Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Inti
pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah
kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih
ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian yang
terpenting dalam kalimat dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.
2) Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak yatim.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak yatim.
3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Saya suka akan budi pekerti mereka, saya suka akan sikap mereka.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin.
5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan
Kehematan di sini bahwa tidak selalu yang hemat kata-kata, yang pendek bentuknya,
pasti bersifat efektif. Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kalimat efektif harus memperhatikan kehematan
kata yang digunakan, sehingga tidak ada kata yang mubazir atau tidak terpakai. Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh: Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
Seharusnya: Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
Pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2007 Direktur PT Pelangi Renata Kanaratih Jaya yang
berbendera warna merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya perusahaan yang
memproduksi lampu neon.
Semua orang mengetahui bahwa Kamis adalah nama hari, jadi tidak perlu kita tulis hari.
Begitu pula pada ungkapan 25 Januari 2007 dan merah, kuning, dan hijau, lampu neon. Jadi,
sebelum kata-kata tersebut, tidak perlu didahului kata tanggal, warna, dan lampu. Pada kamis,
25 Januari 2007, Direktur PT. Pelangi Renalz Kanartih Jaya, yang berbendera merah, kuning,
dan hijau, meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi neon.
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh:
a) Dia hanya membawa badannya saja.
b) Sejak dari pagi ia termenung.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
a) Dia hanya membawa badannya.
b) Sejak pagi ia termenung.
4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Para tamu-tamu Para tamu
Beberapa orang-orang Beberapa orang
Para hadirin Hadirin
5. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Kecermatan sangat
diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat dengan penuh kehati-
hatian, sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda.
Contoh:
a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan
tinggi.
Kalimat itu bisa diubah menjadi:
Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Mahasiswa terkenal dari perguruan tinggi itu menerima hadiah.
b) Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat b) salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kepaduan (koherensi) adalah adanya hubungan yang padu
(koheren) antarunsur kalimat. Kepaduan antarunsur kalimat jelas sekali akan sangat berpengaruh
terhadap makna atau maksud sebuah kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat
efektif itu salah satunya harus memenuhi kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Sebuah kalimat
akan dikatakan padu apabila tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
Kalimat yang bertele-tele, biasanya sama sekali tidak dapat digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau ide yang tepat, padat, pendek, dan akurat. Misalnya, kalau dengan
kata “rapat” saja cukup jelas, kenapa harus dibuat bentuk “menyelenggarakan rapat” atau
“mengadakan rapat”. Demikian pula kalau dengan bentuk “menembak” saja cukup, kenapa harus
diungkapkan dengan bentuk “melemparkan peluru”.
7. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk
menyatakan sesuatu sesuai dengan logika. Kelogisan kalimat berhubungan dengan penalaran.
Kalimat yang logis itu berarti kalimat yang bernalar. Contoh:
a) Waktu dan tempat kami persilakan.
b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
c) Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.
Kalimat di atas tidak logis (tidak masuk akal). Supaya menjadi kalimat yang logis, kalimat
tersebut diperbaiki sebagai berikut.
a) Bapak Menteri kami persilakan.
b) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
c) Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.