Anda di halaman 1dari 136

Farmakoekonomi: an

Introduction
By
HARI RONALDO TANJUNG
• Peningkatan biaya pelayanan kesehatan yang tidak dapat diimbangi
dengan peningkatan anggaran.

• perlu dilakukan upaya peningkatan efisiensi guna mencapai


efektivitas-biaya (cost-effectiveness) setinggi mungkin, yang
ditunjukkan dengan perolehan hasil terbaik dengan biaya terendah

• Guna mencapai hasil terbaik dengan biaya terendah ini perlu


digunakan kaidah farmakoekonomi sebagai alat bantu
• Agar tercapai peningkatan kesehatan yang maksimal di tengah
keterbatasan yang ada, setiap pengambil kebijakan di bidang kesehatan
setidaknya harus memberikan jawaban memuaskan terhadap empat
pertanyaan berikut:
• 1. Apakah obat (atau, secara umumnya teknologi kesehatan) yang akan
digunakan itu efektif?
• 2. Siapa yang akan menerima manfaat dari penggunaan obat (teknologi
kesehatan) itu?
• 3. Berapa biaya yang diperlukan untuk penggunaan obat (teknologi
kesehatan) itu?
• 4. Bagaimana efektivitasnya jika dibandingkan dengan obat (teknologi
kesehatan) yang telah digunakan?
• Kajian farmakoekonomi yang mempertimbangkan faktor klinis
(efektivitas) sekaligus faktor ekonomi (biaya) dapat membantu para
pengambil kebijakan mendapatkan jawaban obyektif terhadap
keempat pertanyaan tersebut. Dengan demikian, Ilmu
Farmakoekonomi dapat membantu pemilihan obat yang rasional,
yang memberikan tingkat kemanfaatan paling tinggi.
Perspektif Penilaian
• Perspektif penilaian merupakan hal penting dalam Kajian
Farmakoekonomi, karena perspektif yang dipilih menentukan
komponen biaya yang harus disertakan.
• Penilaian dalam kajian ini dapat dilakukan dari tiga perspektif yang
berbeda, yaitu:
1. Perspektif masyarakat (society).
Sebagai contoh Kajian Farmakoekonomi yang mengambil perspektif
masyarakat luas adalah penghitungan biaya intervensi kesehatan,
seperti program penurunan konsumsi rokok, untuk memperkirakan
potensi peningkatan produktivitas ekonomi (PDB, produk domestik
bruto) atau penghematan biaya pelayanan kesehatan secara nasional
dari intervensi kesehatan tersebut.
2. Perspektif kelembagaan (institutional).
Contoh kajian farmakoekonomi yang terkait kelembagaan antara lain
penghitungan efektivitas-biaya pengobatan untuk penyusunan
Formularium Rumah Sakit. Contoh lain, di tingkat pusat, penghitungan
untuk penyusunan DOEN dan Formularium Nasional.
3. Perspektif individu (individual perspective).
Salah satu contoh kajian farmakoekonomi dari perspektif individu
adalah penghitungan biaya perawatan kesehatan untuk mencapai
kualitas hidup tertentu sehingga pasien dapat menilai suatu intervensi
kesehatan cukup bernilai atau tidak dibanding kebutuhan lainnya
(termasuk hiburan).
Karena pertanyaan yang harus dijawab oleh ketiga perspektif itu
berbeda, jenis biaya yang diperhitungkan dalam Kajian
Farmakoekonomi masing-masing perspektif tersebut juga tak sama.
Secara ringkas, jenis biaya yang harus diperhitungkan dan
kategorisasinya menurut beberapa perspektif yang lazim melakukan
dalam Kajian dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Hasil Pengobatan (outcome)

• Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi, yaitu


biaya (cost) dan hasil pengobatan (outcome) . Kenyataannya, dalam
kajian yang mengupas sisi ekonomi dari suatu obat/pengobatan ini,
faktor biaya (cost) selalu dikaitkan dengan efektivitas (effectiveness) ,
utilitas (utility) atau manfaat (benefit) dari pengobatan (pelayanan)
yang diberikan.
Efektivitas
• Efektivitas merujuk pada kemampuan suatu obat dalam memberikan
peningkatan kesehatan (outcomes) kepada pasien dalam praktek klinik
rutin (penggunaan sehari-hari di dunia nyata, bukan di bawah kondisi
optimal penelitian).

• Dengan mengaitkan pada aspek ekonomi, yaitu biaya, kajian


farmakoekonomi dapat memberikan besaran efektivitas-biaya (cost-
effectiveness). yang menunjukkan unit moneter (jumlah rupiah yang harus
dibelanjakan) untuk setiap unit indikator kesehatan baik klinis maupun
nonklinis (misalnya, dalam mg/dL penurunan kadar LDL dan/atau kolesterol
total dalam darah) yang terjadi karena penggunaan suatu obat.
• Semakin kecil unit moneter yang harus dibayar untuk mendapatkan
unit indikator kesehatan (klinis maupun non-klinis) yang diinginkan,
semakin tinggi nilai efektivitas-biaya suatu obat.
Utilitas
• Utilitas merujuk pada tambahan usia (dalam tahun) yang dapat
dinikmati dalam keadaan sehat sempurna oleh pasien karena
menggunakan suatu obat.

• Jumlah tahun tambahan usia (dibanding kalau tidak diberi obat)


dapat dihitung secara kuantitatif, yang jika dikalikan dengan kualitas
hidup yang dapat dinikmati (katakanlah, setara dengan sekian bagian
sehat sempurna) akan memberikan unit yang disebut Quality
Adjusted Life Years-QALY atau ‘jumlah tahun yang disesuaikan’ (JTKD).
• Dikaitkan dengan aspek biaya, Kajian Farmakoekonomi ini akan
memberikan unit utilitas-biaya (cost-utility) yang menunjukkan unit
moneter yang harus dikeluarkan untuk setiap JTKD yang diperoleh.
Semakin kecil jumlah rupiah yang harus dibayar untuk mendapatkan
tambahan JTKD, semakin tinggi utilitas-biaya suatu obat.
Manfaat (Benefit)
• Sementara itu, manfaat (benefit) merujuk pada nilai kepuasan yang
diperoleh pasien dari penggunaan suatu obat. Nilai kepuasan ini
dinyatakan dalam besaran moneter setelah dilakukan konversi dengan
menggunakan “nilai rupiah yang rela dibayarkan untuk mendapat
kepuasan tersebut” (willingness to pay). Semakin tinggi willingness to
pay relatif terhadap harga riil obat (cost), semakin layak obat tersebut
dipilih.
Biaya

• Dalam kajian farmakoekonomi, biaya selalu menjadi pertimbangan


penting karena adanya keterbatasan sumberdaya, terutama dana.
Dalam kajian yang terkait dengan ilmu ekonomi, biaya (atau biaya
peluang, opportunity cost) didefinisikan sebagai nilai dari peluang
yang hilang sebagai akibat dari penggunaan sumberdaya dalam
sebuah kegiatan.
• Patut dicatat bahwa biaya tidak selalu melibatkan pertukaran uang.
Dalam pandangan pada ahli farmakoekonomi, biaya kesehatan
melingkupi lebih dari sekadar biaya pelayanan kesehatan, tetapi
termasuk pula, misalnya, biaya pelayanan lain dan biaya yang
diperlukan oleh pasien sendiri.
• Dalam proses produksi atau pemberian pelayanan kesehatan, biaya
dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Biaya rerata dan biaya marjinal


Biaya rerata adalah jumlah biaya per unit hasil yang diperoleh,
sementara biaya marjinal adalah perubahan biaya atas penambahan
atau pengurangan unit hasil yang diperoleh (Bootman et al., 2005).
• Sebagai contoh, jika sebuah cara pengobatan baru memungkinkan
pasien pulang dari rumah sakit sehari lebih cepat dibanding cara
pengobatan lama mungkin akan terpikir untuk menghitung biaya
rerata rawat inap sebagai penghematan sumberdaya.

• Kenyataannya, semua biaya tetap yang terhitung ke dalam biaya


tetap tersebut (misalnya, biaya laboratorium) tidak mengalami
perubahan. Yang berubah hanyalah biaya yang terkait dengan
lamanya pasien dirawat (biaya makan, pengobatan, jasa dokter dan
perawat, inilah biaya marjinal, biaya yang betul-betul mengalami
perubahan.
2. Biaya tetap dan biaya variabel
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dengan
perubahan kuantitas atau volume produk atau layanan yang diberikan
dalam jangka pendek (umumnya dalam rentang waktu 1 tahun atau
kurang), misalnya gaji karyawan dan depresiasi aset. Sementara itu,
biaya variabel berubah seiring perubahan hasil yang diperoleh, seperti
komisi penjualan dan biaya penjualan obat (Bootman et al., 2005).
3. Biaya tambahan (ancillary cost)
Biaya tambahan adalah biaya atas pemberian tambahan pelayanan
pada suatu prosedur medis, misalnya jasa laboratorium, skrining sinar-
X, dan anestesi. (Berger et al., 2003).
4. Biaya total
Biaya total adalah biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan untuk
memproduksi serangkaian pelayanan kesehatan.
• Biaya untuk perawatan kesehatan seringkali bukan hanya biaya obat
ditambah biaya langsung lain. Selain berbagai biaya langsung
tersebut, ada pula biaya tidak langsung yang harus ditanggung,
termasuk biaya transportasi, hilangnya produktivitas karena pasien
tidak bekerja, dan lain-lain termasuk depresi dan rasa sakit yang
sangat sulit dikonversikan ke unit moneter.

• Secara umum, biaya yang terkait dengan perawatan kesehatan dapat


dibedakan sebagai berikut:
1. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan perawatan
kesehatan, termasuk biaya obat (dan perbekalan kesehatan), biaya
konsultasi dokter, biaya jasa perawat, penggunaan fasilitas rumah sakit
(kamar rawat inap, peralatan), uji laboratorium, biaya pelayanan
informal dan biaya kesehatan lainnya. Dalam biaya langsung, selain
biaya medis, seringkali diperhitungkan pula biaya non-medis seperti
biaya ambulan dan biaya transportasi pasien lainnya.
2. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah sejumlah biaya yang terkait dengan
hilangnya produktivitas akibat menderita suatu penyakit, termasuk
biaya transportasi, biaya hilangnya produktivitas, biaya pendamping
(anggota keluarga yang menemani pasien). (Bootman et al., 2005).
3. Biaya nirwujud (intangible cost)
Biaya nirwujud adalah biaya-biaya yang sulit diukur dalam unit
moneter, namun sering kali terlihat dalam pengukuran kualitas hidup,
misalnya rasa sakit dan rasa cemas yang diderita pasien dan/atau
keluarganya.

4. Biaya terhindarkan (averted cost, avoided cost)


Biaya terhindarkan adalah potensi pengeluaran yang dapat dihindarkan
karena penggunaan suatu intervensi kesehatan (Berger et al., 2003).
• Selain itu, masih ada beberapa istilah biaya lainnya yang bersifat
teknis terkait dengan perawatan kesehatan. Beberapa biaya yang juga
sering diperhitungkan dalam telaah ekonomi kesehatan tersebut
antara lain:
1. Biaya perolehan (acquisition cost)
Biaya perolehan adalah biaya atas pembelian obat, alat kesehatan
dan/atau intervensi kesehatan, baik bagi individu pasien maupun
institusi (Berger et al., 2003).
2. Biaya yang diperkenankan (allowable cost)
Biaya yang diperkenankan adalah biaya atas pemberian pelayanan atau
teknologi kesehatan yang masih dapat ditanggung oleh penyelenggara
jaminan kesehatan atau pemerintah pasien maupun institusi (Berger et
al., 2003).
3. Biaya pengeluaran sendiri (out-of-pocket cost)
Biaya pengeluaran sendiri adalah porsi biaya yang harus dibayar oleh
individu pasien dengan uangnya sendiri. Sebagai contoh, iur biaya
peserta asuransi kesehatan (Berger et al., 2003).
4. Biaya peluang (opportunity cost)
Biaya peluang adalah biaya yang timbul akibat pengambilan suatu
pilihan yang mengorbankan pilihan lainnya. Bila seorang pasien
memutuskan untuk membeli obat A, dia akan terkena biaya peluang
karena tak dapat menggunakan uangnya untuk hal terbaik lainnya,
termasuk pendidikan, hiburan, dan sebagainya (Bootman et al., 2005).
• Identifikasi jenis-jenis biaya dapat berkembang sesuai kasus yang
dikaji. Jenis biaya yang disertakan dalam kajian farmakoekonomi
tergantung pada pertanyaan yang ingin dijawab. Terkait dengan hal
ini, secara umum hasil Kajian Farmakoekonomi dapat diukur dari tiga
perspektif: masyarakat, kelembagaan (pengambil kebijakan, penyedia
pelayanan kesehatan, asuransi kesehatan), dan individu (misalnya
pasien).
COST OF ILLNESS
By
Hari Ronaldo Tanjung
• Cost of Illness was the first economic evaluation technique used in
the health field.

• The aim was to evaluate the economic burden of illness impose on


society as a whole in terms of the consumption of health care
resources and production losses.
Metode Kajian
Farmakoekonomi
By
Hari Ronaldo Tanjung
• Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yang
dapat dilihat pada table 2.2.
Analisis Minimalisasi-Biaya (AMiB) /CMA
• Merupakan metode kajian farmakoekonomi paling sederhana, analisis
minimalisasi-biaya (AMiB) hanya dapat digunakan untuk
membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan, termasuk obat,
yang memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara atau dapat
diasumsikan setara.

• Karena hasil pengobatan dari intervensi (diasumsikan) sama, yang


perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya.
• Dengan demikian, langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum
menggunakan AMiB adalah menentukan kesetaraan (equivalence)
dari intervensi (misalnya obat) yang akan dikaji. Tetapi, karena jarang
ditemukan dua terapi, termasuk obat, yang setara atau dapat dengan
mudah dibuktikan setara, Penggunaan agak terbatas.
• Penggunaan AMiB untuk :
1. Membandingkan obat generik berlogo (OGB) dengan obat generik
bermerek dengan bahan kimia obat sejenis dan telah dibuktikan
kesetaraannya melalui uji bioavailabilitas/bioekuivalen (BA/BE). Jika
tidak ada hasil uji BA/BE yang membuktikan kesetaraan hasil
pengobatan, AMiB tidak layak untuk digunakan.
2. Membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek
setara.
• Terdapat banyak jenis biaya dan jenis biaya yang harus dimasukkan
berbeda untuk setiap perspektif analisis. Untuk menggunakan
metode AMiB secara baik tetap diperlukan keahlian dan ketelitian.
Analisis Efektivitas-Biaya (AEB) /CEA
• Analisis efektivitas biaya (AEB) cukup sederhana. Dan banyak
digunakan untuk kajian farmakoekonomi untuk membandingkan dua
atau lebih intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek
berbeda (Rascati et al., 2009).

• Dengan analisis yang mengukur biaya sekaligus hasilnya ini, pengguna


dapat menetapkan bentuk intervensi kesehatan yang paling efisien
membutuhkan biaya termurah untuk hasil pengobatan yang menjadi
tujuan intervensi tersebut.
• AEB dapat digunakan untuk memilih intervensi kesehatan yang
memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas jumlahnya,
misalnya:
1. Membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang
sama tetapi memberikan besaran hasil pengobatan berbeda, misalnya
dua obat antihipertensi yang memiliki kemampuan penurunan tekanan
darah diastolik yang berbeda.
2. Membandingkan dua atau lebih terapi yang hasil pengobatannya
dapat diukur dengan unit alamiah yang sama, walau mekanisme
kerjanya berbeda, misalnya obat golongan proton pump inhibitor
dengan H2 antagonist untuk reflux oesophagitis parah.
• Pada AEB, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter
(rupiah) dan hasil dari intervensi tersebut dalam unit
alamiah/indikator kesehatan baik klinis maupun non klinis (non-
moneter).

• Tidak seperti unit moneter yang seragam atau mudah dikonversikan,


indikator kesehatan sangat beragam—mulai dari mmHg penurunan
tekanan darah diastolik (oleh obat antihipertensi), banyaknya katarak
yang dapat dioperasi dengan sejumlah biaya tertentu (dengan
prosedur yang berbeda), dll.
• AEB hanya dapat digunakan untuk membandingkan intervensi
kesehatan yang memiliki tujuan sama, atau jika intervensi tersebut
ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan yang muaranya sama
(Drummond et al., 1997).

• Jika hasil intervensinya berbeda, misalnya penurunan kadar gula


darah (oleh obat antidiabetes) dan penurunan kadar LDL atau
kolesterol total (oleh obat antikolesterol), AEB tak dapat digunakan.
• Oleh pengambil kebijakan, metode Kajian Farmakoekonomi ini
terutama digunakan untuk memilih alternatif terbaik di antara
sejumlah intervensi kesehatan, termasuk obat yang digunakan, yaitu
sistem yang memberikan hasil maksimal untuk sejumlah tertentu
dana.
Analisis Utilitas-Biaya (AUB) / CUA
• Metode analisis utilitas-biaya (AUB) mirip dengan AEB, tetapi hasil
(outcome) -nya dinyatakan dengan utilitas yang terkait dengan
peningkatan kualitas atau perubahan kualitas akibat intervensi
kesehatan yang dilakukan.
• Menurut Bootman (1996), hasil pengobatan dalam bentuk kuantitas
dan kualitas hidup itu mencerminkan keadaan berikut:
1. Apakah penyakit yang diderita atau pengobatan terhadap penyakit
yang diberikan secara kuantitas akan memperpendek usia pasien?
2. Apakah kondisi penyakit yang diderita pasien atau pengobatan
terhadap penyakit tersebut tidak seperti yang diinginkan? Kalau
jawabannya “ya”, sebesar apa?
3. Apakah dampaknya terhadap usia? Berapa banyak berkurangnya
usia (kuantitatif) dan kepuasan (kualitas) hidup?
• Dalam praktek, AUB hampir selalu digunakan untuk membandingkan
alternatif yang memiliki tujuan (objective) sama, seperti:
1. Membandingkan operasi versus kemoterapi;
2. Membandingkan obat kanker baru versus pencegahan (melalui
kampanye skrining).
• Utilitas (utility)
Analisis utilitas-biaya (AUB) menyatakan hasil dari intervensi sebagai
utilitas atau tingkat kepuasan yang diperoleh pasien setelah
mengkonsumsi suatu pelayanan kesehatan, misalnya setelah
mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit jantung. Unit utilitas
yang digunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya ‘Jumlah Tahun
yang Disesuaikan’ (JTKD) atau quality-adjusted life years (QALY).
• Kualitas hidup (quality of life, QOL)
Kualitas hidup dalam AUB diukur dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitas ( duration of life) dan pendekatan kualitas
(quality of life) . (Bootman et al., 1996). Kualitas hidup merupakan
sebuah konsep umum yang mencerminkan keadaan yang terkait
dengan modifikasi dan peningkatan aspek-aspek kehidupan, yaitu fisik,
politik, moral dan lingkungan sosial.
• QALY (quality-adjusted life years)
Quality-adjusted life years (QALY) atau ‘Jumlah Tahun yang Disesuaikan’
(JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi
kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup. Pada QALY,
pertambahan usia (dalam tahun) sebagai hasil intervensi disesuaikan
nilainya dengan kualitas hidup yang diperoleh (Bootman et al., 1996).
• AUB menambah dimensi dari titik pandang atau perspektif pihak
tertentu (biasanya pasien). Pandangan yang bersifat subyektif inilah
yang memungkinkan pengukuran utilitas (preference/value) . Unit
utilitas, termasuk JTKD, merupakan sintesis dari berbagai hasil
(outcome) fisik yang dibobot menurut preference terhadap masing-
masing hasil pengobatan tersebut.
• Secara teknis, JTKD diperoleh dari perkalian antara nilai utilitas dan
nilai time preference, dimana nilai utilitas menggambarkan penilaian
pasien terhadap kualitas hidupnya saat itu. Penilaian yang dilakukan
secara subyektif oleh pasien didasarkan pada berbagai atribut kualitas
hidup yang terkait dengan kesehatan, sementara time preference
menggambarkan perkiraan pertambahan usia (dalam tahun) yang
diperoleh karena pengobatan yang diterima.
• Terkait teknis perhitungan, pengertian “adjusted” atau “disesuaikan”
pada JTKD adalah penyesuaian pertambahan usia yang akan
diperoleh dengan utilitas. Dengan penyesuaian ini, diperoleh jumlah
tahun pertambahan usia dalam kondisi sehat penuh.
• Nilai utilitas berkisar dari 1 (hidup dalam keadaan sehat sempurna)
sampai 0 (mati). Jadi, jika seorang pasien menilai bahwa keadaannya
setelah periode terapi yang diperoleh setara dengan 0,8 keadaan
sehat sempurna—utilitas = 0,8— dan pertambahan usianya 10 tahun,
pertambahan usia yang berkualitas bukanlah 10 tahun, melainkan 0,8
x 10 tahun = 8 tahun (Drummond et al., 1987).
Analisis Manfaat-Biaya /CBA
• Analisis Manfaat Biaya (AMB - cost benefit-analysis, CBA) adalah
suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi yang
menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu intervensi
kesehatan terhadap manfaatnya. Untuk itu, baik surplus biaya dan
manfaat diekspresikan dalam satuan moneter (misal. Rupiah, US
Dollar).
• Suatu program kesehatan selalu diperbandingkan dengan beberapa
alternatif, baik dengan program/intervensi kesehatan lainnya maupun
dengan tidak memberikan program/ intervensi.
• Nilai manfaat dari suatu program/intervensi adalah meningkatnya
hasil pengobatan (outcome) bila dibandingkan dengan hasil serupa
dari program / intervensi lain.
• Outcome dapat berupa nilai terkait pasien (misal : kesembuhan,
pulihnya abilitas fisik, dll), nilai pilihan (manfaat keberadaan
program/intervensi saat dibutuhkan), dan nilai altruistik (manfaat
peningkatan kesehatan orang lainnya). Parameter outcome diukur
dengan satuan moneter (mata uang), umumnya dengan Kemauan
untuk Membayar (Willingness to Pay, WTP).
• Dan untuk menghitung surplus biaya program/intervensi, biaya dari
program / intervensi dan hal-hal terkaitnya (misal. obat, dokter,
rumah sakit, home care, biaya pasien dan keluarga, biaya kehilangan
produktivitas, biaya lain karena hilangnya waktu, dll) dikurangi biaya
yang serupa dari program/intervensi lainnya.
• Dasar dari AMB adalah surplus manfaat, yaitu manfaat yang diperoleh
dikurangi dengan surplus biaya. Surplus manfaat adalah kriteria dasar
dalam AMB. Bila surplus manfaat suatu intervensi/program bernilai
positif, maka umumnya intervensi/program tersebut dapat diterima
untuk dilaksanakan.
• AMB menggunakan perspektif sosial (masyarakat) dan mencakup
seluruh biaya dan manfaat yang relevan. Namun, perhitungan dari
biaya (terutama biaya tidak langsung) yang terkait biasanya
diperdebatkan/ kontroversial.

• AMB jarang digunakan untuk membandingkan obat atau alternatif


terapi medis karena pertimbangan etika. Penilaian kondisi kesehatan
menggunakan nilai moneter dan metode yang dipakai untuk hal
tersebut seringkali diperdebatkan.
• AMB memiliki dua keuntungan, yang salah satunya bersifat unik/khas
AMB. Keuntungan pertama, AMB memungkinkan adanya
perbandingan antara program/intervensi dengan outcome yang
sangat berbeda (misal. program klinik antikoagulan atau program
klinik antidiabetes), sehingga memungkinkan perbandingan dengan
nilai moneter antar program/intervensi yang sama sekali tidak
berkaitan
• Keuntungan kedua, AMB adalah satu-satunya teknik yang dapat
digunakan untuk membandingkan internal satu program/intervensi.
Bila surplus manfaatnya bernilai positif, maka program/intervensi
tersebut harus dipilih/didanai/dilakukan.
• Kesulitan AMB adalah melakukan konversi/menerjemahkan kondisi
klinis non-moneter dan outcome kualitas hidup (misal. tahun hidup
terselamatkan) menjadi nilai moneter.
• Lebih lanjut, metode yang umum digunakan untuk melakukan
konversi/ penerjemahan tersebut Kemauan untuk Membayar
(Willingness to Pay, WTP) mengundang perdebatan etika karena
condong kepada preferensi kekayaan. Oleh karenanya, teknik analisa
ini tidak umum digunakan dalam perumusan kebijakan kesehatan.
• AMB umumnya dilakukan berdasarkan model dan menggunakan
asumsi-asumsi yang signifikan. Oleh karenanya, perlu dilakukan
analisa sensitivitas untuk memvalidasi model dan asumsi yang
digunakan serta untuk menilai kekuatan dari hasil analisisnya.
• To be Continued
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com

BIAYA PENYAKIT
Oleh
Hari Ronaldo Tanjung
• Cost of Illness merupakan teknik evaluasi ekonomi pertama yang digunakan dalam
bidang kesehatan.

• Tujuannya adalah untuk mengevaluasi beban ekonomi dari penyakit yang


membebani masyarakat secara keseluruhan dalam hal konsumsi sumber daya
perawatan kesehatan dan kerugian produksi.
• COI merupakan studi deskriptif yang dapat memberikan informasi untuk mendukung

proses politik serta fungsi manajemen di berbagai

tingkat organisasi kesehatan (Tarricone, 2006)


• COI adalah salah satu studi ekonomi paling umum dalam perawatan kesehatan di

Italia dan luar negeri dan biasanya digunakan oleh organisasi, seperti

Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia, dan Institut Nasional AS

Kesehatan (Tarricone, 2006).


• Biaya penyakit diperkirakan dengan mengidentifikasi biaya-menghasilkan

komponen dan dengan menghubungkan nilai moneter kepada mereka. Karya-karya ini

digunakan untuk mengklasifikasikan biaya ekonomi penyakit sebagai langsung, tidak langsung dan

biaya tidak berwujud (Tarricone, 2006).


• Biaya studi penyakit yang komprehensif mencakup biaya langsung dan tidak langsung,

meskipun fokus khusus dari studi mungkin membuat satu atau yang lain tidak

diperlukan.

• Biaya langsung mengukur biaya peluang sumber daya yang digunakan untuk mengobati

penyakit tertentu, sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai sumber daya yang

hilang karena penyakit tertentu.


• Hodgson dan Meiners (1982) mendefinisikan biaya peluang sebagai “nilai kesempatan yang hilang

untuk digunakan dengan cara yang berbeda dari sumber daya yang digunakan atau hilang karena

penyakit”.

• Meskipun beberapa penelitian juga memasukkan biaya tak berwujud dari rasa sakit dan

penderitaan, biasanya dalam bentuk ukuran kualitas hidup, kategori biaya ini sering diabaikan

karena kesulitan dalam mengukurnya secara akurat dalam istilah moneter.


• Biaya langsung mengacu pada biaya medis langsung (biaya kesehatan) dan
biaya langsung non medis (biaya non kesehatan).

• Biaya medis langsung meliputi rawat inap rumah sakit, rawat inap
dokter, dokter rawat jalan, rawat jalan gawat darurat, perawatan di
panti jompo, perawatan hospice, perawatan rehabilitasi, spesialis dan
profesional kesehatan lainnya, tes diagnostik, obat resep dan serba-
serbi obat, dan persediaan medis.
• Langsung Biaya nonmedis termasuk biaya transportasi ke penyedia layanan
kesehatan; biaya relokasi; dan biaya untuk mengubah pola makan, rumah,
mobil, atau barang-barang terkait (Segel, 2006).
• Biaya tidak langsung merupakan bagian lain dari perkiraan biaya. Ini termasuk biaya
kematian; biaya morbiditas karena ketidakhadiran dan kehadiran; biaya perawatan
informal. Ini mengacu pada kerugian produktivitas yang terkait dengan penyakit atau
kematian (Segel, 2006).

• Biaya tidak berwujud secara tradisional mengacu pada rasa sakit dan
ketidaknyamanan psikologis pasien tetapi tidak pernah diukur dalam istilah moneter
dan karenanya jarang dipertimbangkan dalam COI (Tarricone, 2006).
• Biaya langsung paling sering dimasukkan dalam studi COI,
sedangkan biaya tidak langsung, yang terkait dengan perubahan

produktivitas individu, sering tidak dimasukkan dalam studi COI,

karena sulit diperoleh.


• Sebuah studi COI dapat dilakukan dari beberapa perspektif yang berbeda,
yang masing-masing mencakup biaya yang sedikit berbeda. Perspektif ini

dapat mengukur biaya untuk masyarakat, sistem perawatan kesehatan,

pembayar pihak ketiga, bisnis, pemerintah, dan peserta dan keluarga

mereka (Segel, 2006).


• Perspektif masyarakat biasanya mencakup biaya medis tidak langsung, serta langsung,
karena ini adalah biaya bagi masyarakat, yaitu, seperti yang disebutkan sebelumnya,

kehilangan waktu dari pekerjaan. Perspektif pembayar biasanya hanya mencakup biaya

langsung
• Nilai COI dapat dilihat dari seringnya digunakan oleh para pembuat
kebijakan. Selain penggunaannya oleh organisasi pemerintah, studi biaya

penyakit sering dikutip dalam studi penyakit yang mencoba menyoroti

pentingnya mempelajari penyakit tertentu, serta dalam studi efektivitas

biaya dan manfaat biaya.


• Analisis COI digunakan untuk membantu dalam pembuatan kebijakan; alokasi
sumber daya yaitu, memprioritaskan penggunaan sumber daya untuk

pengobatan dan pencegahan penyakit—dan sebagai penelitian dasar untuk

menentukan manfaat potensial dari terapi baru.


• Namun, ada keterbatasan dalam penggunaan biaya studi penyakit. Analisis
efektivitas biaya dan manfaat biaya memberikan informasi tambahan yang

tidak termasuk dalam studi biaya penyakit yang dapat digunakan untuk

menentukan tindakan terbaik sehubungan dengan penyakit yang diteliti (Segel,

2006).
• Dua metode penetapan biaya penyakit ada- pendekatan prevalensi dan
insiden. Studi prevalensi mengacu pada jumlah kasus dalam periode waktu

tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan studi insiden mengacu pada

jumlah kasus baru yang muncul dalam periode waktu yang telah ditentukan

(Tarricone, 2006).
• Pendekatan berbasis prevalensi mempertimbangkan biaya penyakit dalam
jangka waktu tertentu. Pendekatan berbasis prevalensi paling tepat untuk
penyakit atau penyakit yang diukur dalam jangka waktu analisis dan yang
tidak banyak berubah dari waktu ke waktu (misalnya, migrain) atau penyakit
akut (misalnya, asma, eksim).

• Ini berbeda dengan pendekatan berbasis insiden, yang menghitung biaya


penyakit seumur hidup. Pendekatan ini paling tepat untuk penyakit kronis,
seperti diabetes. Pendekatan ini mempertimbangkan perkembangan penyakit
dan kemungkinan bertahan hidup
• Singkatnya, COI atau BOI meletakkan dasar untuk membingkai
berbagai jenis analisis yang digunakan untuk membuat keputusan

dalam alokasi sumber daya kesehatan. Karena biaya tidak langsung,

yaitu produktivitas, sering kali merupakan bagian besar dari beban, ini

harus dinilai sebagai bagian dari perhitungan COI bila memungkinkan.


Bagaimana Melakukan
Evaluasi Farmakoekonomi

Oleh
Hari Ronaldo Tanjung
• Dokter mungkin perlu melakukan evaluasi farmakoekonomi jika tidak
ada literatur yang cukup, jika hasil yang dipublikasikan tidak dapat
diekstrapolasi ke praktik klinis, atau jika membangun model tidak
sesuai.

• Sebelum melakukan evaluasi farmakoekonomi, klinisi harus


mengetahui persamaan, perbedaan, dan penerapan metode
farmakoekonomi yang tepat.
• Keputusan untuk melakukan studi farmakoekonomi lokal bukan
tanpa biaya sendiri. Karena waktu dan sumber daya moneter
digunakan oleh evaluasi ini, produk dan layanan farmasi khusus
untuk evaluasi farmakoekonomi harus ditargetkan.
• Jadi strategi ini harus dicadangkan untuk keputusan apotek yang mungkin
memiliki dampak signifikan pada biaya dan/atau kualitas perawatan.

• Sumber daya yang diperlukan dan jenis evaluasi yang dilakukan akan
bervariasi tergantung pada pertanyaan penelitian dan apakah seseorang
melakukan analisis hasil prospektif atau analisis basis data retrospektif.
• menyoroti keuntungan dan kerugian dari setiap jenis analisis. Studi
database retrospektif telah menjadi sumber data hasil yang
semakin penting, terutama di MCO (Manage Care Organizations)
saat ini.
• Melakukan penelitian farmakoekonomi, baik prospektif atau retrospektif,
di rumah sakit atau lingkungan perawatan terkelola dapat menjadi
tantangan.

• Kurangnya sumber daya institusional, ukuran sampel yang kecil, kesulitan mengacak,
ketidakmampuan untuk membandingkan dengan plasebo, dan kesulitan menggeneralisasi
hasil semuanya mungkin merupakan keterbatasan.
• Misalnya, ketika diminta untuk menentukan dan merekomendasikan agen
antihipertensi yang paling hemat biaya untuk keputusan manajemen
formularium, dokter dapat kekurangan sumber daya moneter dan waktu untuk
melakukan studi prospektif yang ketat secara ilmiah.

• Tergantung pada pertanyaan dan pengaturan, seorang dokter dapat memutuskan


untuk melakukan analisis database retrospektif atau studi prospektif.
• Faktanya, banyak MCO saat ini melakukan evaluasi hasil
farmakoekonomi dengan menggunakan analisis database
retrospektif dari database klaim farmasi dan medis. Ada banyak
contoh dari ini, yang mencakup berbagai bidang terapeutik,
dalam literatur saat ini.
• Melakukan evaluasi farmakoekonomi harus dipandu oleh kriteria
evaluasi ekonomi yang berkualitas.

• Proses ini mengandung 14 langkah dasar untuk melakukan evaluasi


farmakoekonomi dalam sistem perawatan kesehatan dan dapat diterapkan
pada hampir semua area terapeutik atau layanan kesehatan.
Langkah 1: Tentukan Masalah Farmakoekonomi

• Masalah yang luas mungkin, "Regimen antiemetik mana yang mewakili nilai
terbaik untuk pencegahan emesis yang diinduksi kemoterapi [CIE]?"
Namun, masalah yang lebih ringkas dan terukur adalah, “Regimen mana
yang paling baik untuk mencegah CIE akut pada pasien yang menerima
kemoterapi yang sangat emetogenik?”.
Langkah 2: Bentuklah Tim Studi Lintas Fungsional

• Tim studi dapat memberikan dukungan awal dan sumber daya tambahan
untuk evaluasi farmakoekonomi. Anggota tim bervariasi tergantung pada
analisis tetapi dapat mencakup perwakilan dari kedokteran, keperawatan,
farmasi, administrasi rumah sakit, dan sistem informasi.
Langkah 3: Tentukan Perspektif Studi yang Tepat

• Pilih perspektif studi yang paling relevan dengan masalah. Misalnya, jika
masalahnya seperti yang tercantum pada langkah 1, maka perspektif institusi
atau sistem perawatan kesehatan mungkin paling tepat
Langkah 4: Identifikasi Alternatif Pengobatan
dan Hasil

• Alternatif pengobatan dapat mencakup pilihan farmakologis dan


nonfarmakologis tetapi harus mencakup semua alternatif yang
relevan secara klinis. Hasil yang diidentifikasi harus mencakup hasil
klinis positif dan negatif.
Langkah 5: Identifikasi Metode
Farmakoekonomi yang Tepat untuk Digunakan

• Metode farmakoekonomi untuk dipilih termasuk CMA, CBA, CEA, dan CUA.
Mempekerjakan metode yang salah dapat mempengaruhi keputusan
pengobatan yang mempengaruhi biaya dan kualitas perawatan.
Langkah 6: Tempatkan Nilai Moneter pada
Alternatif Perawatan dan Hasil

• Menempatkan nilai moneter pada alternatif dan hasil pengobatan tidak


hanya mencakup biaya pemberian dan perolehan obat tetapi juga biaya
hasil klinis positif dan negatif (misalnya, menentukan biaya ADR dan
kegagalan pengobatan).

• Hal ini dapat diukur secara prospektif atau retrospektif atau diperkirakan
menggunakan database yang komprehensif atau panel ahli.
Langkah 7: Identifikasi Sumber Daya untuk Melakukan Studi
dengan Cara yang Efisien

• Sumber daya yang diperlukan akan bervariasi menurut studi tetapi dapat
mencakup akses ke catatan medis atau komputerisasi, upah rata-rata tenaga
medis, dan staf medis khusus.
Langkah 8: Identifikasi Probabilitas Hasil yang
Mungkin Terjadi dalam Populasi Studi

• Berapa probabilitas hasil yang diidentifikasi pada langkah 4 yang benar-


benar terjadi dalam praktik klinis? Menggunakan literatur utama dan
pendapat ahli, probabilitas ini dapat diperoleh dan dapat dimanifestasikan
sebagai tingkat kemanjuran dan kejadian ADR.
Langkah 9: Gunakan Analisis Keputusan

• Penggunaan analisis keputusan dapat membantu dalam melakukan berbagai


evaluasi ekonomi, termasuk CEA. Meskipun tidak perlu untuk
semua evaluasi farmakoekonomi, analisis keputusan, dan pohon keputusan dapat
memberikan tulang punggung atau platform yang kokoh untuk keputusan yang
ada.

• Menggunakan pohon keputusan, alternatif pengobatan, hasil, dan probabilitas


dapat disajikan secara grafis dan dapat direduksi secara aljabar menjadi nilai
tunggal untuk perbandingan (yaitu, rasio efektivitas biaya).
• Ketika membandingkan agen antiemetik untuk pengembangan kebijakan
pencegahan CIE, CEA dapat digunakan. Banyak dari agen ini berbeda dalam
hal efektivitas, keamanan, dan biaya.

• Dengan melakukan CEA menyeluruh, variabel-variabel ini dapat direduksi menjadi


satu angka (rasio efektivitas biaya), yang akan memungkinkan perbandingan yang
berarti. Alternatif pengobatan dengan rasio efektivitas biaya yang lebih baik
daripada yang lain (yaitu, biaya lebih rendah per unit hasil) akan dipilih dan
dipromosikan untuk digunakan.
• Contoh pohon keputusan farmakoekonomi membandingkan dua obat.
Opsi B adalah obat yang lebih spesifik untuk reseptor target dalam
tubuh, lebih efektif, dan menghasilkan lebih sedikit efek samping
daripada opsi A. Namun, karena obat B lebih mahal daripada obat A,
biaya manfaat tambahan harus dianalisis menggunakan
teknik farmakoekonomi.
• Angka ini dilengkapi dengan menggunakan nilai keamanan dan kemanjuran
untuk obat A dan B dari Tabel 1-6. Nilai dalam warna adalah angka yang
dihitung, hanya disertakan untuk menggambarkan proses "rata-rata dan lipat
kembali." (ACER, rasio efektivitas biaya rata-rata; ADE, kejadian obat yang
merugikan; P, probabilitas [fraksi desimal antara 0 dan 1 yang menunjukkan
kemungkinan kejadian tertentu terjadi pada periode tertentu.
• cara lain untuk menghitung ACER untuk opsi perawatan ini adalah dengan
mengalikan probabilitas kumulatif (P) dengan biaya kumulatif untuk setiap
jalur, kemudian jumlahkan biaya untuk setiap jalur 1 sampai 4 (untuk obat A)
dan 5 sampai 8 (untuk obat B), dan kemudian dibagi dengan efektivitas
masing-masing obat untuk CIE akut.

• Setelah selesai, ACER untuk obat A dan B masing-masing adalah $385 dan $369.
Oleh karena itu, meskipun peningkatan biaya obat B sebesar 33% dibandingkan
obat A, peningkatan kemanjurannya untuk CIE akut dan penurunan insiden ADR
sebenarnya menjadikannya pilihan yang lebih hemat biaya.
Langkah 10: Biaya Diskon atau Lakukan
Analisis Sensitivitas atau Biaya Tambahan
• Biaya dan konsekuensi yang terjadi di masa depan harus
didiskontokan kembali ke nilai sekarang. Variabel sensitif harus diuji
pada rentang yang relevan secara klinis dan hasilnya dihitung ulang.
Jika sesuai, analisis tambahan dari biaya dan konsekuensi harus
dilakukan.
Langkah 11: Presentasikan Hasil Studi

• Hasil harus dipresentasikan kepada tim lintas fungsi dan komite


yang sesuai di lembaga atau MCO. Gaya dan konten presentasi
dapat bervariasi tergantung pada audiens.
Langkah 12: Kembangkan Kebijakan atau Intervensi

• Ambil hasil studi dan kembangkan kebijakan atau intervensi yang dapat meningkatkan atau
mempertahankan kualitas perawatan, mungkin dengan penghematan biaya.
Langkah 13: Menerapkan Kebijakan dan
Mendidik Profesional

• Luangkan waktu dan sumber daya yang memadai untuk menerapkan kebijakan atau
intervensi secara strategis. Mendidik para profesional kesehatan yang paling
mungkin terkena dampak kebijakan ini dengan menggunakan berbagai strategi,
termasuk komunikasi verbal, tertulis, dan online.
Langkah 14: Dokumentasi Tindak Lanjut

• Setelah intervensi atau kebijakan diimplementasikan untuk jangka waktu


yang wajar, kumpulkan data tindak lanjut. Data ini akan memberikan
umpan balik tentang keberhasilan dan kualitas kebijakan atau intervensi.
Analisis Basis Data Retrospektif

• Basis data retrospektif, apakah dibuat de novo dari sumber yang sudah ada
sebelumnya, seperti grafik tertulis pasien,
• ATAU dari kumpulan data elektronik yang sudah ada sebelumnya, seperti
database klaim medis dan farmasi, catatan medis elektronik, data administrasi
asuransi nasional, catatan medis rumah sakit, daftar pasien penyakit tertentu,
dan data survei pasien dan penyedia, merupakan sumber data yang kaya
untuk analisis farmakoekonomi.
• Keuntungan dari analisis retrospektif dibandingkan dengan, misalnya, RCT,
termasuk fakta bahwa mereka relatif murah, cepat dilakukan, mencerminkan
populasi yang berbeda, mencakup kerangka waktu yang realistis, spesifik
secara organisasi, dapat digunakan untuk tujuan pembandingan, termasuk
ukuran sampel yang besar , dan dapat menangkap pola peresepan dunia
nyata
Klaim dan Database Obat
• Data klaim administrasi perawatan kesehatan, umumnya dikembangkan dan dikelola oleh
pembayar pihak ketiga, menawarkan pendekatan yang mudah dan unik untuk mempelajari
pemanfaatan sumber daya perawatan kesehatan dan biaya terkait.

• Basis data ini merupakan alternatif yang nyaman karena data telah
dikumpulkan dan disimpan secara elektronik oleh perusahaan asuransi
kesehatan.
• Data klaim meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap,
dan IGD, serta biaya obat resep rawat jalan.
• Database klaim asuransi kesehatan terkomputerisasi sebagian besar dipelihara
untuk tujuan penagihan dan administrasi. Tidak seperti penelitian dengan
pengumpulan data primer, data klaim tidak dikumpulkan untuk memenuhi tujuan
penelitian tertentu.

• Namun demikian, database ini berguna untuk menggambarkan pemanfaatan


perawatan kesehatan, pola perawatan, prevalensi penyakit, hasil obat dan
penyakit, kepatuhan pengobatan, dan biaya perawatan.
catatan medis elektronik dan bagan
medis
• Beberapa entri yang paling umum dalam bagan atau catatan medis
termasuk yang berikut: informasi masuk, riwayat medis dan informasi
fisik, pengobatan dan pesanan perawatan, obat-obatan dan perawatan
lain yang diterima, prosedur, tes diagnostik dan lainnya, asuransi,
konsultasi, persetujuan pasien, dan informasi pelepasan.
Pendokumentasian dalam bagan atau catatan biasanya dilakukan oleh
dokter atau perawat.
• Dengan kemajuan teknologi terkini, grafik atau catatan medis tertulis
secara bertahap diubah menjadi versi komputerisasi atau elektronik.
Versi elektronik, mirip dengan versi kertas dari rekam medis atau bagan,
melayani tujuan komunikasi dan dokumentasi yang sama dari kontak
individu dengan penyedia layanan kesehatan dan keputusan yang dibuat
oleh penyedia mengenai pasien, termasuk diagnosis dan perawatan yang
diberikan.
• Namun, kerugian tertentu dari EMR juga harus diperhatikan. Ada
kasus di mana laboratorium pasien dan data klinis lainnya belum
terintegrasi dengan sistem komputerisasi. Hal ini mempengaruhi
kelengkapan rekam medis, karena elemen kunci yang berkaitan
dengan kesehatan pasien tidak ada.
Sumber dAtA Berbasis PoPulAsi Alternatif

• 1. Thomson/Medstat
• 2. IMS/PharMetrics
• 3. Kumpulan Data Medicare
• 4. Geising
• 5. Cerner
• 6. Perdana
• 11. Basis Data Studi Keturunan Framingham (FOS)
• Sumber data hasil dapat berupa: studi eksperimental atau
observasional, jika studi tersebut kurang – pendapat ahli dapat
diterima. Hirarki data hasil yang diusulkan adalah sebagai berikut:
Studi Eksperimental
• I Uji klinis terkontrol secara acak
• II-1a Uji klinis terkontrol dengan pseudo-randomization
• II-1b Uji klinis terkontrol tanpa pengacakan
• Studi observasional
• II-2a Studi prospektif kohort dengan kontrol paralel
• II-2b Studi prospektif kohort dengan kontrol historis
• II-2c Studi retrospektif kohort dengan kontrol paralel
• II-3 Kasus epidemiologi - studi terkontrol retrospektif
• III Studi tipe "sebelum dan sesudah"
• Terlepas dari bagaimana data digunakan, masalah kualitas data harus
ditangani.
• Fivenson, Arnold, dan rekan menentukan bahwa sekitar 10% kode
diagnosis dalam studi dermatitis atopik yang menggunakan kumpulan
data klaim tidak akurat.
• data klaim gagal mengidentifikasi lebih dari 50% pasien dengan kondisi yang penting
secara prognostik, dan kesalahan pengkodean diagnosis mengakibatkan identifikasi
penyakit yang tidak spesifik atau kondisi yang hidup berdampingan.

• Tingkat kesalahan pengkodean ditemukan sangat bervariasi di antara negara bagian, rumah
sakit di dalam negara bagian, lokasi geografis, dan karakteristik rumah sakit. Kesalahan
pengkodean berbeda secara signifikan di antara kelompok demografis pasien dan apakah
negara bagian menggunakan penagihan versus data abstrak.
Masalah Statistik

• Bias adalah masalah penting yang harus diatasi. Jenis bias termasuk
bias seleksi, bias pengukuran, panjang bias pengukuran, bias
misspesifikasi, saling ketergantungan pengamatan, bias kepastian
diagnostik, autokorelasi, variabel yang dihilangkan, variabel kuasi
yang dihilangkan, bias penyidik, bias usang, bias vintage (modal
manusia dan fisik). ), klaim vs. bias pertemuan dan bias ingatan.

Anda mungkin juga menyukai