Anda di halaman 1dari 8

AGROINTEK Volume 7, No.

1 Maret 2013 21

REKAYASA BIOPROSES PRODUKSI BIOETANOL DARI UBI KAYU


DENGAN TEKNIK KO-KULTUR RAGI TAPE DAN SACCHAROMYCES
CEREVISIAE

I Wayan Arnata; A.A.M. Dewi Anggreni


PS. Teknologi Industri Pertanian, FTP Unud
Email yan_kadir@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to get an alternative bioprocess technology of bioethanol


production from cassava using the technique of co-cultured “tape” yeast and Saccharomyces
cerevisiae. The study was designed with a completely randomized design experiment using 7
level of co-culture techniques. All treatment was repeated 2 times. The parameters measured
were the final pH, percentage of substrate consumption, ethanol concentration and fermentation
efficiency. Using coculture technique in the process of fermentation to produce
bioethanol gives better results than the use of a single culture or pure culture of “tape”
yeast and S. cerevisiae. Coculture technique that gives the best results is the treatment
of fermentation process by giving the “tape” yeast to the first day and followed by
giving culture S. cerevisiae for the next two days. This treatment has a final pH 4:05,
the percentage substrate or glucose consumption of 82.92%, the concentration ethanol
of 11.0% (w/v) and the fermentation efficiency of 52.94%.
Keywords: Bioethanol, cassava, co-culture, “tape” yeast, Saccharomyces cerevisiae

PENDAHULUAN α-amilase untuk mengubah pati ubikayu


Berbagai jenis sumber bahan baku menjadi dekstrin. Proses ini memerlukan
bioetanol terdapat di Indonesia, seperti ubi waktu 1 jam pada suhu 100oC. Setelah proses
kayu, sagu, ubi jalar dan tetes tebu. Ubi kayu likuifikasi diperlukan proses sakarifikasi
sebagai bahan baku bioetanol mempunyai menggunakan enzim amiloglukosidase untuk
kelebihan yaitu dapat tumbuh pada lahan yang mengubah dekstrin menjadi glukosa. Proses
kurang subur, mempunyai daya tahan tinggi ini memakan waktu 3 hari pada suhu 55-60oC.
terhadap penyakit dan dapat diatur masa Setelah terbentuk glukosa, dilanjutkan dengan
panennya. Perkembangan produksi ubi kayu proses fermentasi menggunakan S. cerevisiae
di Indonesia mengalami peningkatan sekitar untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol.
23 % (16 ton menjadi 20 ton) dari tahun 2000 Proses ini memerlukan waktu 3 sampai 4 hari
- 2008 (Deptan, 2008). (Budiyanto et al., 2005). Jadi dengan
Proses produksi bioetanol dapat menggunakan kultur tunggal untuk
dilakukan melalui konversi bahan baku memproduksi bioetanol akan memerlukan
dengan memanfaatkan mikroba yang sesuai. waktu sekitar 7 hari. Lamanya waktu proses
Selama ini mikroba yang dipergunakan dalam produksi juga disebabkan oleh ketidak
proses fermentasi umumnya adalah kultur mampuan dari S. cerevisiae untuk
tunggal (monokultur) Saccharomyces menghasilkan enzim-enzim hidrolase yang
cerevisiae. Penggunaan kultur tunggal S. memecah pati menjadi glukosa, sehingga
cerevisiae memiliki kelemahan dalam hal secara umum akan memerlukan enzim-enzim
waktu proses yang lebih lama, karena sebelum komersial penghidrolisis pati. Kondisi ini juga
proses fermentasi diperlukan proses hidrolisis berakibat pada mahalnya proses produksi
pati dengan menggunakan enzim-enzim karena enzim-enzim komersial sampai saat ini
hidrolase. Tahap hidrolisis pati diawali harganya sangat mahal.
dengan tahap likuifikasi menggunakan enzim
22 Rekayasa Bioproses...(Arnata, dkk)

Saat ini terdapat beberapa teknologi oleh Rosita (2008) yang menyatakan bahwa
proses produksi bioetanol yang telah Rizhopus sp mampu memproduksi enzim
dikembangkan seperti proses hidrolisis dan kasar amiloglusidase dengan aktivitas 470,02
fermentasi secara bertahap, proses sakarifikasi U/ml dan enzim kasar α-amilase dengan
fermentasi secara simultan dan proses aktivitas 385,14 U/ml. Selain mempunyai
hidrolisis ko-fermentasi (Taherzadeh dan kemampuan amilolitik, penggunaan ragi tape
Karimi, 2007). Arnata et al. (2009) dalam proses produksi juga mempunyai
melaporkan bahwa dengan penggunaan teknik keuntungan harganya murah dan mudah
ko-kultur Trichoderma viride, Aspergillus didapatkan, sehingga memungkinkan untuk
niger dan S. cerevisiae pada proses fermentasi diaplikasikan dimasyarakat.
tepung ubi kayu mampu menghasilkan Adanya potensi amilolitik dari ragi
konsentrasi bioetanol 7,41 % (b/v) atau tape memungkinkan dilakukan proses
meningkat 19,56 % jika dibandingkan dengan hidrolisis pati tanpa menggunakan enzim
proses fermentasi menggunakan monokultur amilolitik komersial khususnya
S. cerevisiae. Pada produksi dengan amiloglukosidase. Berkaitan dengan hal
menggunakan proses sakarifikasi fermentasi tersebut di atas, maka pengembangan teknik
simultan mampu menghasilkan bioetanol fermentasi secara ko-kultur dapat menjadi
dengan konsentrasi 5,32 %(b/v) (Bambang alternatif untuk memproduksi bioetanol
dan Arnata, 2010) dengan harapan dapat meningkatkan
Untuk produksi bioetanol berbahan konsentrasi etanol yang dihasilkan jika
baku pati, penggunaan amilolitik yeast yang dibandingkan dengan penggunaan teknik
mampu memproduksi enzim-enzim hidrolase fermentasi monokultur. Dengan teknik ko-
dalam proses likuifikasi dan sakarifikasi kultur ragi tape dan S. cerevisiae, mikroba-
larutan pati untuk menghasilkan glukosa mikroba amilolitik yang terdapat pada ragi
secara langsung memberikan salah satu tape terlebih dahulu akan menghidrolisis pati
alternatif produksi yang lebih murah jika menjadi glukosa dan glukosa yang terbentuk
dibandingkan dengan penggunaan enzim- selanjutnya akan dimanfaatkan oleh S.
enzim amilolitik komersial yang harganya cerevisiae untuk menghasilkan bioetanol.
sangat mahal. Ragi tape dapat menjadi Dengan kata lain, kondisi yang diharapkan
alternatif starter amilolitik yang dapat dengan teknik ko-kultur ini adalah adanya
dipergunakan dalam proses hidrolisis dan sinergisme antara konsorsium mikroba ragi
fermentasi untuk produksi bioetanol. tape dengan S. cerevisiae dalam
Ragi tape merupakan kultur starter menghidrolisis dan memfermentasi. Dengan
kering yang terbuat dari campuran tepung adanya harapan terjadinya sinergisme ini,
beras, ramuan bumbu, air dan ekstrak gula maka permasalahan yang muncul adalah
tebu (Merican dan Queeland, 2004). Di bagaimana teknik kokultur (waktu
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam pencampuran) yang tepat antara ragi tape
secara tradisional ragi tape sering dengan S. cerevisiae sehingga pati yang
dipergunakan dalam proses fermentasi dipergunakan sebagai substrat pada tahap
pembuatan tape ubi, beras atau ketan (Kofli awal bisa terhidrolisis secara optimal,
dan Dayaon, 2010). Ragi tape merupakan selanjutnya.
kultur kering yang terdiri dari konsorsium Waktu pencampuran merupakan
mikroba berupa yeast atau khamir, kapang salah satu faktor kritis yang mempengaruhi
(Mucor, Rhizopus dan Amylomyces) dan sinergisme konsorsium mikroba dalam teknik
bakteri dengan jenis cocci (Kofli dan Dayaon, ko-kultur. Faktor tersebut berpengaruh
2010). Merican dan Queeland (2004), langsung terhadap laju hidrolisis dan
melaporkan bahwa ragi tape mengandung pertumbuhan mikroorganisme. Laju hidrolisis
sekitar 8x107 sel/g – 3x108 sel/g kapang, akan berpengaruh terhadap konsentrasi
3x106 - 3x107sel/g yeast dan 103 sel/g bakteri. substrat (glukosa) yang dihasilkan oleh ragi
Kapang yang terdapat pada ragi tape tape, selanjutnya konsentrasi substrat akan
merupakan jenis kapang yang diketahui mempengaruhi biosintesis glukosa menjadi
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan etanol oleh S. cerevisiae. Konsentrasi substrat
enzim-enzim amilolitik, seperti dilaporkan yang terlalu tinggi dapat menjadi faktor
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 23

penghambat kinerja enzim-enzim hidrolitik, dengan ragi tape untuk 1 hari pertama dan
penghambat pertumbuhan ragi dan bahkan diikuti dengan penambahan S. cerevisiae
dapat menyebabkan inaktifnya sel ragi. untuk 2 hari berikutnya, (P7) substrat
Sebaliknya, konsentrasi yang terlalu rendah difermentasi dengan ragi tape untuk 2 hari
menjadi faktor pembatas yang menyebabkan pertama dan diikuti dengan penambahan S.
sel ragi kekurangan substrat untuk cerevisiae untuk 1 hari berikutnya. Dari
metabolisme pertumbuhan sel. Jika faktor perlakuan ini kemudian dilakukan
diatas dapat dikendalikan, maka akan dapat pengulangan 2 kali sehingga terdapat empat
meningkatkan produk yang dihasilkan. Tujuan belas (14) unit percobaan.
penelitian ini adalah mendapatkan alternatif
teknologi bioproses pembuatan bioetanol dari Tahapan Penelitian
ubi kayu dengan menggunakan teknik ko- 1. Persiapan substrat
kultur ragi tape dan S. cerevisiae yang Ubi kayu dikupas dan dicuci sampai
menghasilkan konsentrasi etanol yang lebih bersih kemudian diparut. Parutan ubi kayu
tinggi dibandingkan dengan proses produksi kemudian dihidrolisis secara enzimatis.
tanpa ko-kultur. Suspensi ubi kayu dibuat dengan konsentrasi
30 % (b/v), pH diatur sampai 6,5 dengan
METODE PENELITIAN menggunakan NaOH 1N. Enzim α-amilase
Bahan dan Alat (Thermamyl, NOVO) ditambahkan 1,2 ml/kg
Bahan yang diperguanakan adalah pati (150 Unit/mg protein). Larutan
ubi kayu, ragi tape (diperoleh di pasar dipanaskan pada suhu 90-100 oC selama 1
komersial), Saccharomyces cerevisiae ATCC jam. Selanjutnya hasil proses likuifikasi
9763 (Laboratorium mikrobiologi IPB). dianalisis konsentrasi gula reduksi dan total
Enzim yang dipergunakan dalam penelitian gulanya.
ini adalah enzim α-amilase (Novozyme, 2. Persiapan kultur ragi tape dan
Sigma) Bahan-bahan untuk propagasi Saccharomyces cerevisiae
mikroorganisme meliputi yeast ekstrak , malt, Ragi tape dan isolat S. cerevisiae
pepton, NPK dan (NH4)2SO4. Bahan kimia dengan konsentrasi masing-masing 5 %
yang dipergunakan adalah HCl, NaOH, ditumbuhkan pada media yang terdiri dari
glukosa standar, H2SO4, asam 3,5- glukosa 10 g/l, yeast ekstrak 1 g/l, KH2PO4
dinitrosalisilat (DNS), Na-K Tatrat, fenol, Na- 0,1 g/l, MgSO4. 7H2O 0,1 g/l dan (NH4)2SO4
Metabisulfit, asam sitrat dan akuades. Alat- 0,1 g/l, di dalam erlenmeyer 200 ml. Inkubasi
alat yang dipergunakan adalah water bath, dilakukan pada shacker berkecepatan 125
pipet mikro, spektrofotometer, kromatografi rpm dengan suhu 30°C selama 24 jam
gas (GC), destilator, timbangan analitik dan sebelum diinokulasikan.
alat-alat gelas. 3. Proses fermentasi
Proses fermentasi menggunakan
Rancangan Percobaan sistem batch pada gelas erlenmeyer 500 ml
Penelitian ini dirancang dengan dengan volume substrat 250 ml. Erlenmeyer
menggunakan 7 taraf perlakuan teknik ko- yang telah diisi substrat terlebih dahulu
kultur yaitu (P1) substrat difermentasi disterilisasi pada suhu 121 oC tekanan 1 atm
dengan kultur tunggal S. cerevisiae selama 3 selama 15 menit, setelah sterilisasi suhu
hari, (P2) substrat difermentasi dengan kultur diturunkan sampai 30 oC kemudian
ragi tape selama 3 hari, (P3) substrat diinokulasi dengan inokulum sesuai perlakuan
difermentasi dengan kultur ragi tape dan S. dalam rancangan percobaan. Jumlah inokulum
cerevisiae yang ditambahkan secara simultan yang ditambahkan kedalam substrat baik
selam 3 hari, (P4) substrat difermentasi untuk ragi tape dan S. cerevisiae masing-
dengan S. cerevisiae untuk 1 hari pertama dan masing 5 % (v/v) dan proses fermentasi
diikuti dengan penambahan ragi tape untuk 2 dilakukan pada suhu ruang dengan pemberian
hari berikutnya, (P5) substrat difermentasi agitasi 125 rpm. Bagan alir proses penelitian
dengan S. cerevisiae untuk 2 hari pertama dan disajikan pada Gambar 1.
diikuti dengan penambahan ragi tape untuk 1
hari berikutnya, (P6) substrat difermentasi
24 Rekayasa Bioproses...(Arnata, dkk)

Gambar 1. Diagram alir penelitian

Parameter Yang Diamati


HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diamati sebagai
indikator kinerja proses produksi adalah pH Akhir Proses Fermentasi
perubahan pH selama proses fermentasi Dari hasil analisis keragaman
(pH-meter), perubahan konsentrasi total menunjukkan bahwa adanya perbedaan
perlakuan dalam teknik ko-kultur berpengaruh
gula substrat selama fermentasi (metode
nyata terhadap pH akhir proses fermentasi
Phenol H2SO4), konsentrasi etanol (gas (P<0,05). Selama proses fermentasi terjadi
chromatography) dan efisiensi fermentasi. penurunan ph awal substrat (5,0) pada seluruh
perlakuan. Penurunan pH tertinggi terjadi
Analisis Data pada perlakuan P2 yaitu pada proses
Pada akhir proses fermentasi fermentasi menggunakan kultur tunggal ragi
dilakukan pengambilan sampel untuk masing- tape dengan pH akhir 3.55±0.07 dan
masing perlakuan. Sampel kemudian perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan
dianalisis dan data yang diperoleh pada tahap yang lainnya. Penurunan ph awal terendah
fermentasi dianalisis rerata dan terjadi pada perlakuan P1 yaitu pada proses
keragamannya. Data dan hasil analisis fermentasi menggunakan kultur tunggal S.
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan cerevisiae dengan pH akhir 4,25±0.07 dan
grafik. Pemilihan perlakuan terbaik perlakuan ini berbeda dengan perlakuan P2.
didasarkan pada kadar etanol tertinggi yang Adanya perbedaan penurunan pH awal
dihasilkan dari alternative proses produksi. fermentasi menunjukkan bahwa selama proses
fermentasi, selain terbentuk senyawa alkohol
juga terbentuk senyawa-senyawa asam.
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 25

Terbentuknya senyawa asam dapat (P>0,05)


disebabkan oleh adanya oksigen dalam proses Perubahan Konsentrasi Total Gula
fermentasi, sehingga metabolisme mikroba Selama proses fermentasi juga
berlangsung secara aerob. Suasana aerob terjadi penurunan konsentrasi total gula awal.
sebenarnya tidak diharapkan dalam proses Penurunan konsentrasi total gula awal
pembentukan bioetanol, karena substrat tertinggi dihasilkan dari perlakukan P6 yaitu
berupa glukosa yang seharusnya dikonversi proses fermentasi menggunakan ragi tape
menjadi etanol akan dikonversi lebih lanjut pada hari pertama yang diikuti dengan
menjadi senyawa asam terutama asam-asam penambahan S. cerevisiae untuk dua hari
organik. Perubahan pH awal substrat selama berikutnya. Penurunan terjadi dari konsentrasi
proses fermentasi disajikan pada Tabel 1. 49,23±1,58%(b/v) menjadi 8,41±0.95%(b/v).
Ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
Tabel 1. pH akhir substrat dalam proses perlakuan P6, sekitar 82.92% substrat telah
fermentasi dikonsumsi oleh mikroba selama proses
pH Akhir Rerata Ph fermentasi. Penurunan konsentrasi total gula
Perlakuan
1 2 Akhir *) terendah dihasilkan dari perlakuan P1 yaitu
proses fermentasi menggunakan yang hanya
P1 4,3 4,2 4,25 a
menggunakan S. cerevisiae. Pada perlakuan
P2 3,6 3,5 3,55 b ini, penurunan konsentrasi total gula awal
P3 4,3 4 4,15 a terjadi dari 49,23±1,58%(b/v) menjadi
P4 4 4,3 4,15 a 16,63±1.19%(b/v) atau dapat dikatakan
P5 4,1 4 4,05 a sekitar 66,23% substrat telah dikonsumsi
selama proses fermentasi. Penurunan
P6 4,2 3,9 4,05 a konsentrasi total gula awal dan persentase
P7 4 3,9 3,95 a konsumsi substrat selama proses fermentasi
*) Huruf yang sama dibelakang nilai rerata disajikan pada Table2 dan Tabel 3.
menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata

Tabel 2. Perubahan konsentrasi total gula awal selama proses fermentasi


Konsentrasi awal Konsentrasi Akhir % (b/v) Rerata
Perlakuan
% (b/v) 1 2 Kons. akhir
P1 49,23 17,46 15,79 16,63
P2 49,23 10,76 12,77 11,76
P3 49,23 14,78 15,79 15,28
P4 49,23 11,09 9,41 10,25
P5 49,23 12,43 13,10 12,77
P6 49,23 9,08 7,74 8,41
P7 49,23 15,12 13,44 14,28

Tabel 3. Persentase konsumsi substrat selama proses fermentasi


Persentase Konsumsi substrat (%)
Perlakuan Rerata*)
1 2
P1 64,53 67,93 66,23 e
P2 78,15 74,06 76,11 bc
P3 69,98 67,93 68,95 de
P4 77,47 80,88 79,17 ab
P5 74,75 73,38 74,06 bcd
P6 81,56 84,28 82,92 a
P7 69,30 72,70 71,00 cde
26 Rekayasa Bioproses...(Arnata, dkk)

*) huruf yang sama dibelakang nilai rerata menunjukkan


perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Tabel 4. Konsentrasi etanol selama proses fermentasi


Konsentrasi etanol (% b/v)
Perlakuan Rerata*)
1 2
P1 4.91 3.48 4.20 c
P2 2.88 3.25 3.07 c
P3 10.27 10.42 10.34 ab
P4 11.13 8.26 9.69 ab
P5 10.13 9.16 9.65 ab
P6 12.27 9.73 11.00 a
P7 7.015 7.90 7.46 b
*) Huruf yang sama dibelakang nilai rerata menunjukkan
perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Tabel 5. Efisiensi Fermentasi selama proses fermentasi


Konsentrasi etanol (% b/v)
Perlakuan Rerata*)
1 2
P1 30.33 20.43 25.38 c
P2 14.69 17.48 16.08 c
P3 58.44 61.11 59.77 ab
P4 57.21 40.66 48.94 ab
P5 53.98 49.74 51.86 ab
P6 59.92 45.96 52.94 a
P7 40.32 43.28 41.80 b
*) Huruf yang sama dibelakang nilai rerata menunjukkan
perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Konsentrasi Etanol fermentasi dengan pemberian ragi tape untuk


Selama proses ferrmentasi terjadi satu hari pertama dan dilanjutkan dengan
proses biokonversi glukosa menjadi etanol. pemberian kultur S. cerevisiae untuk dua hari
Tinggi rendahnya konsentrasi etanol yang berikutnya. Perlakuan ini berbeda nyata
dihasilkan dalam proses fermentasi dengan perlakuan P1, P2 dan P7, namun tidak
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pH, berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4, dan
tinggi rendahnya konsentrasi glukosa sebagai P5. Perlakuan P1 dan P2 merupakan proses
substrat, konsentrasi kultur starter dan suhu fermentasi dengan menggunakan kultur
fermentasi. Pada penelitian ini dicoba tunggal, dan jika dibandingkan dengan proses
mengembangkan teknik ko-kultur dalam fermentasi menggunakan kultur campuran,
proses fermentasinya untuk menghasilkan terlihat bahwa penggunaan kultur campuran
etanol, dan dari hasil analisis menunjukkan baik yang dicampurkan secara simultan (P3)
bahwa adanya perbedaan perlakuan dalam maupun bertahap (P4, P5, P6, P7)
teknik ko-kultur berpengaruh sangat nyata memberikan hasil konsentrasi etanol yang
terhadap konsentrasi etanol yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan
(P<0.01). Konsentrasi etanol yang dihasilkan menggunakan kultur tunggal. Adanya
selama proses fermentasi disajikan pada Tabel konsentrasi perbedaan ini, menunjukkan
4. bahwa antara ragi tape dan S. cerevisiae
Dari Tabel 4 terlihat bahwa mampu bersinergi untuk menghasilkan etanol
konsentrasi etanol tertinggi 11,0 % (b/v) dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
dihasilkan dari perlakuan P6 yaitu perlakuan
AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 27

Senyawa asam-asam organik dapat berupa


asam asetat, laktat dan asam piruvat (Arnata,
Efisiensi Fermentasi 2009).
Efisiensi fermentasi merupakan
persentase konsentrasi etanol hasil produksi
terhadap konsentrasi etanol secara teoritis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Konsentrasi etanol teoritis merupakan
konsentrasi etanol yang diperoleh berdasarkan
Penggunaan teknik kokultur dalam
persamaan reaksi berikut:
proses fermentasi untuk memproduksi
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
bioetanol memberikan hasil yang lebih baik
Secara teoritis 100 % glukosa diubah menjadi
daripada penggunaan kultur tunggal ragi tape
51,1 % etanol dan 48,9 % menjadi CO2
maupun kultur musni S. cerevisiae. Teknik
(Rudolf et al., 2005). Dari hasil analisis
kokultur yang memberikan hasil terbaik
menunjukkan bahwa adanya perbedaan
adalah perlakuan proses fermentasi dengan
perlakuan dalam teknik ko kultur berpengaruh
pemberian ragi tape untuk satu hari pertama
sangat nyata terhadap efisiensi fermentasi
dan dilanjutkan dengan pemberian kultur S.
(P<0.01). Efisiensi fermentasi tertinggi
cerevisiae untuk dua hari berikutnya.
sebesar 52,94 % diperoleh dari perlakuan P6
Perlakuan ini mempunyai pH akhir 4.05,
yaitu perlakuan fermentasi dengan pemberian
persentase konsumsi substrat atau glukosa
ragi tape untuk satu hari pertama dan
sebesar 82,92 %, menghasilkan etanol dengan
dilanjutkan dengan pemberian kultur S.
konsentrasi 11,0 %(b/v) dan efisiensi
cerevisiae untuk dua hari berikutnya.
fermentasi 52,94%.
Perlakuan ini berbeda nyata dengan
perlakuan P1, P2 dan P7, namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4, dan
UCAPAN TERIMA KASIH
P5. Terima kasih kepada Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada
Adanya perbedaan antar perlakuan Masyarakat Universitas Udayana yang telah
ini menunjukkan bahwa secara umum dengan memberikan pendanaan terhadap penelitian
menggunakan teknik kultur campuran ragi ini melalui anggaran (DIPA) BLU
tape dan S. cerevisiae pada proses fermentasi Universitas Udayana dengan surat perjanjian
dapat meningkatkan efisiensi fermentasi jika pelaksanaan penelitian nomor :
dibandingkan dengan penggunaan kultur 25.27/un.14/lppm/kontrak/2012 tanggal: 16
tunggal baik dengan ragi tape maupun S. mei 2012
cerevisiae. Secara umum juga dapat dilihat
bahwa teknik pencampuran dalam ko-kultur
berpengaruh secara nyata terhadap efisiensi DAFTAR PUSTAKA
fermentasi. Ini terlihat dari adanya perbedaan Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari,
antara perlakuan P4, P5, P6 dengan perlakuan Sedarnawati dan S. Budiyanto, 1989.
P7. Efisiensi fermentasi selama proses Petunjuk Laboratorium Analisis
fermentasi disajikan pada Tabel 5. Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB,
Efisiensi fermentasi 52,94 % Bogor.
menunjukkan bahwa hanya 52,94% dari Arnata I W., Dwi S., Richana N. 2009.
glukosa yang dikonsumsi oleh kultur ragi tape Bioprocess Technology to Produce
dan S. cerevisiae dimanfaatkan untuk Bioethanol from Cassava by Co-
pembentukan etanol, sedangkan sisanya Culture Trichoderma viride,
47,06% dimanfaatkan untuk proses lain, Aspergillus niger and Saccharomyces
seperti untuk mempertahankan metabolisme cerevisiae. Prossiding. International
sel, untuk pembentukan biomassa atau asam Conferece on Biotechnology for
piruvat yang terbentuk pada proses glikolisis Sustainable Future
belum mampu sepenuhnya dirubah menjadi
etanol oleh S. cerevisiae, tetapi dapat Balagopalan C, Padmaja G, nanda SK,
membentuk senyawa-senyawa asam organik. Moorthy SN. 1988. Cassava in Food,
28 Rekayasa Bioproses...(Arnata, dkk)

Feed and Industry. CRC Press, Inc, Indigeneous Fermented Foods, pp. 247-
Florida. 270. Marcel Dekker Inc., New York
Bambang A. H., I W. Arnata. 2010. Upaya Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1992.
meningkatkan Produksi Bioetanol dari Enzim dalam Industri Pangan. PAU-
Ubi Jalar (Ipomea batatas L) Melalui Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Proses Likuifikasi dan Nurdyastuti I. 2005. Teknologi Proses
Sakarifikasi Fermentasi Simultan Produksi Bio-Ethanol. Prospek
(SFS). Laporan Penelitian Hibah Pengembangan Bio-Fuel Sebagai
Unggulan Udayana. Subsitusi Bahan Bakar Minyak.
Budiyanto A, Martosuyono P, Richana N. Oura E. 1983. Reaction Product of Yeast
2005. Optimasi Proses Produksi Fermentations. Di dalam H. Dellweg
Tepung Kasava Dari Pati Ubi Kayu (ed.). Biotechnology Volume III.
Skala Laboratorium. Buletin Balai Academic Press, New York.
Besar Pascapanen, 1-16. Pelezar M, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar
Boyles D. 1984. Bio-Energy, Mikrobiologi. Terjemahan R S
Thermodynamics and Cost. Ellis Hadioetomo, T Imas, S S Tjitrosomo,
Horwood Limited, West Sussex. S L Angka. UI-Press, Jakarta.
Campbell IM. 1983. Biomass, Catalyst and Prescott JM, Dunn CG. 1981. Industrial
Liquid Fuels. Technomic Publishing Microbiology. McGraw-Hill Book Co.
Co. Inc, Pensylvania. Ltd., New York.
Depatermen Energi dan Sumberdaya Mineral. Ratledge C. 1991. Yeast Physiology-Micro-
2007. Target dan Tahapan Penggunaan Synopsis. J Bioprocess Engineering
Biofuel di Indonesia. Dalam: Agro 6:195-203.
Observer “ Agribusiness Review and Rodmui A, Jirasak K, Yuwapin D. 2008.
Reference. No. 5 Optimization of Agitation Conditions
Departemen Pertanian. 2008. Statistik for Maximum Ethanol Production by
Tanaman Pangan (Ubi Kayu). www. Coculture. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 42 :
Deptan.go.id. [27 Februari 2009]. 285 – 293
Djien K. S. 1972. Tape Fermentation. Applied Rudolf A, malek A, Guido Z, Gunnar L. 2005.
Microbiol., 23:976-978. A Comparisson Between Batch And
Hambali E, Mudjadlipah S, Tambunan AH, Fed Bacth Simultaneous
Pattiwiri AW, Hendroko R. 2007. Saccharification And Fermentation Of
Teknologi Bioenergi. Agromedia Steam Pretreated Spruce. J. Enzyme
Pustaka, Jakarta. and Microbial Technology 37 : 195-
Harrison JS, Graham JGJ. 1970. Yeast in 204.
Destilery Practice. Academic Press, Rosita. 2008. Produksi Etanol dari Onggok
New York. Menggunakan Ekstrak Kasar Enzim
Kay DE. 1979. Root Crops. The Tropical Alfa amilase, Glukoamilase dan
Product Institute, London. Saccharomyces cerevisiae. Tesis.
Kunkee K D, C J Mardon. 1970. Yeast Wine Program Studi Magister Bioteknologi
Making. Academic Press, London. SITH.
Kofli N T, Dayaon S H M. 2010. Syarief R, Irawati A. 1988. Pengetahuan
Identification Of Microorganism From Bahan untuk Industri Pertanian.
Ragi For Bioethanol Production by API Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Kit. J. Applied Science 10 (21):2751- Taherzadeh MJ, Karimi K. 2007. Enzyme-
2753. Based Hydrolysis Process for Ethanol
Merican Z, Queeland Y. 2004. Tapi from Lignocellulosic Material. Review:
Processing In Malaysia: A Technology J BioResources 2 (4) : 707-738.
In Transition. Industrialization Of Waluyo L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai