsi ini, banyak pihak yang sudah

membantu baik secara moril dan maupun materil. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan,

tentunya baik secara langsung dan tidak langsung selama penyelesaian studi dan

skripsi ini. Secara khusus rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Harmona Daulay, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs, T. Ilham Saladin M,SP selaku dosen pembimbing skripsi, dosen

penasehat akademik, dan dosen mata kuliah. Penulis ucapkan terimakasih

banyak atas ilmu pengetahuan, motivasi yang diberikan serta kesabaran dalam

membimbing saya selama perjalan studi dan penulisan skripsi ini. Semoga

Tuhan memberikan kesehatan dan panjang umur selalu kepada Bapak.

4. Bapak Dra. Ria Manurung M,SI selaku dosen penguji yang telah memberikan

bimbingan dan masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Dosen-dosen Sosiologi yang sudah memberikan saya ilmu pengetahuan,

bimbingan serta motivasi selama perkuliahan antara lain Prof. Dr. M. Arif

Nasution, MA; Prof. Dr. Sismudjito, Ph.D; Prof. Dr. Badaruddin, M.Si; Bapak

Drs. Henry Sitorus, M.Si; Bapak Drs. Junjungan SBP Simanjuntak, M.Si;

Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si;Ibu Dr. Hadriana Marhaeni Munthe,

M.Si; Bapak Henri Sitorus, S.Sos., M.Sc; Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si; Ibu

Dra. Linda Elida, M.Si; Bapak Drs. Terang Kita Brahmana, M.SP; Bapak Drs.

Mukhtar Efendi Harahap, M.SP ; dan Bapak Bisru Hafi, S.Sos., M.Si.

6. Staf dan karyawan Departemen Sosiologi yakni Kak Ernita, Kak Rina, dan

Bang Abel. Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

7. Secara khusus saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua

orang tua yang saya cintai dan kasihi, yaitu Papa saya Bisman Manurung dan

mama saya Lisnawati Damanik. Terima kasih telah membesarkan dan

mendidik saya, memberikan dukungan moril dan terutama doa kepada saya.

Terimakasih untuk selalu mendukung, mendoakan dan menyemangati saya.

Terimakasih karena selalu ada untuk saya. Kalian adalah anugerah terbesar

yang Tuhan berikan dalam hidup saya. Tanpa kalian berdua, saya tidak akan

bisa sampai pada tahap ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kepada kakak yang saya sayangi, Beri Aduan Prima Manurung, Murni Yanti

Manurung, yang telah menjadi sosok kakak yang melengkapi hidup saya dan

Universitas Sumatera Utara


selalu memberi dukungan moril serta motivasi kepada saya dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Kepada visioner Meilita Vulceria Sinaga S,KM, Swandi Hutabarat S.H dan

Ari Sada Damanik yang selalu mendoakan dan menyemangati saya selama

menyelesaikan skripsi saya. Terimakasih karena selalu ada untuk saya.

Terimakasih selalu bersama saya dalam susah senang. Semoga visioner

semakin taat dan semakin bertumbuh didalam Tuhan.

10. Kepada adik sekaligus sahabat saya Crismaria Napitupulu yang selalu

membantu, menyemangati dan menemani saya menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat saya Mariya Y.R Hasibuan S,sos, Rabiatul Adawiyah, Supriadi

Harefa, Siti Maryam yang telah banyak memberikan motivasi, ada dalam suka

dan duka selama menjalani masa-masa perkuliahan dan selalu mengingatkan

saya untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga persahabatan

kita ini selalu ada dan ke depannya kita sama-sama merasakan kesuksesan.

12. Kepada BBP Lena Situmorang, Siska Manurung, Ckristina Manalu, Roland

Manurung, Refil manurung, Ewin, Arka, Fakta, Juli, Danu, Safri, Calvi,

Herman, Erwin, tupal yang selalu ada untuk saya ketika saya senang dan

sedih.

13. Kepada persekutuan pemuda pemudi sola gratia terimakasih yang telah

mendoakan setiap pergumulan-pergumulan yang saya hadapi. Semoga

persekutuan pemuda pemudi sola gratia semakin mengenal kristrus.

Universitas Sumatera Utara


14. Kepada Nince gea, leli Ndraha terimakasih yang telah menemani selama

pengerjaan skripsi.

15. Kepada sahabat sekaligus teman doa saya Syukur Kurniawan Gea S.AB yang

telah memberikan motivasi dan mendoakan saya.

16. Kepada semua teman-teman stambuk 2014 Departemen Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, diantarnya Herry,

Juniarta, Novi, Juwita, Friska, Anggi, Faisal, Citra dan lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terima kasih telah menjadi teman baik selama

menjalani masa-masa perkuliahan hingga saat ini.

17. Tidak lupa juga saya menyampaikan banyak terima kasih kepada buruh

perempuan Silau Merawan, Kepala Desa Silau Merawan, sekretaris Desa

Silau Merawan dan seluruh responden yang telah memberikan waktunya dan

dengan ramah menerima saya sehingga saya mendapatkan data yang cukup

dalam menyusun skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa menyadari bahwa skripsi masih ada

kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik

yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan karya tulis ini. Penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan menambah wawasan bagi

pembaca khususnya bagi penulis juga.

Medan, 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Peran Ganda Perempuan Dalam Rumah Tangga (Studi Deskriptif Buruh Tani

Perempuan Di Desa Silau Merawan Kecamatan Dolok Masihul)

Masalah Kemiskinan di Indonesia hingga saat ini masih berlanjut, masyarakat


kelas ekonomi kebawah yang menjadi korban dari permasalahan ini. Salah satu dari
strategi masyarakat untuk menangani permasalahan ini adalah dengan keikutsertaan
istri bekerja untuk membantu menenuhi kebutuhasan keluarga atau lebih dikenal
dengan istilah peran ganda. Peran ganda yang dijalankan oleh istri di desa Silau
Merawan adalah sebagai ibu rumah tangga dan buruh tani, peran ganda yang
dijalankan oleh perempuan di desa silau merawan memiliki hambatan bagi dirinya
dan keluarganya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara perempuan buruh tani
melaksanakan peran gandanya sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga serta untuk
mengetahui kontribusi peran ganda perempuan buruh tani pada kesejahteraan
keluarga di desa Silau Merawan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang
dengan sistem pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan
dokumentasi, serta menganalisis data dengan mereduksi data, menyajikan data, serta
memverifikasi data.
Hasil penelitian diketahui bahwa yang melatarbelakangi perempuan di desa
silau merawan bekerja sebagai buruh tani adalah masalah perekonomian, membiayai
sekolah anaknya, kurangnya tanggung jawab suami dalam memenuhi kebutuhan
keluarga, suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap, untuk melunasi hutang adat.
Strategi yang dilakukan perempuan buruh tani dalam menjalankan peran gandanya
dengan seimbang adalah mengatur waktu dengan baik seperti bangun lebih awal
untuk mempersiapkan kebutuhan keluarga, langsung pulang ke rumah setelah
pekerjaan selesai, menggunakan waktu di malam hari untuk berkumpul bersama
keluarga, serta suami dan anggota keluarga ikut terlibat dalam mengerjakan pekerjaan
rumah serta pekerjaan ladang jika pengerjaannya dalam bentuk borongan. Kontribusi
peran ganda perempuan pada kesejahteraan keluarga adalah membantu memenuhi
kebutuhan keluarga, dapat menjadi sumber penghasilan utama ketika suami tidak ada
pekerjaan, dapat menyekolahkan anaknya hingga jenjang SMA, terlunasi hutang adat,
serta membantu biaya pengobatan anggota keluarga. Hambatan peran ganda terhadap
buruh tani dan keluarga adalah minimnya waktu untuk anak-anak, serta suami yang
tidak mau bekerja karena bergantung pada penghasilan istri yang sudah bekerja.

Kata Kunci : Peran Ganda, Buruh Tani

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The problem of poverty in Indonesia up to now still continiues, the lower


economic class people who become victims of this problem. One of community
strategies to address this problem is the participation of the wifeʹs work to help meet
the needs of the family or better known as the double role. The dual role run be the
wife in the village of Silau Merawan has barriers for himself and his family.
This study aims to find out the way women farm workers perform their
multiple roles as farm laborers and housewives and to know the contribution of the
double roles of woman farm workers to the welfare of families in the village of
dazzling glare. Informans in this study amounted to 11 people with data collection
system is done by interview, observation, and documentation, and analyzing data by
reducing data, presenting data, and verifying data.
The results of the research revealed that the background of women in the
village of Silau Merawan work as agricultural labor is the problem of the economy,
finance the school children, lack of husband΄s responsibility in meeting the needs of
families, husbands who do not heve a steady job, to pay off customary debt. The
strategies employed by women farm workers in carrying out their double rules in
balance are arranging time well such as waking up early to prepare for family needs,
retrurning home immediately after the work is done, using thetime at night to gather
with family, husband and family engaged in doing homework and field work if the
work is in the form of a wholesale. The contribution of women΄s dual role to family
welfare is to help meet family needs, can be the main source of income when
husbands are absent from work, can send their children to senior high school, paying
of customary debt. And help with family member΄s medical expenses. Double role
barriers to farm workers and families is the lack of time for children, and husbands
who do not want to work because they depend on the income of their working wives.
Keywords: Double Role, Farm Laborers

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 8
1.4 Manfaat Penelitian 8
1.5 Defenisi Konsep 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Peran Ganda perempuan 10
2.1.1 Peran Perempuan 10
2.1.2 Peranan Perempuan Dalam Keluarga 14
2.1.3 Peran Ganda Perempuan 15
2.2 Buruh Tani 17
2.2.1 Buruh 17
2.2.2 Buruh Tani 19
2.2.3 Buruh Perempuan 23
2.3 Teori Feminisme 25
2.4 Penelitian Terdahulu 27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian 29
3.2 Lokasi Penelitian 29
3.3 Unit Analisis Dan Informan 29
3.3.1 Unit Analisis 29
3.3.2 Informan 30
3.4 Jenis Data 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data 31
3.5.1 Obeservasi 31
3.5.2 Wawancara 32
3.5.3 Dokumentasi 32
3.6 Teknik Analisis Data 37

Universitas Sumatera Utara


BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 35
4.1.1 Sejarah Singkat Desa Silau Merawan 35
4.1.2 Gambaran Geografis Dan Batasan Wilayah Desa Silau Merawan 36
4.1.3 Komposisi Penduduk Desa Silau Merawan 38
4.1.4 Sarana Dan Prasarana Desa Silau Merawan 41
4.1.5 Visi Dan Misi Desa Silau Merawan 42
4.2 Profil Informan 44
4.2.1 Informan Kunci 44
4.2.2 Informan Utama 52
4.2.3 Informan Tambahan 57
4.3 Aktivitas Buruh Tani 63
4.4 Pelaksanaan Peran Ganda Perempuan Pada Buruh Tani 66
4.5 Penyebab terjadinya Peran Ganda Pada Buruh Tani Perempuan Di Desa
Silau Merawan 77
4.5.1 Minimnya Ekonomi 78
4.5.2 Membiayai Pendidikan Anak 81
4.5.3 Kurangnya Tanggung Jawab Suami Terhadap Kebutuhan Hidup
Keluarga 83
4.6 Kontribusi Perempuan Buruh Tani Pada Kesejahteraan Keluarga 86
4.6.1 Dampak Positif 87
4.6.2 Dampak Negatif 90
4.7 Feminisme Sosialis 92

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 99
5.2 Saran 101

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Nama-Nama Pemimpin di Desa Silau Merawan 36
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Tanah di Desa Silau Merawan 37
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Silau Merawan Berdasarkan Agama Yang
Dianut 38
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Silau Merawan Berdasarkan Suku Bangsa 38
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Silau Merawan Berdasarkan Jenis Kelamin 39
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Usia Di Desa Silau Merawan 39
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 40
Tabel 4.8 Sarana Dan Prasarana Di Desa Silau Merawan 41

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posisi geografis indonesia yang strategis membuat indonesia kaya

akan sumber daya alam, melimpahnya hasil pertanian merupakan salah satu

bukti kekayaan alam Indonesia dan menjadi sektor andalan dalam menunjang

perekonomian Indonesia. Sektor pertanian mempunyai peranan strategis

terutama sebagai penyedia pangan rakyat Indonesia, berkontribusi nyata

dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, bioenergy, penyerapan

dan menjaga pelestarian lingkungan (Permentan No. 67 tahun 2016 halm.6).

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan

manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber

energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Selain itu, Darwis

menyatakan bahwa pertanian adalah segala usaha manusia untuk

membudidayakan tanaman untuk diambil manfaatnya, baik untuk sendiri

maupun orang lain.

Masyarakat Indonesia yang bekerja di sektor pertanian terbagi atas dua

jenis yaitu petani dan buruh tani. Menurut Soerjono Soekanto (kamus

sosiologi), petani (peasant) adalah seseorang yang pekerjaan utamanya bertani

untuk konsumsi diri sendiri atau keluarganya, sedangkan pengertian buruh

tani adalah orang yang menyewakan tenaganya di bidang pertanian serta

Universitas Sumatera Utara


menerima upah sesuai dengan kesepakatan, jadi buruh tani hanya memiliki

upah bila ada orang (petani) yang memerlukan jasanya. Selain itu, Rachman

(2017:125) mnyatakan bahwa, petani terbagi atas lima jenis, yaitu : tuan

tanah, petani kaya, petani sedang, petani miskin, dan buruh tani.

Buruh tani rata-rata memiliki penghasilan dibawah standar kelayakan

hidup sehingga susah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menurut badan

pusat statistic (BPS) 2017 rata-rata upah bagi buruh tani sebesar Rp.

49.473/hari, sehingga sebagian besar buruh tani dapat digolongkan sebagai

keluarga miskin. Penggolongan kemiskinan ini merujuk pada pemikiran

Friedman (Wahidi, 2015:11), yang menyatakan kemiskinan digambarkan

sebagai ketidaksamaan kesempatan mengakumulasikan basis kekuatan sosial.

basis kekuatan sosial tersebut meliputi 1. Modal yang Produktif atau aset,

antara lain: tanah, perumahan, peralatan, kesehatan, dll. 2. Sumber-sumber

keuangan seperti income dan kredit yang memadai. 3. Organisasi sosial dan

politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama misalnya

partai politik, sindikat, koperasi dll . 4. Jaringan sosial untuk memperoleh

pekerjaan, barang-barang dll. 5. Pengetahuan dan keterampilan yang

memadai. 6. Informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan mereka.

Menurut kepala BPS, Suryamin, orang masuk kategori miskin lebih banyak

disebakan faktor makanan. hal lain seperti perumahan, sandang, pendidikan,

dan kesehatan menjadi faktor berikutnya. Supriatna menambahkan bahwa

kelompok penduduk miskin yang berada di masyarakat pedesaan dan

Universitas Sumatera Utara


perkotaan, umumnya berprofesi sebagai buruh tani, petani gurem, pedagang

kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh pedagang kaki lima, pedagang asongan,

pemulung, gelandangan atau pengemis dan pengangguran.

Indonesia yang pada dasarnya adalah Negara agraria dengan tingkat

hasil pertaniannya yang melimpah, terrnyata tidak mampu mengatasi masalah

kemiskinan melalui sektor pertanian. Permasalahan buruh tani yang hingga

saat ini semakin kompleks menjadi bukti bahwa pertanian masih belum bisa

mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia. Ketimpangan upah yang rendah

dengan tingginya harga kebutuhan pokok menjadi masalah utama buruh tani

di luar tantangan-tantangan lainnya yang terjadi di lingkungan kerja.

Berbagai cara dilakukan oleh buruh tani dalam menyiasati tersedianya

kebutuhan hidup, dimulai dari bekerja lembur, mencari pemasukan tambahan,

menghemat kebutuhan pokok semaksimal mungkin, hingga memperkerjakan

istri sebagai buruh tani. Ketidakmampuan suami atau kepala keluarga buruh

tani dalam memenuhi kebutuhan kelurga membuat istrinya ikut turut serta

menjadi buruh tani. Keterlibatan seorang istri dalam memenuhi kebutuhan

keluarga pada dasarnya telah mendukung pendekatan gender tentang wawasan

kemitrasejajaran dalam berbagai aspek kehidupan sehingga dapat disimpulkan

bahwa peran perempuan telah mengalami perkembangan yang cukup cepat.

Namun, perkembangan perempuan tidaklah mengubah peranannya yang lama

yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga (peran reproduktif) dan

bertambahnya peran yang baru yaitu peran produktif (Darma, 2008:18). Peran

Universitas Sumatera Utara


reproduktif adalah kegiatan kerja yang menjamin kelangsungan hidup

manusia dan keluarga seperti mengasuh anak, memasak, melahirkan,

mencuci, mencari kayu bakar. Sedangkan peran produktif adalah kegiatan

kerja yang menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang yang dilakukan

seseorang guna mencukupi kebutuhan hidup (Listiani dkk, 2002:21).

Peran perempuan dalam kehidupan masyarakat saat ini sangat terasa,

dimulai dari peran dalam keluarga hingga pada sektor pemerintahan,

Kompleksitas dari peran perempuan yang beragam ini didukung oleh berbagai

faktor seperti tingkat pendidikan, teknologi, keterbukaan masyarakat pada

penegakan kesetaraan gender, serta untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Keterlibatan istri untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga

biasanya terjadi pada masyarakat kelas menengah kebawah, hal ini

disebabkan karena tingginya angka kebutuhan hidup tidak sebanding dengan

penghasilan kepala keluarga (suami).

Permasalahan terbesar istri ketika menjadi buruh tani adalah adanya

peran ganda yang dirasakan oleh istri yang membuatnya harus dapat

menyeimbangkan pelaksanaan kedua perannya tersebut. Peran ganda adalah

partisipasi perempuan yang menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran

tradisi (domestic) mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola

rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi perempuan sebagai tenaga

kerja, anggota masyarakat, dan manusia pembangunan. Pada peran transisi

perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari

Universitas Sumatera Utara


nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang

dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia (Suksesi, 1991). Adapun

peran ganda yang dihadapi perempuan adalah: 1. Peran sebagai ibu rumah

tangga, meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif

bekerja mendukung kaum pria (kepala rumah tangga) untuk mencari

penghasilan (uang). 2. Peran sebagai pencari nafkah (tambahan ataupun

utama). Peran ganda yang dirasakan istri dari keluarga buruh tani ini terkesan

berlebihan dan memberatkan dirinya,curahan waktu dan tenaga yang

dikeluarkan perempuan biasanya lebih banyak dan berat dari pada yang

dilakukan laki-laki. Serta perempuan akan bangun lebih awal dan langsung

berurusan dengan kerja domestik, setelah itu pergi ke ladang untuk bekerja di

sawah atau jenis pekerjaan produktif lainnya yang berkaitan dengan pertanian.

Dalam kehidupan masyarakat Batak perempuan dikenal sebagai

perempuan yang pekerja keras dan untuk bisa memenuhi kebutuhan

keluarganya. Peran perempuan Batak Toba dalam hal ekonomi keluarga yaitu

dimana perempuan Batak Toba terjun ke dalam ruang publik untuk bekerja

memenuhi kebutuhan keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarga perempuan, perempuan Batak Toba banyak yang berperan ganda

dengan bekerja di ruang publik dan ruang domestik. Walaupun masyarakat

Batak Toba memiliki sistem patrilineal yang menempatkan laki-laki sebagai

pemeran utama di dalam berbagai bidang kehidupan, perempuan Batak tidak

hanya diam dirumah, namun mampu bekerja keras bahkan menjadi tulang

Universitas Sumatera Utara


punggung keluarga. Sifat pekerja keras yang ada pada perempuan Batak Toba

bisa dilihat dari Kisah Wanita Perkasa yang bekerja sebagai buruh tani di

mana mereka berjuang memulai pekerjaan yang diberikan oleh pemilik tanah.

Namun dengan adanya sistem patrineal ini juga ketidakadilan gender bisa

terjadi. seperti dikemukan oleh Baiduri dalam Paradoks perempuan Batak

Toba yaitu penafsiran Harmeunetik terhadap Karya Sastra Ende Siboru yang

menggambarkan bagaimana seseorang yang tidak mempunyai anak laki-laki

dianggap kurang terhormat dan tidak dihargai oleh saudara-saudaranya yang

berusaha merampas harta kekayaannya dari tangan putri-putrinya sehingga

putri-putrinya terpaksa melarikan diri ke hutan. yangperan seorang istri masih

diatur dalam adat dan sering dinomor duakan dalam pengambilan keputusan.

Peran seorang laki-laki atau suami dalam masyarakat Batak sangat tinggi,

termasuk dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehingga suami akan merasa

malu pada adat dan masyarakat ketika dia tidak mampu melakukan perannya

dengan baik. Keikutsertaan seorang istri untuk menjadi buruh tani tidak

terlepas dari izin suami walaupun pekerjaan itu bertujuan untuk membantu

memenuhi kebutuhan keluarga.

Desa Silau Merawan salah satu desa yang ada di Kecamatan Dolok

Masihul Kabupaten Serdang Bedagai dengan mayoritas masyarakatnya

berasal dari etnis batak toba.. Masyarakat di desa ini sebagian besar bekerja

sebagai petani pengelola tanaman tahunan dengan komoditi tanaman utama

ubi kayu/singkong, sebagian kecil ada yang melakukan budidaya jenis

Universitas Sumatera Utara


tanaman pangan seperti jagung, dan padi. Masyarakat Desa Silau Merawan

terlibat langsung dalam mengelola tanahnya serta ada juga yang

memperkerjakan buruh tani untuk membantu mengelola tanahnya. Jumlah

buruh tani di Desa Silau Merawan hampir setengah dari jumlah penduduk

keseluruhan, mereka bekerja diladangnya yang sempit serta menjadi orang

upahan / buruh tani pada orang lain di desa silau merawan ataupun di luar

desanya. Rendahnya pendapatan keluarga dibandingkan angka kebutuhan

hidup menjadikan istri dari buruh tani ini ikut serta bekerja untuk membantu

memenuhi kebutuhan keluarga. Istri dari buruh tani yang bekerja ini tetap

melakukan peran domestik seperti mencuci piring, mengasuh anak,

membersihkan rumah. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Peran Ganda Perempuan Dalam

Rumah Tangga (Studi Deskriptif Buruh Tani Perempuan di Desa Silau

Merawan Kecamatan Dolok Masihul)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perempuan buruh tani melaksanakan peran gandanya sebagai

buruh tani dan ibu rumah tangga?

2. Bagaimana dampak kontribusi peran ganda perempuan buruh tani pada

kesejahteraan keluarga di Desa Silau Merawan?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui cara perempuan buruh tani melaksanakan peran

gandanya sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga?

2. Untuk mengetahui dampak kontribusi peran ganda perempuan buruh tani

pada kesejahteraan keluarga di Desa Silau Merawan?

1.4 Manfaat Penelitian

Secara umum, manfaat penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Secara Teoritis

Secara teoritis bermanfaat untuk menambah wawasan ilmiah bagi

mahasiswa Ilmu Sosial Dan Politik, serta menambah referensi bagi mahasiswa

Sosiologi secara khusus dalam kajian peran ganda perempuan dalam rumah

tangga buruh tani.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis rangkaian kegiatan penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih

dalam tentang penelitian peran ganda keluarga perempuan dalam buruh tani di

Silau Merawan. Selain itu bagi para pembaca terutama para buruh tani Silau

Merawan, kalangan akademis, dan masyarakat umum.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Defenisi Konsep

1.5.1 Peran Ganda Perempuan

Peran ganda perempuan adalah tugas rangkap yang dijalani oleh

seseorang perempuan (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu rumah tangga,

orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang mencari

nafkah.

1.5.2 Buruh Tani

Buruh tani adalah mereka pada umumnya tidak memiliki alat produksi

sama sekali, kehidupannya bergantung sepenuhnya pada tenaga yang ia jual,

terutama pada petani kaya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peran Ganda Perempuan

2.1.1 Peran perempuan

Peran adalah sebagai pola tingkah laku yang diharapkan oleh

masyarakat dari seorang individu yang memiliki atau menempati posisi

tertentu di dalam masyarakat. Menurut Ralph Linton (Raho, 2016:86) peran

adalah sebagai ekspresi dinamis dari status, seorang individu menduduki

status tetapi melaksakan peran. Norma-norma budaya kita mengajarkan

bahwa orang yang menduduki status tertentu harus bertindak seturut harapan

masyarakat dari status itu. seorang ayah, misalnya harus bertingkah laku

sebagaimana diharapkan masyarakat dari seorang ayah, yakni mencari nafkah

untuk keluarga, mencintai anak-anaknya, mengusahakan masa depan yang

baik untuk anak-anaknya. demikianpun peran ibu dan peran lain di dalam

masyarakat.

Raho (2016:88) menambahkan bahwa, sebagaiman halnya status,

peran juga selalu terarah kepada relasi dengan orang-orang lain. peran yang

ideal untuk orangtua selalu didefinisikan dalam hubungan dengan tanggung

jawabnya terhadap anak-anaknya. sebaliknya peran yang ideal untuk seorang

anak selalu dikaitkan dengan kewajiban-kewajiban terhadap orang tua. Setiap

individu didalam masyarakat bisa memiliki beberapa status sekaligus (status

Universitas Sumatera Utara


set) maka tidaklah mengherankan kalau setiap individu juga mempunyai

beberapa peran yang berbeda-beda pada waktu yang sama.

Menurut Ralph Linton (Raho, 2016:88), setiap individu bisa

mempunyai banyak status dank arena itu dia bisa mempunyai banyak peran.

peran banyak yang berasal dari status yang banyak itu disebut role-set atau

perangkat peran. Robert Merton membenarkan itu, namun menambahkan

bahwa setiap status bisa mempunyai peran sekaligus misalnya seorang

perempuan yang memiliki status sebagai istri, ibu, dosen, dan peneliti,

masing-masing status itu bisa lebih satu status peran. sebagai istri dia

menjalankan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga tetapi juga peran-

peran yang berkaitan langsung dengan perkawinan. sebagai ibu, dia

menjalankan tugas keibuan terhadap anak-anak dan tugas sebagai ibu didalam

masyarakat. Peran yang berbeda-beda tidak selalu dapat terintegrasi dengan

baik karena masing-masing peran menuntut untuk diperhatikan. karena itu,

individu yang menduduki status tertentu bisa ditarik ke arah yang berbeda

pada waktu yang sama dan hal itu tentu menimbulkan ketegangan peran (role

strain).

Pada umumnya perempuan berada pada posisi subordinat dan

marginal, dimana hal ini tidak berbeda jauh dengan kontruksi budaya yang

terdapat di masyarakat, peran perempuan dalam masyarakat jawa sebagai

konco wingking, yaitu kegiatan istri seputar dapur (memasak), sumur

(mencuci), dan kasur (melayani kebutuhan biologis suami). Perempuan hanya

Universitas Sumatera Utara


dianggap sebagai subyek yang pekerjaanya sebagai konsumen penghabis gaji,

atau pendapatan yang diperoleh suami. Anggapan seperti ini tidak dapat

dibenarkan, karena disadari perempuan juga berkemampuan untuk mencari

nafkah atau gaji, untuk mendapatkan alternatif pendapat dan berprestasi.

Menurut Hubies (Harijani 2001:20), bahwa analisis alternatif

pemecahan atau pembagian peran perempuan dapat dilihat dari perspektif

dalam kaitannya dengan posisinya sebagai manager rumah tangga, partisipasi

pembangunan dan pekerjaan pencari nafkah, jika dilihat dari rumah tangga,

maka dapat digolongkan:

1. Peran produktif

Peran produktif pada dasarnya hampir sama dengan peran transisi,

yaitu peran dari seorang perempuan yang memiliki perna tambahan sebagai

pencari nafkah tambahan bagi keluarganya, peran produktif adalah peran yang

dihargai dengan uang atau barang yang menghasilkan uang atau jasa yang

berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Peran ini diidentikan sebagai peran

perempuan di sektor publik, contoh petani, penjahit, buruh, guru, pengusaha.

2. Peran reproduksi

Pada dasarnya hampir sama dengan peran tradisional, hanya saja peran

ini lebih menitik beratkan pada kodrat perempuan secara biologis tidak dapat

dihargai dengan nilai uang/barang. Peran ini terkait dengan kelangsungan

hidup manusia, contoh peranibu pada saat mengandung, melahirkan,

Universitas Sumatera Utara


menyusui anak adalah kodrat dari seseorang ibu. Peran ini pada akhirnya

diikuti dengan mengerjakan kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah.

3. Peran tradisional

Peran ini merupakan perempuan harus mengerjakan semua pekerjaan

rumah, dan membersihkan rumah, memasak, mecuci, mengasuh anak serta

segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan rumah

tangga dalam mengatur rumah serta membimbing dan mengasuh anak tidak

dapat diukur dengan nilai uang. Ibu merupakan figur yang paling

mementukandalam membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan karena anak

sangat terikat terhadap ibunya sejak anak masih dalam kandungan.

4. Peran transisi

Peran perempuan yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk

mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja perempuan atau ibu disebabkan

karena beberapa faktor, misalnya bidang pertanian,perempuan dibutuhkan

hanya untuk menambah tenaga yang ada.faktor ini adalah masalah ekonomi

yang mendorong lebih banyak perempuan untuk mencari nafkah.

5. Peran Sosial

Peran sosial pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan dari para ibu

rumah tangga untuk mengaktualisasikan dirinyadalam masyarakat. Peran ini

lebih mengarah pada proses sosialisasi dari ada ibu rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara


Tingkat peranan itu berbeda-beda di sebabkan oleh budaya dan kondisi

alam setempat kaum wanita harus mengadakan pilihan yang mantap dengan

mengetahui kemampuannya.

2.1.2 Peranan Perempuan Dalam Keluarga

Sebagai ibu, wanita dituntut pada tugas-tugas domestiknya yang tidak

dapat dihindari, namun sebagai wanita, harus dapat melaksanakan tugas

pelaksana emansipasi wanita. Sebagai wanita harus melaksanakan beberapa

peran untuk dapat mengikuti perkembangan dan tuntutan kemajuan. Peranan

wanita tersebut dikenal dengan Panca Dharma wanita, yaitu:

a. Perempuan sebagai istri

Berperan tidak hanya sebagai ibu, akan tetapi harus tetap bersikap

sebagai kekasih suami seperti sebelum kawin, sehingga dalam rumah tangga

tetap terjalin ketentraman yang dilandasi kasih sejati. Sebagai istri dituntut

untuk setia kepada suami dan harus terampil sebagai pendamping suami agar

dapat menjadi motivasi kegiatan suami.

b. Perempuan sebagai ibu rumah tangga

Sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab berkewajiban

secara terus menerus memperhatikan kesehatan rumah, lingkungan dan tata

laksana rumah tangga, mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga untuk

meningkatkan mutu hidup. Keadaan rumah tangga harus mencerinkan suasana

aman, tenteram dan damai bagi seluruh anggota keluarga.

Universitas Sumatera Utara


c. Perempuan sebagai pendidik

Ibu adalah pendidik utama dalam keluarga bagi putra-putrinya.

Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

kepada orangtua, masyarakat dan bangsa yang kelak tumbuh menjadi warga

negara yang tangguh.

d. Perempuan sebagai pembawa keturunan

Sesuai fungsi fitrahnya, wanita adalah sebagai penerus keturunan yang

diharapakan dapat melahirkan anak-anak yang sehat jasmani dan rohaninya,

cerdas pikirannya dan yang memiliki tanggung jawab, luhur budi dan terpuji

dan perilakunya.

e. Perempuan sebagai anggota masyarakat

Pada masa pembangunan ini, peranan perempuan diusahakan untuk

meningkatkan pengetahuan atau keterampilan sesuai dengan kebutuhan

organisasi kemasyarakatan.

2.1.3 Peran Ganda Perempuan

Peran ganda perempuan adalah partisipasi perempuan yang mencakup

sektor domestik maupun sektor publik ,dimana hal ini sangat dibutuhkan

untuk keberhasilan pembangunan. Pada masyarakat pedesaan peran ganda

perempuan bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri dan ibu,

juga harus bekerja diluar rumah, misalnya: bertani, berkebun, berdagang,

mencari kayu, bekerja sebagai buruh dan lain-lain. Karena tanpa bekerja

kebutuhan hidup tidak akan terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


Pergeseran dalam peran (pembagian kerja) antara laki-laki dan

perempuan dalam keluarga dan rumah tangga terjadi ketika seseorang ibu

mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat dan Negara. Di

mana perempuan tidak hanya untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin.

Hal itu harus diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif dan

pasti.

Peran ganda adalah peran pekerjaan yang diterima salah satu jenis

kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Adanya anggapan

dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan bersifat memelihara, rajin,

dan tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, maka akibatnya semua

pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Oleh karna

itu, beban kerja perempuan yang berat dan alokasi waktu yang lama untuk

menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga: mulai dari memasak,

mencuci pakaian, merawat anak, membersihkan rumah, dan sendiri apalagi

selain harus mengerjakan tugas-tugas domestik, mereka masih aja dituntut

harus bekerja, sehingga perempuan miskin memikul beban kerja ganda.

Sedangkan bagi keluarga kaya, beban kerja ini kemudian dilimpahkan kepada

pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga inilah yang menjadi korban

dari bias gender di masyarakat. Mereka bekerja berat dan lebih lama, tanpa

perlindungan dan tanpa adanya kebijakan negara.

Menurut Ihromi (2010:103), Kondisi rumah tangga pada lapisan

bawah dan lapisan menengah bawah memerlukan sumber penghasilan yang

Universitas Sumatera Utara


berganda. Penghasilan kepala rumah tangga tidak dapat untuk mencukupi

seluruh keluarga. Ibu dan anak-anak pada umumnya turut menyumbangkan

penghasilan dan karna adanya sumber yang aneka itu maka berbagai

kebutuhan dapat dipenuhi. Sumbangan para wanita atau anak-anak sering

tidak dapat diperhitungkan langsung dalam uang, tetapi sumbangannya bagi

pendapatan rumah tangga dalam banyak hal bersifat tidak langsung karena

berkat pekerjaan yang dilakukannya maka anggota-anggota lain dalam rumah

tangga bersangkutan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang secara

langsung menghasilkan uang untuk digunakan bagi keperluan rumah tangga.

2.2 Buruh Tani

2.2.1 Buruh

Buruh menurut kamus bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja

untuk orang lain dengan mendapat upah. Menurut undang-undang nomor 13

tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa buruh/pekerja adalah setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, tenaga

kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan uang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau

masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan atau pengusaha

badan hukum atau badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Universitas Sumatera Utara


1. Hak-hak Buruh

Hak-hak buruh dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 seperti:

a. Hak untuk memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi (Pasal 5, Pasal 6);

b. Hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah

pekerjaan (Pasal 31);

c. Hak atas Kepastian dalam Hubungan Kerja (Pasal 50 s.d.Pasal 66)

d. Hak atas Waktu Kerja Waktu Istirahat, Cuti, Kerja Lembur dan Upah

Kerja Lembur (Pasal 77 s.d Pasal 85);

e. Hak berkaitan dengan pengupahan, Jaminan sosial dan kesejahteraan

(Pasal 88 s.d Pasal 101);

2. Jenis-jenis buruh

Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu:

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja

b. Buruh Kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak

mempunyai keahlian dibidang tertentu.

c. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim musim tertentu

(misalnya buruh tebang tebu)

d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik

e. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan

f. Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di

sawah orang lain.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Buruh Tani

Menurut Rachman (2017:125), Tuan tanah adalah pemilik-pemilik

tanah mulai dari sepuluh Ha ke atas hingga ratusan Ha. Mereka tidak

mengerjakan sendiri, melainkan menyewakannya pada pihak lain dengan

sewa berupa uang atau hasil bumi secara bagi hasil. Petani kaya adalah orang

yang memiliki tanah 5-10 Ha, tetapi ia ikut mengerjakannya sendiri meskipun

demikian, mereka lebih senang memperkerjakan buruh tani daipada pihak lain

dengan bagi hasil, mereka hidup makmur dari eksploitasi tenaga buruh tani.

Petani sedang meliputi petani yang memiliki tanah 1-5 Ha, mereka

mengerjakan tanahnya sendiri dengan alat-alat pertaniannya sendiri, hasil

perolehan dari usaha taninya mampu menghidupi keluarga. Petani miskin

dicirikan dengan pemilikan tanah yang sempit (kurang dari 1 Ha).

Kehidupannya tidak cukup hanya dari hasil taninya, karenanya petani miskin

mengerjakan tanah petani kaya atau tuan tanah dengan cara sebagai buruh

atau bagi hasil. Buruh tani adalah mereka pada umumnya tidak memiliki alat

produksi sama sekali, kehidupannya bergantung sepenuhnya pada tenaga yang

ia jual, terutama pada petani kaya.

Damsar (2016:104) menambahkan bahwa dalam literatur bahasa

inggris, petani dibedakan antara farmer dan peasent. Farmer dipahami

sebagai petani yang menguasai faktor produksi secara memadai dengan tanah

pertanian yang relatif luas, mengakumulasi surflus usaha pertaniannya

sehingga mempunyai modal yang relatif kuat dan mempunyai jaringan dengan

Universitas Sumatera Utara


elit (politik, agama, dan ekonomi). Adapun peasent adalah petani yang

menguasai sangat sedikit faktor produksi seperti tanah, yang hasilnya untuk

kebutuhan subsitensi hanya dapat mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya,

dikenal sebagai petani gurem; atau bahkan juga mereka yang tidak memiliki

tanah dan menggantungkan hidupnya pada bagi hasil dan/atau pengerjaan

usaha pertanian dikenal sebagai buruh tani.

Menurut Sjamsidar (Patricia, 2012:24) buruh tani ialah tenaga kerja

upahan dalam proses produksi pertanian, sedangkan menurut kamus besar

bahasa Indonesia, buruh tani diartikan sebagai buruh yang menerima upah

dengan bekerja di kebun atau sawah orang lain. Buruh tani didefinisikan pula

sebagai seseorang yang melakukan suatu kegiatan/pekerjaan di sawah atau

ladang pertanian dengan tidak menanggung risiko terhadap hasil panen dan

bertujuan untuk mendapatkan upah/imbalan (diambil dari Kajian Ekonomi

Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2008).

Buruh tani juga dapat diartikan sebagai penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam kegiatan bercocok tanam dan membuat keputusan

yang otonom tentang proses cocok tanam (Wolf dalam Patria, 2012:15). Pada

dasarnya definisi buruh tani dan petani hampir sama, yang membedakan

hanyalah pada sistem kepemilikan sawah/lahan pertanian serta pengawasan

atas sistem produksi. Buruh tani lebih ditekankan pada petani penggarap,

bukan sebagai pemilik tanah/lahan pertanian dan bukan pula sebagai

Universitas Sumatera Utara


pengawas atas proses produksi pertanian atau lebih singkatnya, buruh tani

adalah petani tak bertanah.

Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya memperoleh

penghasilan terutama dari bekerja dengan memperoleh upah dari pemiik tanah

atau petani penyewa tanah (Sajoggyo dalam Patricia 2012:28). Biasanya

buruh tani termasuk dalam buruh harian lepas, digolongkan sebagai buruh

harian lepas dikarenakan buruh tersebut diikat dengan hubungan kerja dari

hari ke hari, jumlah jam kerja atau jenis pekerjaan yang dilakukan serta

biasanya hanya mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus

tetapi bersifat musiman (Sembiring dalam Patricia 2012 : 28).

Buruh tani hidup di tingkat terbawah pada lapisan masyarakat,

biasanya dalam keadaan yang amat miskin dan merupakan kelompok yang

paling banyak berpindah dalam masyarakat desa, karena mereka tidak

memiliki harta benda milik sendiri dan selalu mencari kerja yang paling

banyak upahnya atau paling ringan. Dalam tingkah lakunya terhadap orang-

orang yang diluar biasanya menyerah saja kepada nasibnya, mereka ingin

memperbaiki keadaanya, tetapi tidak tahu caranya dan karena itu mereka

menyerah saja terhadap nasibnya.

Universitas Sumatera Utara


Sayogyo (Patricia 2012:28) memberikan ciri-ciri buruh tani yang

bekerja dengan upah harian lepas sebagai berikut:

Kegiatan ekonomi :

1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah (pemilik tanah) dengan

gaji sebagai pekerja harian.

2. Setelah hasil pertanian dipanen, buruh tani diperbolehkan menanami

tanah-tanah itu sebelum tanah itu ditanami kembali oleh pemilik tanah.

3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh tani

melakukan perdagangan kecil-kecilan.

Kedudukan sosial:

1. Buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat. Mereka

tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak mempunyai

kedudukan yang akan dipertahankan maupun yang akan hilang. Posisi

seperti ini mempunyai pengaruh besar terhadap nilai-nilai norma

kelompok itu.

2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda

atau orang yang menjamin kelanjutan hidup mereka di masa depan.

Mereka masih cenderung untuk menerima nasib saja, tunduk dan

berserah diri.

3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang

kecerdasan, juga tidak memiliki pengalaman untuk mengelola pertanian.

Universitas Sumatera Utara


Mereka telah terbiasa bekerja sebagai buruh tani sepanjang hidup, dan

oleh karena itu mereka tahu mengenai pekerjaan di sektor pertanian.

4. Buruh tani sebagai kelompok tidak hanya terikat pada desa mereka,

terkadang ada juga yang berasal dari daerah lain dan kalau telah datang

waktunya mereka berpindah ke tempat yang baru dimana mereka

berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau mendapatkan upah

yang lebih besar dan kerja yang lebih ringan. (Sayogjo, 1995 : 113-114)

2.2.3 Buruh Perempuan

Buruh permpuan merupakan pengelompokkan buruh berdasar jenis

kelamin, buruh perempuan atau angkatan kerja perempuan adalah perempuan

yang mempunyai hubungan kerja antara manajemen dengan buruh, tidak

termasuk pegawai negeri dan angkatan kerja yang bekerja sendiri (Patricia,

2012:25). Menurut undang-undang no 13 tahun 2013 pasal 76 tentang buruh

perempuan menyebutkan bahwa:

1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas)

dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang

menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselaman

kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai

dengan pukul 07.00.

3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul

23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib :

Universitas Sumatera Utara


a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan

b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja

4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh

perempuan yang berangkat dan pulanag bekerja antara pukul 23.00 sampai

dengan pukul 05.00

Keterlibatan perempuan dalam ekonomi mau tidak mau harus diakui,

walaupun pada kenyataannya ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan

dalam kegiatan kerja. Perempuan yang bekerja dapat membantu suami dalam

mendukung perekonomian keluarga. Untuk membantu ekonomi keluarga

peran perempuan yang bekerja sangat dibutuhkan terutama dalam hal

membantu menambah penghasilan keluarga. Mereka bersedia

menyumbangkan tenaganya untuk menghasilkan Gaji/Upah (Hidayat, 2006).

Fergus mengemukakan bahwa desakan ekonomi (bagi ibu yang berpendidikan

SD ke bawah) tempaknya lebih merupakan faktor yang mempengaruhi

keputusan ibu untuk masuk ke pasar kerja(dikutip dalam Hidayat, 2006)

Ada beberapa motif perempuan bekerja yaitu antara lain karena

kebutuhan finansial, kebutuhan sosial-relasional dan kebutuhan aktualisasi

diri. Perempuan miskin di desa maupun di kota merupakan kelompok terbesar

yang terus-menerus mencari peluang kerja demi memenuhi kebutuhan dasar.

Mereka bekerja sebagai buruh tani, pembantu rumah tangga, pemulung atau

buruh pabrik (Wulansari,2011).

Universitas Sumatera Utara


Keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh

dari:

1. Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya

kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.

2. Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni

desakan/kesulitan ekonomi keluarga (Sudarwati:2003).

Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan

ekonomi inilah yang pada hakekatnya menghantarkan kaum wanita untuk

bekerja di sektor publik.

2.3 Teori Feminisme

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori feminisme,

zohra seorang penganut aliran feminisme sosialis (listiani dkk, 2002:33)

mengatakan bahwa hubungan antara partisipasi perempuan dalam ekonomi

dianggap perlu, tapi tidak selalu akan menaikkan status perempuan. Bagi

feminis sosialis, meningkatnya partisipasi perempuan dalam ekonomi lebih

berakibat pada peran antagonism seksual disbanding status. Dan feminisme

sosialis menilai penindasan perempuan terjadi di kelas manapun dan

menganggap bahwa penindasan perempuan bisa melahirkan kesadaran

revolusi tapi bukan revolusi perempuan sebagai jenis kelamin (woman as sex),

yang diperangi oleh feminisme sosialis adalah kontruksi visi dan ideologi

masyarakat serta struktur dan sistem yang telah adil yang dibangun atas bias

gender.

Universitas Sumatera Utara


Lahirnya gerakan feminisme sekitar tahun 60-an dan pertama muncul

di Amerika sebagai bagian dari perlawanan terhadap budaya yang ekstrim

termasuk melakukan gerakan hak-hak sipil (civil right) dan kebebasan sexual

(sexual liberation). Setelah ini banyak tumbuh kelompok feminis yang

memperjuangkan nasib kaum perempuan guna memenuhi kebutuhan praktis

seperti pengasuhan anak, kesehatan, pendidikan dan aborsi.

Di amerika ada dua gerakan perempuan, gerakan pertama yang

dilakukan adalah gerakan gender lebih menekankan kepada kesetaraan peran

tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar kaum perempuan. Dan kemudian muncul

gerakan feminis yang menanggapi masalah ketimpangan antara laki-laki dan

perempuan, diskriminasi dan penindasan terhadap kaum permpuan. Pada

tingkat sosial gerakan ini diwarnai oleh tuntutan persamaan hak agar para

perempuan dapat menyamai pria di dalam bidang sosial, ekonomi dan

kekuasaan poilitik. Gerakan kaum feminis ini mutlak menuntut persamaan

hak terhadap kaum laki-laki dalam segala dimensi kehidupan.

Menurut Listiani dkk (2002:47), adanya peran rangkap tiga (triple

role) dan anggapan urusan publik adalah urusan laki-laki dan peran

perempuan terperangkap dalam sektor domestik. Kaum feminis menginginkan

suatu realitas dimana perempuan dapat lebih terlibat dalam kegiatan publik.

Keterlibatan perempuan dalam dunia publik merupakan peran ganda memang

berarti beban ganda. Dengan adanya beban ganda dan perempuan harus

mengerjakan dua pekerjaan sekaligus, banyak contoh dampak yang dialami

Universitas Sumatera Utara


perempuan, dan hilangnya peluang atau kesempatan perempuan untuk

berkembang, maka didukung dengan adanya aturan Negara atau pemerintah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Dalam mendukung penelitian ini, penulis berpedoman pada penelitia-

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, antara lain sebagai

berikut:

1. Patricia Suryani (2012), “Konstruksi Sosial Atas Buruh Tani Perempuan Di

Masyarakat Desa (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Karang Sari,

Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur)”. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa buruh tani perempuan merupakan

perempuan-perempuan sebagai tenaga kerja yang dikarenakan beberapa hal

yang menyebabkan mereka bekerja sebagai buruh tani, mereka bekerja bukan

atas dasar kewajiban mencari nafkah utama dalam keluarga dan biasanya

mereka bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi subsistem.

2. Arsini (2014), “Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga masyarakat Agraris

(Kasus Istri Buruh Tani Di Desa Putat Purwodadi Grobogan)”. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa: 1. Peranan istri buruh tani di Desa Putat

dalam peningkatan ekonomi banyak terkonsentrasi pada sektor informal. 2.

Partisipasi istri dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Putat

diwujudkan dalam ketiga perannya baik dalam lingkungan rumah tangga,

dalam bidang ekonomi, maupun dalam masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, peneliti memilih pendekatan deskriptif karena untuk menganalisis

suatu keadaan atau gejala tertentu di lokasi penelitian. Peneliti berusaha

menggali, mengidentifikasi dan menjelaskan bagaimana upaya keluarga

perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga dan membagi waktu

bekerja di buruh tani dan di rumah tangga.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Silau

Merawan, Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun

alasan peneliti melakukan penelitian di daerah tersebut karena di Desa Silau

Merawan banyak perempuan yang bekerja di sawah orang lain untuk

memenuhi kebutuhan keluarga mereka sedangkan kaum laki-laki lebih

memilih bersantai atau duduk di warung kopi. Peneliti mudah mendapatkan

informasi terkait penelitian serta mudah dijangkau dari tempat tinggal peneliti.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah seluruh keseluruhan unsur yang menjadi fokus

penelitian yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Dalam pengertian

Universitas Sumatera Utara


yang lain, unit analisis ini dilakukan oleh peneliti agar validitas dan reabilitas

penelitian dapat terjaga. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu,

kelompok, organisasi, benda, wilayah, dan waktu tertentu sesuai dengan fokus

permasalahannya. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah

perempuan buruh tani yang ada di desa Silau Merawan.

3.3.2 Informan

Informan penelitian didalam penelitian kualitatif berkaitan dengan

bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat

diperoleh. Informan merupakan subjek yang memahami objek penelitian

(Bungin, 2008).

Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive untuk

menentukan informan kunci yaitu informan dipilih berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu dengan sifat-sifat yang bisa diketahui sebelumnya yang

sesuai dengan tujuan peneliti. Informan yang diteliti sebanyak 15 orang

dengan karakteristik informan sebagai berikut :

1. Informan kunci, yaitu informan yang mengetahui dan memiliki informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian

ini adalah Istri yang bekerja sebagai buruh tani.

2. Informan utama, yaitu informan yang terlibat langsung dan berinteraksi

dengan informan kunci. Informan utama dalam penelitian ini adalah

Suami dari istri yang bekerja sebagai buruh tani.

Universitas Sumatera Utara


3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interkasi sosial yang diteliti.

Informan tambahan dalam penelitian ini adalah Pemberi kerja dan

masyarakat sekitar.

3.4 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari

sumber-sumber pertama. Dalam penelitian ini, data atau informasi didapatkan

langsung dari sumber primer (sumber utama) penelitian yakni perempuan

rumah tangga dan kaum laki-laki. Sedangkan data sekunder adalah studi

kepustakaan berhubungan dengan kajian penelitian yang diperoleh dari

sumber kedua setelah data primer dari kebutuhan akan data.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data yang relevan dan akurat.adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini ialah observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.5.1 Observasi

Usman dan Purnomo (2009:52) mengatakan bahwa observasi adalah

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejal-gejala yang diteliti.

Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan

tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat

Universitas Sumatera Utara


dikontrol keandalan (reabilitas) dan kesahihan (validitas). Dalam

menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan

pengamatan dan ingatan si peneliti. Akan tetapi kadang kala penglihatan dan

ingatan manusia (peneliti) terbatas sehingga diperlukan alat bantu untuk

merekam atau mencatat data-data hasil observasi seperti catatan harian,

kamera dan alat-alat lainnya yang dianggap relevan.

3.5.2 Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2012:410), wawancara merupakan pertemuan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jenis

wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara terstukur yaitu dalam

melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban telah

disiapkan.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai

dengan tujuan dan fokus masalah. Metode dokumentasi digunakan untuk

mendukung metode-metode lainnya. Data-data yang dikumpulkan dengan

teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder karena didapatkan

dari sumber kedua.

Universitas Sumatera Utara


Metode dokumentasi menjadi sangat penting dalam penelitian ini

karena ingin melihat bagaimana upaya keluarga perempuan dalam

meningkatkan ekonomi keluarga dan membagi waktu bekerja di buruh tani

dan di rumah tangga. Peneliti akan m enghimpun beberapa dokumentasi yang

dimiliki oleh keluarga perempuan terkait upayanya dalam meningkatkan

ekonomi keluarga dan membagi waktu bekerja buruh tani dan di rumah

tangga.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yag diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2015:428).

Menurut Miles and Huberman (1984), aktivitas `dalam analisis bisnis

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh, aktivitas dalam analisis data

sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

Universitas Sumatera Utara


gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. .

b. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1.1 Sejarah Singkat Desa Silau Merawan

Desa Silau Merawan adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Dolok

Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Terbentuknya Desa

Silau Merawan dari para tetua dan leluhur bahwa pada Zaman dahulu berdiri sebuah

Kerajaan Simalungun bernama Malasori dan dipimpin oleh Raja Abdul Gafar Purba.

Ketika Kerajaan Raya hendak menyerang Kerajaan Malasori, pada saat memasuki

perbatasan. Pasukan Kerajaan Raya tak mampu melihat Kerajaan Malasori karena

silau, maka gagallah rencana Raja Raya yang hendak menyerang Kerajaan Malasori.

Setelah wafat Raja Abdul Gafar Purba maka kerajaan dipimpin oleh putranya yang

bernama Raja Sadikan Purba. Sejak saat itu wilayah kerajaan Malasori pecah menjadi

dua yaitu Gunung Bokou dan Silau Merawan. Pertama kali pejabat yang menjabat

sebagai Penghulu di Desa Silau Merawan adalah Mereng Sipayung sekitar tahun

1900 Masehi.

4.1.2 Gambaran Geografis dan Batasan Wilayah Desa Silau Merawan

Desa Silau Merawan merupakan salah satu desa 27 desa dan 1 kelurahan yang berada

di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

Secara geografis Desa Silau Merawan terletak pada ketinggian 110 M diatas

permukaan Laut, mempunyai batasan-batasan wilayah yaitu sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Hutanauli

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Perkebunan Rambutan

c. Sebelah Selatan : Berbatasan Dengan Desa Batu 12

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Batu 13

Tabel 4.1

Nama-nama pemimpin di Desa Silau Merawan

No Periode Nama Kepala Desa Keterangan


1 Tidak diketahui Raja Abdul Gafar Purba Kerajaan Malasori
2 Tidak diketahui Raja Sadikin Purba Kerajaan Malasori
3 1900-1925 Mereng Sipayung Pangulu
4 1925-1955 Bisara Saragih Pangulu
5 1955-1968 Leman Saragih Pangulu
6 1968-1985 Tiur Halomoan Panjaitan Kepala Desa
7 1985-1993 Juara Manurung Kepala Desa
8 1993-2008 Ridwan Purba Kepala Desa
9 2008-2015 Rasmito LN Purba Kepala Desa
10 2016 sampai Rasmito LN Purba Kepala Desa
sekarang
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan Tahun 2016

Luas wilayah Desa Silau Merawan adalah ± 288 Hektar, dimana 9,72 % berupa

daratan yang bertofografi tanah datar, 90,28 % persawahan dimanfaatkan sebagai

lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan tadah hujan dan pola

penggunaan tanah atau tata guna tanah. Umumnya tanah yang digunakan oleh

masyarakat atau petani di Desa Silau Merawan adalah sebagian besar digunakan

untuk berladang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2

Luas Penggunaan Tanah di Desa Silau Merawan

No Penggunaan Tanah Luas (Ha)


1 Bangunan dan Pekarangan 13,50

Universitas Sumatera Utara


2 Persawahan 260
3 Ladang (lahan kering )/ Perkebunan Rakyat 12,5
4 Perkantoran 1
5 Perkuburan / tanah wakaf 1
Total 288
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan tahun 2016

4.1.3 Komposisi Penduduk Desa Silau Merawan

Penduduk Desa Silau Merawan menganut beberapa agama. Penduduk desa

termasuk kedalam mayoritas yang menganut agama islam. Komposisi Desa Silau

Merawan menurut agama dapat dilihat pada tabel, dibawah ini :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Desa Silau Merawan Berdasarkan Agama Yang Dianut

No Agama Jumlah (Jiwa)


1 Islam 423
2 Kristen Protestan 144
3 Katolik -
4 Hindu -
Total 679
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan tahun 2016

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Desa Silau Merawan Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Jumlah (Jiwa)


1 Karo 1
2 Batak Toba 404
3 Jawa 261
4 Minang 1
5 Melayu -
6 Lain-lainnya -
Total 679
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Silau Merawan

terdiri dari beberapa suku bangsa(Etnis), namun ada satu suku yang lebih didominasi

Desa Silau Merawan yaitu suku Batak Toba.

Desa Silau Merawan memiliki penduduk sebanyak 4648 jiwa dengan 1432

Kepala Keluarga (KK), dan menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak jumlahnya

dari pada laki-laki, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Silau Merawan

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa


1 Laki-laki 322
2 Perempuan 357
Total 679
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan tahun 2016

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Menurut Usia di Desa Silau Merawan

No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa)


1 0-6 71
2 7-15 127
3 16-18 52
4 19-24 95
5 25-55 219
6 56-79 102
7 ≥80 13
Total 679
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan 2016

Berdasarkan data Monografi Desa Silau Merawan. Maka komposisi penduduk

menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah


1 Petani 252
2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 9
3 ABRI/ Polri 2
4 Medis 1
5 Lain-lainnya 394
Total 679
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Silau

Merawan memiliki pencaharian yang bermacam-macam dan lebih didominasi oleh

pencaharian sebagai petani.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Desa Silau Merawan

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat untuk mendukung keberhasilan

suatu daerah yang dilakukan dalam pelayanan publik dan proses perkembangan suatu

daerah karena apabila sarana dan prasarana tidak dipenuhi akan menghambat laju

perkembangan suatu daerah baik secara umum maupun secara khusus. Keadaan

sarana dan prasara di Desa Silau Merawan akan mempengaruhi perkembangan dan

kemajuan masyarakat Desa Silau Merawan. Semakin baik sarana dan prasarana

pendukung maka akan mempercepat laju pembangunan desa Sialu merawan baik di

tingkat lokal maupun regional. Keadaan sarana prasarana di Desa Silau Merawan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8

Sarana dan Prasarana di Desa Silau Merawan

No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan


1 Pendidikan PAUD -
TK -
SD 1 Baik
SLTP - -
SLTA -
Madrasah Diniah Awaliyah -
2 Kesehatan Puskesmas Pembantu -
Posyandu 1
3 Rumah Ibadah Masjid 1 Baik
Mushola 1 Baik
Gereja - Baik
4 Umum Balai Desa 1 Baik
Kantor Desa 1 Baik
Balai Pertemuan Dusun - -
Tempat Pemakaman Umum 3 Baik
Pemancar RRI - -
Kantor Pos Giro - -
Lumbung Tani - -
Sumur Bor - -
Pajak Pekanan Mingguan - -
Jembatan 3 Baik
5 Transportasi Jalan Aspal 1,9 km
Jalan Tanah 1 km
Sumber : Data Monografi Desa Silau Merawan 2016

4.1.5 Visi dan Misi Desa Silau Merawan

a. Visi Desa

Visi Desa disusun dari rangkaian panjang diskusi-diskusi formal maupun

informal dengan segenap warga atau tokoh-tokoh masyarakat sebagai representasi

dari warga masyarakat.Visi Desa semakin mendapatkan bentuknya bersamaan dengan

terlaksananya rangkaian kegiatan dan musyarawah yang dilakukan untuk penyusunan

RPJM Desa Tahun 2016-2021.Dalam kegiatan ini, semakin mendekatkan Visi Desa

Universitas Sumatera Utara


dengan kenyataan yang ada di desa dan masyarakat. Kenyataan yang dimaksud baik

merupakan potensi, permasalahan maupun hambatan yang ada di desa dan

masyarakatnya, yang ada pada saat ini maupun ke depan. Bersamaan dengan

penetapan RPJM Desa, dirumuskan dan ditetapkan juga visi Desa:

“Terwujudnya Desa Silau Merawan menjadi desa mandiri melalui bidang

Pertanian dan perternakan”

Visi tersebut mengandung pengertian bahwa cita-cita yang akan dituju di

masa mendatang oleh segenap warga Desa.

b. Misi Desa

Misi Desa merupakan turunan dari Visi Desa.Misi merupakan tujuan jangka

lebih pendek dari visi yang menunjang keberhasilan tercapainya sebuah visi. Dengan

kata lain, Misi desa merupakan penjabaranlebih operasional dari visi. Penjabaran dari

visi ini diharapkan dapat mengikuti dan mengantisipasi setiap terjadinya perubahan

lingkungan di masa yang akan dating dari usaha-usaha mencapai visi desa.

Dalam meraih Visi Desa seperti yang sudah dijabarkan di atas, dengan

mempertimbangkan potensi dan hambatan baik internal maupun eksternal.Maka

disusunlah Misi Desa.

1. Menciptakan pelayanan secara adil di seluruh lapisan masyarakat.

2. Mewujudkan pertanian yang bermutu dengan menyesuaikan keadaan tanah.

Universitas Sumatera Utara


3. Menyelenggarakan pembinaan guna mengembangkan kreatifitas masyarakat di

segala bidang.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Informan Kunci (Buruh Tani)

Informan I

Nama : R. Sitorus

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SD

Pagi hari tepat pada tanggal 15 Maret 2018, pertama kali peneliti melakukan

wawancara dengan seorang informan yang bernama R. Sitorus, informan merupakan

saudara peneliti yang jarak rumahnya di depan rumah peneliti. Ketika akan

melakukan wawancara peneliti meminta izin kepada informan untuk memberikan

waktunya agar menjawab pertayaan yang akan peneliti tanyakan. Awalnya informan

malu-malu untuk memberikan jawaban agar mau diwawancarai, informan mengaku

bahwa jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Namun dengan berbagai cara peneliti mampu menarik hati informan untuk ditanyain

seputar pertanyaan tentang Peran Ganda Perempuan Buruh Tani.

Setelah informan menyetujui untuk dilakukan wawancara, pertama-tama

peneliti menanyakan tentang data diri informan.Dari hasil wawancara tentang data

diri informan. Informan pertama ini bernama R. Sitorus usia informan 42 tahun.

Informan adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus buruh tani.Informan telah

memiliki suami dan memiliki dua anak laki-laki telah mengenyam pendidikan SMA,

dua anak perempuan telah mengenyam pendidikan SMP.Informan baru menetap di

desa Silau Merawan ketika suami informan di PHK sebagai karyawan PTPN.

Informan menyatakan bekerja sebagai buruh tani yaitu untukbayar uang sekolah

anak-anak, untuk kebutuhan pokok dan lain-lain. Informan bekerja sebagai buruh tani

mulai dari pukul 07.00 wib sampai jam 18.00 wib. Selama informan mengerjakan

pekerjaan sebagai buruh tani dan sekaligus sebagai ibu rumah tangga tidak

mengganggu aktifitas nya. Informan juga menyatakan bahwa dengan melaksanakan

peran ganda, ia tidak pernah merasakan adanyan hambatan dan informan nyaman

dengan pekerjaan buruh tani, karena mendapatkan upah yang halal dan dapat

memenuhi kekurangan yang ada di keluarga.

Wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan berjalan dengan baik,

meskipun awal melakukan wawancara informan malu-malu saat diajukan

pertanyaan.Namun dengan perlahan peneliti memberikan rasa nyaman pada informan

sehingga mau memberikan jawaban yang peneliti tanyakan. Wawancara berlangsung

Universitas Sumatera Utara


dua jam. Setelah semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dijawab oleh

informan. Maka peneliti mengucapkan terima kasih pada informan, dan diakhiri

dengan dokumentasi.

Informan II

Nama : R. Simarmata

Usia : 42

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMA

Sekitar pukul 11.00 wib setelah peneliti selesai melakukan wawancara dengan

informan pertama.Peneliti pun melanjutkan wawancara dengan informan yang

berbeda.Informan kedua adalah tetangga sebelah peneliti. Ketika peneliti akan

mendatangi rumah informan untuk melakukan wawancara, informan bersedia untuk

diwawancara, karena niat informan untuk membantu peneliti menyelesaikan tugas

kuliah peneliti.

Informan kedua bernama R. Sinaga, usia informan 42 tahun. Informan

merupakan salah satu lorong kampung peneliti yang tidak kenal lelah untuk bekerja.

Informan telah menikah dan memiliki tiga orang anak dengan masing-masing usia.

Anak pertama telah mengenyam pendidikan SMA, anak kedua telah mengenyam

pendidikan SD, dan anak ketiga masih kecil.

Universitas Sumatera Utara


Menurut informan melaksanakan tugas rangkap seperti ibu rumah tangga dan

buruh tani adalah sangat menguras tenaga dan mendapatkan upah untuk membantu

ekonomi keluarga.Informan bekerja sebagai ibu rumah tangga pada pukul 05.00 wib

sampai pukul 06.30 wib. Namun dengan waktu singkat yang informan berikan untuk

menyelesaian pekerjaan rumah, informan terkadang dapat menyelesaikan pekerjaan

itu sendiri. Mulai pukul 07.00 sampai pukul 08.00 wib, informan bekerja sebagai

buruh tani. Dengan pekerjaan yang padat dilakukan oleh informan tidak mengganggu

aktifitas lainnya, palingan waktu untuk mengajar anak-anak berkurang.

Wawancara yang dilakukan dengan informan kedua adalah sekitar satu

jam.Setelah semua pertanyaan di jawab informan, peneliti meminta informan untuk

melakukan dokumentasi, dan peneliti mengucapkan terima kasih kepada informan

atas waktu yang diberikan.

Informan III

Nama : J.Sitorus

Usia : 37 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMA

Pukul 14.00 wib, peneliti kembali melakukan wawancara dengan masyarakat

buruh tani.Dalam melakukan wawancara peneliti masih mencari informan yang lagi

Universitas Sumatera Utara


beristirahat makan siang di ladang.Peneliti mendatangi salah satu ladang yang banyak

masyarakat buruh tani bekerja di ladang tersebut.Informan ketiga bernama J.

Sitorus.Informan sedikit kebingungan dengan kehadiran peneliti ke ladang.Informan

menanyakan kedatangan peneliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud

kedatangannya yaitu untuk melakukan wawancara seputar Peran GandaPerempuan

Buruh Tani. Setelah informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti, informan

mempersilahkan peneliti dengan sangat santun dan ramah.Pertama peneliti

menjelaskan maksud kedatangannya dan menanyakan tentang data diri

informan.Informan menjwab pertanyaan peneliti.

Nama lengkap informan adalah J. Sitorus, usia informan 37 tahun. Informan

adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus buruh tani. Informan memiliki tiga orang

anak perempuan dan dua oran laki-laki. Kelima anak informan telah mengenyam

pendidikan.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, informan harus bekerja

sebagai buruh tani.

Setelah mendapatkan informasi tentang data diri informan yang ke

tiga.Peneliti kembali menanyakan tentang Peran Ganda Perempuan Buruh Tani yang

dirasakan informan.Informan mengatakan bahwa bekerja sebagai buruh tani adalah

pekerjaan yang terlalu menoton.Informan dapat mengerjakan segala pekerjaan yang

ada di ladang seperti, menyemprot, menanm ubi, membersihkan pangkal ubi yang

telah di panen, menaikkan jaluran dan mencabut ubi.Informan juga menyatakan

bahwa peran ganda yang dilaksanakan karena minimnya ekonomi keluarga dan suami

yang memiliki pekerjaan serabutan.Namun demikian informan mau bekerja sebagai

Universitas Sumatera Utara


buruh tani untuk membayar uang sekolah anak-anak dan unuk kebutuhan perut

keluarga.Setelah semua pertanyaan yang diajukan selesai dan telah dijawab oleh

informan. Peneliti mengahiri proses wawancara dengan informan dan dilanjutkan

dengan dokumentasi.

Informan IV

Nama : A. Simanjuntak

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SD

Hari kedua peneliti kembali melakukan wawancara. Peneliti menuju sebuah

pondok tempat beristirahat buruh tani. Disana peneliti menemui pemilik ladang,

ketika peneliti meminta kepada pemilik ladang agar buruh tani dapat diwawancarai

oleh peneliti, pemilik ladang menyetujuinya. Kemudian peneliti pun segera

mendatangi buruh tani yang sedang bekerja dan menanyakan kesediaan informan

untuk diwawancarai. Informan pun menyetujui untuk dilakukan wawancara di ladang.

Pertama peneliti menanyakan tentag data diri informan.Ketika dilakukan wawancara

informan pun menjawabnya dengan senang hati.Informan bernama A. Simanjuntak,

usia informan 42 tahun. Informan adalah seorang ibu rumah tangga dan buruh tani

Universitas Sumatera Utara


yang bertanggung jawab atas keluarga.Informan memiliki satu orang anak yang telah

mengenyam pendidikan SD dan satu orang anak laki-laki yang telah masih kecil.

Menurut informan melaksanakan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan

buruh tani adalah salah satu hal yang membuat informan harus melaksanakannya

yaitu minimnya ekonomi keluarga dan kurangnya tanggung jawab sebagai suami

untuk mencari nafkah.Informan bekerja sebagai buruh tani mulai pukul 07.00 wib

hingga pukul 18.00 wib.Pekerjaan yang bisa dilakukan oleh informan yaitu menanam

ubi, merumput, memanen jagung hingga pada pekerjaan laki-laki informan dapat

menyelesaikannya. Pada pukul 05.00 wib informan bangun dan langsung

mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membereskan

anak sekolah.Selama informan melaksanakan perannya, informan tidak pernah

merasakan adanya hambatan, karena itu sebagian dorongan anak yang ingin sekolah,

sehingga informan harus lebih semangat lagi bekerja.Setelah selesai melakukan

wawancara, peneliti melakukan dokumentasi dengan informan.

Informan V

Nama : M. Sianturi

Usia : 29 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMA

Universitas Sumatera Utara


Pukul 11.00 wib peneliti kembali melanjutkan wawancara. Peneliti menuju

informan ke lima yang berada tidak jauh dari informan ke empat. Ketika peneliti

meminta ketersedian informan untuk dilakukan wawancara.Informan pun menyetujui

untuk dilakukan wawancara. Informan kelima bernama M. Sianturi, usia informan 29

tahun. informan merupakan salah satu buruh tani yang selalu sedia untuk diajak ke

ladang. Informan telah menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki dan satu

orang anak perempuan yang masih kecil.

M. Sianturi menyatakan bahwa bekerja sebagai buruh tani karena ekonomi

keluarga yang minim dan suami kerja tidak kerja, disebabkan karena jarang orang

yang membutuhkan tenaga suami informan. Bekerja sebagai buruh tani adalah

keputusan informan, karena informan ingin meringankan beban suami dan ingin

meningkatkan ekonomi keluarga mereka.Melaksanakan peran sebagai buruh tani

memiliki dampak positif yangditerima oleh informan yaitu mendapatkan uang, dan

pikiran menjadi tenang.Sedangkan dampak negatifnya yaitu anak-anak menjadi

kurang kasih sayang.Setelah beberapa jam peneliti melakukan wawancara tentang

peran ganda perempuan buruh tani. Peneliti mengakhiri wawancara dengan

melakukan dokumentasi.

4.2.2 Informan Utama (Suami dari Buruh Tani)

Informan I

Nama : R. Sinambela

Usia : 41 tahun

Universitas Sumatera Utara


Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMU

Jumat, tanggal 22 Maret 2018, peneliti menuju salah satu rumah informan

utama yang baru pulang dari warung kopi.Sesampainya di rumah informan, peneliti

dipersilahkan masuk ke dalam untuk melakukan wawancara.Peneliti pun

menyampaikan maksud kedatangannya yaitu untuk melakukan wawancara dengan

Bapak R. Sinambela mengenai Peran Ganda Perempuan Buruh Tani.Namun, awalnya

peneliti ditolak oleh informan untuk dilakukan wawancara, karena informan

menganggap bahwa hal seperti itu tidak boleh diberitahukan.Setelah beberapa menit

peneliti menjelaskan lebih dalam lagi maksud kedatangannyadan informan akhirnya

bersedia menerima untuk dilakukan wawancara.Dimulai dengan melakukan

wawancara dengan meminta data diri Bapak R. Sinambela terlebih dahulu.

R. Sinambela adalah seorang buruh tani yang berdomisili di desa Silau

Merawan. Informan awalnya bekerja sebagai karyawan PTPN. Namun sejak beliau

di PHK penghasilan menetap beliau sudah tidak ada lagi.Informan mempunyai empat

orang anak yamg masih dalam tanggunganya.Selama informan di PHK, informan

menjadi malas bekerja dan lebih sering nongkrong di warung.Kemudian setelah

selesai melakukan wawancara tentang data diri bapak R. Sinambela.Peneliti

melanjutkan Tanya jawab tentang Peran Ganda Perempuan Buruh Tani yang

dirasakan oleh istri informan.Informan menyatakan bahwa istri informan itu seperti

Universitas Sumatera Utara


“wonder woman” karena bisa kuat mengerjakan banyak pekerjaan.dia tidak pernah

mengeluh atas pekerjaan yang dilakukannya. kalau ada pekerjaan di ladang orang

lain, istri saya akan bangun lebih pagi yaitu jam 05.00 WIB. Informan dan anak-anak

belum bangun tetapi istri sudah membersihkan rumah serta menyiapkan keperluan

keluarga.kalau bagi keluarga, istri informan sosok yang sigap dalam segala pekerjaan.

Informan juga bekerja di ladang, tetapi pada jam 06.00 informan minum kopi

sebelum ke ladang.kegiatan seperti itu sudah biasa di kampung ini. laki-laki lebih

sedikit bekerja daripada perempuan. Selama dalam pernikahan kami, dia adalah istri

dan ibu yang baik.begitu juga dalam keluarga besar, dia menjadi menantu yang baik

dan dibanggakan oleh mertua. boru batak semakin berharga kalau giat bekerja,

begitulah ucapan orangtua. Setelah beberapa jam peneliti melakukan wawancara

tentang Peran Ganda Perempuan Buruh Tani. Peneliti mengucapkan terimakasih

kepada informan atas informasi yang telah diberikan dan mengakhiri wawancara

dengan melakukan doumentasi.

Informan II

Nama : R. Tampubolon

Usia : 43 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir :SMP

Universitas Sumatera Utara


Peneliti kembali melanjutkan wawancara dengan informan kedua yaitu

dengan Bapak R. Tampubolon yang mengetahui tentang Peran Ganda Perempuan

Buruh Tani.Seperti wawancara sebelumnya, peneliti terlebih dahulu menanyakan

tentang data diri informan. Bapak R. Tampubolon adalah suami dari Ibu R. Sinaga,

Bapak R. Tampubolon saat ini berusia 43 tahun, pekerjaan Bapak R. Tampubolon

saat ini hanya sebagai buruh tani apabila ada yang memerlukan tenaganya. Sehingga

istri beliau mengambil keputusan untuk bekerja sebagai buruh tani, agar dapat

memenuhi kebutuha ekonomi keluarga.

Menurut Bapak R. Tampubolon istri beliau bekerja sebagai buruh tani adalah

sebagai alat bantu ekonomi keluarga, walaupun istri beliau mengalami kepanasan

karna terik nya matahari dan kenak hujan. Namun, saat beliau tidak bekerja, beliau

dan anak-anak dapat meringankan peran ganda yang dirasakan oleh istri dengan cara

bekerja membereskan rumah. Informan juga menyatakan bahwa Istri tidak mengenal

lelah atau capek disaat mengerjakan kedua peran, karena kedua peran tersebut sudah

hal yang biasa buat istri dan istri harus dapat mengerti ketika tenaga beliau tidak

diperlukan orang.

Informan III

Nama : J. Sianturi

Usia : 38 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Universitas Sumatera Utara


Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMA

Tepat pada pukul 16.00 wib.Setelah selesai melakukan wawancara dengan

informan kedua.Peneliti kembali melakukan wawancara dengan Bapak J. Sianturi,

berusia 38 tahun. Informan memiliki lima orang anak dengan masing-masing usia

masih dalam tanggungan orang tua. Informan hanya bekerja sebagai buruh tani dan

memiliki penghasilan pas-pasan.Sehingga istri informan harus dapat bekerja untuk

menambah penghasilan. Menurut informan istri bekerja sebagai buruh tani itu salah

satu pekerjaan yang bisa istri lakukan, karena istri tidak memiliki keahlian lain dan

pendidikan yang kurang untuk bekerja lainnya yang tidak kenak terik matahari dan

hujan. Walaupun demikian istri informan tidak pernah lelah untuk bekerja, supaya

anak-anak bisa menggapai semua keinginannya.Dengan pekerjaan yang padat

dilakukan oleh istri informan dapat memringankan dengan mengerjakan pekerjaan

rumah ketika informan tidak bekerja menjadi buruh tani. Istri menghabiskan waktu

bekerja buruh tani selama 8 jam dan untuk keluarga hanya saat malam saja, itupun

kalau istri tidak kecapean. Namun, dengan pekerjaan yang padat, istri dapat

menyeimbangkannya dengan cara bangun lebih awal untuk membereskan pekerjaan

rumah, dan setelah pukul 07.00 wib istri siap-siap untuk mengurus keperluan yang ia

bawak ke ladang. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti mengakhiridengan

melakukan dokumentasi.

Universitas Sumatera Utara


Informan IV

Nama : A. Simanjuntak

Usia : 44 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMP

Bapak A. Manik adalah seorang pekerjaan utanya buruh tani di desa Silau

Merawan, di desa Silau Merawan banyak sekali bapak-bapak yang hanya nongkrong

di warung saja sedangkan istri menjadi buruh tani. Informan memiliki dua anak

dengan masing-masing usia. Informan saat ini tinggal bersama orangtua, karena

informan tidak mampu membayar uang kontrakan rumah jika mereka pindah dari

rumah orangtua tersebut.Walaupun demikian informan merasakan bosan dengan

kegiatanya begitu-gitu saja.Sehingga istri mengambil keputusan untuk bekerja

sebagai buruh tani.

Informan menyatakan bahwa Istri bekerja sebagai buruh tani adalah untuk

membantu ekonomi keluarga, karena ekonomi keluarga informan sangat minim

sekali.Istri menghabiskan waktu bekerja sekitar 8-9 jam dan untuk keluarga hanya 5

jam saja, itupun kalau istri tidak kecapean dari ladang. Selama istri melakukan

pekerjaan ini istri tidak pernah bersungut-sungut dan tidak pernah menampakkan

kecapeannya di depan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


4.2.3 Informan Tambahan

Informan I

Nama : L. Nainggolan

Usia : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMA

Setelah selesai melakukan wawancara dengan informan kunci dan informan

utama.Peneliti melanjutkan wawancara dengan informan tambahan yang mengetahui

tentang seputar Peran Ganda Perempuan Buruh tani.Peneliti sedikit kesulitan mencari

informan, karena hamper seluruh pintu rumah tertutup.Setelah beberapa menit,

peneliti menemukan informan tambahan untuk diwawancarai.Sesampainya di rumah

informan, peneliti memberitahukan maksud kedatangannya dan informan menyetujui

untuk dilakukan wawancara. Informan bernama L. Nainggolan dan saat ini usia

informan 45 tahun. Informan merupakan salah satu warga yang memiliki lahan luas

dan sering membutuhkan tenaga buruh tani. Informan sudah memiliki suami yang

bernama L. Manurung, dan memiliki ank lima masing-masing sudah bekerja.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan.Peneliti mendapatkan informasi

bahwa informan adalah memiliki lahan yang luas, informan membutuhkan tenaga

Universitas Sumatera Utara


buruh tani sebanyak tujuh orang setiap pekerjaan yang harus dikerjakan di ladang

informan.Informan juga salah satu warga yang aktif membutuhkan jasa buruh tani.

Informan menyatakan bahwa Aktivitas yang dilakukan buruh tani yaitu

menggaruk (menggigis) rumput ubi dan jagung. Seperti informan lihat buruh tani

dapat menyeimbangkan perannya dengan bangun lebih awal (jam 4 pagi) untuk

membereskan pekerjaan rumah, seperti menyuci, belanja ke warung, dan memasak,

dan membereskan anaknya berangkat sekolah, setelah itu pukul 7 pagi buruh tani

harus sudah pergi ke ladang orang yang menyewa tenaganya. Pekerjaan dengan upah

yang di dapat oleh buruh tani dapat seimbang, karena buruh tani tidak ada waktu

untuk bersantai-santai saat jam kerja. Informan juga menyatakan bahwa informan

kasihan melihat buruh tani, karena udah lelah pikiran dirumah atau mengerjakan

pekerjaan rumah dan lagi pula harus cari upahan. Setelah beberapa jam melakukan

wawancara tentang Peran Ganda Perempuan Buruh Tani. Peneliti mengakhiri

wawancara dengan melakukan dokumentasi.

Informan II

Nama : S. Manurung

Usia : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SD

Universitas Sumatera Utara


Peneliti masih melanjutkan wawancara dengan informan tambahan untuk

mengetahui tentang Peran Ganda Perempuan Buruh Tani di Desa Silau

Merawan.Setelah sesampainya di salah satu rumah warga, peneliti memberitahukan

tujuan kedatangannya dan informan menerima untuk dilakukan wawancara. Informan

kedua bernama S. Manurung (50) tahun, seorang ibu yang dikarunia dua orang anak.

Anak pertama telah berumah tangga dan anak kedua masih bekerja di luar kota.

Suami informan sudah meninggal dunia pada tahun 2012.Informan adalah seorang

janda, dan hanya memenuhi kehidupannya sendiri.

Menurut pengakuan informan perempuan buruh tani melaksanakan dua peran

disebabkan karena ekonomi keluarga buruh tani kurang.Namun, buruh tani dapat

melakukan peekerjaannyadenganseimbang.Anggota dari buruh tani terkadang dapat

membantu pekerjaan perempuan di rumah tangga saat anak pulang sekolah harus

membereskan rumah sebelum buruh tani pulang ke rumah. Informan juga merasa

hibah melihat buruh tani ini, karena suami dari buruh tani terkadang tidak tau diri

(malas mencari pekerjaan). Kondisi ekonomi keluarga buruh tani sangat minim,

karena ada terkadang dari buruh tani gajinya hanya pas-pasan untuk bayar uang

sekolah anaknya dan terpaksa harus mengutang ke warung untuk beli ikan

mereka.Setelah beberapa jam melakukan wawancara tentang Peran Ganda Perempuan

Buruh Tani. Peneliti mengakhiri wawancara dengan melakukan dokumentasi.

Informan III

Nama : S. Tamba

Universitas Sumatera Utara


Usia : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMP

Informan ketiga adalah S. Tamba (46) tahun. Informan adalah seorang ibu

rumah tangga sekaligus bekerja sebagai pengusaha ikan dan memiliki lahan untuk

dikerjakan oleh buruh tani. Informan memiliki lima orang anak, satu orang anak

perempuan yang masih menempuh pendidikan di Universitas. Empat orang anak laki-

laki yang sudah berumah tangga.

Sebagai warga yang sudah lama menetap di Desa Silau Merawan, informan

adalah warga yang aktif membutuhkan jasa buruh tani.Informan menyatakan bahwa

dengan memperkerjakan burh tani di ladangnya, informan merasa bahwa informan

sudah membantu orang untuk mendapatkan penambahan ekonomi keluarga.pekerjaan

yang dilakukan di ladang informan oleh buruh tani yaitu menanam jagung/ubi dan

memanen juga. Menurut informan pekerjaan ini sangat menguras tenaga sehingga

mengakibatkan badan menjadi kurus.Informan melihat bahwaanggota buruh tani

dapat membantu pekerjaan rumah setelah pulang sekolah dan jika libur panjang

sekolah anak dari buruh tani ikut membantu pekerjaan di ladang.Informan juga

menyatakan peran ganda yang dirasakan oeh buruh tani ini bagus, karena peran yang

dia emban dapat membantu ekonomi keluarga mereka dan mereka juga tidak

mempunyai tanah sendiri untuk di kerjain. Selama peran ganda yang dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


buruh tani tidak pernah ada masalah.tetapi suami terkadang meminta uang kepada

istri untuk beli rokok, dan untuk uang minum tuaknya.

Informan IV

Nama : M. Manurung

Usia : 49 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu M. Manurung adalah seorang petani yang dimana memiliki lahan yang

luas.Beliau dulunya mengerjakan pekerjaan yang diladang dengan sendirinya.Namun

semenjak beliau sakit pada tahun 2017 lalu, kini semua pekerjaan yang diladang telah

diupahkan kepada buruh tani. Ibu M. Manurung sendiri memiliki empat otrang anak,

anak pertama laki-laki yang saat ini berkuliah disalah satu universitas swasta yang

ada di Tebing Tinggi Kota Madya dan anak keduanya perempuan yang masih

mengenyam pendidikan di SMA.

Beliau mengatakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh buruh tani yaitu berladang

seperti menanan jagung,padi dan ubi. Pekerjaan buruh tani ini sudah hal biasa dia

lakukan, sehingga buruh tani telaten sekali dalam bekerja. Buruh tani dapat

menyeimbangkan peran ini dengan cara bangun lebih awal untuk membereskan

pekerjaan rumah dan membereskan anak sekolah. Membereskan pekkerjaan rumah

Universitas Sumatera Utara


itu sudah menjadi tanggung jawab seoorang ibu rumah tangga. Dalam pekerjaan

buruh tani ini terkadang dibantu oleh suami dan anak-anak nya.Saya beranggapan

bahwa pekerjaan buruh tani ini memang sudah kewajiban seorang istri ketika suami

berleha-leha di warung kopi. Akan tetapi tdak menutupi kemungkinan suami akan

tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga.

Informan V

Nama : A. Manurung

Usia : 56 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Batak Toba

Pendidkan Terakhir : SMP

Bapak A.Manurung yang akrab disapa dengan sebutan opung longkot adalah

seorang petani yang berdomisili di desa Silau Merawan Kecamatan Dolok Masihul

Kabupaten Serdang Bedagai.Istri beliau sudah meninggal dan beliau memiliki enam

orang anak yang sudah berumah tangga.Beliau dapat memenuhi kebutuhannya

dengan hasil dari ladang tersebut.Informan mempercayai tujuh orang buruh tani,

sehingga informan tidak menukar yang bekerja di ladangnya.

Beliau mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tani di ladang beliau

yaitu menanam ubi, mencabut ubi, menaik kan parit, dan merumput. Pekerjaan buruh

tani seperti menaikkan parit ini tidak semua istri bisa melakukannya, karena

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan ini mebutuhkan tenaga dan fisik yang kuat. Pekerjaan yang dilakukannya

seimbang dengan melakukan bangun jam 4 subuh untuk menyelesaikan pekerjaan

rumah. Tetapi jika istri telat bangun, maka pekerjaan rumah tidak beres pun di

tinggalkan. Maka anggota keluarga dapat membantu pekerjaan rumah setelah pulang

dari sekolah.Beliau melihat bahwa peran ganda yang dirasakan olehnya sangat sedih,

karena pekerjaan buruh tani ini tenaga terkuras ditambah lagi pikiran yang kacau

ketika suami tidak ingin bekerja sehingga mengakibatkan masalah dalam rumah

tangga. Kondisi ekonomi keluarga buruh tani ini hanya cukup bayar uang sekolah

anak, dan kebutuhan pokok sehari-hari. maka jika anak-anak sakit buruh tani

meminjam uang kepada si pemberi kerja.

4.3 Aktivitas Buruh Tani

Buruh tani adalah sekelompok manusia yang bekerja dengan memberikan jasa

pada pemilik sawah untuk mendapatkan upah yang biasanya harian atau persentase

dari hasil panen. Bentuk pekerjaannya mulai dari pra tanam, tanam, panen dan pasca

panen. Pada sebelum tanam, buruh tani bekerja mengolah lahan sawah sebelum

ditanami seperti mencangkul sawah, membuat galengan atau batas antar petakan

sawah dan olah lahan lainnya. Pada masa tanam, buruh tani bekerja secara massal

untuk menanam padi, jagung, dan ubi jika tanaman sudah tumbuh maka

pekerjaannya adalah menyiangi rumput dan gulma yang bisa menggangu

pertumbuhan tanaman utama, pemupukan dan penyemprotan hama.

Aktifitas-aktifitas perempuan buruh tani di desa Silau Merawan saat ini yaitu,

mencangkul atau menaikkan jaluran, menanam jagung, padi, ubi, merumput,

Universitas Sumatera Utara


menyemprot, memanen jagung, dan mengumpul atau membakar batang ubi dan

pohon jagung yang telah di panen. Mencangkul adalah menggali atau mengaduk

tanah dengan menggunakan alat cangkul. Pekerjaan seperti mencangkul dan

menyemprot ini sebenarnya yang melakukan laki-laki, namun karena keterbatasan

kemauan laki-laki buruh tani utuk melakukan pekerjaan ini, sehingga pemilik ladang

lebih tertarik mengajak perempuan-perempuan buruh tani untuk mengerjakannya.

Dengan melakukan pekerjan ini, buruh tani mendapatkan upah sebesar Rp.50.000,-

per hari dan upah yang mereka dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarga.

Perempuan buruh tani sangat telaten dalam melaksanakan setiap pekerjaannya

karena sudah menjadi hal yang bisa mereka lakukan, dalam sehari buruh tani bekerja

selama 10 jam yang dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 18.00 dan ada juga yang

sampai pukul 19.00. Uraian jadwal pekerjaan buruh tani adalah sebagai berikut :

Kerja pukul 07.00-09.30, istirahat pertama pukul 09.30-10, kerja pukul 10.00-12.00,

istirahat makan siang pukul 12.00-14.00, kerja pukul 14.00-15.30, istirahat pukul

15.30-16.00, kerja pukul 16.00-18.00. Buruh tani di desa Silau Merawan tidak

memiliki aktiitas lain di luar peran gandanya sebagai ibu rumah tangga dan buruh

tani, karena melalui dua peran ini sudah menguras waktu, tenaga, dan pikiran mereka

sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk menjalankan aktivitas lainnya

seperti terlibat dalam aktivitas organisasi. Selama buruh tani mengerjakan pekerjaan

ini, buruh tani mengalami sakit seperti tangan pecah-pecah dan sakit perut, jika

mencangkul tanah yang keras. Anggapan bahwa perempuan buruh tani dapat

Universitas Sumatera Utara


mengerjakan semua pekerjaan ini seperti mencangkul atau menaikkan jaluran,

menanam jagung, padi, ubi, merumput, menyemprot, memanen jagung, dan

mengumpul atau membakar batang ubi dan pohon jagung yang telah di panen. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Ibu R. Sitorus:

“yah namanya pun buruh tani dek, semua pekerjaan yang ada diladang atau yang

disuruh punya ladang harus siap lahmengerjakannya dan menanggung sakitnya. Ini

pun bersyukur kali loh dek, kalau ada yang mengarahkan nantulang untuk kerja di

ladangnya. Yah.. minimal untuk memenuhi ekonomi keluarga yang kurang. Kan

lumayan sih dek uang Rp.50.000,-. Udah bisa itu untuk uang makan dua hari”

Pendapat dari Ibu R. Sitorus juga sama seperti dikatakan oleh salah satu

informan yang bernama Ibu J. Sitorus, ia menyatakan bahwa :

“aku yah nang, mulai dari gadis udah diajak-ajak sama orangtua ke ladang untuk

mencangkul, menanam padi ,menyemprot, semualah pekerjaan di ladang bisa ku

lakukan nang. Makanya senang yang punya ladang ngajak aku keladangnya. Apalagi

mencangkul, hmm...langsung heppotnya punya ladang ngarahkan aku. Gaji yang ku

dapat dalam bekerja satu hari penuh dek, itu buat kebutuhan ekonomi keluarga kami

lah, kek bayar uang sekolah anak-anak”.

Pendapat dari Ibu R. Sitorus, Ibu J.Sitorus sama seperti dikatakan oleh salah

satu informan tambahan yang bernama IbuL. Nainggolan, ia menyatakan bahwa:

“yah ngertilah kau nang, mana bisa kalau kami yang ngerjain ladang sana.

Apalagikan bou udah ngak bisa jalan jauh, gimana mau ngerjainnya coba? kan

Universitas Sumatera Utara


kalau di suruh buruh tani untuk kerja di ladang bou, seperti mencangkul, menanam,

menyemprot, merumput dan memanen kan bisa sih upah yang diterima dia buat

kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Kasihannya sebenarnya bou lihat perempuan-

perempuan ini, tapi mau gimana lagi dek, kalau ngak kerja mereka mau makan apa

coba? itulah ku bilang dek, semua perempuan-perempuan buruh tani bisa

mengerjakan pekerjaan yang disuruh tuan tanah”.

4.4 Pelaksanaan Peran Ganda Perempuan pada Buruh Tani

Peran adalah sebagai pola tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat dari

seorang individu yang memiliki atau menempati posisi tertentu di dalam masyarakat.

Setiap manusia memiliki satu peran atau lebih dalam kehidupan bermasyarakat,

manusia yang memiliki dua peran atau lebih harus bisa menyeimbangkan setiap

perannya sehingga konflik peran tidak terjadi. Perempuan yang merupakan bagian

dari masyarakat juga memiliki peran strategis dalam kehidupan bermasyarakat,

menurut Hubies (Harijani 2001:20) pembagian peran perempuan dapat dilihat dari

perspektif dalam kaitannya dengan posisinya sebagai manager rumah tangga,

partisipasi pembangunan dan pekerjaan pencari nafkah. Peran ganda perempuan

adalah partisipasi perempuan yang mencakup sektor domestik maupun sektor publik,

pada masyarakat pedesaan peran ganda perempuan bukanlah hal yang baru, mereka

disamping sebagai istri dan ibu, juga harus bekerja diluar rumah, misalnya: bertani,

berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


Biasanya, tulang punggung kehidupan keluarga adalah pria atau suami. Tapi

kini para perempuan banyak yang berperan aktif untuk mendukung ekonomi

keluarga. Perempuan tidak sekedar menjadi konco wingking, tetapi juga banyak

mempunyai peran dalam keluarga. Menurut konsep ibuisme, kemandirian perempuan

tidak dapat dilepaskan dari perannya sebagai ibu dan istri, perempuan dianggap

sebagai makhluk sosial dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua peran

tersebut dengan baik. Mies (dalam Abdullah 1997:91) menyebutkan fenomena ini

house wifization kerena peran utama perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga

yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa

boleh mengharapkan imbalan, prestise serta kekuasaan. Bahkan tak jarang perempuan

mempunyai tingkat penghasilan yang lebih memadai untuk mencukupi kebutuhan

keluarga dibanding suaminya. Dengan pendapatan yang diperoleh, dapat dikatakan

bahwa perempuan ikut berusaha untuk keluar dari kemiskinan meski semua

kebutuhan keluarga tidak terpenuhi.

Keputusan untuk mengambil dua peran sekaligus yaitu peran di rumah tangga

dan peran sebagai buruh tani menuntut perempuan untuk dapat berhasil dalam dua

peran tersebut. Perempuan dengan peran ganda memiliki beban juga dalam kegiatan

domestik rumah tangga. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat

mengurangi beban yang dihadapi oleh perempuan dengan peran ganda. Suami dan

anak merupakan anggota keluarga terdekat yang dapat memberikan dukungan pada

perempuan dengan peran ganda.

a. Suami memberikan semangat kepada istri

Universitas Sumatera Utara


Bentuk dukungan yang diberikan yaitu suami selalu menyemangati untuk

bekerja. Dengan memberikan semangat kepada istri dapat berarti bahwa suami

percaya bahwa istri mampu melaksanakan pekerjaan sebagai buruh tani. Bentuk

semangat yang diberi seperti menghibur istri yang kelelahan bekerja. Selain itu

dengan suami yang baik istri sudah semangat untuk bekerja. Pekerjaan yang

dilakukan istri dapat menjadi penghasilan tambahan ataupun penghasilan utama.

Apalagi kalau suami pengangguran maka istri akan menjadi pencari nafkah tunggal

dalam keluarga. Suami akan membantu pekerjaan di rumah kemudian pergi ke kedai

minuman tauk (minuman keras yang terbuat dari pohon aren). Di Silau Merawan

pohon aren menjadi komoditas utama sebagai mata pencaharian masyarakat. Dapat

dikatakan masyarakat mampu memanfaatkan sumber daya yang ada. Tetapi sami

informan hanya sebagai konsumen saja padahal masih banyak lokasi pohon aren yang

siap disadap. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu R. Sitorus

“anak-anak dan terutama suami nantulang sangat mendukung, apalgi ngasih

semangat pagi-pagi hari waktu anak-anak pergi sekolah makin semangatlah

nantulang kerja jadi upahan orang. Lagian kan dek, cuma nantulangnya lebih sering

dibutuhkan jasanya dibandingkan sama tulangmu. Jadi lumayanlah buat kebutuhan

ekonomi kami”.

Hal di atas juga didukung oleh pernyataan Ibu J. Sitorus

Universitas Sumatera Utara


“bekerja sebagai buruh tani memang keputusan yang baik untuk keluarga kami,

walaupun upah yang bou terima hanya cukup-cukup untuk makan sehari doang, tapi

yang buat bou semakin semangat dek, yah dukungan keluarga”.

Hal di atas juga didukung oleh Ibu A. Simanjuntak

“keluarga dan terutama suami kakak sangat mendukung dan ngasih semangat,

apalagikan adekmu yang paling kecil selalu bilang sama kakak hati-hati ya mak

kerja, jangan sembarangan mama makan, itu selalu dibilangnya dek. Dan kau

lihatlah kakak pun ngak tamat sekolahnya, jadi Cuma punya keahlian kerja sebagai

buruh tani aja lah dek”.

Suami Ibu A.Simanjutak, Bapak A. Sianturi mendukung pernyataan Ibu A.

Simanjuntak. Bapak P. Sianturi sangat mendukung istrinya bekerja. Beliau

menyatakan bahwa:

“abang dukung kali lah kakak mu kerja sebagai buruh tani dek. Kan gaji

yang ia dapat itu untuk kebutuhan ekonomi kami, lagian pun kakak mu Cuma punya

keahlian bekerja sebagai buruh tani doang loh dek. Dan kau lihatlah dek, abang kan

jarangnya bekerja, jadi kami Cuma mengandalkan gaji dari kakak mu lah dek”.

b. Suami dan anak membantu pekerjaan rumah

Bentuk dukungan juga dapat dilakukan dengan cara membantu pekerjaan sehari-

hari di rumah. Suami dan anak ikut terlibat dalam mengerjakan pekerjaan domestik

Universitas Sumatera Utara


sehingga beban kerja perempuan di rumah menjadi berkurang. Di dalam keluarga

buruh, anak perempuan telah mempunyai pekerjaan rumah. Anak diajarkan untuk

bertanggung jawab dalam membersihkan rumah, memasak, menyetrika pakaian.

Pekerjaan yang dilakukan anak dan suami tentu saja meringankan istri. Biasanya

suami akan menyapu rumah dan memberi makan ternak ketika istri bekerja di ladang.

Adapun ternak yang dipelihara yaitu ayam, bebek dan babi. Melalui penjualan ternak

dapat membantu keadaan ekonomi masyarakat Silau Merawan. Untuk pemeliharaan

ternak masyarakat hanya memanfaatkan sumber daya yang ada, misalnya keladi liar,

makanan sisa dan ubi kayu tua. Seperti yang disampaikan oleh Ibu R. Sitorus

“yah, anak perempuan nantulang sama suami nantulang sangat membantu pekerjaan

bou di rumah tangga. Seperti memasak sore hari, mencuci piring, menyapu rumah,

semua pekerjaan rumah lah dek diambil ahli sama mereka kalau sore hari”.

Hal diatas juga didukung oleh pernyataan Ibu J. Sitorus

“Pekerjaan rumah bou dapat dibantu sama anak-anak bou dek.Makanya setiap bou

pulang dari ladang, bou udah senang, karena rumah udah beres dan bersih dibuat

mereka”.

Hal diatas juga didukung oleh pernyataan Ibu A. Simanjuntak

“ya, anggota keluarga dapat meringankan pekerjaan rumah, seperti menyapu,

memasak dan menyuci piring sepulang sekolah mereka”.

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan diatas juga didukung oleh salah satu informan utama yang

bernama P. Sianturi

“abang dapat meringankan pekerjaan rumah pada sore hari. Agar kakak mu ngak

lagi merepet-merepet di rumah dek. Tapi itu lah dek, aku salut kami lihat kakak mu

ngak pernah ngeluh kecapeannya di depan keluarga. Padahal kalau dipikir-pikir kan

dek, jadi kakak mu nya lebih banyak bekerja dibandingkan abang”.

Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dukungan keluarga dapat

mengurangi beban yang dialami oleh perempuan dengan peran ganda. Dukungan

yang diberikan dapat berupa memberikan semangat dan membantu pekerjaan sehari-

hari. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa suami ikut membantu mengerjakan

pekerjaan rumah. Anak juga membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah,

terutama anak perempuan. Tugas utama seorang perempuan, terutama seorang istri

dan ibu adalah mengurus rumah tangga. Sesibuk apapun seorang ibu bekerja, tetap

harus meluangkan waktu untuk keluarga. Perempuan dengan peran ganda harus

mampu menyelesaikan tugas-tugas pada pekerjaannya di luar rumah dan pekerjaan

domestik. Perempuan harus memikul beban kerja ganda.

1. Peran perempuan di rumah, diantaranya sebagai berikut:

a. Mengasuh anak

Perkembangan kecerdasannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

pola asuh yang ia terima dari lingkungannya, terutama orangtua. Karena sikap,

pengetahuan dan kemampuan orangtua akan menentukan apakah kecerdasan

Universitas Sumatera Utara


anak semakin berkembang atau sebaliknya. Setiap orangtua pasti menginginkan

buah hatinya tumbuh jadi anak yang hebat. Yang tak hanya cerdas secara

kognitif (IQ) saja, namun kecerdasan emosionalnya (IQ) nya juga berkembang

optimal. Pola pengasuhan sangat berpengaruh pada perilaku anak. Pada kondisi

tertentu, anak tidak mendapat pengasuhan yang baik dari orangtua. Pada

keluarga buruh tani, orangtua dihadapkan beberapa masalah seperti kondisi

ekonmi yang sulit, keterbatsan waktu dan pola pengasuhan yang diterapkan.

Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak memperoleh pendidikan.

Pendidikan yang diberikan dalam keluarga memberikan bekal pada anak untuk

melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengasuhan dapat berupa

pemberian kasih sayang, penanaman nilai-nilai moral, pendidikan seks, melatih

kecerdasan perilaku dan kemampuan bersosialisasi dan pendidikan agama.

Semua anggota keluarga berperan penting untu mengasuh anak terutama ibu.

Ibu merupakan orang pertama yang bertanggung jawab untuk mengasuh anak.

Seorang ibu bekerja tentu kehilangan sebagian waktu untuk mengasuh anak.

Bagi ibu yang bekerja sebagai buruh tani menghabiskan waktu sekitar 9-10 jam

bekerja. Ketika ibu bekerja, tak jarang mereka menitipkan anak mereka kepada

anggota keluarga lainnya, misalnya nenek (opung). Bahkan apabila suami tidak

bekerja, ibu mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh suami selama

perempuan buruh tani bekerja. Namun ketika tidak ada anggota keluarga lain

yang dapat mengasuh anak mereka, ibu memilih tetangga dekat mereka untuk

mengasuh anak mereka. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu R. Simarmata

Universitas Sumatera Utara


“yah, kalau bou kerja anak-anak dijaga sama suami bou atau sama adek bou yang

paling bontot. Jika kami bertiga kerja, anak-anak kami titipkan sama tetangga

terdekat dulu sepulang kakak nya pulang sekolah”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu A. Simanjuntak

“keluarga lah yang jaga anak-anak kalau kakak kerja dek. Apalagikan lagi musim-

musimnya menanam sekarang, jadi kakak sering dipanggil buat kerja di

ladangnya.Mau terkadang kan sekalian berdua kami kerja sama abangmu, jadi anak-

anak sama opungnya lah dek”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu M. Sianturi

“kalau kakak kerja dan abangmu juga kerja dek, orang adek-adekmu ini lah

dititpkan sama opungnya. Kan opungnya ngak kemana-mananya, jadi bisalah dia

yang jaga”.

Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu informan utama, suami dari informan

kunci yang bernama A. Sianturi

“ya iyah lah dek, kalau abang ngak kerja anak-anak sama abang. Lagian dari hasil

kerja kakak mu nya kami bisa makan nihha, bisa lagi beli susu adekmu”

Berdasarkan hasil penelitian, anggota keluarga perempuan buruh tani

meringankan tugas mereka dengan menyelesaikan pekerjaan rumah pada sore hari

serta suami ikut berperan dengan memandikan anak yang masih kecil. Suami buruh

tani sangat mengapresiasi isrtinya yang bekerja sebagai buruh tani karena dapat

Universitas Sumatera Utara


membantu meringankan beban keluarga apalagi ketika suaminya lagi pengangguran,

bahkan suami buruh tani bangga pada istrinya yang kuat menjalankan peran gandanya

tanpa ada rasa mengeluh serta bangun lebih awal untuk menyiapkan kebutuhan

keluarga dan kebutuhan sekolah anak˗anak. Dapat dikatakan terjaln kerjasama antara

anggota keluarga.

b. Mengerjakan pekerjaan rumah

Mengerjakan pekerjaan rumah merupakan tugas utama seorang istri, walaupun

sekarang sudah tersedia jasa asisten rumah tangga untuk menyelesaikan pekerjaan

domestik. Ibu bekerja harus bisa mengatur waktunya untuk mengerjakan pekerjaan

rumah dengan pekerjaan publik. Sebelum pergi bekerja sebisa mungkin ibu harus

menyelesaikan segala urusan rumah, terutama menyiapkan kebutuhan suami dan

anak. Ibu harus bangun lebih awal untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini

didukung oleh pernyataan Ibu R. Sitorus

“kan anak gadis nantulang ada dek, jadi nantulang dibantu-bantu sama dial ah

mengerjakan pekerjaan rumah. Paling nantulang tinggal masak, nyuci piring sama

nyiapkan keperluan buat dibawak ke ladang”.

Hal ini juga di dukung sama pernyataan ibu R. Simarmata

“bou bangun jam lima pagi dek, habis itu bou nyuci piring dulu, belanja, masak,

bangunkan anak-anak untuk siap-siap pergi ke sekolah sama nyiapkan bontot buat di

bawak ke ladang lah dek. Yang penting ku bereskan lah dulu tugasku di rumah

tangga, baru bou berangkat ke ladang orang”.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini juga di dukung sama pernyataan ibu J. Sitorus

“kalau pagi-pagi hari memang bou yang bereskan pekerjaan rumah dek, kek masak,

nyuci ntah apalah itu dek. Tapi kalau bou kesiangan bangun jam tengah enam gitu,

terpaksa bou minta bantu sama anggota keluarga lainnya dek. Yang penting kaau

pagi hari ngak pernah lah bou lupa tugas bou di rumah tangga”.

Hal ini juga di dukung sama pernyataan ibu A. Simanjuntak

“ yah kalau boru bataknya dek, ngak diberesi dulu pekerjan rumah. Mertua sama

tetangga lainnya menceritain ntah sampe man. Makanya kalau kakak kerja kakak

bangun cepat lah dek, buat beres-beres”.

Hal ini juga di dukung sama pernyataan ibu M. Sianturi

“memang itu udah kebiasaan lah dek, tunggu ngerjain pekerjaan rumah dulu baru

pergi ke ladang orang,biar ada di bawak ke ladang”.

Pernyataan diatas juga dibenarkan oleh salah satu informaan utama suami dari

Ibu R. Simarmata yaitu Bapak R. Tampubolon:

“yah, kalau begitu bangun bou mu dari tidurnya, itu jam-jam empat pagi. Dia

langsung mengerjakan pekerjaan rumah dek”.

Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu informan tambahan yang bernama Ibu

L.Nainggolan

Universitas Sumatera Utara


“pagi-pagi jam empat gitu dek, udah ku dengarlah buruh tani ini bangun

langsung nyalakan air dek.habis itu kan jam tengah enam ku dengarlah lagi suara

kereta pergi ke warung. Memang salutnya nya aku melihat buruh tani ini dek, Cuma

sedikit waktunya istirahat”.

Dari hasil wawancara, diketahui bahwa ibu bekerja sebagai buruh tani tetap

bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yaitu dengan cara

bangun lebih awal setiap pagi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum

berangkat bekerja. Selain itu, anak juga ikut membantu mengerjakan pekerjaan

rumah. Hal ini juga terlihat dari hasil pengamatan yaitu suami dan anak ikut

membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Dalam menjaga keharmonisan keluarga, hal terpenting yang dapat dilakukan

adalah menjaga komunikasi antara ibu dengan suami, anak atau anggota keluarga

lainnya. Dengan menjalin komunikasi yang baik dengan anggota keluarga lainnya,

dapat menghindari adanya konflik yang diakibatkan karena adanya miskomunikasi

yaitu kesalah pahaman antar anggota keluarga. Selain itu dengan adanya komunikasi

yang baik, seorang ibu dapat mengetahui perkembangan anak, terutama untuk

menanamkan pendidikan bagi anak-anak agar dapat memiliki pribadi yang positif.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu R. Simarmata

“kalau malam hari, kami selalu mendengarkan masalah-masalah yang

dihadapi anggota keluarga kami. Apalagikan nantulang jarang satu pikiran sama

tulag, jadi cara nya yah harus mengalah lah nantulang”.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini juga dinyatakan oleh Ibu J. Sitorus

“setiap malam hari bou selalu menyediakan cemilan untuk di makan anak-anak

kalau lagi ngerjain tugasnya. Tapi jika pulang suami bou dari warung tuak, kami

bercerita-cerita dulu dan buat lucu-lucu pada anak-anak”.

Hal ini juga dinyatakan oleh Ibu A. Simanjuntak

“yang penting selalu mengingatkan kalau ada yang salah. Ditambah lagi memang

udah kewajiban tiap malam sama kami harus nonton sama-sama dek”

Hal ini juga dinyatakan oleh Ibu M. Sianturi

“kalau udah dapat malam, kalau kakak pegal-pegal suami dan anak-anak mengkusuk

kakak sama buat lucu-lucu gitu dek”.

4.5 Penyebab Terjadinya Peran Ganda Pada Buruh Tani Perempuan di Desa

Silau Merawan

Perempuan yang bekerja sebagai buruh tani juga mendukung teori Hubies

(Harijani 2001:20) yang menyatakan perempuan juga dapat menjalankan peran

produktif dan peran transisi yaitu peran sebagai pencari nafkah tambahan bagi

keluarga. Peran ganda di desa Silau Merawan terjadi karena beberapa penyebab,

yaitu:

4.5.1 Minimnya Ekonomi

Universitas Sumatera Utara


Secara umum ekonomi adalah sebuah bidang pengkajian tentang pengurusan

sumberdaya baik individu maupun kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan

hidup. Kata ekonomi itu sendiri berasal dari bahasa yunani, oikos yang berarti rumah

tangga dan nomos yang berarti aturan.Masalah perekonomian merupakan wujud

nyata dari kemiskinan, hal ini merujuk pada pemikiran Friedman (Wahidi, 2015:11),

yang menyatakan kemiskinan digambarkan sebagai ketidaksamaan kesempatan

mengakumulasikan basis kekuatan sosial.basis kekuatan sosial tersebut meliputi

1. Modal yang Produktif atau aset, antara lain: tanah, perumahan, peralatan,

kesehatan, dll.

2. Sumber-sumber keuangan seperti income dan kredit yang memadai.

3. Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan

bersama misalnya partai politik, sindikat, koperasi dll .

4. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang dll.

5. Pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

6. Informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan mereka.

Menurut kepala BPS, Suryamin, orang masuk kategori miskin lebih banyak

disebakan faktor makanan.hal lain seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan

kesehatan menjadi faktor berikutnya. Kondisi ekonomi keluarga seringkali memaksa

perempuan untuk ikut bekerja menambah penghasilan keluarga. Sering kali

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak,membuat suami dan istri

harus bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Beberapa wanita telah mengetahui bahwa masyarakat mengharapkan mereka

untuk menjadi istri dan ibu. Nilai ini hingga beberapa waktu yang lalu bagi kalangan

kelas menegah kebawah mengharapkan seorang istri menjadi ibu rumah tangga.

Peran umum ini di pertahankan oleh banyak orang yang berumur lebih tua dan

berpegang teguh pada tradisi yang mempertahankan bahwa menjadi istri dan ibu yang

baik membutuhkan seluruh tenaga kaum wanita. Namun di zaman sekarang wanita

tidak hanya diharapkan sebagai istri dan ibu tetapi juga bersama-sama dengan suami

memenuhi kebutuhan keluarga baik secara fisik, mental maupun material.Sebagai

unit terkecil dalam masyarakat keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan, minum dan

sebagainya.

Pendapatan keluarga, terutama pendapatan suami menjadi salah satu alasan

perempuan memutuskan untuk bekerja. Perempuan merasa tidak cukup jika hanya

mengandalkan pendapatan suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama jika

suami tidak memiliki pekerjaan tetap. kebutuhan keluarga memang tidak sedikit,

misalnya kebutuhan untuk makan, pakaian, pendidikan, transportasi, serta kebutuhan-

kebutuhan lainnya. Perempuan ingin membantu suami dalam mencukupi kebutuhan

keluarga. Istri yang bekerja dapat membantu meringankan beban suami dalam

mencukupi kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga juga dapat tercukupi, terutama

apabila pendapatan suami dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


Perempuan buruh tani di desa Silau Merawan bekerja sebagai buruh tani, sudah

keputusan dari diri sendiri disebabkan karena ekonomi yang kurang. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu M. Sianturi

“alasan kakak mau bekerja sebagai buruh tani itu karena ekonomi kami yang

kurang. Apalagi sekarang kan mahal-mahalnya kebutuhan pokok, jadi harus bekerja

juga dek. Gaji yang ku dapat yah habis-habis disitu lah.Ngak bisa menyimpan uang

jadinya”.

Hal ini juga didukung oleh Ibu A. Simanjuntak

“kek mana ya dek? Hmmm karena ekonomi kami yang kurang makanya kakak mau

bekerja sebagai buruh tani.Kau lihatlah dek, dari gaji yang ku dapath hanya hanya

cukup makan, dan ngasih uang jajan anak”.

Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu informan tambahan yang bernama A.

Manurung

“kalau dari yang ku lihat, kondisi ekonomi buruh tani ini sangat kurang. Apalagi

kemarin kan ada yang sampe datang pagi-pagi ke rumah untuk pinjam uang buat beli

beras mereka, tapi buruh tani itu minta agar dia bekerja di ladang paktua, jadi

karena kasihan paktua lihatnya yah, paktua kasih aja. Karena dia udah berjanji buat

mengembalikannya dengan tenaga dia”.

Universitas Sumatera Utara


4.5.2 Membiayai Pendidikani Anak

Perempuan-perempuan di desa Silau Merawan dikenal memiliki dua peran

yaitu sebagai ibu rumah tangga dan buruh tani.Beragam alasan perempuan menjalani

pekerjaan sebagai buruh tani.Berdasarkan hasil wawancara dengan responden

diketahui alasannya yaitu membiayai pendidikan bagi anak.Pendidikan merupakan

suatu kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya

pendidikan manusia tidak dapat hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan

zaman. Tanpa adanya pendidikan pula manusia tidak dapat mengembangkan potensi

yang dimiliki melalui proses pembelajaran ataupun cara lain yang dikenal

masyarakat. Pendidikan berfungsi sebagai bimbingan dan sarana pertumbuhan untuk

mempersiapkan diri membentuk disiplin hidup. Dengan keinginan dan kemauan

anak dari buruh tani untuk menggapai cita-cita merupakan salah satu faktor

perempuan buruh tani bekerja. Pada zaman sekarang diketahui bahwa biaya sekolah

anak mahal. Mulai dari seragam sekolah, buku pelajaran, uang praktek dan lain lain.

Pemerintah telah membuat program 9 tahun wajib belajar dengan bebas uang

sekolah. Hal ini dilakukan untuk mendukung anak-anak kurang mampu untuk

bersekolah serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Ditambah dengan

pengadaan dana BOS membuat masyarakat giat menyekolahkan anak. Tetapi biaya di

luar uang sekolah maka akan menjadi tanggung jawab orangtua. Hal ini seperti

disampaikan oleh Ibu R. Sitorus

Universitas Sumatera Utara


“alasan nantulang mau jadi buruh tani yah.. karena anak-anak dapat juara semua

dan tingkat kemauan sekolahnya lebih tinggi dek. Kan sayang jadinya kalau dia

putus sekolah karena biaya”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu R. Simarmata

“kalau mengharapkan dari penghasilan suaminya dek, itu ngak jamin anak-anak

bisa sekolah. Apalagi sekarang uang sekolah aja mahal kali ditambah lagi ongkos

anak-anak. Makanya bou mau bekerja sebagai buruh tani”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu J. Sitorus

“keinginan anak-anak yang mau sekolah buat bou semakin mau bekerja sebagai

buruh tani dek. Yah walaupun Cuma sampai SMA pun dek mampu bou untuk

menyekolahkan mreka”.

Hal ini juga dibenarkan oleh informan tambahan yang bernama A. Manurung

“kalau seperti yang ku lihat yah dek, lebih semangatnya sekolah anak buruh tani

bahkan lebih pintar daripada anak orang kaya itu. Mungkin kurasa, ngerti si anak

kalau mama nya capek bekerja di ladang orang”.

Dari hasil wawancara diatas bahwa tingkat kemauan anak lebih tinggi untuk

bersekolah, sehingga perempuan buruh tani mau bekerja sebagai buruh tani. Dalam

pendidikan, seorang anak tidak dapat terlepas dari peranan keluarga khususnya orang

tua. Oleh karena orang tua yang selalu memberikan dorongan kepada anak-anak agar

Universitas Sumatera Utara


lebih baik. Orang tua selalu memberikan motivasi, arahan kepada anak dan material

agar anak dapat menjadi lebih baik dalam segala hal, terutama dalam pendidikannya.

4.5.3 Kurangnya Tanggung Jawab suami terhadap kebutuhan hidup keluarga

Suami adalah pemimpin kepala rumah tangga dan bertanggung jawab

terhadap kebutuhan keluarga. Namun, sebagian suami di desa Silau Merawan tidak

mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Suami di desa tersebut lebih nyaman

berada di warung kopi dan tuak dibandingkan untuk bekerja mencari nafkah.

Biasanya suami akan berbincang-bincang bersama teman-temannya di warung kopi

setiap pagi pukul 08.00 hingga pukul 10.00. Di desa ini, kebiasaan kaum bapak

nongkrong di warung kopi dan tuak merupakan hal yang wajar. Mereka akan

menghabiskan waktu berjam-jam di warung tanpa mengerjakan hal lainnya. Dapat

terlihat bahwa kaum ibu lebih aktif dan produktif dibandingkan kaum bapak. Pada

malam hari kaum bapak pergi ke warung tuak. Biasanya mereka akan minum tuak

sambil berbincang-bincang ada juga yang bermain kartu. Hal ini didukung oleh

pernyataan Ibu A. Simanjuntak

“udahlah ekonomi keluarga kami kurang, ditambah lagi suami yang kurang

tanggung jawabnya. Suami hanya bisa nongkrong-nongkrong di warung mulai pukul

08.00 wib hingga pukul 17.00 wib.sebenarnya dia taunya dek, kalau gaji kakak

cukup-cukup satu hari. Tapi bingug aja lihatnya, ngak ada kesadaran buat kerja atau

merantau kerja ntah kemana gitu.Tapi gitu pun dek, kakak ngak mau berantam-

berantam di rumah di lihat anak-anak sama tetangga, maka kakak diamin”.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini juga dibenarkan oleh pernyataan informan utama yang bernama Bapak

R. Sitorus:

“iya dek, laki-laki disini lebih senangnya dirasakannya nongkrong di warung

daripada kerja. Sampe pulang pun istri nya dari ladang, ada juga itu suami nya

masih di warung.Tapi salut kali lah bapak lihat istrinya itu.Bisa sekuat itu nanggung

beban”.

Hal ini juga dibenarkan oleh pernyataan informan tambahan yang bernama L.

Nainggolan:

“kebanyakan bou lihat perempuan yang bekerja daripada laki-laki. Laki-laki

sekarang lebih senangnya bou rasa di warung.Daripada kerja.Yang untunglah anak-

anaknya ngak bandal, jadi bisa tertutupi keburukan bapaknya”.

Hal ini juga dibenarkan oleh pernyataan Ibu S. Manurung

“aduhhh dek.. janganlah kau tanyak tentang perilaku suami dari buruh tani. ngak

ada beres dek. Masa lebih enak dirasakan dia nongkrong di warung daripada

kerja.Padahal udah dilihat dianya istrinya pulang dari ladang, tapi masih asik

ketawa-ketawa di warung.Suami buruh tani sekarang tingkahnya kek melebihi orang

kaya”.

Hal yang melatarbelakangi terjadinya peran ganda ini didukung teori dari

Ihromi (1987:103) yang menyatakan “kondisi rumah tangga pada lapisan bawah dan

lapisan menengah bawah memerlukan sumber penghasilan yang berganda.

Universitas Sumatera Utara


Penghasilan kepala rumah tangga tidak dapat untuk mencukupi seluruh keluarga.Ibu

dan anak-anak pada umumnya turut menyumbangkan penghasilan dan karna adanya

sumber yang aneka itu maka berbagai kebutuhan dapat dipenuhi”.

Adanya anggapan dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan bersifat

memelihara, rajin, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, maka akibatnya

semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Oleh karna itu,

beban kerja perempuan yang berat dan alokasi waktu yang lama untuk menjaga

kebersihan dan kerapian rumah tangga: mulai dari memasak, mencuci pakaian,

merawat anak, membersihkan rumah, dan sendiri apalagi selain harus mengerjakan

tugas-tugas domestik, mereka masih aja dituntut harus bekerja, sehingga perempuan

miskin memikul beban kerja ganda.

Dalam kenyataannya perempuan Batak Toba dari dulu dikenal sebagai

“pekerja” keras dalam keluarganya. Di daerah asalnya mereka dikenal sebagai petani

dan peladang yang giat bekerja mengolah sawah maupun ladang milik keluarga pihak

suaminya. Tidak mengherankan bila melihat mereka bekerja sambil menggendong

anak yang masih balita di punggungnya. Terlepas dari semua pekerjaan yang

dilakukan perempuan, perempuan Batak Toba juga berfungsi sebagai mediator

terutama dalam ritual-ritual adat Batak Toba. Untuk mempersiapkan segala

sesuatunya dalam berbagai ritual umumnya dilakukan oleh perempuan.

Beneria (2001: 27) menyatakan bahwa pertumbuhan partisipasi perempuan

dalam aktivitas informal, memperlihatkan suatu yang kontradiktif menyangkut

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan perempuan. Meskipun diskriminasi gender sulit untuk dihilangkan dan

adanya berbagai rintangan terhadap kemajuan perempuan. Namun demikian,

kemajuan perempuan telah nampak di beberapa tempat, seperti di bidang pendidikan

dan dalam banyaknya penyerapan pekerja perempuan dalam bidang proses produksi.

4.6 Kontribusi Perempuan Buruh Tani Pada Kesejahteraan Keluarga

Menurut Rozalinda dalam artikelnya yang berjudul peran waqaf dalam

pemberdayaan ekonomi perempuan menjelaskan perempuan memberikan kontribusi

secara ekonomi bagi keluarga manakala penghasilan suami tidak mencukupi atau

bahkan bila suami tidak bekerja. Bagi Negara, kontribusi perempuan diberikan karena

ikut serta meningkatkan pendapatan perkapita serta meningkatkan daya beli

masyarakat sehingga secara keselurhan ikut serta meningkatkan perekonomian secara

makro. Perempuan bekerja memiliki kontribusi di berbagai aspek dengan penghasilan

yang kecil para perempuan buruh tani, harus membagi penghasilannya tersebut

kedalam sektor-sektor penting dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Pertama yaitu aspek pendidikan untuk anak-anaknya supaya mendapat pendidikan

yang layak. Perempuan juga mengajarkan terhadap anak-anak mereka dari

lingkungan dalam rumah dahulu. Seperti mengajarkan tatak krama, norma-norma

yang ada di dalam masyarakat dan mengajarkan etika sopan sntun.Jika pendidikan

yang lebih luas para perempuan menyerahkan anak-anak mereka ke sekolah dengan

harapan dan kayakinan bahwa anak-anaknya akan mendapatkan pendidikan dan

pengetahuan umum dan bersifat luas.

Universitas Sumatera Utara


Perempuan bekerja harus mempunyai waktu untuk mengajarkan hal-hal yang

terbaik untuk anak-anaknya, walaupun para perempuan ini sibuk dengan pekerjaan

mereka diluar rumah. Semua dilakukan para perempuan bertujuan agar anaknya

menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki sang anak. Aspek ekonomi para perempuan berkontribusi dalam aspek

ekonomi dinilai dari keuletannya dalam bekerja dan berusaha dalam menyisihkan

pendapatan mereka.

4.6.1 Dampak Positif

1. Bertambahnya pendapatan rumah tangga

Dengan ikut bekerjanya perempuan di luar rumah, pendapatan rumah tangga

pun bertambah karena yang menghasilkan pendapatan rumah tangga suami dan istri.

Di dalam rumah tangga pasti memiliki pengeluaran misalnya uang makan sehari hari,

uang sekolah anak, keperluan tidak terduga dan cicilan barang. Untuk

menyeimbangkan pengeluaran dengan pendapatan maka harus ada pengelolaan

keuangan yang baik. Pengelolaan euangan rumah tangga telah disepakati bersama

oleh suami dang istri. Hal ini bertujuan agar managemen keuangan lebih teratur. Hal

ini menunjukkan bahwa taraf ekonomi keluarga meningkat akibat dari ikut terjunnya

perempuan mencari nafkah sebagai buruh tani. Bekerja maupun tak bekerja, seorang

istri akan mendapatkan pemasukan dari suami, untuk mengelola rumah tangga. Untuk

itu, seorang istri pun harus mampu mengelola keuangan rumah tangga. Cara utama

untuk melakukan pengelolaan itu adalah dengan mencatat pemasukan dan

Universitas Sumatera Utara


pengeluaran. Pencatatan keuangan sehari hari dengan mencatat semua pengeluaran

atau pemasukan yang terjadi secara rinci. Dengan melakukan pencatatan maka dapat

mengontrol pengeluaran agar tidak boros. Managemen keuangan yang baik akan

meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat. Taraf ekonomi yang membaik membuat

keluarga buruh tani mulai bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya yang

berdampak pada kesejahteraan keluarganya. Hal ini seperti pernyataan ibu M.

Sianturi

“salah satu kakak mau bekerja yah itulah dek, mendapatkan gaji di hari itu juga.

Cukuplah untuk keluarga kami dengan penghasilan yang kami terima dek, dengan

gaji yang kakak dapat sebesar Rp.50.000,- keluarga kami sejahtera kok”.

Hal ini juga sama diungkapkan oleh Ibu R. Simarmata

“dampak positif yang nantulang terima yah inilah salah satunya dek. Pendapatan

keluarga kami bertambah.Cukuplah untuk keperluan keluarga kami”.

Hal ini juga dibenaran oleh informan tambahan yang bernama S. Tamba:

“mertua sama suaminya senang melihat istrinya bekerja. Karena bisa menambah

penghasilan keluarga mereka yang kurang.apalagi kita lihat lah dek, sekarang aja

mahal kami sembako, kalau mengharapakan uang dari suaminya dek, jangan harap

lah mereka bisa hidup. Udah kita lihat suaminya gimana.Tapi herannya, kelaurga

mereka sejahtera-sejahtera aja bou lihat”.

Universitas Sumatera Utara


2. Menyekolahkan Anak

Salah satu tugas orangtua buat anak-anak yaitu untuk menyekolahkan anak

setinggi mungkin. Perempuan buruh tani di desa Silau Merawan mau bekerja

disebabkan keinginan anak yang tinggi untuk menggapai pendidikan. Dengan adanya

pekerjaan buruh tani, informan dapat menyekolahkan anak derajat SMA. Hal ini

didukung oleh pernyataan Ibu R. Sitorus:

“dampak yang bou terima dari buruh tani ini, yah itu lah dek. Anak-ank bisa sekolah

sampai SMA lah yang paling tinggi dek.Karena kalau sampai kuliah bou ngak

sanggup, terlalu banyak biaya.Apalagikan kau lihat llah dek gimana kondisi

keuangan kami”.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu J. Sitorus :

“iyah dek, inilah salah satu nya dampak yang bou dapat. Apalagi kan karena

kemauan anaknya, yah mau ngak mau harus berusaha lah kerja. Biar bisa anak

sampe SMA sekolahnya”.

Hal ini juga di dukung oleh pernyataan Ibu A. Simanjuntak :

“iyah loh dek. Senang juga kakak kalau dari hasil bekerja sebagai buruh tani ini

memiliki dampak yang bermanfaat buat anak-anak.Turut senangnya kakak dek.Kalau

anak-anak bisa sekolah kek gini hah”.

Universitas Sumatera Utara


4.6.2 Dampak Negatif

a. Anak Tidak Terurus

Keputusan perempuan untuk ikut bekerja di luar rumah sebagai buruh tani

menyebabkan tidak banyaknya waktu yang dihabiskan perempuan di rumah. Ada

waktu dimana perempuan buruh tani habiskan di sawah dan kegiatan

kemasyarakatan. Hal ini menyebabkan kurangnya kontrol orang tua terhadap anak.

Pengaruh lain dari terjunnya perempuan untuk bekerja sebagai buruh tani adalah

adanya jarak yang terbentuk antara orang tua dan anak. Anak membutuhkan figur

orang tua di dalam kehidupannya untuk hal-hal yang dapat ia contoh atau sekedar

berkeluh kesah. Pada saat orangtua tidak ada di rumah maka anak-anak lebih banyak

bermain tanpa pengawasan orangtua. Pernyataan di atas di dukung oleh R.

Simarmata:

“yah itulah dek susahnya cari uang sekarang, kalau ngak kerja ngak bisa lah kami

makan. Tapi kasihan juganya terkadang melihat anak-anak, jadi ngak terurus sama

jorok kali setiap nantulang pulang dari ladang”

Pernyataan diatas juga didukung oleh M. Sianturi:

“iya dek, semenjak kakak memutuskan buat bekerja. Anak-anak jadi ngak terurus

lagi bahkan jadi bandal pun”.

Pernyataan diatas juga dibenarkan oleh Bapak R. Tampubolon:

Universitas Sumatera Utara


“iya dek, semenjak istri saya bekerja, anak-anak jadi ngak terurus makannya,

tingkah laku nya pun jadi bandal. apalagi kan mau nya suntuk abang di rumah-

rumah aja, jadi lebih memutuskan buat ke warung aja. Terkadang abang bawak kok

ke warung anak-anak”.

c. Rasa Lelah Yang Melanda

Pekerjaan yang dimulai dari pagi dan berakhir sore hari ditambah dengan

pekerjaan rumah tangga yang masih harus dibereskan membuat perempuan buruh tani

merasa lelah. Seperti yang dikatakan oleh sebagian besar informan penelitian ini,

sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mereka merasa lelah ketika selesai

mengerjakan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai buruh tani.

Pekerjaan di ladang termasuk pekerjaan kasar dan menguras tenaga tentu saja akan

menimnulkan kelelahan pada pekerja. Misalnya mencangkul, membuat selokan,

menanam ubi, jagung dan padi dan menyemprot. Selain kelelahan buruh juga

mengalami perubahan pada beberapa bagian tubuh, misalnya kulit yang menghitam,

kapalan, turun perut, dan pegal-pegal. Hal ini diungkapkan oleh pernyataan Ibu R.

Sitorus:

“kerja mulai dari pukul 07.00 wib sampe pukul 18.00 wib di panas-panasan sama

kenak hujan, buat bou pegal-pegal sepulang dari ladang. Hmm apaalgi yah dek,

pertama kali bou jadi upahan orang, disitu terasa sakitnya badan bou. Kan kalau di

ladang orang ngak bisanya suka-suka hati kami”

Universitas Sumatera Utara


Hal ini juga sama dengan pernyataan Ibu J. Sitorus:

“hmm gimana yah. Namanya pun bekerja, yah tentunya mngkibatkan sakit lah.Awal

kali bou kerja, isss minta ampun lah bou dek.Tersiksa kali ditambah lagi panasnya

matahari.Tapi kalau udah biasa kek gini Cuma pegal-pegal dan sakit pinggang

doang nya dek”.

Hal ini juga sama dengan pernyataan Ibu A. Simanjuntak:

“dampak negatif yang ku terima yah itulah dek, tenaga ku jadi berkurang, badan

kakak sekarang jadi cepat-cepat diserang sakit. Tengok lah ini dek, belum nya tua-

tua kali kan umur kakak, tapi badan kakak makin lama makin kurus karena kecapeak

an trus”.

4.7 Feminisme Sosialis

Zohra seorang penganut aliran feminisme sosialis (listiani dkk, 2002:33)

mengatakan bahwa hubungan antara partisipasi perempuan dalam ekonomi dianggap

perlu, tapi tidak selalu akan menaikkan status perempuan. Bagi feminis sosialis,

meningkatnya partisipasi perempuan dalam ekonomi lebih berakibat pada peran

antagonism seksual dibanding status. Feminisme sosialis menilai penindasan

perempuan terjadi di kelas manapun dan menganggap bahwa penindasan perempuan

bisa melahirkan kesadaran revolusi tapi bukan revolusi perempuan sebagai jenis

kelamin (woman as sex), yang diperangi oleh feminisme sosialis adalah kontruksi visi

dan ideologi masyarakat serta struktur dan sistem yang telah adil yang dibangun atas

bias gender.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Listiani dkk (2002:47), adanya peran rangkap tiga (triple role) dan

anggapan urusan publik adalah urusan laki-laki dan peran perempuan terperangkap

dalam sektor domestik.Kaum feminis menginginkan suatu realitas dimana perempuan

dapat lebih terlibat dalam kegiatan publik.Keterlibatan perempuan dalam dunia

publik merupakan peran ganda memang berarti beban ganda.Dengan adanya beban

ganda dan perempuan harus mengerjakan dua pekerjaan sekaligus, banyak contoh

dampak yang dialami perempuan, dan hilangnya peluang atau kesempatan perempuan

untuk berkembang, maka didukung dengan adanya aturan Negara atau pemerintah.

Feminis sosialis mengatakan bahwa kapitalisme dan patriarki merupakan

ideologi yang menyebabkan terjadinya penindasan terhadap kaum wanita. Hal ini

terungkap dalam dua teori yang dikembangkan perspektif ini yaitu teori sistem ganda

dan teori sistem menyatu, Teori sistem ganda memandang persoalan penindasan

kaum wanita dari dua ideologi yang berbeda yaitu kapitalisme dan patriarki.

Sedangkan teori sistem menyatu adalah gabungan dari berbagai konsep mengenai apa

yang menyebabkan penindasan terhadap kaum wanita di masyarakat.Menurut Karl

Marx, di dalam Saulnier, kondisi material atau ekonomi merupakan akar kebudayaan

dan organisasi sosial. Cara-cara hidup manusia merupakan hasil dari apa yang mereka

produksi dan bagaimana mereka memproduksinya. Sedangkan menurut Engels

wanita dan laki-laki memiliki peranan-peranan penting dalam memelihara keluarga

inti. Namun karena tugas-tugas tradisional wanita mencakup pemeliharaan rumah dan

menyiapkan makanan, sedangkan tugas laki-laki mencari makanan. Maka laki-laki

Universitas Sumatera Utara


memiliki akumulasi kekayaan yang lebih besar ketimbang wanita. Akibatnya, posisi

wanita menjadi lebih lemah.

Kaum perempuan mempunyai dua peran yakni di wilayah rumah mengurus

keluarga dan harus bekerja. Beban kerja perempuan lebih berat dari pada laki-laki

yang disebabkan oleh pelabelan perempuan sebagai makhluk domestik. Mereka harus

benar-benar bisa membagi waktu antara keluarga dan bekerja sebagai buruh tani. Kita

dapat melihat kehidupan keluarga buruh tani, perempuan tidak hanya bekerja di ranah

rumah tangga (mencuci, mengurus anak dan suami, memasak, menyapu) akan tetapi

juga bekerja di ranah publik (sebagai pekerja buruh tani) karena penghasilan suami

tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan mengharuskan mereka bekerja

sebagai pekerja buruh tani.

Peran adalah sebagai pola tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat dari

seorang individu yang memiliki atau menempati posisi tertentu di dalam

masyarakat.Setiap manusia memiliki satu peran atau lebih dalam kehidupan

bermasyarakat, manusia yang memiliki dua peran atau lebih harus bisa

menyeimbangkan setiap perannya sehingga konflik peran tidak terjadi. Perempuan

yang merupakan bagian dari masyarakat juga memiliki peran strategis dalam

kehidupan bermasyarakat, menurut Hubies (Harijani 2001:20) pembagian peran

perempuan dapat dilihat dari perspektif dalam kaitannya dengan posisinya sebagai

manager rumah tangga, partisipasi pembangunan dan pekerjaan pencari nafkah. Peran

ganda perempuanadalah partisipasi perempuan yang mencakup sektor domestik

maupun sektor publik, pada masyarakat pedesaan peran ganda perempuan bukanlah

Universitas Sumatera Utara


hal yang baru, mereka disamping sebagai istri dan ibu, juga harus bekerja diluar

rumah, misalnya: bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh

dan lain-lain.

Ibu rumah tangga dari keluarga miskin yang tinggal di Desa Silau Merawan

sebagian besar bekerja menjadi buruh tani.Permasalahan terbesar istri ketika menjadi

buruh tani adalah adanya peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan buruh tani yang

dirasakan oleh istri serta menuntut mereka agar dapat menyeimbangkan pelaksanaan

kedua perannya tersebut.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 15

orang masyarakatdi desa Silau Merawan Kecamatan Dolok Masihul diantaranya 5

orang perempuan buruh tani, 5 orang suami buruh tani, serta 5 orang pemilik ladang

dan orang sekitar buruh tani, diketahui bahwa hal yang melatarbelakangi perempuan

di desa Silau Merawan memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan buruh

tani adalah masalah perekonomian. Masalah perekonomian dalam skala rumah tangga

dapat diartikan sebagai ketidakmampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan anggota keluarga, akibat dari ketidakmampuan ini maka ibu rumah tangga

bekerja sebagai buruh tani untuk membantu memenuhi kebutuhan primer keluarga.

Selain dalam pemenuhan kebutuhan keluarga hal lain yang melatar belakangi ibu

rumah tangga bekerja sebagai buruh tangga adalah untuk membantu membiayai

˗anaknya dapat mencapai cita˗cita


sekolah anak-anaknya dengan berharap anak

mereka sehingga dapat memperbaiki taraf hidup keluarga. Kurangnya tanggung

jawab suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan suami yang tidak memiliki

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan tetap serta masalah hutang juga melatarbelakangi ibu rumah tangga bekerja

sebagai buruh tani di Desa Silau Merawan.

Hal yang melatarbelakangi terjadinya peran ganda ini didukung teori dari

Ihromi (1987:103) yang menyatakan “kondisi rumah tangga pada lapisan bawah dan

lapisan menengah bawah memerlukan sumber penghasilan yang berganda.

Penghasilan kepala rumah tangga tidak dapat untuk mencukupi seluruh keluarga.Ibu

dan anak-anak pada umumnya turut menyumbangkan penghasilan dan karna adanya

sumber yang aneka itu maka berbagai kebutuhan dapat dipenuhi”.

Adanya anggapan dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan bersifat

memelihara, rajin, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, maka akibatnya

semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Oleh karna itu,

beban kerja perempuan yang berat dan alokasi waktu yang lama untuk menjaga

kebersihan dan kerapian rumah tangga: mulai dari memasak, mencuci pakaian,

merawat anak, membersihkan rumah, dan sendiri apalagi selain harus mengerjakan

tugas-tugas domestik, mereka masih aja dituntut harus bekerja, sehingga perempuan

miskin memikul beban kerja ganda.

Dalam perannya sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan yang dilakukan

perempuan buruh tani sebagai ibu rumah tangga adalah mengurus kebutuhan keluarga

(belanja, memasak, mencuci, membersihkan rumah), mengurus kebutuhan anak

(mengajar, memberikan kasih sayang, mengajak bermain menyuapi, memandikan,

hingga mengurus keperluan sekolah), melayani suami serta melayani anggota

Universitas Sumatera Utara


keluarga lainnya seperti mengurus mertua yang sudah sakit atau lansia. Peranan

perempuan ini mendukung teori dari Hubies (Harijani 2001:20) yang menguraikan

peran perempuan di dalam rumah tangga yaitu peran reproduksi yang terkait dengan

kelangsungan hidup manusia (peran ibu pada saat mengandung, melahirkan,

menyusui anak), peran tradisional yang terkait dengan mengerjakan semua pekerjaan

rumah (membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal

yang berkaitan dengan rumah tangga ).

Ibu rumah tangga di desa Silau Merawan bekerja sebagai buruh tani jika

tenaganya dibutuhkan oleh pemilik ladang, pada umumnya tenaga dari buruh tani ini

dibutuhkan untuk mengerjakan ladang ubi, jagung, serta sawah.Perempuan yang

bekerja sebagai buruh tani juga mendukung teori Hubies (Harijani 2001:20) yang

menyatakan perempuan juga dapat menjalankan peran produktif dan peran transisi

yaitu peran sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.Pekerjaan yang biasanya

dikerjakan oleh buruh tani di ladang dimulai dari membabat rumput diladang,

mencangkul tanah, membuat bedengan atau menaikkan jaluran, menanam,

˗batang tanaman dari lahan


menyemprot, memanen, serta membersihkan batang

setelah panen.

Perempuan buruh tani sangat telaten dalam melaksanakan setiap pekerjaannya

karena sudah menjadi hal yang bisa mereka lakukan, dalam sehari buruh tani bekerja

selama 10 jam yang dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 18.00 dan ada juga yang

sampai pukul 19.00. Uraian jadwal pekerjaan buruh tani adalah sebagai berikut :

Kerja pukul 07.00-09.30, istirahat pertama pukul 09.30-10, kerja pukul 10.00-12.00,

Universitas Sumatera Utara


istirahat makan siang pukul 12.00-14.00, kerja pukul 14.00-15.30, istirahat pukul

15.30-16.00, kerja pukul 16.00-18.00. Buruh tani di desa Silau Merawan tidak

memiliki aktiitas lain di luar peran gandanya sebagai ibu rumah tangga dan buruh

tani, karena melalui dua peran ini sudah menguras waktu, tenaga, dan pikiran mereka

sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk menjalankan aktivitas lainnya

seperti terlibat dalam aktivitas organisasi.

Peran ganda yang dijalankan oleh buruh tani terkadang berefek pada

terbengkalainya pekerjaan rumah akibat rasa lelah yang ditanggungnya, keikutsertaan

keluarga dalam membantu meringankan pekerjaan buruh tani sangat diharuskan.

Berdasarkan hasil penelitian, anggota keluarga perempuan buruh tani meringankan

tugas mereka dengan menyelesaikan pekerjaan rumah pada sore hari serta suami ikut

berperan dengan memandikan anak yang masih kecil dan menjemput istrinya di

ladang. Suami buruh tani sangat mengapresiasi isrtinya yang bekerja sebagai buruh

tani karena dapat membantu meringankan beban keluarga apalagi ketika suaminya

lagi pengangguran, bahkan suami buruh tani bangga pada istrinya yang kuat

menjalankan peran gandanya tanpa ada rasa mengeluh serta bangun lebih awal untuk

menyiapkan kebutuhan keluarga dan kebutuhan sekolah anak˗anak.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini mengkaji tentang “Peran Ganda Perempuan Dalam Rumah

Tanggan (Studi Deskriptif Buruh Tani Perempuan di Desa Silau Merawan Kecamatan

Dolok Masihul)”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan

dari penelitian ini adalah:

1. Ibu rumah tangga di Desa Silau Merawan bekerja sebagai buruh tani

dilatarbelakangi karena masalah perekonomian, sehingga ibu rumah tangga

tersebut bekerja sebagai buruh tani untuk membantu memenuhi kebutuhan

keluarga sehari˗hari. Selain dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, hal yang

melatar belakangi ibu rumah tangga bekerja sebagai buruh tani adalah untuk

˗anaknya dengan berharap anak˗anaknya dapat


membiayai sekolah anak

mencapai cita˗cita mereka sehingga dapat memperbaiki tar af hidup keluarga.

Kurangnya tanggung jawab suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan

suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap serta masalah hutang juga

melatarbelakangi ibu rumah tangga bekerja sebagai buruh tani di Desa Silau

Merawan. Pekerjaan yang dilakukan perempuan buruh tani sebagai ibu rumah

tangga adalah mengurus kebutuhan keluarga (belanja, memasak, mencuci,

membersihkan rumah), mengurus kebutuhan anak (mengajar, memberikan kasih

sayang, mengajak bermain menyuapi, memandikan, hingga mengurus keperluan

Universitas Sumatera Utara


sekolah), melayani suami serta melayani anggota keluarga lainnya seperti

mengurus mertua yang sudah sakit atau lansia. Sedangkan pekerjaan-pekerjaan

yang dilakukan buruh tani di ladang dimulai dari mencangkul atau menaikan

jaluran, menanam padi, jagung, ubi, memanen, membersihkan pangkal batang,

serta menyemprot. Perempuan buruh tani menyeimbangkan peran gandanya

dengan mengatur waktunya dengan baik, seperti bangun pagi lebih awal lalu

menyiapkan kebutuhan keluarga dan mengerjakan pekerjaan rumah, lalu pergi ke

ladang pukul 07.00 hingga pukul 18.00, lalu pulang ke rumah untuk segera

menyelesaikan pekerjaan rumah, dan malamnya digunakan untuk berkumpul

bersama keluarga, selain itu keterlibatan anggota keluarga dan suami juga turut

membantu meringankan peran ganda dari buruh tani ini.

2. Dampak kontribusi peran ganda perempuan buruh tani pada kesejahteraan

keluarga adalah membantu memenuhi kebutuhan keluarga, dapat menjadi sumber

penghasilan utama ketika suami sedang tidak mendapatkan pekerjaan, anak˗anak

˗hutang adat
buruh tani dapat sekolah sampai jenjang SMA, terlunasinya hutang

serta dapat membiayai pengobatan keluarga yang sedang sakit. Selain itu,

dampak negatif dari peran ganda yang dijalankan oleh buruh tani terhadap

kesejahteraan keluarga adalah anak˗anak menjadi terlantar dan kurang kasih

sayang, suami semakin melupakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

karena bergantung pada istri yang dapat memenuhi kebutuhan keluar

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan oleh penulis diatas, maka terkait

dengan apa yang disimpulkan, penulis mencoba memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Buruh tani harus lebih memaksimalkan penyeimbangan peran gandanya sehingga

tidak berakibat buruk pada pengurusan anak.

2. Buruh tani harus dapat mengerjakan pekerjaan padat karya sehingga menjadi

alternatif pendapatan ketika tidak sedang bekerja sebagai buruh tani, mengingat

pekerjaan buruh tani adalah pekerjaan musiman.

3. Suami dari buruh tani harus bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarga

serta menciptakan suatu usaha yang dapat menjadi alternatif pekerjaan.

4. Anggota keluarga harus membantu buruh tani dalam menyelesaikan

pekerjaannya, karena menjalankan peran ganda membutuhkan tenaga yang ekstra

yang berakibat buruk pada kesehatan buruh tani dan kesejahteraan keluarga.

5. Pemilik ladang harus bisa menyesuaikan upah buruh tani dengan tenaga yang dia

keluarkan.

6. Pemilik ladang harus memperkerjakan buruh tani 8 (delapan) jam dalam sehari

sesuai dengan undang-undang buruh sehingga buruh tani dapat mengerjakan

pekerjaan rumah dengan baik dan memiliki waktu yang banyak bersama

keluarga.

7. Pemerintah setempat harus dapat mengawasi hak-hak buruh tani dan membantu
buruh tani dalam membuka usaha padat karya.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Abdullah, I. ed. 1997. Sangkan Peran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Taslim. 2006. Buruh Tani Kemiskinan dan Pembangunan. Makassaar:
Masagena Press.
Argyo Demartoto, 2007. Menyibak Sensivitas Gender Dalam Keluarga Difable.
Surakarta, UNS Press.
Bungin, Burhan, 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Bungin, Burhan, 2014. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial lainnya (Edisi ke Dua). Jakarta: Kencana.
Damsar, Indrayani, 2016. Pengantar Sosiologi Perdesaan. Jakarta : Kencana

Handayani & Sugiarti, 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang:
UMM press.
Ihromi & Omas, 1990, Para Ibu Yang Berperan Tunggal Dan Berperan Ganda.
Jakarta: Fakultas ekonomi UI.
Ihromi 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia anggota IKAPI.
Listiani dkk, 2002. Gender & Komunitas Perempuan Pedesaan. Medan: Bitra
Indonesia.
Rachman Fauzi Noer, 2017. Petani dan Penguasa. Yogyakarta: INSISTPress

Raho Ledalero, 2016. Sosiologi. Yogyakarta: Ledalero Anggota IKAPI

Rowatt Jr, G. 1990. Bila Suami Istri Bekerja. Yogyakarta: Kanisius.


Soekanto, Soerjono. 2002. Teori Peranan. Jakarta : Bumi Aksara.
Usman, Hasaini & Purnomo Setiady Akbar. 2014. Metodelogi Penelitian Sosial
(Edisi ke dua). Jakarta: Bumi Aksara
Wahidi Roestanto, 2015. Membangun Perdesaan Modern. Bogor: PT. Indec

Skripsi :
Patricia Suryani, 2012, Konstruksi sosial atas buruh tani perempuan di
masyarakat desa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Universitas Sumatera Utara


Jurnal :
Arsini, 2014, Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga masyarakat Agraris
(Kasus Istri Buruh Tani Di Desa Putat Purwodadi Grobogan).
Universitas Walisongo Semarang.

Eka Pratiwi. 2012, Peran Ganda Perempuan Studi tentang Buruh Tani di Desa
Mulo, Wonosari, Gunung Kidul. UIN Sunan Kalijaga.

Latifah, Nurianti. 2017, Pembagian Peran Buruh Tani Perempuan (Studi


Pertanian Nanas Di Desa Ngancar Kediri). Universitas Airlangga.

Mei Rinda. 20012, Kontribusi Buruh Tani (ARON) Perempuan Terhadap


Kehidupan Sosial dan Ekonomi Keluarga di Desa Beganding
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Universitas Sumatera
Utara.

Salaa, Jeiske. 2015, Peran Ganda Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan
Ekonomi Keluarga di Desa Tarohan Kecamatan Beo Kabupaten
Kepulauan Talaud.

Siregar, M. 2007, Keterlibatan Ibu Bekerja dalam Perkembangan Pendidikan


Anak.
Internet :
https://ilmupeternakandanpertanian.blogspot.co.id/2016/04/asal-usul-dan-
pengertian-pertanian.html. Diakses 13 oktober 2017 pukul 17 : 25 Wib.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3476228/upah-buruh-tani-hingga-
prt-naik-selama-maret-2017. Diakses 13 oktober 2017 pukul 17 : 57 Wib.
http://bwi.or.id/index.pphp/in/artikel/1123-peran-wakaf-dalam-pemberdayaan-
ekonomi-perempuan-1. Diakses 20 maret 2018 pukul 19.00 Wib.
http://dosenpsikologi.com/peran-keluarga-dalam-pendidikan-anak. Diakses 20
maret 2018 pukul 20.00 Wib.
mbaawoeland.blogspot.co.id. Diakses 19 Oktober 2017 pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai