PENDAHULUAN
ekonomi dan sosial suatu Negara. Maka sudah seharusnya perkembangan dalam
transportasi atau sistem pengangkutan khususnya angkutan darat harus di pikirkan sejak
tempat. Sistem yang digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang dengan
menggunakan alat angkut tersebut dinamakan moda transportasi. Hal ini menyangkut
efisiensi pergerakan di daerah perkotaan, ruang yang harus di sediakan kota untuk di
jadikan prasarana transportasi, dan banyaknya pilihan moda transportasi yang biasa di
pilih oleh penduduk. Faktor ini adalah salah satu yang menjadi pertimbangan pelaku
kendaraan angkutan perkotaan dari waktu ke waktu terus bertambah, tanpa adanya
pembatasan jumlah armada yang beroperasi. Tingkat pelayanan dan kinerja sarana dan
prasarana angkutan umum yang kurang optimal di lihat dari besarnya headway yang di
tawarkan, lamanya jam pelayanan angkutan dalam satu hari, jarak atau luasan area yang
terlayani,kapasitas tempat duduk (load factor) serta kenyamanan selama di dalam
kendaraan, terminal Gamalama Kota ternate yang belum memenuhi standar pelayanan
prasarana angkutan umum di lihat dalam kondisi sekarang. Pada Saat ini terminal
tunggu dan fasilitas penunjang lainnya. angkutan umum yang beroperasi berhenti di dalam
maupun luar terminal menimbulkan kemacetan. belum tersedianya ruang tunggu sopir
angkutan umum di Kota Ternate membuat ruang tunggu darurat di dalam terminal
“Studi Karakteristik Kinerja Dan Tingkat Pelayanan Sarana Dan Prasarana Angkutan
adalah :
2. Bagaimana tingkat pelayanan sarana dan prasarana angkutan umum di Kota Ternate
2. Mengetahui tingakat pelayanan sarana dan prasarana angkutan umum di Kota Ternate
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan tentang acuan atau landasan teori yang menjadi dasar
Dalam bab ini menjelaskan tentang metodologi atau cara memperoleh data-data
yang akan digunakan untuk analisa dan evaluasi dalam penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angkutan umum
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan (diangkut oleh orang).
adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan
udara (Warpani,1990).
Jalan dijelaskan angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu
umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani
dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek. Tujuan utama
angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik
massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau
umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung. Trayek
adalah lintasan kendaraan untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil
bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal
Dalam memilih moda transportasi atau angkutan umum untuk suatu jenis produk
a. Kecepatan waktu pengantaran dari rumah ke rumah atau dari gedung ke gedung.
Berdasarkan Undang-Undang No.14 1992 tentang lalu lintas dan angkutan umum
Berdasarkan Undang- Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
1. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain.
tak bermotor dan angkutan umum bermotor. Angkutan umum tak bermotor meliputi:
becak, andong, yang beroperasi diseluruh kota terutama didaerah pasar, terminal,
perumahan. Angkutan umum bermotor meliputi: bus kota, busa jarak jauh antar kota,
taksi, dan ojek. Bus beroperasi pada jalur-jalur tertentu yang telah ditetapkan
diseluruh daerah. Taksi dan angkutan kota beroperasi di daerah perkotaan, stasiun
kereta api, hotel-hotel, pusat pemerintahan, dan juga melayani panggilan melalui
telepon. Sedangkan ojek beroperasi dipinggir jalan yang belum dilewati oleh angkutan
lain.
indonesia edisi ketiga (2000), kinerja adalah (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang
diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Namun kinerja disini adalah untuk menganalisa
terhadap satu kegiatan evaluasi tertentu, baik kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan
sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan
kegiatan evaluasi tersebut. Analisa semacam ini dianggap perlu dilakukan karena didalam
pelaksanaan suatu kegiatan evaluasi perlu adanya analisis dan dalam pembahasan
mengenai studi evaluasi kinerja angkutan dibutuhkan indikator yang akan menganalisa
sebagai dasar penilaian dalam penentuan akan hasil analisa tersebut (Asikin, 2001)
Jumlah armada yang cukup besar juga tidak disesuaikan dengan kebutuhan
dalam hal tersebut penumpang dengan alasan kejar setoran sehingga mamacu
pengendara untuk tidak disiplin berlal lintas. Hal ini dapat mengakibatkan kemacetan dan
kecelakaan lalu lintas. Indikator kualitas pelayanan operasi angkutan dapat dilihat dari nilai
usaha untuk menciptakan pergerakan yang teratur, cepat, dan tepat dan
kapasitas tempat duduk yang yang tersedia didalam bus. Nilai okupansi 125%
artinya jumlah penumpang yang berdiri 25% dari tempat duduk yang tersedia,
nilai okupansi 100% berarti tidak ada penumpang yang berdiri dan semua
tempat duduk terisi. Nilai ini diperlukan untuk menentukan aksesbilitas yang
Pada jam – jam sibuk nilai okupansi dapat melebihi batas – batas yang
meningkat.
2. Rehabilitas.
masyarakat akan pelayanan angkutan umum. Istilah ini digunakan untuk satu
ketataan bis – bis pada jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Reabilitas
ditunjukan dengan prosentase bis akan datang tepat waktu pada suatu
tempat henti terhadap total jumlah kedatangan. Sebelum bis tepat waktu jika
bis tersebut tiba dalam interval waktu yang telah dijadwalkan, standar waktu
terlambat awal datang antara 0 – 5 menit.
bis.
4. Panjang trayek.
trayek angkutan kota agar dibatasi tidak terlalu jauh, maksimal antara 2 – 2,25
5. Lama perjalanan.
1,5 jam, dan maksimal 2 – 3 jam. Waktu perjalanan penumpang rata – rata
pada saat melakukan penyimpangan harus tidak melebihi 25% dari waktu
Untuk mengetahui apakah angkutan umum itu sudah berjalan dengan baik
2.1 dan menurut Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia (2012) seperti pada
tabel 2.1:
No Parameter Standar
2 Waktu menunggu
4 Waktu Perjalanan
5 Jumlah Armada -
6 Rute -
Kecepatan Perjalanan
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 2.4 Standar Kinerja Pelayanan Angkutan Umum Berdasarkan Nilai Bobot
Sedang 12,00-17,99
Kurang < 12
pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi
orang. Kinerja juga merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja perusahaan dari
sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu
Perhubungan, 2002):
1. Jumlah Penumpang
…………(2.1)
Dimana:
2. Jarak Perjalanan
JP = JR/hr x Pr ….
………………………………………………………………….(2.2)
Dimana:
JP = Jarak perjalanan
perjalanan.
KBB = JBB /
JP.............................................................................................(2.3)
Dimana:
JP = Jarak perjalanan
tamping pada tiap segmen jalan sebagai load factor yang mewakili satu lintasan
LF = P/K x
100%............................................................................................(2.4)
Dimana:
1. Headway
angkutan kota yang merupakan interval waktu antara saat dimana bagian depan
suatu kendaraan melewati suatu titik pengamatan sampai bagian depan
2. Waktu Tunggu
bahwa kedatangan angkutan umum bersifat acak dan tidak berdasarkan jadwal
yang jelas, sehingga rata-rata waktu tunggu yang diperlukan pengguna angkutan
WT = 0,5 x
H…………………………………………………………………………(2.5)
Dimana :
H = Headway (menit)
3. Waktu Perjalanan
melakukan perjalanan, termasuk dalam waktu perjalanan ini adalah waktu tunggu,
WP = Wt – Wb…………………………………………………………………………(2.6)
Dimana:
WP = Waktu perjalanan
Wt = Waktu tiba
Wb = Waktu berangkat
4. Kecepatan
Kecepatan adalah kecepatan rata-rata yang ditempuh angkutan umum
dalam km/jam. Diperoleh dari pencatatan waktu saat kendaraan berangkat dan
V = JP / WP………………………………….
………………………………………...(2.7)
Dimana:
adalah titik pertemuan antara penumpang dan barang yang memasuki serta
prasarana yang merupakan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi
kendaraan lain. Menurut Morlok (1984 : 271) fungsi terminal adalah sebagai
berikut :
membongkar menurunkannya
2. Menampung penumpang atau barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat
tujuan
menjadi 2 berdasarkan objek yang dilayani yaitu terminal penumpang dan terminal
barang. Dalam tulisan ini yang akan dibahas ditujukan kepada terminal
Tahun 1993 Tentang Prasaranan dan Lalu Lintas Jalan dan Keputusan Menteri
provinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang – kurangnya kelas III A.
d. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
lainnya.
1. Terletak di kota atau kabupaten dalam jaringan trayek antar kota dalam
provinsi.
di pulau lainnya.
5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari teerminal
pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
pedesaan.
2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas paling tinggi kelas IIIA.
4. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
pelayanan fasilitas utama dan fasilitas penunjang sesuai dengan tipe dan kelas
mencakup :
a. Pelayanan Keselamatan
b. Pelayanan Keamanan
d. Pelayanan Kenyamanan
f. Pelayanan Kesetaraan
2.3 Trayek
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang
dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan
jadwal tetap maupun tidak berjadwal (PP No. 41 Th. 1993). Sehingga trayek adalah
lintasan pergerakan angkutan umum yang menghubungkan titik asal ke titik tujuan dengan
melalui rute yang ada. Sedangkan pengertian rute adalah jaringan jalan atau ruas jalan
yang dilalui angkutan umum untuk mencapai titik tujuan dari titik asal. Jadi dalam suatu
trayek mencakup beberapa rute yang dilalui (La Gusti Negeri, 2009).
ada calon penumpang yang akan dilayani. Dalam suatu kota, pada umumnya rute yang
melayani masyarakat lebih dari satu maka ditinjau secara keseluruhan akan ada suatu
sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang bersama-sama melayani kebutuhan
umum masyarakat. Dalam sistem jaringan tersebut akan terdapat titik-titik dimana akan
terjadi pertemuan dua rute atau lebih. Pada titik-titik yang dimaksud dimungkinkan terjadi
pergantian rute, karena pada kenyataannya seorang penumpang tidak selamanya dapat
menggunakan hanya satu rute untuk perjalanannya dari satu tempat asal ke tempat
Dalam penyusunan jaringan trayek, telah ditetapkan hierarki trayek yang terdapat
5. Jarak pendek
menurunkan penumpang
pemukiman
5. Jarak pendek
6. Melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang
2. Dilayani dengan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum
3. Pelayanan lambat
4. Jarak pendek
5. Melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang.
2. Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan
langsung
4. Pelayanan cepat
5. Jarak pendek
6. Melalui tempat tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang
Keterangan :
tersebut.
dari waktu ke waktu terus bertambah, tanpa adanya pembatasan jumlah armada yang
(over supply). Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Kinerja
Pelayanan dan Jumlah Armada Angkutan Kota di Kota Tangerang dengan studi kasus
Trayek T.01 Terminal Poris Plawad – Jatake.Penelitian ini melewati dua tahap
pengumpulan data, tahap yang pertama dilakukan untuk menentukan jumlah sampel
dengan menggunakan metode proporsi sampling dan tahapan yang kedua dilakukan
untuk mengumpulkan data mengenai indikator kinerja angkutan kota dan penentuan
berdasarkan standar pelayanan angkutan umum dari Dirjen Perhubungan Darat tahun
2002.Dari Hasil penelitian didapatkan hasil dari load factor pada jam sibuk, kecepatan
pelayanan, dan kriteria awal dan akhir perjalanan memperoleh nilai baik. Secara
keseluruhan kriteria penilaian dari sisi penumpang kinerja pelayanan angkutan kota
berkinerja baik dengan memperoleh nilai bobot 24. Untuk hasil evaluasi jumlah
armada, terdapat perbedaan kebutuhan jumlah armada angkutan kota pada setiap jam
sibuk pagi, siang dan malam hari pada trayek Terminal Poris Plawad – Jatake, jumlah
armada yang beroperasi pada trayek Terminal Poris Plawad – Jatake tidak diperlukan
penambahan jumlah armada angkutan kota yang beroperasi pada trayek Terminal
Abstrak : Transportasi merupakan salah satu elemen penting dari sebuah kawasan
didukung dengan fasilitas transportasi yang memadai dan infrastruktur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja angkutan umum eksisting, untuk mengetahui jenis
merekomendasikan jenisnya yang seperti apa angkutan umum yang sesuai untuk Kota
Malang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kinerja angkutan kota dengan rute AL,
ADL dan ABG / H serta jenis angkutan umum yang sesuai kebutuhan kota malang
berdasarkan kriteria head way dan waktu tunggu, trayek angkutan kota tidak sesuai
dengan kriteria waktu tunggu yang ditetapkan, termasuk ABG / H dan ADL. Tempat
pemberhentian selain terminal yang ditentukan. Berdasarkan Pada kriteria load factor,
diketahui ketiga rute AL yaitu ADL dan ABG / H tidak sesuai dengan kriteria untuk
faktor beban dan sebagian besar kendaraan memiliki usia rata-rata kendaraan lebih
jenis angkutan umum yang sesuai dan dapat diterapkan di Kota Malang adalah jenis
Angkutan Kereta Api Ringan (LRT) angkutan umum. Ini bisa dilihat dari tingkat pilihan
masyarakat terhadap angkutan umum alternatif yaitu LRT sebesar 58% dan BRT dari
42%. Jenis Alternatif Angkutan Umum yang sesuai adalah Jenis Angkutan Rel Ringan
(LRT) transportasi umum. Hal ini terlihat dari tingkat pilihan masyarakat terhadap
alternatif public angkutan, yaitu LRT 58% dan BRT 42%, dengan tingkatan masing-
masing kriteria sebagai berikut: berdasarkan tingkat keamanan, 88% LRT dan 12%
BRT, berdasarkan tingkat kenyamanan, LRT 74% dan BRT 26%, berdasarkan tingkat
ketepatan waktu, LRT 76% dan BRT 24%, berdasarkan tingkat kepatuhan, LRT 57%
dan trayek Terminal Kupang-Terminal Noelbaki PP, pada jam-jam puncak angkutan
sebaliknya terjadi pada jam non-puncak, kendaraan umum setengah kosong dan
umum, kebutuhan angkutan umum dan membuat rekomendasi terkait dengan hasil
evaluasi kinerja pelayanan pada kedua trayek ini. Dalam penelitian ini indikator kinerja
angkutan umum yang dinilai adalah faktor muat, waktu perjalanan, frekuensi
pelayanan, waktu antara, waktu tunggu, jumlah kendaraan yang beroperasi, dan waktu
pelayanan. Indikatorindikator tersebut diperoleh dari hasil survey dinamis dan survey
statis. Dari hasil evaluasi standar pelayanan angkutan umum menurut Dirjen
Perhubungan Darat, kinerja pelayanan angkutan umum pada trayek Terminal Oebobo-
diantaranya: jumlah angkutan umum yang sudah ada dipertahankan saja atau
dikurangi hingga mendekati nilai rata-rata jumlah kendaraan beroperasi setiap hari
serta perlunya pembinaan pada pengemudi tentang kesadaran berlalu lintas yang baik
di jalan raya.
4. Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota di Kota Cilegon (Trayek Cilegon – Merak
PP)
penumpang pada jam-jam sibuk dan sedikitnya penumpang pada jam-jam tertentut.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Kinerja Pelayanan
Angkutan Kota Di Kota Cilegon khususnya pada trayek Cilegon – Merak. Penelitian
mengenai evaluasi kinerja ini menggunakan dua indikator penilaian yaitu penilaian
Umum yang dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Darat tahun 1999 dan penilaian dari
Kendaraan (BOK). Penelitian ini melewati dua tahap mengumpulan data, tahap yang
mengenai indikator kinerja angkutan umum yang berupa load factor dinamis, headway,
tingkat occupancy, frekuensi kendaraan, serta biaya operasi kendaraan. Dari hasil
analisa didapatkan bahwa load factor pada jam sibuk, kecepatan perjalanan, waktu
Sedangkan kriteria sedang diperoleh dari kriteria waktu pelayanan, awal dan akhir
– Merak berkinerja Baik (bobot nilai 22). Dilihat dari Biaya Operasi Kendaraaan (BOK)
maka didaptkan nilai BOK sebesar Rp. 7.185.210,- per bulan jika dibandingkan
dengan pendapatan operator sebesar Rp. 7.962.510,- per bulan maka keuntungan
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan oktober selama 7 hari dalam satu
minggu. Selain itu adapun waktu penyusunan proposal dalam tabel 3.1 sebagai
berikut :
3.3.1 Observasi
hasil penelitian.
yang didapat dari tulisan ilmiah,diktat, dan buku maupun internet yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Dalam hal data yang diperoleh berupa literatur
Dalam Analisa yang akan dilakuakn, diperlukan pengumpulan data yang relevan.
Data akan pada tempat dimana survey dilakukan. Data-data tersebut terdiri dari :
Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dengan melakukan
3. Jumlah kendaraan
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur berupa
b) Data Trayek
1. Terminal - Akehuda
2. Terminal - Tarau
3. Terminal - Moya/Tabahawa
6. Terminal - Jerbus
7. Terminal - Perumnas
8. Terminal - Ubo-ubo
9. Terminal - Kalumata
3. Analisa headway
Tahapan analisis untuk studi karakteristik kinerja angkutan kota di Kota Ternate
yaitu :
lapangan
6. Kesimpulan
3.5 Bagan Alir Penelitian ( Flow Chart )
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Primer :
Data Sekunder :
1. Jumlah Penumpang 1. Jumlah angkutan yang
2. Waktu Tempuh beroperasi
3. Jumlah Kendaraan 2. Data Trayek
4. Kuisioner dan
Wawancara
Selesai