Anda di halaman 1dari 17

Masuknya islam di Nusantara

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“ Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ”

Dosen pengampu :

Kharisul Wathoni, S.Ag,M.Pd.I

Disusun oleh:

PAI A / kelompok 2

1 .Amin Suprihatin (201190019)


2 . Anisa Nuryudhianti (201190030)
3 . Arga Putra Pratama (201190032)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penyebaran islam di Indonesia umumnya di Jawa tidak dapat
dilepaskan dari peran para pedagang Islam, ahli-ahli agama islam dan raja-
raja atau penguasa yang telah memeluk islam. proses masuknya islam ke
Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang
pesisir utara. Dalam hal ini, pembawa islam kepada masyarakat nusantara
adalah para saudagar-saudagar muslim, baik yang datang dari Gujarat
maupun Arab dengan cara berdagang. Dari hubungan ini mereka saling
mengenal dan terjadi hubungan yang dinamis diantara mereka. Para
saudagar muslim tidak semata-mata hanya berdagang melainkan juga
berdakwah.
Masuknya islam ke wilayah Indonesia oleh M. C. Recklefs dibagi
menjadi dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan
agama islam kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing Asia,
seperti Arab, India dan Cina yang telah beragama islam bertempat tinggal
secara menetap di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan dengan
penduduk asli dan mengikuti gaya hidup lokal yang yang sedemikian rupa
sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu atau suku lainnya.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya islam di nusantara?
2. Bagaimana teori masuknya islam di nusantara?
3. Siapa sajakah pembawa ajaran islam di nusantara?
4. Bagaimana saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia?
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui masuknya islam di nusantara.
2. Untuk mengetahui teori masuknya islam di nusantara.
3. Untuk mengetahui pembawa ajaran islam di nusantara.
4. Untuk mengetahui saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masuknya islam di Nusantara

Lahirnya agama islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Pada abad
ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah
dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah
berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Masuk dan berkembangnya islam ke Indonesia dipandang dari segi


historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah,
terutama tentang sejarah perkembangan awal islam. Ada perbedaan antara
pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa islam
masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa
islam pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M. namun yang pasti,
hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-
mula dimasuki islam adalah daerah Aceh.

Datangnya islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat


melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat,
serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses
cepatnya islam masuk dan berkembang di Indonesia.1

Masuknya agama islam ke Indonesia sedikit berbeda dengan


masuknya islam di Negara lain. Hal ini dikarenakan, masuknya islam ke
Indonesia secara damai yang dibawa oleh para pedagang dan para
Mubaligh. Sedangkan islam yang masuk ke Negara lain pada umumnya
melalui penaklukan, seperti yang terjadi di Negara Irak, Mesir, Afrika Utara
sampai ke Andalusia atau sekarang menjadi Spanyol.

1
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Deepublish,
2018, Hal.1-2
3
B. TEORI MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kedatangan islam ke


Indonesia, berkenaan dengan waktu kedatangannya, negeri asalnya, dan
yang membawanya. Seorang sarjana asal belanda berpendapat bahwa
kedatanganislam ke Indonesia berasal dari India. Diantara sarjana tersebut
adalah Pijnappel dari Universitas Leiden, Moquette, dan Snouck Hurgronje.
Menurut hurgronje bahwa pada abad ke-18 adalah periode paling
memungkinkan dari awal permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Kepastian kapan dan masuknya islam di Nusantara memang belum ada
kejelasan yang pasti. Namun, terdapat beberapa teori yang mencoba
menjelaskan tentang hal tersebut, yakni: teori Gujarat, Teori Makkah, dan
teori Persia.2

Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia


yang mula-mula di masuki islam ialah daerah Aceh. Berdasarkan
kesimpulan seminar tentang masuknya islam ke Indonesia yang berlangsung
di Medan pada tanggal 17-20 Maret 1963, yaitu :

1. Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Nusantara atau


Indonesia pada abad ke-7 Masehi, dan langsung dari Arab.

2. Daerah ytang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir


Sumatera, adapun kerajaan islam pertama kali adalah di Pasai.

3. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang islam


Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran islam
dilakukan secara damai.

4. Keterangan islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan


membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian
bangsa Indonesia.

Masuknya islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari


Persia, atau dari Arab. Dan jalur yang digunakan dalam penyiaran adalah :

2
Ahmad Fakhri Hutauruk, Sejarah Indonesia Masuknya Islam Hingga Kolonialisme,
Yayasan Kita Menulis, 2020, hal. 1-2
4
1. Perdangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.

2. Dakwah, yang dilakukan oleh para Mubaligh yang berdatangan


bersama para pedagang, para Mubaligh bisa dikatakan sebagai Sufi
Pengembara.

3. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, Mubaligh


dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya
inti social yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.

4. Pendidikan, pusat-pusat perekonomian ituberkembang menjadi


pusat pendidikan dan penyebaran islam.

5. Kesenian, jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran atau


penyiaran agama islam terutama di Jawa adalah seni. 3

Islam yang masuk dengan damai secara besar-besaran pada tahun


1400 M s.d 1600 M dapat diterima dengan baik oleh sejumlah penguasa di
tanah nusantara, seperti misalnya Raja Brawijaya, Majapahit yang
memberikan Tanah Giri Kedaton, Ampel Dento dan Glagah Wangi kepada
orang islam.4

Oleh karena itu, akan dijabarkan satu persatu mengenai teori


masuknya islam di Indonesia serta sumber-sumber pendukung yang
menjelaskan bagaimana masuknya islam di Indonesia, adapun teori tersebut
antara lain:

1. Teori Gujarat

Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang


masuknya islam di Nusantara, dinamakan teori Gujarat, karena
bertolak dari pandangan yang menganggap bahwa islam masuk ke
Nusantara berasal dari Gujarat pada abad ke-13 M dan pelakunya
adalah pedagang India Muslim. Kemudian ada dugaan bahwa

3
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Deepublish,
2018
4
Muhammad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam, Yogyakarta, Diandra Kreatif, 2019,
hal. 124
5
peletak pelaku dasar teori ini adalah Pijnappel dari Universitas
Leiden. Pijnappel mengaitkan asal-muasal islam di Nusantara
dengan wilayah Gujarat dan Malabar. Menurut Dia, orang-orang
Arab bermadzhab Syafi’I berimigrasi ke India, kemudian orang-
orang India yang membawa islam ke Nusantara.

Selanjutnya teori tersebut dikembangkan oleh Snouck


Hurgronje, dalam bukunya yang berjudul L’Arabia et Les Indes
Neerlandaises atau Reveu de I’Histoire des Religious.

2. Teori Makkah

Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies


Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis
untuk tidak mengatakan sebagai koreksi teori sebelumnya, yakni
teori Gujarat. Dalam hal ini Hamka menolak untuk pandangan yang
mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan
berasal dari Gujarat. Hamka menolak pendapat itu karena
kenyataannya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu
kekuatan politik islam, maka sudah tentu islam masuk jauh
sebelumnya yakni pada abad ke-7 M atau pada abad pertama
Hijriyah.

Hal ini dipertegas oleh Arnold yang mengemukakan


pendapatnya bahwa, para pedagang Arab juga menyebarkan islam
ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad
awal Hijriyah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Asumsi bahwa para
pedagang Arab turut serta dalam penyebaran islam
mempertimbangkan fakta yang disebutkan sumber-sumber China,
bahwa menjelang akhir perempat abad ke-7 seorang pedagang Arab
menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir
Pantai Sumatera.

6
3. Teori Persia

Adapun yang mencetuskan teori ini adalah Hosein


Djajadiningrat yang berpendapat bahwa agama islam masuk ke
Nusantara dari Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13.
Selanjutnya, teori tersebut menitik beratkan tinjaunnya terhadap
kebudayaan dikalangan masyarakat islam di Indonesia, serta yang
dirasakan memiliki banyak persamaan dengan kebudayaan Persia.

Hal ini dipertegas oleh Morgan yang menjelaskan bahwa


terdapat kesamaan masyarakat islam Indonesia dengan Persia.
Diantaranya adalah :

a. Peringatan 10 Muharam atau Asyura sebagai hari peringatan


Syi’ah atas syahidnya Husein.

b. Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan


ajaran Sufi Iran al-Hajjaj.

c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf


Arab.

d. Nisan pada makam Malik Saleh dan Malik Ibrahim di Gresik


dipesan dari Gujarat.

e. Pengakuan umat islam Indonesia terhadap madzhab Syafi’i


sebagai madzhab utama di daerah Malabar.5

C. PEMBAWA AJARAN ISLAM DI NUSANTARA

Pengaruh kehadiran agama islam mulai tampak pada abad ke-13 –


15 M setelah berdirinya dua kerajaan besar Islam Samudra Pasai (1270-
1524) dan Malaka (1400-1511), serta hadirnya para sufi pengembara dan
guru-guru agama yang tampil sebagai pendakwah ulung. Kehadiran agama
ini pada-abad tersebut, terlebih pada abad-abad berikutnya, ternyata
memberi dampak besar dan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan

5
Ahmad Fakhri Hutauruk, Sejarah Indonesia Masuknya Islam Hingga Kolonialisme,
Yayasan Kita Menulis, 2020
7
besar dan mendasar dalam kehidupan bangsa Melayu. Perubahan tersebut
tidak hanya berlaku dalam sistem kepercayaan dan peribadatan, tetapi juga
dalam tatanan sosial, sistem pemerintahan dan kehidupan intelektual. 
Tumbuh pesatnya jumlah penganut agama ini di kepulauan Melayu dan
berrdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang awal itu memungkinkan lembaga-
lembaga pendidikan Islam tersebar luas. Dengan begitu tradisi baca tulis dan
keterpelajaran berkembang luas diikuti oleh maraknya kegiatan penulisan
kitab-kitab keagamaan, keilmuan dan sastra.

Masuknya islam ke wilayah nusantara tidak dalam waktu yang


bersamaan. Disamping itu kondisi politik dan sosial budaya daerah-daerah
ketika didatangi islam juga berlainan. Pada waktu itu kerajaan-kerajaan di
nusantara mengalami masa kemunduran dan kelemahan. Kondisi inilah
yang dimanfaat kan oleh para pedagang muslim untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung
daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai
kerajaan yang bercorak islam yaitu kerajaan Samudra Pasai di Pesisir Timur
laut Aceh. Selanjutnya kerajaan ini berkembang dengan baik dalam bidang
politik maupun perdagangan. Dari sini islam kemudian menyebar hingga
daerah-daerah pesisir Sumatra Utara dan timur selat Malaka, yaitu Aceh
sampai Palembang.

Sementara itu, proses islamisasi di Jawa terjadi disekitar Majapahit


dan terutama di beberapa kota pelabuhan di Jawa. hal ini erat kaitannya
dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-
orang islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di
Samudra Pasai, Malaka, dan aceh. Diantara kerajaan-kerajaan di Jawa yang
muncul sebagai kerajaan islam adalah Demak.

Masuknya islam ke wilayah timur nusantara, khususnya Maluku,


tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbebtang pada pusat
lalu lintas pelayaran internasional Malaka, Jawa dan Maluku. Sejak abad ke-
14 M, islam datang ke Maluku yakni di Ternate yang kemudian di Banda,

8
Hitu, Makyan, dan Bacan. Penyebaran islam ke Maluku ini melalui
perdagangan, dakwah dan perkawinan.

Di Pulau Kalimantan islam masuk melalui pintu Timur. Kalimantan


Timur pertama kali diislamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tunggang
Parang. Kedua orang mubaligh ini datang ke Kutai (Kalimantan Timur)
setelah orang-orang Makasar memeluk islam. Proses islamisasi di sini dan
daerah sekitarnya diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575 M. 6

Di Sulawesi, bagian selatan, sejak abad ke-15 M sudah didatangi para


pedagang muslim dari Malaka, Jawa dan Sumatra. Pada abad ke-16 M
sudah mulai ada masyarakat muslim di Gowa. Proses islamisasi di Gowa
dilakukan dengan cara damai oleh Datuk Ri Bandang dan Datuk sulaeman.
Raja Gowa dan Talo secara resmi masuk islam pada tanggal 22 September
1605 M. Setelah itu kerajaan Gowa memerangi kerajaan-kerajaan Soppeng,
Wajo dan Bone sehingga ketiganya masuk islam.

D. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia

Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan


bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran
Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:

1. Saluran Perdagangan Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada


taraf permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan
kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16,
perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan
Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab,
Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia.
Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat
menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat
Indonesia dan pedagang.15 Dijelaskan di sini bahwa proses
islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi
6
https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/12/13/pjm6pn385-dari-mana-
dan-siapa-penyebar-utama-islam-di-nusantara

9
dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati 14
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Sezak Zaman Nabi Adam Hingga
Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 336. 15 Uka
Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 200 pesisir berusaha melepaskan
diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami
kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan
oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat
digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di
tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada
yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk
menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampunganperkampungan. Perkampungan golongan pedangan
Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.16

2. Saluran Perkawinan Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-


saluran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena ikatan
perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian
diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri
membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal
ini berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi
melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan
wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan
Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan
antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui
perkawinan inilah terlahir seorang muslim.17 Dari sudut ekonomi,
para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama
putri- 16 Ibid., hlm. 201. 17 Ibid., hlm. 202 putri bangsawan, tertarik
untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka
diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai
kerturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul
kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan
muslim.18

10
3. Saluran Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam
proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan
membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan
bukti-bukti yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-
18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di
Indonesia.20 Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam
kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya.
Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan
mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya
bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran
Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan
nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima.21 18
Badri Yatim, op.cit., hlm. 202. 19 Kata-kata tasawuf dalam bahasa
Arab tidak terdapat qiyas dan isytiqaq (ukuran dan pengembalian),
yang jelas bahwa kata-kata ini semacam laqab (julukan, sebutan,
gelar). Gelar ini diperuntukan bagi perorangan dengan istilah sufi,
dan bagi jamaah disebut sufiyah. Orang sudah mencapai derajat
(usaha ke arah) tasawuf disebut mutasawwif, sedangkan bagi jamaah
disebut mutasawwifah. (Athoullah Ahmad, Antara Ilmu Akhlak dan
Tasawuf, (Serang: Saudara, 1995), hlm. 109). 20 Kedatangan ahli
tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13 yaitu
masa perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan
India. Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah di Sumatra
dan Jawa yaitu abad ke-16 dan ke-17. (Uka Tjandrasasmita (Ed.),
op.cit., hlm. 218) 21 Busman Edyar, dkk (Ed), op.cit, hlm. 208
Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu
adalah Hamzah Fansuri di Aceh,22 Syeh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di
abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.23

11
4. Saluran Pendidikan Para ulama, guru-guru agama, raja berperan
besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam
melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para
santri.24 Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh
guru-guru agama, kyai-kyai,25 atau ulama-ulama. Mereka setelah
belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,26 setelah keluar
dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing
kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi
kyai yang 22 Hamzah Fansuri beserta muridnya yaitu Syamsuddin
as-samatrani, banyak menhasilkan karangan-karangan. Fansuri
menuliskan ajaran-ajarannya dalambentuk prosa dan syair dengan
bahsa arab dan Indonesia. Karangan-karangan Hamzah Fansuri
antara lain: Syarab al-asyikina, Asrar alArifina fi bayan ‘ilm-al suluk
wal tauhid; dalam bentuk syair yang terkenal: Rubba al-
Muhakkikina, Kashf al-Sirr al-Tajalli al-Subhani, Miftah al-Asrar,
Syair si burung Pingai, Syair Perahu, Syair Syidang fakir, Syair
dagang (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 221). 23 Ibid., hlm.
204. 24 Di pesantren ini para santri diajarkan berbagai kitab kuning.
Kitab kuning adalah sebutan untuk buku atau kitab tentang ajaran-
ajaran Islam atau tata bahasa Arab yang dipelajari di pondok
pesantren yang ditulis atau dikarang oleh para ulama pada abad
pertengahan dalam hurup Arab. Disebut kitab kuning karena
biasanya dicetak dalam kertas berwarna kuning yang dibawa dari
Timur Tengah. (lebih lanjut tentang pesantren dapat dilihat dari
buku: Lebih lanjut baca Zamachsyari Dhofier, Tradisi Pesantren
(Studi Tentang Pandangan Hidup Kya, (Jakarta: LP3S, 1982). 25
Kyai adalah sebutan atau gelar yang diberikan oleh masyarakat
kepada seseorang yang ahli agama Islam, yang biasanya memiliki
dan mengelola pondok pesantren. Lebih lanjut baca Karel A
Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1984). 26 Mengenai kitab-kitab klasik yang dipakai

12
di pesantren-pesantren di pulau Jawa telah disistematikakan dengan
cukup baik oleh beberapa orang sarjana Belanda yang telah banyak
meneliti tentang perkembangan pesantren dan tarekat di Indonesia
(lebih jauh mengenai studi ini lihat Martin Van Bruinessen, Kitab
Kuning: Pesantren dan Tarikat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia,
(Bandung: 1995, Mizan), hlm. 115. menyelenggarakan pesantren
lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal
pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih
jauh lagi.27

5. Saluran Kesenian Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni


bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra.
Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak,
Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung
Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya.28 Contoh
lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang,29 yang digemari
oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran
agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat
untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah
keagamaan Islam.30

6. Saluran Politik Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam


proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka
rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki
kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan
menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan
Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya
memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini. 31 27 Badri Yatim,
op.cit., hlm. 203. 28 Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 205 29
Dijelaskan di sini, bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling
mahir dalam mementaskan wayang. Beliau tidak pernah meminta
upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. (Badri Yatim, op.cit.,
13
hlm. 202) 30 Ibid., hlm. 203. 31 Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 206-207. C. Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kerajaan-
Kerajaan. 7

Kesimpulan

1. Masuknya islam di nusantara

7
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Deepublis,
2018, Hal 5-7.
14
Lahirnya agama islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Pada abad ke-7 M,
menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh
umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang
zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Teori masuknya islam di nusantara


-Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya
islam di Nusantara, dinamakan teori Gujarat, karena bertolak dari pandangan
yang menganggap bahwa islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat pada
abad ke-13 M dan pelakunya adalah pedagang India Muslim.
-Teori Makkah

Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis
PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis untuk tidak
mengatakan sebagai koreksi teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Dalam hal
ini Hamka menolak untuk pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Hamka menolak pendapat
itu karena kenyataannya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu
kekuatan politik islam, maka sudah tentu islam masuk jauh sebelumnya yakni
pada abad ke-7 M atau pada abad pertama Hijriyah.

-Teori Persia

Adapun yang mencetuskan teori ini adalah Hosein Djajadiningrat yang


berpendapat bahwa agama islam masuk ke Nusantara dari Persia singgah di
Gujarat pada abad ke-13. Selanjutnya, teori tersebut menitik beratkan
tinjaunnya terhadap kebudayaan dikalangan masyarakat islam di Indonesia,
serta yang dirasakan memiliki banyak persamaan dengan kebudayaan Persia.

3. Pembawa ajaran islam di nusantara


Masuknya islam ke wilayah timur nusantara, khususnya Maluku, tidak dapat
dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbebtang pada pusat lalu lintas pelayaran
internasional Malaka, Jawa dan Maluku. Sejak abad ke-14 M, islam datang ke

15
Maluku yakni di Ternate yang kemudian di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan.
Penyebaran islam ke Maluku ini melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.

4. Saluran dan cara-cara masuknya islam di Indonesia


-Perdagangan
-Perkawinan
-Tasawuf
-Pendidikan
-Kesenian
-Politik

DAFTAR PUSTAKA

16
Rofi,Sofyan, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Yogyakarta: 2018, Penerbit
Deepublis.

Hutauruk,Ahmad Fakhir, Sejarah Indonesia Masuknya Islam Hingga Kolonialisme,


malang: 2020, Yayasan Kita Menulis.

Nugraha,Muhammad Trisna,Sejarah Pendidikan Islam, Yogyakarta: 2019,pustaka


Diandra Kreatif

https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/12/13/pjm6pn385-dari-mana-
dan-siapa-penyebar-utama-islam-di-nusantara

17

Anda mungkin juga menyukai