Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

OPTIMALISASI PERAN POKDARWIS DESA WISATA

KEMBANG KUNING SELAMA PANDEMI COVID-19

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat


Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1 Pariwisata)

Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Gunawan
Nim : 20101135

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA

MATARAM

2022

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul “Optimalisasi Peran

Pokdarwis Desa Wisata Kembang Kuning Selama Pandemi Covid 19” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan

proposal pada Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram dan untuk member saran, bimbingan dan

informasi yang sangat mendukung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Made Suyase, M.Hum.

2. Dr. Syech Idrus, M.Si.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis

menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan

segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini. Ahkhir kata, penulis berharap

semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

Mataram, Kamis, 10 Februari 2022

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................3

1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................................3

1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................4

2.1. Penelitian Terdahulu .......................................................................................................4

2.2. Kajian Teori ....................................................................................................................6

2.2.1 Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) ....................................................................7

2.2.2 Pengelolaan ...................................................................................................................11

2.2.3 Desa Wisata ..................................................................................................................17

2.3. Definisi Konseptual ........................................................................................................18

2.3.1 Konsep Optimalisasi .....................................................................................................18

2.3.2 Konsep Pokdarwis ........................................................................................................19

2.3.3 Konsep Desa Wisata .....................................................................................................20

2.4. Kerangka Berpikir Penelitian ..........................................................................................22

2.5. Ruang Lingkup................................................................................................................23

iii
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................................24

3.1. Lokasi Penelitian .............................................................................................................24

3.2. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................................24

3.3. Teknik Penentuan Informan ............................................................................................25

3.4. Teknik Analisis Data.......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Desa Kembang Kuning terletak di Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi

Nusa Tenggara Barat. Dengan luas wilayah 218 hektar, kode wilayah 52.03.04.2007 dan kode

pos 83662. Desa ini memiliki kekayaan sumber daya alam seperti areal persawahan yang

terbentang indah dan juga memilik spot wisata seperti, wisata pertanian, wisata alam yaitu air

terjun sarang walet, wisata produksi kopi tradisional dan minyak kelapa yang tersebar luas dari

berbagai dusun, dengan total jumlah kunjungan wisatawan 1200.

Sebelum penyebaran wabah Covid-19, di Desa kembang Kuning pokdarwis yang hadir

sejak tahun 2014 yang dicanangkan oleh kepala desa dan kepala dusun selalu berperan aktif

dalam berbagai bentuk pengelolaan kepariwisataan di desa tersebut. Namun karena adanya

wabah Covid-19 yang berdampak pada pelosok pedesaan khususnya desa wisata Kembang

Kuning, peran pokdarwis menjadi tidak optimal dalam membuat kegiatan atau program untuk

perkembangan desa wisata.

Pokdarwis merupakan salah satu unsur pemangku kepentingan yang berasal dari

masyarakat yang tentunya memiliki peran strategis dalam mengembangkan serta mengelola

potensi kekayaan alam yang dimiliki suatu daerah untuk menjadi da erah tujuan wisata (Rahim,

2012). Peran dari pokdarwis adalah sebagai penggerak sadar wisata dan Sapta Pesona di

lingkungan daerah wisata, untuk meningkatkan pemahaman kepariwisataan, meningkatkan peran

dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata, dan mensukseskan pembangunan

pariwisata. Maka dari itu dengan adanya Pokdarwis di suatu daerah tentunya dapat mendorong

5
dalam membangun, mengembangkan dan memajukan kepariwisataan dan dapat bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.

Berdasarkan penelitian pendahuluan di atas bahwa faktanya pokdarwis belum optimal

dalam melakukan sebuah organisasi seperti, penggerak sadar wisata dan sapta pesona di

lingkunagn wilayah destinasi wisata, membangun dan menumbuhkan sikap dan partisipasi dari

masyarakat di bidang pariwisata dan peningkatan pengetahuan, wawasan para anggota

pokdarwis dalam bidang kepariwisataan.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka diperlukan peran atau langkah

pokdarwis dalam mengoptimalisasi desa wisata Kembang Kuning selama pandemi Covid 19.

Maka dari itu peneliti menjadikan Kelompok Sadar Wisata sebagai objek penelitian karena

Kelompok Sadar wisata sebagai lembaga informal masyarakat yang bergerak dalam bidang

pariwisata mempunyai peran dalam mengembangkan daerah tujuan wisata. Dalam sebuah

Proposal yang berjudul’’ Optimalisasi peran pokdarwis Desa Wisata Kembang Kuning selama

Pandemi Covid 19.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana peran pokdarwis Desa Wisata Kembang Kuning selama pandemi Covid-19?

2. Bagaimanakah langkah optimalisasi peran pokdarwis Desa Wisata Kembang Kuning

selama pandemic Covid-19?

6
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menyusun langkah peran pokdarwis

Desa Wisata Kembang Kuning selama pandemic covid 19

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mendiskripsikan Peran Pokdarwis Desa Wisata Kembang Kuning selama

pandemi covid 19

2. Untuk mendiskripsikan langkah Optimalisasi Peran Pokdarwis Desa Wisata Kembang

Kuning selama pandemi covid 19

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini bemanfaat untuk pengembangan rural tourism

b. Sebagai tambahan referensi untuk pengembngan penelitian selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi informasi bagi yang tertarik pada pengembangan pariwisata, khususnya desa

wisata

b. Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan desa wisata yang ada di Desa

wisata Kembang kuning.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan peneltian

sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang

dilakukan. Dalam penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang

sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai

referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait penelitian yang dilakukan penulis.

Peneliti pertama adalah rahmawati (2019) dengan judul peran kelompok sadar wisata (

Pokdarwis) dalam pengembangan pariwisata sebagai upaya peningkatan perekonomian

masyarakat (studi kasus wisata pantai Sine di kabupaten Tulung agung) dimana peran dan posisi

penting Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dalam pengembangan pariwisata yang dibutuhkan

oleh masyarakat di daerah pariwisata. Peran tersebut salah satunya yaitu sebagai penggerak

dalam mewujudkan Sapta Pesona. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sine merupakan

kelembagaan informal yang dibentuk anggota masyarakat dan merupakan salah satu unsur

pemangku kepentingan dalam masyarakat yang memiliki keterkaitn dan peran penting dalam

mengembangkan dan mewujudkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona. Hasil penelitian ini

mewujudkan bahwa, 1) Peran kelompok sadar wisata (Pokdarwis) sine dalam pengembangan

pariwisata pantai sine, pokdarwis sine menjadi penggerak di masyarakat agar menjadi tuan

rumah yang ramah, pokdarwis sine menjadi penggerak di masyarakat agar menjadi tuan rumah

yang ramah, pokdarwis sine menjadi penggerak di masyarakat dalam mewujudkan sapta pesona.

8
2) Faktor pendukung pokdarwis dalam pengembangan pariwisata yaitu masyarakat mudah untuk

bekerja sama, pokdarwis selalu mengusahakan pemerataan manfaat, masyarakat bersedia untuk

bekerja sama melaksanakan program bersama pokdarwis, dan suasana pantai sine yang

mendukung.

Peneliti kedua adalah agung (2016) dengan judul peran Kelompok SadarWisata

(Pokdarwis) Sendang Arum dalam Pengembangan Potensi Pariwisata(Studi Kasus Di Desa

Wisata Tlahab Kecamatan Kledung KabupatenTemanggung) dimana Kelompok Sadar Wisata

Sendang Arum ingin menyajikan wisata yang ekslusif tidak ramai sehingga wisatawan secara

nyaman dapa tmenikmati wisata di Desa Wisata Tlahap. Hasil penelitian menujukan bahwa,

1) peran pokdariwis sendang arum: Memperkenalkan, melestarikan, dan memanfaatkan potensi

wisata, mengelola parwisata, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota serta

masyarakat, dan menjalin kerja sama dengan organisasi lain. 2) Faktor pendukung pokdarwis

sendang arum , yaitu: dukungan pemerintah kabupaten temenggung, sumber daya alam yang

melimpah, sumber daya manusia, peninggalan kebudayaan Mataram kuno dan kearifan lokal

yang tetap dilestarikan.

Penelitian Ratri Kurnia Airin (2019) Dengan judul, Pengelolaan Desa wisata Oleh

Pemuda Di Desa Wisata Kembang Madu Kelurahan Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) pengelolaan di Desa Wisata

Kembang Madu dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap

pengorganisasian, tahap penggerakan, dan tahap pengawasan. 2) output dari peran pemuda dalam

pengelolaan Desa Wisata Kembang Madu adalah meningkatnya keterampilan dan kemandirian

pemuda. 3) Faktor yang mendukung yaitu dukungan dari pemerintah; tingginya tingkat

partisipasi pemuda dan masyarakat; semangat dari pengelola Desa Wisata Kembang Madu; sikap

9
gotong royong dan kerja sama antara masyarakat, pemuda; dan pengelola Desa Wisata Kembang

Madu; dan potensi alam yang mendukung. Faktor penghambatnya yaitu kurangnya akomodasi

dari dinas pariwisata; kurangnya lahan parker untuk kunjungan wisata di Desa Wisata Kembang

Madu; ketersediaan fasilitas yang terbatas.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Pengertian Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Kementerian pariwisata (2012) mendefinisikan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) atau

kelompok penggerak pariwisata yang dibentuk anggota masyarakat khususnya yang memiliki

kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya. Pokdarwis merupakan salah

satu unsur pemangku kepentingan dalam masyarakat yang memiliki keterkaitan dan peran

penting dalam mengembangkan dan mewujudkan Sadar Wista dan Sapta Pesona. Sadar Wisata

dalam hal ini digambarkan sebagai bentuk kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam 2

(dua) hal berikut, yaitu:

a) Masyarakat menyadarai peran dan tanggung jawabnya sebagai tuan rumah (host) yang

baik bagi tamu atau wisatawan yang berkunjung untuk mewujudkan lingkungan dan

suasana yang kondusif sebagaimana tertuang dalam slogan Sapta Pesona.

b) Masyarakat menyadari hak dan kebutuhannya untuk menjadi pelaku wisata atau

wisatawan untuk melakukan perjalanan ke suatu daerah tujuan wisata, sebagai wujud

kebutuhan dasar untuk berekreasi maupun khususnyadalam mengenal dan mencintai

tanah air. 7 unsur pesona harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif

dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong

10
tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung. Ketujuh unsure Sapta Pesona yaitu

Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, Kenangan. Terwujudnya ketujuh unsure

Sapta Pesona dalam pengembangan kepariwisataan di daerah akan bermuara pada:

a. Meningkatnya minat kunjungan wisatawan ke destinasi

b. Tumbuhnya iklim usaha kepariwisataan yang prosfektif

c. Meningkatnya lapangan pekerjaan dan peluang pendapatan, serta dampak

ekonomi multi ganda pariwisata bagi masyarakat

2.2.1. Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Keberadaan pokdarwis dalam pengembangan destinasi pariwisata telah berperan sebagai

salah satu “unsur penggerak atau pengelola” dalam mendukung terciptanya lingkungan dan

suasana yang kondusif di tingkat lokal di daerahnya, yang secara kolektif akan berdampak positif

bagi perkembangn destinasi pariwisata dalam konteks wilayah yang lebih luas. Peran dan

kontribusi pokdarwis tersebut perlu terus didukung dan dikembangkan baik secara kualitas

maupun kuantitas dalam turut menopang perkembangan dan pertumbuhan destinasi pariwisata,

maupun khususnya peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan di

daerahnya masing-masing. (Kementerian Pariwisata, Pedoman Pokdarwis, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, peran pokdarwis tentunya dapat berdampak secara social,

budaya maupun ekonomi. Karena peran pokdarwis sebagai penggerak utama dalam kebijakan

pengembangan pariwisata serta membangun kesadaran masyarakat untuk ikut memelihara dan

menjag lingkungan objek wisata agar wisatawan merasa nyaman berkunjung, sehingga banyak

wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata

(Pokdarwis).

11
Menurut buku panduan Kelompok Sadar Wisata (2012: 17) maksud dari pembentukan

kelompok sadar wisata adalah mengembangkan kelompok masyarakat yang dapat berperan

sebagai motivator, penggerak serta komunikator dalam upaya meningkatkan kesiapan dan

kepedulian masyarakat di sekitar destinasi pariwisata agar dapat berperan sebagai tuan rumah

yang baik, serta memiliki kesadaran akan peluang dan nilai manfat yang dapat dikembangkan

dari kegiatan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pembentukan

Kelompok Sadar Wisata, sebagai wujud dari konsep pengembangan potensi pariwisata berbasis

masyarakat yang dilakukan pemerintah daerah. Kelompok Sadar Wisata dimaksudkan unutk

memberikan pemahaman kepada masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata mengenai

pentingnya keterlibatan masyarakat secara langsung dalam menjaga serta mengembangkan

pariwisata di daerahnya masing-masing (Nur Rika Puspita sari, 2012: 42).

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa maksud pembentukan kelompok

sadar wisata yaitu mengembangkan masyarakat untuk berperan sebagai motivator, dalam

meningkatkan kesiapan serta kepedulian masyarakat dalam pengembangan pariwisata sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

1. Tujuan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Tujuan dari pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai subjek atau pelaku penting

dalam pembangunan kepariwisataan, serta dapat bersinergi dan bermitra dengan

pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan kualitas perkembangan

kepariwisataan di daerah.

12
b. Membangun dan menumbuhkan sikap dan dukungan positif masyarakat sebagai

tuan rumah melalui perwujudan nilai-nilai Sapta Pesona bagi tumbuh dan

berkembangya kepariwisataan di daerah dan manfaatnya bagi pembangunan

daerah maupun kesejahteraan masyarakat.

c. Memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan potensi daya tarik wisata yang

ada di masing-masing daerah.

Lebih lanjut (www.pokdarwisbhuanashantidesabebetin.blogspot.com)

menjelaskan bahwa tujuan dari pembentukan kelompok sadar wisata adalah

sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang

pariwisata, meningkatkan sumber daya manusia, mendoromg tewujudnya Sapta

Pesona ( Keamanan, Ketertiban, Keindahan, Kesejukan, Kebersihan, Keramah-

tamahan dan Kenangan), meningkatkan mutu produk wisata dalam rangka

meningkatkan daya saing serta memulihkan pariwisata secara keseluruhan.

Tujuan pembentukan Pokdarwis adalah sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan

kesdaran masyarakat dalam bidang pariwisata, meningkatkan sumber daya manusia, mendorong

terwujudnya Sapta Pesona, meningkatkan mutu produk wisata dalam rangka daya saing serta

memulihkan pariwisata secara keseluruhan (Nur Rika Puspita, 2012: 42).

Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pembentukan kelompok sadar

wisata adalah meningkatkan peran dan kesadaran masyarakat dalam pembangunan

kepariwisataan, bekerjasama dengan para pemangku kepentingan, meningkatkan sumber daya

manusia, meningkatkan daya saing pariwisata di daerahnya, menumbuhkan sikap dan dukungan

positif melalui perwujudan nilai-nilai Sapta Pesona, memperkenalkan, melestarikan, dan

13
memanfaatkan potensi daerah sebagai upaya dalam pembangunan pariwisata sehingga dapat

memberikan manfaat dan kesejahteraan masyarakat sekitar meingkat.

2. Fungsi Kelmpok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Secara umum, fungsi Pokdarwis dalam kegiatan kepariwsataan adalah:

a) Sebagai penggerak Sadar Wisata dan Sapta Pesona di lingkungan wilayah di destinasi wisata

b) Sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah (Kabupaten/Kota) dalam upaya perwujudan

dan pengembangan sadar wisata di daerah. (Kementerian Pariwisata, Pedoman Pokdarwis,

2012).

Fungsi dari kelompok sadar wisata yaitu sebagai penggerak sadar wisata dan sapta

pesona, sebagai mitra pemerintah dalam mewujudkan dan pengembangan wisata di daerah

tersebut.

3. Kegiatan kelompok sadar wisata

Lingkup kegiatan pokdarwis menurut Ir. Firmansyah Rahim buku panduan kelompok

sadar wisata (2012:27) adalah berbagai kegiatan yang dapat diprogramkan dan dilaksanakan

untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pembentukan organisasi pokdarwis. Lingkup kegiatan

tersebut meliputi, antara lain:

a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan para anggota pokdarwis dalam bidang

kepariwisataan

b. Peningkatan kemampuan dan keterampilan para anggota mengelola bidang usaha

pariwisata dan usaha terkait lainnya.

14
c. Mendorong dan memotivasi masyarakat agar menjadi tuan rumah yang baik

dalam mendukung kegiatan kepariwisataan di daerahnya.

Dari penjelasan di atas mengenai kegiatan kelompok sadar wisata dapat disimpulkan

bahwa kegiatan tersebut meliputi mengembangkan dan melaksanakan kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepariwisataan, meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam mengelola usaha.

2.2.2 Pengelolaan

Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk

melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai

tujuan organisasi. Pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui

orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi,

menurut Hersey dan Blanchard dalam H.D Sudjana S (2000:17). Sedangkan The Liang Gie

dalam Manullang dalam buku H. Abdurrahmat Fathoni (2006), mengemukakan bahwa

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan. perorganisasian, pengarahan dan

pengontrolan human dan natural resources terutama human resources untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Pengetahuan, karena didalamnya tercangkup persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai

prinsip-prinsip, metode-metode, peraturan-peraturan, dan ketentuan-ketentuan yang

merupakan suatu kesatuan yang menjadi satu dan menjadi sebuah sistem yang berlaku secara

umum, yang dapat memecahkan suatu permasalahan bagi semua masalah yang timbul dalam

sebuah pengelolaan, baik masalah yang dijumpai. Beberapa difinisi tentang pengelolaan

dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah kegiatan berdasarkan

15
keterampilan khusus termasuk dalam seni dan ilmu dalam perencanaan, perorganisasian,

pengarahan dan pengontrolan untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau

melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, manajemen

termasuk ke dalam ilmu sehari-hari maupun masalah yang timbul melalui penelitian dengan

penganalisian dan pengujian, sehingga dapat diperoleh kebenaran objektif yang berlaku

umum. Seperti yang dikemukakan oleh Panglaykim dan hasil dalam buku H. Abdurrahmat

Fathoni (2006), sebagai berikut bahwa manajemen berdasarkan ilmu adalah manajemen yang

berciri ilmu dan dilaksanakan dengan menggunakan ilmu pengetahuan seperti penyelidikan

eksperimen, dipergunakan dalam berbagai bidang manajemen.

Ilmu manajemen itu mempunyai ruang lingkup yang cukup jelas, seperti yang

dikemukakan oleh Komarusin, yaitu: manajemen meliputi semua tugas dan fungsi yang

berhubungan dengan permulaan dari suatu perusahaan, pembelajaan suatu tindakan yang

penting, menyediakan suatu peralatan yang perlu, perencanaan dari segala bentuk organisasi

di bawah perusahaan itu bekerja dan pemilih pekerja-pekerja, sehingga memiliki fungsi-

fungsi pengelolaan (Manajemen)

Terry Siagan dalam Fathono (2006) merumuskan mengenai penjelasan fungsi-fungsi

manajemen sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan berarti persiapan atau penentuan-penentuan terlebih dahulu tentang apa

yang akan dikerjakan di kemudian hari dalam batas waktu tertentu untuk mencapai hasil

tertentu. Perencanaan yang efektif harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai

suatu hal yang menyangkut perencanaan. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan

adalah memberi jawaban atas pertanyaan yang menyangkut dengan apa (what ), mengapa

16
(why), dan bagaimana (how). Menurut Handoko (1999) dalam Feriyanto, Endang (2015:15)

kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahapan yaitu:

1. Menetapkan tujuan

2. Merumuskan keadaan

3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan

4. Mengembangkan renacana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan

Perencanaan diharuskan mempunyai pemikiran yang serius danmelibatkan banyak

pihak, sehingga hasil dan proses dari diperolehnya hasil dapat diterima oleh masyarakat. Tipe

perencanaan menurut LAN(2007) dalam Feriyanto, Endang (2015:20) yaitu tujuan,

dirumuskan oleh pimpina tingkat atau berdasarkan penilaian ekonomi, sosial dan politik

sesuai dengan garis-garis pengarahan strategi dan kebijakan. Strategi bersifat jangka panjang

menjadai perencanaan yang bersifat taktis (jangka pendek) pada pimpinan tingkat bawah.

Kebijakan membatasi ruang lingkup dalam pembuatan keputusan dan menjamin bahwa

keputusan yang diperlukan akan memberikan masukan terhadap penyelesaian tujuan yang

menyeluruh.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan kegiatan membentuk ikatan dalam rangka menjalin

hubungan dengan baik antara tiap-tiap bagian atau sub-sub bagian sehingga didapat

koordinasi yang baik diantara orang-orang yang terlibat dalam proses kerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sudjana (2001; 2005) mengatakan bahwa

pengorganisasian umumnya dilakukan dengan cara memilah dan merinci suatu kegiatan

ke dalam tugas-tugas pekerjaan yang sederhana dan rutin, yaitu dilakukan berulang kali.

17
Tugas dan pekerjaan tersebut akan dibagikan ke dalam kelompok pekerjaan yang

berbeda, dan kemudian dirangkaikan menjadi satu dengan susunan yang terpadu.

3. Penggerakan

Penggerakan berarti suatu tindakan untuk dapat mengusahakan agar semua

anggota kelompok mau bekerja dengan senang hati sehingga tujuan organisasi dapat

tercapai secara efisien dan efektif. Tujuan dari penggerakan dalam suatu organisasi

adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang untuk menimbulkan

kemauan, sehingga secara sadar seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab untuk

mengerjakan tugas akan menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya. Tindakan penggerakan ini oleh para ahli dalam buku Andri

Feriyanto, E Shatya Triana (2015: 47) lebih diperinci lagi dalam tiga tahap yaitu pertama,

memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehimngga akan menimbulkan

sebuh kesadaran pada diri seseorang untuk bekerja dengan baik. Kedua, pemberian

pembimbing lewat contoh-contoh tindakan atau teladan. Ketiga, pengarahan yang

dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tugas. Seperti

dalam memberikan suatu instruksi kepada seseorang.

4. Pengawasan

Pengawasan berarti suatu proses untuk menetapkan aparat atau unit bertindak

atas nama pimpinan organisasi dan bertugas mengumpulkan segaladata dan informasi

yang diperlukan oleh pimpinan organisasi untuk menilaikemajuan dan kemunduran

dalam pelaksanaan pekerjaan.

Dalam proses pengawasan terdapat beberapa jenis, ada 3 jenis pengawasan dalam

sebuah organisasi dalam buku Andri Feriyanto, E Shyta Triana (2015: 64) adalah

18
1) Pengawasan Intern dan ekstern

Pengwasan intern adalah jenis pengawasan yang dilakukan olehorang atau badan

yang ada di dalam unit organisasi yang bersangkutan.Pengawasan ekstern adalah jenis

pengawasan yang dilakukan oleh orangatau badan yang berasal dari luar unit organisasi

yang diawasi.

2) Pengawasan Preventif dan Pengawasan Represif

Pengawasan preventif jenis pengawasan ini dilakukan terhadap suatu kegiatan

sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga akan mencegah suatu penyimpangan.

Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah

kegiatan tersebut dilaksanakan.

3) Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan aktif (dekat) yaitu pengawasan yang dilakukan secara langsung di

tempat kegiatan yang bersangkutan. Pengawasan pasif (jauh) yaitu pengawasan yang

dilakukan melalui penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban

yang disertai dengan berbagai bukti.

Pengawasan ini menjadi salah satu fungsi yang penting di dalam manajemen.

Kepentinganya tidak diragukan lagi seperti halnya dengan fungsi- fungsi manajemen

yang lain, karena dengan pengawasan dapat menentukan apakah proses dari pencapaian

tujuan sudah sesuai dengan yang sudah direncanakan atau malah sebaliknya. Unsur-unsur

Pengelolaan/Manajemen.

Manajemen sendiri memiliki unsur-unsur yang sangat erat satusama lain, dari

semua unsur ini tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainya. Karena

19
tanpa adanya salah satu dari mereka dalam suatu perusahaan maka tidak akan bisa

berjalan dengan baik dan semestinya, unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. SDM (Sumber daya manusia)

SDM merupakan unsur manajemen yang sangat penting, manusia membuat


perencanaan dan mereka juga yang melakukan proses dalam mencapai tujuan tersebut.
Tanpa adanya sumber daya manusia maka tidak ada proses kerja, karena pada dasarnya
mereka adalah makhluk pekerja.

2. Money (uang)

Ketersediaan dana pada perusahaan, maka akan lebih leluasa dalam melakukan

sebuah efisiensi untuk mencapai tujuan akhir.

3. Materials (bahan baku)

Adanya bahan baku atau materials ini merupakan unsur yang sangat vital dalam

proses produksi. Tanpa adanya bahan baku perusahaan manufaktur tidak akan bisa

mengolah sesuatu untuk dijual.

4. Machines (Perlatan mesin)

Peralatan mesin ini digunakan sebagai pengolah bahan baku menjadi barang jadi,

dengan adanya mesin maka waktu yang digunakan dalam proses pembuatan produksi

akan menjadi lebih cepat dan efisien, bahkan tingkat kesalahan manusia atau human eror

dapat diminimalisir namun dibutuhkan sumber daya yang berkualitas agar hasilnya

menjadi maksimal.

5. Methods (metode)

Sebuah manajemen dibutuhkan suatu metode atau standar operasioanl prosedur

yang baku untuk mengelolanya. Setiap divisi perusahaan mempunyai tugas dan tanggung

jawab sendiri dan semuanya saling berkaitan antara satu dengan yang lainya.

20
6. Market (Pasar)

Konsumen atau pasar merupakan elemen yang penting, tanpa adanya permintaan

dari konsumen maka produksi akan terhenti dan segala aktivitas perusahaan akan vakum.

2.2.3 Desa Wisata

Pariwisata merupakan sebuah komoditas ekonomi baru yang mulai dikembangkan.

Dalam teori ekonomi yang lebih umum, keunggulan dari kompetisi pariwisata dinilai dari

sisi permintaan. Seperti misalnya, wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi disebabkan

oleh pendapatan orang, populasi negara wisatawan, biaya hidup, biaya transportasi kedua

negara, nilai tukar, dan inflasi. Untuk memiliki keunggulan komparatif, pariwisata harus

mengubah segi pembangunan dari sisi permintaan ke penawaran. Destinasi wisata kerap

dikunjungi dikarenakan kondisi lingkungan, infrastruktur, dan nilai budaya Murply (dalam

Tjahjadi Michael Dkk 2016)

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo mengacu pada

keunggulan yang dimiliki setiap daerah atau negara. Dalam teori tersebut dikemukakan

bahwa apabila dua negara melakukan perdagangan suatu komoditi yang bagi negara tersebut

merupakan keunggulan komperatif karena Negara tersebut berspesialisasi pada suatu

komoditi, maka Negara-negara tersebut akan mendapatkan keuntungan.

Salah satu upaya untuk mewujudkan keunggulan komparatif adalah dengan

mengembangkan desa wisata. Menurut Nuryanti (DalamYuliati&Suwandono, 2016) desa

wisata merupakan wujud kombinasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang

dikemas dalam suatu pola kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi

yang berlaku sehingga menjadikan desa tersebut sebagai tujuan wisata. Desa wisata adalah

21
bentuk industri pariwisata yang berupa kegiatan perjalanan wisata identik meliputi sejumlah

kegiatan yang bersifat mendorong wisatawan sebagai konsumen agar

menggunakan produk dari desa wisata tersebut atau melakukan perjalanan wisata ke desa

wisata. Unsur produk pariwisata terdiri dari angkutan wisata, atraksi wisata, dan akomodasi

pariwisata.

Desa wisata adalah sebuah wujud kombinasi antara akomodasi, atraksi, dan sarana

pendukung yang dikenalkan dalam sebuah tata kehidupan masyarakat yang menjadi satu

dengan aturan dan tradisi yang berlaku. Sebuah desa bisa disebut desa wisata ialah desa

yang mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan, sebuah tradisi, dan kebudayaan

yang menjadi ciri khas, aksesbilitas dan sarana prasarana yang mendukung program desan

wisata, keamanan yang terjamin, terjaganya ketertiban, dan kebersihan. Dasar dalam

pengembangan desa wisata ialah pemahaman tentang tentang karakter dan kemampuan

elemen yang ada dalam desa, seperti: kondisi lingkungan dan alam, social budaya, ekonomi

masyarakat, struktur tata letak, aspek historis, budaya masyarakat dan bangunan, termasuk

indegenius knowledge (pengetahuan dan kemampuan local) yang dipunyai masyarakat.

(Karangasem, dalam Yusuf A. Hilman Dkk 2018).

2.3. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah unsur penelitian yang menjelaskan tentang karakteristik

suatu masalah yang hendak diteliti. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam peneltian

ini adalah Konsep optimalisasi, Konsep peran pokdarwis, dan Konsep Desa Wisata.

2.3.1 Konsep Optimalisasi

22
Optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud:1995:628) optimalisasi berasal dari

kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi. Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai

ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan. Menurut Winardi (1996:363) optimalisasi adalah ukuran yang

menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi adalah pencarian nilai

terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Dalam

halini adalah menjadikan peran dan langakah pokdarwis desa wisata Kembang Kuning

Selma pandemi 19 terlaksana dengan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3.2 Konsep peran pokdarwis

Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan memerlukan

berbagai upaya pemberdayaan (empowerment), agar masyarakatdapat berperan lebih

aktif dan optimal serta sekaligus menerima manfaat positif dari kegiatan pembangunan

yang dilaksanakan untuk peningkatan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat dalam

konteks pembangunan kepariwisataan dapat didefinisikan sebagai:

“Upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat

sebagai salah satu pemangku kepentingan, untuk dapat berpatisipasi dan berperan aktif

sebagai subjek atau pelaku maupun sebagai penerima manfaat dalam pengembangan

kepariwisataan secara berkelanjutan”. (Renstra Dit. Pemberdayaan Masyarakat, 2010).

Definisi tersebut menegaskan posisi penting masyarakat sebagai subjek atau pelaku

pembangunan, dan masyarakat sebagai penerima manfaat pembangunan. Masyarakat

sebagai subyek atau pelaku pembangunan, mengandung arti, bahwa masyarakat menjadi

23
pelaku penting yang harus terlibat secara aktif dalam proses perencanaan dan

pengembangan kepariwisataan, bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait

lainnya baik dari pemerintah maupun swasta. Dalam fungsinya sebagai subjek atau

pelaku masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab untuk bersama-sama mendorong

keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya.

Masyarakat sebagai penerima manfaat, mengandung arti, bahwa masyarakat

diharapkan dapat memperoleh nilai manfaat ekonomi yang berarti dari pengembangan

kegiatan kepariwisataan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial

masyarakat yang bersangkutan. Dalam kerangka pembangunan kepariwisataan tersebut,

salah satu ospek atau konsep mendasar bagi keberhasilan pembangunan kepariwisataan

adalah dapat diciptakannya lingkungan dan suasana kondusif yang mendorong tumbuh

dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat. Iklim atau lingkungan

kondusif tersebut terutama dikaitkan dengan perwujudan sadar wisata dan sapta pesona

yang dikembangkan secara kensisten di kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar

destinasi pariwisata.

2.3.3 Konsep Desa Wisata

Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam jurnal ruang dengan judul Konsep

Desa Wisata Hutan Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak

(2014) yang dimaksud dengan desa wisata adalah :

“Suatu daerah wisata yang menyajikan keseluruhan yang mencerminkan

keaslian perdesaan baik dari sisi kehidupan sosial,ekonomi, budaya, keseharian, adat

istiadat, memiliki arsitektur dan tata ruang yang khas dan unik, atau kegiatan

24
perekonomian yang unik dan menarik serta memiliki potensi untuk dikembangkannya

komponen kepariwisataan.

Adapun pengertian lain dari desa wisata dalam jurnal teknik pomits yang berjudul

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong

Kabupaten Pamekasan (2014) yang berbunyi:

“Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi

social budaya, adat-istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa

yang disajikan dalam suatu bentuk integrasi komponen pariwisata anatara lain seperti

atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung.”

Desa wisata merupakan suatu desa yang dikembangkan melalui potensi yang

dimiliki dan yang sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya seperti transportasi

atau penginapan. Selain itu, alam dan lingkungan di pedesaan yang masih terjaga dan

masih asri adalah salah satu faktor yang penting dalam desa wisata. Melalui desa wisata

ini kegiatan yang dilakukan tidak ada yang berubah, bahkan kegiatn yang dilakukan oleh

masyarakat desa wisata tersebut menjadi sebuah cirri khas yang digunakan sebagai daya

tarik desa tersebut.

Definisi desa wisata menurut Ika Putra (Ratna Sari, 2010:27) yaitu:
“Suatu bentuk lingkungan pemukiman dengan fasilitas yang sesuai dengan tuntutan

wisatawan dalam menikmati atau mengenal dan menghayati atau mempelajari kekhasan

desa dengan segala daya tariknya dan dengan tuntutan kegiatan masyarakatnya (kegiatan

hunian, interaksisosial, kegiatan adat setempat dan sebagainya). sehingga diharapkan

25
terwujud suatu lingkungan yang harmonis yaitu rekreatif dan terpadu dengan

lungkunganya.”

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa desa wisata adalah suatu

wilayah pedesaan yang menyajikan seluruh suasana dan menawarkan keaslian dan juga

kekhasan dari desa tersebut sesuai dengan kegiatan masyarakatnya dan dapat

dikembangkan potensinya menjadi sebuah pariwisata.

2.4. Kerangka Berpikir Penelitian

Desa Wisata Kembang uning


Kabupaten Lombok Timur

Potensi: Masalah:
-Wisata Alam Wabah Covid-19

Peran pokdarwis Desa


Wisata Kembang kuning

Langkah Optimalisasi peran


pokdarwis Desa Wisata
Kembang Kuning

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


(Sumber: Data Penelitian, 2021)

26
2.5.Ruang Lingkup

Kelompok sadar wisata pokdarwis Desa Wisata Kembang Kuning merupakan

kelompok sadar wisata yang didirikan pada bulan July 2019, yang dicanangkn oleh

kepala Desa dan kepal dusun. Kelompok sadar wisata pokdarwis Desa Wisata Kembang

Kuning mempunyai peran sebagai motivator, penggerak serta komunikator utama dalam

kebijakan membangun atau mengoptimalkan kembali Desa wisata saat pandemic covid

19 berlangsung, dengan menerapkan protokol kesehatan berupa memakai masker,

thermogun cek suhu, kepada nmasyarakat setempat guna untuk mencegah penyebaran

covid 19.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan mei 2021. Lokasi

penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian akan dilakukan.

Adapun penelitian yang dilakukan mengambil lokasi di Desa Wisata Kembang Kuning

Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NusaTenggara Barat. dengan luas

wilayah 218 hektar dan jumlah penduduk sekitar 1652 jiwa, kode pos 83662. Di desa ini

terdapat spot wisata, dengan kode wilayah 52.03.04.2007.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.4.1 Observasi

Menurut Bungin (2011), observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan peninjauan secara

cermat. Satori dan Komariah (2012, hlm. 105) menyimpulkan bahwa observasi adalah

pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak

langsung untuk memperoleh data primer dan data skunder, yang harus dikumpulkan

dalam penelitian.

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi

yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara

dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karenaingin mengeksplorasi informasi

28
secara holistik dan jelas dari informan (Satori dan komariah, 2012, hlm. 130).

Wawancara mendalam merupakan proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara informan dan pewawancara

(Bungin, 2011). Wawancara mendalam diharapkan akan memperoleh data primer yang

berkaitan dengan penelitian, yang dapat menjadi gambaran yang lebih jelas guna

mempermudah dan menganalisis data selanjutnya.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, crita, biografi, peraturan dan kebijakan

(Sugiyono, 20140). Sumber dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya foto-foto proses pengelolaan objek wisata di desa Wisata Kembang Kuning.

3.3. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Sugiyono dalam buku Memahami

Penelitian Kualitatif, adalah:“Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang

tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial

yang diteliti.”(Sugiyono,2012:54).

Dimana informan menjadi sumber informasi yang mengetahui tentang penelitian

yang sedang diteliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui

29
informasi penelitian. Pemilihan informasi dilakukan dengan teknik purposive sampling

atau pemilihan secara sengaja dengan beberapa pertimbangan. Informan yang dimaksud

adalah informan yang terlibat langsung atau informan yang dianggap mempunyai

kemampuan dan mengerti permasalahan terkait, Optimalisasi Peran Pokdarwis Desa

Wisata Kembang Kuning Selama pandemic Covid 19, yang akan menjadi informan pada

penelitian ini adalah

Tabel 2.1 Hasil Wawancara Kreteria dari Informan

No Informan Kreteria Responden

1 Ketua Pokdarwis Motivator, penggerak dan pengelola dalam


membangun atau mengoptimalkan Desa Wisata
Kembang Kuning sebelum covid 19 dan
sesudah covid 19 berlangsung

2 Kepala Desa Kembang Kuning Pembina dan penanggung jawab atas kegiatan
atau program yang dibuat pokdarwis

3 Tokoh Masyarakat Sosialisasi program Desa Wisata Kembang


Kuning

4 Masyarakat Mendukung program yang dibuat oleh


pokdarwis, kepala desa, dan tokoh masyarakat

Sumber data dan penelitian (2021)

3.4. Teknik Analisi Data

Menurut Sugiono (2017: 244) Analisi data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis data dapat dilakukan dengan mengorganisasikan data ke
30
dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membaut kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif

kualitatif, yaitu menggambarkan data peran pokdarwis Desa wisata kembang kuning

selama pandemi covid 19 secara lengkap dan sistematis dan selanjutnya dibuat simpulan

secara umum. Dimana data-data yang diperoleh dari hasil Wawancara, Dokumentasi serta

Observasi di Desa Wisata.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep

model Miles dan Huberman dalam Sugiono (2017: 246) Aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.

Dengan tahapan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokusksan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (Penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan atau

menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori.

31
3. Conclusion drawing/verification (Penaikan kesmpulan dan verifikasi)

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan untuk

mengetahui pola.

32
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Bungin, (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Perdana Media

Grup.

Farida, Annis, M. A. (2017). Kontribusi Pendidikan Pokdarwis (Kelompok Sadar

Wisata) terhadap Upaya Pengembangan Desa Wisata Kandri Kota

Semarang. Edu Geography, 57.

Mars Page. (2011). Tentang Pokdarwis. Diunduh dari http://pokdarwis bhuana

shanty desa bebetin. Blogspot.co.id. pada tanggal 7 maret 2016. Jam

12.20 WIB.

Rahim, Firmansyah Ir. Buku Panduan Kelompok Sadar Wisata (Jakarta, Januari

2012:27)

Sari, Nur Rifka P. 2012. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan

Obyek Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo di Desa Bejiharjo,

Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul”. Skripsi S1.UNY.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabet.

33

Anda mungkin juga menyukai