Anda di halaman 1dari 6

Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat yang baik dan benar dapat memudahkan orang lain untuk memahaminya.
Kalimat yang baik haruslah mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa, pilihan kata (diksi), penalaran
dan keserasian. Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat.
Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan
bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi dan pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia
dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar apa
yang dibicarakan.
Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis kepada pembacanya. Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, dan enak
dibaca. Dari keseluruhan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa ketepatan informasi sebagai
syarat mutlak sebuah kalimat efektif. Agar pembaca tertarik pada apa yang disampaikan, maka
sebuah kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang dapat
menyampaikan gagasan atau pikiran secara tepat. Sebagai sarana komunikasi, setiap kalimat
terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan dan apa yang
diterima itu mungkin bersifat ide, gagasan, pesan, pengertian, atau informasi. Kalimat dikatakan
efektif jika mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hakikat kalimat efektif adalah apabila kita
akan membuat kalimat yang baik dan benar harus berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dan
kalimat tersebut mudah dipahami oleh orang lain.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
1. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek dengan predikat, antara
predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur
kalimat tadi. Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan. Kesatuan
gagasan berarti kalimat tersebut harus utuh dan mempunyai satu ide pokok. Jika kalimat itu utuh
dan terdapat satu ide pokok, maka kalimat tersebut telah memenuhi ciri sebagai kalimat yang
memiliki kesepadanan dan kesatuan gagasan.
Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:
1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat
suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi,
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a) Bagi semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Salah)
b) Semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Benar)

2) Tidak terdapat subjek yang ganda.


a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para guru.
Nur: Dalam menyusun laporan itu saya dibantu oleh para guru.
Kholish : Saya dibantu oleh para guru untuk menyusun laporan itu.
S P O Ket. Tujuan
Para guru membantu saya untuk menyusun laporan itu.
Ahmad: Dalam penyusunan laporan, saya dibantu oleh para guru.

b) Soal itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.


a) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para guru.
b) Soal itu bagi saya kurang jelas.

3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.


Contoh:
a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b) Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha. Sedangkan dia membeli sepeda motor Honda.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat. Perbaikan kalimat di atas dapat dilihat pada
kalimat di bawah ini.
a) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b) Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha, sedangkan dia membeli sepeda motor Honda.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor yamaha. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Honda.

4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.


Contoh:
a) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya sebagai berikut.


a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.Keparalelan
atau kesejajaran bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata
dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat. Hubungan tersebut harus jelas dan logis.
Kesejajaran membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan
bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama. Struktur gramatikal yanq g baik
bukan merupakan tujuan dalam komunikasi, tetapi sekadar merupakan suatu alat untuk
merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya.
Contoh:
a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Inti
pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah
kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih
ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian yang
terpenting dalam kalimat dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.
2) Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak yatim.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak yatim.
3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Saya suka akan budi pekerti mereka, saya suka akan sikap mereka.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin.
5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Kehematan
Kehematan di sini bahwa tidak selalu yang hemat kata-kata, yang pendek bentuknya,
pasti bersifat efektif. Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kalimat efektif harus memperhatikan kehematan
kata yang digunakan, sehingga tidak ada kata yang mubazir atau tidak terpakai. Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh: Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
Seharusnya: Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
Pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2007 Direktur PT Pelangi Renata Kanaratih Jaya yang
berbendera warna merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya perusahaan yang
memproduksi lampu neon.
Semua orang mengetahui bahwa Kamis adalah nama hari, jadi tidak perlu kita tulis hari.
Begitu pula pada ungkapan 25 Januari 2007 dan merah, kuning, dan hijau, lampu neon. Jadi,
sebelum kata-kata tersebut, tidak perlu didahului kata tanggal, warna, dan lampu. Pada kamis,
25 Januari 2007, Direktur PT. Pelangi Renalz Kanartih Jaya, yang berbendera merah, kuning,
dan hijau, meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi neon.
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh:
a) Dia hanya membawa badannya saja.
b) Sejak dari pagi ia termenung.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
a) Dia hanya membawa badannya.
b) Sejak pagi ia termenung.
4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Para tamu-tamu Para tamu
Beberapa orang-orang Beberapa orang
Para hadirin Hadirin

5. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Kecermatan sangat
diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat dengan penuh kehati-
hatian, sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda.
Contoh:
a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan
tinggi.
Kalimat itu bisa diubah menjadi:
Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Mahasiswa terkenal dari perguruan tinggi itu menerima hadiah.

b) Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat b) salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kepaduan (koherensi) adalah adanya hubungan yang padu
(koheren) antarunsur kalimat. Kepaduan antarunsur kalimat jelas sekali akan sangat berpengaruh
terhadap makna atau maksud sebuah kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat
efektif itu salah satunya harus memenuhi kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Sebuah kalimat
akan dikatakan padu apabila tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
Kalimat yang bertele-tele, biasanya sama sekali tidak dapat digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau ide yang tepat, padat, pendek, dan akurat. Misalnya, kalau dengan
kata “rapat” saja cukup jelas, kenapa harus dibuat bentuk “menyelenggarakan rapat” atau
“mengadakan rapat”. Demikian pula kalau dengan bentuk “menembak” saja cukup, kenapa harus
diungkapkan dengan bentuk “melemparkan peluru”.

7. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk
menyatakan sesuatu sesuai dengan logika. Kelogisan kalimat berhubungan dengan penalaran.
Kalimat yang logis itu berarti kalimat yang bernalar. Contoh:
a) Waktu dan tempat kami persilakan.
b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
c) Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.
Kalimat di atas tidak logis (tidak masuk akal). Supaya menjadi kalimat yang logis, kalimat
tersebut diperbaiki sebagai berikut.
a) Bapak Menteri kami persilakan.
b) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
c) Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai