Anda di halaman 1dari 2

Kasus 1

No. 1

Prosedur pengambilan swab paling ideal dalam satu ruangan terisolasi untuk satu pasien, yang
paling baik adalah ruang isolasi dengan tekanan negative
Proteksi diri menggunakan alat pelindung diri minimal masker (N95), gaun, sarung tangan, dan
kacamata pelindung
Pengambilan dan penempatan sampel:
1 Kombinasi swab nasofaring dan orofaring dalam satu pot medium transport
2 Sampel perlu diberikan label berisi identitas nama, tanggal lahir dan jenis sampel
3 Gunakan formulir khusus COVID-19, 1 formulir untuk 1 sampel

No. 2

1 Pasien diminta untuk membuang ingus terlebih dahulu, bila secret terlalu berlebihan
2 Evaluasi sisi rongga hidung yang lebih lapang dengan menggunakan lampu kepala
3 Arahkan kepala pasien sedikit mendongak
4 Masukkan swab menyusuri dasar rongga hidung hingga nasofaring (terasa ada tahanan)
5 Swab diputar dengan perlahan sekitar 10 detik di nasofaring
6 Swab dikeluarkan dan dimasukkan ke media

No. 3

1 Pasien diminta membuka mulut dengan lidah tetap di dalam


2 Arahkan lampu kepala untuk visualisasi yang baik
3 Masukkan spatula lidah untuk menekan bagian 2/3 anterior lidah, hingga pilar anterior dan dinding
faring posterior terlihat jelas
4 Swab diusapkan ke pilar anterior kanan-kiri dan dinding faring posterior
5 Swab dikeluarkan dan dimasukkan ke media

No. 4

Pada triase dokter menggunakan APD Level 1

1 Penutup kepala
2 Masker bedah
3 Baju scrub/pakaian jaga
4 Sarung tangan lateks
5 Pelindung wajah
6 Pelindung kaki

No. 5

Pasien pertama, seorang wanita 23 tahun datang dengan keluhan utama diare sejak 2 hari. Terdapat
mual dan muntah 2x hari ini. Pasien tidak mengalami demam, tidak sesak napas, tidak batuk, tidak
ada gangguan penghidu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi
nadi 92 kali per menit reguler, suhu 36,5 derajat Celsius, frekuensi pernapasan 16 kali per menit.
Saturasi 99 persen tanpa suplementasi oksigen. Pada pemeriksaan fisis abdomen didapatkan bising
usus meningkat dan pemeriksaan fisis lainnya dalam batas normal, pasien tersebut masuk dalam
Tiase Kuning karena terdapat muntah dan ongoing diare dan bisa di arahkan ke clinical treatment
area

Pasien kedua, seorang pria 50 tahun datang dengan sesak napas sejak 6 jam sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluh batuk, dan demam. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan dar
170/90 mmHg, frekuensi nadi 112 kali pe menit reguler, suhu 38 derajat Celsius, frekuensi
pernapasan 32 kali per menit. Saturasi 92 persen tanpa suplementasi oksigen. Pada pemeriksaan
fisis paru didapatkan ronki basah kasar bilateral. Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal, pasien
masuk dalam dalam algoritma penanganan pasien dengan ISPA karena terdapat demam 38 derajat
celcius, sesak napas dalam onset 14 hari namun saturasi masih baik bisa dilakuakn isolasi dan
monitoring di rumah sakit

No. 6

pasien diatas masuk dalam pasien dengan gejala sedang jadi tidak diberi terapi steroid hanya diberi
terapi vitamin C, vitamin D, antivirus, antikoagulan LMWH/UFH, pengobatan simptomatik dan
pengobatan komorbid

No. 7

Bisa diberikan salah satu antivirus ini :

- Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600
mg (hari ke 2-5)

-Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

No. 8

Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP, ISTH merekomendasikan pemeriksaan D


dimer, masa prothrombin (prothrombin time/PT) dan hitung trombosit pada semua pasien dengan
infeksi COVID-19.

Pada setiap pasien COVID-19 sedang hingga berat yang dirawat di rumah sakit direkomendasikan
untuk diberikan antikoagulan profilaksis, jika tidak terdapat kontraindikasi antikoagulan (misalnya
perdarahan aktif atau trombositopenia berat). Penilaian risiko perdarahan juga dapat menggunakan
skor IMPROVE. Sebelum memberikan antikoagulan harus dievaluasi kelainan sistem/organ dan
komorbiditas untuk menilai risiko terjadinya perdarahan maupun jenisnya.

Anda mungkin juga menyukai