Oleh
RENNY TINURI
NIM : 18121342
Karya Tulis Ilmiah ini telah layak untuk dipresentasikan dihadapan tim penguji
sidang akhir Prodi D-III farmasi Politeknik Hang Tuah Jakarta.
Mengetahui
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 18121342
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipresentasikan dihadapan tim penguji Prodi D-III
Farmasi Politeknik Hang Tuah Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2021 dan
dinyatakan LULUS.
TIM PENGUJI
Penguji I Penguji II
Mengetahui
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 18121342
Renny Tinuri
iv
KATA PENGANTAR
v
6. Ayahanda Redi Nefos & ibunda Suprihatin tercinta untuk kasih sayangnya
yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya sehingga penulis
mampu menempuh pendidikan yang sangat luar biasa sampai saat ini.
7. Rekan-rekanku di Politeknik Hang Tuah Jakarta Prodi D-III Farmasi.
8. Dosen, asisten dosen, seluruh staff dan karyawan Politeknik Hang Tuah
Jakarta Prodi D-III Farmasi.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga karya tulis ini
bermanfaat pihak-pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Renny Tinuri
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Antibiotik....................................................................................................... 8
vii
2.2.2 Penggolongan Antibiotik ........................................................................ 9
LAMPIRAN ......................................................................................................... 45
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Oleh
Nama : Renny Tinuri
NIM : 18121342
xii
ABSTRACT
By
Name : Renny Tinuri
NIM : 18121342
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan pertimbangan atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).
4) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kematangan seseorang akan
lebih baik dalam berpikir dan menerima informasi. Namun perlu diketahui
bahwa seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak memiliki
pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lebih
muda.
5) Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Seseorang
yang tinggal di daerah rawan penyakit infeksi akan lebih sering
menemukan kasus demam, sehingga masyarakat di daerah tersebut
memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi.
6) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Pekerjaan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi proses
dalam mencari informasi terhadap suatu hal. Dimana dengan semakin
mudahnya mencari informasi maka semakin banyak pula informasi yang
didapat sehingga pengetahuan yang dimiliki seseorang pun akan
meningkat.
7) Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Makin tinggi tingkat ekonomi, maka akan semakin mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
8
2.2 Antibiotik
2.2.1 Pengertian Antibiotik
Penemuan antibiotik pertama adalah dr. Alexander Fleming pada tahun
1928 (Penisilin), tetapi baru digunakan untuk terapi pada tahun 1941 oleh dr.
Florey. Selanjutnya, dikembangkan oleh penelitian dunia, namun sehubungan
dengan sifat toksinya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat
(Tjay dan Rahardja, 2007).
9
Antibiotik berasal dari bahasa Yunani tua, anti = lawan dan bios = hidup.
Antibiotik merupakan suatu senyawa yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh suatu mikroorganisme, yang mana senyawa tersebut
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme lain (Goodman and Gilman, 2012).
3) Golongan Sefalosporin
Golongan ini ditemukan pada tahun 1948. Sefalosporin bekerja dengan
mekanisme penghambatan sintesis dinding bakteri. Golongan ini dibagi
menjadi 4 generasi (Ciptaningtyas, 2014):
4) Golongan Kuinolon
Golongan ini dibagi menjadi 2 kelompok yakni kuinolon yang tidak
diperuntukkan untuk infeksi sistemik dan flourokuinolon (golongan
kuinolon dengan atom flouro pada cincin kuiolon). Golongan kedua ini
memiliki aktifitas yang lebih baik dibandingkan golongan kuinolon lama
(Nafrialdi, 2007).
11
5) Golongan Kloramfenikol
Golongan ini ditemukan dari Streptomycesvenezuelae, kloramfenikol
bekerja dengan menghambat sintesis protein pada bakteri dan mitokondria
sel mamalia. Golongan ini digunakan dalam terapi demam tifoid, infeksi
bakteri anaerob, bakteri meningitis, dan penyakit riketsia (Goodman and
Gilman, 2012).
12
6) Golongan Tetrasiklin
Antibiotik ini termasuk dalam antibiotik dengan spektrum luas tetapi
aktifitasnya lebih baik pada bakteri gram positif.
Golongan terasiklin ini digunakan dalam terapi infeksi klamidia, penyakit
menular seksual, infeksi basilus, kokus, ISK, akne, dan infeksi lainnya.
Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin (Goodman and Gilman,
2012).
7) Golongan Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan suatu golongan antibiotik yang biasa
digunakan bersamaan dengan antibiotik golongan β-laktam dalam
mengatasi beberapa infeksi. Antibiotik golongan ini lebih aktif pada
bakteri gram negatif. Beberapa contoh golongan aminoglikosida adalah
streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, dan lain-lain (Katzung et
al., 2013).
8) Golongan Makrolida
Antibiotik ini bersifat bakteriostatik. Namun pada konsentrasi tinggi,
antibiotik ini dapat pula bekerja dengan cara bakterisid. Antibiotik ini
digunakan untuk terapi infeksi klamidia, stafilokokus, difteri, pertusis,
infeksi Helicobakter pylori, tetanus, dan infeksi lainnya. Antibiotik yang
tergolong dalam makrolida antara lain eritromisin, klaritromisin, dan
azitromisin (Goodman and Gilman, 2012).
9) Golongan Sulfonamida
Golongan ini termasuk dalam antibiotik spektrum luas terhadap bakteri
gram positif maupun negatif dengan menghambat pertumbuhan bakteri.
Antibiotik golongan sulfonamida ini bekerja sebagai kompetitor asam
para-aminobezoat (PABA). Antibiotik ini dapat bekerja sebagai bakterisid
dalam kadar tinggi.
13
Sehingga sel akan mudah pecah karena tidak tahan terhadap tekanan osmosis
dari plasma. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.
c. Mengganggu permeabilitas membran sel bakteri
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin yang bekerja
dengan merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid
membran sel bakteri.
d. Menghambat sintetis protein sel bakteri
Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini bekerja dengan menghambat
sintesis protein dengan mempengaruhi fungsi ribosom 30S atau 50S. Contoh:
golongan amioglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin, dan
kloramfenikol.
e. Menghambat sintesis asam nukleat bakteri
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin dan golongan
kuinolon. Rifampisin bekerja dengan berikatan denga enzim RNA polimerase.
Sedangkan golongan kuinolon bekerja dengan menghambat enzim DNA
gyrase.
c. Ketepatan Obat Yang Dipilih. Obat yang digunakan harus sesuai dengan
spekrum penyakit yang telah terdiagnosa.
d. Ketepatan Dosis. Dosis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pengobatan. Dosis yang terlalu besar dapat menyebabkan overdosis.
Sedangkan dosis yang terlalu kecil, akan menyebabkan sulit tercapinya
keberhasilan terapi.
e. Ketepatan Cara Pemberian. Beberapa obat memerlukan perhatian khusus
dalam penggunaannya, seperti antasida dan antibiotik. Cara konsumsinya
berpengaruh terhadap absorbsi dan nasibnya dalam tubuh.
f. Ketepatan Interval. Pemberian obat dengan cara yang praktis dan
pengulangan yang tidak terlalu banyak sehingga akan meningkatkan
kepatuhan pasien.
g. Ketepatan Lama Pemberian Obat. Lama penggunaan obat harus sesuai
dengan karakteristik masing-masing penyakit, tidak boleh terlalu lama atau
terlalu singkat karena akan mempengaruhi keberhasilan terapi.
h. Waspada Efek Samping. Selain memiliki manfaat terapi, obat juga
memiliki efek samping. Sehingga perlu diwaspadai beberapa efek samping
yang timbul dalam pengobatan agar dapat ditangani dengan tepat.
i. Ketepatan Penilaian Kondisi Pasien. Tiap individu memiliki respon yang
beragam pada obat, tergatung dengan kondisi atau penyakit lain yang sedang
dialami.
j. Efektif, aman, mutu terjamin, dan selalu tersedia. Obat-obat yag
digunakan hendaknya dapat dijangkau dengan mudah, baik dari segi
ketersediaan, maupun harga.
k. Ketepatan informasi. Informasi tentang obat harus jelas agar keberhasilan
terapi tercapai.
21
Sedangkan mengenai aturan yang pasti harus berapa jumlah sampel yang
diambil, kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau
semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik
(Arikunto, 2006). Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini
tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek penelitian dalam
populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan
homogenitas subjek dalam populasi. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian tidak selalu
menghasilkan penelitian yang baik karena hal tersebut tergantung dari sifat- sifat
dan ciri-ciri yang terdapat pada subjek penelitian dalam populasi.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )
Dimana:
n : jumlah sampel
d : bias/kesalahan yang mungkin terjadi (0.1)
N : jumlah populasi = 200 KK
200
𝑛=
1 + 200 ( 0,1 𝑥 0,1)
200
=
1 + 200(0,01)
200
=
1+2
= 66,67
Jadi, besar sampel minimal dari populasi adalah 67 KK.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu
tentang penggunaan antibiotik pada anak di RT 07 RW 04 Kelurahan
Sukapura Jakarta Utara.
Identifikasi masalah
Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Penyusunan kuesioner
Analisis deskriptif dan statistika
Pendataan responden
Pembahasan
Pembagian kuesioner
Kesimpulan dan Saran
Dimana:
P : Persentase nilai pengetahuan
X : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah soal
No PERNYATAAN RESPON
1. Antibiotik harus dibeli dengan resep dokter Benar
2. Antibiotik adalah obat untuk infeksi bakteri Benar
3. Semua antibiotik diminum 3 kali sehari Salah
4. Apakah dosis obat antibiotik untuk dewasa dan anak –
Benar
anak berbeda
5. Penggunaan antibiotik boleh dihentikan ketika gejala
Salah
sudah hilang
6. Efek samping yang sering muncul saat menggunakan
Benar
antibiotik adalah gatal, alergi, dan mual
No PERNYATAAN RESPON
RESPON
No PERNYATAAN Benar Salah
(%) (%)
1. Antibiotik harus dibeli dengan resep dokter 70% 30%
2. Antibiotik adalah obat untuk infeksi bakteri 48% 52%
3. Semua antibiotik diminum 3 kali sehari 33% 67%
4. Apakah dosis obat antibiotik untuk dewasa dan anak
78% 22%
–anak berbeda
5. Penggunaan antibiotik boleh dihentikan ketika
30% 70%
gejala sudah hilang
6. Efek samping yang sering muncul saat
menggunakan antibiotik adalah gatal, alergi, dan 66% 34%
mual
33
RESPON
No PERNYATAAN Benar Salah
(%) (%)
7. Jumlah antibiotik yang diberikan oleh dokter, boleh
34% 66%
dikurangi jika kondisi sudah membaik
8. Menghabiskan antibiotik sesuai anjuran dokter 69% 31%
9. Jika anak saya sakit wajib diberi antibiotik 49% 51%
10. Jika dokter menuliskan antibiotik diminum 3x1,
maka saya akan memberikannya dngan jarak 6-8 55% 45%
jam
11. Jika timbul efek samping ketika menggunakan
antibiotik, maka anak saya akan berhenti 73% 27%
menggunakannya dan berkonsultasi kepada dokter
12. Menyimpan antibiotik dan menggunakannya
55% 45%
kembali saat anak saya sakit kembali
Tabel 4.3 Presentase Penilaian Kuesioner
Dari tabel tersebut, pada pernyataan nomor 1 bahwa “antibiotik harus dibeli
dengan resep dokter” dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 70% dan
menjawab salah sebesar 30%. Hal itu menunjukkan bahwa mayoritas responden
sudah mengetahui informasi tentang tata cara pembelian antibiotik. Pentingnya
mengetahui bahwa antibiotik tidak boleh dibeli tanpa resep dokter karena
antibiotik merupakan obat golongan keras (Kemenkes, 2011). Hal ini akan dapat
mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat di masyarakat.
Pernyataan nomor 2, “antibiotik adalah obat untuk infeksi bakteri” sebanyak
48% dari responden yang menjawab dengan benar dan yang menjawab salah
sebesar 52%.
34
Hasil ini menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab dengan salah dimana
bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui antibiotik tidak seperti
obat-obat lainnya yang dapat dihentikan penggunaannya ketika merasa membaik.
Penggunaan antibiotik harus sesuai dengan rentang waktu terapi, artinya
penggunaan antibiotik tidak boleh dihentikan walaupun gejala yang dirasakan
pasien sudah hilang. Antibiotik harus digunakan sampai habis untuk memastikan
bahwa bakteri yang menjadi penyebab penyakit benar-benar mati secara
keseluruhan. Selain itu tujuan penggunaan sampai habis adalah untuk mencegah
terjadinya resistensi bakteri (Juwita dkk, 2017).
Sementara pada pernyataan nomor 6, bahwa “efek samping yang sering
muncul saat menggunakan antibiotik adalah gatal, alergi, dan mual” responden
yang menjawab dengan benar sebanyak 66% dan menjawab salah sebesar 34%.
Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden mengetahui
efek samping yang timbul dalam penggunaan antibiotik.
Pada pernyataan nomor 7, “jumlah antibiotik yang diberikan oleh dokter, boleh
dikurangi jika kondisi sudah membaik” dijawab dengan benar sebanyak 34% dan
menjawab salah sebanyak 66%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan
responden tentang dosis antibiotik masih termasuk rendah karena lebih dari
setengah jumlah responden tidak mengetahui dengan tepat. Dosis merupakan hal
yang sangat penting dalam penggunaan antibiotik. Penggunaan dosis yang tidak
sesuai akan mempengaruhi pengobatan. Jika dosis yang diberikan terlalu kecil
maka antibiotik tidak akan menghasilkan efek terapi yang diingikan, sehingga
efektivitas antibiotik tidak tercapai secara maksimal. Tetapi jika dosis yang
diberikan terlalu besar, maka akan terjadi overdosis (Yanti dkk, 2016).
Pengetahuan tentang dosis ini penting untuk diketahui sehingga seseorang tidak
akan dengan mudah mengubah dosis yang diresepkan oleh dokter yang akan
berdampak pada keberhasilan pengobatan.
36
Sedangkan sebesar 69% yang menjawab benar dan menjawab salah sebesar
31% pada pernyataan nomor 8, “menghabiskan antibiotik sesuai anjuran dokter”.
Ini menyatakan bahwa ibu memahami dalam penggunaan antibiotik. Akan tetapi
ini bententangan pada penyataan nomor 7 dimana lebih dari setengah responden
menjawab salah dikarenakan ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat. Suatu
terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi
juga kepatuhan pasien untuk mengikuti terapi yang telah di tentukan.
Pada pernyataan nomor 9, “jika anak saya sakit wajib diberi antibiotik” yang
menjawab benar sebesar 49%, dan menjawab salah sebesar 51%. Hampir setengah
dari responden percaya dan beranggapan jika anak sakit wajib diberi antibiotik.
Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap
mendapatkan resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter.
Setiap orang dapat membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten
antibiotik dengan cara tidak meminta antibiotik. Perlu diketahui bahwa setiap
anak sakit tidak perlu meminta antibiotik jika tidak diperlukan. Sebab ada
beberapa jenis penyakit yang tidak memerlukan antibiotik. (Juwita dkk, 2017).
Sementara pada pernyataan nomor 10, “Jika dokter menuliskan antibiotik
diminum 3x1, maka saya akan memberikannya dengan jarak 6-8 jam”, dijawab
dengan benar sebanyak 55% dan menjawab salah sebanyak 45%. Hasil ini
menunjukkan bahwa kurang dari setengah responden tidak mengetahui bahwa
interval penggunaan pada tiap antibiotik berbeda-beda. Antibiotik yang diminum 3
kali sehari diartikan harus dikonsumsi dengan interval waktu 6-8 jam. Ketepatan
interval penggunaan antibiotik akan mempertahankan kadar antibiotik dalam tubuh
sehingga tujuan terapi akan tercapai (Kemenkes, 2011).
Pernyataan nomor 11 yakni, “jika timbul efek samping ketika menggunakan
antibiotik, maka anak saya berhenti menggunakannya dan berkonsultasi kepada
dokter”. Efek samping yang ditimbulkan oleh antibiotik dapat sama ataupun
berbeda pada setiap jenisnya.
37
Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan atau efek
samping obat yang tidak diinginkan, misalnya mual, muntah, gatal, diare. Hal
yang harus dilakukan apabila terjadi efek samping setelah minum antibiotik:
a. Berhenti minum antibiotik
b. Mencari pertolongan pertama atau konsultasikan ke sarana kesehatan,
puskesmas, rumah sakit atau ke dokter (Depkes RI, 2011).
Hasil ini menunjukkan bahwa 73% responden selalu berhenti menggunakan
antibiotik dan berkonsultasi kepada dokter ketika terjadi efek samping, sedangkan
27% tidak selalu berhenti menggunakan antibiotik dan berkonsultasi kepada
dokter ketika terjadi efek samping. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas ibu melakukan tindakan yang baik dalam mengatasi terjadinya efek
samping dalam penggunaan antibiotik.
Pada pernyataan terakhir, “menyimpan antibiotik dan menggunakan
kembali saat anak sakit kembali”. Responden yang menjawab dengan benar
sebanyak 55% dan yang menjawab salah sebanyak 45%. Hampir setengah dari
responden melakukan perilaku yang salah. Menyimpan antibiotik dan
menggunakannya kembali ketika sakit kambuh berarti tidak menghabiskan
antibiotik pada pengobatan sebelumnya. Perilaku tersebut akan dapat
menyebabkan pengobatan yang tidak optimal karena penggunaan antibiotik tidak
sampai pada waktu yang ditentukan. Sebab dosis pemakaian antibiotik bisa saja
berubah ketika kita datang kembali konsul ke dokter walaupun dengan diagnosa
penyakit yang sama.
Selain itu, menyimpan antibiotik dapat menyebabkan penggunaan
antibiotik secara swamedikasi yang dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya
kesalahan penggunaan antibiotik karena dilakukan tanpa pemeriksaan. Selain itu,
stabilitas obat yang terganggu akibat penyimpanan yang tidak tepat (Ihsan, 2016).
38
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan ibu tentang penggunaan antibiotik, termasuk dalam kategori
cukup dengan persentase sebesar 51%.
2. Lebih dari 50% responden sudah mengetahui:
a. Pembelian antibiotik harus dengan resep dokter
b. Dosis dan interval pemberian antibiotik
c. Efek samping antibiotik dan tindakan apabila terjadi efek samping
d. Kewajiban menghabiskan antibiotik
e. Penyimpanan antibiotik
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan sebagai
berikut:
Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan tentang penggunaan
antibiotik yang tepat pada ibu di RT 07 Kelurahan Sukapura Jakarta Utara melalui
penyuluhan antibiotik yang baik dan benar di kelurahan maupun dalam sarana
kesehatan lainnya. Dan perlu adanya penelitian lanjutan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam penggunaan antibiotik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ragg, Mark. 1993. Obat-obat Yang Paling Sering Diresepkan. Terjemahan oleh
Mutia N. 2001. Jakarta: Arcan.
Rahayu, C; Widiati, C. dan Widyanti, N. 2014. Hubungan antara Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Status Kesehatan Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan
Indiang Kota Tasikmalaya. Maj. Ked. GI. Volume 21 Nomor 1.
Shargel, Leon. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika. Terjemahan oleh
Fasich, Budi Suprapti. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan
Airlangga.
Sholih, Mally G, Ahmad Muhtadi, dan Siti Saidah. 2015. Rasionalitas
penggunaan Antibiotik di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung Tahun
2000. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia. Volume 4 Nomor 1.
Sudigdoadi S. 2001. Mekanisme timbulnya resistensi antibiotik pada infeksi
bakteri.1(1): 1–14.
Sugiyono. 2007. Statiska Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan
XXVIII. Bandung: Alfabeta.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi VI. PT.
Elex Media Komputindo: Jakarta
Utami, Eka Rahayu. 2012. Antibiotik, Resisten, dan Rasionalitas Terapi. Saintis.
Volume 1 Nomor 1.
Wowiling, C; Goenawi, L.R. dan Citranigtyas, G. 2013. Pengaruh Peyuluhan
Penggunaan Antibiotik Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat di
Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Volume 2 Nomor 3.
43
Renny Tinuri adalah nama penulis karya tulis ilmiah ini. Penulis adalah
putri pertama dari 2 bersaudara. Dilahirkan di Jakarta 24 Januari 1995 dari
seorang ibu yang bernama Suprihatin dan seorang ayah yang bernama Redi Nefos.
Penulis menempuh pendidikan dimulai dari TK Utama Sukapura pada tahun
2000, setelah lulus tahun 2001 masuk ke SDN 05 Sukapura Jakarta Utara yang
lulus pada tahun 2007 melanjutkan ke SMPN 231 Jakarta Utara yang lulus pada
tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan ke SMK Farmasi Tunas Bangsa lulus
pada tahun 2013.
Setelah lulus dari SMK, penulis bekerja di RSUD Koja Jakarta Utara
sampai sekarang. Hingga akhirnya penulis melanjutkan pendidikan D-III Farmasi
di Politeknik Hangtuah Jakarta pada tahun 2018.
45
LAMPIRAN
Lampiran 2. Kuesioner
BAGIAN 1
DATA DEMOGRAFIK RESPONDEN
Isilah pernyataan dibawah ini dengan benar. Data ini akan dirahasiakan dan hanya
diketahui oleh peneliti:
1. Nama :
2. Usia :
3. Pendidikan terakhir :
4. Pekerjaan :
5. Antibiotik apa yg pernah diberikan pada anak?
a. Amoxicillin
b. Cefadroxil
c. Cefixim
47
BAGIAN II
PENGETAHUAN IBU TENTANG ANTIBIOTIK
Isilah dengan memberikan tanda (✓) pada pilihan jawaban anda!
RESPON
No PERNYATAAN
Benar Salah
1. Antibiotik harus dibeli dengan resep dokter
2. Antibiotik adalah obat untuk infeksi bakteri
3. Semua antibiotik diminum 3 kali sehari
4. Apakah dosis obat antibiotik untuk dewasa dan anak –
anak berbeda
5. Penggunaan antibiotik boleh dihentikan ketika gejala
sudah hilang
6. Efek samping yang sering muncul saat menggunakan
antibiotik adalah gatal, alergi, dan mual
24 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 7 Cukup
25 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6 Cukup
26 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Kurang
27 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 8 Cukup
28 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6 Cukup
29 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 7 Cukup
30 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 6 Cukup
31 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 8 Cukup
32 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 9 Baik
33 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 5 Kurang
34 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 7 Cukup
35 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 Cukup
36 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 10 Baik
37 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 Cukup
38 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 Cukup
39 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5 Kurang
40 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 5 Kurang
41 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 9 Baik
42 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 5 Kurang
43 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 Kurang
44 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5 Kurang
45 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang
46 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik
47 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 5 Kurang
48 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 7 Cukup
49 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 9 Baik
50 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 Cukup
50
51 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 7 Cukup
52 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5 Kurang
53 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 Cukup
54 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 7 Cukup
55 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang
56 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4 Kurang
57 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 8 Cukup
58 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 Cukup
59 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 7 Cukup
60 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6 Cukup
61 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 Kurang
62 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik
63 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 5 Kurang
64 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 Cukup
65 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 5 Kurang
66 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Cukup
67 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 8 Cukup
51
Lampiran 4. Dokumentasi