Anda di halaman 1dari 3

PASAL 29

Sesuai pasal 28 ayat 1a disebutkan bahwa Rencana Evakuasi merupakan panduan evakuasi ke luar
bangunan yang digunakan pengguna serta petugas evakuasi pada saat bencana atau keadaan darurat
lainnya. Sebagai Arsitek yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah, penempatan di lokasi yang banyak
diakses dan mudah terlihat, serta kemudahan dan kejelasan informasi yang disampaikan.

PASAL 30

Sesuai pasal 28 ayat 1b disebutkan bahwa Sistem peringatan bahaya merupakan peringatan dini bagi
pengguna gedung terhadap bencana atau situasi darurat. Peringatan bahaya ini paling sedikit terdiri atas
sistem audio atau sistem visual. Dalam hal perancangan dan penyediaan dijelaskan bahwa arsitek harus
memperhatikan, kemampuan aktifnya sistem baik otomatis atau manual dan akses di lokasi yang mudah
dilihat atau dicapai.

PASAL 31

Sesuai Pasal 28 ayat 1c disebutkan bahwa Pencahayaan eksit dan tanda arah merupakan pencahayaan
buatan dan tanda arah pada jalur evakuasi saat bencana atau situasi darurat. Asitek perlu
memperhatikan tingkat pencahayaan yang memadai untuk memandu pengguna bangunan secara aman
dan mudah

PASAL 32

Sesuai pasal 28 ayat 1d disebutkan bahwa Area tempat berlindung (refuge area) merupakan lantai untuk
area berkumpulnya pengguna bangunan apabila terjadi keadaan darurat yang harus disediakan pada
interval tidak lebih dari 16 lantai

PASAL 33

Sesuai pasal 28 ayat 1e disebutkan bahwa titik berkumpul merupakan tempat berkumpul terakhir
setelah proses evakuasi. Dalam Perancangan dan penyediaan Arsitek harus memperhatikan, kesesuaian
sebgai lokasi akhir dalam rute evakuasi, keamanan dan kemudahan dalam aksesnya, jarak yang aman
dari bahaya, kemungkinan untuk difungsikan secara komunal, dan kapasitasnya.

PASAL 34

Sesuai pasal 28 ayat 1f disebutkan bahwa lift kebakaran merupakan lift yang difungsikanuntuk keperluan
evakuasi dan pemadaman. Seorang Arsitek harus memperhatikan jumlah minimal, kemampuan untuk
dikombinasikan, dan perletakan pada saf.

PASAL 35

Ketentuan mengenai penyediaan fasilitas dan Akesibilitas hubungan dalam bangunan gedung,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan Menteri ini.

PASAL 36
Sebagai Arsitek kita harus memperhatikan kelengkapan dan pemanfaatan prasarana bagunan,
didalamnya yaitu :

- Ruang ibadah
- Ruang ganti
- Ruang laktasi
- TPA
- Toilet
- Bak cuci tangan
- Pancuran
- Urinal
- Tempat sampah
- Fasilitas komunikasi dan informasi
- Ruang tunggu
- Perlengkapan dan peralatan kontrol
- Rambu dan marka
- Titik pertemuan
- Tempat parkir
- Sistem parkir otomatis
- Sistem kamera pengawas.

Dalam perancangan dan penyediaan prasarana dan sarana pemanfaatan seorang arsitek harus
memperhatikan fungsi, luas, dan jumlah pengguna gedung.

PASAL 37

Sesuai pasal 36 ayat 1a Ruang ibadah merupakan ruang yang digunakan untuk melaksanakan
ibadah. Dalam Perancangan dan pnyediaan seorang arsitek harus memperhatikan, Penempatan
yang layak, bersih, suci dan mudah diakses. Memperhatikan ketentuan seperti kiboat untuk mushola
atau masjid, pemisahan area suci dan non suci, serta pencahayaan dan penghawaan yang memadai.

PASAL 38

Sesuai pasal 36 ayat 1b Ruang ganti merupakanruang yang digunakan untuk mengganti pakaian. Dalam
perancangan dan penyediaan seorang arsitek harus memperhatikan, Kewajiban fasilitas olahraga yang
didalamnya terdapat aktivitas yang mewajibkan penggunaan seragam. Penempatan pada lokasi yang
midah diakses, dimensi yang memadai, Penyedediaan ruang penyimpanan pakaian, serta pencahayaan
dan penghawaan yang memadai.

PASAL 39

Sesuai pasal 36 ayat 1c Ruang laktasi merupakan ruang yang disediakan untuk kegiatan ibu dan bayi
Seperti mengganti popok, menyusui, dan lain-lain. Dalam perancangan dan penyediaan seorang Arsitek
harus memperhatikan Penempatan lokasi di tempat yang mudah diakses, privasi, kenyamanan dan
perlindungan bagi pengguna, higienitas, kebisingan, jumlah penggunan, dan sarana pendukung.

PASAL 40
Sesuai dengan Pasal 36 ayat 1d TPA atau Taman Penitipan Anak merupakan salah satu bentuk satuan
PAUD jalur pendidikan nonformal dalm bangunan. Dalam perancangan dan penyediaannya seorang
Arsitek harus memperhatikan Lokasi, privasi, kenyamanan, kebersihan, jumlah pengguna, luas lantai,
dan ketersediaan sarana pendukung.

PASAL 41

Sesuai pasal 36 ayat 1e Toilet merupakan ruang untuk buang air yang disediakan untuk pengguna.
Dalam perancangan dan penyediaan seorang arsitek harus memperhatikan, jumlah pengguna,
pemisahan gender, material yang digunakan, lokalisasi terhadap kebocoran, dan sarana untuk
penyandang disabilitas.

PASAL 42

Sesuai pasal 36 ayat 1f Bak cuci tangan merupakan sarana untuk pengguna bangunan membersihkan
tangan, menggosok gigi, atau mencuci muka. Dalam oerancangan dan penyediaan seorang Arsitek harus
memperhatikan Perletakan pada Toilet, ketinggian yang mudah dijangkau, aksesibilitas bagi penyandang
disabilitas.

PASAL 43

1. Arsitektur harus memahami bahwa Pancuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf g
merupakan Fasilitas mandi dengan pancuran bagi Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung
Bangunan Gedung.

(2) Arsitektur harus memahami bahwa Perancangan dan penyediaan pancuran harus memperhatikan
pengaturan penggunaan air dan Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.

Anda mungkin juga menyukai