Anda di halaman 1dari 11

Case Report Session

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Oleh:

Rashif Hizbullah Arsya 2040312007

Muhammad Arif Shah Bin Jamaludin 2140312087

Preseptor:
dr. Ennesta Asri, Sp.KK(K), FINSDV
dr. Rina Gustia, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan shalawat
beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas case report session dengan judul “Moluskum Kontagiosum” yang merupakan salah
satu tugas dalam kepaniteraan klinik Bagian Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Dalam usaha penyelesaian tugas case report session ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Ennesta Asri, Sp.KK(K), FINSDV dan dr. Rina Gustia, Sp.KK(K), FINSDV,
FAADV selaku preseptor dalam penyusunan tugas ini.

Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan
tugas case report session ini. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 06 Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Moluskum kontagiosum merupakan suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh
Molluscum Contagiosum Virus (MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox
virus.1 Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dan dewasa dengan aktivitas
seksual aktif dan imunodefisiensi. Penularannya melalaui kontak langsung dengan
lesi aktif, dan tidak langsung melalui barang-barang pribadi seperti handuk.
Moluskum kontagiosum bersifat endemik pada komunitas padat penduduk, sanitasi
buruk, dan daerah dengan tingkat ekonomi yang rendah.1,2
Prevalensi Moluskum kontagiosum tertinggi terdapat di Afrika Timur, yaitu
sebesar 52%. Di Indonesia, prevalensi moluskum kontagiosum sebesar 40,4%
dibandingkan penyakit kulit lain.2 Moluskum kontagiosum pada individu yang sehat
dapat sembuh spontan setelah beberapa bulan. Namun, kadang menetap sampai 2
bulan atau lebih. Terapi dengan intervensi dapat memutus rantai penularan. 3 Penyakit
ini tidak atau jarang residif jika hasil terapi menghilangkan semua lesi yang ada.2

1.2. Batasan Masalah


Case Report Session ini akan membahas definisi, etiologi, epidemiologi,
gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, dan
prognosis pada moluskum kontagiosum.

1.3. Tujuan penulisan


Tujuan penulisan CRS ini adalah untuk menambah wawasan sebagai dokter
muda mengenai moluskum kontagiosum.

1.4. Metode Penulisan


Metode penulisan CRS ini merupakan studi kepustakaan yang merujuk ke berbagai
literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pox,
klinisnya berupa papul berbentuk kubah, berkilat, dan pada permukaannya terdapat
lekukan (delle/umbilikasi), berisi massa yang mengandung badan moluskum. Masa
inkubasi moluskum kontagiosum 2-8 minggu. Pada individu sehat dapat sembuh
spontan atau swasirna setelah beberapa bulan, namun juga bisa menetap sampai 2
bulan atau lebih.3

2.2. Etiologi
Moluskum kontagiosum merupakan suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh
Molluscum Contagiosum Virus(MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox
virus. Terdapat 4 subtipe, yaitu MCV I, MCV II, MCV III, dan MCV IV. Keempat
subtype ini menimbulkan gejala klinis yang serupa, yaitu berupa lesi papul milier
yang terbatas pada kulit dan membrane mukosa. MCV I adalah subtype yang paling
banyak ditemukan pada pasien, sedangkan MCV III yang jarang ditemukan.

2.3. Epidemiologi
Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk,
higiene buruk dan daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia
dewasa dengan aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi. Penularan dapat
melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi, penularan secara tidak
langsung melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur,
alat pemotong rambut serta penularan melalui kontak seksual.4,5,6
Prevalensi Moluskum kontagiosum didunia berbeda-beda. Di AS sebesar
33%, di Mali 3,6%, di Australia tingkat seropositif keseluruhan dilaporkan 23%, di
Afrika timur sebanyak 52% pada anak- anak yang berusia 2 tahun. Di Indonesia,
prevalensi moluskum kontagiosum sebesar 40,4% dibandingkan penyakit kulit lain.2
2.4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari penyakit ini dapat tersebar di beberapa lokasi, penyakit ini
dapat timbul di daerah wajah, leher, ketiak, badan, dan ekstremitas. 3 Kelainan kulit
berupa papul bulat mirip kubah, berbentuk miliar sampai lentikular dan berwarna
putih dan berkilat seperti lilin. Jika dipijat akan tampak keluar masa yang berwarna
putih mirip butiran nasi. Pada pasien imunokompremaise, misalnya HIV/AIDS, lesi
moluskum menjadi cepat tumbuh, berjumlah ratusan, besar-besar, dan tersebar
melibatkan daerah genital serta ekstragenital.3,7

Gambar 1. Ilustrasi lesi Moluskum Kontagiosum yang berbentuk papul dan


ditengahnya terdapat kubah pada ketiak anak.3
Gambar 2. Lesi Moluskum Kontagiosum8

2.5. Diagnosis
Diagnosa biasanya ditentukan berdasarkan temuan klinis pada penderita tanpa
adanya keluhan subjektif. Kelainan kulit berupa papul bulat mirip kubah, berbentuk
miliar sampai lentikular dan berwarna putih dan berkilat seperti lilin, permukaan
dapat disertai delle. Biasanya tanpa disertai inflamasi.3,7 Jika dipijat akan tampak
keluar massa berwarna putih seperti nasi yang merupakan badan moluskum. Kadang
berukuran lentikular. Penyakit ini juga dapat disertai infeksi sekunder sehingga
timbul supurasi. Lokasi kelainan umumnya ditemukan pada wajah, badan, dan
ekstremitas.9,10
2.6. Diagnosis Banding
Secara klinis bisa dibedakan dengan lesi awal varisela, Impetigo bullosa dan
Milium.3

Gambar 3. Stadium perkembangan Lesi Varisela

Gambar 4. Lesi Milia


pada anak-anak

2.7. Pemeriksaan penunjang

Biasanya
tidak diperlukan pemeriksaan penunjang karena penyakit ini dapat
dibedakan dari gambaran klinis yang ada. Pada dermoskopi tampak gambaran
orifisium dengan gambaran pembuluh darah crown, punctiform, radial, dan flower
pattern. Pemeriksaan Giemsa terhadap bahan massa putih dari bagian tengah papul
menunjukkan badan inklusi moluskum di dalam sitoplasma. Pemeriksaan
histopatologik dilakukan apabila gambaran lesi tidak khas MK dimana akan tampak
gambaran epidermis hipertrofi dan hiperplasia. Di atas lapisan sel basal didapatkan
sel membesar yang mengandung partikel virus disebut badan moluskum atau
Henderson- Paterson bodies.10

2.8 Tatalaksana

a. Non medikamentosa

Menjaga hygiene kulit dengan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun.

b. Medikamentosa

Prinsip pengobatan pada penyakit ini adalah untuk mengeluarkan badan


moluskum. Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:

1. Tindakan:

 Bedah kuretase/enukleasi (Setelah tindakan diberikan antibiotik topikal)


 Tindakan bedah beku/nitrogen cair.

2. Terapi Topikal
 Kantaridin (0,7% atau 0,9%) dioleskan pada lesi dan dibiarkan selama 3-4
jam, setelah itu dicuci. Dapat dilakukan sebulan sekali hinggga tidak ada lesi
lagi.
 Podofilin (10%-25% dalam bentuk resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam bentuk
krim). Dioleskan pada tiap lesi 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, jika
lesi masih persisten hingga hari ke-7, terapi yang sama dilanjutkan selama 3
minggu
 Pasta perak nitrat 40%
 Kalium hidroksida 10% 2 kali/hari selama 30 hari atau sampai terjadi
inflamasi dan ulserasi di permukaan papul
 Gel asam salisilat 12%
 Krim adapalen 1% selama 1 bulan
 Benzoil peroksida 10% dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu
 Solusio povidon iodine 10% dan plester asam salisilat 50%
3. Terapi Sistemik:
Terapi sistemik hanya diberikan untuk pasien imunokompromais yaitu
interferon-α subkutan.
c. Edukasi

 Menghindari kontak langsung.

 Pengobatan memakan waktu lama, diperlukan ketekunan dan kesabaran.

2.9 Prognosis9,10,11

Pada pasien imunokompeten dapat swasirna dalam 6-9 bulan tanpa


meninggalkan parut, kecuali jika mengalami infeksi.

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad cosmeticum : bonam
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama :A
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Siswa
No. RM : 01.12.51.46
Alamat : Padang
Status Perkawinan :
Negeri Asal : Indonesia
Agama :Islam
Suku : Minangkabau
Tanggal Pemeriksaan : 4 Januari 2022

3.2 ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)


Seorang pasien laki-laki berusia 6 tahun dan orang tuanya datang ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 4 Januari 2022 dengan:

3.2.1 Keluhan Utama:

Bintik-bintik sewarna kulit dan bewarna kemerahan pada perut, tangan, wajah dan
punggung yang bertambah banyak sejak beberapa hari yang lalu.

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

 Awalnya hanya ada 1 bintik ± 1 bulan yang lalu pada perut yang sewarna dengan kulit
dan kemerahan, kemudian 1 minggu yang lalu bertambah banyak.
 Pasien tidak mengeluhkan gatal, nyeri kepala dan demam sebelumnya.
 Keluhan bintik-bintik sewarna kulit seperti ini dari lahir tidak ada.
 Riwayat penurunan nafsu makan tidak ada
 Riwayat berkontak dengan penderita dengan keluhan yang sama tidak ada.
 Riwayat digigit serangga disangkal.
 Pasien memiliki hobi bermain dengan tetangga.
 Pasien mandi 2 kali sehari.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat timbul bintik-bintik sewarna kulit tidak ada.
 Riwayat batuk pilek ada, sebulan sekali
 Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

3.2.4 Riwayat Pengobatan


 Pasien tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya dan tidak ada menggunakan obat
alami seperti obat obatan herbal.
 Pasien belum pernah berobat penyakit ini sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai