Anda di halaman 1dari 147

HALAMAN SAMPUL

TUGAS AKHIR (KODE TUGAS AKHIR)

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN PENGECORAN VALVE CHAMBER


DENGAN PENDEKATAN HIRARC DAN FTA SERTA PEMILIHAN
REKOMENDASI MENGGUNAKAN BCA
(STUDI KASUS : VALVE CHAMBER PERUSAHAAN OIL AND GAS)

Bisma Isa Mahendra


0517040004

DOSEN PEMBIMBING :
MEY ROHMA DHANI, S.ST, M.T
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

ii
HALAMAN SAMPUL

TUGAS AKHIR (KODE TUGAS AKHIR)

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN PENGECORAN VALVE CHAMBER


DENGAN PENDEKATAN HIRARC DAN FTA SERTA PEMILIHAN
REKOMENDASI MENGGUNAKAN BCA
(STUDI KASUS : VALVE CHAMBER PERUSAHAAN OIL AND GAS)

Bisma Isa Mahendra


0517040004

DOSEN PEMBIMBING :
MEY ROHMA DHANI, S.ST, M.T
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020

iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

iv
HALAMAN SAMPUL

FINAL PROJECT (CODE OF FINAL PROJECT)

RISK ANALYSIS OF VALVE CHAMBER CASTING WORK WITH


HIRARC AND FTA AND SELECTION OF RECOMMENDATIONS
USING BCA
(CASE STUDY: VALVE CHAMBER OF OIL AND GAS COMPANY)

Bisma Isa Mahendra


0517040004

DOSEN PEMBIMBING :
MEY ROHMA DHANI, S.ST, M.T
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020

v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vi
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN PENGECORAN VALVE CHAMBER


DENGAN PENDEKATAN HIRARC DAN FTA SERTA PEMILIHAN
REKOMENDASI MENGGUNAKAN BCA
(STUDI KASUS : VALVE CHAMBER PERUSAHAAN OIL AND GAS)
Disusun Oleh:
Bisma Isa Mahendra.
NRP 0517040004

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D4-Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : ….


Periode Wisuda : ….

Menyetujui,

Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan

1. Nama Penguji 1 (……….) (…..……..……………)


2. Nama Penguji 2 (……….) (………………………)

3. Nama Penguji 3 (……….) (………………………)


4. Nama Penguji 4 (……….) (………………………)

Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan

1. Mey Rohma Dhani, S.ST, M.T. (0002058901) (…..……..……………)


2. Haidar Natsir Amrullah, S.ST, M.T (0028109101) (………………………)

Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

vii
Nama Terang Nama Terang

NIP. NIP.
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

viii
No. : F.WDI. 021
Date : 3 Nopember 2015
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Rev. : 01
Page : 1 dari 1

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : BISMA ISA MAHENDRA


NRP : 0517040004
Jurusan/Prodi : Teknik Permesinan Kapal / D4-Teknik Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN PENGECORAN VALVE CHAMBER


DENGAN PENDEKATAN HIRARC DAN FTA SERTA PEMILIHAN
REKOMENDASI MENGGUNAKAN BCA (STUDI KASUS : VALVE
CHAMBER PERUSAHAAN OIL AND GAS)

Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya, 16 Juli 2021

Yang membuat pernyataan,

(Bisma Isa Mahendra)


NRP. 0517040004

ix
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul “Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan pengecoran valve chamber
Dengan Pendekatan HIRARC dan FTA, Serta Penentuan Kelayakan Rekomendasi
Menggunakan BCA“ dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan kuliah di Program Studi D4-Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan. Penulis sangat menyadari bahwa
keberhasilan penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Allah SWT. yang selalu memberikan hidayah-Nya dan Muhammad SAW.
yang selalu telah memberikan safaatnya dalam pengerjaan Tugas Akhir
ini.
2. Kedua orang tua tercinta Ibu dan Ayah yang selalu memberikan restunya
kepada saya dalam segala hal, serta kakak dan adik saya yang selalu
memberikan semangat serta membantu baik usaha ataupun doa dalam
segala hal.
3. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA. selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng. selaku Ketua Jurusan
Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Arief Subekti, S.T., M.T. selaku Koordinator Program Studi
Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
6. Ibu Mey Rohma Dhani, S.ST., M.T. selaku dosen pembimbing I yang
telah sabar dan rela meluangkan waktu serta pikiran dalam membimbing
penulis selama pelaksanaan pengerjaan Tugas Akhir dan tidak lupa
jamuan lalapan yang sangat nikmat.

xi
7. Bapak Haidar Natsir Amrullah, S.ST., M.T. selaku dosen pembimbing II
yang telah sabar dan rela meluangkan waktu dan pikiran dalam
membimbing penulis selama pelaksanaan pengerjaan Tugas Akhir.
8. Bapak Among Wibowo, Bapak ahkmad Wido Pratomo, Bapak Nico ,
Bapak Yudha, Bapak Sunu, Bapak Amir dan seluruh senior yang sudah
membimbing saya pada saat saya OJT dan bantuanya kepada saya
sewaktu saya berada ditanah Yogyakarta telah menyediakan kopi jantan
yang membuat saya semakin bersemangat serta selaku pembimbing OJT
yang sudah memberikan waktu dan ilmunya sangat banyak, Bapak
Suhartono selaku Manager departemen HSSE yang sudah mengizinkan
penulis untuk menimba ilmu dan melaksanakan penelitian dan seluruh
anggota departemen HSSE PT. JGC Indonesia yang telah memberikan
kesempatan untuk saya melakukan praktik kerja
9. Keluarga Besar K3 2017 A yang telah menemani dan memberi dukungan
dalam suka dan suka selama 4 tahun yang telah dijalani
10. Keluarga Besar K3 dan PL angkatan 2017 atas 4 tahun yang indah ini
yang telah menjadi keluarga kedua, teman temanlah yang menjadikan
saya bisa sampai dititik ini. Semoga kalian sehat selalu
11. Keluarga Besar K3 angkatan 2016 kakak saya yang telah menjadi
Keluarga kedua, canda tawa suka duka serta pengalaman yang telah yang
telah diberikan selalu jadi bagian indah dalam hidup ini.
12. Keluarga Besar BEM PPNS Kabinet Diorama Aksi dan BEM kabinet
saya sebelumnya yang selalu memberikan dorongan kepada saya untuk
melakukan hal hal yang tidak wajar dan membuat saya terus tidak pernah
menyerah sampai kapanpun.
13. Keluarga Tongkrongan bersahaja Dahru, Ganang, Marizal, Rizal, Ivan
dan Dicky yang telah menemani saya sampai dititik ini
14. Keluarga Besar Cak Ed beserta G Squad yang selalu menjadi tempat
persinggahan disaat saya mengerjakan tugas dan menenangkan pikiran
15. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu–persatu oleh penulis.
Terimakasih banyak atas semua bantuan yang diberikan.

xii
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, berkat dan karunia-Nya kepada
semuanya. Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari sempurna, kritik dan saran
yang dapat menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir sangat diperlukan.
Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

xiii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xiv
ABSTRAK

Valve chamber suatu konstruksi ruang katup yang praktis, efisien dan
lebih baik untuk pompa dan sejenisnya . Proses pekerjaan pengecoran valve
chamber memiliki potensi bahaya dan risiko gas berbahaya didalam galian, mesin
genset rusak, penggunaan hand tool gerinda kurang tepat, pekerjaan dengan beban
kerja yang berat, galian valve chamber longsor dan struktur scaffolding roboh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan melakukan penilaian
risiko serta mengetahui akar penyebab kegagalan yang memiliki nilai risiko
bahaya tinggi pada pekerjaan pengecoran valve chamber. Identifkasi bahaya pada
penelitian ini menggunakan metode HIRARC, metode FTA digunakan untuk
menemukan akar penyebab masalah yang memiliki nilai risiko tinggi dan kritis
serta menentukan kelayakan rekomendasi yang diberikan menggunakan metode
BCA. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan
HIRARC didapatkan 6 potensi bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi.kritis
yang selanjutnya dicari akar penyebab kegagalan menggunakan FTA. Top event
pada FTA didapatkan dari effect setiap potensi bahaya tinggi dan kritis untuk
dapat mengetahui akar penyebab kegagalan yang terjadi. Dari Perhitungan benefit
cost analysis menunjukkan seluruh rekomendasi pengendalian untuk potensi
bahaya layak untuk dilaksanakan oleh perusahaan.
Kata Kunci: HIRARC, FTA, Identifikasi Bahaya, Valve Chamber, BCA

xv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xvi
ABSTRACT

Valve chamber a valve chamber construction that is practical, efficient and better
for pumps and the like. The valve chamber casting work process has potential
hazards and risks of hazardous gases in the excavation, damaged generator sets,
improper use of hand tools, heavy workloads, landslide valve chamber
excavations and collapsed scaffolding structures. This study aims to identify
hazards and carry out risk assessments and to find out the root causes of failures
that have a high hazard risk value in valve chamber casting work. Hazard
identification in this study uses the HIRARC method, the FTA method is used to
find the root causes of problems that have high and critical risk values and
determine the feasibility of the recommendations given using the BCA method.
Based on the results of hazard identification and risk assessment using HIRARC,
there were 6 potential hazards that had high critical risk values, which were then
searched for the root causes of failure using FTA. The top event in FTA is
obtained from the effect of each high and critical hazard potential to be able to
find out the root cause of the failure that occurred. From the calculation of the
benefit cost analysis, it shows that all control recommendations for potential
hazards are feasible to be implemented by the company.
Key Words : HIRARC, FTA, Hazard Identification, Valve Chamber, BCA

xvii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xviii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi

ABSTRAK ........................................................................................................... xiv

ABSTRACT ........................................................................................................ xvii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

1.4 Manfaat Tugas Akhir ................................................................................ 5

1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1 Kecelakaan Kerja...................................................................................... 7

2.1.1 Teori Kecelakaan Kerja..................................................................... 7

2.1.2 Penyebab Kecelakaan........................................................................ 8

2.2 Pembuatan Valve chamber ....................................................................... 8

2.2.1 Bagian- bagian Valve Chamber ........................................................ 9

2.2.2 Pengecoran Beton............................................................................ 12

2.3 HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment Risk Control) ............ 14

2.3.1 Identifikasi Bahaya (hazard identification) ..................................... 14

xix
2.3.2 Penilaian Risiko ............................................................................... 16

2.3.3 Pengendalian Risiko ........................................................................ 19

2.4 FTA (Fault Tree Analysis) ...................................................................... 22

2.4.1 Identifikasi Gate dan Basic Event ................................................... 24

2.4.2 Mengubah Gate menjadi Basic Event ............................................. 25

2.4.3 Menghapus Event Sama dan Berulang ............................................ 27

2.4.4 Menghapus Semua Superset ............................................................ 27

2.5 BCA ........................................................................................................ 27

2.6 Expert Judgment ..................................................................................... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 31

3.1 Diagram Alir ........................................................................................... 31

3.2 Tahap Identifikasi Awal .......................................................................... 32

3.2.1 Identifikasi Permasalahan dan Perumusan Masalah ........................ 32

3.2.2 Penetapan Tujuaan dan Manfaat Penelitian..................................... 32

3.3 Tahap Tinjauan Pustaka .......................................................................... 32

3.3.1 Studi Lapangan ................................................................................ 32

3.3.2 Studi Literatur .................................................................................. 33

3.4 Tahap Pengumpulan Data ....................................................................... 33

3.4.1 Data Primer ...................................................................................... 33

3.4.2 Data Sekunder ................................................................................. 33

3.5 Tahap Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 34

3.5.1 Identifikasi Risiko HIRARC ........................................................... 34

3.5.2 Penentuan Akar Masalah Pekerjaan Risiko Tinggi Menggunakan


FTA 34

3.5.3 Menentukan Kelayakan Rekomendasi dengan Menggunakan BCA


35

xx
3.6 Tahap kesimpulan dan saran .................................................................. 36

3.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitihan ............................................................. 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 37

4.1 Pengumpulan Data ................................................................................. 37

4.2 Deskripsi Pekerjaan pada Proses Pembuatan Valve Chamber ............... 37

4.3 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko pada


Pembuatan Vavle Chamber ..................................................................... 38

4.3.1 Skala Parameter Risiko ................................................................... 38

4.3.2 HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control)


38

4.4 Analisis Penyebab Dasar dari Potensi Bahaya Tinggi dan Kritis
Menggunakan Fault Tree Analysis ......................................................... 62

4.4.1 Stress kerja ...................................................................................... 62

4.4.2 Kebakaran Genset ........................................................................... 67

4.4.3 Terpotong Gerinda ......................................................................... 71

4.4.4 Galian Valve chamber longsor ....................................................... 75

4.4.5 Keracunan Gas berbahaya dalam Galian ........................................ 80

4.4.6 Struktur Scaffolding Runtuh ........................................................... 86

4.5 Analisis Kelayakan Rekomendasi menggunakan BCA ......................... 92

4.5.1 Benefit Cost Analysis pada Stress kerja .......................................... 92

4.5.2 Benefit Cost Analysis Kebakaran Genset ........................................ 96

4.5.3 Benefit Cost Analysis Terpotong gerinda. .................................... 100

4.5.4 Benefit Cost Analysis Galian Longsor. ......................................... 103

4.5.5 Benefit Cost Analysis Keracunan Gas Berbahaya Dalam Galian. 107

4.5.6 Benefit Cost Analysis Struktur Scaffolding Runtuh....................... 111

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 117

xxi
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 117

5.2 Saran ..................................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 119

xxii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain Valve Chamber ........................................................................ 9


Gambar 2.2 Bagian Base Course pada Valve chamber......................................... 10
Gambar 2.3 Bagian Lean Concrete pada Valve Chamber .................................... 10
Gambar 2.4 Bagian Formwork Bottom Slab Plan pada Valve Chamber .............. 11
Gambar 2.5 Bagian Wall pada Valve Chamber .................................................... 11
Gambar 2.6 Bagian Cover pada Valve Chamber .................................................. 12
Gambar 2.7 Hierarki Pengendalian Risiko........................................................... 19
Gambar 2.8 Contoh Fault Tree Analysis............................................................... 25
Gambar 2.9 Contoh Matrix Fault Tree Analysis................................................... 26
Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian ....................................................................... 31
Gambar 4.1 FTA Stress Kerja I............................................................................. 63
Gambar 4.2 FTA Stress Kerja II ........................................................................... 64
Gambar 4.3 Analisis FTA Kebakaran Genset ....................................................... 68
Gambar 4.4 Analisis FTA Terpotong Gerinda ...................................................... 72
Gambar 4.5 Analisis FTA galian valve chamber longsor I.................................. 76
Gambar 4.6 Analisis FTA galian Valve chamber longsor II................................ 77
Gambar 4.7 Analisis Keracunan Gas berbahaya dalam Galian 1 ......................... 81
Gambar 4.8 Analisis Keracunan Gas berbahaya dalam Galian 2 ......................... 82
Gambar 4.9 Analisis FTA Struktur scaffolding runtuh I ...................................... 87
Gambar 4.10 Analisis FTA Struktur scaffolding runtuh 2 .................................... 88

xxi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xxii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kemungkinan Kejadian (Probabilty) .................................................... 17


Tabel 2.2 Tingkat Keparahan (Severity) ............................................................... 17
Tabel 2.3 Matriks Penilaian Risiko ....................................................................... 18
Tabel 2.4 Simbol Kejadian Fault Tree Analysis ................................................... 23
Tabel 2.5 Simbol Gate Fault Tree Analysis .......................................................... 24
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................... 36
Tabel 4.1 Urutan Pekerjaan Pembuatan Valve Chamber ...................................... 37
Tabel 4.2 Identifikasi Potensi Bahaya Tahapan Slab ............................................ 39
Tabel 4.3 HIRARC Pembersihan Galian,. Maintance Galian Dan Dewatering ... 47
Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pekerjaan Slab ........................................................... 50
Tabel 4.5 HIRARC Kegiatan Formwork Wall ...................................................... 52
Tabel 4.6 Penilaian Risiko Wall ............................................................................ 55
Tabel 4.7 Hazard pada Pekerjaan Cover............................................................... 57
Tabel 4.8 Penialaian Risiko Cover ........................................................................ 60
Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pembuatan Valve Chamber ....................................... 61
Tabel 4.10 Potensi Bahaya High Risk ................................................................... 61
Tabel 4.11 Diskripsi Basic Cause Stress Kerja ..................................................... 65
Tabel 4.12 Deskripsi Basic Cause Kebakaran Genset ......................................... 69
Tabel 4.13 Deskripsi Basic Cause Terpotong Gerinda ......................................... 73
Tabel 4.14 Diskripsi basic cause galian valve chamber longsor ........................... 78
Tabel 4.15 Diskripsi basic cause Keracunan gas berbahaya ................................ 83
Tabel 4.16 Diskripsi basic cause Struktur Scaffolding Runtuh ............................ 89
Tabel 4.17 Cost untuk rekomendasi pengendalian kejadian stress kerja .............. 92
Tabel 4.18 Benefit dari rekomendasi pengendalian kejadian stress kerja ............. 93
Tabel 4.19 Cost Stress kerja .................................................................................. 94
Tabel 4.20 Benefit Stress kerja ............................................................................. 95
Tabel 4.21 Perbandingan Banefit dan cost ............................................................ 96
Tabel 4.22 Cost Kebakaran Genset ....................................................................... 96

xxiii
Tabel 4.23 Banefit Kebakaran Genset ................................................................... 97
Tabel 4.24Anuitas Cost Kebakaran Genset ........................................................... 98
Tabel 4.25 Anuaitas Banefit Kebakaran Genset .................................................... 99
Tabel 4.26 Perbandingan Banefit dan cost Kebakaran Genset .............................. 99
Tabel 4.27 Cost terpotong gerinda ...................................................................... 100
Tabel 4.28 Banefit terpotong gerinda .................................................................. 101
Tabel 4.29 Anuitas Cost terpotong gerinda ......................................................... 102
Tabel 4.30 Anuitas Banefit terpotong gerinda..................................................... 102
Tabel 4.31Perbandingan Banefit dan cost terpotong gerinda .............................. 103
Tabel 4.32 Cost dalam galian longsor ................................................................. 103
Tabel 4.33 Banefit dari galian longsor ................................................................ 104
Tabel 4.34 Anuitas Cost galian longsor............................................................... 105
Tabel 4.35 Anuitas Benefit galian longsor........................................................... 106
Tabel 4.36 Perbandingan Banefit dan cost kejadian galian longsor .................... 106
Tabel 4.37 Cost Keracunan gas berbahaya dalam galian .................................... 107
Tabel 4.38 Benefit kejadian keracunan gas berbahaya dalam galian .................. 108
Tabel 4.39 Anuitas Cost keracunan gas............................................................... 109
Tabel 4.40 Anuitas Benefit Keracunan Gas ........................................................ 110
Tabel 4.41Perbandingan Banefit dan Cost Keracunan Gas Beracun .................. 110
Tabel 4.42 Cost Struktur Scaffolding Runtuh...................................................... 111
Tabel 4.43 Benefit Struktur Scaffolding Runtuh ................................................. 112
Tabel 4.44 Anuitas Cost Struktur Scaffolding Runtuh ........................................ 113
Tabel 4.45 Anuitas Benefit Struktur Scaffolding Runtuh ................................... 114
Tabel 4.46 Perbandingan Banefit dan Cost Struktur Scaffolding Runtuh ........... 115

xxiv
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini Indonesia sedang bergerak menjadi negara maju dimana
banyak sekali pembangunan dalam berbagai sektor seperti ekonomi, budaya,
sosial dan infrastruktur. Sektor kontruksi memegang peranan penting dalam
pembangunan negeri. Peranan sektor konstruksi dalam pembangunan,
diwujudkan dengan pengadaan sarana dan prasarana yang berfungsi
mendukung tumbuh kembang seperti ekonomi, budaya dan transportasi.
Dengan percepatan konstruksi yang ada, salah satu hal yang tidak dapat
diabaikan adalah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dimana memiliki
peranan penting selama keberlangsungan pembangunan tersebut.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang Oil and Gas. perusahaan
tersebut memiliki fokus kerja tentang pembangunan Storage Tank maupun
Aviation Fuel Hydran System. Saat ini Perusahaan bidang Oil and Gas
sedang mengerjakan pembangunan DPPU ( Dipo Pengisian Pesawat Udara )
dan Aviation Fuel Hydran System DIY (Daerah Istmewah Yogyakarta).
Dalam proses pembuatan, membutuhkan adanya valve chamber untuk
mempermudah pengoprasian dan perawatan piping oil aviation Ketika telah
beroprasi. Dibutuhkan valve chamber sejumlah parking station plane yang
tersedia pada area Apron dimana area tersebut adalah area tempat parkir
pesawat dan pengisian bahan bakar, sesuai dengan perhitungan konstruksi
dibutuhkan 7 valve chamber dalam proses pembuatan Aviation Fuel Hydrant
System.
Oleh karena itu proses pembuatan valve chamber merupakan
tahapan penting dalam penyelesaian projek Aviation Fuel Hydran System.
Dalam pembuatanya terdapat proses pengecoran yang termasuk pekerjaan
high risk dikarenakan dalam projek ini pengecoran valve chamber
merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam keadaan yang upnormal (waktu

1
kerja dan kondisi pekerja dilakukan dalam kondisi malam hari dengan
komulatif jam kerja termasuk pekerjaan lembur) dan beberapa terjadi
incident. Berdasarkan data kecelakaan kerja dan Behavior Based Safety
Observed (BBSO) Perusahaan selama 2 tahun terakhir didapatkan hasil
bahwa valve chamber memiliki 6 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari
2 kasus terjatuh dari ketinggian, 1 kasus tertimpa, dan 3 kasus tersayat.
Selain itu, Behavior Based Safety Observed menunjukkan beberapa temuan
diantaranya 125 temuan terkait APD dan 123 temuan terkait housekeeping.
Behavior Based Safety Observed merupakan program Perusahaan berupa
form temuan yang tersedia di tempat kerja yang berfungsi untuk melaporkan
temuan oleh setiap tenaga kerja sebagai metode pengawasan dan
management control.
Perusahaan bidang Oil and Gas telah melakukan identifikasi
bahaya menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dimana JSA adalah teknik
identifikasi bahaya suatu pekerjaan yang hanya berfokus pada hazard
prosedur serta langkah kerja (Glen,2011), terdapat tahapan-tahapan
pekerjaan yang tidak diberikan penilaian risiko dan tidak dijelaskan lebih
spesifik. Menurut Harjono (2014) dalam (Nugroho, 2016) mengatakan
bahwa untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja maka dibutuhkan
identifikasi bahaya. Mengetahui dan mengenal risiko kecelakaan dengan
mengidentifikasi bahaya pada suatu pekerjaan dilakukan dengan membagi
pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja dari awal pekerjaan hingga
selesai. Persyaratan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian merupakan persyaratan dari suatu perusahaan menurut
OHSAS 18001:2007.
Menurut (Kurniawan, 2017) dalam penelitihan menunjukan
bahwa penentuan potensi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
pada area granule menggunakan metode Hazard Identification Risk
Assesment and Risk Control (HIRARC) untuk melakukan penilaian risiko
dan menemukan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki risiko tinggi.Setelah
mengetahui beberapa langkah pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi

2
pemiihan solusi yang diberikan menggunakan metode Banefit Couse
Analysis (BCA). Penggunaan metode BCA pada penelitihan tersebut untuk
mengetahui nilai kelayakan dari solusi alternatif. Firmansyah (2018) dan
Albab (2019) menambahkan satu metode yang digunakan untuk
memastikan solusi yang diberikan sesuai dengan permasalahan utama yang
ada dalam suatu perusahaan. Metode yang ditambahkan adalah Fault Tree
Analysis (FTA). Maka dari itu dalam penelitihan ini terkait menyelesaikan
persoalan pada perusahaan Oil and Gas tentang belum adanya penilalian
risiko terhadap pekerjaan yang ada dan melakukan pengendalian risiko
terhadap pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi. Maka metode yang
digunakan menggunakan Hazard Identification Risk Assesment and Risk
Control (HIRARC). Lalu, mencari penyebab dasar dalam pekerjaan yang
memiliki risiko yang tertinggi menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) dan
melakukan pemilihan rekomendasi menggunakan metode Banefit Cost
Analysis (BCA). Tingginya frekuensi maupun Konsekuensi Kecelakaan
Kerja dalam perusahaan oil and gas Terutama Pekerjaan Pengecoran Valve
chamber. dibutuhkan Analisis Risiko Pekerjaan Pengecoran Valve chamber
dengan Pendekatan HIRARC dan FTA serta pemilihan Rekomendasi
menggunakan BCA. Dengan menggunakan metode Hazard Identification
Risk Assesment Control (HIRARC) untuk menganalsis terhadap Probabilty
terjadinya kecelakaan pada pekerjaan Valve chamber.
Dengan tahapan seperti Identifikasi bahaya, penilalian risiko dan
pengendalian risiko. Metode yang dapat digunakan adalah HIRARC
dimana tujuan dari metode HIRARC adalah menghasilkan Probabilty
kecelakaan yang sering terjadi dari setiap pekerjaan pengecoran Valve
chamber . Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis potensi bahaya
dari aktivitas kerja secara terprinci serta memberikan penilaian risiko
terhadap suatu pekerjaan. Menurut Kurniawan (2017), setelah melakukan
penilaian risiko akan menemukan beberapa langkah yang termasuk dalam
pekerjaan high risk dan ranking tertinggi dimana akan dianalisis lebih

3
lanjut menggunakan metode Fault Tre Analysis (FTA) menemukan Basic
Cause.
Menurut Amalia, et al (2012) , metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui mekanisme faktor-faktor penyebab keterlambatan adalah
metode Fault Tree Analysis (FTA). Diharapkan kita dapat mengetahui Top
Event dan penyebab dasar (root couse) suatu Permasalahan dalam tahapan
pekerjaan yang memiliki nilai risiko kritis atau tinggi dari hasil penilalian
risiko menggunakan HIRARC mana menggunakan Hasil dari Fault Tree
Analysis (FTA) yang sudah dilakukan minimal cut set sebagai acuan dalam
melakukan Rekomendasi menggunakan metode Benefit Cost Analysis
(BCA).
Rekomendasi akan tertuju pada basic cause dari Fault Tree Analysis
(FTA). Dimana dalam pemberian solusi terhadap suatu persoalan perlu
dibutuhkanya pertimbangan yang sistematis guna meminimalisir
pengeluaran dana berlebih dan solusi yang tidak memiliki efektifitas yang
baik. Menurut Setia, et al (2016) menggunakan BCA dikarenakan untuk
Pemberian solusi alternatif pengendalian dengan menggunakan analisis
biaya dengan metode Benefit Cost Analysis (BCA). Menurut Pujawan(2012)
analisis manfaat biaya (Benefit Cost Analysis) adalah analisis yang sangat
umum yang biasanya digunakan untuk menevaluasi kebijakn proyek-proyek
pemerintah yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan seberapa
bermanfaat solusi yang diberikan berdasarkan pertimbangan biaya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko proses
pengecoran valve chamber dengan metode HIRARC ?
2. Bagaimana mengetahui akar penyebab potensi bahaya yang berisiko
tinggi dan kritis pada proses pengecoran valve chamber dengan metode
FTA?

4
3. Bagaimana penentuan kelayakan rekomendasi untuk pengendalian risiko
dengan metode BCA?

1.3 Tujuan
Dari perumusan masalah tersebut, dapat diketahui tujuan dari
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bahaya dan penilaian risiko proses pengecoran valve
chamber dengan metode HIRARC.
2. Mengetahui akar penyebab potensi bahaya yang berisiko tinggi dan kritis
pada proses pengecoran valve chamber dengan metode FTA.
3. Menentukan pemberian rekomendasi tentang kelaykan dalam metode
BCA.

1.4 Manfaat Tugas Akhir


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk :
1. Bagi perusahaan
a. Dapat mengetahui potensi bahaya dalam tiap langkah pekerjaan
pengecoran valve chamber dan skala prioritas terhadap Hazard yang
ada.
b. Dapat mengetahui Root Couse dan Top Event dalam pekerjaan
pengecoraan valve chamber
c. memiliki perkiraan perhitungan cost terhadap rekomendasi yang
diberi setiap proses pengecoran valve chamber
2. Bagi mahasiswa
Sebagai penerapan dari ilmu tentang K3, terutama analisis risiko
keselamatan kerja pada pengecoran valve chamber dengan metode
HIRARC,FTA dan BCA.

5
1.5 Batasan Masalah
Batasan permasalahan dari penelitian ini adalah :
1. Pada penelitian ini hanya membahas kegiatan dan penilaian risiko
HIRARC pada pekerjaan pengecoran valve chamber pada projek
Aviation Fuel Hydran System.
2. Analisis menggunakan metode Fault Tree Analysis(FTA) dengan fokus
pada hazard dan risiko paling tinggi.
3. Pemberian rekomendasi menggunakan metode Benefit Cost Analysis
(BCA) dengan mempertimbangkan Benefit dan Cost.

6
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja memiliki beberapa definisi sebagai berikut:
1. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta
benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor:
03/Men/1998).
2. OHSAS (18001:2007) Kecelakaan kerja menurut Occupational Health
and Safety Assessement Series (OHSAS) adalah kejadian yang
berhubungan dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera atau kesakitan,
dan kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

2.1.1 Teori Kecelakaan Kerja


Teori Heinrich/ Teori Domino 13 Menurut buku Industrial Safety
dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan kerja adalah “kejadian tak terkontrol
atau tak direncanakan yang disebabkan oleh faktor manusia, situasi atau
lingkungan yang membuat terganggunya proses kerja dengan atau tanpa
berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti kerja.”
Menurut Teori Domino dalam (Pratiwi, 2012) menyatakan bahwa
kecelakaan kerja terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan yaitu
kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak aman, kecelakaan, dan
cedera. Teori Domino ini jika dijelaskan seperti kartu yang disusun tegak
jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga
kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek
domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh,
kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya
bangunan lain. Menurut Heinrich dalam teori Domino ini kunci untuk

7
mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan.

2.1.2 Penyebab Kecelakaan


Kecelakaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Lemahnya control (Leak Of Conrol) atau minimnya pengawasan
terhadap berjalannya penerapan aspek-aspek yang mendukung
keberlangsungan tindakan keselamatan kerja di lapangan
2. Penyebab dasar (Basic Cause) adalah faktor dasar yang menyebabkan
kecelakaan atau faktor utama dari terjadinya kecelakaan :
a. Faktor manusia (personal factor / human factor) adalah faktor
yang berasal dari dalam diri setiap manusia sendiri
b. Faktor dari pekerjaan (job factor) adalah faktor yang berasal dari
pengawasan pihak manajemen terhadap jalannya program
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Penyebab langsung (immediate cause) adalah faktor kecelakaan yang
secara langsung bersinggungan dengan manusia dan kondisi
lingkungan kerja. faktor penyebab langsung tersebut dibagi menjadi
dua faktor :
a. Perilaku manusia yang tidak baik (substandard action) adalah
penyebab yang didasarkan pada perilaku manusia yang tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bertindak tidak aman,
contohnya : tidak mengenakan APD saat bekerja
b. Kondisi lingkungan yang tidak aman adalah dimana lingkungan
kerja, peralatan kerja yang mendukung terjadinya kecelakaan
kerja, contohnya : adanya sumber bising

2.2 Pembuatan Valve chamber


Menurut Trafis (1928), pembuatan valve chamber suatu konstruksi
ruang katup yang praktis, efisien dan lebih baik untuk pompa dan sejenisnya
dimana valve chamber merupakan suatu kontruksi yang memiliki tinggi

8
4.55 Meter serta panjang dan lebar 6.7 meter dimana Valve chamberm
menyediakan dada katup atau konstruksi ruang katup untuk pompa, atau
sejenisnya, di mana bukaan - s yang disediakan untuk saluran A katup
ditutup tanpa menggunakan paking atau alat penjepit seperti itu. seperti
yang ditemukan pada konstruksi pompa biasa atau digunakan untuk
mempermudah dan memberikan wadah untuk Valve Piping agar
mempermudahkan dalam perawatan dan oprasinonal.

Gambar 2.1 Desain Valve Chamber


(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)

2.2.1 Bagian- bagian Valve Chamber


Valve chamber terdiri dari beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut:
1. Base Course
Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi
bawah dan lapis permukaan (Silvia, 1999) dan berfungsi sebagai:
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda
dan menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

9
Gambar 2.2 Bagian Base Course pada Valve chamber
(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)

2. Lean concrete
Lean concrete (LC) adalah batching plant tidak menguji
kadar lumpur agregat halus terlebih dahulu sebelum pencampuran
pembuatan beton, dengan alasan beton tersebut hanya sebagai
landasan untuk rigid pavement jadi tidak perlu ketelitian yang
mendasar. Hal ini bisa menyebabkan mengapa rigid pavement itu
bisa pecah dikarenakan lean concrete dibawahnya tidak kuat untuk
menahan beban rigid pavement.

Gambar 2.3 Bagian Lean Concrete pada Valve Chamber


(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)

3. Slab
Lantai beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural
yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang
selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai ke struktur
bawah.

10
Gambar 2.4 Bagian Formwork Bottom Slab Plan pada Valve Chamber
(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)

4. Wall
Dinding (wall) adalah bagian yang merupakan sebagai
penahan beban yang akan diterima dan pendiri serta pelindung sisi
dari luaran area valve chamber.

Gambar 2.5 Bagian Wall pada Valve Chamber


(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)

5. Cover
Penutup (Cover) adalah tahapan akhir dalam pembuatan
Valve chamber. Memiliki fungsi sebagai pelindung bagian dalam
dari atas, dan sebagai akses keluar masuk ketika Valve chamber
sudah dapat digunakan. Gambar 2.6 berikut ini menunjukkan
bagian cover pada valve chamber.

11
Gambar 2.6 Bagian Cover pada Valve Chamber
(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)

2.2.2 Pengecoran Beton


Pengecoran beton pada balok Valve chamber dapat dilaksanakan
setelah struktur kolom selesai dikerjakan pada bagian yang akan
dikerjakan terlebih dahulu. Dilanjutkan dengan pemasangan perancah dan
bekisting, terakhir dilanjutkan dengan penulangan balok dan pelat lantai.
Setelah semua tahapan pekerjaan selesai maka selanjutnya dilakukan
pengecoran beton.
1. Proses Pengecoran Beton
Proses pengecoran beton dimulai saat beton plastis dituangkan
ke dalam cetakan baik menggunakan bucket (dibantu dengan alat berat)
maupun melalui pipa, atau penyalur manual beton yang sudah dituang
ke area pengecoran kemudian dikonsolidasikan dan diratakan.
Konsolidasi dilakukan bertujuan untuk mengurangi rongga dalam
beton, dapat dilakukan secara manual dengan cara menusuk
menggunakan besi batang atau sekop, dan dapat dilakukan dengan alat
penggetar (vibrator). Setelah proses konsolidasi maka permukaan beton
diratakan dan dibiarkan mengering. Pada saat beton mengering, suhu
dan kelembaban pada permukaan beton harus dijaga untuk menghindari
retak dengan cara memberi penutup yang basah langsung di atas beton
atau menyemprotkan air di permukaan beton.

12
2. Beton Ready Mix (Beton Siap Pakai)
Beton ready mix menurut Nilson, et al (2008) dalam Nastiti
(2004) adalah beton yang dibuat atau pencampuran bahan materialnya
di lokasi perusahaan batching plan, kemudian beton ready mix diangkut
menggunakan truk pengangkut ke lokasi proyek yang memesan beton
ready mix dalam bentuk beton segar. Penerapan beton ready mix pada
konstruksi bangunan sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan
beton yang diproduksi sendiri, terutama jika dipergunakan pada
konstruksi pracetak. Keuntungan ini didapat dari waktu yang
seharusnya dipergunakan untuk proses pembuatan beton dapat
dihilangkan sehingga pekerjaan hanya dibutuhkan saat proses
pengecoran beton selain itu mutu beton yang diharapkan dapat
terpenuhi. Beton ready mix dapat disiapkan dengan beberapa jalan,
yaitu (Peurifoy et al., 1996):
a. Central-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di
dalam suatu mixer dan diangkut ke proyek dengan menggunakan
truk molen.
b. Shrink-mixed concrete, dimana setengah pencampuran beton
dilakukan di dalam suatu mixer kemudian beton dicampur
sepenuhnya di dalam truk mixer, pencampuran ini biasanya
dilakukan dalam perjalanan ke lokasi proyek.
c. Truck-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di
dalam truk mixer, dengan 70 sampai 100 putaran pada suatu
kecepatan yang cukup untuk mencampur beton. Beton jenis ini
pada umumnya disebut ‘ Transit Mixer Concrete ‘ karena dicampur
dalam perjalanan. Truk mixer merupakan alat yang digunakan
untuk membawa campuran beton basah dari pabrik pembuatan
ready mix (batching plan) ke lokasi proyek dengan sistem bak yang
terus berputar dengan kecepatan yang sudah diatur sedemikian rupa
supaya campuran beton selama dalam perjalanan tidak berkurang
kualitasnya.

13
2.3 HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment Risk Control)
Menurut Nurmawati dkk (2013) dalam Purnama (2015), HIRARC
merupakan gabungan dari hazard identification, risk assessment dan risk
control merupakan sebuah metode dalam mencegah atau meminimalisir
kecelakaan kerja. HIRARC merupakan metode yang dimulai dari
menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudain diidentifikasi sumber
bahaya nya sehingga di dapatkan resikonya. kemudian akan dilakukan
penilaian resiko dan pengendalian resiko untuk mengurangi paparan bahaya
yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan Tujuan dari HIRARC adalah
memberikan pendekatan yang jelas dan sistematik dalam menganalisis
risiko yang berkaitan yang mana nanti akan memberikan penilaian hazard
yang jelas dan terukur.
HIRARC merupakan salah satu persyaratan yang harus ada dalam
menerapkan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007. Klausal 4.3.1 pada
OHSAS 18001:2007 mengharuskan organisasi/perusahaan yang akan
menerapkan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 melakukan
penyusunan HIRARC pada perusahaannya. HIRARC dibagi menjadi 3
tahap yaitu identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko
(risk assessment), dan pengendalian risiko (risk control)

2.3.1 Identifikasi Bahaya (hazard identification)


Menurut Pamapersada (1999), identifikasi bahaya adalah proses
pencarian terhadap bahaya yang ada pada semua jenis kegiatan, situasi,
produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera. Identifikasi
potensi bahaya (hazard identification) adalah suatu proses aktivitas yang
dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi
sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). Oleh karena itu dapat
dikatakan identifikasi bahaya merupakan suatu upaya untuk mengetahui,
mengenal dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem yang di

14
dalamnya termasuk peralatan, tempat kerja, prosedur maupun aturan.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi risiko berdasarkan rekomendasi Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) diantaranya yaitu What-If, Checklist,
What-If / Checklist (SWIFT), Hazard Operability Study (HAZOPS),
Failure Mode & Effects Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA) dan
Job Safety Analysis (JSA).
Tujuan dari identifikasi bahaya adalah untuk mengamati tiap tahap
pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko bahaya baik terhadap kesehatan
maupun keselamatan pekerja serta memperhatikan bahaya tersebut
berkaitan dengan peralatan tertentu karena sumber energi, kondisi atau
kegiatan yang dilakukan pekerja. Bahaya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Bahaya kesehatan adalah bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan kepada seorang pekerja. Bahaya kesehatan ada yang dapat
dirasakan secara langsung atau saat itu juga (akut) dan ada juga yang
dapat dirasakan setelah terpapar beberapa lama atau jangka panjang
(kronis). Semua atau sebagian dari tubuh mungkin akan dapat terkena
gangguan kesehatan yang diakibatkan dari pekerjaan tersebut.
2. Bahaya keselamatan adalah semua hal yang dapat menyebabkan
cedera, atau kerusakan harta benda. Sebuah kecelakaan yang
disebabkan oleh bahaya keselamatan biasanya jelas dan berdampak
secara langsung. Sebagai contoh pekerja mungkin cidera parah karena
terpotong.
3. Bahaya lingkungan adalah adanya kegiatan pelepasan material ke
lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Bahaya
lingkungan menyebabkan kerusakan ketika kontrol dan prosedur kerja
tidak diikuti.

15
2.3.2 Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko, dimana
menurut sistem penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga
dapat mengambil tindakan untuk mengendalikan, mengurangi atau
menghilangkan risiko sebelum terjadi kecelakaan yang dapat
menimbulkan cedera, kerusakan dan kerugian (Ridley, 2006). Risiko
adalah kombinasi dari likelihood dan severity dari bahaya spesifik yang
muncul. Pada rumus matematika, risiko dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
Risk = Severty x Likelihood (2.1)
Dimana
Likelihood:
Frekuensi kemungkinan potensi bahaya tersebut muncul
Severity:
Tingkat keparahan jika potensi tersebut sampai menyebabkan kecelakaan
seperti luka atau kesehatan dari pekerjanya, kerusakaan properti,
kerusakan lingkungan, atau bahkan kombinasi dari ketiganya.
Penilaian risiko dapat diketahui dengan tabel RAM (Risk
Assesment Matrix) dimana dalam tabel tersebut terdapat nilai Severty dan
Likelihood. Likelihood menunjukkan seberapa mungkin kecelakaan itu
terjadi, severity menunjukkan seberapa parah dampak dari kecelakaan
tersebut. Nilai dari likelihood dan severity akan digunakan untuk
menentukan risk rating. Risk rating adalah nilai yang menunjukkan risiko
yang ada berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi, atau kritis. Tabel
Severity, Likelihood, dan Risk Rating haruslah konsisten dengan objek
yang spesifik dan berisi kegiatan manajemen risiko. (AS/NZS 4360, 2004)
Tabel Likelihood digunakan untuk mengetahui kriteria seberapa sering
suatu kejadian terjadi dalam kurun waktu tertentu. Tabel 2.1 berikut ini
merupakan tabel Likelihood yang digunakan sebagai standar dalam
perusahaan.

16
Tabel 2.1 Kemungkinan Kejadian (Probabilty)
KEMUNGKINAN KEJADIAN
(PROBABILTY)
A B C D E
Terendah TERTINGGI
Tidak pernah Terdengar Pernah terjadi Terjadi beberapa Terjadi
terdengar di di industri di sebuah kali disebah beberapakali
industri hulu migas hulu migas industri migas industri migas di ditempat kerja
KPxPP (1-3) KPxPP (4- di indonesia indonesia disalah satu
6) KPxPP (7-9) KPxPP (10-12) perusahaan
KPxPP (13-25)

(Sumber : Data Perusahaan Oil and Gas, 2020 )

Tabel Severity digunakan untuk mengetahui kriteria seberapa


keparahan atau dampak suatu kejadian terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Tabel 2.2 berikut merupakan tabel severity yang digunakan sebagai
standar dalam perusahaan.

Tabel 2.2 Tingkat Keparahan (Severity)


Tingkat
SAVERITY TERHADAP OBYEK
Keparahan
(Saverity) Manusia Alat Lingkungan Citra
0 Tidak ada dampak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesehatan/ kecelakaan kerusakan dampak pengaruh
Kerja
1 Dampak Kerusakan Dampak Pengaruh kecil
Kesehatan/kecelakaan sangat kecil sangat kecil
sangat Kecil
2 Dampak Kerusakan Dampak kecil Pengaruh yang
kesehatan/kecelakaan kecil cukup banyak
kecil
3 Dampak Kerusakan Dampak yang Pengaruh yang
kesehatan/kecelakaan yang terbatas cukup banyak
utama terbatas

17
Tingkat
SAVERITY TERHADAP OBYEK
Keparahan
(Saverity) Manusia Alat Lingkungan Citra
4 Fatalitas tunggal Kerusakan Dampak Pengaruh
Utama Utama Nasional
5 Fatalitas Ganda Kerusakan Dampak besar Pengaruh
yang luas imternasional

(Sumber : Data Perusahaan Oil and Gas, 2020 )

Tabel Risk Matrix digunakan untuk mengetahui kriteria untuk menentukan


suatu nilai risiko suatu pekerjaan dengan nilainya didapatkan dari paduan nilai
Severty dan Likelihood. Berikut merupakan tabel Risk Matrix yang digunakan
sebagai standart dalam perusahaan perusahaan bidang Oil and gas :

Tabel 2.3 Matriks Penilaian Risiko

(Sumber : Data Perusahaan Oil and Gas, 2020 )

18
2.3.3 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dapat menggunakan hierarki pengendalian risiko.
Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hierarchy of Control) merupakan
pengendalian risiko dengan cara memprioritaskan dalam pemilihan dan
pelaksanaan pengendalian yang berkaitan dengan bahaya K3 (OHSAS,
2007). Hirarki pengendalian merupakan langkah pengendalian yang telah
diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan paparan,dengan urutan
sebagai berikut (Tranter,1999) dalam (Ratnasari,2009) :

Gambar 2.7 Hierarki Pengendalian Risiko


(Sumber : Mahendra,2016 )

1. Eliminasi pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan


sumber bahaya (hazard). Upaya ini merupakan pilihan utama atau dapat
dikatakan sebagai solusi terbaik untuk menghilangkan sumber risiko
secara menyeluruh. Namun cara ini sulit untuk dilakukan karena
kecenderungan sebuah perusahaan apabila mengeliminasi substansi
atau proses akan megganggu kelangsungan proses produksi secara
keseluruhan.
2. Substitusi mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti
proses, atau melakukan terhadap penggantian bahan yang berbahaya
dengan bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah
menggantikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang
lebih aman atau lebih rendah tingkat risikonya. Dalam

19
pengaplikasiannya cara ini membutuhkan langkah trial and error untuk
mengetahui apakah teknik atau subtansi pengganti dapat berfungsi sama
efektifnya dengan proses sebelumnya
3. Rekayasa/ Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko
dengan mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses
kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini seperti membuat
lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi
kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam
melakukan kegiatan berbahaya. Terdapat tiga macam cara
engineering menurut Ratnasari (2009) yaitu :
a) Isolasi, prinsip dari sistem ini adalah dengan cara menghalangi
pergerakan bahaya dengan cara memberikan pembatas atau pemisah
terhadap bahaya maupun pekerja.
b) Guarding, prinsip dari sistem ini adalah mengurangi jarak atau
kesempatan kontak antara sumber bahaya dan bekerja
c) Ventilasi, cara ini merupakan langkah yang paling efektif untuk
mengurangi kontaminasi udara, berfungsi untuk kenyamanan,
kestabilan suhu dan mengontol kontaminan
4. Administratif, langkah ini diibatkan merupakan salah satu pilihan
terakhir karena pada dasarnya langkah ini mengandalkan sikap dan
kesadaran dari pekerja. Langkah ini hanya cocok untuk jenis risiko
tingkat rendah. Upaya dalam langkah ini difokuskan pada pembuatan
ataupun evaluasi pada prosedur seperti SOP (standart operating
procedurs) ataupun aturan-aturan lain di dalam sistem sebagai langkah
mengurangi tingkat risiko. Selain itu terdapat beberapa pengendalian
administratif menurut Ratnasari (2009) diantaranya sebagai berikut :
a) Rotasi dan penempatan pekera, langkah ini bertujuan untuk
mengurangi tingkat paparan yang diterima pekerja dengan
membagi waktu kerja dengan pekerja yang lain. Penempatan
pekerja terkait dengan masalah fitness-forwork dan kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan

20
b) Pendidikan dan pelatihan, sebagai pendukung pekerja untuk
mengambil keputusan dalam melakukan pekerjaan secara aman.
Dengan pengetahuan dan pengertian terhadap bahaya pekerjaan,
maka akan membantu pekerja untuk mengambil keputusan dalam
menghadapi bahaya.
c) Penataan dan kebersihan, tidak hanya meminimalkan insiden terkait
dengan kesalamatan, melainkan juga mengurangi debu dan
kontaminan lain yang bias menjadi jalur pemajan. Kebersihan
probadi juga sangatlah penting karena dapat mengarah kepada
kontaminasi melalui ingesti, maupun kontaminasi silang antara
tempat kerja dan tempat tinggal.
d) Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki kerusakan
secara lebih dini.
e) Jadwal kerja, metode ini menggunakan prinsip waktu kerja, dimana
pekerjaan dengan risiko tinggi dapat dilakukan saat jumlah pekerja
yang terpapat paling sedikit
f) Monitoring pelaksanaan standar keselamatan kerja (inspeksi dan
patroli) secara rutin serta memelihara komunikasi tentang pesan
keselamatan kerja melalui media seperti poster, buletin, stiker,
bahkan memberikan contoh dengan panutan, sangatlah perlu
digalakkan agar keselamatan dan kesehatan kerja tetap dapat terjaga
(Ridley, 2008).
5. Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan
kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan dengan cara
memberikan fasilitas kepada pekerja, langkah ini berfungsi untuk
mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan. Langkah
ini membutuhkan beberapa faktor agar berhasil diantaranya adanya

21
pelatihan atau intruksi kerja bagi setiap pegawai dalam penggunaan dan
pemilharaannya (Kanti,2012)

2.4 FTA (Fault Tree Analysis)


Fault tree analysis (FTA) adalah metode analisis, dimana terdapat
suatu kejadian yang tidak diinginkan disebut undesired event terjadi pada
sistem, dan sistem tersebut kemudian dianalisis dengan kondisi lingkungan
dan operasional yang ada untuk menemukan semua cara yang mungkin
terjadi yang mengarah pada terjadinya undesired event tersebut.
(Kristiansen, 2005). FTA digunakan untuk mengevaluasi sistem dinamik
yang kompleks untuk mengerti dan mencegah potensi bahaya. Dengan
menggunakan metode yang teliti dan terstruktur, FTA dapat menganalisis
sistem dengan menggunakan kombinasi unik dari seluruh penyebab potensi
bahaya yang dapat menyebabkan kejadian yang tak diinginkan terjadi. FTA
ini bisa menganalisis dari permasalahan yang umum ke penyebab yang
spesifik.
Adapun beberapa simbol yang berfungsi memberikan keterangan
tentang bagaimana hubungan antara kecelakaan dengan penyebab
kecelakaan dan proses terjadinya. Pada tabel ini akan menjelaskan fungsi
dari beberapa simbol antara lain :
a) Simbol Kejadian
Simbol kejadian digunakan untuk menunjukkan sifat dari setiap
kejadian dalam sistem. Simbol-simbol kejadian ini akan lebih
memudahkan kita dalam mengidentifkasi kejadian yang terjadi. Adapun
simbol-simbol kejadian yang digunakan dalam FTA, yaitu:

22
Tabel 2.4 Simbol Kejadian Fault Tree Analysis

(Sumber : CCPS,2008)

Probabilitas terjadinya output fault event dari gerbang AND dan OR dapat
dihitung berdasarkan dua persamaan berikut : Dhillon (1986). Gerbang
AND : F = ƒ1 ƒ2 ƒ3…….ƒn) Gerbang OR : F = 1 – (1 – ƒ1) (1 – ƒ2)…..(1 –
ƒn) Keterangan F = Probabilitas terjadinya output kejadian gagal. ƒ =
Probabilitas terjadinya input kejadian gagal n = Jumlah input kejadian gagal
b) Simbol-simbol Gate
Simbol gate digunakan untuk menunjukkan hubungan antar kejadian
dalam sistem. Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi atau
bersama-sama menyebabkan kejadian lain muncul. Adapun simbol-
simbol hubungan yang digunakan daam FTA dapat dilihat pada tabel
2.5 dibawah ini :

23
Tabel 2.5 Simbol Gate Fault Tree Analysis

(Sumber : CCPS,2008)

2.4.1 Identifikasi Gate dan Basic Event


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
seluruh gate dan basic event dalam FTA. Setiap identifikasi pastilah unik
dan jika basic event muncul lebih dari dua kali dalam FTA, maka harus
disimbolkan sama. Seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.2 tentang contoh
FTA.

24
Gambar 2.8 Contoh Fault Tree Analysis
(Sumber : CCPS,2008)

2.4.2 Mengubah Gate menjadi Basic Event


Langkah kedua yang harus dilakukan adalah mengubah seluruh
gate menjadi basic event. Ini dilakukan dengan menggunakan format
matrix, diawali dengan top event dan memproses dengan matrix hingga
semua gate dapat diubah. Gate diubah dengan menggantinya dalam matrix
dengan input. Top event selalu menjadi matrix yang pertama di kolom
pertama dan baris pertama. Ada dua aturan untul memasukan informasi
pada matrix, yaitu aturan OR-gate dan aturan AND-gate. Berikut ini
penjelasannya :
a. Aturan OR-Gate
Input pertama sebuah OR-gate diganti dengan simbol gate pada
matrix dan input yang lainnya dimasukan pada baris kosong selanjutnya
(satu input perbaris). Dan ketika input lainnya muncul pada baris
dimana OR-gate berada, maka input ini wajib diulang pada baris
dimana terdapat input gate lainnya.
b. Aturan AND-Gate
Ketika mengganti AND-gate pada matrix, input pertama ANDgate
diganti dengan penyimbolan pada matrix, dan input lainnya dimasukan
pada kolom selanjutnya yang tersedia, satu input perkolom dalam baris

25
yang sama yang muncul AND-gate.Setiap gate lainnya diubah dan
dimasukan, AND-gate harus dimasukan dalam setiap baris yang dibuat.
Berikut ini gambar 2.10 adalah Matrux yang akan menjelaskan matrix
dari contoh kasus FTA pada gambar 2.9 :

Gambar 2.9 Contoh Matrix Fault Tree Analysis

(Sumber : CPPS 2008)

Keterangan:
Cut Set I : 1,2,2
Cut Set II : 1,2,4
Cut Set III : 1,2,3
Cut Set IV : 1,3,4

26
2.4.3 Menghapus Event Sama dan Berulang
Langkah ketiga dalam prosedur pembuatan FTA adalah
menghapuskan event yang sama atau berulang dengan setiap basic
event yang sudah diidentifikasi. Hanya Cut set I yang basic eventnya
diulangi pada hasil. Ketika basic event yang berulang sudah dihapus, maka
cut set-nya menjadi :
Cut Set I : 1,2,
Cut Set II : 1,2,4
Cut Set III : 1,2,3
Cut Set IV : 1,3,4

2.4.4 Menghapus Semua Superset


Langkah keempat dalam prosedur pembuatan FTA adalah
menghapus semua superset yang muncul dalam basic event. Dalam kasus
ini terdapat dua supersets. II dan III adalah superset dari I, dimana II dan
III termasuk dalam I. Berikut inilah jadinya minimal
cut set pada contoh FTA diatas :
Minimal Cut Set : 1,2
Minimal Cut Set : 1,3,4

Setelah melakukan seluruh langkah-langkah diatas, dokumentasi


hasil dari FTA harus dibuat. Analisis bahaya harus memberikan deskripsi
dari sistem yang dianalisis, pembahasan tentang definisi masalah, daftar
asumsi, fault tree model yang dikembangkan, daftar minimal cut set dan
evaluasi minimal cut set. Selain itu, setiap rekomendasi yang diperoleh
dari FTA harus disajikan.

2.5 BCA
Benefit cost analysis (analisis manfaat biaya) adalah analisis yang
sangat umum digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek pemerintah.
Analisis ini adalah cara praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek,

27
dimana untuk hal ini diperlukan tinjauan yang panjang dan luas. Dengan
kata lain diperlukan analisis dan evaluasi dari berbagai sudut pandang 27
yang relevan terhadap ongkos-ongkos maupun manfaat yang
sumbangkannya (Pujawan, 2012)
Analisis manfaat biaya ini juga bisa digunakan untuk penentuan
kelayakan rekomendasi yang diajukan untuk perusahaan. Dengan
menghitung analisis manfaat biaya, perusahaan dapat mengetahui
beberapa rekomendasi untuk pengendalian risiko.
Analisis manfaat biaya biasanya dilakukan dengan melihat rasio antara
manfaat dari suatu proyek pada masyarakat umum terhadap ongkos-
ongkos yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, perusahaan juga
dapat menggunakannya untuk mempertimbangkan rekomendasi
pengendalian risiko. Secara sistematis hal ini biasa diformulasikan pada
Persamaan 2.2

(2.2)

Keterangan:
a. Manfaat ekivalen : Semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak
negatif, dinyatakan dengan nilai uang (RP)
b. Ongkos ekivalen : Semua ongkos-ongkos setelah dikurangi dengan
besarnya penghematan
Dengan perhitungan menggunakan Anuitas, dimana:
a. Rasio B/C > 1 : rekomendasi tersebut diterima
b. Rasio B/C < 1 : rekomendasi tersebut tidak bisa diterima
c. Rasio B/C= 1 : rekomendasi tersebut tidak ada perbedaan antara
diterima atau tidak.
Perhitungan anuitas pun dibutuhkan untuk menyamakan harga per periode
pada setiap rekomendasi, atau mengkonversikan suatu nilai sekarang pada
nilai seragam pada suatu periode tertentu (N) bila tingkat bunga atau

28
kenaikan harga sebesar i%. Dengan rumus yang dapat dilihat pada
Persamaan 2.3
(2.3)

Dimana :
B = Benefit
P = Present , biaya ini dikeluarkan hanya sekali dan pada saat itu juga
A = Anuitas, biaya yang dikeluarkan
I = Nilai bunga majemuk
Dengan perhitungan ini, perusahaan dapat melihat dan memilih
rekomendasi mana yang baik untuk perusahaan dan melakukan tindakan
yang tepat untuk pengendalian risiko yang ada.

2.6 Expert Judgment


Penilaian expert judgement adalah meminta para ahli dalam bidang
yang bersangkutan untuk menentukan kemungkinan- kemungkinan apa saja
yang dapat terjadi pada pekerjaan tersebut. Pemilihan expert judgement
tidak boleh dilakukan secara sembarangan, oleh karena itu peneliti memiliki
beberapa kriteria dalam menentukan expert judgement. Adapun kriteria
yang harus dimiliki oleh expert judgement adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai pengalaman dalam pengerjaan pekerjaan tersebut.
2. Bersedia meluangkan waktu pada jam kerja untuk dimintai informasi
terkait pekerjaan tersebut.
3. Memiliki banyak pengetahuan tentang bahaya proses yang ada pada
pekerjaan tersebut.
4. Memiliki reputasi yang baik di perusahaan.
5. Bersifat netral, jujur, dan percaya diri.
Syarat yang paling penting untuk expert judgement adalah semua partisipan
harus memiliki informasi yang relevan terhadap sub-sistem yang akan
diidentifikasi dan dinilai. Syarat-syarat expert judgement tersebut
berdasarkan OOECD-NEA, 1985 disesuaikan dengan keadaan di lapangan

29
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

30
3 BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Tahapan penelitian yang akan dilakukan dijelaskan pada Gambar 3.1 berikut
ini:
:
Mulai

Menentukan latar belakang,rumusan


masalah, tujuan serta manfaat.

Studi Literatur Studi Lapangan


1. HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment Wawancara terhadap HSE Coordinator PT. X
Risk Control) berbasis Oil and Gas
2. FTA (Fault Tree Analysis)
3. BCA (Benefit Cost Analysis)

Data Sekunder
1. Data Kecelakaan
Data Primer 2. Data BBSO (Behavior
Hasil wawancara dengan Pengumpulan Data Based Safety Observed)
HSE Coordinator 3. Work Instruction pada
Perusahaan pekerjaan pengecoran Valve
Chamber
4. Data Inflasi Bank

Identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko terhadap tiap tahapan kerja pada pengecoraan Valve
Chambe menggunakan HIRARC

Analisis penyebab dengan risiko tinggi menggunakan metode FTA yang dipertajam menganalisa dengan Scope
Fishbone Analysis

Perhitungan kelayakan rekomendasi menggunakan BCA

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian


(Sumber: Penulis, 2021)

31
3.2 Tahap Identifikasi Awal
Setelah melakukan observasi awal dengan melakukan studi lapangan
dan studi literatur, tahapan selanjutnya yakni menyusun rumusan masalah.
Rumusan masalah ditentukan dari fakta lapangan dan disesuaikan literatur
yang valid. Permasalahan ini diambil dari latar belakang yang menjadi
acuan pemilihan judul tugas akhir ini.

3.2.1 Identifikasi Permasalahan dan Perumusan Masalah


Pada tahapan ini Langkah yang harus dilakukan adalah melakukan
pengamatan dan identifikasi terhadap permasalahan pada perusahhan bidang
Oil and Gas yang tahapan selanjutnya adalah mentukan perumusan masalah
dan tujuan penelitihan.

3.2.2 Penetapan Tujuaan dan Manfaat Penelitian


Pada tahapan ini Langkah yang dilakukan adalah menentukan tujuan
dan manfaat dari penelitihan yang nantinya akan memberikan masukan bagi
perusahaan bidang Oil and Gas terkait pada tahap ini akan menjawab dari
hasil perusmusan masalah. Adapun tujuan dari penelitihan ini yaitu Analisis
pada pengecoran Valve chamber dan menimilasir penyebab High Potensial
Hazard serta memberikan solusi rekait rekomendasi yang efisen dan efektif.

3.3 Tahap Tinjauan Pustaka


Adapun beberapa tahapan studi yang harus dipersiapkan dan ditempuh
untuk membantu penyelesaian penelitihan adalah sebagai berikut :
3.3.1 Studi Lapangan
Studi lapangan adalah bagian dari tahap observasi awal yang
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi nyata program kerja K3 di
perushaan bidang Oil and Gas Dari studi lapangan ini dapat diketahui
permasalahan dengan melakukan pengamatan pengecoran Valve chamber
secara langsung. Dan studi lapangan yang kedua dengan melakukan
wawancara dengan Koordinator Subcontractor HSE tentang pekerjaan

32
pengecoran Valve chamber tentang uraian pekerjaan dan risiko-risiko apa
saja yang ada dalam proses tersebut dan bagaimana menanganinya.
3.3.2 Studi Literatur
Studi literatur adalah tahap untuk mencari teori yang berhubungan
dengan perumusan masalah, nantinya akan dijadikan sebagai tinjauan
pustaka dari penelitian. Studi literatur yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode HIRARC,FTA dan
BCA dimana literatur itu akan membantu menyelesaikan penelitihan
dengan target yang diinginkan. Teknik dalam Penilaian Risiko dan
Identifikasi bahaya ditempat kerja dan pengeluaran rekomendasi serta
membantu menyelesaikan permasalahan yang ada.

3.4 Tahap Pengumpulan Data


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dinilai dapat
membantu dan menunjang keberhasilan penelitian dengan data yang
diambil berupa data primer dan data sekunder :
3.4.1 Data Primer
Tahapan pengumpulan data ini adalah dengan mengumpulkan data
Primer dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara terutama
terhadap HSE Subcontractor mengenai detail pekerjaan, potensi bahaya,
penilaian risiko dan klaim keuangan/ perkiraan kerugian dalam pekerjaan
pengecoran Valve chamber
3.4.2 Data Sekunder
Tahapan pengumpulan data ini adalah dengan mengumpulkan data
sekunder dengan cara mengumpulkan bukti-bukti penundukung yang dapat
membantu berjalanya penelitihan sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat dan dapat memnimalisir risiko potensi bahaya pada pekerjaan
pengecoran Valve chamber antaralain; Behavior Based Safety Observed
(BBSO) laporan kecelakaan, data klaim keuangan, prosedur pengecoran dan
data inflasi Bank.

33
3.5 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini setelah kita memiliki data yang kita perlukan tahap
selanjutnya adalah mengelola data tersebut dengan menilai risiko tiap tahap
pekerjaan dengan menggunakan HIRARC . Setelah menilai risiko dan
ketika mengetahui mana risiko yang memiliki risiko paling tinggi tahapanya
adalah mencari penyebab dasar dengan FTA dan ketika sudah menemukan
penyebab dasar maka langkah selanjutnya adalah memberikan rekomendasi
yang baik dengan menggunakan metode BCA.
3.5.1 Identifikasi Risiko HIRARC
Setelah mengetahui dan mendapatkan data- data yang telah di
peroleh, selanjutnya mengidentifikasi potensi bahaya, penilaian risiko
bahaya dan melakukan pengelompokantentang bahaya Hight Potential
menggunakan metode HIRARC. Adapun langkah – langkahnya sebagai
berikut :
1. Mengetahui uraian pekerjaan dari pengecoran Valve chamber
2. Mengidentifikasi potensi bahaya
3. Penilaian risiko terhadap tiap pekerjaan
4. Pengelompokan dan penilaian Risk Matrik
5. Melakukan analisis dan evaluasi data hasil perhitungan risk
ranking.
3.5.2 Penentuan Akar Masalah Pekerjaan Risiko Tinggi Menggunakan
FTA
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap potensi bahaya yang memiliki
nilai risiko tertinggi dengan metode FTA untuk mendapatkan akar penyebab
masalah yang terjadi. Langkah – langkah pengerjaan FTA sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kejadian-kejadian utama (top event) yang mungkin
terjadi yang telah didapatkan
2. Mengidentifikasi contributor tingkat pertama dengan menambahkan
kondisi atau kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya top event

34
3. Menetapkan logic gate sesuai dengan gabungan peristiwa yang
menunjukkan apakah kedua peristiwa terjadi pada waktu dan tempat
yang sama (AND) atau salah satu kejadian yang mungkin terjadi (OR).
4. Mengidentifikasi contributor tingkat kedua dan menentukan simbol-
simbol logika untuk menghubungkan kejadian-kejadian yang mungkn
menjadi penyebab mode kegagalan kotributor tingkat pertama
5. Menetapkan logic gate contributor tingkat kedua
6. Mengulangi atau lanjutkan. Mengembangkan suatu strategi untuk
memperbaiki kombinasi kejadian unutk mencegah kejadian dibagian
atasnya terulang kembali.
7. Menghapus Event yang sama, berulang dan supper set dalam basic
event dimana akan menjadi minimal cut set.
3.5.3 Menentukan Kelayakan Rekomendasi dengan Menggunakan BCA
Setelah mendapatkan root cause dari hasil FTA terhadap potensi
bahaya yang memiliki nilai risiko tertinggi , selanjutnya menentukan
tindakan pengendalian dari setiap potensi bahaya yang memiliki nilai risiko
tinggi dan kritis dan melakukan perhitungan nilai kelayakan dari
rekomendasi dan memberikan solusi dari rekomendasi sehingga sesuai
kebutuhan menggunakan metode BCA. Adapun Langkah pengerjaan
Metode BCA sebagai berikut :
1. Menentukan objek yang akan dilakukan pengendalian berdasarkan hasil
root cause FTA
2. Menentukan beberapa tindakan pengendalian pada potensi risiko tinggi
dan kritis dari root cause fault tree analysis guna sebagai pemberian
rekomendasi yang sesuai
3. Melakukan perhitungan nilai kelayakan pada tindakan yang akan
dilakukan dengan Persamaan 2.2. Dengan memperhatikan parameter
manfaat dan biaya diantaranya:
a. Manfaat : Biaya pengobatan, Biaya perbaikan, Biaya perawatan,
Biaya santunan kematian, Biaya Progres Terhambat

35
b. Biaya : Biaya Pengadaan barang, Biaya Pelatihan, Biaya
pemeriksaan
4. Memberikan rekomendasi pengendalian sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil perhitunngan keungan dan keuntungan
3.6 Tahap kesimpulan dan saran
Pada tahap ini ketika pembahasan sudah terselesaikan dengan baik maka
hasil dari pembahasan akan kita simpulkan apa apa saja bahaya dan risiko
pekerjaan apa yang memikiki risiko tinggi pada pekerjaan pengecoraan
Valve chamber dan kita berikan saran serta rekomendasi untuk perbaikan
perushaaan bidang Oil and Gas.
3.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitihan
Pada penelitihan ini memiliki jadwal pelaksanaan. Berikut jadwal
pelaksanaan penelitihan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Literarur
1. BAB I,II dan III
2. Pembahasan
Pengumpulan Data
1. Data Keuangan
2. Expert Judgment
3. Prosedur Pekerjaan
Pengelohan Data
1. Membuat HIRA pekerjaan
2. Membuat FTA
3. Membuat rekomendasi
berdasarkan BCA
Pembahasan dan Kesimpulan

Evaluasi dan Pemantapan


Administrasi

(Sumber : Penelitian, 2021)

36
4 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


Penelitihan ini dikerjakan pada perusahaan Oil and Gas. Sedangkan
data yang diambil untuk penelitihan ini. Terbagi primerdan sekunder,
adapun data primer yang didapat adalah wawancara expert judment dan
data sekunder yang diperoleh adalah prosedurvalve chamber, data klaim
keuangan, data inflasi bank. Terdapat juga wawancara terhadap 2
departemen civil Engineer dan HSE Subcontractor.

4.2 Deskripsi Pekerjaan pada Proses Pembuatan Valve Chamber


Dalam memastikan detail urutan pekerjaan pada proses pembuatan
valve chamber dilakukan dengan cara melihat data sekunder dari
perusahaan dan wawancara kepada HSE subcontractor dan civil engineer.
selain itu terdapat metode kerja pembuatan Valve chamber dan dilakukan
survey lapngan untuk mengetahui urain pekerjaan yang lebih jelas dan
spesifik. Berikut uraian pekerjaan pada proses pembuatan valve chamber :

Tabel 4.1 Urutan Pekerjaan Pembuatan Valve Chamber


No Detail urutan Pekerjaan Pembuatan Valve chamber
1 Pembersihan Area Kerja, maintenance galian dan Dewatering
2 Pemadatan tanah dan Base Course
3 Lean concrete
4 Form Work Botom Slab
5 Pembesian Bottom Slab
6 Pengecoran Bottom Slab
7 Finishing Bottom Slab
8 Formwork Wall
9 Pembesian Wall
10 Pengecoran Wall
11 Finishing Wall
12 Formwork Cover

37
No Detail urutan Pekerjaan Pembuatan Valve chamber
13 Pembesian Cover
14 Pengecoran Cover
15 Finishing Cover
(Sumber: Perusahaan, 2020)

4.3 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko pada


Pembuatan Vavle Chamber
4.3.1 Skala Parameter Risiko
Mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko dalam pekerjaan
pembuatan valve chamber dibutuhkan nilai parameter dalam memberikan
penilaian atau skala dalam menggunakan likelihood dan saverity. Setelah
memiliki standart penilaian risiko dibutuhkan standtart juga untuk
mengkategorikan tinggi atau rendahnya sebuah risiko dalam suatu
pekerjaaan. Dalam penelitihan ini saverity dan likelihood serta risk matrix
menggunakan standart dari perusahaan Oil and Gas yang dapat dilihat
Tabel 2.1 untuk likelihood, Tabel 2.2 untuk severity dan Tabel 2.3 untuk
risk matrix. Dalam penelitihan ini mengerjakan menggunakan HIRARC
dimana menggunakan nstandar DOSH. Pembahasan dalam pekerjaan
pembuatan valve chamber dapat dilihat pada lampiran 1.

4.3.2 HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control)


Dalam pekerjaan Valve chamber terdapat 3 tahapan utama slab, wall dan
cover dimana pada langkah ini kita akan melakukan identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendalaian risiko.
1. Hasil HIRARC pada pekerjaan slab
Pekerjaan pembuatan Valve chamber dimualai dengan melakukan
pekerjaan slab 7 aktivitas yang dilakukan :
1. Pembersihan area kerja, maintenance galian dan dewatering
2. Pemadatan tanah dan base course
3. Lean concrete
4. Form work bottom slab

38
5. Pembesian bottom slab
6. Pengecoran bottom slab
7. Finishing bottom slab
Langkah yang harus dilakukan pertama kali adalah menidentifikasi bahaya yang
ada dalam pekerjaan pembuatan Valve chamber pada perusahaan oil and gas.
Sesuai dengan Tabel 4.1 pekerjaan pembuatan valve chamber pekerjaan ini
dilakukan secara pertahap dan memiliki potensi bahaya yang berbeda- beda. Tabel
4.2 berikut ini merupakan identifikasi bahaya menggunakan metode HIRARC
pada tahapan pembuatan Slab pada proses valve chamber.

Tabel 4.2 Identifikasi Potensi Bahaya Tahapan Slab


Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
1. Psikologi : Beban kerja dan
tanggung jawab yang besar
1. Pekerjaan tidak selesai tepat waktu
dengan multiperan dan pekerjaan
2. stress kerja
ganda serta kondisi hubungan
3. pekerjaan terhambat
antar pekerjaan yang kurang
mendukung.
2. Ergonomi : Posisi penggalian
4. Pegal-pegal pada bagian tubuh
manual dan pengankatan sak
pekerja
Pembersihan tanah dengan frekuensi tinggi.

Area Kerja, 3. Kimia : Penggunaan bahan kimia 5. Berpotensi kebakaran

maintenance solar pada penggunaan genset

galian dan 6. Kandungan dalam tanah tersimpan


4. Kimia : Pekerjaan galian
Dewatering gas gas berbahaya
berpotensi terdapat gas berbahaya

5. Biologi : Karena lokasi projek


masih berupa rawah berpotensi
7. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
8. Tertabrak
6. Peralatan/Equipment : Exavator
9. menghambat pekerjaan
tidak bekerja dengan baik

39
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
7. Peralatan/Equipment : mesin 10. Electrical Hazard
Genset mengalami kerusak 11. kebakaran
8. Fisik : Kelehan dan Cuaca yang
12. Kelelahan
sangat panas
13. terprosok
14. terjatuh
9. Fisik : Galian Longsor
15. Tertimbun tanah galian

16. Electrical Hazard


10. Peralatan/Equipment : mesin
17. kebakaran
Baby Rooler tidak layak pakai
18. . menabrak pekerja lain
11. Psikologi : Beban kerja dan
tanggung jawab yang besar 19. Pekerja mengalami stress
dengan multiperan dan pekerjaan kerja dan fokus terbagi
ganda serta kondisi hubungan membuat pekerja tidak dapat
antar pekerjaan yang kurang menoptimalkan pekerjaanya
mendukung.
12. Ergonomi : Posisi memadatkan 20. Pegal-pegal pada bagian
dan pemerataan secara manual. tubuh pekerja

13. Kimia : Penggunaan bahan kimia 21. Kebakaran


Pemadatan tanah solar pada penggunaan genset 22. polusi
dan Base Course 14. Kimia : Terdapat gas berbahaya 23. keracunan, susah bernafas
didalam galian 24. kematian
15. Biologi : Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
25. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
16. Peralatan/Equipment : Mesin
Babyroller dan truck muatan 26. Tertabrak tertimpa alat
material base course tidak dalam 27. menghambat pekerjaan
kondisi baik
17. Peralatan/Equipment : 28. Tersayat
Penggunaan benda tajam dan 29. tertimpa bernda-benda.
perlatan kerja.

40
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
30. Tertimbun tanah galian,
18. Fisik : Struktur sheet pile
31. terprosok
Shoring dan Baricade tidak kuat
32. terjatuh

19. Fisik : Getaran dari mesin baby 33. Akumulasi getaran berlebih
roller dapat menyebabkan PAK.
20. Psikologi: Beban kerja dan
34. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan pekerjaan
35. fokus terbagi membuat
ganda serta kondisi hubungan
pekerja tidak dapat
antar pekerjaan yang kurang
menoptimalkan pekerjaanya
mendukung.
21. Biologi : Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
terdapat hewan hewan seperti 36. Memar hingga kematian
ular, serangga dan tikus
22. Kimia : Sifat concrete dan
37. Iritasi Kulit dan bahaya untuk
pemakaian lem SIKA untuk
lingkungan
perekat concrete
38. Keracunan
23. Kimia : Terdapat gas berbahaya
Lean concrete 39. susah bernafas
didalam galian
40. kematian

24. Kimia : Penggunaan bahan kimia 41. Kebakaran


solar pada penggunaan genset 42. polusi
25. Peralatan/Equipment : Peralatan
43. Tersengat
penerangan yang tidak layak
44. menganggu pekerjaan
pakai
26. Peralatan/Equipment : 45. Tertimpa
Penggunaan benda tajam dan 46. tersayat
perlatan kerja. 47. terpotong
48. Tertabrak,terimpah CP atau
27. Peralatan/Equipment : CP atau mixer
Mixer tidak dalam kondisi baik. 49. menganggu keberlangsungan
pekerjaan
28. Fisik : Galian Longsor 50. Tertimbun tanah galian

41
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
51. terprosok dan terjatuh
52. jika terakumulasi secara
29. Fisik : Getaran pada belalai dan
waktu yang lama dapat
Vibrator untuk concrete
menyebabkan PAK.
53. Unsafe Act akibat penglihatan
terganggu
30. Fisik : Penerangan dan kondisi 54. Unsafe Condition bekerja
yang kurang bersahabat dalam kondisi tidak biasanya
dapat menimbulkan bahaya
lain yang terakumulasi.
55. bagian tubuh pekerja tersayat
31. Tersayat benda tajam
benda tajam
32. Psikologi : Beban kerja dan
56. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan pekerjaan
57. fokus terbagi membuat
ganda serta kondisi hubungan
pekerja tidak dapat
antar pekerjaan yang kurang
menoptimalkan pekerjaanya
mendukung.
33. Ergonomi : Memasang
Formwork dalam posisi yang 58. Pegal-pegal pada bagian
tidak wajar dalam durasi yang tubuh pekerja

Form Work lama.


Botom Slab 34. Biologi :Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
59. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
60. keracunan,
35. Kimia : Terdapat gas berbahaya
61. susah bernafas
didalam galian
62. kematian

36. Kimia : Penggunaan bahan kimia 63. Kebakaran


solar pada penggunaan genset 64. polusi

37. Peralatan/Equipment : 65. Tertimpa


Penggunaan benda tajam dan 66. tersayat
perlatan kerja. 67. terpotong

42
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
38. Peralatan.Equipment : 68. Terpotong,tersayat
Gerinda dan Bosch 69. menghambat pekerjaan
39. Fisik : Kebisingan saat
70. Akumulasi kebisingan diatas
pemotongan material logam
85 db dapat menyebabkan
dan hantaman antar benda
PAK kepada pekerja
keras
71. Akumulasi getaran secara
40. Fisik :Getaran pada
terus menerus dapat
pengguanaan Gerinda dan
menyebabkan PAK
72. Tertimbun tanah galian,
41. Fisik : Galian Longsor
terprosok dan terjatuh
73. bagian tubuh pekerja tersayat
42. Tersayat benda tajam
benda tajam
43. Psikologi : Beban kerja dan
tanggung jawab yang besar 74. Pekerja mengalami stress
dengan multiperan dan kerja dan fokus terbagi
pekerjaan ganda serta kondisi membuat pekerja tidak dapat
hubungan antar pekerjaan menoptimalkan pekerjaanya
yang kurang mendukung.
44. Ergonomi : Memasang
Formwork dalam posisi yang 75. Pegal-pegal pada bagian
tidak wajar dalam durasi yang tubuh pekerja
Pembesian
lama.
Bottom Slab
45. Biologi :Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
76. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
77. Keracunan
46. Kimia : Terdapat gas berbahaya
78. susah bernafas
didalam galian
79. kematian
47. Kimia : Penggunaan bahan
kimia solar pada penggunaan 80. Kebakaran
genset 81. polusi

43
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
48. Peralatan/Equipment : 82. Tertimpa
Penggunaan benda tajam dan 83. tersayat
perlatan kerja. 84. terpotong
85. Terpotong
49. Peralatan.Equipment : Gerinda 86. tersayat
87. Menghambat pekerjaan

50. Fisik : Kebisingan saat 88. Akumulasi kebisingan diatas


pemotongan material logam 85 db dapat menyebabkan
dan hantaman antar benda keras PAK kepada pekerja
89. Akumulasi getaran secara
51. Fisik :Getaran pada
tterus menerus dapat
pengguanaan Gerinda
menyebabkan PAK
90. Tertimbun tanah galian,
52. Fisik : Galian Longsor
terprosok dan terjatuh
53. Psikologi: Beban kerja dan
91. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan
92. fokus terbagi membuat
pekerjaan ganda serta kondisi
pekerja tidak dapat
hubungan antar pekerjaan yang
menoptimalkan pekerjaanya
kurang mendukung.
54. Biologi : Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
93. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti

Pengecoran ular, serangga dan tikus


Bottom Slab 55. Kimia : Sifat concrete dan
94. Iritasi Kulit
pemakaian lem SIKA untuk
95. bahaya untuk lingkungan
perekat concrete
56. Kimia : Terdapat gas berbahaya 96. keracunan, susah bernafas
didalam galian 97. kematian
57. Kimia : Penggunaan bahan
98. Kebakaran
kimia solar pada penggunaan
99. polusi
genset
58. Peralatan/Equipment : 100. Tersengat
Peralatan penerangan yang 101. menganggu pekerjaan

44
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
tidak layak pakai
59. Peralatan/Equipment : 102. Tertimpa
Penggunaan benda tajam dan 103. tersayat
perlatan kerja. 104. terpotong
105. Tertabrak,terimpah CP atau
60. Peralatan/Equipment : CP atau mixer
Mixer tidak dalam kondisi baik. 106. menganggu keberlangsungan
pekerjaan
107. Tertimbun tanah galian
61. Fisik : Galian longsor
108. terprosok dan terjatuh
109. jika terakumulasi secara
62. Fisik : Getaran pada belalai
waktu yang lama dapat
dan Vibrator untuk concrete
menyebabkan PAK.
110. Unsafe Act akibat
penglihatan terganggu dan
63. Fisik : Penerangan dan kondisi Unsafe Condition bekerja
yang kurang bersahabat dalam kondisi tidak biasanya
dapat menimbulkan bahaya
lain yang terakumulasi.
64. Psikologi: Beban kerja dan
111. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan
112. fokus terbagi membuat
pekerjaan ganda serta kondisi
pekerja tidak dapat
hubungan antar pekerjaan yang
menoptimalkan pekerjaanya
kurang mendukung.
65. Biologi : Karena lokasi projek
Finishing
masih berupa rawah berpotensi
Bottom slab 113. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
66. Kimia : Sifat concrete dan
114. Iritasi Kulit
pemakaian lem SIKA untuk
115. bahaya untuk lingkungan
perekat concrete
67. Kimia : Terdapat gas berbahaya 116. keracunan, susah bernafas
didalam galian 117. kematian

45
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
68. Kimia : Penggunaan bahan
118. Kebakaran
kimia solar pada penggunaan
119. polusi
genset
69. Peralatan/Equipment :
120. tertimpa,tersayat
Penggunaan benda tajam dan
121. terpotong
perlatan kerja.
122. Tertimbun tanah galian
70. Fisik : Galian Longsor
123. terprosok dan terjatuh
124. Unsafe Act akibat penglihatan
terganggu dan Unsafe
71. Fisik : Penerangan dan kondisi Condition bekerja dalam
yang kurang bersahabat kondisi tidak biasanya dapat
menimbulkan bahaya lain
yang terakumulasi.
(Sumber: Penulis, 2021)

Berdasarkan Tabel 4.2 identifikasi potensi bahaya pada tahapan slab


adapun untuk tahapan lainya dapat di lihat di lampiran 1, dapat diketahui
terdapat 71 potensi bahaya dari rincian 7 langkah kerja. Dari 71 potensi
bahaya tersebu terdapat 124 dampak. Dimana diantaranya 12 beresiko tinggi,
55 beresiko sedang dan 2 beresiko rendah. Setelah melakukan identifikasi
potensi bahaya, selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko untuk
mengetahui tingkat risiko pada setiap dampak dari bahaya yang ada
berdasarkan Tabel 2.4. Tingkat risiko ini didapat dari hasil perkalian antara
penilaian probability (peluang yang terjadi) dengan penilaian severity
(keparahan dampak yang ditimbulkan). Tabel 4.3 merupakan contoh
HIRARC pekerjaan pembuatan valve chamber yang terdapat pada lampiran 1

46
Tabel 4.3 HIRARC Pembersihan Galian,. Maintance Galian Dan Dewatering

Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Psikologi : Beban Pekerja
kerja dan tanggung mengalami stress 1. membuat job deskripsi dan tanggung
jawab yang besar kerja dan fokus jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
dengan multiperan dan terbagi membuat berbentuk dokumen
A 3 A3 SPV
pekerjaan ganda serta pekerja tidak 2. memberikan apresiasi kepada prestasi
kondisi hubungan antar dapat pekerja.
Exavator dan pekerjaan yang kurang menoptimalkan 3. Menambah pekerja
Pembersihan galian,
Maintanence galian dan Genset serta mendukung. pekerjaanya
1 Dewatering peralatan Ergonomi : Posisi
penggalian penggalian manual dan Pegal-pegal pada 1. Menggunakan Alat berat Hydrolic
pengankatan sak tanah bagian tubuh B 3 B3 Excavator 2. Training Manual Handling SPV
dengan frekuensi pekerja 3. pengaturan jam kerja
tinggi.
Kimia : Penggunaan 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
Berpotensi
bahan kimia solar pada B 3 B3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
kebakaran
penggunaan genset didekat area berpotensi kebakaran

47
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Kimia : Pekerjaan Kandungan dalam
galian berpotensi tanah tersimpan C 4 C4 Menerapkan Prosedur Confined Space SPV
terdapat gas berbahaya gas gas berbahaya
Biologi : Karena lokasi
projek masih berupa
rawah berpotensi Memar hingga
C 3 C3 menggunakan APD sesuai pekerjaan
terdapat hewan hewan kematian
seperti ular, serangga
dan tikus
Peralatan/Equipment : Tertabrak dan
Melakukan inspeksi dan maintanace
Exavator tidak bekerja menghambat D 3 D3 SPV
secara berkala
dengan baik pekerjaan
Peralatan/Equipment :
Electrical Hazard, Melakukan inspeksi dan maintanace
mesin Genset A 3 A3 SPV
kebakaran secara berkala
mengalami kerusak
Fisik : Kelehan dan Pengaturan waktu kerja dan penyedian
Cuaca yang sangat Kelelahan B 3 B3 fasilitas penunjang ( Air minum dan SPV
panas tempat istirahat)

48
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
1. Memasang dan memastikan Sheet
Tertimbun tanah
pile mampu menahan volume tanah 2.
Fisik : Galian Longsor galian, terprosok D 4 D4 SPV
Menyediakan Hard baricade antara
dan terjatuh
galian dan bibir galian
(Sumber: Penulis, 2021)

49
Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pekerjaan Slab
Jumlah Nilai Risiko
NO Akktivitas
Low Medium Hight Extreme
1 Pembersihan Area Kerja,
maintenance galian dan 1 5 3 0
Dewatering
2 Pemadatan tanah dan
0 7 3 0
Base Course
3 Lean concrete 0 9 1 0
4 Form Work Botom Slab 0 9 1 0
5 Pembesian Bottom Slab 0 8 2 0
6 Pengecoran Bottom Slab 1 10 1 0
7 Finishing Bottom Slab 0 9 1 0
TOTAL 2 55 12 0
(Sumber: Penulis, 2021)

Pada pekerjaan slab yang terdiri dari 12 risiko High risk dimana dalam 12
high risk tersebut terdapat beberapa hazard yang sama sampai menghasilkan
3 kategori bahaya tinggi dalam pekerjaan slab yaitu :
1. Kualitas pekerjaan yang buruk karena beban kerja yang terlalu banyak
membuat beberapa pekerjaan terhambat dan sistem koordinasi kacau
dimana memiliki nilai severity 3 dan probability A.
2. Terdapat kandungan gas berbahaya didalam galian dimana menyebabkan
keracunan bahkan sampai menyababkan kematian pada korban. Memiliki
nilai severity 4 dan probability C.
3. Mesin genset kebakaran memiliki potensi bahaya tinggi menyebabkan
terbakarnya material di area pusat kebakaran dan membahayakan nyawa
serta citra perusahaan buruk dilokasi bandara adapun tingkat bahaya
ditunjukan dengan nilai severity 3 dan probability C.
4. Penggunaan tools yang kurang tepat memiliki potensi tinggi untuk
menyebabkan tersayat,tertusuk dan terpotong dapat membahayakan

50
nyawa sesorang memiki severity 4 dan memiliki nilai probability C yaitu
terjadi 7-9 kali dalam setahun.
Terdapat pengendalian untuk potensi bahaya tinggi tersebut, antara lain :
1. Melakukan analisis dan mengajukan penambahan man power,
pembuatan komitmen terkait kualitas, penunjukan konsultan untuk
menerapkan ISO 9001 2015 terkait manajemen mutu.
2. Membuat prosedur pekerjaan confined space, Training work at
confined space pengadaan blower dan gas detector.
3. Membuat prosedur penggunaan genset, pengadaan APAR dan
membuat shelter untuk penyimpanan alat.
4. Melakukan inspeksi alat mingguan dan maintance bulanan terhadap
gerinda.
2. Hasil HIRARC pada pekerjaan wall
Pekerjaan pembuatan valve chamber dimualai dengan melakukan
pekerjaan wall 4 aktivitas yang dilakukan :
1. Formwork wall
2. Pembesian Wall
3. Pengecoran Wall
4. Finishing Wall
Setelah melakukan identifikasi potensi bahaya, selanjutnya adalah
melakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko pada setiap
dampak dari bahaya yang ada berdasarkan Tabel 2.4. Tingkat risiko ini
didapat dari hasil perkalian antara penilaian probability (peluang yang
terjadi) dan penilaian severity (keparahan dampak yang ditimbulkan).
Tabel 4.5 merupakan contoh HIRARC pekerjaan wall pembuatan valve
chamber tahapan wall yang terdapat pada lampiran 1.

51
Tabel 4.5 HIRARC Kegiatan Formwork Wall

Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Pekerja
Psikologi: Beban kerja mengalami
1. membuat job deskripsi dan tanggung
dan tanggung jawab yang stress kerja dan
jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
besar dengan multiperan fokus terbagi
berbentuk dokumen
dan pekerjaan ganda serta membuat A 3 A3 SPV
2. memberikan apresiasi kepada prestasi
kondisi hubungan antar pekerja tidak
Exavator dan pekerja.
pekerjaan yang kurang dapat
Formwork wall Genset serta 3. Menambah pekerja
1 mendukung. menoptimalkan
peralatan
pekerjaanya
penggalian
Ergonomi : Proses
Pegal-pegal 1. Menggunakan Alat berat Hydrolic
pengangkatan beban
pada bagian B 3 B3 Excavator 2. Training Manual Handling SPV
manual dan menurunkan
tubuh pekerja 3. pengaturan jam kerja
beban kedalam galian
Kimia : Terdapat gas Berpotensi 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
B 3 B3 SPV
berbahaya didalam galian kebakaran mudah terbakar 2. menyediakan APAR

52
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
didekat area berpotensi kebakaran
1. membuat job deskripsi dan tanggung
Kimia : Penggunaan Pegal-pegal jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
bahan kimia solar pada pada bagian A 3 A3 berbentuk dokumen 2. memberikan SPV
penggunaan genset tubuh pekerja apresiasi kepada prestasi pekerja. 3.
Menambah pekerja
Peralatan/Equipment : keracunan, 1. Mengatur waktu kerja dan volume
Penggunaan benda tajam susah bernafas B 3 B3 kerja 2. Melakukan Perenganggan
dan perlatan kerja. dan kematian sebelum dan setelah bekerja
Peralatan/Equipment :
Pengguanaan Scaffolding Kebakaran dan
D 4 D4 Mengikuti prosedur confined space SPV
dari segi pemasangan dan polusi
material kurang kuat
Biologi : Karena lokasi
projek masih berupa 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
tertimpa,tersayat
rawah berpotensi terdapat C 3 C3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
dan terpotong
hewan hewan seperti didekat area berpotensi kebakaran
ular, serangga dan tikus

53
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Struktur Roboh
Melakukan inspeksi, maintanace secara
Fisik : Pekerjaan dan menimpah
B 3 B3 berkala dan menggunakan APD yang SPV
ketinggian material serta
diperlukan
pekerja disekitar
1. Melakukan Inspeksi 2. Teknisi yang
Peralatan.Equipment : Memar hingga
B 4 B4 memiliki standart 3. Peralatan dan SPV
Grinda dan Bor Bosch kematian
material yang sesuai standart
(Sumber: Penulis, 2021)

54
Dari 4 proses urutan aktivitas pekerjaan tersebut, terdapat 44 potensi bahaya
dimana dapat dilihat pada lampiran 1. Dimana dalam aktivitas pekerjaan slab
terdapat 5 Hight risk dan 39 medium.

Tabel 4.6 Penilaian Risiko Wall


Jumlah Nilai Risiko
NO Akktivitas
Low Medium Hight Extreme
1 Formwork Wall 0 10 1 0
2 Pembesian Wall 0 8 1 0
3 Pengecoran Wall 0 13 1 0
4 Finishing Wall 0 8 2 0
TOTAL 0 39 5 0
(Sumber: Penulis, 2021)

Pada pekerjaan Wall memiliki 1 potensi bahaya yang memiliki potensi


bahaya tinggi diantaranya galian Valve chamber longsor menyebabkan
seluruh asset dan man power yang berada didalam galian berpotensi
tertimbun oleh longsoran tanah dikarenakan shoring atau beban yang begitu
berat diatas galian. Pada potensi bahaya ini memiliki nilai D karena terjadi
2-3 kali dalam setahun dan dalam hal keparahan diberikan nilai 4
dikarenakan dapat menyebabkan kerusakan utama pada peralatan dan
kerugian hamper mencapai Rp. 5.000.000,- . Terdapat beberapa
pengendalian yang dilakukan guna melakukan langkah langkah preventive
dan perbaikan antara lain :
1. Perencanaan Shoring, pembuatan Hard barricade dan
mengklasifikasikan zona dekat galian.

55
3. Hasil HIRARC Pekerjaan Cover
Pekerjaan pembuatan Valve chamber dimualai dengan melakukan
pekerjaan cover 4 aktivitas yang dilakukan :
1. Formwork Cover
2. Pembesian Cover
3. Pengecoran Cover
4. Finishing Cover
Setelah melakukan identifikasi potensi bahaya, selanjutnya adalah
melakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko pada
setiap dampak dari bahaya yang ada berdasarkan Tabel 2.4. Tingkat
risiko ini didapat dari hasil perkalian antara penilaian probability
(peluang yang terjadi) dan penilaian severity (keparahan dampak yang
ditimbulkan). Tabel 4.7 merupakan contoh HIRARC pekerjaan wall
pembuatan valve chamber tahapan wall yang terdapat pada lampiran
1.

56
Tabel 4.7 Hazard pada Pekerjaan Cover

Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Psikologi: Beban kerja Pekerja
dan tanggung jawab mengalami stress 1. membuat job deskripsi dan tanggung
yang besar dengan kerja dan fokus jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
multiperan dan terbagi membuat berbentuk dokumen
A 3 A3 SPV
pekerjaan ganda serta pekerja tidak 2. memberikan apresiasi kepada prestasi
kondisi hubungan antar dapat pekerja.
pekerjaan yang kurang menoptimalkan 3. Menambah pekerja
Exavator dan
mendukung. pekerjaanya
Formwork wall Genset serta
1 Ergonomi : Proses
peralatan
pengangkatan beban Pegal-pegal pada 1. Menggunakan Alat berat Hydrolic
penggalian
manual dan bagian tubuh B 3 B3 Excavator 2. Training Manual Handling 3. SPV
menurunkan beban pekerja pengaturan jam kerja
kedalam galian
Kimia : Terdapat gas 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
Berpotensi
berbahaya didalam B 3 B3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
kebakaran
galian didekat area berpotensi kebakaran
Kimia : Penggunaan Pegal-pegal pada A 3 A3 1. membuat job deskripsi dan tanggung SPV

57
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
bahan kimia solar pada bagian tubuh jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
penggunaan genset pekerja berbentuk dokumen 2. memberikan
apresiasi kepada prestasi pekerja. 3.
Menambah pekerja
Peralatan/Equipment :
keracunan, susah 1. Mengatur waktu kerja dan volume kerja
Penggunaan benda
bernafas dan B 3 B3 2. Melakukan Perenganggan sebelum dan
tajam dan perlatan
kematian setelah bekerja
kerja.
Peralatan/equipment :
Penggunaan Support Kebakaran dan
D 4 D4 Mengikuti prosedur confined space SPV
untuk menyusun area polusi
kerja kurang kuat
Peralatan/Equipment :
Pengguanaan 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
tertimpa,tersayat
Scaffolding dari segi C 3 C3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
dan terpotong
pemasangan dan didekat area berpotensi kebakaran
material kurang kuat
Biologi : Karena lokasi Struktur Roboh Melakukan inspeksi, maintanace secara
B 3 B3 SPV
projek masih berupa dan menimpah berkala dan menggunakan APD yang

58
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
rawah berpotensi material serta diperlukan
terdapat hewan hewan pekerja disekitar
seperti ular, serangga
dan tikus
1. Melakukan Inspeksi 2. Teknisi yang
Fisik : Pekerjaan Memar hingga
B 4 B4 memiliki standart 3. Peralatan dan SPV
ketinggian kematian
material yang sesuai standart
(Sumber: Penulis, 2021)

59
Dari 4 proses urutan aktivitas pekerjaan tersebut, terdapat 46 potensi bahaya
dimana dapat dilihat pada lampiran 1. Dimana dalam aktivitas pekerjaan slab
terdapat 5 Hight risk dan 42 medium.

Tabel 4.8 Penialaian Risiko Cover


Jumlah Nilai Risiko
NO Akktivitas
Low Medium Hight Extreme
1 Formwork Cover 0 9 1 0
2 Pembesian Cover 0 12 1 0
3 Pengecoran Cover 0 11 2 0
4 Finishing Cover 0 9 1 0
TOTAL 0 41 5 0
(Sumber: Penulis, 2021)

Pada pekerjaan Cover yang terdiri dari 5 risiko Hight risk dimana dalam hight
risk tersebut terdapat beberapa hazard yang sama sampai menghasilkan 1
kategori bahaya tinggi dalam pekerjaan slab yaitu :
1. Kualitas pekerjaan yang buruk karena beban kerja yang terlalu banyak
membuat beberapa pekerjaan terhambat dan system koordinasi kacau
dimana memiliki nilai severity 3 dan probability A.
2. Struktur scaffolding tidak kuat dan berpotensi jatuh dimana memiliki
potensi baya yang cukup tinggi dikarenakan memiliki dampak yaitu
menimpah pekerja dan jatuh dari ketinggian berpotensi kehilangan
nyawa dan uang sebesar Rp. 36.000.000 sehingga untuk severity diberi
nilai 4 dan untuk probability diberi nilai 3.
Terdapat pengendalian untuk potensi bahaya tinggi tersebut, antara lain :
1. Melakukan analisis dan mengajukan penambahan man power, pembuatan
komitmen terkait kualitas, penunjukan konsultan untuk menerapkan ISO
9001 2015 terkait manajemen mutu.
2. Melakukan training inspector scaffolding dan inspeksi material serta
pemasangan scaffolding.

60
Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pembuatan Valve Chamber
Jumlah Nilai Risiko
NO Akktivitas
Low Medium Hight Extreme
1 Slab 2 57 12 0
2 Wall 0 39 5 0
3 Cover 0 41 5 0
TOTAL 2 137 22 0
(Sumber: Penulis, 2021)

Dari hasil identifikasi bahaya serta penilaian risiko pekerjaan pembuatan


Valve chamber dengan metode HIRARC terdapat 161 potensi bahaya 2
potensi risiko rendah, 137 potensi risiko sedang dan 22 potensi risiko tinggi.
Dimana dalam 22 risiko potensi tinggi memeiliki beberapa kesamaan pada
tiap langkah kerja sehingga menjadi 6 kategori bahaya. Berikut ini adalah
table 4.7 Potensi bahaya kritis pada pekerjaan pembuatan Valve chamber.

Tabel 4.10 Potensi Bahaya High Risk


No Potensi Bahaya Risk Rating
1 Gas Berbahaya didalam galian 4C Tinggi
2 Mesin Genset rusak 3C tinggi
3 Penggunaan Hand tool Gerinda 4C Tinggi
kurang tepat

4 Pekerjaan dengan beban kerja 3C Tinggi


yang berat
5 Galian VC longsor 4C Tinggi
6 Struktur scaffolding roboh 4C Tinggi
(Sumber: Penulis, 2021)

Selanjutnya dari hasil penilaian risiko terdapat potensi bahaya yang


memiliki nilai tinggi dan kritis akan dilanjutkan dengan metode Fault Tree
Analysis untuk mengetahui root cause dari setiap potensi bahaya.

61
4.4 Analisis Penyebab Dasar dari Potensi Bahaya Tinggi dan Kritis
Menggunakan Fault Tree Analysis
Berdasarkan hasil dari identikasi bahaya dan penilaian risiko
menggunakan HIRARC pada lampiran 1, diketahui terdapat 3 tahapan
pembuatan valve chamber dan 15 aktivitas yang memiliki potensi bahaya
tinggi. Efek dari bahaya tertinggi ini akan dijadikan top event pada analisis
metode FTA sehingga dapat diketahui basic cause dari setiap potensi bahaya
tertinggi dan dapat diketahui rekomendasi pencegahanya.
4.4.1 Stress kerja
Potensi bahaya pekerjaan dengan beban yang berat dengan dampak stress
kerja dimana terdapat di setiap tahapan pekerjaan pembuatan valve
chamber. Berikut merupakan hasil analisis FTA kualitas pekerjaaan buruk
dari dampak potensi bahaya pekerjaaan dengan beban yang berat dapat
dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2

62
Stress Kerja

Pekerjaan terlalu Peralatan tidak Kualitas Pekerjaan Kualitas Pekerjaan


banyak memadai Buruk. Buruk.

Halaman selanjutnya Halaman selanjutnya

Man Power Planing Kerja tidak Intensitas pekerjaan Peralatan jumlah


Peralatan rusak
Kurang tepat sasaran tinggi tidak memadai

Manajemen tidak
serius terhadap Sistem Manajemen tidak
Batasan aturan Batasan aturan Penggunaan tidak
perencanaan pekerjaan Life time produk serius terhadap
bandara bandara sesuai
paralel perencanaan

4 5 4

Komitmen Kurangnya
manajemen control Kurangnya
Pekerja kurang Batas usia Kualitas Komitmen
kurang manajemen Pekerja tidak control
mengetahui penggunaan produk tidak manajemen
pusat memperhatikan manajemen
penggunaan alat baik kurang
kondisi alat pusat
alat
2 3

6 7 8 9 2 3

Gambar 4.1 FTA Stress Kerja I

(Sumber: Penulis, 2021)

63
Stress kerja

Pekerjaan terlalu Peralatan tidak Kondisi lokasi


banyak memadai bekerja ekstrim pekerja belum terampil dan semangat
bekerja tidak ada dalam pekerjaan

Halaman sebelumnya Halaman sebelumnya

Proses penerimaan
Lokasi pekerjaan Tidak ada Training
Suhu Tinggi pekerja kurang
Luas untuk pekerja
optiamal

Lokasi yang Pekerja tidak Lokasi pekerjaan


Transportasi Manajemen tidak
gersang dekat memakai terbagi dua bagian tidak seimbang Tidak ada kebijakan
Komitmen serius terhadap
dengan sekat dengan jumlah dan prosedur
dengan pantai pelindung diri tentang Requitment.
manajemen kurang perencanaan Tidak ada Awaeding
penghalang
pekerja.

10 11 12 13 14 2
15

Kurangnya
Komitmen control
manajemen kurang
manajemen
pusat

12
2

Gambar 4.2 FTA Stress Kerja II

(Sumber: Penulis, 2021)

64
Berdasarkan hasil fault tree analysis kualitas pekerjaan yang buruk ditemukan ada
14 basic cause, yaitu:
1. Jumlah manpower yang kurang
2. Komitmen Managemen kurang
3. Kurangnya Kontrol management Pusat
4. System pekerjaan pararel
5. Batasan waktu dari pihak bandara / shchedule pekerjaan
6. Pekerja kurang mengetahui penggunaan alat
7. Pekerja tidak memperhatikan kondisi alat
8. Batas usia penggunaan alat
9. Kualitas barang
10. Control proyek tidak baik
11. Lokasi pekerjaan terbagi menjadi dua bagian oleh sekat penghalang
12. Transportasi tidak seimbang dengan jumlah pekerja
13. Lokasi gersang dekat dengan pantai
14. Tidak ada awarding

Tabel 4.11 Diskripsi Basic Cause Stress Kerja


No Root Cause Diskripsi Masalah
Terdapat kekurangan man power
dikarenakan banyaknya
1 Jumlah manpower yang kurang pekerjaan dari segi kualitas dan
kuantitas dan lokasi projek yang
luas dan terpisah.
Dalam menerapkan suatu
kebijakan harus dilaksanakan
oleh semua bagian perusahaan
2 Komitmen management kurang dengan serius dalam beberapa
hal sering kali management
kurang menerapkan komitmenya
terkait perkara safety.

Kurangnya Kontrol management Pusat Peran management pusat dalam


3 suatu projek sangatlah
menentukan keseriusan

65
No Root Cause Diskripsi Masalah
management projek
melaksanakan tanggung jawab,
terkadang terdapat beberapa
penyelewengan yang dilakukan
dan tidak terdeteksi karenanya
kurangnya management pusat
dalam mengkontrol.
Dalam pekerjaanpembuatan
Valve chamber memiliki system
kerja yang bekerja berdasarkan
4 Sistem kerja paralel penyelesaian pekerjaan dari
bagianlain bahwa pembuatan
Valve chamber dapat berjalan
setelah pekerjaan ing selesai.
Pekerjaan kali ini dikerjakan

Batasan waktu dari pihak bandara / shchedule didalam bandara internasional

pekerjaan yang sudah beroprasi. Bahwa


5
dalam hal pekerjaan sering
mendapati persoalan terkait
aturan oprasi bandara itu sendiri.

Pekerja kurang mengetahui penggunaan alat Man power tidak semua diisi
6 oleh pekerja yang
berpengalaman .
Dalam melakukan pekerjaan
Pekerja tidak memperhatikan kondisi alat sering sekali dalam penggunaan
7
alat langsung digunakan tanpa
dicek dulu kondisi alat.
Terdapat beberapa alat yang
Batas usia penggunaan alat
sudah sampai life time mau
8
habistetapi masih dipakai dan
dioprasikan.
Perkara finensial dan
management membuat
9. Kualitas barang pengguanaan barang atau alat
kerja diberikan kualitas barang
yang kurang baik.

66
No Root Cause Diskripsi Masalah
Peran management pusat dalam
suatu projek sangatlah
menentukan keseriusan
management projek
melaksanakan tanggung jawab,
10 Control proyek tidak baik terkadang terdapat beberapa
penyelewengan yang dilakukan
dan tidak terdeteksi
karenanyakurangnya
management pusat dalam
mengkontrol.
Lokasi pekerjaan terbagi antara
Lokasi pekerjaan terbagi menjadi dua bagian oleh area dalam bandara dan luar
11 sekat penghalang bandaradimana office terletak
diluar bandara

Transportasi tidak seimbang dengan jumlah pekerja Dalam pekerjaan hanya terdapat
12
elf saja dan satu mobil.
Lokasi projek yang dekat
13 Lokasi gersang dekat dengan pantai dengan pantai membuat cuaca
sedikit lebih panas

Tidak ada awarding Pekerja tidak memiliki motivasi


14
untuk mencapai target kerja

4.4.2 Kebakaran Genset


Potensi bahaya kerusakan Genset dengan dampak kebakaran gen set dimana
terdapat setiap tahapan pekerjaann pembuatan Valve chamber. Berikut
merupakan hasil analisis FTA kebakaran Genset dari dampak potensi bahaya
mesin Genset rusak. Hasil analisis FTA Kebakaran genset dapat dilihat pada
gambar 4.3 Analisis FTA Kebakaran Genset.

67
Kebakaran Genset

Pekerjaan Peralatan
Peralatan Enviroment
Enviroment pekerja
pekerja
Durasi dan kapasitas
Suhu lingkungan Pengoprasian genset
yang melebi beban Genset Over Heat
panas kurang tepat
genset

Pengawasan Tidak ada Suhu lingkungan Tidak ada Pekerja tidak


Water cooling Lokasi yang Tidak terdapat
pekerjaan tida ada prosedur Oprasi mesin panas tempat kompeten
pada genset gersang dekat Prosedur
pengguanaan terlalu lama penyimpanan
habis dengan pantai pemakaian
genset teduh

12 1
1 5 6 8

Tidak ada Pekerjaan terlalu


prosedur banyak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pengguanaan Lokasi yang
tempat Training terkait prosedur
genset A gersang dekat
penyimpanan penggunaan pengguanaan
1 dengan pantai
teduh genset genset
8 12
1

13 1
Man Power Planing Kerja tidak Intensitas pekerjaan
Kurang tepat sasaran tinggi

Komitmen Sistem
Batasan aturan Batasan aturan
manajemen pekerjaan
bandara bandara
kurang paralel
3 4 7 4

Gambar 4.3 Analisis FTA Kebakaran Genset

(Sumber: Penulis, 2021)

68
Dari hasil fault tree analysis kebakaran Gen set ditemukan ada 9 root cause, yaitu:
1. Tidak ada prosedur penggunaan genset
2. Man Power kurang
3. Komitmen manajemen kurang
4. Batasan aturan bandara
5. Oprasi mesin terlalu lama
6. water cooling genset habis
7. sistem kerja paralel
8. lokasi gersang dekat pantai
9. Tidak ada training penggunaan genset

Tabel 4.12 Deskripsi Basic Cause Kebakaran Genset

No Root Cause Diskripsi Masalah


1 Tidak ada prosedur penggunaan genset Tidak semua pekerja tau
bagaimana mengoprasikan
dan penanganan terhadap
genset
2 Man Power kurang Terdapat kekurangan man
power dikarenakan
banyaknya pekerjaan dari
segi kualitas dan kuantitas
dan lokasi projek yang luas
dan terpisah.
3 Komitmen manajemen kurang Dalam menerapkan suatu
kebijakan harus
dilaksanakan oleh semua
bagian perusahaan dengan
serius dalam beberapa hal
sering kali management
kurang menerapkan
komitmenya terkait perkara
safety.
4 Batasan aturan bandara Pekerjaan kali ini dikerjakan
didalam bandara

69
internasional yang sudah
beroprasi. Bahwa dalam hal
pekerjaan sering mendapati
persoalan terkait aturan
oprasi bandara itu sendiri
5 Oprasi mesin terlalu lama Pekerjaan yang terus
menerus dan jumlah gen set
yang terbatas membuat gen
set terus beroprasi
6 water cooling genset habis Pekerjaan yang
berkelanjutan membuat
penggunaan gen set terus
digunakan dan pekerja lupa
untuk mengisi kembali
water cooling
7 Sistem kerja paralel Dalam pekerjaanpembuatan
Valve chamber memiliki
system kerja yang bekerja
berdasarkan penyelesaian
pekerjaan dari bagianlain
bahwa pembuatan Valve
chamber dapat berjalan
setelah pekerjaan ing
selesai.
8 Lokasi gersang dekat pantai Lokasi projek yang dekat
dengan pantai membuat
cuaca sedikit lebih panas
9 Tidak ada training penggunaan genset semua rang harus dapat
mengoprasikan genset akan
tetapi tidak semua bisa
mengoprasikanya

(Sumber: Penulis, 2021)

70
4.4.3 Terpotong Gerinda
Potensi bahaya pekerjaan dengan menggunakan peralatan gerinda dengan
dampak terpotong gerinda dimana terdapat setiap tahapan pekerjaann
pembuatan Valve chamber. Berikut merupakan hasil analisis FTA
Terpotong gerinda dari dampak potensi bahaya menggunakan peralatan
gerinda. Hasil analisis FTA Kebakaran genset dapat dilihat pada gambar
4.4 Analisis FTA Terpotong Gerinda.

71
Terpotong Bor dan
Grenda

Grenda tidak layak


Pemakaian grenda pakai Pekerja
Kualitas
tidak
Pekerjaan
bekerja
tidak tepat dengan
Buruk.
baik

Lokasi Tidak memakai Power langsung


Tidak ada Mata grenda Pekerja tidak
pemotongan safety gloves dan ke genset Komitemen
prosedur lepas kompeten
sembarangan safety shoes manajemen
penggunaan
grenda kurang

4
5
Tidak ada lokasi
Komitemen Mata grenda Maintance
khusus fabrikasi Baut bawah
Lokasi bandara manajemen pecah tidak
di valve chamber APD tidak tesedia grenda tidak Switch rusak
terbatas kurang terjadwalkan
rapat
3 7
10 11 Tidak ada Tidak ada
1 Training terkait prosedur
penggunaan pengguanaan
Grenda grenda
Perencanaan
manajemen Manajemen
Anggaran Peralatan rusak Mata grenda
kurang tidak serius Putaran terlalu
terbatas sudah sering 14 5
terhadap lambat
digunakan
keselamatan
2
3
12 13

Komitemen
Anggaran
manajemen
terbatas
kurang

Penggunaan tidak
2 3 Life time produk
sesuai

Tidak ada Batas usia


Pekerja tidak Kualitas
Training terkait penggunaan
memperhatikan barang
penggunaan alat
kondisi alat
Grenda

5 6 8 9

Gambar 4.4 Analisis FTA Terpotong Gerinda

(Sumber: Penulis, 2021)

72
Dari hasil fault tree analysis terpotong gerinda ditemukan ada 12 root cause,
yaitu:

1. Lokasi bandara terbatas


2. komitmen manajemen kurang
3. Tidak ada prosedur gerinda
4. Tidak ada training penggunaan gerinda
5. pekerja tidak memperhatikan kondisi alat
6. baut bawah gerinda lepas
7. batas usia penggunaan alat
8. kualitas barang
9. switch rusak
10. maintance tidakterjadwalkan
11. putaran terlalu lamban
12. .mata gerinda sudah tidak layak

Tabel 4.13 Deskripsi Basic Cause Terpotong Gerinda

No Root Cause Diskripsi Masalah


Pekerjaan kali ini dikerjakan
didalam bandara
internasional yang sudah
1 Lokasi bandara terbatas beroprasi. Bahwa dalam hal
pekerjaan sering mendapati
persoalan terkait aturan
oprasi bandara itu sendiri
Dalam menerapkan suatu
kebijakan harus
dilaksanakan oleh semua
bagian perusahaan dengan
2 Komitmen manajemen kurang serius dalam beberapa hal
sering kali management
kurang menerapkan
komitmenya terkait perkara
safety.

73
No Root Cause Diskripsi Masalah
Tidak semua pekerja tau
bagaimana mengoprasikan
3 Tidak ada prosedur gerinda
dan penanganan terhadap
gerinda
semua rang harus dapat
mengoprasikan gerinda akan
4 Tidak ada training penggunaan gerinda
tetapi tidak semua bisa
mengoprasikanya
Dalam melakukan pekerjaan
sering sekali dalam
5 Pekerja tidak memperhatikan kondisi alat penggunaan alat langsung
digunakan tanpa dicek dulu
kondisi alat.
Persoalan yang sering terjadi
adalah ketika mengganti
6 Baut bawah gerinda lepas
mata gerinda pekerja lupa
untu mengencangkan baut .
Terdapat beberapa alat yang
sudah sampai life time mau
7 Batas usia penggunaan alat
habistetapi masih dipakai
dan dioprasikan.
Perkara finensial dan
management membuat
8 Kualitas barang pengguanaan barang atau
alat kerja diberikan kualitas
barang yang kurang baik.
Terdepat beberapa peralatan
gerinda memiliki tombol
switch power yang tidak
9 Switch rusak
berfungsi sehingga langsung
dijadikansatu jalur ke power
utama genset
Karena terdapat beberapa
peralatan yang sudah rusak
10 Maintance tidak terjadwalkan
atau akan rusak tetapi masih
dipakai tidak ada maintance

74
dari pihak management
Salah satu faktor terpotong
ata terkena gerinda adalah
ketika memotong sesuatu
11 Putaran terlalu lamban
yang keras tetapi putaran
yang diberikan terlalu
lambat
Selain putaran tajam dan
kuatnya mata gerinda
12 Mata gerinda sudah tidak layak
mempengaruhi proses
pemotongan

4.4.4 Galian Valve chamber longsor


Potensi bahaya longsor dengan dampak terpotong gerinda dimana
terdapat setiap tahapan pekerjaann pembuatan Valve chamber. Berikut
merupakan hasil analisis FTA galian Valve chamber longsor dari dampak
potensi bahaya longsor .Hasil analisis FTA galian Valve chamber longsor
dapat dilihat pada gambar 4.5 dan gambar 4.6 Analisis FTA galian Valve
chamber longsor.

75
Galian Valve
chamber Longsor

Pekerjaan Shoring tidak kuat Kondisi tanah Kualitas Pekerjaan


mempengaruhi
berpasir Buruk.
volume tanah

Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya

Pekerjaan dengan Kekosongan volume


Beban melebihi Pemasangan shoring
beban berlebih tanah karena proses
kekuatan shoring kurang dalam
disamping galian boring

Tidak Owner tidak


Loading unloading Tida ada safety
Tidak menutup Jasa Kontraktor
Peletakan material membuat batas memastikan kondisi
material dibibir sign area segera jalur Tidak ada tidak mumpuni
dibibir galian pekerjaan boring
zona yang dengan benar
galian keluar sisa pengawasan
underground tidak boleh
proses boring
lewati

4 5 6 7

Tidak ada Hard Material tidak Akses


Tidak ada Hard
baricade dari terpakai menurunkan Proses pemilihan
baricade dari
bibir galian menumpuk material Kontraktor tidak Komitemen
bibir galian Proses QC tidak
terbatas Dana terbatas bagus manajemen
tepat
kurang
1 2 1 3
10 11
8

Tidak terdapat
standar atau Komitemen
kualifikasi manajemen
terhadap kurang
kontrak 9 10

Gambar 4.5 Analisis FTA galian valve chamber longsor I


(Sumber: Penulis, 2021)

76
Galian Valve
chamber Longsor

Pekerjaan
Kondisi tanah yang Pekerja bekerja
mempengaruhi Shoring tidak kuat muda bergerak seenaknya
volume tanah

Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya

Pekerjaan yang
Bekerja dipinggir
berpotensi
Tanah pasir galian Tidak safety
menggerakan tanah
sign

17
12

Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan lebih


Tidak diberi
Boring penggalian dekat dengan
induction
Continu Continu obyek kerja

13 14 15 16

Gambar 4.6 Analisis FTA galian Valve chamber longsor II

(Sumber: Penulis, 2021)

77
Dari hasil fault tree analysis galian Valve chamber longsor
ditemukan ada 16 root cause, yaitu :
1. Tidak ada hard baricade
2. Material tidak terpakai menumpuk
3. Akses menurunkan material terbatas
4. tidak ada safety sign
5. tidak menutup segera jalur keluaran sisa proses boring
6. tidak membuat area yang boleh dilewati
7. tidak ada pengawasan
8. dana terbatas
9. kontrak tidak memiliki standart yang cukup
10.komitmen manajemen kurang
11. Proses Qc tidak tepat
12. tanah pasir
13. pekerjaan yang continu
14. Pekerjaan penggalian continu
15. akses lebih dekat
16. tidak diberi induction

Tabel 4.14 Diskripsi basic cause galian valve chamber longsor


No Root Cause Diskripsi Masalah
1 Tidak ada hard baricade Galian yang memiliki
hazard tinggi wajib memiliki
hard barricade dan pada
galian VC masih
menggunak Soft baricade
2 Material tidak terpakai menumpuk Terdapat material yang tidak
terpakai disekitar galian dan
material yang tidak tertata
rapi membuat akses
menyempit

3 Akses menurunkan material terbatas Tidak tertatanya tempat


kerja membuat akses lebih

78
mengci ditambah lagi pagar
didalambandara yang
dibatasi
4 Tidak ada safety sign Galian dekat lalu lalang
pekerjaan tidak memiliki
tanda atau peringatan.
5 Tidak menutup segera jalur keluaran sisa proses Proses lubang yang tidak
boring segera dimasuki pipa cover
akan membuat akses pasir
terus berkurang
6 Tidak membuat area yang boleh dilewati Setiap lokasi dalam lokasi
kerja dapat dilewati
seenaknya padahal
dibeberapa lokasi terdapat
hight risk hazard
7 Tidak ada pengawasan Luasnya pekerjaan atau
terbaginya pekerjaaan
membuat minim
pengawasan
8 Dana terbatas Pengeluaran tidak
berimbang dengan
perencanaan pemasukan
9 Kontrak tidak memiliki standart yang cukup Kontrak diisi dengan subcon
yang tidak memiliki
komitmen serius terhadap
aspek safety
10 Komitmen manajemen kurang Dalam menerapkan suatu
kebijakan harus
dilaksanakan oleh semua
bagian perusahaan dengan
serius dalam beberapa hal
sering kali management
kurang menerapkan
komitmenya terkait perkara
safety.
11 Proses Qc tidak tepat Ketepatan pemasangan
dipengaruhi oleh assessment

79
dari QC. Masih terdapat
pekerjaaan yang tidak sesuai
kualitas tetapi boleh
dilanjutkan
12 Tanah pasir Kualitas tanah pasir yang
mudah bergerak.
13 Pekerjaan yang continu Pekerjaan yang berjalan
secara terus menerus
membuat pergerakan tanah
semakin sering
14 Pekerjaan penggalian continu Pekerjaan yang berjalan
secara terus menerus
membuat pergerakan tanah
semakin sering
15 Akses lebih dekat Seseorang cenderung
memilih kses terdekatnya
dari pada akses yang
cenderung sulit
16 Tidak diberi induction Pekerja tidak mengetahui
mana potensi potensi hazard
yang tinggi dan
preventivenya.

(Sumber: Penulis, 2021)

4.4.5 Keracunan Gas berbahaya dalam Galian

Potensi bahaya pekerjaan didalam galian dengan Keracunan gas berbahaya


dalam galian dimana terdapat setiap tahapan pekerjaann pembuatan Valve
chamber. Berikut merupakan hasil analisis FTA keracunan gas berbahaya
dalam galian dari dampak potensi pekerjaan didalam galian .Hasil analisis
Keracunan Gas berbahaya dalam Galian dapat dilihat pada gambar 4.7 dan
4.8 Analisis Keracunan Gas berbahaya dalam Galian.

80
Keracunan Gas
berbahaya dalam
Galian

Tidak menerapkan Gas Detektor Rusak Pekerjaan dibawah


safety confined Pekerja tidak terlatih
tanah
space

Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya

Tidak memakai Sensivitas alat Tidak bisa dipakai


Tidak mengukur Tidak menetapkan
Blower inlet dan out menurun untuk mendeteksi
kadar oksigen Man Watcher
let

Tidakmengerti Tidak rutin kalibrasi Sensor rusak Life time


Tidak terdapat Tidak tersedia Safety patrol Man power Safety patrol
menggunakan gas Life time
gas detektor Blower kurang kurang kurang
detektor

10 7
4 5 6 5 7
1

Tidak ada Text


Tidak ada prosedur Schadule
Dana terbatas pekerjaan yang
Training penggunaan
alat padat

8 9
2 3

Gambar 4.7 Analisis Keracunan Gas berbahaya dalam Galian 1


(Sumber: Penulis, 2021)

81
Keracunan Gas
berbahaya dalam
Galian

Tidak menerapkan Gas Detektor Rusak Pekerjaan dibawah Pekerja tidak bekerja
safety confined Pekerja tidak terlatih
tanah dengan baik
space

Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya

Keluarnya gas Pekerja tidak Kondisi pekerja


Akumulasi Gas
berbahaya kompeten tidak sehat

Penggunaan
Tidak ada Lokasi kerja
Tidak memiliki gas diatas
pengukuran dibawah
prosedur permukaan
sebelum permukaan Tidak ada Tidak memiliki
confined space ( Genset
pekerjaan tanah traning prosedur
pengelasan )
Confined space confined space
11 3 12 13

14 3

Tidak ada
pemeriksaan Supervisi tidak
pekerjaan mengerti
sebelum kondisi pekerja
bekerja

11 15

Gambar 4.8 Analisis Keracunan Gas berbahaya dalam Galian 2


(Sumber: Penulis, 2021)

82
Dari hasil fault tree analysis gas berbahaya dalam galian ditemukan ada 15 root
cause, yaitu :
1. Tidakterdapat gas detektor
2. Tidak ada training
3. Tidak ada prosedur Gas detektor
4. Tidak tersedia blower
5. Safety patrol kurang
6. Man power kurang
7. lifetime
8. Danaterbatas
9. Scadule pekerjaan padat
10. sensor rusak
11. Tidak ada pengukuran sebelum pekerjaan
12. lokasi dibawah permukaan tanah
13. Penggunaan Gas lain diatas galian
14. Tidak ada training confined space
15. supervisi kurang memahami pekerjaan

Tabel 4.15 Diskripsi basic cause Keracunan gas berbahaya


No Root Cause Diskripsi Masalah
1. Tidak terdapat gas detektor Dalam melakukan pekerjaan
confinedspace dibutuhkan
pengukuran kadar oksigen
dan tidak terdapat gas
detektor
2. Tidak ada training Semua pekerjabekerja dalam
area confined space tetapi
tidak ada upayatraining
terkait itu.
3. Tidak ada prosedur Gas detektor Tidak semua orang bisa
menggunakan dan mengerti

83
bagaimana
mengoprisakanya
4. Tidak tersedia blower Selain melaukan pengukuran
gas perlu adanya pengaturan
sirkulasi terhadap galian
yang dibuat bekerja baik
sebelum bekerja dan saat
pekerjaan berlangsung
5. Safety patrol kurang Bahawa setiap waktu dalam
bekerja harus di cek dan
dipastikan apakah system
yang kita buat berjalan atau
tidak
6. Man power kurang Dalam bekerja didalam
galian diwajibkan untuk
sesorang berada diatas
galian untuk mengatisipasi
dan melakukan pengawasan
terhadap orang yang bekerja
didalam galian.
7. Lifetime Terdapat beberapa alat yang
sudah sampai life time mau
habistetapi masih dipakai
dan dioprasikan.
8. Dana terbatas Pengeluaran tidak
berimbang dengan
perencanaan pemasukan
9. Scadule pekerjaan padat Terbatasnya alat dan
pekerjaan yang padat dan
bersistem parallel membuat
waktu untuk running
pekerjaansemakin
panjangdan waktu untuk
maintance alat yang
membutuhkan waktu
berhari-hari tidak bisa
diberikan.

84
10. sensor rusak Kegagalan dapat terjadi
walaupunsudah melakukan
pengukuran yaitu ketikagas
detector yang kita pakai
untuk mengukur ternyata
sensornya rusak.
11. Tidak ada pengukuran sebelum pekerjaan Sering sekali pekerja
langsung masuk digalian
tanpa dipastikan kondisi
kandungan gas dari sebuah
galian sudah aman atau
tidak.
12. lokasi dibawah permukaan tanah Lokasi pekerjaan dibawah
galian membuat potensi gas
diatas permukaan turun
didalam galian
13. Penggunaan Gas lain diatas galian Bahwa pekerjaan bersifat
parallel dimana
ketikaterdapat seseorang
bekerja didalam galiandiatas
masih ada penggunaan gas
untuk proses pengelasan.
14. Tidak ada training confined space Semua pekerjabekerja dalam
area confined space tetapi
tidak ada upayatraining
terkait itu.
15. supervisi kurang memahami pekerjaan Supervise tidak memahami
bahaya bahaya apa saja yang
berpotensi terjadi.

85
4.4.6 Struktur Scaffolding Runtuh

Potensi bahaya pekerjaan didalam galian dengan menggunakan Scaffolding


dalam galian dimana terdapat setiap tahapan pekerjaann pembuatan Valve
chamber. Berikut merupakan hasil analisis FTA Struktur scaffolding runtuh
dari dampak potensi pekerjaan penggunaan Scaffolding .Hasil analisis FTA
Struktur scaffolding runtuh dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10 Analisis
FTA Struktur scaffolding runtuh.

86
Struktur Scaffolding
runtuh

Proses pemasangan Material Scaffolding Pelaksana


tidak siap Pondasi yang mudah
Scaffolding yang Scafollding tidak
bergerak
kurang tepat kompeten

Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman
Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman selanjutnya
selanjutnya

Tidak memasang
Pemasangan pipa
Pemasangan clamp Jack base
Scafolding > 1.5
tidak kuat
Meter

Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan


Intensitas pemasangan kurang Material terbatas pemasangan kurang Tahapan terlewat Material terbatas pemasangan kurang
pekerjaan optimal optimal optimal
tinggi

A A A A A
1 1 2 1 2 1

Pekerjaan
Tidak ada pemasangan kurang Perencanaan Pengawasan
Inspector optimal Dana terbatas Pekerja lelah
salah kurang
Scaffolding

2 5 6 7 8

Owner tidak
Inspector
menjalankan
scafolder tidak
QC dengan
berkompeten
baik

3 4

Gambar 4.9 Analisis FTA Struktur scaffolding runtuh I

(Sumber: Penulis, 2021)

87
Struktur Scaffolding
Runtuh

Proses pemasangan Material Scaffolding Pelaksana


Scaffolding yang tidak kuat Pondasi bergerak Scafollding tidak
kurang tepat kompeten

Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya

Material mengalami Tanah pondasi yang Pekerjaan tidak


Material Bengkok Akumulasi Air
pengkaratan mudah bergerak sesuai target Target kerja
tinggi

Penyimpanan Penyimpanan
Tidak terdapat Tidak terdapat
material material Pekerja tidak handal
inspeksi peralatan inspeksi peralatan Karakteristik Permukaan Target kerja
sembarangan sembarangan tanah pasir tidak rata tinggi

A A
1 1 22
19
18

Tidak dilakukan Pembuangan


Tidak diberikan Pekerjaan
Tidak terdapat Manajemen air dalam Proses Tidak di
perawatan/ Tidak terdapat bantalan terhadap menggunakan
Workshop Kebijakan tidak galian tidak Requitment trainingkan
pengecatan Workshop material air
material tidak berjalan mengadakan terencana
material
program

16 17 20 21
9 11 12 13

Biaya
pembelian rak Material terdiri
Penjadwalan pipa dari beberapa
Dana terbatas tidak scaffolding jenis
terlaksana besar

14
6 10 15

Gambar 4.10 Analisis FTA Struktur scaffolding runtuh 2

(Sumber: Penulis, 2021)

88
Dari hasil fault tree analysis struktur scaffolding runtuh ditemukan ada 21
root cause, yaitu :
1. Intensitas pekerjaantinggi
2. Tidak adainspector scaffolding
3. QC tidak optimal
4. Inspector scaffolding tidak kompeten
5. perencanaan salah
6. dana terbatas
7. pekerja lelah
8. pengawasan kurang
9.Tidak terdapat workshop material
10. penjadwalan pengecatan tidak terlaksana
11. kebijakan tidak terlaksana
12. Manajemen tidak mengadakan program
13. biaya pembelian rak pipa scaffolding besar
14. klasifikasi bahan material
15. pekerjaan menggunakan air
16. pembuangan air didalam galian tidak terencana
17. karakterisitik pasir
18. permukaan tidakrata
19. Requitment pekerja kurang mampu menyaring
20.tidak ditrainingkan
21.target kerja tinggi

Tabel 4.16 Diskripsi basic cause Struktur Scaffolding Runtuh


No Root Cause Diskripsi Masalah
1. Intensitas pekerjaan tinggi Dalam bekerja terdapat
target tinggi yang harus
diselesaikan dimaana
intensitas tinggi terjadi
karena system kerja parallel
pada pembuatan Valve

89
chamber.
2. Tidak ada inspector scaffolding Pembuatan scaffolding
hanya dilakukan oleh teknisi
scaffolding tanpadilakukan
inspeksi.
3. QC tidak optimal Dari pihak manajementidak
memastikan kapasitas
scaffoldingapakah sesuai
rencana atau tidak.
4. Inspector scaffolding tidak kompeten Terdapat inspector
scaffolding tetapi dalam hal
menginspeksi suatu
scaffolding masih terdapat
beberapa bagian yang tidak
tercover.
5. perencanaan salah Material scaffolding tidak
sesuai dengan kebutuhan
dilapangan.
6. dana terbatas Pengeluaran tidak
berimbang dengan
perencanaan pemasukan
7. pekerja lelah Intesitas pekerjaan tinggi
membuat tenaga yang
dikeluarkaun cukup besar
sehingga pekerja akan
sangat lelah.
8. pengawasan kurang Luasnya pekerjaan atau
terbaginya pekerjaaan
membuat minim
pengawasan
9. Tidak terdapat workshop material Material scaffolding perlu
diletakanditempat yang
terhindar dengan air
sehinggamembutuhkan
workshop material.
10. penjadwalan pengecatan tidak terlaksana Untuk menghindari
kerusakan pada material

90
scaffolding diperlukan
pengecatan terhadap
material scaffolding.
11. kebijakan tidak terlaksana Bahwa dalam beberapa
bulan tidak ada inspeksi
peralatan.
12. Manajemen tidak mengadakan program Bahwa management
kekurangan dalam
menganalisis dan melakukan
apa yang dibutuhkan guna
membuat pekerjaan lebih
baik.
13. biaya pembelian rak pipa scaffolding Bahwa anggaran yang sudah
dianggarkan untuk proyek
besar
sudah ditetapkan untuk
perencanaan lain
14. klasifikasi bahan material Bahwa material yang
digunakan untuk berbeda
beda.
15. pekerjaan menggunakan air Air dapat membuat pondasi
scaffolding bergerak.
16. pembuangan air didalam galian tidak Akumulasi air didalam
galian membuat korosi dan
terencana
ikatan ketanah scaffolding
tidak kuat.
17. karakterisitik pasir Tanah pasir adalah tanah
yang mudah bergerak
18. permukaan tidakrata Dalam penggunaan jack
base tidak bisa kuat optimal.
19. Requitment pekerja kurang mampu Dalam waktu requitment
management tidak benar
menyaring
benar serius tentang
kesehatanyaa.
20. tidak ditrainingkan Apabila tidak memeiliki
inspector scaffolding atau
teknisi scaffolder.
21. target kerja tinggi Dalam bekerja terdapat

91
target tinggi yang harus
diselesaikan dimaana
intensitas tinggi terjadi
karena system kerja parallel
pada pembuatan Valve
chamber.

(Sumber: Penulis, 2021)

4.5 Analisis Kelayakan Rekomendasi menggunakan BCA


Benefit Cost Analysis digunakan sebagai penentuan kelayakan
rekomendasi untuk mencegah kejadian atau kegagalan yang tidak diinginkan
sehingga perusahaan dapat mengurangi kerugian. Analisis menggunakan benefit
cost analysis dilakukan berdasarkan hasil Fault Tree Analysis dimana didapatkan
6 potensi bahaya. yang root causenya dijadikan dasar untuk mengambil
rekomendasi berdasarkan sumber bahaya. Detail perhitungankelayakan dapat
dilihat pada Lampiran 2. Adapun contoh analisis kelayakan rekomendasi
menggunakan benefit cost analysi tiap potensi bahaya sebagai berikut:
4.5.1 Benefit Cost Analysis pada Stress kerja
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost untuk
menentukan analisis kelayakan rekomendasi pada kejadian stress kerja.
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa pengendalian
untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi beserta biaya yang
dikeluarkan dari pengendalian kejadian stress kerja, dapat dilihat pada
tabel 4.17 :

Tabel 4.17 Cost untuk rekomendasi pengendalian kejadian stress kerja


Rekomendasi Biaya Keterangan
Pembuatan komitmen
kebijakan top management
berkaitan dengan quality /
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
kualitas

Penunjukan konsultan untuk Sertifikasi ISO berlaku


Rp. 40.000.000
melakukan sertifikasi ISO 72 bulan

92
9001 : 2015 terkait Sistem
Management Mutu
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait mutu
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Penyewaan kendaraan
proyek Rp. 58.500.000 Masa pakai 9 bulan
(Hilux doble cabin)
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Awarding Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terkait Pemberian awarding 3
Rp. 10.000.000
pencapaian target dan safe bulan sekali
manhour
Revisi prosedur pengadaan
untuk menyesuaikan dengan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
kualitas kebutuhan yang
digunakan
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000 Masa pakai 12 bulan

(Sumber: Penulis, 2021)

2. Benefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.17 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut adalah
Tabel 4.18 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat diterima
berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement.

Tabel 4.18 Benefit dari rekomendasi pengendalian kejadian stress kerja


Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
Rp. 16.361.666
pekerjaan yang terhambat pekerjaan terhenti
Tidak adanya pengulangan
Biaya yang timbul akibat
pekerjaan secara total
Rp. 981.700.000 temuan besar / mayor
akibat temuan
dalam pekerjaan
ketidaksesuaian dilapangan
tidak adanya kerusakan
Perbaikan / penggantian
peralatan akibat kondisi Rp. 30.000.000
peralatan kerja
peralatan kurang sesuai
(Sumber: Penulis, 2021)

93
3. Perhitungan Banefit Cost Analysis
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau
Anuitas dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat
dipergunakan selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat
dikeluarkan secara dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi
1.5 %. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari
kejadian stress kerja :
- Cost
Berikut merupakan contoh perhitungan cost dari kejadian stress
kerja :
 Penunjukan konsultan untuk melakukan sertifikasi ISO 9001 :
2015 terkait Sistem Management Mutu
C = Rp 40.000.000 per sertifikasi
C A = P (A/P, i, N)
= 40.000.000 (A/P, 1.5%, 72)
= 40.000.000 (0,02356)
= Rp. 942.400

Tabel 4.19 Cost Stress kerja


Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Pembuatan komitmen kebijakan
top management berkaitan Rp. 0,- - - -
dengan quality / kualitas
Penunjukan konsultan untuk
melakukan sertifikasi ISO 9001 :
Rp. 40.000.000 1 Rp. 40.000.000 Rp. 942.400
2015 terkait Sistem Management
Mutu

94
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan Rp. 0,- - - -
terkait mutu
Pembuatan jadwal maintenance
Rp. 0,- - - -
rutin
Penyewaan kendaraan proyek Rp. 20.989.800
Rp. 58.500.000 3 Rp. 175.500.000
(Hilux doble cabin)
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- - - -
perawatan alat
Awarding Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terkait
Rp. 10.000.000 4 Rp. 40.000.000 Rp. 13.736.000
pencapaian target dan safe
manhour
Revisi prosedur pengadaan
untuk menyesuaikan dengan
Rp. 0,- - - -
kualitas kebutuhan yang
digunakan
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000 4 Rp. 10.000.000 Rp. 917.000
Total Rp. 36.585.200
(Sumber: Penulis, 2021)
- Banefit
Berikut merupakan contoh perhitungan banefit dari kejadian stress
kerja :
 Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0,0453)
= Rp. 741.183,46

Tabel 4.20 Benefit Stress kerja


Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress Rp. 741.183,46
Rp. 16.361.666
pekerjaan yang terhambat
Tidak adanya pengulangan
Rp. 981.700.000 Rp 44.471.010
pekerjaan secara total
tidak adanya kerusakan
Rp. 30.000.000 Rp. 1.359.000
peralatan
Total Rp. 46.571.193

95
Perbandingan Banefit Cost Analysis
Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian stress kerja,
didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut ini:

Tabel 4.21 Perbandingan Banefit dan cost

Benefit Cost B/C


Rp. 46.571.193 Rp. 36.585.200 1,272

Hasil perhitungan untuk perbandingan B/C didapatkan nilai sebesar 1,272.


Dalam hal ini B/C > 1 maka rekomendasi yang diberikan layak untuk
diberikan dan dilaksanakan bagi perusahaan.

4.5.2 Benefit Cost Analysis Kebakaran Genset


Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost
untuk menentukan analisis kelayakan rekomendasi pada kebakaran
genset.

1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi
beserta biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian kebakaran
genset, dapat dilihat pada tabel 4.22.

Tabel 4.22 Cost Kebakaran Genset


Rekomendasi Biaya Keterangan
Pembuatan prosedur
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
penggunaan genset
Mengadakan audit eksternal Audit ISO 45001
Rp. 40.000.000
ISO 45001 berlaku 24 bulan
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait mutu
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Pembuatan jadwal safety Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya

96
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- Masa pakai 12 bulan
Training penggunaan genset
Rp.500.000,- 12 bulan
dan emergency situation
Pengadaan APAR tipe ABC Rp. 570.000,- 24 bulan
Pengadaan Genset 25 KV Rp. 10.1578.750,- 12 bulan
(Sumber: Penulis, 2021)

2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.22 dapat memberikan
manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut adalah Tabel 4.23
yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat diterima berdasarkan hasil
brainstorming dengan expert judgement

Tabel 4.23 Banefit Kebakaran Genset


Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
pekerjaan yang terhambat Rp. 8.180.832 pekerjaan terhenti selama
6 jam
Kerusakan total Generator Biaya yang timbul akibat
set akibat terbakar Rp.220.000.000 temuan besar / mayor
dalam pekerjaan
tidak adanya kerusakan
Perbaikan / penggantian
peralatan akibat kondisi Rp. 30.000.000
peralatan kerja
peralatan kurang sesuai

1. Perhitungan Benefit Cost Analysis


Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau Anuitas
dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat dipergunakan
selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat dikeluarkan secara
dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%

97
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi 1.5
%. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian
genset kebakaran :
- Cost
Berikut merupakan contoh perhitungan cost dari kejadian kebakaran
Genset :
 Pengadaan Genset 25 KV sejumlah 5 buah
C = Rp. 10.1578.750,-
C A = P (A/P, i, N)
= 10.157.875 x 4 (A/P, 1.5 %, 12)
= Rp. 50.789.375 (0.0917)
= Rp. 4.657.385,6875

Tabel 4.24Anuitas Cost Kebakaran Genset


Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Pembuatan prosedur penggunaan
Rp. 0,- - - -
genset
Mengadakan audit eksternal ISO
Rp. 40.000.000 1 Rp. 40.000.000 Rp. 1.796.000
45001
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan Rp. 0,- - - -
terkait mutu
Pembuatan jadwal maintenance
Rp. 0,- - - -
rutin
Pembuatan jadwal safety patrol
Rp. 0,- - - -
di area kerja
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- - - -
perawatan alat
Rp. 917.000
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- 4 Rp. 10.000.000

Training penggunaan genset dan Rp. 45.850


Rp.500.000,- 1 Rp.500.000,-
emergency situation
Pengadaan APAR tipe ABC Rp. 570.000,- 16 Rp. 3.420.000,- Rp. 413.136,-
Pengadaan Genset 25 KV Rp. 10.1578.750,- 5 Rp. 20.315.750 Rp. 4.657.385,6875
Total Rp. 7.829.371

- Banefit
Berikut merupakan contoh perhitungan banefit dari kejadian
kebakaran Genset :

98
 tidak adanya kerusakan peralatan akibat kondisi peralatan
kurang sesuai
B = Rp. 30.000.000
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 30.000.000 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 30.000.000 (0.0453)
= Rp. 1.359.000

Tabel 4.25 Anuaitas Banefit Kebakaran Genset


Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress
Rp. 16.361.666,- Rp. 741.183,46,-
pekerjaan yang terhambat
Kerusakan total Generator Rp. 220.000.000,- Rp. 9966000,-
set akibat terbakar
tidak adanya kerusakan
Rp. 30.000.000,- Rp. 1.359.000,-
peralatan
Total Rp. 12.066.183

- Perbandingan Banefit Cost Analysis


Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian stress kerja,
didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut ini:

Tabel 4.26 Perbandingan Banefit dan cost Kebakaran Genset

Benefit cost B/C


Rp. 12.066.183,- Rp. 7.829.371 1,541

Hasil perhitungan untuk perbandingan B/C didapatkan nilai sebesar 1,541


Dalam hal ini B/C > 1 maka rekomendasi yang diberikan layak untuk
diberikan dan dilaksanakan bagi perusahaan.

99
4.5.3 Benefit Cost Analysis Terpotong gerinda.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost untuk
menentukan analisis kelayakan rekomendasi terpotong gerinda.

1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi beserta
biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian terpotong gerinda,
dapat dilihat pada tabel 4.27.

Tabel 4.27 Cost terpotong gerinda


Rekomendasi Biaya Keterangan
Pembuatan prosedur
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
penggunaan gerinda
Mengadakan audit eksternal Audit ISO 45001
Rp. 40.000.000
ISO 45001 berlaku 24 bulan
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait hazard menggunakan
gerinda
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Pembuatan jadwal safety
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Rp. 16.697,25
Pembuatan Gudang Masa pakai 12 bulan
,-
Training Petugas P3K Rp.4. 500.000,- 60 bulan
12 bulan
Pengadaan Gerinda Rp. 1.412.430,-  Cut Wheel
 Gerinda Tangan

2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.27 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
adalah Tabel 4.28 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat
diterima berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement

100
Tabel 4.28 Banefit terpotong gerinda
Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
pekerjaan yang terhambat Rp.16.361.666 pekerjaan terhenti selama
satu hari.
Tidak adanya Jaminan
Biaya yang timbul akibat
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 temuan besar / mayor
dapat bekerja selama 6
dalam pekerjaan
bulan
Tidak adanya jaminan Biaya sesuai peraturan
Rp. 42.000.000
kematian perundang undangan

3. Perhitungan Benefit Cost Analysis


Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau Anuitas
dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat dipergunakan
selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat dikeluarkan secara
dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi 1.5
%. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian
terpotong gerinda :
- Cost
Berikut contoh perhitungan cost dari kejadian terpotong gerinda :
 Penunjukan konsultan untuk melakukan audit ISO 45001 terkait
Sistem Management K3
C = Rp 40.000.000 per sertifikasi
C A = P (A/P, i, N)
= 40.000.000 (A/P, 1.5%, 24)
= 40.000.000 . 0.0449
= Rp. 1.796.000

101
Tabel 4.29 Anuitas Cost terpotong gerinda
Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Pembuatan prosedur penggunaan
Rp. 0,- - - -
gerinda
Mengadakan audit eksternal ISO
Rp. 40.000.000 1 Rp. 40.000.000 Rp. 1.796.000,-
45001
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- - - -
terkait hazard menggunakan
gerinda
Pembuatan jadwal maintenance
Rp. 0,- - - -
rutin
Pembuatan jadwal safety patrol
Rp. 0,- - - -
di area kerja
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- - - -
perawatan alat
Pembuatan gudang Rp. 461.250 ,- 1 Rp. 461.250 Rp. 16.697,25
Training Petugas P3K Rp.4. 500.000,- 5 Rp.22.500.000,- Rp. 228.600,-
Pengadaan Gerinda Rp. 1.412.430,- 1 Rp. 1.412.430,- Rp 63.983,079,-
Total Rp. 2105280

- Banefit
Berikut merupakan perhitungan banefit dari kejadian terpotong gerinda :
 Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 60 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 60)
= Rp. 16.361.666 (0.0254)
= Rp. 415.586,31

Tabel 4.30 Anuitas Banefit terpotong gerinda


Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress
Rp.16.361.666 Rp. 415.586,31,-
pekerjaan yang terhambat
Tidak adanya Jaminan
Kecelakaan kerja tidak
dapat bekerja selama 6 Rp. 36.000.000 Rp 914.400
bulan

102
Tidak adanya jaminan
Rp. 42.000.000 Rp. 1.066.800
kematian
Total Rp. 2.396.786

- Perbandingan Banefit cost Analysis


Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian terpotong
gerinda, didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel 4.30
berikut ini:

Tabel 4.31Perbandingan Banefit dan cost terpotong gerinda


Benefit cost B/C
Rp. 2.396.786 Rp. 2105280 1,138

Hasil perhitungan untuk perbandingan B/C didapatkan nilai sebesar 1,138.


Dalam hal ini B/C > 1 maka rekomendasi yang diberikan layak untuk
diberikan dan dilaksanakan bagi perusahaan.
4.5.4 Benefit Cost Analysis Galian Longsor.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost untuk
menentukan analisis kelayakan rekomendasi galian longsor.
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi beserta
biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian galian longsor , dapat
dilihat pada tabel 4.32

Tabel 4.32 Cost dalam galian longsor


Rekomendasi Biaya Keterangan
Pemasangan Hard
Pembuatan Hard baricade Rp. 6.375.000,- barricade dengan
Hollow luasan 7x7
Pemakaian Soft baricade Rp. 55.000 Jalur yang diperbolehkan
Mengadakan audit eksternal Audit ISO 45001
Rp. 40.000.000
ISO 45001 berlaku 24 bulan
Peminjaman Tranportasi
Rp.8.000.000,- Berlaku 9 bulan
L-300
Safety Sign Rp. 50.000,- Berlaku 6 bulan

103
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait hazard menggunakan
genset
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Pembuatan jadwal safety
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- Masa pakai 12 bulan
Melakukan inductionterhadap
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
pekerja baru

2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.32 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
adalah Tabel 4.33 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat diterima
berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement

Tabel 4.33 Banefit dari galian longsor


Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
pekerjaan yang terhambat Rp.16.361.666 pekerjaan terhenti selama
satu hari.
Tidak adanya Jaminan Biaya yang timbul akibat
Kecelakaan kerja tidak dapat Rp. 36.000.000 temuan besar / mayor
bekerja selama 6 bulan dalam pekerjaan
Tidak adanya jaminan Biaya sesuai peraturan
Rp. 42.000.000
kematian perundang undangan

3. Perhitungan Benefit Cost Analysis


Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau Anuitas
dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat dipergunakan
selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat dikeluarkan secara
dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%

104
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi 1.5
%. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian galian
longsor:

- Cost
Berikut merupakan perhitungan cost dari kejadian galian longsor :
 Pembuatan Hard Baricade
C = Rp. 6.375.000,-
C A = P (A/P, i, N)
= 6.375.000 (A/P, 1.5%, 27)
= 6.375.000 (0.0453)
= Rp 288.787,5
Tabel 4.34 Anuitas Cost galian longsor
Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Pembuatan Hard baricade Rp. 6.375.000,- - Rp. 6.375.000,- Rp 288.787,5
Pemakaian Soft baricade Rp. 55.000 1 Rp. 55.000 Rp 8775,-
Mengadakan audit eksternal ISO
Rp. 40.000.000 - Rp. 40.000.000 Rp. 1.796.000,-
45001
Peminjaman Tranportasi
Rp.8.000.000,- - Rp.8.000.000,- Rp 362.400,-
L-300
Safety Sign Rp. 50.000,- 36 - -
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- - - -
terkait hazard menggunakan
genset
Pembuatan jadwal maintenance -
Rp. 0,- - -
rutin
Pembuatan jadwal safety patrol
Rp. 0,- - -
di area kerja
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- 1 - -
perawatan alat
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- 4 Rp.10.000.000 Rp. 917.000
Melakukan inductionterhadap
Rp. 0,- - -
pekerja baru
Total Rp. 3.372.962

105
- Banefit
Berikut merupakan perhitungan banefit dari kejadian kebakaran
Genset:
 Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0.0453)
= Rp. 741.183,46
Tabel 4.35 Anuitas Benefit galian longsor
Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress
Rp.16.361.666 Rp. 741.183,46,-
pekerjaan yang terhambat
Tidak adanya Jaminan
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 Rp 1.630.800
dapat bekerja selama 6
bulan
Tidak adanya jaminan
Rp. 42.000.000 Rp. 1.902.600
kematian
Total Rp 4.274.583

- Perbandingan Banefit cost Analysis


Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian galian
longsor, didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel
4.36 berikut ini:

Tabel 4.36 Perbandingan Banefit dan cost kejadian galian longsor


Benefit cost B/C
Rp 4.274.583 Rp. 3.005.583 1,422214259263511

Hasil perhitungan untuk perbandingan B/C didapatkan nilai sebesar


1,42. Dalam hal ini B/C > 1 maka rekomendasi yang diberikan layak
untuk diberikan dan dilaksanakan bagi perusahaan.

106
4.5.5 Benefit Cost Analysis Keracunan Gas Berbahaya Dalam Galian.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost
untuk menentukan analisis kelayakan rekomendasi keracunan gas
berbahaya dalam galian.

1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa pengendalian
untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi beserta biaya yang
dikeluarkan dari pengendalian keracunan gas berbahaya dalam galian.
dapat dilihat pada tabel 4.37

Tabel 4.37 Cost Keracunan gas berbahaya dalam galian


Rekomendasi Biaya Keterangan
Pengadaan Gas Detektor Rp. 12.500.000,- Berlaku 27 bulan
Training Confined Space - Tidak memerlukan biaya
Pembuatan prosedur
- Tidak memerlukan biaya
pekerjaan confined space
Mengadakan audit eksternal Audit ISO 45001
Rp. 40.000.000
ISO 45001 berlaku 24 bulan
Berlaku 6 bulan
Safety Sign Rp. 50.000,-

Melakukan safety briefing /


TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait hazard gas didalam
galian
Pembuatan jadwal
Rp. 1.500.000,- Berlaku 12 bulan
maintenance rutin
Pengadaan Spinal board Rp. 1.500.000,- Berlaku 27 bulan
Pembuatan jadwal safety
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Melakukan
inductionterhadap pekerja Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
baru

2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.37 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut

107
adalah Tabel 4.38 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat
diterima berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement

Tabel 4.38 Benefit kejadian keracunan gas berbahaya dalam galian


Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
pekerjaan yang terhambat Rp.16.361.666 pekerjaan terhenti selama
satu hari.
Tidak adanya Jaminan
Biaya yang timbul akibat
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 temuan besar / mayor
dapat bekerja selama 6
dalam pekerjaan
bulan
Tidak adanya jaminan Biaya sesuai peraturan
Rp. 42.000.000
kematian perundang undangan

3. Perhitungan Benefit Cost Analysis


Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau
Anuitas dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat
dipergunakan selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat
dikeluarkan secara dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
dimana
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%

Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi
1.5 %. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian
keracunan gas berbahaya dalam galian:

108
- Cost
Berikut merupakan perhitungan cost dari kejadian keracunan
gas berbahaya dalam galian :
 Maintanance Gas detektor
C = Rp 1.500.000 x 2 buah
C A = P (A/P, i, N)
= 1.500.000 x 2 (A/P, 1.5%, 12)
= 3.000.000 (0.0917)
= Rp. 275.000

Tabel 4.39 Anuitas Cost keracunan gas


Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Rp 1.132.500,-
Pengadaan Gas Detektor Rp. 12.500.000,- 2 Rp. 25.000.000

Training Confined Space - - - -


Pembuatan prosedur pekerjaan
- - - -
confined space
Mengadakan audit eksternal
Rp. 40.000.000 - Rp. 40.000.000 Rp. 1.796.000,-
ISO 45001
Safety Sign Rp. 50.000,- 36 Rp. 1800.000,- Rp 315.900,-
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- - - -
terkait hazard gas didalam
galian
Pembuatan jadwal
Rp. 1.500.000,- 2 Rp. 3.000.000,- Rp. 275.000,-
maintenance rutin
Pengadaan Spinal board Rp. 1.500.000,- 2 Rp. 3000.000,- Rp. 275.000,-
Pembuatan jadwal safety
Rp. 0,- - - -
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- - - -
harian perawatan alat
Melakukan induction terhadap
Rp. 0,- - -
pekerja baru
Total Rp. 3.794.400,-

109
- Banefit
 Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0.0453)
= Rp. 741.183,46

Tabel 4.40 Anuitas Benefit Keracunan Gas


Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress
Rp.16.361.666 Rp. 741.183,46,-
pekerjaan yang terhambat
Tidak adanya Jaminan
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 Rp 1.630.800
dapat bekerja selama 6
bulan
Tidak adanya jaminan
Rp. 42.000.000 Rp. 1.902.600
kematian
Total Rp 4.274.583

- Perbandingan Banefit Cost Analysis


Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian stress
kerja, didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel
4.41 berikut ini:

Tabel 4.41Perbandingan Banefit dan Cost Keracunan Gas Beracun


Benefit cost B/C
Rp 4.274.583 Rp. 3.794.400,- 1,126550442757748

Hasil perhitungan untuk perbandingan B/C didapatkan nilai sebesar


1,12. Dalam hal ini B/C > 1 maka rekomendasi yang diberikan layak
untuk diberikan dan dilaksanakan bagi perusahaan.

110
4.5.6 Benefit Cost Analysis Struktur Scaffolding Runtuh.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost untuk
menentukan analisis kelayakan rekomendasi struktur scaffolding runtuh .
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi
beserta biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian struktur
scaffolding runtuh, dapat dilihat pada Tabel 4.42

Tabel 4.42 Cost Struktur Scaffolding Runtuh


Rekomendasi Biaya Keterangan
Pelatihan Inspektor
Rp. 3.500.000,- Berlaku 27 bulan
Scaffolding
Mengadakan audit eksternal Audit ISO 45001
Rp. 40.000.000,-
ISO 45001 berlaku 24 bulan
Safety Sign Rp. 50.000,- Berlaku 6 bulan
Full set APD + Boddy
APD Rp. 1.4125.00,- Harness
Berlaku 12 nulan
Pompa Air Rp. 750.000,- Berlaku 27 bulan
Pembuatan Gudang Rp. 461250 Berlaku 27 bulan
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait hazard bekerja
digalian
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Pembuatan jadwal safety
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Melakukan
inductionterhadap pekerja
baru Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya

111
2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.42 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
adalah Tabel 4.43 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat
diterima berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement

Tabel 4.43 Benefit Struktur Scaffolding Runtuh


Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
pekerjaan yang terhambat Rp.16.361.666 pekerjaan terhenti selama
satu hari.
Tidak adanya Jaminan
Biaya yang timbul akibat
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 temuan besar / mayor
dapat bekerja selama 6
dalam pekerjaan
bulan
Tidak adanya jaminan Biaya sesuai peraturan
Rp. 42.000.000
kematian perundang undangan
Kerusakan Material
scaffolding secara Biaya kerusakan semua
Rp. 38.700.000
keseluruhan akibat komponen Scaffolding
tertimbun

3. Perhitungan Benefit Cost Analysis


Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau Anuitas
dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat dipergunakan
selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat dikeluarkan secara
dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi 1.5
%. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari struktur
scaffolding runtuh:

112
- Cost
Berikut merupakan perhitungan cost dari kejadian galian longsor :
 Pelatihan Inspektor Scaffolding
C = Rp. 3.500.000,-
C A = P (A/P, i, N)
= 3.500.000 (A/P, 1.5%, 36)
= 3.500.000 (0.0362)
= Rp 126.700

Tabel 4.44 Anuitas Cost Struktur Scaffolding Runtuh


Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Rp 126.700
Pelatihan Inspektor Scaffolding Rp. 3.500.000,- 1 Rp. 3.500.000,-

Mengadakan audit eksternal ISO


Rp. 40.000.000,- - Rp. 40.000.000,- Rp. 1.796.000
45001
Rp 315.900,-
Safety Sign Rp. 50.000,- 36 Rp. 1.800.000

APD Rp. 1.4125.00,- Rp 1.813.367,5,-


14 Rp. 19.775.000,-
Rp 67,950,-
Pompa Air Rp. 750.000,- 2 1.500.000

Pembuatan Gudang Rp. 461250 1 Rp. 461250 Rp. 16.697,25

Melakukan safety briefing /


TBM untuk menyampaikan -
Rp. 0,- - -
terkait hazard menggunakan
scaffolding
Pembuatan jadwal maintenance -
Rp. 0,- - -
rutin
Pembuatan jadwal safety patrol -
Rp. 0,- - -
di area kerja
Pembuatan checklist data harian -
Rp. 0,- - -
perawatan alat
Melakukan inductionterhadap
Rp. 0,- - - -
pekerja baru
Total Rp. 4.136.614,5

113
- Banefit
Berikut merupakan perhitungan banefit dari kejadian kebakaran
Genset :
 Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0.0453)
= Rp. 741.183,46

Tabel 4.45 Anuitas Benefit Struktur Scaffolding Runtuh


Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress
Rp.16.361.666 Rp. 741.183,46,-
pekerjaan yang terhambat
Tidak adanya Jaminan
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 Rp 1.630.800
dapat bekerja selama 6
bulan
Tidak adanya jaminan
Rp. 42.000.000 Rp. 1.902.600
kematian
Kerusakan Material
scaffolding secara
Rp. 38.700.000 Rp. 1.753.110
keseluruhan akibat
tertimbun
Total Rp 6.027.693

- Perbandingan Banefit Cost Analysis


Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian struktur
scaffolding runtuh, didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat
pada Tabel 4.46 berikut ini:

114
Tabel 4.46 Perbandingan Banefit dan Cost Struktur Scaffolding Runtuh
Benefit cost B/C
Rp 6.027.693 Rp. 4.136.614,5 1,4571

Hasil perhitungan untuk perbandingan B/C didapatkan nilai sebesar 1,45.


Dalam hal ini B/C > 1 maka rekomendasi yang diberikan layak untuk
diberikan dan dilaksanakan bagi perusahaan.

115
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

116
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan metode
HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control),
dari 3 tahapan pekerjaan slab, wall dan cover dari itu derdapat 15
kegiatan dimana tahapan pekerjaan pembuatan Valve chamber
didapatkan penilaian risiko pertama berdasarkan potensi bahaya dan
pengendalian yang sudah ada di perusahaan yaitu 2 potensi bahaya
dengan dampak yang memiliki tingkat risiko low, 137 potensi bahaya
dengan dampak yang memiliki tingkat risiko medium, 22 potensi
bahaya dengan dampak yang memiliki tingkat risiko high, dan 0
potensi bahaya dengan dampak yang memiliki tingkat risiko extreme.
Setelah itu dari 22 dampak High pada semua tahapan terdapat
beberapa potensi bahaya yang berulang sehingga potensi bahaya yang
sejenis diklompokan menjadi 6 potensi bahaya yang berbeda. 6
potensi bahaya dengan dampak yang memiliki tingkat risiko tingi.
2. Hasil identifikasi bahaya menggunakan FTA (Fault Tree Analysis)
dari 6 top event didapatkan beberapa penyebab dasar. Top stress kerja
memiliki 9 penyebab dasar, top event terpotong gerinda memiliki 12
penyebab dasar, top event galian Valve chamber longsor memiliki 16
penyebab dasar, top event keracunan gas berbahaya didalam galian
memiliki 15 penyebab dasar dan top event struktur scaffolding runtuh
memiliki 21 penyebab dasar.
3. Dari hasil perhitungan dengan metode benefit cost analysis
menghasilkan Pemberian kelayakan rekomendasi pada potensi bahaya

117
stress kerja mencapai 1,272, potensi bahaya kebakaran genset
mencapai 1,541, potensi bahaya terpotong gerinda 1,138, potensi
bahaya galian longsor 1,422, Potensi bahaya keracunangas berbahaya
dalamgalian 1,12 dan potensi bahaya struktur scaffolding runtuh
1,457. seluruh rekomendasi pengendalian untuk potensi bahaya 137
yang ada pada pekerjaan pembuatan Valve chamber layak untuk
diberikan kepada perusahaan dikarenakan seluruh rekomendasi
pengendalian memiliki rasio B/C > 1.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara
lain:
1. Pihak Perusahaan dapat mempertimbangkan rekomendasi yang telah
diberikan dan dimanfaatkan untuk melakukan pengendalian terhadap
risiko yang ada pada perusahaan.
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan perhitungan
benefit cost analysis lebih mendetail dengan mempertimbangkan lebih
banyak nilai manfaat dari berbagai aspek

118
DAFTAR PUSTAKA

Albab I. (2019) Identifikasi bahaya pada proses pengoprasian Crane


dengan pendekatan HIRARC,FTA Serta penentuan kelayakan
rekomendasi menggunakan BCA.Surabaya.PPNS

Australia Standards/New Zealand Standards 4360 (2004), AS/NZS


4360:2004 Australian/New Zealand Standard Risk Management,
Standards Australia International Ltd., Sydney, New South Wales

A, Sri Nastiti. dan Dicky Wisnu UR. 2004. Statistika Bisnis. Malang: UMM
Press.

Department of Occupational Safety and Health Ministry of Human


Resources. (2008). Guidelines of Hazard Identification, Risk
Assesment and Risk Control. Malaysia

Glen David (2011) Job Safety Analysis Its Role Today. Chichago

Harjono,Suwandi (2014) Penilaian Risiko pada proses pembuatan


SHEARWALL Pada pembuatan apartemen.Surabaya.Uneversitas
Airlangga

Kristiansen, Svein. 2005. Maritime Transportation Safety Management


Risk Analysis. London: Great Britain

Nugroho, N. (2016). Penilaian Resiko Kecelakaan Kerja Pada


Pengoperasian Cc (Container Crane) di PT. X Surabaya. Surabaya:
PT. Wijaya Karya Gedung, Tbk

119
OOECD-NEA, (1985). Expert Judgement for Human Reliability. Paris.
Committee on the Safety of Nuclear Installations OECD Nuclear
Energy Agency

Occupational Health and Safety Management Systems 18001:2007.

Ridhati,Dkk (2012) Analisis Penyebab Keterlambatan Proyek


Pembangunan Sidoarjo Town Square Menggunakan Metode Fault
Tree Analysis (FTA)Surabaya.ITS

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga

Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.


Bandung : Nova

Pratiwi. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan


Tidak Aman ( Unsafe Act ) Pada Pekerja Di Pt X Tahun 2011 Skripsi
Universitas Indonesia

Pujawan, I. N. (2012). "Ekonomi Teknik" Edisi Kedua Cetakan Kedua.


Surabaya: Guna Widya.

Peurifoy, Robert L. (1996), Construction Planning, Equipment and


Method, Fifth Edition, McGraw-Hill International Editions Civil
Engineer Series, New York.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998

120
121

Anda mungkin juga menyukai