1 Maret 2013 21
ABSTRACT
Saat ini terdapat beberapa teknologi oleh Rosita (2008) yang menyatakan bahwa
proses produksi bioetanol yang telah Rizhopus sp mampu memproduksi enzim
dikembangkan seperti proses hidrolisis dan kasar amiloglusidase dengan aktivitas 470,02
fermentasi secara bertahap, proses sakarifikasi U/ml dan enzim kasar α-amilase dengan
fermentasi secara simultan dan proses aktivitas 385,14 U/ml. Selain mempunyai
hidrolisis ko-fermentasi (Taherzadeh dan kemampuan amilolitik, penggunaan ragi tape
Karimi, 2007). Arnata et al. (2009) dalam proses produksi juga mempunyai
melaporkan bahwa dengan penggunaan teknik keuntungan harganya murah dan mudah
ko-kultur Trichoderma viride, Aspergillus didapatkan, sehingga memungkinkan untuk
niger dan S. cerevisiae pada proses fermentasi diaplikasikan dimasyarakat.
tepung ubi kayu mampu menghasilkan Adanya potensi amilolitik dari ragi
konsentrasi bioetanol 7,41 % (b/v) atau tape memungkinkan dilakukan proses
meningkat 19,56 % jika dibandingkan dengan hidrolisis pati tanpa menggunakan enzim
proses fermentasi menggunakan monokultur amilolitik komersial khususnya
S. cerevisiae. Pada produksi dengan amiloglukosidase. Berkaitan dengan hal
menggunakan proses sakarifikasi fermentasi tersebut di atas, maka pengembangan teknik
simultan mampu menghasilkan bioetanol fermentasi secara ko-kultur dapat menjadi
dengan konsentrasi 5,32 %(b/v) (Bambang alternatif untuk memproduksi bioetanol
dan Arnata, 2010) dengan harapan dapat meningkatkan
Untuk produksi bioetanol berbahan konsentrasi etanol yang dihasilkan jika
baku pati, penggunaan amilolitik yeast yang dibandingkan dengan penggunaan teknik
mampu memproduksi enzim-enzim hidrolase fermentasi monokultur. Dengan teknik ko-
dalam proses likuifikasi dan sakarifikasi kultur ragi tape dan S. cerevisiae, mikroba-
larutan pati untuk menghasilkan glukosa mikroba amilolitik yang terdapat pada ragi
secara langsung memberikan salah satu tape terlebih dahulu akan menghidrolisis pati
alternatif produksi yang lebih murah jika menjadi glukosa dan glukosa yang terbentuk
dibandingkan dengan penggunaan enzim- selanjutnya akan dimanfaatkan oleh S.
enzim amilolitik komersial yang harganya cerevisiae untuk menghasilkan bioetanol.
sangat mahal. Ragi tape dapat menjadi Dengan kata lain, kondisi yang diharapkan
alternatif starter amilolitik yang dapat dengan teknik ko-kultur ini adalah adanya
dipergunakan dalam proses hidrolisis dan sinergisme antara konsorsium mikroba ragi
fermentasi untuk produksi bioetanol. tape dengan S. cerevisiae dalam
Ragi tape merupakan kultur starter menghidrolisis dan memfermentasi. Dengan
kering yang terbuat dari campuran tepung adanya harapan terjadinya sinergisme ini,
beras, ramuan bumbu, air dan ekstrak gula maka permasalahan yang muncul adalah
tebu (Merican dan Queeland, 2004). Di bagaimana teknik kokultur (waktu
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam pencampuran) yang tepat antara ragi tape
secara tradisional ragi tape sering dengan S. cerevisiae sehingga pati yang
dipergunakan dalam proses fermentasi dipergunakan sebagai substrat pada tahap
pembuatan tape ubi, beras atau ketan (Kofli awal bisa terhidrolisis secara optimal,
dan Dayaon, 2010). Ragi tape merupakan selanjutnya.
kultur kering yang terdiri dari konsorsium Waktu pencampuran merupakan
mikroba berupa yeast atau khamir, kapang salah satu faktor kritis yang mempengaruhi
(Mucor, Rhizopus dan Amylomyces) dan sinergisme konsorsium mikroba dalam teknik
bakteri dengan jenis cocci (Kofli dan Dayaon, ko-kultur. Faktor tersebut berpengaruh
2010). Merican dan Queeland (2004), langsung terhadap laju hidrolisis dan
melaporkan bahwa ragi tape mengandung pertumbuhan mikroorganisme. Laju hidrolisis
sekitar 8x107 sel/g – 3x108 sel/g kapang, akan berpengaruh terhadap konsentrasi
3x106 - 3x107sel/g yeast dan 103 sel/g bakteri. substrat (glukosa) yang dihasilkan oleh ragi
Kapang yang terdapat pada ragi tape tape, selanjutnya konsentrasi substrat akan
merupakan jenis kapang yang diketahui mempengaruhi biosintesis glukosa menjadi
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan etanol oleh S. cerevisiae. Konsentrasi substrat
enzim-enzim amilolitik, seperti dilaporkan yang terlalu tinggi dapat menjadi faktor
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 23
penghambat kinerja enzim-enzim hidrolitik, dengan ragi tape untuk 1 hari pertama dan
penghambat pertumbuhan ragi dan bahkan diikuti dengan penambahan S. cerevisiae
dapat menyebabkan inaktifnya sel ragi. untuk 2 hari berikutnya, (P7) substrat
Sebaliknya, konsentrasi yang terlalu rendah difermentasi dengan ragi tape untuk 2 hari
menjadi faktor pembatas yang menyebabkan pertama dan diikuti dengan penambahan S.
sel ragi kekurangan substrat untuk cerevisiae untuk 1 hari berikutnya. Dari
metabolisme pertumbuhan sel. Jika faktor perlakuan ini kemudian dilakukan
diatas dapat dikendalikan, maka akan dapat pengulangan 2 kali sehingga terdapat empat
meningkatkan produk yang dihasilkan. Tujuan belas (14) unit percobaan.
penelitian ini adalah mendapatkan alternatif
teknologi bioproses pembuatan bioetanol dari Tahapan Penelitian
ubi kayu dengan menggunakan teknik ko- 1. Persiapan substrat
kultur ragi tape dan S. cerevisiae yang Ubi kayu dikupas dan dicuci sampai
menghasilkan konsentrasi etanol yang lebih bersih kemudian diparut. Parutan ubi kayu
tinggi dibandingkan dengan proses produksi kemudian dihidrolisis secara enzimatis.
tanpa ko-kultur. Suspensi ubi kayu dibuat dengan konsentrasi
30 % (b/v), pH diatur sampai 6,5 dengan
METODE PENELITIAN menggunakan NaOH 1N. Enzim α-amilase
Bahan dan Alat (Thermamyl, NOVO) ditambahkan 1,2 ml/kg
Bahan yang diperguanakan adalah pati (150 Unit/mg protein). Larutan
ubi kayu, ragi tape (diperoleh di pasar dipanaskan pada suhu 90-100 oC selama 1
komersial), Saccharomyces cerevisiae ATCC jam. Selanjutnya hasil proses likuifikasi
9763 (Laboratorium mikrobiologi IPB). dianalisis konsentrasi gula reduksi dan total
Enzim yang dipergunakan dalam penelitian gulanya.
ini adalah enzim α-amilase (Novozyme, 2. Persiapan kultur ragi tape dan
Sigma) Bahan-bahan untuk propagasi Saccharomyces cerevisiae
mikroorganisme meliputi yeast ekstrak , malt, Ragi tape dan isolat S. cerevisiae
pepton, NPK dan (NH4)2SO4. Bahan kimia dengan konsentrasi masing-masing 5 %
yang dipergunakan adalah HCl, NaOH, ditumbuhkan pada media yang terdiri dari
glukosa standar, H2SO4, asam 3,5- glukosa 10 g/l, yeast ekstrak 1 g/l, KH2PO4
dinitrosalisilat (DNS), Na-K Tatrat, fenol, Na- 0,1 g/l, MgSO4. 7H2O 0,1 g/l dan (NH4)2SO4
Metabisulfit, asam sitrat dan akuades. Alat- 0,1 g/l, di dalam erlenmeyer 200 ml. Inkubasi
alat yang dipergunakan adalah water bath, dilakukan pada shacker berkecepatan 125
pipet mikro, spektrofotometer, kromatografi rpm dengan suhu 30°C selama 24 jam
gas (GC), destilator, timbangan analitik dan sebelum diinokulasikan.
alat-alat gelas. 3. Proses fermentasi
Proses fermentasi menggunakan
Rancangan Percobaan sistem batch pada gelas erlenmeyer 500 ml
Penelitian ini dirancang dengan dengan volume substrat 250 ml. Erlenmeyer
menggunakan 7 taraf perlakuan teknik ko- yang telah diisi substrat terlebih dahulu
kultur yaitu (P1) substrat difermentasi disterilisasi pada suhu 121 oC tekanan 1 atm
dengan kultur tunggal S. cerevisiae selama 3 selama 15 menit, setelah sterilisasi suhu
hari, (P2) substrat difermentasi dengan kultur diturunkan sampai 30 oC kemudian
ragi tape selama 3 hari, (P3) substrat diinokulasi dengan inokulum sesuai perlakuan
difermentasi dengan kultur ragi tape dan S. dalam rancangan percobaan. Jumlah inokulum
cerevisiae yang ditambahkan secara simultan yang ditambahkan kedalam substrat baik
selam 3 hari, (P4) substrat difermentasi untuk ragi tape dan S. cerevisiae masing-
dengan S. cerevisiae untuk 1 hari pertama dan masing 5 % (v/v) dan proses fermentasi
diikuti dengan penambahan ragi tape untuk 2 dilakukan pada suhu ruang dengan pemberian
hari berikutnya, (P5) substrat difermentasi agitasi 125 rpm. Bagan alir proses penelitian
dengan S. cerevisiae untuk 2 hari pertama dan disajikan pada Gambar 1.
diikuti dengan penambahan ragi tape untuk 1
hari berikutnya, (P6) substrat difermentasi
24 Rekayasa Bioproses...(Arnata, dkk)
Feed and Industry. CRC Press, Inc, Indigeneous Fermented Foods, pp. 247-
Florida. 270. Marcel Dekker Inc., New York
Bambang A. H., I W. Arnata. 2010. Upaya Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1992.
meningkatkan Produksi Bioetanol dari Enzim dalam Industri Pangan. PAU-
Ubi Jalar (Ipomea batatas L) Melalui Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Proses Likuifikasi dan Nurdyastuti I. 2005. Teknologi Proses
Sakarifikasi Fermentasi Simultan Produksi Bio-Ethanol. Prospek
(SFS). Laporan Penelitian Hibah Pengembangan Bio-Fuel Sebagai
Unggulan Udayana. Subsitusi Bahan Bakar Minyak.
Budiyanto A, Martosuyono P, Richana N. Oura E. 1983. Reaction Product of Yeast
2005. Optimasi Proses Produksi Fermentations. Di dalam H. Dellweg
Tepung Kasava Dari Pati Ubi Kayu (ed.). Biotechnology Volume III.
Skala Laboratorium. Buletin Balai Academic Press, New York.
Besar Pascapanen, 1-16. Pelezar M, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar
Boyles D. 1984. Bio-Energy, Mikrobiologi. Terjemahan R S
Thermodynamics and Cost. Ellis Hadioetomo, T Imas, S S Tjitrosomo,
Horwood Limited, West Sussex. S L Angka. UI-Press, Jakarta.
Campbell IM. 1983. Biomass, Catalyst and Prescott JM, Dunn CG. 1981. Industrial
Liquid Fuels. Technomic Publishing Microbiology. McGraw-Hill Book Co.
Co. Inc, Pensylvania. Ltd., New York.
Depatermen Energi dan Sumberdaya Mineral. Ratledge C. 1991. Yeast Physiology-Micro-
2007. Target dan Tahapan Penggunaan Synopsis. J Bioprocess Engineering
Biofuel di Indonesia. Dalam: Agro 6:195-203.
Observer “ Agribusiness Review and Rodmui A, Jirasak K, Yuwapin D. 2008.
Reference. No. 5 Optimization of Agitation Conditions
Departemen Pertanian. 2008. Statistik for Maximum Ethanol Production by
Tanaman Pangan (Ubi Kayu). www. Coculture. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 42 :
Deptan.go.id. [27 Februari 2009]. 285 – 293
Djien K. S. 1972. Tape Fermentation. Applied Rudolf A, malek A, Guido Z, Gunnar L. 2005.
Microbiol., 23:976-978. A Comparisson Between Batch And
Hambali E, Mudjadlipah S, Tambunan AH, Fed Bacth Simultaneous
Pattiwiri AW, Hendroko R. 2007. Saccharification And Fermentation Of
Teknologi Bioenergi. Agromedia Steam Pretreated Spruce. J. Enzyme
Pustaka, Jakarta. and Microbial Technology 37 : 195-
Harrison JS, Graham JGJ. 1970. Yeast in 204.
Destilery Practice. Academic Press, Rosita. 2008. Produksi Etanol dari Onggok
New York. Menggunakan Ekstrak Kasar Enzim
Kay DE. 1979. Root Crops. The Tropical Alfa amilase, Glukoamilase dan
Product Institute, London. Saccharomyces cerevisiae. Tesis.
Kunkee K D, C J Mardon. 1970. Yeast Wine Program Studi Magister Bioteknologi
Making. Academic Press, London. SITH.
Kofli N T, Dayaon S H M. 2010. Syarief R, Irawati A. 1988. Pengetahuan
Identification Of Microorganism From Bahan untuk Industri Pertanian.
Ragi For Bioethanol Production by API Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Kit. J. Applied Science 10 (21):2751- Taherzadeh MJ, Karimi K. 2007. Enzyme-
2753. Based Hydrolysis Process for Ethanol
Merican Z, Queeland Y. 2004. Tapi from Lignocellulosic Material. Review:
Processing In Malaysia: A Technology J BioResources 2 (4) : 707-738.
In Transition. Industrialization Of Waluyo L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
Press, Malang.