Anda di halaman 1dari 20

PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS

untuk
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-30

11 Februari 2022

“Hendaklah kamu murah hati,


sama seperti Bapamu adalah murah hati”
(Luk. 6:36)

Dalam perjalanan kasih,


mendampingi mereka yang menderita

Saudara dan saudari terkasih,

Tiga puluh tahun yang lalu, Santo Yohanes Paulus II


mencanangkan Hari Orang Sakit Sedunia untuk mendorong umat
Allah, lembaga-lembaga kesehatan Katolik, dan masyarakat sipil
untuk semakin memperhatikan orang sakit dan mereka yang
merawatnya.[1]
Kita bersyukur kepada Tuhan atas kemajuan yang
dicapai Gereja-Gereja partikular selama bertahun-tahun di
seluruh dunia. Banyak kemajuan telah didapat, namun jalan
masih panjang untuk memastikan bahwa semua orang sakit, juga
mereka yang tinggal di tempat dan situasi yang sangat miskin
dan terpinggirkan, menerima perawatan kesehatan yang mereka
butuhkan, serta perawatan pastoral yang dapat membantu

1
mereka menanggung penyakit mereka dalam persatuan dengan
Kristus yang disalibkan dan bangkit. Semoga Hari Orang Sakit
Sedunia ke-30 – yang perayaan penutupannya, karena pandemi,
tidak akan berlangsung di Arequipa, Peru seperti yang
direncanakan, namun di Basilika Santo Petrus di Vatikan –
membantu kita bertumbuh dalam kedekatan dan pelayanan
kepada orang sakit dan keluarga mereka.

1. Murah hati seperti Bapa


Tema yang dipilih untuk Hari Orang Sakit Sedunia ke-30
ini – “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah
murah hati” (Luk. 6:36) – mengajak kita pertama-tama
mengarahkan pandangan kepada Allah yang “kaya akan belas
kasih” (Ef. 2:4). Dia selalu menjaga anak-anak-Nya dengan kasih
seorang bapa, bahkan ketika mereka berpaling dari-Nya. Belas
kasih adalah nama Tuhan yang luar biasa. Belas kasih dipahami
bukan sebagai perasaan sentimental sesaat, tetapi sebagai
kekuatan yang selalu hadir dan aktif yang mengungkapkan sifat
Tuhan. Pemahaman ini menggabungkan kekuatan dan
kelembutan. Untuk alasan inilah, kita dapat mengatakan dengan
takjub dan syukur bahwa belas kasih Allah mencakup baik
kebapaan maupun keibuan (lih. Yes. 49:15). Tuhan memelihara
kita dengan kekuatan seorang ayah dan kelembutan seorang ibu.
Dia tak henti-hentinya ingin memberi kita hidup baru dalam Roh
Kudus.

2. Yesus, belas kasih Bapa


Kesaksian tertinggi dari cinta Bapa yang penuh belas
kasih bagi orang sakit adalah Putra tunggal-Nya. Injil sering
menceritakan perjumpaan Yesus dengan orang-orang yang
menderita berbagai penyakit! Ia “berkeliling di seluruh Galilea; Ia

2
mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil
Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan di antara bangsa itu” (Mat. 4:23). Ada baiknya kita
bertanya kepada diri kita sendiri mengapa Yesus menunjukkan
perhatian yang begitu besar kepada orang sakit, sedemikian rupa
sehingga Ia menjadikannya yang terpenting dalam perutusan
para rasul, yang diutus oleh Sang Guru untuk mewartakan Injil
dan menyembuhkan orang sakit (bdk. Luk. 9:2).
Seorang filsuf abad XX mengemukakan alasan untuk ini:
"Rasa sakit benar-benar mengisolasi, dan isolasi mutlak ini
menimbulkan kebutuhan untuk menarik yang lain, untuk
memanggil yang lain".[2] Ketika seseorang dalam kedagingannya
merasa lemah dan menderita karena sakit, hatinya menjadi berat,
sangat takut, mengalami ketidakpastian yang semakin meningkat
dan mempertanyakan makna dari apa yang sedang terjadi dalam
hidupnya itu. Bagaimana kita bisa melupakan, dalam hal ini,
semua pasien yang selama masa pandemi menghabiskan akhir
hidup mereka dalam kesendirian, di unit perawatan intensif,
meski dibantu oleh petugas kesehatan yang murah hati, namun
jauh dari keluarga, orang yang mereka cintai dan orang yang
paling penting dalam hidup mereka? Ini membantu kita untuk
melihat betapa pentingnya kehadiran kita sebagai saksi cinta
kasih Allah yang mengikuti teladan Yesus, belas kasih Bapa,
untuk menuangkan minyak oles penghiburan dan anggur
harapan pada luka orang sakit.[3]

3. Menyentuh daging Kristus yang menderita


Undangan Yesus untuk berbelas kasih seperti Bapa
memiliki makna khusus bagi para petugas kesehatan. Saya
mengingat semua dokter, perawat, teknisi laboratorium, staf
pendukung dan perawat orang sakit, serta banyak sukarelawan

3
yang menyumbangkan waktu mereka yang berharga untuk
membantu orang-orang yang menderita. Para petugas kesehatan
yang terkasih, Anda melakukan pelayanan bersama orang sakit
dengan kasih dan kompetensi, melampaui batas profesi Anda
dan ini menjadi suatu misi. Tangan Anda, yang menyentuh
daging Kristus yang menderita, bisa menjadi perpanjangan
tangan belas kasih Bapa. Sadarilah martabat besar profesi Anda,
serta tanggung jawab yang menyertainya.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas kemajuan
yang telah dicapai oleh ilmu kedokteran, khususnya belakangan
ini. Teknologi-teknologi baru telah memungkinkan untuk
mempersiapkan terapi yang sangat bermanfaat bagi orang sakit.
Penelitian terus memberikan kontribusi yang berharga untuk
mengatasi patologi lama dan baru. Kedokteran rehabilitasi telah
sangat mengembangkan keahlian dan keterampilannya. Namun,
semua ini jangan sampai membuat kita melupakan keunikan
setiap pasien, martabat dan kerentanannya.[4] Pasien selalu lebih
penting daripada penyakitnya, dan untuk alasan inilah, setiap
pendekatan terapeutik tidak dapat mengabaikan upaya
mendengarkan pasien, riwayatnya, kecemasan dan ketakutannya.
Bahkan ketika tidak ada kemungkinan untuk sembuh, perawatan
selalu dapat diberikan. Selalu dimungkinkan untuk menghibur,
selalu dimungkinkan untuk membuat orang merasakan
kedekatan yang mementingkan orangnya daripada penyakitnya.
Untuk alasan inilah, saya berharap bahwa pelatihan-pelatihan
yang diberikan kepada para petugas kesehatan hendaknya
memampukan mereka untuk mengembangkan kapasitas
mendengarkan dan berelasi dekat dengan orang lain.

4
4. Pusat perawatan sebagai “rumah belas kasih”
Hari Orang Sakit Sedunia juga merupakan kesempatan
yang baik untuk memusatkan perhatian kita pada pusat-pusat
perawatan. Selama berabad-abad, belas kasih kepada orang sakit
telah menggerakkan komunitas Kristiani membuka banyak
sekali “penginapan orang Samaria yang baik hati”, di mana kasih
dan perhatian dapat diberikan kepada orang-orang dengan
berbagai jenis penyakit, terutama mereka yang tidak
mendapatkan jawaban atas persoalan kesehatannya, kemiskinan,
pengucilan sosial, atau kesulitan mengobati penyakit tertentu.
Dalam situasi ini, anak-anak, orang tua, dan mereka yang paling
lemahlah yang paling sering membayar mahal harganya. Dalam
semangat belas kasih seperti Bapa, para misionaris yang tak
terhitung jumlahnya telah mengiringi pewartaan Injil dengan
pembangunan rumah sakit, apotek, dan tempat-tempat
perawatan. Itu semua adalah karya-karya berharga yang
melaluinya kasih Kristiani telah terlihat nyata dan kasih Kristus,
yang disaksikan oleh para murid-Nya, menjadi lebih meyakinkan.
Saya mengingat terutama orang-orang di daerah termiskin di
belahan bumi tempat kita berada, di mana terkadang mereka
perlu melakukan perjalanan jarak jauh untuk menemukan pusat
perawatan, yang meskipun dengan sumber daya terbatas,
menawarkan apa yang tersedia. Perjalanan kita masih panjang
dan di beberapa negara, akses ke perawatan yang memadai
masih tetap menjadi kemewahan. Kita melihat ini, misalnya,
dalam kelangkaan vaksin yang tersedia untuk melawan Covid-19
di negara-negara miskin; tetapi terlebih lagi kurangnya
pengobatan untuk penyakit yang membutuhkan obat-obatan
yang jauh lebih sederhana.
Dalam konteks ini, saya ingin menegaskan kembali
pentingnya lembaga kesehatan Katolik: mereka adalah harta

5
berharga yang harus dilindungi dan dilestarikan; kehadiran
mereka telah membedakan sejarah Gereja, menunjukkan
kedekatannya dengan yang sakit dan yang miskin, dan dengan
situasi yang diabaikan oleh orang lain.[5] Betapa banyak pendiri
keluarga-keluarga religius yang telah mendengarkan tangisan
saudara-saudari mereka yang tidak memiliki akses ke perawatan
atau dirawat dengan buruk, telah memberikan yang terbaik
dalam pelayanan mereka! Hari ini pun demikian, bahkan di
negara-negara yang paling maju, kehadiran mereka adalah
berkah, karena selain merawat tubuh dengan semua keahlian
yang diperlukan, mereka selalu dapat menawarkan
persembahan amal kasih, yang berfokus pada orang sakit itu
sendiri dan keluarga mereka. Di saat budaya membuang
merajalela dan kehidupan tidak selalu diakui layak untuk
disambut dan dijalani, bangunan-bangunan ini, seperti “rumah
belas kasih”, dapat menjadi teladan dalam melindungi dan
merawat semua kehidupan, bahkan yang paling rapuh sekalipun,
dari awal hingga akhir hayatnya.

5. Belas kasih pastoral: kehadiran dan kedekatan


Dalam tiga puluh tahun terakhir, pastoral kesehatan juga
semakin diakui pelayanannya yang tak tergantikan. Jika
diskriminasi terburuk yang diderita oleh orang miskin – dan
orang sakit berarti miskin dalam kesehatan – adalah kurangnya
perhatian rohani, kita tidak bisa tidak menawarkan kepada
mereka kedekatan Tuhan, berkat dan sabda-Nya, serta perayaan
sakramen dan dukungan untuk perjalanan pertumbuhan dan
pendewasaan iman.[6] Dalam hal ini, saya ingin mengingatkan
semua orang bahwa kedekatan dengan orang sakit dan
pelayanan pastoral mereka bukan hanya tugas pelayanan
tertentu yang ditunjuk secara khusus; mengunjungi orang sakit
adalah undangan yang diberikan Kristus kepada semua murid-

6
Nya. Banyak sekali orang sakit dan lanjut usia yang tinggal di
rumah dan menunggu kunjungan! Pelayanan penghiburan
adalah tugas bagi setiap orang yang dibaptis, ingat sabda Yesus:
“ketika Aku sakit, kamu melawat Aku” (Mat 25:36).
Saudara dan saudari terkasih, melalui pengantaraan
Maria, Bunda Kesehatan, saya mempercayakan semua orang
sakit dan keluarga mereka. Dengan bersatu bersama Kristus,
yang menanggung penderitaan dunia atas diri-Nya sendiri,
semoga mereka menemukan makna, penghiburan, dan
kepercayaan. Saya berdoa untuk para petugas kesehatan di mana
pun berada, agar dengan penuh belas kasih, mereka dapat
mempersembahkan perawatan yang memadai dan kedekatan
persaudaraan mereka kepada para pasien.
Kepada semua orang, dengan hormat saya
menyampaikan Berkat Apostolik saya.

Fransiskus

Roma, Santo Yohanes Lateran, 10 Desember 2021


Peringatan Bunda Maria dari Loreto.

_______________________________________

[1] Lihat SANTO YOHANES PAULUS II, Surat kepada Kardinal Fiorenzo
Angelini, Presiden Dewan Kepausan untuk Pelayanan Pastoral Pekerja
Kesehatan, untuk Penetapan Hari Orang Sakit Sedunia (13 Mei 1992).
[2] E. Lévinas, «Une éthique de la souffrance», dalam Souffrances. Corps
et âme, épreuves partagees, diedit oleh J.-M. von Kaenel, Autrement,
Paris 1994, hlm. 133-135.
[3] Lihat Misa Roma, Kata Pengantar Umum VIII, Yesus Orang Samaria
yang Baik Hati.

7
[4] Lihat Pidato kepada National Federation of the Orders of Physicians
and Dental Surgeons, 20 September 2019.
[5] Lihat Doa Malaikat Tuhan dari Rumah Sakit Gemelli, Roma, 11 Juli
2021.
[6] Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (24 November 2013), 200.

8
PERAYAAN EKARISTI
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA
ke-30

11 Februari 2022

Tema
“Hendaklah kamu murah hati,
sama seperti Bapamu adalah murah hati”
(Luk. 6:36)

Dalam perjalanan kasih,


mendampingi mereka yang menderita

Komentar Persiapan
Saudara-saudari seiman yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini tanggal 11 Februari, Gereja Katolik memperingati Santa
Perawan Maria dari Lourdes. Bertepatan dengan peringatan
tersebut, St. Yohanes Paulus II pada tiga puluh tahun yang lalu
menetapkan 11 Februari sebagai Hari Orang Sakit Sedunia. Kita
patut bersyukur atas anugerah ini, karena Gereja di seluruh
dunia ikut memerhatikan lembaga-lembaga kesehatan, rumah
sakit, rumah rehabilitasi untuk memerhatikan orang sakit,
mereka yang paling miskin, terpinggirkan, yang lemah dan tak
berdaya.
Hari Orang Sakit Sedunia tahun ini, mengangkat tema:
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah
murah hati” (Luk. 6:36). Paus Fransiskus mengajarkan kita untuk
melihat jati diri Allah yang sejati, yaitu murah hati. Allah yang

9
kaya akan rahmat-Nya, akan memelihara kita dan memandang
kita anak-anak-Nya dengan belas kasih kebapaan dan
kelembutan seorang ibu. Allah selalu ingin memberikan
kehidupan kepada kita anak-anak-Nya.
Pada kesempatan khusus ini, mari bersama saudara-saudari kita
yang sakit, miskin, menderita dan terlupakan, kita satukan doa-
doa kita untuk mereka dalam perayaan suci ini. Kita siapkan hati
kita untuk mengikuti perayaan Ekaristi Kudus ini.

RITUS PEMBUKA
01. Lagu Pembuka – Perarakan Masuk

02. Tanda Salib dan Salam


I. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U. Amin.
I. Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah
dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu

03. Pengantar
Hari Orang Sakit Sedunia ke-30 mengambil tema:
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah
murah hati” (Luk. 6:36). Paus Fransiskus mengajak kita
semua untuk bersyukur dan sekaligus ikut memerhatikan
orang-orang yang sakit, miskin, lemah, dan terlantar.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa: “Allah yang kaya akan
rahmat-Nya, memandang anak-anak-Nya dengan penuh
kasih”. Kita semua diajak untuk mencontoh Allah yang
murah hati, agar kita pun dapat bertindak murah hati,
seperti yang Allah lakukan. Tuhan Yesus dalam hidup-Nya
murah hati, lemah lembut, belas kasih, dan peduli kepada
mereka yang sakit, menderita, dan tersingkirkan. Kehadiran
Tuhan Yesus, hampir seluruhnya menampakkan hati Allah,

10
murah hati dan belas kasihan kepada orang-orang kecil,
sakit, dan menderita.
Hari Orang Sakit Sedunia ini, menjadi kesempatan bagi
Gereja untuk memerhatikan lembaga-lembaga kesehatan,
rumah rehabilitasi, mereka yang berkecimpung dalam
pelayanan orang sakit, para dokter, perawat, asisten dan
pengasuh orang sakit, sukarelawan, dan secara khusus para
pasien, baik yang di rumah sakit ataupun di rumah.
Mari, kita satukan doa-doa kita bersama mereka yang sakit.
Semoga di hari khusus ini menjadi tanda kasih dan
kemurahan hati Allah, melalui sapaan, doa-doa, peneguhan,
kekuatan, penghiburan untuk mereka.

04. Pernyataan Tobat


I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah
berdosa, supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan
ini.
I. Saya mengaku...
U. kepada Allah yang mahakuasa...

05. Absolusi
I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita,
mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup
yang kekal.
U. Amin.

06. Tuhan, kasihanilah kami

07. Doa Pembuka


I/P. Marilah berdoa,
Allah Bapa Mahakudus, bukalah kiranya telinga kami
terhadap sabda-Mu. Dan siapkanlah hati kami, agar
sanggup melaksanakan sabda itu menurut teladan Yesus

11
Kristus Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kami, yang
bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA
08. Bacaan Pertama (1 Raj 11: 29-32; 12:19)
Dibacakan oleh Lektor (L)

Israel memberontak terhadap keluarga Daud

L. Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-raja:


Pada waktu itu Yerobeam, seorang pegawai Raja Salomo,
keluar dari Yerusalem. Di tengah jalan ia bertemu dengan
Nabi Ahia, seorang Silo, yang berselubung kain baru. Hanya
mereka berdua yang ada di padang. Ahia memegang kain
baru yang ada di badannya, lalu dikoyakkannya menjadi
dua belas koyakan; Ia berkata kepada Yerobeam “Ambillah
bagimu sepuluh koyakan, sebab beginilah sabda Tuhan,
Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mengoyakkan
kerajaan itu dari tangan Salomo dan akan memberikan
kepadamu sepuluh suku. Tetapi satu suku akan tetap
padanya oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh karena
Yerusalem, kota yang Kupilih dari segala suku Israel.
Demikianlah orang Israel memberontak terhadap keluarga
Daud sampai hari ini.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

09. Mazmur Tanggapan (Mzm. 81:10-11ab.12-13.14-15)


Refren: Akulah Tuhan Allahmu, dengarkanlah Aku.

12
Ayat Mazmur:
1) Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah
engkau menyembah allah asing, Akulah Tuhan,
Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah
Mesir.

2) Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan


Israel tidak suka kepada-Ku. Sebab itu Aku
membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah
mereka berjalan mengikuti angan-angannya sendiri!

3) Sekiranya umat-Ku mendengar Aku; sekiranya Israel


hidup menurut jalan yang Kutunjukkan, seketika itu
juga musuh mereka Aku tundukkan, dan para lawan
mereka Kupukul dengan tangan-Ku.

10. Bait Pengantar Injil


Dinyanyikan oleh Solis (S)

S. Alleluia
U. Alleluia
S. Ya Allah, bukalah hati kami, agar kami memerhatikan
sabda Allah-Mu.
S/U. Alleluia, Alleluia.

11. Bacaan Injil (Mrk. 7:24-30)


Dibacakan oleh Imam (I) atau Pemimpin Ibadat (P).

Yang tuli dijadikan-Nya mendengar,


yang bisu dijadikan-Nya berbicara.

I/P. Inilah Injil suci menurut Markus:


Pada waktu itu, Yesus meninggalkan daerah Tirus, dan
lewat Sidon pergi ke Danau Galilea, di tengah-tengah

13
daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya
seorang tuli dan gagap dan memohon supaya Yesus
meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Maka Yesus
memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka
sendirian. Kemudian Ia memasukkan jari-Nya ke telinga
orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu.
Kemudian sambil menengadah ke langit, Yesus menarik
nafas dan berkata kepadanya, “Effata,” artinya: Terbukalah!
Maka terbukalah telinga orang itu, dan seketika itu terlepas
pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.
Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ
supaya jangan menceriterakan kepada siapa pun juga.
Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka
memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang, dan
berkata, “Ia menjadikan segala-galanya baik! Yang tuli
dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya
berbicara.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus

12. Homili

13. Doa Umat


I/P. Allah Bapa maha pemurah, Engkau mencintai kami dengan
bijaksana dan murah hati. Melalui Yesus Putra-Mu, Engkau
mengajarkan kepada kami agar kami pun bertindak murah
hati, seperti Engkau sendiri murah hati. Maka, sudilah
kiranya, Engkau berkenan mendengarkan doa
permohonan kami ini.
L. Bagi mereka yang sakit
Semoga saudara-saudari kami yang sakit diberi kekuatan,
penghiburan, dan penyembuhan. Dampingilah mereka
dengan penuh kasih sayang-Mu yang menghibur dan
membantu mereka menerima penderitaan dengan tabah
hati. Bantulah mereka di masa-masa yang sulit ini, untuk

14
berharap, berpasrah dengan menyatukan segala
penderitaan mereka dengan penderitaan Putra-Mu Yesus.
Marilah kita mohon…
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi tenaga medis, para dokter, perawat, asisten orang


sakit, dan sukarelawan
Semoga para dokter, perawat, asisten orang sakit, dan
sukarelawan yang mengabdikan diri dalam pelayanan
saudara-saudari kami yang sakit, diberi roh kebijaksanaan,
roh kelemahlembutan, dan rahmat kesehatan bagi mereka
semua. Kiranya pelayanan mereka menjadi tanda
kemurahan hati-Mu sendiri yang menggerakkan hati
mereka agar dengan penuh sukacita mereka melayani para
pasien dengan semangat kasih.
Marilah kita mohon…
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para pemimpin dan kesejahteraan umat manusia


Semoga para pemimpin negara bertindak bijaksana dan
adil, dan senantiasa bertindak demi kesejahteraan
masyarakat. Tanamkanlah semangat kerjasama yang baik
antara pemerintah dan masyarakat sehingga dapat
terbangun persaudaraan sejati, untuk kemajuan dan
kesejahteraan seluruh umat manusia.
Marilah kita mohon…
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L. Bagi para imam, biarawan-biarawati, dan misionaris


yang sakit
Semoga para imam, biarawan-biarawati, dan para
misionaris yang sakit, baik karena usia atau pun sakit
secara fisik. Semoga Engkau memberikan kekuatan,
penghiburan, dan pengharapan yang tak kunjung putus.

15
Semoga dalam segala penderitaan, mereka mampu
menyatukan dengan penderitaan-Mu di kayu salib.
Marilah kita mohon ….
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Bagi kita di sekitar altar ini


Bagi kita semua, yang hadir di sekitar altar ini, maupun
yang mengikuti perayaan Ekaristi secara online. Semoga
Tuhan menganugerahkan rahmat kesehatan, kedamaian,
sukacita, dan kiranya kasih Allah menyertai kita dalam
seluruh peziarahan hidup kita di dunia ini.
Marilah kita mohon …
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Bagi kepentingan pribadi kita masing-masing


Kita panjatkan juga doa untuk kepentingan kita masing-
masing. Kita hening sejenak...
Marilah kita mohon....
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

I/P. Demikianlah ya Bapa, seruan anak-anak-Mu di Hari Orang


Sakit Sedunia ini. Semoga karena kemurahan hati-Mu,
Engkau berkenan mengabulkannya dengan pengantaraan
Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan meraja, kini dan
sepanjang masa.
U. Amin.

16
LITURGI EKARISTI
14. Persiapan Persembahan
15. Lagu Persembahan
16. Doa Persiapan Persembahan
I/P. Marilah berdoa,
Allah Bapa maha penyayang, semoga hati kami rela
terbuka untuk menerima Roh Yesus Putra-Mu, yang
menjadi rezeki hidup bagi semua orang. Sebab Dialah
Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

17. Prefasi
18. Kudus
19. Doa Syukur Agung
20. Bapa Kami
21. Doa Damai
22. Persiapan Komuni
23. Penerimaan Komuni atau Komuni Batin
26. Saat Hening “Doa Komuni Batin”

DOA KOMUNI BATIN

Yesusku, aku percaya,


Engkau sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus,
Aku mencintai-Mu lebih dari segalanya
dan aku merindukan kehadiran-Mu dalam jiwaku.
Karena sekarang aku tak dapat menyambut-Mu
dalam Sakramen Ekaristi,
datanglah sekurang-kurangnya secara rohani
ke dalam hatiku.

17
Seolah-olah Engkau telah datang,
aku memeluk-Mu dan mempersatukan diriku
sepenuhnya kepada-Mu,
jangan biarkan aku terpisah daripada-Mu.
Amin.

27. Doa untuk saudara-saudari kita yang sakit


Allah Bapa yang Mahapengasih dan penyayang, kami
bersyukur atas segala anugerah kesehatan yang Engkau
anugerahkan kepada kami umat-Mu. Saat ini, secara
khusus kami berdoa bagi saudara-saudari kami yang
sedang menderita sakit-penyakit baik secara fisik maupun
mental.
Tuhan Yesus, Engkau banyak melakukan mukjizat
penyembuhan bagi orang-orang yang menderita sakit.
Kami percaya akan kuasa-Mu itu. Kami serahkan saudara-
saudari kami yang sakit kepada kebijaksanaan-Mu. Dengan
penuh iman dan harapan kami mohon: kuatkanlah mereka
dalam penderitaannya, dampingilah dan hiburlah mereka
dalam kesunyian dan kesepian, dan teguhkanlah mereka
dalam iman dan harapan. Sudilah Engkau menyembuhkan
mereka dari penyakit yang mereka derita.
Semoga dalam menanggung sakit-penyakit ini, mereka
senantiasa mempersatukan dengan penderitaan-Mu di
kayu salib. Bantulah mereka, agar mampu memetik hikmat
dari pengalaman sakit mereka itu. Semoga mereka
semakin memahami makna kehidupan, bahkan dapat
melihat sakitnya sebagai karunia yang mendatangkan
aneka karunia.
Kami berdoa juga bagi mereka yang sakitnya tak
tersembuhkan. Semoga dengan hati terbuka mereka
menerima kebijaksanaan-Mu.
Bagi kami sendiri, semoga peristiwa ini semakin
menyadarkan kami akan tanggung jawab kami terhadap
mereka yang sakit. Semoga karena berkat-Mu kami selalu

18
berusaha melayani mereka dengan senang hati. Sebab
kami sadar bahwa apapun yang kami perbuat bagi mereka,
itu kami perbuat bagi Yesus Kristus sendiri, Tuhan kami,
yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
Amin.

28. Doa Sesudah Komuni


I/P. Marilah berdoa,
Allah Bapa mahabaik, kami bersyukur telah menerima
sabda yang membuka hati kami terhadap kesanggupan-Mu.
Semoga dunia kini Kaupenuhi dengan kebaikan dan cinta
kasih perbuatan tangan kami. Demi Kristus, Tuhan dan
pengantara kami.

RITUS PENUTUP
29. Pengumuman
30. Berkat
31. Pengutusan
32. Perarakan Keluar – Lagu Penutup

***

19

Anda mungkin juga menyukai