Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat,pembangunan

ekonomi dan sosial suatu Negara. Maka sudah seharusnya perkembangan dalam

transportasi atau sistem pengangkutan khususnya angkutan darat harus di pikirkan sejak

dini ( Nova citra dewi, 2009).

Secara umum angkutan ini sendiri dapat di definisikan sebagai pemindaan

Pengangkutan di perlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak terdapat di sembarang

tempat. Sistem yang digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang dengan

menggunakan alat angkut tersebut dinamakan moda transportasi. Hal ini menyangkut

efisiensi pergerakan di daerah perkotaan, ruang yang harus di sediakan kota untuk di

jadikan prasarana transportasi, dan banyaknya pilihan moda transportasi yang biasa di

pilih oleh penduduk. Faktor ini adalah salah satu yang menjadi pertimbangan pelaku

perjalanan dalam menentukan moda angkutan umum yang akan di gunakan.

Pertumbuhan wilayah di daerah perkotaan di Kota Ternate sangatlah cepat

karena kepadatan penduduk semakin meningkat. Seiring meningkatnya permintaan akan

pelayanan transportasi dalam mendukung kegiatan masyarakat Kota Ternate, jumlah

kendaraan angkutan perkotaan dari waktu ke waktu terus bertambah, tanpa adanya

pembatasan jumlah armada yang beroperasi. Tingkat pelayanan dan kinerja sarana dan

prasarana angkutan umum yang kurang optimal di lihat dari besarnya headway yang di

tawarkan, lamanya jam pelayanan angkutan dalam satu hari, jarak atau luasan area yang
terlayani,kapasitas tempat duduk (load factor) serta kenyamanan selama di dalam

kendaraan, terminal Gamalama Kota ternate yang belum memenuhi standar pelayanan

prasarana angkutan umum di lihat dalam kondisi sekarang. Pada Saat ini terminal

Gamalama belum melaksanakan pembangunan tahap 2 sehingga belum lengkap ruang

tunggu dan fasilitas penunjang lainnya. angkutan umum yang beroperasi berhenti di dalam

maupun luar terminal menimbulkan kemacetan. belum tersedianya ruang tunggu sopir

angkutan umum di Kota Ternate membuat ruang tunggu darurat di dalam terminal

Gamalama sebagai tempat beristirahat saat menunggu penumpang/pengguna jasa.

Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian membahas mengenai

“Studi Karakteristik Kinerja Dan Tingkat Pelayanan Sarana Dan Prasarana Angkutan

Umum Di Kota Ternate”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangan yang di uraikan diatas maka rumusan masalah

adalah :

1. Mengevaluasi kinerja angkutan umum di Kota Ternate?

2. Bagaimana tingkat pelayanan sarana dan prasarana angkutan umum di Kota Ternate

menurut presepsi pengguna jasa?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi kinerja angkutan umum di Kota Ternate

2. Mengetahui tingakat pelayanan sarana dan prasarana angkutan umum di Kota Ternate

1.4. Batasan Masalah

1. Permasalahan yang di batasi hanya untuk mengevaluasi kinerja dan tingkat

pelayanan sarana dan prasarana angkutan umum di Kota Ternate


2. Mengevaluasi angkutan umum di Kota Ternate yaitu dengan menggunakan kapasitas

pelayanan, frekuensi pelayanan, headway,kecepatan operasi, waktu tempuh, waktu

antara kendaraan, dan load factor sebagai dasar perhitungan.

3. Prasarana Terminal Angkutan Umum

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang,perumusan masalah,batasan masalah,

tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini menjelaskan tentang acuan atau landasan teori yang menjadi dasar

analisa dan evaluasi dalam penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang metodologi atau cara memperoleh data-data

yang akan digunakan untuk analisa dan evaluasi dalam penelitian ini
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angkutan umum

2.1.1 Pengertian Angkutan Umum

Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu

tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari

tempat asalnya ketempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan menggunakan

sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan (diangkut oleh orang).

Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem

sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang

adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan

udara (Warpani,1990).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan

Jalan dijelaskan angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu

tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraan

umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan

oleh umum dengan dipungut bayaran. Pengangkutan orang dengan kendaraan

umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani

dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek. Tujuan utama

keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan

angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik

pelayanan yang aman dan nyaman.


Selain itu, keberadaan angkutan umum penumpang juga membuka lapangan

kerja. Ditinjau dengan kacamata perlalu - lintasan, keberadaan angkutan umum

penumpang mengandung arti pengurangan volume lalu lintas kendaraan pribadi,

hal ini dimungkinkan karena angkutan umum penumpang bersifat angkutan

massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau

penumpang. Banyaknya penumpang menyebabkan biaya penumpang dapat

ditekan serendah mungkin ( Warpani, 1990).

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 tahun 2003 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, ada

beberapa kriteria yang berkenaan dengan angkutan umum. Kendaraan umum

adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh

umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung. Trayek

adalah lintasan kendaraan untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil

bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal

tetap maupun tidak terjadwal.

Dalam memilih moda transportasi atau angkutan umum untuk suatu jenis produk

tertentu, lazimnya pengirim mempertimbangkan beberapa kriteria untuk memilih

angkutan umum atau trasnportasi yang diingkan, antara lain:

a. Kecepatan waktu pengantaran dari rumah ke rumah atau dari gedung ke gedung.

b. Frekuensi pengiriman terjadwal.

c. Keandala dalam memenuhi jadwal pada waktunya.

d. Kemampuan menangani angkutan dari berbagai barang.


e. Banyaknya tempat singgah atau bongkar muat.

f. Biaya per ton/kilometer

g. Jaminan atas kerusakan atau kehilangan barang (Nasution, 2004)

Berdasarkan Undang-Undang No.14 1992 tentang lalu lintas dan angkutan umum

dapat diselenggarakan setelah memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Memiliki ijin usaha,

2. Memiliki ijin trayek,

3. Memiliki asuransi beserta penumpangnya,

4. Layak pakai untuk kendaraan yang akan beroperasi,

5. Daftar tarif yang berlaku,

6. Fasilitas bagasi sesuai kebutuhan,

7. Jati diri pengemudi harus lengkap dan jelas.

2.1.2 Jenis Angkutan Umum

Berdasarkan Undang- Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan

kendaraan umum terdiri dari:

1. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain.

2. Angkutan perdesaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan atau

antar wilayah perdesaan.

3. Angkutan lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang

melalui lintas batas negara lain.

2.1.3 Karakteristik Angkutan Umum

Menurut Warpani (1990) angkutan umum dapat dibedakan menjadi angkutan

tak bermotor dan angkutan umum bermotor. Angkutan umum tak bermotor meliputi:
becak, andong, yang beroperasi diseluruh kota terutama didaerah pasar, terminal,

perumahan. Angkutan umum bermotor meliputi: bus kota, busa jarak jauh antar kota,

taksi, dan ojek. Bus beroperasi pada jalur-jalur tertentu yang telah ditetapkan

diseluruh daerah. Taksi dan angkutan kota beroperasi di daerah perkotaan, stasiun

kereta api, hotel-hotel, pusat pemerintahan, dan juga melayani panggilan melalui

telepon. Sedangkan ojek beroperasi dipinggir jalan yang belum dilewati oleh angkutan

lain.

2.2 Definisi Kinerja Angkutan Umum

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus besar bahasa

indonesia edisi ketiga (2000), kinerja adalah (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang

diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Namun kinerja disini adalah untuk menganalisa

terhadap satu kegiatan evaluasi tertentu, baik kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan

sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan

kegiatan evaluasi tersebut. Analisa semacam ini dianggap perlu dilakukan karena didalam

pelaksanaan suatu kegiatan evaluasi perlu adanya analisis dan dalam pembahasan

mengenai studi evaluasi kinerja angkutan dibutuhkan indikator yang akan menganalisa

sebagai dasar penilaian dalam penentuan akan hasil analisa tersebut (Asikin, 2001)

Jumlah armada yang cukup besar juga tidak disesuaikan dengan kebutuhan

permintaan dan kapasitas jalan (selalu terbatas),menimbulkan persaingan antar angkutan

dalam hal tersebut penumpang dengan alasan kejar setoran sehingga mamacu

pengendara untuk tidak disiplin berlal lintas. Hal ini dapat mengakibatkan kemacetan dan

kecelakaan lalu lintas. Indikator kualitas pelayanan operasi angkutan dapat dilihat dari nilai

kinerja operasi yang dihasilkan. (Asikin, 2001)


2.2.1 Kualitas Kinerja Operasi

Asikin, Zainal ( 1990 ) menjelaskan bahwa pengaturan bus merupakan

usaha untuk menciptakan pergerakan yang teratur, cepat, dan tepat dan

memberikan manfaat kepada semua pihak. Giannopaulus (1990) dalam

Chrisdianto (2004) dan Dina (2008) memberikan beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas operasi antara lain :

1. Nilai okupansi bis (load factor).

Nilai okupansi adalah perbandingan antara jumlah penumpang dengan

kapasitas tempat duduk yang yang tersedia didalam bus. Nilai okupansi 125%

artinya jumlah penumpang yang berdiri 25% dari tempat duduk yang tersedia,

nilai okupansi 100% berarti tidak ada penumpang yang berdiri dan semua

tempat duduk terisi. Nilai ini diperlukan untuk menentukan aksesbilitas yang

diberikan dan memberikan gambaran reabilitas dari transportasi perkotaan.

Pada jam – jam sibuk nilai okupansi dapat melebihi batas – batas yang

diinginkan, maka frekuensi pelayanan dan kapasitas bus juga harus

meningkat.

2. Rehabilitas.

Rehabilitas atau keandalan adalah faktor utama kepercayaan

masyarakat akan pelayanan angkutan umum. Istilah ini digunakan untuk satu

ketataan bis – bis pada jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Reabilitas

ditunjukan dengan prosentase bis akan datang tepat waktu pada suatu

tempat henti terhadap total jumlah kedatangan. Sebelum bis tepat waktu jika

bis tersebut tiba dalam interval waktu yang telah dijadwalkan, standar waktu
terlambat awal datang antara 0 – 5 menit.

3. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.

Aspek yang harus betul-betul dipertimbangkan adalah kenyamanan

yang diterima oleh pengguna, yang diasumsikan dengan pengaturan tempat

duduk, kemudahan bergerak dalam bis, diturunkan ditempat henti bis,

kenyamanan mengendarai, kemudahan naik turun bis serta kondisi kebersihan

bis.

4. Panjang trayek.

Trayek sedapat mungkin melalui lintasan yang terpendek dengan kata

lain menghindari lintasan yang dibelok-belokan, sehingga menimbulkan kesan

pada penumpang bahwa mereka tidak membuang-buang waktu. Panjang

trayek angkutan kota agar dibatasi tidak terlalu jauh, maksimal antara 2 – 2,25

jam perjalanan pulang pergi.

5. Lama perjalanan.

Lama perjalanan ke dan dari tempat tujuan setiap hari, rata-rata 1 –

1,5 jam, dan maksimal 2 – 3 jam. Waktu perjalanan penumpang rata – rata

pada saat melakukan penyimpangan harus tidak melebihi 25% dari waktu

perjalanan kalau tidak melakukan penyimpangan terhadap lintasan pendek.

2.2.2 Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

Untuk mengetahui apakah angkutan umum itu sudah berjalan dengan baik

atau belum dapat dievaluasi dengan memakai indikator kendaraan angkutan

umum berdasarkan standar yang telah ditetapkan pemerintah. Standar yang

digunakan di Indonesia dapat menggunakan Standar Keputusan Direktur Jenderal


Perhubungan Darat Nomor SK : SK.687/AJ.206/DRJD/2002 seperti pada Tabel

2.1 dan menurut Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia (2012) seperti pada

tabel 2.1:

Tabel 2.1 Standar Kineja Angkutan Umum

No Parameter Standar

1 Waktu antara (headway)

H ideal 5-10 menit

H puncak 2-5 menit

2 Waktu menunggu

Rata-rata 5-10 menit

Maksimum 10-20 menit

3 Faktor muatan (Load Factor) 70%

4 Waktu Perjalanan

Rata-rata 1-1,5 jam

Maksimum 2-3 jam

5 Jumlah Armada -

6 Rute -

Sumber : KeputusanDirektur Jendral Perhubungan Darat


Tabel 2.2 Standar Kinerja Angkutan Umum

Kecepatan Perjalanan

1 Jam Normal 50 km/jam

Jam Puncak 30 km/jam

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 10. Tahun 2012


Tabel 2.3 Indikator Standar Pelayanan Angkutan Umum

Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8

1 >1 >15 >12 <13 <4 <82 >30 05-18

2 0.8-1 10-15 6-12 13-15 4-6 82-100 20-30 05-20

3 <0.8 <10 <6 >15 >6 >100 <20 05-22

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat dalam Rahmawati dan Novitasari, 2010

Tabel 2.4 Standar Kinerja Pelayanan Angkutan Umum Berdasarkan Nilai Bobot

Kriteria Total Nilai Bobot

Baik 18,00- 24,00

Sedang 12,00-17,99

Kurang < 12

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat dalam Rahmawati dan Novitasari, 2010

2.2.3 Karakteristik Kinerja Angkutan Umum

Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk Kinerja

adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan

pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi

orang. Kinerja juga merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja perusahaan dari

sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu

tertentu (Hazian, 2008).


Indikator kinerja operasional angkutan kota berdasarkan (Departemen

Perhubungan, 2002):

1. Jumlah Penumpang

Jumlah penumpang adalah rata-rata jumlah penumpang/armada/hari,

untuk periode harian umumnya jumlah penumpang mencapai puncaknya pada

pagidan siang hari.

JPA = JPH / JAB..……………………………………………………….

…………(2.1)

Dimana:

JPA = Jumlah penumpang/armada/hari

JPH = Jumlah penumpang/hari

JAB = Jumlah armada yang beroperasi

2. Jarak Perjalanan

Jarak Perjalanan adalah jarak perjalanan yang dapat dilakukan oleh

angkutan umum yang ditempuh tiap armada/hari.

JP = JR/hr x Pr ….

………………………………………………………………….(2.2)

Dimana:

JP = Jarak perjalanan

JR /hr = Jumlah rata-rata rit/armada/hari

Pr = Panjang rute (km)

3. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar


Volume bahan bakar (liter) yang dipergunakan untuk menempuh

perjalanan.

KBB = JBB /

JP.............................................................................................(2.3)

Dimana:

KBB = Konsumsi bahan bakar (km/liter)

JBB = Jumlah bahan bakar (liter)

JP = Jarak perjalanan

4. Faktor Muatan (load factor)

Perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan daya

tamping pada tiap segmen jalan sebagai load factor yang mewakili satu lintasan

jalan.Perhitungan load factor hanya berdasarkan pada penumpang yang naik

pada tiap segmen jalan.

LF = P/K x

100%............................................................................................(2.4)

Dimana:

LF = Faktor muatan (load factor)

P = Jumlah penumpang yang diangkut pada tiap segmen jalan

K = Kapasitas atau banyaknya tempat duduk yang diijinkan

Kualitas pelayanan Angkutan Kota meliputi beberapa indikator seperti :

1. Headway

Headway merupakan rata-rata waktu kedatangan dari dua kendaraan

angkutan kota yang merupakan interval waktu antara saat dimana bagian depan
suatu kendaraan melewati suatu titik pengamatan sampai bagian depan

kendaraan berikutnya melewati titik pengamatan yang sama.

2. Waktu Tunggu

Waktu tunggu adalah jumlah waktu rata-rata dan maksimum penumpang

saat menunggu angkutan umum. Dalam mengestimasi waktu tunggu diasumsikan

bahwa kedatangan angkutan umum bersifat acak dan tidak berdasarkan jadwal

yang jelas, sehingga rata-rata waktu tunggu yang diperlukan pengguna angkutan

umum diasumsikan sama dengan setengah headway.

WT = 0,5 x

H…………………………………………………………………………(2.5)

Dimana :

WT = Waktu tunggu (menit)

H = Headway (menit)

3. Waktu Perjalanan

Waktu perjalanan yaitu waktu maksimum yang diperlukan dalam

melakukan perjalanan, termasuk dalam waktu perjalanan ini adalah waktu tunggu,

waktu berjalan menuju pemberhentian angkutan serta waktu selama bergerak.

WP = Wt – Wb…………………………………………………………………………(2.6)

Dimana:

WP = Waktu perjalanan

Wt = Waktu tiba

Wb = Waktu berangkat

4. Kecepatan
Kecepatan adalah kecepatan rata-rata yang ditempuh angkutan umum

dalam km/jam. Diperoleh dari pencatatan waktu saat kendaraan berangkat dan

kembali lagi ke tempat asal dari perjalanan.

V = JP / WP………………………………….

………………………………………...(2.7)

Dimana:

V = Kecepatan rata-rata (km/jam)

JP = Ja rak perjalanan (km)

WP = Waktu perjalanan (jam)

Tabel 2.1 Standar Kinerja Operasional berdasarkan Departemen Perhubungan

N Aspek Parameter Standar


o
1. Jumlah penumpang Jumlah (orang/hr)
penumpang/angkutan/hari 1500-
a. Bus besar lantai ganda 1800
b. Bus besar lantai 10001200
tunggal 500-600
c. Bus sedang 300-400
d. Bus kecil 250-300
e. Mobil penumpang
umum
2. Jarak perjalanan Rata-rata jarak tertempuh (km/hr)
angkutan a. Bus besar lantai ganda 250
b. Bus besar lantai 250
tunggal 250
c. Bus sedang 250
d. Bus kecil 250
e. Mobil penumpang
umum
3. Tingkat konsumsi Penggunaan bahan bakar (km/lt
bahan bakar a. Bus besar lantai ganda 2
b. Bus besar lantai 3-3,6
tunggal 5
c. Bus sedang 7,5-9
d.Bus kecil 7,5-9
e. Mobil penumpang
umum
4. Load Factor Perbandingan kapasitas 70%
terjual dan kapasitas
tersedia untuk satu
perjalanan
Sumber: Departemen Perhubungan, 2002

Standar kinerja dan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada


pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum di wilayah
perkotaaan dalam trayek tetap dan teratur yang dikeluarkan oleh (Departemen
Perhubungan, 2002) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang ditunjukkan
pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2
Tabel 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Berdasarkan Departemen Perhubungan

No Aspek Parameter Standar


Waktu tunggu penumpang menunggu angkutan (menit)
1. Waktu tunggu a. Rata-rata 5-10
b. Maksimum 10-20
Waktu perjalanan setiap hari dari/ke tempat (jam)
2. Waktu a. Rata-rata 1,0-1,5
perjalanan b. Maksimum 2,0-3,0
Waktu antara kendaraan (menit)
3. Headway a. Headway ideal 5-10
b. Headway puncak 2-5
Berdasarkan kelas jalan (km/jam)
a. Kelas I 30
b. Kelas II 30
c. Kelas IIIA 20-40
d. Kelas IIIB 20
4. Kecepatan e. Kelas IIIC 10-20
Angkutan Berdasarkan jenis trayek
a. Utama 30
b. Cabang 20
c. Ranting 10
d. Langsung 30
DepartemenSumber: Departemen Perhubungan, 2002
2.3 Terminal
2.3.1 Pengertian Terminal

Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan

kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas

(kendaraan, barang, dan sebagainya) diproses penuh sehingga dapat

meneruskan perjalanan. Terminal adalah suatau fasilitas yang sangat kompleks,

banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan

secara paralel sering terjadi kemacetan yang cukup mengganggu. Terminal

adalah titik pertemuan antara penumpang dan barang yang memasuki serta

meninggalkan suatu sistem transportasi. Terminal bukan saja merupakan

komponen fungsional utama dari sistem transportasi tetapi juga merupakan

prasarana yang merupakan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi

(Morlok E.K, 1995).

2.3.2 Fungsi Terminal

Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu,

kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau

kendaraan lain. Menurut Morlok (1984 : 271) fungsi terminal adalah sebagai

berikut :

1. Memuat penumpang atau barang ke atas kendaraan transport serta

membongkar menurunkannya

2. Menampung penumpang atau barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat

3. Menyiapkan dokumentasi perjalanan

4. Menyimpan kendaraan (dan komponen lainnya), memelihara dan

menentukan tugas selanjutnya.


5. Mengumpulkan penumpang dan barang di dalam grup-grup berukuran

ekonomis untuk diangkut dan menurunkan mereka sesudah tiba di tempat

tujuan

2.4.2 Tipe Terminal

Sebagai bagian dari infrastruktur transportasi, terminal dapat dibagi

menjadi 2 berdasarkan objek yang dilayani yaitu terminal penumpang dan terminal

barang. Dalam tulisan ini yang akan dibahas ditujukan kepada terminal

penumpang sebagai batasannya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 1993 Tentang Prasaranan dan Lalu Lintas Jalan dan Keputusan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal

Transportasi Jalan, terminal penumpang di kelompokkan menjadi tiga tipe yaitu

tipe A, B, dan C, yaitu:

1. Terminal penumpang tipe A

Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar

provinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam

provinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Penetapan lokasi terminal

penumpang tipe A meliputi beberapa persyaratan:

a. Terletak di ibukota provinsi, kota atau kabupaten dalam jaringan trayek

antar kota antar provinsi atau lalu lintas batas negara.

b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang – kurangnya kelas III A.

Jarak antar dua terminal penumpang tipe A, Sekurang – kurangnya 20 km

di pulau Jawa dan 30 km di pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya.

c. Luas lahan yang tersedia sekurang – kurangnya 5 Ha untuk pulau Jawa


dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya.

d. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal

sekurang – kurangnya berjarak 100 m di pulau Jawa dan 50 m di pulau

lainnya.

2. Terminal penumpag tipe B

Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam

provinsi, angkutan kota, dan/atau angkutan pedesaan. Penetapan lokasi

terminal penumpang tipe B meliputi beberapa persyaratan:

1. Terletak di kota atau kabupaten dalam jaringan trayek antar kota dalam

provinsi.

2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang –

kurangnya kelas IIIB.

3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal

penumpang tipe A, sekurang kurangnya 15 km di pulau Jawa dan 30 km

di pulau lainnya.

4. Tersedianya lahan sekurang – kurangnya 3 Ha untuk terminal di pulau

Jawa dan Sumatera dan 2 Ha untuk terminal di pulau lainnya.

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari teerminal

dengan jarak sekurang - kurangnya 50 m di pulau Jawa dan 30 m di

pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.

3. Terminal penumpang tipe C

Berfungsi melayani kerndaraan angkutan umum untuk angkuatan pedesaan.

Penetapan lokasi terminal penumpang tipe C meliputi beberapa persyaratan:


1. Terletak di wilayah kabupaten dan dalan jaringa trayek angkutan

pedesaan.

2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas paling tinggi kelas IIIA.

3. Tersedianya lahan sesuai dengan permintaan angkutan.

4. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,

sesuia kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

2.4.3 Standar Pelayanan Terminal Penumpang

Standar Pelayanan Terminal Penumpang merupakan pedoman bagi

penyelenggara terminal angkutan jalan dalam memberikan pelayanan jasa kepada

seluruh pengguna terminal. Standar Pelayanan Terminal Penumpang memuat

pelayanan fasilitas utama dan fasilitas penunjang sesuai dengan tipe dan kelas

terminal. Standar Pelayanan Terminal Penumpang diluar PM 40 Tahun 2015

ditambah beberapa aspek untuk mencapai optimalisasi penyelenggaraan terminal

yang optimal. Standar Pelayanan Terminal Penumpang di terminal angkutan jalan

sebagaimana dimaksud dalam PM 40 Tahun 2015, wajib disediakan dan

dilaksanakan oleh penyelenggara terminal penumpang angkutan jalan yang

mencakup :

a. Pelayanan Keselamatan

b. Pelayanan Keamanan

c. Pelayanan Kehandalan / Keteraturan

d. Pelayanan Kenyamanan

e. Pelayanan Kemudahan / Keterjangkauan

f. Pelayanan Kesetaraan
2.3 Trayek

Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang

dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan

jadwal tetap maupun tidak berjadwal (PP No. 41 Th. 1993). Sehingga trayek adalah

lintasan pergerakan angkutan umum yang menghubungkan titik asal ke titik tujuan dengan

melalui rute yang ada. Sedangkan pengertian rute adalah jaringan jalan atau ruas jalan

yang dilalui angkutan umum untuk mencapai titik tujuan dari titik asal. Jadi dalam suatu

trayek mencakup beberapa rute yang dilalui (La Gusti Negeri, 2009).

Rute angkutan umum biasanya ditempatkan di lokasi dimana memang diperkirakan

ada calon penumpang yang akan dilayani. Dalam suatu kota, pada umumnya rute yang

melayani masyarakat lebih dari satu maka ditinjau secara keseluruhan akan ada suatu

sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang bersama-sama melayani kebutuhan

umum masyarakat. Dalam sistem jaringan tersebut akan terdapat titik-titik dimana akan

terjadi pertemuan dua rute atau lebih. Pada titik-titik yang dimaksud dimungkinkan terjadi

pergantian rute, karena pada kenyataannya seorang penumpang tidak selamanya dapat

menggunakan hanya satu rute untuk perjalanannya dari satu tempat asal ke tempat

tujuannya (Warpani, 2002).

Dalam penyusunan jaringan trayek, telah ditetapkan hierarki trayek yang terdapat

dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Th. 1993 yaitu :

a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :

1. Mempunyai jadwal tetap


2. Melayani angkutan antara kawasan utama, antara kawasan utama dan kawasan

pendukung dengan ciri melakukan perjalanan pulang – balik secara tetap

dengan pengangkutan yang bersifat massal.

3. Dilayani oleh mobil bus umum

4. Pelayanan cepat dan atau lambat

5. Jarak pendek

6. Melalui tempat – tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan

menurunkan penumpang

b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :

1. Mempunyai jadwal tetap 10

2. Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung dan

pemukiman

3. Dilayani dengan mobil bus umum

4. Pelayanan cepat dan atau lambat

5. Jarak pendek

6. Melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang

c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :

1. Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman

2. Dilayani dengan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum

3. Pelayanan lambat

4. Jarak pendek
5. Melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang.

d. Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :

1. Mempunyai jadwal tetap

2. Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan

langsung

3. Dilayani oleh mobil bus umum

4. Pelayanan cepat

5. Jarak pendek

6. Melalui tempat tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang

Keterangan :

a. Yang dimaksud dengan mempunyai jadwal tetap adalah pengaturan jam

perjalanan setiap mobil bus umum, meliputi jam keberangkatan,

persinggahan dan kedatangan dalam terminal terminal yang wajib disinggahi.

b. Kawasan utama yaitu kawasan yang merupakan pembangkit perjalanan yang

tinggi seperti kawasan perdagangan utama, perkantoran di dalam kota yang

membutuhkan pelayanan yang cukup tinggi.

c. Kawasan pemukiman adalah suatu kawasan perumahan tempat penduduk

bermukim yang memerlukan jasa angkutan.

d. kondisi prasarana jalan yang memungkinkan untuk dilaksanakan trayek

tersebut.

2.5 Penelitian Terdahulu


1. Evaluasi Kinerja Pelayanan dan Jumlah Armada Angkutan Kota di Kota Semarang

(Studi Kasus Jalur Angkutan Trayek Lawang – Arjosari)

Abstrak : Seiring meningkatnya permintaan akan pelayanan transportasi dalam

mendukung kegiatan masyarakat Kota Tangerang, jumlah kendaraan angkutan kota

dari waktu ke waktu terus bertambah, tanpa adanya pembatasan jumlah armada yang

beroperasi sehingga menyebabkan jumlah armada tidak seimbang dengan kebutuhan

(over supply). Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Kinerja

Pelayanan dan Jumlah Armada Angkutan Kota di Kota Tangerang dengan studi kasus

Trayek T.01 Terminal Poris Plawad – Jatake.Penelitian ini melewati dua tahap

pengumpulan data, tahap yang pertama dilakukan untuk menentukan jumlah sampel

dengan menggunakan metode proporsi sampling dan tahapan yang kedua dilakukan

untuk mengumpulkan data mengenai indikator kinerja angkutan kota dan penentuan

jumlah armada dengan metode simple random samplingkemudian dianalisa

berdasarkan standar pelayanan angkutan umum dari Dirjen Perhubungan Darat tahun

2002.Dari Hasil penelitian didapatkan hasil dari load factor pada jam sibuk, kecepatan

perjalanan, waktu tunggu, headway, frekuensi kendaraan, waktu perjalanan, waktu

pelayanan, dan kriteria awal dan akhir perjalanan memperoleh nilai baik. Secara

keseluruhan kriteria penilaian dari sisi penumpang kinerja pelayanan angkutan kota

berkinerja baik dengan memperoleh nilai bobot 24. Untuk hasil evaluasi jumlah

armada, terdapat perbedaan kebutuhan jumlah armada angkutan kota pada setiap jam

sibuk pagi, siang dan malam hari pada trayek Terminal Poris Plawad – Jatake, jumlah

armada yang beroperasi pada trayek Terminal Poris Plawad – Jatake tidak diperlukan
penambahan jumlah armada angkutan kota yang beroperasi pada trayek Terminal

Poris Plawad – Jatake.

2. Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Kota Malang

Abstrak : Transportasi merupakan salah satu elemen penting dari sebuah kawasan

perkotaan. Fasilitas transportasi memiliki potensi mengendalikan arah dan besaran

pembangunan perkotaan, sehingga perencanaan transportasi memiliki a posisi khusus

dalam kegiatan perencanaan kota. Pertumbuhan ekonomi daerah selalu dikaitkan

dengan meningkatkan aktivitas masyarakat. Kegiatan kemasyarakatan ini akan

membentuk pola gerakan terkait mobilitas masyarakat. Pergerakan masyarakat harus

didukung dengan fasilitas transportasi yang memadai dan infrastruktur. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kinerja angkutan umum eksisting, untuk mengetahui jenis

angkutan umum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Malang dan

merekomendasikan jenisnya yang seperti apa angkutan umum yang sesuai untuk Kota

Malang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kinerja angkutan kota dengan rute AL,

ADL dan ABG / H serta jenis angkutan umum yang sesuai kebutuhan kota malang

berdasarkan kriteria head way dan waktu tunggu, trayek angkutan kota tidak sesuai

dengan kriteria waktu tunggu yang ditetapkan, termasuk ABG / H dan ADL. Tempat

perhentian sementara diketahui bahwa angkutan kota trayek memiliki tempat

pemberhentian selain terminal yang ditentukan. Berdasarkan Pada kriteria load factor,

diketahui ketiga rute AL yaitu ADL dan ABG / H tidak sesuai dengan kriteria untuk

faktor beban dan sebagian besar kendaraan memiliki usia rata-rata kendaraan lebih

dari 5 tahun yang bisa berpotensi bermasalah. Berdasarkan persepsi masyarakat,

jenis angkutan umum yang sesuai dan dapat diterapkan di Kota Malang adalah jenis
Angkutan Kereta Api Ringan (LRT) angkutan umum. Ini bisa dilihat dari tingkat pilihan

masyarakat terhadap angkutan umum alternatif yaitu LRT sebesar 58% dan BRT dari

42%. Jenis Alternatif Angkutan Umum yang sesuai adalah Jenis Angkutan Rel Ringan

(LRT) transportasi umum. Hal ini terlihat dari tingkat pilihan masyarakat terhadap

alternatif public angkutan, yaitu LRT 58% dan BRT 42%, dengan tingkatan masing-

masing kriteria sebagai berikut: berdasarkan tingkat keamanan, 88% LRT dan 12%

BRT, berdasarkan tingkat kenyamanan, LRT 74% dan BRT 26%, berdasarkan tingkat

ketepatan waktu, LRT 76% dan BRT 24%, berdasarkan tingkat kepatuhan, LRT 57%

dan BRT 43%.

3. Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Trayek Terminal Oebobo – Terminal Kupang PP

dan Terminal Kupang – Terminal Noelbaki PP

Abstrak : Beberapa ruas jalan pada Trayek Terminal Oebobo-Terminal Kupang PP

dan trayek Terminal Kupang-Terminal Noelbaki PP, pada jam-jam puncak angkutan

umum yang ada cenderung digunakan melebihi kapasitas maksimumnya. Keadaan

sebaliknya terjadi pada jam non-puncak, kendaraan umum setengah kosong dan

harus melakukan kompetisi dengan angkutan umum lainnya untuk mendapatkan

penumpang. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui kinerja pelayanan angkutan

umum, kebutuhan angkutan umum dan membuat rekomendasi terkait dengan hasil

evaluasi kinerja pelayanan pada kedua trayek ini. Dalam penelitian ini indikator kinerja

angkutan umum yang dinilai adalah faktor muat, waktu perjalanan, frekuensi

pelayanan, waktu antara, waktu tunggu, jumlah kendaraan yang beroperasi, dan waktu

pelayanan. Indikatorindikator tersebut diperoleh dari hasil survey dinamis dan survey

statis. Dari hasil evaluasi standar pelayanan angkutan umum menurut Dirjen
Perhubungan Darat, kinerja pelayanan angkutan umum pada trayek Terminal Oebobo-

Terminal Kupang PP dan Terminal KupangTerminal Noelbaki PP termasuk kategori

baik. Kebutuhan jumlah angkutan umum pada trayek Terminal Oebobo-Terminal

Kupang PP adalah 22 unit, sedangkan untuk trayek Terminal Kupang-Terminal

Noelbaki PP sebanyak 40 unit. Berdasarkan hasil evaluasi diberikan rekomendasi

diantaranya: jumlah angkutan umum yang sudah ada dipertahankan saja atau

dikurangi hingga mendekati nilai rata-rata jumlah kendaraan beroperasi setiap hari

serta perlunya pembinaan pada pengemudi tentang kesadaran berlalu lintas yang baik

di jalan raya.

4. Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota di Kota Cilegon (Trayek Cilegon – Merak

PP)

Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dugaan kurang optimalnya pelayanan t

trayek angkutan kota CilegonMerak. Hal ini diterlihat dengan menumpuknya

penumpang pada jam-jam sibuk dan sedikitnya penumpang pada jam-jam tertentut.

Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Kinerja Pelayanan

Angkutan Kota Di Kota Cilegon khususnya pada trayek Cilegon – Merak. Penelitian

mengenai evaluasi kinerja ini menggunakan dua indikator penilaian yaitu penilaian

pada sisi penumpang dengan menggunakan Indikator Standar Pelayanan Angkutan

Umum yang dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Darat tahun 1999 dan penilaian dari

sisi operator angkutan kota (pemilik/supir/penyewa angkutan kota) dengan

menggunakan perbandingan antara pemasukan dengan Biaya Operasional

Kendaraan (BOK). Penelitian ini melewati dua tahap mengumpulan data, tahap yang

pertama dilakukan untuk menetukan jumlah sampel dengan menggunakan metode


Simple Random Sampling.Tahapan selanjutanya dilakukan untuk mengumpulkan data

mengenai indikator kinerja angkutan umum yang berupa load factor dinamis, headway,

tingkat occupancy, frekuensi kendaraan, serta biaya operasi kendaraan. Dari hasil

analisa didapatkan bahwa load factor pada jam sibuk, kecepatan perjalanan, waktu

tunggu, headway, frekuensi kendaraan, waktu perjalanan memperoleh nilai Baik.

Sedangkan kriteria sedang diperoleh dari kriteria waktu pelayanan, awal dan akhir

perjalanan.Secara keseluruhan kinerja pelayanan angkutan kota pada trayek Cilegon

– Merak berkinerja Baik (bobot nilai 22). Dilihat dari Biaya Operasi Kendaraaan (BOK)

maka didaptkan nilai BOK sebesar Rp. 7.185.210,- per bulan jika dibandingkan

dengan pendapatan operator sebesar Rp. 7.962.510,- per bulan maka keuntungan

yang diperoleh setiap bulannya sebesar Rp. 777.300.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan jenis kuantitatif dan kualitatif dengan

metode survey di lapangan, wawancara dan kuesioner.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan oktober selama 7 hari dalam satu

minggu. Selain itu adapun waktu penyusunan proposal dalam tabel 3.1 sebagai

berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan


Tahun 2021
No Urutan Kegiatan Bula Bula Bula Bula Bulan Bula
n n II n n V n VI
I III IV
1. Pengajuan Judul
2. Identifikasi Masalah
3. Penyusunan Proposal
Skripsi
4. Seminar Proposal Skripsi
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan Data
7. Seminar Hasil Skripsi
8. Perbaikan Hasil Skripsi
9. Seminar Akhir Skripsi

3.2.2 Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian atau wilayah studi dan pengambilan data yang berlokasi

di Kota Ternate bertempat di Terminal Induk Kelurahan Gamalama Kecamatan

Kota Ternate Tengah, Provinsi Maluku Utara.

Gambar 3.1.Lokasi penelitian (Sumber : Google Earth)

Gambar 3.2.Lokasi penelitian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.3.Lokasi penelitian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.4.Lokasi penelitian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.5.Lokasi penelitian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.6.Lokasi penelitian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mendatangi langsung dimana

lokasi/tempat dilakukannya pengambilan data yang diperlukan dalam penyusunan

hasil penelitian.

3.3.2 Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu mengumpulkan dan mempelajari hal-hal yang

berhubungan dengan masalah yang di teliti. Bahan-bahan tersebut berupa bahan

yang didapat dari tulisan ilmiah,diktat, dan buku maupun internet yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Dalam hal data yang diperoleh berupa literatur

mengenai hal-hal yang berberkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

3.4 Sumber Data

Dalam Analisa yang akan dilakuakn, diperlukan pengumpulan data yang relevan.

Data-data ini dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :

Data akan pada tempat dimana survey dilakukan. Data-data tersebut terdiri dari :

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan di lapangan.

Data primer yang diambil secara langsung yaitu :

1. Jumlah angkutan umum yang beroperasi

2. Waktu tempuh kendaraan

3. Jumlah kendaraan

4. Kuesioner tingkat pelayanan


5. Wawancara

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur berupa

sumber-sumber informasi berupa buku panduan, internet, data-data statistic dari

instansi-instansi terkait dan sumber pustaka lainnya.

a) Jumlah angkutan kota yang ada di Kota Ternate

b) Data Trayek

1. Terminal - Akehuda

2. Terminal - Tarau

3. Terminal - Moya/Tabahawa

4. Terminal - Air Tege-Tege

5. Terminal - Tanah Tinggi

6. Terminal - Jerbus

7. Terminal - Perumnas

8. Terminal - Ubo-ubo

9. Terminal - Kalumata

10. Terminal - Jambula/Foramadiahi

11. Terminal - Rua/Kastela

12. Terminal - Taduma

13. Terminal - Togafo

14. Termianl - Sulamadaha

15. Terminal - Sasa

3.5 Teknik Analisis Data


1. Analisa jumlah armada yang beroperasi

2. Analisa frekuensi pelayanan

3. Analisa headway

4. Analisa kecepatan operasi

5. Analisa waktu perjalanan

6. Analisa waktu antara kendaraan

7. Analisa load factor

8. Analisa Tingkat Pelayanan Sarana dan Prasarana Angkutan Umum

3.6 Tahapan Analisis

Tahapan analisis untuk studi karakteristik kinerja angkutan kota di Kota Ternate

yaitu :

1. Pembagian indicator kinerja angkutan kota

2. Pengumpulan data-data primer dan sekunder

3. Identifikasi dan klasifikasi data-data yang dikumpulkan dari hasil survey di

lapangan

4. Pengkajian data wawancara dan kuisioner untuk memperoleh parameter kinerja

tingkat pelayanan sarana dan prasarana angkutan umum yang di teliti

5. Analisis tiap parameter yang didapat

6. Kesimpulan
3.5 Bagan Alir Penelitian ( Flow Chart )

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer :
Data Sekunder :
1. Jumlah Penumpang 1. Jumlah angkutan yang
2. Waktu Tempuh beroperasi
3. Jumlah Kendaraan 2. Data Trayek
4. Kuisioner dan
Wawancara

Teknik Analisa Data

1. Analisa jumlah armada yang beroperasi


2. Analisa frekuensi pelayanan
3. Analisa headway
4. Analisa kecepatan operasi
5. Analisa waktu perjalanan
6. Analisa waktu antara kendaraan
7. Analisa load factor
8. Analisa Tingkat Pelayanan Sarana dan
Prasarana Angkutan Umum

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.7 Bagan Alir Penelitian


37

Anda mungkin juga menyukai