Anda di halaman 1dari 4

Edukasi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Tekan Angka Kejadian

Stunting

Ahmad Yudi S. 1a, Nurazijah, Subhan Fajri2


1
Strategist of Prodia Senior Health Centre
2
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Respati
a
Email Korespondensi: radenyudistira09@gmail.com

Indonesia tengah mengalami beban stunting pada tahun 2018. Akan tetapi pada
ganda malnutrisi atau disebut double balita normal terjadi peningkatan dari 48,6%
burden malnutrition (DBM), yang berarti pada tahun 2013 menjadi 57,8% di tahun
hingga saat ini pemerintah masih terus 20182.
mengatasi masalah kesehatan yang Dalam pidato kenegaraan, Presiden
disebabkan akibat kekurangan gizi seperti Republik Indonesia menargetkan pada tahun
kurus, anemia, dan stunting, dan di saat 2024 kasus stunting mengalami penurunan
yang bersamaan juga menghadapi hingga 14 persen. Agenda pengentasan
masalah kelebihan gizi seperti obesitas. stunting termasuk dalam Rencana
Gizi buruk merupakan salah satu Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 yakni percepatan
permasalahan dunia yang hingga kini
perbaikan gizi masyarakat3. Hal ini
masih menjadi isu utama, terutama
menunjukkan niat serius pemerintah dalam
dampak kumulatif dan jangka panjang mengatasi masalah stunting di negeri ini, juga
yang ditimbulkan terhadap generasi suatu memperhatikan batas toleransi persentase
bangsa. Pemenuhan gizi yang kurang maksimal kasus stunting yang ditetapkan oleh
tercukupi baik sejak masa kehamilan World Health Organization (WHO). Selain
hingga bayi lahir menjadi penyebab dihadapi Beban Gizi Ganda, Indonesia akan
berbagai masalah kesehatan, baik pada menghadapi bonus demografi, dimana pada
Ibu maupun bayinya. Salah satu masalah tahun 2045 nanti, Indonesia akan memasuki
kesehatan yang berdampak pada bayi usia yang ke-100 tahun, sehingga generasi
mendatang merupakan generasi emas bagi
yaitu stunting.
bangsa Indonesia. Dengan mengatasi
Permasalahan stunting merupakan stunting, Indonesia dapat menikmati bonus
persoalan klasik yang hingga kini masih demografi, dimana jumlah usia produktif lebih
belum terselesaikan, bahkan termasuk besar dibandikan dengan usia tidak produktif.
agenda intervensi kesehatan global dalam Stunting atau sering dikenal dengan
Sustainable Development Goals (SDGs) sebutan kerdil (pendek) adalah gangguan
2030, dimana kejadian stunting sering pertumbuhan atau gagal tumbuh pada anak
dijumpai di negara berkembang, termasuk berusia di bawah lima tahun (balita) yang
Indonesia. Global Nutrition Report (2016) disebabkan kekurangan gizi kronis dan infeksi
menyebutkan bahwa kasus stunting di berulang selama masa 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu dari tahap janin hingga
Indonesia menduduki peringkat ke 108
anak berusia 23 bulan. Anak dapat dikatakan
dari 132 negara di dunia. Di kawasan Asia
stunting apabila panjang atau tinggi badannya
Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia berada di bawah minus dua standar deviasi
merupakan yang tertinggi kedua setelah dari tinggi anak seumurannya4. Beberapa
Cambodia1. Hasil Riset Kesehatan Dasar gejala stunting pada anak dapat dikenali
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa sebagai berikut: (1) tinggi badan anak lebih
selama 5 tahun terakhir, prevalensi stunting rendah dibandingkan anak seusianya, (2)
skala nasional mengalami penurunan sebesar proporsi tubuh terlihat normal namun anak
6,4%, dimana sebelumnya pada tahun 2013 terlihat lebih kecil dari usianya, (3) berat badan
terdapat 37,2% kasus, menjadi 30,8% kasus
yang rendah tidak sesuai dengan usianya, (4) cukup hanya mengatasi faktor langsung atau
pertumbuhan tulang anak yang lambat5. gizi spesifik, tetapi juga kombinasi dengan
Stunting terjadi sejak dalam kandungan dan faktor tidak langsung atau gizi sensitif, salah
akan terlihat saat anak berusia 2 tahun. satunya pengetahuan tentang gizi.

Tak hanya bertubuh pendek, stunting Dalam mencegah stunting pada anak
pada anak memiliki dampak jangka panjang perlu di intervensi sejak masa kehamilan Ibu
dan komplek seperti terhambatnya dengan memperhatikan pola makan, terutama
perkembangan fisik dan kognitif, fungsi tubuh memastikan asupan gizi yang dibutuhkan Ibu
yang tidak seimbang, dan rentan terserang hamil tercukupi. Pola makan pada Ibu hamil
penyakit degeneratif, terutama yang berkaitan biasanya bergantung pada pola makan di
dengan makanan. Hal ini disebabkan karena keluarga. Ibu yang sedang hamil
tidak optimalnya sistem metabolisme pada mengkonsumsi makanan yang disajikan dalam
anak yang mengalami stunting. Misalnya pada keluarga; mengikuti budaya konsumsi atau
anak normal akan tumbuh ke atas, sebaliknya mitos tertentu dalam keluarga, yang terkadang
anak yang stunting akan tumbuh ke samping, kurang memperhatikan aspek kebutuhan gizi
sehingga berisiko mengalami obesitas selama yang sesuai dengan masa kehamilan Ibu.
masa pertumbuhannya. Anak dengan stunting Misalnya pantangan mengkonsumsi telur
secara fisik akan terlihat normal seperti anak selama masa kehamilan atau mengkonsumsi
pada umumnya, tetapi memiliki masalah dalam belut agar lancar saat persalinan, dan
tumbuh kembangnya. sebagainya. Hal ini menunjukkan masih
minimnya pengetahun dan kesadaran terkait
Beberapa masyarakat ada yang
gizi dalam keluarga, sehingga menjadi
beranggapan bahwa stunting disebabkan
hambatan keluarga dalam menerapkan
karena faktor keturunan (genetik). Namun
perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
perlu diketahui, tidak semua anak yang
bertubuh pendek dapat dikategorikan sebagai Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
stunting. Stunting sendiri adalah akibat dari merupakan program pemerintah yang
masalah kesehatan Ibu yang tidak segera dimaksudkan untuk mencegah dan mengatasi
diatasi, mulai dari masa kehamilan atau masalah gizi di mulai dari keluarga. Keluarga
periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Sadar Gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga
Ibu yang mengalami kekurangan energi kronis yang mampu mengenal, mencegah dan
(KEK) dan infeksi berulang selama masa mengatasi masalah gizi setiap anggota dalam
kehamilannya akan berisiko melahirkan bayi keluarganya7. Keluarga dapat dikategorikan
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sebagai Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) apabila
berpotensi mengalami stunting. Anak yang memenuhi indikator sebagai berikut; (1)
stunting, selama masa pertumbuhannya akan memantau berat badan secara berkala, yang
rentan terserang penyakit dan memiliki dapat dilakukan dengan kunjungan rutin ke
gangguan pada sistem metabolisme—sampai Posyandu, (2) memberikan ASI Ekslusif
memasuki usia 2 tahun akan terlihat kepada bayi sejak lahir hingga berusia 6 bulan,
pertumbuhannya yang cenderung lambat dari (3) mengkonsumsi aneka makanan (terdapat
anak normal seusianya. sayuran dan buah-buahan), (4) menggunakan
garam beryodium dan, (5) mengkonsumsi
Kejadian stunting disebabkan dari
suplemen gizi, seperti tablet tambah darah
permasalahan gizi. Secara umum, masalah
(TTD), kapsul vitamin A dosis tinggi sesuai
gizi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
anjuran (Elvizahro, 2019).
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor
langsung seperti asupan makanan dan Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
penyakit penyerta, sedangkan faktor tidak juga di dukung dengan program lain seperti
langsung seperti tingkat pengetahuan, sosial— Posyandu yang mempunyai 5 kegiatan utama,
budaya, ekonomi, pola asuh, ketersediaan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
pangan, pelayanan kesehatan dan lingkungan; Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan
dalam hal ini kondisi sanitasi seperti pencegahan dan penanggulangan diare. Di
ketersediaan air bersih, jamban sehat, dan samping itu, terdapat beberapa kegiatan yang
kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat mendukung program Kadarzi yaitu
dalam keluarga6. Mencegah stunting tidak penimbangan balita setiap bulan, pemberian
makanan tambahan (PMT) dan suplementasi kebutuhan gizi setiap anggota keluarganya.
gizi, penyuluhan gizi dan kesehatan, serta Pemangku kebijakan setempat dapat
pelayanan kesehatan dasar. Selain itu, upaya mendukung program Keluarga Sadar Gizi
melalui pembiayaan dan bantuan dalam (Kadarzi) dengan memfasilitasi dan
mendukung perbaikan masalah gizi seperti mendorong melalui kebijakan berwawasan
Dana Alokasi Khusus (DAK) berbasis kinerja di kesehatan masyarakat agar dapat
sektor pendidikan dan kesehatan dengan terimplementasi dilingkungannya. Ketiga tokoh
menggunakan indikator gizi, mendorong tersebut merupakan faktor pendorong
pembayaran kapitasi Jaminan Kesehatan seseorang untuk berperilaku tertentu, sehingga
Nasional (JKN) guna mengoptimalkan layanan tenaga kesehatan, tokoh masyarakat maupun
gizi, dan mendorong Dana Desa untuk pemangku kebijakan menjadi sosok panutan
merevitalisasi program gizi masyarakat, serta yang mesti memberikan contoh baik pada
program di luar Kementerian Kesehatan masyarakat, termasuk penerapan perilaku
lainnya seperti lintas sektor antar kelembagaan hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
maupun swasta yang saling terintegrasi guna kehidupan sehari-hari.
menekan angka kejadian stunting.
Kementerian Kesehatan melalui Dirjen
Dalam mengatasi masalah gizi, tentu Kesehatan Masyarakat (2021) telah
tidak bisa hanya berpangku tangan pada mengeluarkan pedoman strategi komunikasi
pemerintah. Walaupun kini diwadahi dalam perubahan perilaku (KPP) percepatan
bentuk program maupun regulasi, namun pencegahan stunting bagi pemangku kebijakan
tanpa pelibatan dan partisipasi masyarakat, maupun stakeholder dalam menentukan
masalah tersebut akan sukar diselesaikan. saluran Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Sehingga diperlukan kolaborasi dan partisipasi (KIE) yang sesuai dengan sasaran perubahan
aktif dari masyarakat maupun lintas sektor perilaku. Terdapat 6 langkah strategi
untuk bergerak bersama dalam komunikasi perubahan perilaku (KPP) yaitu;
menanggulangi masalah gizi, termasuk (1) analisis situasi, (2) menentukan perilaku
stunting. Diperlukan kesadaran setiap orang prioritas, (3) menentukan kelompok sasaran,
untuk berpartisipasi dan melakukan upaya (4) identifikasi hambatan, (5) menyusun pesan
pencegahan dan penanggulangan masalah kunci dan pendukung, serta (6) menentukan
gizi agar tidak menimbulkan gangguan saluran komunikasi9. Perubahan perilaku dapat
kesehatan, atau terbentuknya perilaku dilakukan melalui berbagai bentuk edukasi
kesehatan yang sadar gizi. diantaranya: advokasi, kampanye publik
(seperti media massa dan media sosial),
Membentuk perilaku kesehatan di mulai
mobilisasi sosial (forum diskusi, seminar,
dengan peningkatan pengetahuan yang dapat
festival, kontes, dan sebagainya), dan
menumbuhkan kesadaran terkait kesehatan.
komunikasi antar pribadi (KAP) yang dilakukan
Banyak saluran maupun metode yang dapat
secara personal oleh tenaga kesehatan
digunakan dalam meningkatkan pengetahuan
ataupun kader Posyandu.
sasaran, seperti sosialisasi, media massa dan
media online. Pengetahuan mendasari Meningkatkan pengetahuan terkait
terbentuknya perilaku, di mana pengetahuan kebutuhan gizi dan kesehatan keluarga, akan
merupakan faktor predisposisi seseorang lebih mudah di terima bila disesuaikan dengan
dalam berperilaku8. Perilaku yang tidak sehat kearifan lokal setempat. Hal ini dikarenakan
berawal dari kurangnya pengetahuan tentang masyarakat tumbuh bersama budaya dan sulit
kesehatan (Yudi, 2021). Keluarga merupakan dipisahkan, sehingga akan lebih mudah dalam
unit terendah dalam masyarakat, sehingga hal penerimaan dan pemahaman apabila
memiliki peran dalam mengedukasi dan pesan kesehatan atau edukasi yang
mengelola anggotanya agar berperilaku hidup disampaikan kepada masyarakat dipadukan
bersih dan sehat (PHBS). dengan unsur-unsur budaya yang ada. Dari
budaya yang telah ada kemudian membentuk
Dalam meningkatkan pengetahuan
budaya kesehatan misalnya berkonsultasi dan
terkait gizi di masyarakat, petugas kesehatan
bersalin ke bidan ditemani oleh dukun
dan tokoh masyarakat memiliki peran dalam
beranak. Promosi Kesehatan dilakukan
mengedukasi dan mendukung keluarga,
dengan pendekatan kebudayaan untuk
terutama Ayah untuk peduli terhadap
memberikan pengaruh dan pemicuan
perubahan perilaku masyarakat. Salah satu Referensi :
contoh pendekatan kebudayaan seperti
1. International Food Policy Research
intervensi dengan media promosi kesehatan
Institute. (2016). The 2016 Global
melalui kesenian Banjar dalam meningkatkan
Nutrition Report. Washington DC:
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kalimantan
IFPRI
Selatan10.
2. Balitbangkes. (2013;2018). Hasil
Giat edukasi dengan beragam saluran Utama Riset Kesehatan Dasar.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), baik Jakarta: Kemenkes RI
melalui sosialisasi, advokasi, konsultasi, 3. Rencana Pembangunan Jangka
hingga media massa, ibarat pepatah ‘banyak Menengah Nasional 2020-2024.
jalan menuju roma’, banyak jalan yang bisa Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas
dilalui dalam membentuk perilaku kesehatan 4. Sekretariat Wakil Presiden RI. (2018).
sehingga menjadi Keluarga Sadar Gizi Strategi Nasional Percepatan
(Kadarzi). Dalam perjalanannya, tenaga Pencegahan Anak Kerdil (Stunting).
kesehatan dan tokoh masyarakat bersama- Jakarta: Kemko PMK
sama melakukan monitoring dan evaluasi 5. Warta Kesmas. (2018). Cegah
(Monev) terkait perkembangan dan Stunting itu Penting. Jakarta:
implementasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Kementerian Kesehatan
dengan memperhatikan indikator Kadarzi 6. Nurlaila, Amina. (2019). Hubungan
sebagai tolok ukur bahwa keluarga tersebut Antara Asupan Makanan dan
dapat dikategorikan Kadarzi. Melalui Strategi Keluarga Sadar Gizi Terhadap
Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan Kejadian Stunting di Desa
Stunting, optimis pemerintah bersama Penyandingan Kabupaten Ogan
masyarakat terus konsisten dalam Komering Ilir Provinsi Sumatera
menanggulangi masalah stunting dari hulu Selatan. Palembang: Universitas
hingga ke hilir untuk menekan angka kejadian Sriwijaya
stunting dan dampak jangka panjang bagi 7. Elvizahro, Leiyla. (2019). Keluarga
generasi mendatang. Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan
Produktif. Yogyakarta: RS UGM
Dengan pengetahuan yang meningkat,
8. Yudi, Ahmad. (2021). Hubungan
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
Pengetahuan dan Sikap Dengan
keluarga akan pentingnya pemenuhan asupan
Perilaku Triad Kesehatan Reproduksi
gizi, terutama pada Ibu hamil agar anak yang
Remaja (KRR) Pada Siswa SMK Duta
dilahirkan kelak tidak berisiko stunting. Selain
Pratama Indonesia (DPI) Kota
itu terbentuknya perilaku kesehatan sadar gizi
Tasikmalaya Tahun 2021.
dalam keluarga sehingga Kadarzi dapat
Tasikmalaya: STIKes Respati
terwujud dan keluraga sebagai unit terkecil
9. Dirjen Kesmas. (2021). Petunjuk
dalam masyarakat menjadii pencegah pertama
Teknis Penyusunan dan Pelaksanaan
dan utama terhadap masalah gizi masyarakat.
Strategi Komunikasi Perubahan
Akhirnya, angka kejadian stunting dapat di
Perilaku Percepatan Pencegahan
tekan berkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).*
Stunting. Jakarta: Kemenkes RI
10. Kholik, et al. (2016). Intervensi Media
Promosi Kesehatan Melalui Kesenian
Banjar Untuk Meningkatkan
Kesehatan Ibu dan Anak di
Kalimantan Selatan. Banjarmasin:
Poltekkes Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai