Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Ahkam
Dosen Pengampu: Dr. H. Fuad Thohari, M.A.
Disusun Oleh :
Haikal Basri (11200480000001)
Daffa Rafliansyah (11200480000003)
Muhammad Gibran Haekal (11200480000066)
Muhammad Burhanudin (11200480000113)
2021 / 1443 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmat dan pertolongan sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa selawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran Islam sehingga agama islam
sekarang mengalami perkembangan yang pesat menuju kemajuan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hadist Ahkam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memperluas
wawasan kami mengenai Hudud; Had Zina.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Fuad Thohari, MA,
selaku dosen mata kuliah Hadist Ahkam yang telah memberikan bimbingan Dalam
Penulisan Makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami membuka pintu seluas-luasnya bagi saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para
pembaca dan menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Aamiin...
Penulis
Kelompok 3
Page | i
DAFTAR ISI
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2010), jilid ke7,
h. 34,
Page | 2
Dalil Al-Quran tentang Hudud dijelaskan dalam firman Allah dalam
surah Al-Baqarah (2:229) yang berbunyi:
ٰۤ َ
O َول ِٕىكَ هُ ُم الظه ِل ُم ْون ِ ّٰللا فَ ََل ت َ ْعتَد ُْو َها َۚو َم ْن يَّتَعَ َّد ُحد ُْو َد ه
ُ ّٰللا فا ِ … ِت ْلكَ ُحد ُْو ُد ه.
Artinya: " ...Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah,
mereka itulah orang-orang zalim."
ُعا ِكفُ ْو َۙنَ فِى ْال َمسٰ ِج ِد ۗ ِت ْْلَكَ ُُحد ُْوُد ُ ِهّٰللاِ فَ َاَل ت َ ْْق َرُب ُْوه َۗا َك ٰذلَِكَ يُبَيِن
َ َو ََل تُبَا ِش ُر ْوه َُّن َوا َ ْنت ُ ْم
ِ َِّهّٰللاُ ٰا ٰيتِ ٖه ِلْلن
َاس لَعَْلَّ ُه ْم يَتَّْقُ ْون
2
Thohari, Fuad Hadis Ahkam. Yogyakarta: Deepublish. 2018. Hal 54-55
Page | 3
mendekatinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya agar mereka
bertakwa. (Q.S Al-Baqarah/2:187).
ٰۤ
َّٰللا فَاُول ِٕىكَ هُ ُم الظه ِل ُم ْون
ِ ّٰللا فَ ََل ت َ ْعتَد ُْو َها َۚو َم ْن يَّتَعَ َّد ُحد ُْو َد ه
ِ … ِت ْلكَ ُحد ُْو ُد ه
Ayat Alquran ini diberlakukan bagi orang-orang yang melewati batas yang
diperkenankan Allah Swt. Misalnya, perbuatan zina yang dilakukan orang
yang belum menikah dihukum dengan 100 kali dera dan diasingkan selama
1 (satu) tahun, dan yang sudah menikah dengan hukuman rajam.
3. Jenis hukuman yang telah ditentukan yang bisa membuat jera, agar tidak
melakukan perbuatan yang haram.
Kebenaran tidak bisa ditetapkan, kecuali dengan bukti yang cukup.
Jika bukti masih diragukan, tidak bisa menjadi dasar bagi penegakan
hukum. Karena itu, tuduhan dan keraguan tidak bisa dianggap sebagai
sesuatu yang pasti dan dijadikan sebagai patokan karena mengandung
kemungkinan tidak benar. Dalam konteks ini, Nabi Saw3 bersabda:
3
Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Salami, Sunan al-Tirmidzi,,juz ke-5, h.322.
Page | 4
ط ْعت ُ ْم فإ ِ ْنَ َ ع ْن ْال ُم ْس ِْل ِم ْينَ َما ا ْست
َ َسْلَّ َم اُد َْر ُءوا ا ْل ُحد ُْوُد
َ عْلَ ْي ِه َوَ ُت قَا َل َرسُ ْو ُل هلل ْ َشةَ قَال َ ع ْن
َ ِعائ َ
ئ فِي ْالعُْقُ ْوُبَ ِة َ ئ فِي ْال َع ْف ِو َخ ْي ٌر ِم ْن أ َ ْن يُ ْخ ِط َ ام أ َ ْن يُ ْخ ِط َ اْل َم َ َكانَ لَ ُه َم ْخ َر ٌج فَ َخْلُّوا
ِ ْ س ِبيْلَ ُه فَإ ِ َّن
Artinya: “Tolaklah hudud sebisa kalian (agar hal itu tidak menimpa) kaum
muslimin jika ada jalan keluar, bebaskanlah dia (orang Muslim) dari hukuman.
Karena sungguh, apa bila seorang imam (hakim) melakukan kesalahan dalam
memaafkan, hal itu adalah lebih baik darinya dari pada salah dalam
menjatuhkan sanksi.”
Sayid Sabiq mengkategorikan kejahatan-kejahatan yang diancam
dengan Hudud itu meliputi; zina, menuduh zina (qadzaf), mencuri (sariqah),
mabuk (syurb al-khamar), merampok(sariqah), murtad dan memberontak (al-
baghyu).4
4
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid II (Cet. II; Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi, 1973), h. 255
5
Prof. Dr. Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, alih bahasa oleh Abdul Hayyie
al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011) Cet. 1, jilid 7, h.236.
Page | 5
karena syubhat (samar-samar atau tidak jelas).6 Menurut Ibnu Rusyd dalam
bukunya Bidayat al-Mujtahid, zina adalah setiap persetubuhan yang terjadi
bukan karena pernikahan yang sah, syubhat, dan bukan pula karena
kepemilikan terhadap budak wanita.7 Menurut syariat, zina adalah hubungan
persenggamaan yang dilakukan laki-laki terhadap seorang perempuan pada
jalan depan (kemaluan) tanpa akad kepemilikan atau syubhat dalam akadnya
atau zina adalah perbuatan keji di jalan depan atau belakang (dubur).8 Maka
Pengertian zina menurut Imam Mazhab adalah seperti berikut :
a) Menurut Imam Syafie, zina adalah memasukkan zakar ke dalam farji
yang diharamkan karena zatnya tanpa ada syubhat dan menurut
tabiatnya menimbulkan syahwat.
b) Menurut Imam Hanafi, zina adalah nama bagi persetubuhan yang
haram dalam qubul (kemaluan) seorang perempuan yang masih hidup
dalamkeadaan ikhtiar (tanpa paksaan) di dalam negeri yang adil yang
dilakukan oleh orang-orang kepadanya berlakunya hukum islam.
c) Menurut Imam Hambali, zina adalah melakukan perbuatan keji
(persetubuhan), baik terhadap qubul (farji) maupun dubur.
d) Menurut Imam Malik, zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh
orang mukalaf terhadap farji manusia (wanita) yang bukan miliknya
secara disepakati dengan kesengajaan.9
Oleh karena itu hukuman yang di dikenakan bagi pelaku zina adalah
hukuman langsung dari Allah SWT yaitu hukuman had atau hudud dan
hukuman ini tidak bisa digugurkan sama sekali karena hukuman ini langsung
6
Shalih bin Fauzân Ali Fauzân, al-Mulakhash al-Fiqhy, (Beirut: Ri‟asah Idarah alBuhuts
al-„Ilmiyah wa al-Ifta‟,1422 H), cetakan ke-1, h. 23; lihat juga, al-Jurjani, alTa‘rifat, (Neirut: Dar
al-Salam, 2007), juz ke-1, h. 37
7
Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, (Semarang: al-Syifa‟, 1990), juz ke-2, h. 355. Redaksi
dalam kitab Bidayat al-Mujtahid
8
Syaikh Shalih Bin Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh, Fikih Muyasar,alih bahasa oleh Izzudin
Karimi,Lc, (Jakarta : Darul Haq, 2016), cet. Ke-2, h.579
9
Drs. H. Wardi Muslich, op.cit., h.7
Page | 6
dari Allah SWT. Hal ini karena di dalam Al- quran terang-terang mengatakan
pengharam zina. Firman Allah SWT dalam surat Al- Isra’ (17: 32) :
Page | 7
b. Baligh, apabila pelakunya adalah anak kecil yangbelum baligh maka ia
tidak dikenakan hukuman had berdasarkan kesepakatan ulama.
c. Melakukan zina secara sukarela, hukuman had dikenakan apabila
melakukan zina secara sukarela
d. Mengetahui keharaman zina, apabila pelaku tidak mengetahuinya dan dia
memang adalah orang yang dalam kondisi jika ia tidak mengetahui hukum
haram berzina maka itu wajar dan bisa diterima.10
10
Sulaiman Bin Ahmad Bin Yahya Al- Faifi, Ringkasan Fikih Sunah Sayyid Sabiq alih
bahasa oleh Abdul Majid, Umar Mujtahid, Arif Mahmudi,,( Solo: Ummul Qura, 2014) cet. 1, h.
601
11
Dr. H. M. Nurul Irfan, op.cit, h.20
Page | 8
Artinya: Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah
kamu cambuk tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera.
12
Sulaiman Bin Ahmad Bin Yahya Al- Faifi, op. cit., h. 599
13
Dr. Musthafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Madzhab Syafi’I ( Solo: Media Zikir, 2009) h. 445
Page | 9
terjadinya diperlukan dua orang, disebut penyertaan mutlak, yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain (onsplitsbaarheid), walaupun si
pengadu mengadukan satu orang saja diantara dua orang yang yang telah
melakukan berzina itu, tidak menyebabkan untuk tidak dilakukannya
penuntutan terhadap orang yang tidak diadukan oleh si pengadu. Akan
tetapi, jaksa penuntut umum, berhak untuk tidak melakukan penuntutan
berdasarkan asas oppoturnitas.14
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Istilah hudud adalah bentuk jamak dari kata had yang berarti batasan atau
menentukan batas dan menentukan limit. Menurut istilah hudud ialah pidana
yang diancamkan hukuman had, yaitu hukuman yang telah ditentukan macam
dan jumlahnya dan menjadi hak Tuhan. pelanggaran terhadap hukuman yang
masuk wilayah hudud, sanksinya tidak bisa digugurkan perorangan maupun
kelompok masyarakat. Hukuman hudud adalah sanksi yang telah ditentukan
dan ditetapkan Allah Swt. dalam Alquran dan Hadis.
2. Hudud ditetapkan Allah Swt. setidaknya untuk beberapa macam kategori
hukum Yaitu: Hukum untuk tindakan yang dilarang pada waktu-waktu
tertentu, batas hukum Allah di mana sesorang dilarang untuk melampaui batas
dan jenis hukuman yang telah ditentukan yang bisa membuat jera, agar tidak
melakukan perbuatan yang haram. Kejahatan-kejahatan yang diancam dengan
Hudud itu meliputi; zina, menuduh zina (qadzaf), mencuri (sariqah), mabuk
(syurb al-khamar), merampok(sariqah), murtad dan memberontak (al-
baghyu).
14
Adami Chazawi, 2005, “Tindak Pidana Mengenai Kesopanan”, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm 61-62.
Page | 10
3. Zina adalah hubungan persenggamaan yang dilakukan laki-laki terhadap
seorang perempuan tanpa ikatan perkawinan yang sah. Hukuman had zina
bisa dijatuhkan kepada seorang pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan
dengan beberapa syarat yaitu pelakunya harus berakal, baligh, melakukan zina
secara sukarela secara sukarela dan mengetahui keharaman zina
4. Ada dua jenis hukuman zina, yaitu muhsan dan ghairu muhsan. Muhsan ialah
zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau janda. Artinya, pelaku
adalah orang yang masih dalam status pernikahan atau pernah menikah secara
sah. Adapun zina ghairu muhsan adalah zina yang pelakunya masih berstatus
perjaka atau gadis. Artinya, pelaku belum pernah menikah secara sah dan tidak
sedang berada dalam ikatan pernikahan.
5. Berdasarkan Pasal 284 KUHP, perbuatan yang disebut sebagai perzinahan
adalah perbuatan bersetubuh yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang
wanita yang keduanya atau salah satu dari mereka telah menikah. Sehingga
apabila perbuatan bersetubuh itu dilakukan oleh seorang pria dan seorang
wanita yang keduanya tidak diikat oleh perkawinan dengan orang lain maka
bukan termasuk perzinahan. Sedangkan pengertian zina dalam hukum pidana
Islam, yakni persetubuhan antara laki-laki dan perempuan yang sudah terikat
perkawinan maupun yang belum terikat perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2010), jilid
ke7.
Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Salami, Sunan al-Tirmidzi,,juz ke-5.
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid II (Cet. II; Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi, 1973)
Prof. Dr. Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, alih bahasa oleh Abdul
Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011) Cet. 1, jilid 7.
Page | 11
Dr. Musthafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum
Islam Madzhab Syafi’I ( Solo: Media Zikir, 2009).
Dr. Musthafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum
Islam Madzhab Syafi’I ( Solo: Media Zikir, 2009)
Page | 12