Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ Hudud; Had Zina “

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Ahkam
Dosen Pengampu: Dr. H. Fuad Thohari, M.A.

Disusun Oleh :
Haikal Basri (11200480000001)
Daffa Rafliansyah (11200480000003)
Muhammad Gibran Haekal (11200480000066)
Muhammad Burhanudin (11200480000113)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2021 / 1443 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmat dan pertolongan sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa selawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran Islam sehingga agama islam
sekarang mengalami perkembangan yang pesat menuju kemajuan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hadist Ahkam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memperluas
wawasan kami mengenai Hudud; Had Zina.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Fuad Thohari, MA,
selaku dosen mata kuliah Hadist Ahkam yang telah memberikan bimbingan Dalam
Penulisan Makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami membuka pintu seluas-luasnya bagi saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para
pembaca dan menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Aamiin...

Jakarta, 09 September 2021

Penulis

Kelompok 3

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
2.1. Pengertian Hudud ............................................................................ 2
2.2. Haram Memberikan Abolisi ............................................................ 3
2.3. Kategori Hudud Dalam Islam.......................................................... 3
2.4. Pengertian Had Zina ........................................................................ 5
BAB III ....................................................................................................... 10
KESIMPULAN .......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam adalah agama berdasarkan pada firman Allah yang termaktub
dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad saw. Setiap Muslim wajib
hukumnya bertingkah laku sesuai dengan ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan
Sunnah. Prinsip-prinsip dalam Al-Quran dan Sunnah berkaitan dengan
kepentingan umat manusia. Salah satu kepentingan manusia yang harus
memperoleh perhatian adalah terjaminnya hak-hak manusia yang berkaitan dengan
harta dan kehormatan
Menurut istilah hudud ialah pidana yang diancamkan hukuman had, yaitu
hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak Tuhan.
Kata Hudud dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak 14 kali. Oleh sebab itu, Hudud
sebagai salah satu tema pokok dalam al-Qur’an perlu untuk dikaji secara mendalam
agar memperoleh gambaran makna yang lebih Jelas. Salah satu kategori dalam
Hudud ialah Zina .Pengertian zina secara umum adalah persetubuhan pria-wanita
tanpa ikatan perkawinan yang sah. Dari norma kesusilaan perbuatan ini sangat
tercela dalam pandangan masyarakat. Sedangkan dari segi agama perbuatan ini
merupakan dosa. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui pengertian
tentang zina agar kita terhindar dari perbuatan yang menjijikan tersebut

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
suatu masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian hudud dan bagaimana klasifikasinya?


2. Apa pengertian dari zina dan dampaknya?
3. Bagaimana macam jarimah zina dan hukumannya?
4. Bagaimana pandangan hukum positif terhadap zina?

Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hudud


Dalam bahasa Arab istilah hudud adalah bentuk jamak dari
kata had yang berarti batasan atau menentukan batas dan menentukan limit.
Menurut istilah hudud ialah pidana yang diancamkan hukuman had, yaitu
hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak
Tuhan.
Ulama lain meletakkan hudud secara terminologi berarti; sanksi yang
kadarnya ditetapkan Allah Swt 1 Demi menciptakan kemaslahatan masyarakat.
Menciptakan kemaslahatan merupakan tujuan utama dari hudud yang
ketentuannya menjadi hak prerogative Allah Swt. Dengan demikian,
pelanggaran terhadap hukuman yang masuk wilayah hudud, sanksinya tidak
bisa digugurkan perorangan maupun kelompok masyarakat. Hukuman hudud
adalah sanksi yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah Swt. dalam Alquran
dan Hadis. Hukuman hudud merupakan hak Allah yang tidak boleh ditukar
atau diubah atau dipindahkan atau dimaafkan siapa pun di dunia ini. Mereka
yang melanggar ketetapan hukum yang telah ditentukan Allah dan rasul-Nya,
termasuk dalam golongan orang yang zalim
Dari pengertian hudud tersebut, maka hukuman tersebut tidak
mempunyai batas terendah atau batas tertinggi. Pengertian hak Tuhan ialah
bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan baik oleh perseorangan (yang
menjadi korban), ataupun oleh masyarakat yang diwakili oleh negara.
Hukuman pada hudud yang termasuk hak Tuhan ialah setiap hukuman
yang dikehendaki oleh kepentingan umum (masyarakat), seperti untuk
memelihara ketentraman dan keamanan masyarakat, dan manfaat penjatuhan
hukuman tersebut akan dirasakan oleh keseluruhan masyarakat.

1
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2010), jilid ke7,
h. 34,

Page | 2
Dalil Al-Quran tentang Hudud dijelaskan dalam firman Allah dalam
surah Al-Baqarah (2:229) yang berbunyi:
ٰۤ َ
O َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم الظه ِل ُم ْون‬ ِ ‫ّٰللا فَ ََل ت َ ْعتَد ُْو َها َۚو َم ْن يَّتَعَ َّد ُحد ُْو َد ه‬
ُ ‫ّٰللا فا‬ ِ ‫… ِت ْلكَ ُحد ُْو ُد ه‬.
Artinya: " ...Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah,
mereka itulah orang-orang zalim."

2.2. Haram Memberikan Abolisi


Diharamkan bagi seseorang untuk memberikan abolisi atau
penghapusan kepada orang lain agar tidak mendapatkan hukuman, atau
diharamkan bagi sesorang berusaha menggagalkan salah satu hukuman Allah
Swt. Apabila dilakukan artinya sama dengan mengabaikan maslahat yang telah
ditetapkan, memicu terjadinya tindak kriminal, dan merupakan bentuk kerelaan
terhadap pembebasan hukuman yang seharusnya diterima pelaku kejahatan.
Larangan ini berlaku setelah perkara disampaikan kepada hakim. Pemberian
abolisi pada saat itu sama dengan mengabaikan tugas utama seorang hakim,
dan membuka pintu kegagalan hukuman.

2.3. Kategori Hudud Dalam Islam


Hudud ditetapkan Allah Swt. setidaknya untuk beberapa macam
kategori hukum, yaitu 2:
1. Tindakan yang dilarang pada waktu-waktu tertentu, misalnya larangan
melakukan hubungan suami istri pada saat i‘tikaf.

ُ‫عا ِكفُ ْو َۙنَ فِى ْال َمسٰ ِج ِد ۗ ِت ْْلَكَ ُُحد ُْوُد ُ ِهّٰللاِ فَ َاَل ت َ ْْق َرُب ُْوه َۗا َك ٰذلَِكَ يُبَيِن‬
َ ‫َو ََل تُبَا ِش ُر ْوه َُّن َوا َ ْنت ُ ْم‬
ِ َّ‫ِهّٰللاُ ٰا ٰيتِ ٖه ِلْلن‬
َ‫اس لَعَْلَّ ُه ْم يَتَّْقُ ْون‬

Artinya: Dan janganlah kalian menggaulinya (istri-istri, sedangkan kalian


sedang i‘tikaf di masjid. Itulah larangan Allah, janganlah kamu

2
Thohari, Fuad Hadis Ahkam. Yogyakarta: Deepublish. 2018. Hal 54-55

Page | 3
mendekatinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya agar mereka
bertakwa. (Q.S Al-Baqarah/2:187).

2. Batas hukum Allah di mana sesorang dilarang untuk melampaui batas.


Yang dimaksudkan di sini adalah segala sesuatu yang dibolehkan Allah
Swt. untuk melakukannya melalui hukum wajib, sunah, atau hukum mubah.
Menganiaya berarti melampaui batas-batasnya. Alquran mengungkapkan
hal semacam ini dalam firman-Nya :

ٰۤ
 َ‫ّٰللا فَاُول ِٕىكَ هُ ُم الظه ِل ُم ْون‬
ِ ‫ّٰللا فَ ََل ت َ ْعتَد ُْو َها َۚو َم ْن يَّتَعَ َّد ُحد ُْو َد ه‬
ِ ‫… ِت ْلكَ ُحد ُْو ُد ه‬

Artinya: ….Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu


melanggarnya. Siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah
orang yang menganiaya dirinya sendiri.‖ (Q.S Al-Baqarah/2:229).

Ayat Alquran ini diberlakukan bagi orang-orang yang melewati batas yang
diperkenankan Allah Swt. Misalnya, perbuatan zina yang dilakukan orang
yang belum menikah dihukum dengan 100 kali dera dan diasingkan selama
1 (satu) tahun, dan yang sudah menikah dengan hukuman rajam.

3. Jenis hukuman yang telah ditentukan yang bisa membuat jera, agar tidak
melakukan perbuatan yang haram.
Kebenaran tidak bisa ditetapkan, kecuali dengan bukti yang cukup.
Jika bukti masih diragukan, tidak bisa menjadi dasar bagi penegakan
hukum. Karena itu, tuduhan dan keraguan tidak bisa dianggap sebagai
sesuatu yang pasti dan dijadikan sebagai patokan karena mengandung
kemungkinan tidak benar. Dalam konteks ini, Nabi Saw3 bersabda:

3
Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Salami, Sunan al-Tirmidzi,,juz ke-5, h.322.

Page | 4
‫ط ْعت ُ ْم فإ ِ ْن‬َ َ ‫ع ْن ْال ُم ْس ِْل ِم ْينَ َما ا ْست‬
َ َ‫سْلَّ َم اُد َْر ُءوا ا ْل ُحد ُْوُد‬
َ ‫عْلَ ْي ِه َو‬َ ُ‫ت قَا َل َرسُ ْو ُل هلل‬ ْ َ‫شةَ قَال‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
‫ئ فِي ْالعُْقُ ْوُبَ ِة‬ َ ‫ئ فِي ْال َع ْف ِو َخ ْي ٌر ِم ْن أ َ ْن يُ ْخ ِط‬ َ ‫ام أ َ ْن يُ ْخ ِط‬ َ ‫اْل َم‬ َ ‫َكانَ لَ ُه َم ْخ َر ٌج فَ َخْلُّوا‬
ِ ْ ‫س ِبيْلَ ُه فَإ ِ َّن‬
Artinya: “Tolaklah hudud sebisa kalian (agar hal itu tidak menimpa) kaum
muslimin jika ada jalan keluar, bebaskanlah dia (orang Muslim) dari hukuman.
Karena sungguh, apa bila seorang imam (hakim) melakukan kesalahan dalam
memaafkan, hal itu adalah lebih baik darinya dari pada salah dalam
menjatuhkan sanksi.”
Sayid Sabiq mengkategorikan kejahatan-kejahatan yang diancam
dengan Hudud itu meliputi; zina, menuduh zina (qadzaf), mencuri (sariqah),
mabuk (syurb al-khamar), merampok(sariqah), murtad dan memberontak (al-
baghyu).4

2.4. Pengertian Had Zina


Kata Had secara bahasa artinya adalah al- man’u (mencegah,
menghalangi), oleh karena itu seorang bawwaab (penjaga pintu) disebut juga
sebagai haddaad, karena ia bertugas mencegah dan menghalangi orang-orang
masuk. Sanksi dan hukuman disebut hudud, karena hukuman tersebut bisa
mencegah dari melakukan tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan terkena
hukuman tersebut. Hudud Allah SWT adalah mahaarim- Nya (ketentuan-
ketentuan Allah SWT yang tidak boleh dilanggar), karena itu adalah hal-hal
yang dilarang. 5 Hukuman yang ditetapkan terhadap segala tindak pidana
tersebut disebut had (hudud).
Secara etimologi zina berarti berbuat nista. Secara terminology, zina adalah
melakukan hubungan seksual (jima‘) pada kemaluan depan tanpa melalui
pernikahan yang sah, bukan atas dasar kepemilikan budak, dan tidak juga

4
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid II (Cet. II; Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi, 1973), h. 255
5
Prof. Dr. Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, alih bahasa oleh Abdul Hayyie
al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011) Cet. 1, jilid 7, h.236.

Page | 5
karena syubhat (samar-samar atau tidak jelas).6 Menurut Ibnu Rusyd dalam
bukunya Bidayat al-Mujtahid, zina adalah setiap persetubuhan yang terjadi
bukan karena pernikahan yang sah, syubhat, dan bukan pula karena
kepemilikan terhadap budak wanita.7 Menurut syariat, zina adalah hubungan
persenggamaan yang dilakukan laki-laki terhadap seorang perempuan pada
jalan depan (kemaluan) tanpa akad kepemilikan atau syubhat dalam akadnya
atau zina adalah perbuatan keji di jalan depan atau belakang (dubur).8 Maka
Pengertian zina menurut Imam Mazhab adalah seperti berikut :
a) Menurut Imam Syafie, zina adalah memasukkan zakar ke dalam farji
yang diharamkan karena zatnya tanpa ada syubhat dan menurut
tabiatnya menimbulkan syahwat.
b) Menurut Imam Hanafi, zina adalah nama bagi persetubuhan yang
haram dalam qubul (kemaluan) seorang perempuan yang masih hidup
dalamkeadaan ikhtiar (tanpa paksaan) di dalam negeri yang adil yang
dilakukan oleh orang-orang kepadanya berlakunya hukum islam.
c) Menurut Imam Hambali, zina adalah melakukan perbuatan keji
(persetubuhan), baik terhadap qubul (farji) maupun dubur.
d) Menurut Imam Malik, zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh
orang mukalaf terhadap farji manusia (wanita) yang bukan miliknya
secara disepakati dengan kesengajaan.9
Oleh karena itu hukuman yang di dikenakan bagi pelaku zina adalah
hukuman langsung dari Allah SWT yaitu hukuman had atau hudud dan
hukuman ini tidak bisa digugurkan sama sekali karena hukuman ini langsung

6
Shalih bin Fauzân Ali Fauzân, al-Mulakhash al-Fiqhy, (Beirut: Ri‟asah Idarah alBuhuts
al-„Ilmiyah wa al-Ifta‟,1422 H), cetakan ke-1, h. 23; lihat juga, al-Jurjani, alTa‘rifat, (Neirut: Dar
al-Salam, 2007), juz ke-1, h. 37
7
Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, (Semarang: al-Syifa‟, 1990), juz ke-2, h. 355. Redaksi
dalam kitab Bidayat al-Mujtahid
8
Syaikh Shalih Bin Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh, Fikih Muyasar,alih bahasa oleh Izzudin
Karimi,Lc, (Jakarta : Darul Haq, 2016), cet. Ke-2, h.579
9
Drs. H. Wardi Muslich, op.cit., h.7

Page | 6
dari Allah SWT. Hal ini karena di dalam Al- quran terang-terang mengatakan
pengharam zina. Firman Allah SWT dalam surat Al- Isra’ (17: 32) :

َ ‫ٱلزن ٰ َٓى ۖ ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِحشَة َو‬


َ ‫سا ٓ َء‬
‫سبِيل‬ ِ ‫وا‬۟ ُ‫وَ ََل تَ ْْق َرُب‬
Artinya: dan janganlah kamu menghampiri zina, Sesungguhnya zina
itu adalah satu perbuatan Yang keji dan satu jalan Yang jahat (yang
membawa kerosakan).
Sesungguhnya sebab dijatuhkannya hukuman had zina adalah karena
melakukan tindak kejahatan perzinaan. Akan tetapi, para ahli fiqih telah
merumuskan sejumlah batasan dan kriteria secara detail, cermat dan akurat yang
menjadi patokan dalam menentukan suatu tindakan sebagai tindak kriminal
perzinaan.

2.5. Dampak Negatif Zina


Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad menjelaskan empat dampak
yang ditimbulkan oleh perbuatan zina, yaitu :

َ ‫إن فِ ْي ِه أ َ ْرُبَ َع ُِح‬


‫صال‬ ِ ‫ إِيَآكُ ْم َو‬: ‫سْلَّ َم‬
َّ َ‫الزنَا ف‬ َ ‫عْلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صْلَّى‬
َ ‫ِهّٰللا‬ َ ‫ قال رسول هللا‬:‫عن انس قال‬:
ِ َّ‫ب الخ ُْْلُ ْوُدَ فِي الن‬
‫ار‬ ِ ‫ُحم ْْنَ َوي‬
ُ ‫ُوج‬ َ ُ‫الر ْزقَ ويُس ِْخط‬
َ ‫الر‬ َ ْْ َ‫ع ِن ْال َوجْ ِه َويق‬
ِ ‫ط ُع‬ َ ‫ب ْالبَ َهاَء‬
ُ ‫يُذْ ِه‬
)‫(رواه اُبو ُداوُد‬
"Dari Ibnu Abbas berkata, Nabi saw bersabda : "Jauhilah olehmu perbuatan
zina, karena sesungguhnya zina itu dapat menghilangkan nur wajah,
memutuskan rizki, membuat marah Allah, dan mewajibkan kekal di neraka
(apabila pelakunya menganggap zina adalah sesuatu yang dihalalkan)". (HR.
Abu Daud)

2.6. Syarat-Syarat Had Zina


Hukuman had zina tidak bisa dijatuhkan kepada seorang pelaku zina
baik laki-laki mahupun perempuan kecuali dengan beberapa syarat.
Antaranya:
a. Berakal, apabila pelaku adalah orang gila maka ia tidak dapat dijatuhi
hukuman had berdasarkan kesepakatan ulama.

Page | 7
b. Baligh, apabila pelakunya adalah anak kecil yangbelum baligh maka ia
tidak dikenakan hukuman had berdasarkan kesepakatan ulama.
c. Melakukan zina secara sukarela, hukuman had dikenakan apabila
melakukan zina secara sukarela
d. Mengetahui keharaman zina, apabila pelaku tidak mengetahuinya dan dia
memang adalah orang yang dalam kondisi jika ia tidak mengetahui hukum
haram berzina maka itu wajar dan bisa diterima.10

2.7. Macam-macam Jarimah Zina dan Hukumannya


Ada dua jenis hukuman zina, yaitu muhsan dan ghairu muhsan. Muhsan
ialah zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau janda. Artinya,
pelaku adalah orang yang masih dalam status pernikahan atau pernah menikah
secara sah. Adapun zina ghairu muhsan adalah zina yang pelakunya masih
berstatus perjaka atau gadis. Artinya, pelaku belum pernah menikah secara sah
dan tidak sedang berada dalam ikatan pernikahan.11
a. Muhsan
Muhsan ialah zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau
janda. Artinya, pelaku adalah orang yang masih dalam status pernikahan
atau pernah menikah secara sah dan hukuman bagi pelaku muhsan adalah
rajam.
b. Ghairu Muhsan
Berbalik kembali kepada hukuman terhadap ghairu muhsan adalah
cambuk dan pengasingan. Hukuman seratus kali cambuk itu berdasarkan
firman Allah SWT dalam surah An- Nur ayat 2:33

‫احد ِِّم ْن ُه َما ِمائ َةَ َج ْلدَة‬ َّ ‫َلزانِيَةُ َو‬


ِ ‫الزانِ ْي فَاجْ ِلد ُْوا كُ َّل َو‬ َّ ‫ا‬

10
Sulaiman Bin Ahmad Bin Yahya Al- Faifi, Ringkasan Fikih Sunah Sayyid Sabiq alih
bahasa oleh Abdul Majid, Umar Mujtahid, Arif Mahmudi,,( Solo: Ummul Qura, 2014) cet. 1, h.
601
11
Dr. H. M. Nurul Irfan, op.cit, h.20

Page | 8
Artinya: Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah
kamu cambuk tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera.

Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat hukuman pengasingan


adalah hukuman hudud yang diwajibkan ke atas atas pelaku zina ghairu
muhshan, baik laki-laki mauhupun perempuan. Imam Syafi’i juga
berpendapat bahwa tidak ada urutan antara hukum cambuk dan hukum
pengasingan, mana saja bisa didahulukan. 12
Mengenai tempat dan cara pengasingan dilakukan pula, pezina
ghairu muhshan harus diasingkan sejauh jarak diperbolehkannya
mengqasharkan solat atau lebih jauh lagi. Tiada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan kecuali perempuan yang diasingkan tersebut harus
ditemani oleh mahramnya.13

2.8. Zina Dalam Perspektif Hukum Positif


Berdasarkan Pasal 284 KUHP, perbuatan yang disebut sebagai
perzinahan adalah perbuatan bersetubuh yang dilakukan oleh seorang pria
dan seorang wanita yang keduanya atau salah satu dari mereka telah
menikah. Sehingga apabila perbuatan bersetubuh itu dilakukan oleh
seorang pria dan seorang wanita yang keduanya tidak diikat oleh
perkawinan dengan orang lain maka bukan termasuk perzinahan.
Sedangkan pengertian zina dalam hukum pidana Islam, yakni persetubuhan
antara laki-laki dan perempuan yang sudah terikat perkawinan maupun
yang belum terikat perkawinan
Kejahatan zina merupakan tindak pidana aduan absolute, artinya
dalam kejadian pezinahan itu diperlukan pengaduan untuk dilakukan
penuntutan. Mengingat kejahatan zina adalah tindak pidana yang untuk

12
Sulaiman Bin Ahmad Bin Yahya Al- Faifi, op. cit., h. 599
13
Dr. Musthafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Madzhab Syafi’I ( Solo: Media Zikir, 2009) h. 445

Page | 9
terjadinya diperlukan dua orang, disebut penyertaan mutlak, yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain (onsplitsbaarheid), walaupun si
pengadu mengadukan satu orang saja diantara dua orang yang yang telah
melakukan berzina itu, tidak menyebabkan untuk tidak dilakukannya
penuntutan terhadap orang yang tidak diadukan oleh si pengadu. Akan
tetapi, jaksa penuntut umum, berhak untuk tidak melakukan penuntutan
berdasarkan asas oppoturnitas.14

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:

1. Istilah hudud adalah bentuk jamak dari kata had yang berarti batasan atau
menentukan batas dan menentukan limit. Menurut istilah hudud ialah pidana
yang diancamkan hukuman had, yaitu hukuman yang telah ditentukan macam
dan jumlahnya dan menjadi hak Tuhan. pelanggaran terhadap hukuman yang
masuk wilayah hudud, sanksinya tidak bisa digugurkan perorangan maupun
kelompok masyarakat. Hukuman hudud adalah sanksi yang telah ditentukan
dan ditetapkan Allah Swt. dalam Alquran dan Hadis.
2. Hudud ditetapkan Allah Swt. setidaknya untuk beberapa macam kategori
hukum Yaitu: Hukum untuk tindakan yang dilarang pada waktu-waktu
tertentu, batas hukum Allah di mana sesorang dilarang untuk melampaui batas
dan jenis hukuman yang telah ditentukan yang bisa membuat jera, agar tidak
melakukan perbuatan yang haram. Kejahatan-kejahatan yang diancam dengan
Hudud itu meliputi; zina, menuduh zina (qadzaf), mencuri (sariqah), mabuk
(syurb al-khamar), merampok(sariqah), murtad dan memberontak (al-
baghyu).

14
Adami Chazawi, 2005, “Tindak Pidana Mengenai Kesopanan”, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm 61-62.

Page | 10
3. Zina adalah hubungan persenggamaan yang dilakukan laki-laki terhadap
seorang perempuan tanpa ikatan perkawinan yang sah. Hukuman had zina
bisa dijatuhkan kepada seorang pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan
dengan beberapa syarat yaitu pelakunya harus berakal, baligh, melakukan zina
secara sukarela secara sukarela dan mengetahui keharaman zina
4. Ada dua jenis hukuman zina, yaitu muhsan dan ghairu muhsan. Muhsan ialah
zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau janda. Artinya, pelaku
adalah orang yang masih dalam status pernikahan atau pernah menikah secara
sah. Adapun zina ghairu muhsan adalah zina yang pelakunya masih berstatus
perjaka atau gadis. Artinya, pelaku belum pernah menikah secara sah dan tidak
sedang berada dalam ikatan pernikahan.
5. Berdasarkan Pasal 284 KUHP, perbuatan yang disebut sebagai perzinahan
adalah perbuatan bersetubuh yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang
wanita yang keduanya atau salah satu dari mereka telah menikah. Sehingga
apabila perbuatan bersetubuh itu dilakukan oleh seorang pria dan seorang
wanita yang keduanya tidak diikat oleh perkawinan dengan orang lain maka
bukan termasuk perzinahan. Sedangkan pengertian zina dalam hukum pidana
Islam, yakni persetubuhan antara laki-laki dan perempuan yang sudah terikat
perkawinan maupun yang belum terikat perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2010), jilid
ke7.

Thohari, Fuad Hadis Ahkam. Yogyakarta: Deepublish. 2018. Hal 54-55

Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Salami, Sunan al-Tirmidzi,,juz ke-5.

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid II (Cet. II; Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi, 1973)

Prof. Dr. Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, alih bahasa oleh Abdul
Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011) Cet. 1, jilid 7.

Page | 11
Dr. Musthafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum
Islam Madzhab Syafi’I ( Solo: Media Zikir, 2009).

dami Chazawi, 2005, “Tindak Pidana Mengenai Kesopanan”, Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Dr. Musthafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum
Islam Madzhab Syafi’I ( Solo: Media Zikir, 2009)

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai