MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Oleh:
Preseptor:
dr. Ennesta Asri, Sp.KK(K), FINSDV
dr. Rina Gustia, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan shalawat
beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas case report session dengan judul “Moluskum Kontagiosum” yang merupakan salah
satu tugas dalam kepaniteraan klinik Bagian Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas case report session ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Ennesta Asri, Sp.KK(K), FINSDV dan dr. Rina Gustia, Sp.KK(K), FINSDV,
FAADV selaku preseptor dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan
tugas case report session ini. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pox,
klinisnya berupa papul berbentuk kubah, berkilat, dan pada permukaannya terdapat
lekukan (delle/umbilikasi), berisi massa yang mengandung badan moluskum. Masa
inkubasi moluskum kontagiosum 2-8 minggu. Pada individu sehat dapat sembuh
spontan atau swasirna setelah beberapa bulan, namun juga bisa menetap sampai 2
bulan atau lebih.3
2.2. Etiologi
Moluskum kontagiosum merupakan suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh
Molluscum Contagiosum Virus(MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox
virus. Terdapat 4 subtipe, yaitu MCV I, MCV II, MCV III, dan MCV IV. Keempat
subtype ini menimbulkan gejala klinis yang serupa, yaitu berupa lesi papul milier
yang terbatas pada kulit dan membrane mukosa. MCV I adalah subtype yang paling
banyak ditemukan pada pasien, sedangkan MCV III yang jarang ditemukan.
2.3. Epidemiologi
Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk,
higiene buruk dan daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia
dewasa dengan aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi. Penularan dapat
melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi, penularan secara tidak
langsung melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur,
alat pemotong rambut serta penularan melalui kontak seksual.4,5,6
Prevalensi Moluskum kontagiosum didunia berbeda-beda. Di AS sebesar
33%, di Mali 3,6%, di Australia tingkat seropositif keseluruhan dilaporkan 23%, di
Afrika timur sebanyak 52% pada anak- anak yang berusia 2 tahun. Di Indonesia,
prevalensi moluskum kontagiosum sebesar 40,4% dibandingkan penyakit kulit lain.2
2.4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari penyakit ini dapat tersebar di beberapa lokasi, penyakit ini
dapat timbul di daerah wajah, leher, ketiak, badan, dan ekstremitas. 3 Kelainan kulit
berupa papul bulat mirip kubah, berbentuk miliar sampai lentikular dan berwarna
putih dan berkilat seperti lilin. Jika dipijat akan tampak keluar masa yang berwarna
putih mirip butiran nasi. Pada pasien imunokompremaise, misalnya HIV/AIDS, lesi
moluskum menjadi cepat tumbuh, berjumlah ratusan, besar-besar, dan tersebar
melibatkan daerah genital serta ekstragenital.3,7
2.5. Diagnosis
Diagnosa biasanya ditentukan berdasarkan temuan klinis pada penderita tanpa
adanya keluhan subjektif. Kelainan kulit berupa papul bulat mirip kubah, berbentuk
miliar sampai lentikular dan berwarna putih dan berkilat seperti lilin, permukaan
dapat disertai delle. Biasanya tanpa disertai inflamasi.3,7 Jika dipijat akan tampak
keluar massa berwarna putih seperti nasi yang merupakan badan moluskum. Kadang
berukuran lentikular. Penyakit ini juga dapat disertai infeksi sekunder sehingga
timbul supurasi. Lokasi kelainan umumnya ditemukan pada wajah, badan, dan
ekstremitas.9,10
2.6. Diagnosis Banding
Secara klinis bisa dibedakan dengan lesi awal varisela, Impetigo bullosa dan
Milium.3
Biasanya
tidak diperlukan pemeriksaan penunjang karena penyakit ini dapat
dibedakan dari gambaran klinis yang ada. Pada dermoskopi tampak gambaran
orifisium dengan gambaran pembuluh darah crown, punctiform, radial, dan flower
pattern. Pemeriksaan Giemsa terhadap bahan massa putih dari bagian tengah papul
menunjukkan badan inklusi moluskum di dalam sitoplasma. Pemeriksaan
histopatologik dilakukan apabila gambaran lesi tidak khas MK dimana akan tampak
gambaran epidermis hipertrofi dan hiperplasia. Di atas lapisan sel basal didapatkan
sel membesar yang mengandung partikel virus disebut badan moluskum atau
Henderson- Paterson bodies.10
2.8 Tatalaksana
a. Non medikamentosa
b. Medikamentosa
1. Tindakan:
2. Terapi Topikal
Kantaridin (0,7% atau 0,9%) dioleskan pada lesi dan dibiarkan selama 3-4
jam, setelah itu dicuci. Dapat dilakukan sebulan sekali hinggga tidak ada lesi
lagi.
Podofilin (10%-25% dalam bentuk resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam bentuk
krim). Dioleskan pada tiap lesi 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, jika
lesi masih persisten hingga hari ke-7, terapi yang sama dilanjutkan selama 3
minggu
Pasta perak nitrat 40%
Kalium hidroksida 10% 2 kali/hari selama 30 hari atau sampai terjadi
inflamasi dan ulserasi di permukaan papul
Gel asam salisilat 12%
Krim adapalen 1% selama 1 bulan
Benzoil peroksida 10% dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu
Solusio povidon iodine 10% dan plester asam salisilat 50%
3. Terapi Sistemik:
Terapi sistemik hanya diberikan untuk pasien imunokompromais yaitu
interferon-α subkutan.
c. Edukasi
2.9 Prognosis9,10,11
LAPORAN KASUS
Nama :A
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Siswa
No. RM : 01.12.51.46
Alamat : Padang
Status Perkawinan :
Negeri Asal : Indonesia
Agama :Islam
Suku : Minangkabau
Tanggal Pemeriksaan : 4 Januari 2022
Bintik-bintik sewarna kulit dan bewarna kemerahan pada perut, tangan, wajah dan
punggung yang bertambah banyak sejak beberapa hari yang lalu.
Awalnya hanya ada 1 bintik ± 1 bulan yang lalu pada perut yang sewarna dengan kulit
dan kemerahan, kemudian 1 minggu yang lalu bertambah banyak.
Pasien tidak mengeluhkan gatal, nyeri kepala dan demam sebelumnya.
Keluhan bintik-bintik sewarna kulit seperti ini dari lahir tidak ada.
Riwayat penurunan nafsu makan tidak ada
Riwayat berkontak dengan penderita dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat digigit serangga disangkal.
Pasien memiliki hobi bermain dengan tetangga.
Pasien mandi 2 kali sehari.