DOSEN PEMBIMBING :
MEY ROHMA DHANI, S.ST, M.T
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST, M.T
ii
HALAMAN SAMPUL
DOSEN PEMBIMBING :
MEY ROHMA DHANI, S.ST, M.T
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST, M.T
iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iv
HALAMAN SAMPUL
DOSEN PEMBIMBING :
MEY ROHMA DHANI, S.ST, M.T
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST, M.T
v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
vi
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Menyetujui,
Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,
vii
Nama Terang Nama Terang
NIP. NIP.
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
viii
No. : F.WDI. 021
Date : 3 Nopember 2015
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Rev. : 01
Page : 1 dari 1
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
ix
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
x
KATA PENGANTAR
xi
7. Bapak Haidar Natsir Amrullah, S.ST., M.T. selaku dosen pembimbing II
yang telah sabar dan rela meluangkan waktu dan pikiran dalam
membimbing penulis selama pelaksanaan pengerjaan Tugas Akhir.
8. Bapak Among Wibowo, Bapak ahkmad Wido Pratomo, Bapak Nico ,
Bapak Yudha, Bapak Sunu, Bapak Amir dan seluruh senior yang sudah
membimbing saya pada saat saya OJT dan bantuanya kepada saya
sewaktu saya berada ditanah Yogyakarta telah menyediakan kopi jantan
yang membuat saya semakin bersemangat serta selaku pembimbing OJT
yang sudah memberikan waktu dan ilmunya sangat banyak, Bapak
Suhartono selaku Manager departemen HSSE yang sudah mengizinkan
penulis untuk menimba ilmu dan melaksanakan penelitian dan seluruh
anggota departemen HSSE PT. JGC Indonesia yang telah memberikan
kesempatan untuk saya melakukan praktik kerja
9. Keluarga Besar K3 2017 A yang telah menemani dan memberi dukungan
dalam suka dan suka selama 4 tahun yang telah dijalani
10. Keluarga Besar K3 dan PL angkatan 2017 atas 4 tahun yang indah ini
yang telah menjadi keluarga kedua, teman temanlah yang menjadikan
saya bisa sampai dititik ini. Semoga kalian sehat selalu
11. Keluarga Besar K3 angkatan 2016 kakak saya yang telah menjadi
Keluarga kedua, canda tawa suka duka serta pengalaman yang telah yang
telah diberikan selalu jadi bagian indah dalam hidup ini.
12. Keluarga Besar BEM PPNS Kabinet Diorama Aksi dan BEM kabinet
saya sebelumnya yang selalu memberikan dorongan kepada saya untuk
melakukan hal hal yang tidak wajar dan membuat saya terus tidak pernah
menyerah sampai kapanpun.
13. Keluarga Tongkrongan bersahaja Dahru, Ganang, Marizal, Rizal, Ivan
dan Dicky yang telah menemani saya sampai dititik ini
14. Keluarga Besar Cak Ed beserta G Squad yang selalu menjadi tempat
persinggahan disaat saya mengerjakan tugas dan menenangkan pikiran
15. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu–persatu oleh penulis.
Terimakasih banyak atas semua bantuan yang diberikan.
xii
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, berkat dan karunia-Nya kepada
semuanya. Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari sempurna, kritik dan saran
yang dapat menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir sangat diperlukan.
Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
xiii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xiv
ABSTRAK
Valve chamber suatu konstruksi ruang katup yang praktis, efisien dan
lebih baik untuk pompa dan sejenisnya . Proses pekerjaan pengecoran valve
chamber memiliki potensi bahaya dan risiko gas berbahaya didalam galian, mesin
genset rusak, penggunaan hand tool gerinda kurang tepat, pekerjaan dengan beban
kerja yang berat, galian valve chamber longsor dan struktur scaffolding roboh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan melakukan penilaian
risiko serta mengetahui akar penyebab kegagalan yang memiliki nilai risiko
bahaya tinggi pada pekerjaan pengecoran valve chamber. Identifkasi bahaya pada
penelitian ini menggunakan metode HIRARC, metode FTA digunakan untuk
menemukan akar penyebab masalah yang memiliki nilai risiko tinggi dan kritis
serta menentukan kelayakan rekomendasi yang diberikan menggunakan metode
BCA. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan
HIRARC didapatkan 6 potensi bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi.kritis
yang selanjutnya dicari akar penyebab kegagalan menggunakan FTA. Top event
pada FTA didapatkan dari effect setiap potensi bahaya tinggi dan kritis untuk
dapat mengetahui akar penyebab kegagalan yang terjadi. Dari Perhitungan benefit
cost analysis menunjukkan seluruh rekomendasi pengendalian untuk potensi
bahaya layak untuk dilaksanakan oleh perusahaan.
Kata Kunci: HIRARC, FTA, Identifikasi Bahaya, Valve Chamber, BCA
xv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xvi
ABSTRACT
Valve chamber a valve chamber construction that is practical, efficient and better
for pumps and the like. The valve chamber casting work process has potential
hazards and risks of hazardous gases in the excavation, damaged generator sets,
improper use of hand tools, heavy workloads, landslide valve chamber
excavations and collapsed scaffolding structures. This study aims to identify
hazards and carry out risk assessments and to find out the root causes of failures
that have a high hazard risk value in valve chamber casting work. Hazard
identification in this study uses the HIRARC method, the FTA method is used to
find the root causes of problems that have high and critical risk values and
determine the feasibility of the recommendations given using the BCA method.
Based on the results of hazard identification and risk assessment using HIRARC,
there were 6 potential hazards that had high critical risk values, which were then
searched for the root causes of failure using FTA. The top event in FTA is
obtained from the effect of each high and critical hazard potential to be able to
find out the root cause of the failure that occurred. From the calculation of the
benefit cost analysis, it shows that all control recommendations for potential
hazards are feasible to be implemented by the company.
Key Words : HIRARC, FTA, Hazard Identification, Valve Chamber, BCA
xvii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xviii
DAFTAR ISI
xix
2.3.2 Penilaian Risiko ............................................................................... 16
xx
3.6 Tahap kesimpulan dan saran .................................................................. 36
4.4 Analisis Penyebab Dasar dari Potensi Bahaya Tinggi dan Kritis
Menggunakan Fault Tree Analysis ......................................................... 62
4.5.5 Benefit Cost Analysis Keracunan Gas Berbahaya Dalam Galian. 107
xxi
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 117
xxii
DAFTAR GAMBAR
xxi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xxii
DAFTAR TABEL
xxiii
Tabel 4.23 Banefit Kebakaran Genset ................................................................... 97
Tabel 4.24Anuitas Cost Kebakaran Genset ........................................................... 98
Tabel 4.25 Anuaitas Banefit Kebakaran Genset .................................................... 99
Tabel 4.26 Perbandingan Banefit dan cost Kebakaran Genset .............................. 99
Tabel 4.27 Cost terpotong gerinda ...................................................................... 100
Tabel 4.28 Banefit terpotong gerinda .................................................................. 101
Tabel 4.29 Anuitas Cost terpotong gerinda ......................................................... 102
Tabel 4.30 Anuitas Banefit terpotong gerinda..................................................... 102
Tabel 4.31Perbandingan Banefit dan cost terpotong gerinda .............................. 103
Tabel 4.32 Cost dalam galian longsor ................................................................. 103
Tabel 4.33 Banefit dari galian longsor ................................................................ 104
Tabel 4.34 Anuitas Cost galian longsor............................................................... 105
Tabel 4.35 Anuitas Benefit galian longsor........................................................... 106
Tabel 4.36 Perbandingan Banefit dan cost kejadian galian longsor .................... 106
Tabel 4.37 Cost Keracunan gas berbahaya dalam galian .................................... 107
Tabel 4.38 Benefit kejadian keracunan gas berbahaya dalam galian .................. 108
Tabel 4.39 Anuitas Cost keracunan gas............................................................... 109
Tabel 4.40 Anuitas Benefit Keracunan Gas ........................................................ 110
Tabel 4.41Perbandingan Banefit dan Cost Keracunan Gas Beracun .................. 110
Tabel 4.42 Cost Struktur Scaffolding Runtuh...................................................... 111
Tabel 4.43 Benefit Struktur Scaffolding Runtuh ................................................. 112
Tabel 4.44 Anuitas Cost Struktur Scaffolding Runtuh ........................................ 113
Tabel 4.45 Anuitas Benefit Struktur Scaffolding Runtuh ................................... 114
Tabel 4.46 Perbandingan Banefit dan Cost Struktur Scaffolding Runtuh ........... 115
xxiv
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1
kerja dan kondisi pekerja dilakukan dalam kondisi malam hari dengan
komulatif jam kerja termasuk pekerjaan lembur) dan beberapa terjadi
incident. Berdasarkan data kecelakaan kerja dan Behavior Based Safety
Observed (BBSO) Perusahaan selama 2 tahun terakhir didapatkan hasil
bahwa valve chamber memiliki 6 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari
2 kasus terjatuh dari ketinggian, 1 kasus tertimpa, dan 3 kasus tersayat.
Selain itu, Behavior Based Safety Observed menunjukkan beberapa temuan
diantaranya 125 temuan terkait APD dan 123 temuan terkait housekeeping.
Behavior Based Safety Observed merupakan program Perusahaan berupa
form temuan yang tersedia di tempat kerja yang berfungsi untuk melaporkan
temuan oleh setiap tenaga kerja sebagai metode pengawasan dan
management control.
Perusahaan bidang Oil and Gas telah melakukan identifikasi
bahaya menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dimana JSA adalah teknik
identifikasi bahaya suatu pekerjaan yang hanya berfokus pada hazard
prosedur serta langkah kerja (Glen,2011), terdapat tahapan-tahapan
pekerjaan yang tidak diberikan penilaian risiko dan tidak dijelaskan lebih
spesifik. Menurut Harjono (2014) dalam (Nugroho, 2016) mengatakan
bahwa untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja maka dibutuhkan
identifikasi bahaya. Mengetahui dan mengenal risiko kecelakaan dengan
mengidentifikasi bahaya pada suatu pekerjaan dilakukan dengan membagi
pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja dari awal pekerjaan hingga
selesai. Persyaratan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian merupakan persyaratan dari suatu perusahaan menurut
OHSAS 18001:2007.
Menurut (Kurniawan, 2017) dalam penelitihan menunjukan
bahwa penentuan potensi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
pada area granule menggunakan metode Hazard Identification Risk
Assesment and Risk Control (HIRARC) untuk melakukan penilaian risiko
dan menemukan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki risiko tinggi.Setelah
mengetahui beberapa langkah pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi
2
pemiihan solusi yang diberikan menggunakan metode Banefit Couse
Analysis (BCA). Penggunaan metode BCA pada penelitihan tersebut untuk
mengetahui nilai kelayakan dari solusi alternatif. Firmansyah (2018) dan
Albab (2019) menambahkan satu metode yang digunakan untuk
memastikan solusi yang diberikan sesuai dengan permasalahan utama yang
ada dalam suatu perusahaan. Metode yang ditambahkan adalah Fault Tree
Analysis (FTA). Maka dari itu dalam penelitihan ini terkait menyelesaikan
persoalan pada perusahaan Oil and Gas tentang belum adanya penilalian
risiko terhadap pekerjaan yang ada dan melakukan pengendalian risiko
terhadap pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi. Maka metode yang
digunakan menggunakan Hazard Identification Risk Assesment and Risk
Control (HIRARC). Lalu, mencari penyebab dasar dalam pekerjaan yang
memiliki risiko yang tertinggi menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) dan
melakukan pemilihan rekomendasi menggunakan metode Banefit Cost
Analysis (BCA). Tingginya frekuensi maupun Konsekuensi Kecelakaan
Kerja dalam perusahaan oil and gas Terutama Pekerjaan Pengecoran Valve
chamber. dibutuhkan Analisis Risiko Pekerjaan Pengecoran Valve chamber
dengan Pendekatan HIRARC dan FTA serta pemilihan Rekomendasi
menggunakan BCA. Dengan menggunakan metode Hazard Identification
Risk Assesment Control (HIRARC) untuk menganalsis terhadap Probabilty
terjadinya kecelakaan pada pekerjaan Valve chamber.
Dengan tahapan seperti Identifikasi bahaya, penilalian risiko dan
pengendalian risiko. Metode yang dapat digunakan adalah HIRARC
dimana tujuan dari metode HIRARC adalah menghasilkan Probabilty
kecelakaan yang sering terjadi dari setiap pekerjaan pengecoran Valve
chamber . Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis potensi bahaya
dari aktivitas kerja secara terprinci serta memberikan penilaian risiko
terhadap suatu pekerjaan. Menurut Kurniawan (2017), setelah melakukan
penilaian risiko akan menemukan beberapa langkah yang termasuk dalam
pekerjaan high risk dan ranking tertinggi dimana akan dianalisis lebih
3
lanjut menggunakan metode Fault Tre Analysis (FTA) menemukan Basic
Cause.
Menurut Amalia, et al (2012) , metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui mekanisme faktor-faktor penyebab keterlambatan adalah
metode Fault Tree Analysis (FTA). Diharapkan kita dapat mengetahui Top
Event dan penyebab dasar (root couse) suatu Permasalahan dalam tahapan
pekerjaan yang memiliki nilai risiko kritis atau tinggi dari hasil penilalian
risiko menggunakan HIRARC mana menggunakan Hasil dari Fault Tree
Analysis (FTA) yang sudah dilakukan minimal cut set sebagai acuan dalam
melakukan Rekomendasi menggunakan metode Benefit Cost Analysis
(BCA).
Rekomendasi akan tertuju pada basic cause dari Fault Tree Analysis
(FTA). Dimana dalam pemberian solusi terhadap suatu persoalan perlu
dibutuhkanya pertimbangan yang sistematis guna meminimalisir
pengeluaran dana berlebih dan solusi yang tidak memiliki efektifitas yang
baik. Menurut Setia, et al (2016) menggunakan BCA dikarenakan untuk
Pemberian solusi alternatif pengendalian dengan menggunakan analisis
biaya dengan metode Benefit Cost Analysis (BCA). Menurut Pujawan(2012)
analisis manfaat biaya (Benefit Cost Analysis) adalah analisis yang sangat
umum yang biasanya digunakan untuk menevaluasi kebijakn proyek-proyek
pemerintah yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan seberapa
bermanfaat solusi yang diberikan berdasarkan pertimbangan biaya.
4
3. Bagaimana penentuan kelayakan rekomendasi untuk pengendalian risiko
dengan metode BCA?
1.3 Tujuan
Dari perumusan masalah tersebut, dapat diketahui tujuan dari
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bahaya dan penilaian risiko proses pengecoran valve
chamber dengan metode HIRARC.
2. Mengetahui akar penyebab potensi bahaya yang berisiko tinggi dan kritis
pada proses pengecoran valve chamber dengan metode FTA.
3. Menentukan pemberian rekomendasi tentang kelaykan dalam metode
BCA.
5
1.5 Batasan Masalah
Batasan permasalahan dari penelitian ini adalah :
1. Pada penelitian ini hanya membahas kegiatan dan penilaian risiko
HIRARC pada pekerjaan pengecoran valve chamber pada projek
Aviation Fuel Hydran System.
2. Analisis menggunakan metode Fault Tree Analysis(FTA) dengan fokus
pada hazard dan risiko paling tinggi.
3. Pemberian rekomendasi menggunakan metode Benefit Cost Analysis
(BCA) dengan mempertimbangkan Benefit dan Cost.
6
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan.
8
4.55 Meter serta panjang dan lebar 6.7 meter dimana Valve chamberm
menyediakan dada katup atau konstruksi ruang katup untuk pompa, atau
sejenisnya, di mana bukaan - s yang disediakan untuk saluran A katup
ditutup tanpa menggunakan paking atau alat penjepit seperti itu. seperti
yang ditemukan pada konstruksi pompa biasa atau digunakan untuk
mempermudah dan memberikan wadah untuk Valve Piping agar
mempermudahkan dalam perawatan dan oprasinonal.
9
Gambar 2.2 Bagian Base Course pada Valve chamber
(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)
2. Lean concrete
Lean concrete (LC) adalah batching plant tidak menguji
kadar lumpur agregat halus terlebih dahulu sebelum pencampuran
pembuatan beton, dengan alasan beton tersebut hanya sebagai
landasan untuk rigid pavement jadi tidak perlu ketelitian yang
mendasar. Hal ini bisa menyebabkan mengapa rigid pavement itu
bisa pecah dikarenakan lean concrete dibawahnya tidak kuat untuk
menahan beban rigid pavement.
3. Slab
Lantai beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural
yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang
selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai ke struktur
bawah.
10
Gambar 2.4 Bagian Formwork Bottom Slab Plan pada Valve Chamber
(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)
4. Wall
Dinding (wall) adalah bagian yang merupakan sebagai
penahan beban yang akan diterima dan pendiri serta pelindung sisi
dari luaran area valve chamber.
5. Cover
Penutup (Cover) adalah tahapan akhir dalam pembuatan
Valve chamber. Memiliki fungsi sebagai pelindung bagian dalam
dari atas, dan sebagai akses keluar masuk ketika Valve chamber
sudah dapat digunakan. Gambar 2.6 berikut ini menunjukkan
bagian cover pada valve chamber.
11
Gambar 2.6 Bagian Cover pada Valve Chamber
(Sumber : Perusahaan Oil and Gas, 2020)
12
2. Beton Ready Mix (Beton Siap Pakai)
Beton ready mix menurut Nilson, et al (2008) dalam Nastiti
(2004) adalah beton yang dibuat atau pencampuran bahan materialnya
di lokasi perusahaan batching plan, kemudian beton ready mix diangkut
menggunakan truk pengangkut ke lokasi proyek yang memesan beton
ready mix dalam bentuk beton segar. Penerapan beton ready mix pada
konstruksi bangunan sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan
beton yang diproduksi sendiri, terutama jika dipergunakan pada
konstruksi pracetak. Keuntungan ini didapat dari waktu yang
seharusnya dipergunakan untuk proses pembuatan beton dapat
dihilangkan sehingga pekerjaan hanya dibutuhkan saat proses
pengecoran beton selain itu mutu beton yang diharapkan dapat
terpenuhi. Beton ready mix dapat disiapkan dengan beberapa jalan,
yaitu (Peurifoy et al., 1996):
a. Central-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di
dalam suatu mixer dan diangkut ke proyek dengan menggunakan
truk molen.
b. Shrink-mixed concrete, dimana setengah pencampuran beton
dilakukan di dalam suatu mixer kemudian beton dicampur
sepenuhnya di dalam truk mixer, pencampuran ini biasanya
dilakukan dalam perjalanan ke lokasi proyek.
c. Truck-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di
dalam truk mixer, dengan 70 sampai 100 putaran pada suatu
kecepatan yang cukup untuk mencampur beton. Beton jenis ini
pada umumnya disebut ‘ Transit Mixer Concrete ‘ karena dicampur
dalam perjalanan. Truk mixer merupakan alat yang digunakan
untuk membawa campuran beton basah dari pabrik pembuatan
ready mix (batching plan) ke lokasi proyek dengan sistem bak yang
terus berputar dengan kecepatan yang sudah diatur sedemikian rupa
supaya campuran beton selama dalam perjalanan tidak berkurang
kualitasnya.
13
2.3 HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment Risk Control)
Menurut Nurmawati dkk (2013) dalam Purnama (2015), HIRARC
merupakan gabungan dari hazard identification, risk assessment dan risk
control merupakan sebuah metode dalam mencegah atau meminimalisir
kecelakaan kerja. HIRARC merupakan metode yang dimulai dari
menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudain diidentifikasi sumber
bahaya nya sehingga di dapatkan resikonya. kemudian akan dilakukan
penilaian resiko dan pengendalian resiko untuk mengurangi paparan bahaya
yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan Tujuan dari HIRARC adalah
memberikan pendekatan yang jelas dan sistematik dalam menganalisis
risiko yang berkaitan yang mana nanti akan memberikan penilaian hazard
yang jelas dan terukur.
HIRARC merupakan salah satu persyaratan yang harus ada dalam
menerapkan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007. Klausal 4.3.1 pada
OHSAS 18001:2007 mengharuskan organisasi/perusahaan yang akan
menerapkan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 melakukan
penyusunan HIRARC pada perusahaannya. HIRARC dibagi menjadi 3
tahap yaitu identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko
(risk assessment), dan pengendalian risiko (risk control)
14
dalamnya termasuk peralatan, tempat kerja, prosedur maupun aturan.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi risiko berdasarkan rekomendasi Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) diantaranya yaitu What-If, Checklist,
What-If / Checklist (SWIFT), Hazard Operability Study (HAZOPS),
Failure Mode & Effects Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA) dan
Job Safety Analysis (JSA).
Tujuan dari identifikasi bahaya adalah untuk mengamati tiap tahap
pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko bahaya baik terhadap kesehatan
maupun keselamatan pekerja serta memperhatikan bahaya tersebut
berkaitan dengan peralatan tertentu karena sumber energi, kondisi atau
kegiatan yang dilakukan pekerja. Bahaya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Bahaya kesehatan adalah bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan kepada seorang pekerja. Bahaya kesehatan ada yang dapat
dirasakan secara langsung atau saat itu juga (akut) dan ada juga yang
dapat dirasakan setelah terpapar beberapa lama atau jangka panjang
(kronis). Semua atau sebagian dari tubuh mungkin akan dapat terkena
gangguan kesehatan yang diakibatkan dari pekerjaan tersebut.
2. Bahaya keselamatan adalah semua hal yang dapat menyebabkan
cedera, atau kerusakan harta benda. Sebuah kecelakaan yang
disebabkan oleh bahaya keselamatan biasanya jelas dan berdampak
secara langsung. Sebagai contoh pekerja mungkin cidera parah karena
terpotong.
3. Bahaya lingkungan adalah adanya kegiatan pelepasan material ke
lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Bahaya
lingkungan menyebabkan kerusakan ketika kontrol dan prosedur kerja
tidak diikuti.
15
2.3.2 Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko, dimana
menurut sistem penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga
dapat mengambil tindakan untuk mengendalikan, mengurangi atau
menghilangkan risiko sebelum terjadi kecelakaan yang dapat
menimbulkan cedera, kerusakan dan kerugian (Ridley, 2006). Risiko
adalah kombinasi dari likelihood dan severity dari bahaya spesifik yang
muncul. Pada rumus matematika, risiko dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
Risk = Severty x Likelihood (2.1)
Dimana
Likelihood:
Frekuensi kemungkinan potensi bahaya tersebut muncul
Severity:
Tingkat keparahan jika potensi tersebut sampai menyebabkan kecelakaan
seperti luka atau kesehatan dari pekerjanya, kerusakaan properti,
kerusakan lingkungan, atau bahkan kombinasi dari ketiganya.
Penilaian risiko dapat diketahui dengan tabel RAM (Risk
Assesment Matrix) dimana dalam tabel tersebut terdapat nilai Severty dan
Likelihood. Likelihood menunjukkan seberapa mungkin kecelakaan itu
terjadi, severity menunjukkan seberapa parah dampak dari kecelakaan
tersebut. Nilai dari likelihood dan severity akan digunakan untuk
menentukan risk rating. Risk rating adalah nilai yang menunjukkan risiko
yang ada berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi, atau kritis. Tabel
Severity, Likelihood, dan Risk Rating haruslah konsisten dengan objek
yang spesifik dan berisi kegiatan manajemen risiko. (AS/NZS 4360, 2004)
Tabel Likelihood digunakan untuk mengetahui kriteria seberapa sering
suatu kejadian terjadi dalam kurun waktu tertentu. Tabel 2.1 berikut ini
merupakan tabel Likelihood yang digunakan sebagai standar dalam
perusahaan.
16
Tabel 2.1 Kemungkinan Kejadian (Probabilty)
KEMUNGKINAN KEJADIAN
(PROBABILTY)
A B C D E
Terendah TERTINGGI
Tidak pernah Terdengar Pernah terjadi Terjadi beberapa Terjadi
terdengar di di industri di sebuah kali disebah beberapakali
industri hulu migas hulu migas industri migas industri migas di ditempat kerja
KPxPP (1-3) KPxPP (4- di indonesia indonesia disalah satu
6) KPxPP (7-9) KPxPP (10-12) perusahaan
KPxPP (13-25)
17
Tingkat
SAVERITY TERHADAP OBYEK
Keparahan
(Saverity) Manusia Alat Lingkungan Citra
4 Fatalitas tunggal Kerusakan Dampak Pengaruh
Utama Utama Nasional
5 Fatalitas Ganda Kerusakan Dampak besar Pengaruh
yang luas imternasional
18
2.3.3 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dapat menggunakan hierarki pengendalian risiko.
Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hierarchy of Control) merupakan
pengendalian risiko dengan cara memprioritaskan dalam pemilihan dan
pelaksanaan pengendalian yang berkaitan dengan bahaya K3 (OHSAS,
2007). Hirarki pengendalian merupakan langkah pengendalian yang telah
diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan paparan,dengan urutan
sebagai berikut (Tranter,1999) dalam (Ratnasari,2009) :
19
pengaplikasiannya cara ini membutuhkan langkah trial and error untuk
mengetahui apakah teknik atau subtansi pengganti dapat berfungsi sama
efektifnya dengan proses sebelumnya
3. Rekayasa/ Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko
dengan mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses
kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini seperti membuat
lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi
kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam
melakukan kegiatan berbahaya. Terdapat tiga macam cara
engineering menurut Ratnasari (2009) yaitu :
a) Isolasi, prinsip dari sistem ini adalah dengan cara menghalangi
pergerakan bahaya dengan cara memberikan pembatas atau pemisah
terhadap bahaya maupun pekerja.
b) Guarding, prinsip dari sistem ini adalah mengurangi jarak atau
kesempatan kontak antara sumber bahaya dan bekerja
c) Ventilasi, cara ini merupakan langkah yang paling efektif untuk
mengurangi kontaminasi udara, berfungsi untuk kenyamanan,
kestabilan suhu dan mengontol kontaminan
4. Administratif, langkah ini diibatkan merupakan salah satu pilihan
terakhir karena pada dasarnya langkah ini mengandalkan sikap dan
kesadaran dari pekerja. Langkah ini hanya cocok untuk jenis risiko
tingkat rendah. Upaya dalam langkah ini difokuskan pada pembuatan
ataupun evaluasi pada prosedur seperti SOP (standart operating
procedurs) ataupun aturan-aturan lain di dalam sistem sebagai langkah
mengurangi tingkat risiko. Selain itu terdapat beberapa pengendalian
administratif menurut Ratnasari (2009) diantaranya sebagai berikut :
a) Rotasi dan penempatan pekera, langkah ini bertujuan untuk
mengurangi tingkat paparan yang diterima pekerja dengan
membagi waktu kerja dengan pekerja yang lain. Penempatan
pekerja terkait dengan masalah fitness-forwork dan kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan
20
b) Pendidikan dan pelatihan, sebagai pendukung pekerja untuk
mengambil keputusan dalam melakukan pekerjaan secara aman.
Dengan pengetahuan dan pengertian terhadap bahaya pekerjaan,
maka akan membantu pekerja untuk mengambil keputusan dalam
menghadapi bahaya.
c) Penataan dan kebersihan, tidak hanya meminimalkan insiden terkait
dengan kesalamatan, melainkan juga mengurangi debu dan
kontaminan lain yang bias menjadi jalur pemajan. Kebersihan
probadi juga sangatlah penting karena dapat mengarah kepada
kontaminasi melalui ingesti, maupun kontaminasi silang antara
tempat kerja dan tempat tinggal.
d) Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki kerusakan
secara lebih dini.
e) Jadwal kerja, metode ini menggunakan prinsip waktu kerja, dimana
pekerjaan dengan risiko tinggi dapat dilakukan saat jumlah pekerja
yang terpapat paling sedikit
f) Monitoring pelaksanaan standar keselamatan kerja (inspeksi dan
patroli) secara rutin serta memelihara komunikasi tentang pesan
keselamatan kerja melalui media seperti poster, buletin, stiker,
bahkan memberikan contoh dengan panutan, sangatlah perlu
digalakkan agar keselamatan dan kesehatan kerja tetap dapat terjaga
(Ridley, 2008).
5. Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan
kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan dengan cara
memberikan fasilitas kepada pekerja, langkah ini berfungsi untuk
mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan. Langkah
ini membutuhkan beberapa faktor agar berhasil diantaranya adanya
21
pelatihan atau intruksi kerja bagi setiap pegawai dalam penggunaan dan
pemilharaannya (Kanti,2012)
22
Tabel 2.4 Simbol Kejadian Fault Tree Analysis
(Sumber : CCPS,2008)
Probabilitas terjadinya output fault event dari gerbang AND dan OR dapat
dihitung berdasarkan dua persamaan berikut : Dhillon (1986). Gerbang
AND : F = ƒ1 ƒ2 ƒ3…….ƒn) Gerbang OR : F = 1 – (1 – ƒ1) (1 – ƒ2)…..(1 –
ƒn) Keterangan F = Probabilitas terjadinya output kejadian gagal. ƒ =
Probabilitas terjadinya input kejadian gagal n = Jumlah input kejadian gagal
b) Simbol-simbol Gate
Simbol gate digunakan untuk menunjukkan hubungan antar kejadian
dalam sistem. Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi atau
bersama-sama menyebabkan kejadian lain muncul. Adapun simbol-
simbol hubungan yang digunakan daam FTA dapat dilihat pada tabel
2.5 dibawah ini :
23
Tabel 2.5 Simbol Gate Fault Tree Analysis
(Sumber : CCPS,2008)
24
Gambar 2.8 Contoh Fault Tree Analysis
(Sumber : CCPS,2008)
25
yang sama yang muncul AND-gate.Setiap gate lainnya diubah dan
dimasukan, AND-gate harus dimasukan dalam setiap baris yang dibuat.
Berikut ini gambar 2.10 adalah Matrux yang akan menjelaskan matrix
dari contoh kasus FTA pada gambar 2.9 :
Keterangan:
Cut Set I : 1,2,2
Cut Set II : 1,2,4
Cut Set III : 1,2,3
Cut Set IV : 1,3,4
26
2.4.3 Menghapus Event Sama dan Berulang
Langkah ketiga dalam prosedur pembuatan FTA adalah
menghapuskan event yang sama atau berulang dengan setiap basic
event yang sudah diidentifikasi. Hanya Cut set I yang basic eventnya
diulangi pada hasil. Ketika basic event yang berulang sudah dihapus, maka
cut set-nya menjadi :
Cut Set I : 1,2,
Cut Set II : 1,2,4
Cut Set III : 1,2,3
Cut Set IV : 1,3,4
2.5 BCA
Benefit cost analysis (analisis manfaat biaya) adalah analisis yang
sangat umum digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek pemerintah.
Analisis ini adalah cara praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek,
27
dimana untuk hal ini diperlukan tinjauan yang panjang dan luas. Dengan
kata lain diperlukan analisis dan evaluasi dari berbagai sudut pandang 27
yang relevan terhadap ongkos-ongkos maupun manfaat yang
sumbangkannya (Pujawan, 2012)
Analisis manfaat biaya ini juga bisa digunakan untuk penentuan
kelayakan rekomendasi yang diajukan untuk perusahaan. Dengan
menghitung analisis manfaat biaya, perusahaan dapat mengetahui
beberapa rekomendasi untuk pengendalian risiko.
Analisis manfaat biaya biasanya dilakukan dengan melihat rasio antara
manfaat dari suatu proyek pada masyarakat umum terhadap ongkos-
ongkos yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, perusahaan juga
dapat menggunakannya untuk mempertimbangkan rekomendasi
pengendalian risiko. Secara sistematis hal ini biasa diformulasikan pada
Persamaan 2.2
(2.2)
Keterangan:
a. Manfaat ekivalen : Semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak
negatif, dinyatakan dengan nilai uang (RP)
b. Ongkos ekivalen : Semua ongkos-ongkos setelah dikurangi dengan
besarnya penghematan
Dengan perhitungan menggunakan Anuitas, dimana:
a. Rasio B/C > 1 : rekomendasi tersebut diterima
b. Rasio B/C < 1 : rekomendasi tersebut tidak bisa diterima
c. Rasio B/C= 1 : rekomendasi tersebut tidak ada perbedaan antara
diterima atau tidak.
Perhitungan anuitas pun dibutuhkan untuk menyamakan harga per periode
pada setiap rekomendasi, atau mengkonversikan suatu nilai sekarang pada
nilai seragam pada suatu periode tertentu (N) bila tingkat bunga atau
28
kenaikan harga sebesar i%. Dengan rumus yang dapat dilihat pada
Persamaan 2.3
(2.3)
Dimana :
B = Benefit
P = Present , biaya ini dikeluarkan hanya sekali dan pada saat itu juga
A = Anuitas, biaya yang dikeluarkan
I = Nilai bunga majemuk
Dengan perhitungan ini, perusahaan dapat melihat dan memilih
rekomendasi mana yang baik untuk perusahaan dan melakukan tindakan
yang tepat untuk pengendalian risiko yang ada.
29
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
30
3 BAB 3
METODE PENELITIAN
Data Sekunder
1. Data Kecelakaan
Data Primer 2. Data BBSO (Behavior
Hasil wawancara dengan Pengumpulan Data Based Safety Observed)
HSE Coordinator 3. Work Instruction pada
Perusahaan pekerjaan pengecoran Valve
Chamber
4. Data Inflasi Bank
Identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko terhadap tiap tahapan kerja pada pengecoraan Valve
Chambe menggunakan HIRARC
Analisis penyebab dengan risiko tinggi menggunakan metode FTA yang dipertajam menganalisa dengan Scope
Fishbone Analysis
Selesai
31
3.2 Tahap Identifikasi Awal
Setelah melakukan observasi awal dengan melakukan studi lapangan
dan studi literatur, tahapan selanjutnya yakni menyusun rumusan masalah.
Rumusan masalah ditentukan dari fakta lapangan dan disesuaikan literatur
yang valid. Permasalahan ini diambil dari latar belakang yang menjadi
acuan pemilihan judul tugas akhir ini.
32
pengecoran Valve chamber tentang uraian pekerjaan dan risiko-risiko apa
saja yang ada dalam proses tersebut dan bagaimana menanganinya.
3.3.2 Studi Literatur
Studi literatur adalah tahap untuk mencari teori yang berhubungan
dengan perumusan masalah, nantinya akan dijadikan sebagai tinjauan
pustaka dari penelitian. Studi literatur yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode HIRARC,FTA dan
BCA dimana literatur itu akan membantu menyelesaikan penelitihan
dengan target yang diinginkan. Teknik dalam Penilaian Risiko dan
Identifikasi bahaya ditempat kerja dan pengeluaran rekomendasi serta
membantu menyelesaikan permasalahan yang ada.
33
3.5 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini setelah kita memiliki data yang kita perlukan tahap
selanjutnya adalah mengelola data tersebut dengan menilai risiko tiap tahap
pekerjaan dengan menggunakan HIRARC . Setelah menilai risiko dan
ketika mengetahui mana risiko yang memiliki risiko paling tinggi tahapanya
adalah mencari penyebab dasar dengan FTA dan ketika sudah menemukan
penyebab dasar maka langkah selanjutnya adalah memberikan rekomendasi
yang baik dengan menggunakan metode BCA.
3.5.1 Identifikasi Risiko HIRARC
Setelah mengetahui dan mendapatkan data- data yang telah di
peroleh, selanjutnya mengidentifikasi potensi bahaya, penilaian risiko
bahaya dan melakukan pengelompokantentang bahaya Hight Potential
menggunakan metode HIRARC. Adapun langkah – langkahnya sebagai
berikut :
1. Mengetahui uraian pekerjaan dari pengecoran Valve chamber
2. Mengidentifikasi potensi bahaya
3. Penilaian risiko terhadap tiap pekerjaan
4. Pengelompokan dan penilaian Risk Matrik
5. Melakukan analisis dan evaluasi data hasil perhitungan risk
ranking.
3.5.2 Penentuan Akar Masalah Pekerjaan Risiko Tinggi Menggunakan
FTA
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap potensi bahaya yang memiliki
nilai risiko tertinggi dengan metode FTA untuk mendapatkan akar penyebab
masalah yang terjadi. Langkah – langkah pengerjaan FTA sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kejadian-kejadian utama (top event) yang mungkin
terjadi yang telah didapatkan
2. Mengidentifikasi contributor tingkat pertama dengan menambahkan
kondisi atau kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya top event
34
3. Menetapkan logic gate sesuai dengan gabungan peristiwa yang
menunjukkan apakah kedua peristiwa terjadi pada waktu dan tempat
yang sama (AND) atau salah satu kejadian yang mungkin terjadi (OR).
4. Mengidentifikasi contributor tingkat kedua dan menentukan simbol-
simbol logika untuk menghubungkan kejadian-kejadian yang mungkn
menjadi penyebab mode kegagalan kotributor tingkat pertama
5. Menetapkan logic gate contributor tingkat kedua
6. Mengulangi atau lanjutkan. Mengembangkan suatu strategi untuk
memperbaiki kombinasi kejadian unutk mencegah kejadian dibagian
atasnya terulang kembali.
7. Menghapus Event yang sama, berulang dan supper set dalam basic
event dimana akan menjadi minimal cut set.
3.5.3 Menentukan Kelayakan Rekomendasi dengan Menggunakan BCA
Setelah mendapatkan root cause dari hasil FTA terhadap potensi
bahaya yang memiliki nilai risiko tertinggi , selanjutnya menentukan
tindakan pengendalian dari setiap potensi bahaya yang memiliki nilai risiko
tinggi dan kritis dan melakukan perhitungan nilai kelayakan dari
rekomendasi dan memberikan solusi dari rekomendasi sehingga sesuai
kebutuhan menggunakan metode BCA. Adapun Langkah pengerjaan
Metode BCA sebagai berikut :
1. Menentukan objek yang akan dilakukan pengendalian berdasarkan hasil
root cause FTA
2. Menentukan beberapa tindakan pengendalian pada potensi risiko tinggi
dan kritis dari root cause fault tree analysis guna sebagai pemberian
rekomendasi yang sesuai
3. Melakukan perhitungan nilai kelayakan pada tindakan yang akan
dilakukan dengan Persamaan 2.2. Dengan memperhatikan parameter
manfaat dan biaya diantaranya:
a. Manfaat : Biaya pengobatan, Biaya perbaikan, Biaya perawatan,
Biaya santunan kematian, Biaya Progres Terhambat
35
b. Biaya : Biaya Pengadaan barang, Biaya Pelatihan, Biaya
pemeriksaan
4. Memberikan rekomendasi pengendalian sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil perhitunngan keungan dan keuntungan
3.6 Tahap kesimpulan dan saran
Pada tahap ini ketika pembahasan sudah terselesaikan dengan baik maka
hasil dari pembahasan akan kita simpulkan apa apa saja bahaya dan risiko
pekerjaan apa yang memikiki risiko tinggi pada pekerjaan pengecoraan
Valve chamber dan kita berikan saran serta rekomendasi untuk perbaikan
perushaaan bidang Oil and Gas.
3.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitihan
Pada penelitihan ini memiliki jadwal pelaksanaan. Berikut jadwal
pelaksanaan penelitihan.
36
4 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
37
No Detail urutan Pekerjaan Pembuatan Valve chamber
13 Pembesian Cover
14 Pengecoran Cover
15 Finishing Cover
(Sumber: Perusahaan, 2020)
38
5. Pembesian bottom slab
6. Pengecoran bottom slab
7. Finishing bottom slab
Langkah yang harus dilakukan pertama kali adalah menidentifikasi bahaya yang
ada dalam pekerjaan pembuatan Valve chamber pada perusahaan oil and gas.
Sesuai dengan Tabel 4.1 pekerjaan pembuatan valve chamber pekerjaan ini
dilakukan secara pertahap dan memiliki potensi bahaya yang berbeda- beda. Tabel
4.2 berikut ini merupakan identifikasi bahaya menggunakan metode HIRARC
pada tahapan pembuatan Slab pada proses valve chamber.
39
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
7. Peralatan/Equipment : mesin 10. Electrical Hazard
Genset mengalami kerusak 11. kebakaran
8. Fisik : Kelehan dan Cuaca yang
12. Kelelahan
sangat panas
13. terprosok
14. terjatuh
9. Fisik : Galian Longsor
15. Tertimbun tanah galian
40
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
30. Tertimbun tanah galian,
18. Fisik : Struktur sheet pile
31. terprosok
Shoring dan Baricade tidak kuat
32. terjatuh
19. Fisik : Getaran dari mesin baby 33. Akumulasi getaran berlebih
roller dapat menyebabkan PAK.
20. Psikologi: Beban kerja dan
34. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan pekerjaan
35. fokus terbagi membuat
ganda serta kondisi hubungan
pekerja tidak dapat
antar pekerjaan yang kurang
menoptimalkan pekerjaanya
mendukung.
21. Biologi : Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
terdapat hewan hewan seperti 36. Memar hingga kematian
ular, serangga dan tikus
22. Kimia : Sifat concrete dan
37. Iritasi Kulit dan bahaya untuk
pemakaian lem SIKA untuk
lingkungan
perekat concrete
38. Keracunan
23. Kimia : Terdapat gas berbahaya
Lean concrete 39. susah bernafas
didalam galian
40. kematian
41
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
51. terprosok dan terjatuh
52. jika terakumulasi secara
29. Fisik : Getaran pada belalai dan
waktu yang lama dapat
Vibrator untuk concrete
menyebabkan PAK.
53. Unsafe Act akibat penglihatan
terganggu
30. Fisik : Penerangan dan kondisi 54. Unsafe Condition bekerja
yang kurang bersahabat dalam kondisi tidak biasanya
dapat menimbulkan bahaya
lain yang terakumulasi.
55. bagian tubuh pekerja tersayat
31. Tersayat benda tajam
benda tajam
32. Psikologi : Beban kerja dan
56. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan pekerjaan
57. fokus terbagi membuat
ganda serta kondisi hubungan
pekerja tidak dapat
antar pekerjaan yang kurang
menoptimalkan pekerjaanya
mendukung.
33. Ergonomi : Memasang
Formwork dalam posisi yang 58. Pegal-pegal pada bagian
tidak wajar dalam durasi yang tubuh pekerja
42
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
38. Peralatan.Equipment : 68. Terpotong,tersayat
Gerinda dan Bosch 69. menghambat pekerjaan
39. Fisik : Kebisingan saat
70. Akumulasi kebisingan diatas
pemotongan material logam
85 db dapat menyebabkan
dan hantaman antar benda
PAK kepada pekerja
keras
71. Akumulasi getaran secara
40. Fisik :Getaran pada
terus menerus dapat
pengguanaan Gerinda dan
menyebabkan PAK
72. Tertimbun tanah galian,
41. Fisik : Galian Longsor
terprosok dan terjatuh
73. bagian tubuh pekerja tersayat
42. Tersayat benda tajam
benda tajam
43. Psikologi : Beban kerja dan
tanggung jawab yang besar 74. Pekerja mengalami stress
dengan multiperan dan kerja dan fokus terbagi
pekerjaan ganda serta kondisi membuat pekerja tidak dapat
hubungan antar pekerjaan menoptimalkan pekerjaanya
yang kurang mendukung.
44. Ergonomi : Memasang
Formwork dalam posisi yang 75. Pegal-pegal pada bagian
tidak wajar dalam durasi yang tubuh pekerja
Pembesian
lama.
Bottom Slab
45. Biologi :Karena lokasi projek
masih berupa rawah berpotensi
76. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
77. Keracunan
46. Kimia : Terdapat gas berbahaya
78. susah bernafas
didalam galian
79. kematian
47. Kimia : Penggunaan bahan
kimia solar pada penggunaan 80. Kebakaran
genset 81. polusi
43
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
48. Peralatan/Equipment : 82. Tertimpa
Penggunaan benda tajam dan 83. tersayat
perlatan kerja. 84. terpotong
85. Terpotong
49. Peralatan.Equipment : Gerinda 86. tersayat
87. Menghambat pekerjaan
44
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
tidak layak pakai
59. Peralatan/Equipment : 102. Tertimpa
Penggunaan benda tajam dan 103. tersayat
perlatan kerja. 104. terpotong
105. Tertabrak,terimpah CP atau
60. Peralatan/Equipment : CP atau mixer
Mixer tidak dalam kondisi baik. 106. menganggu keberlangsungan
pekerjaan
107. Tertimbun tanah galian
61. Fisik : Galian longsor
108. terprosok dan terjatuh
109. jika terakumulasi secara
62. Fisik : Getaran pada belalai
waktu yang lama dapat
dan Vibrator untuk concrete
menyebabkan PAK.
110. Unsafe Act akibat
penglihatan terganggu dan
63. Fisik : Penerangan dan kondisi Unsafe Condition bekerja
yang kurang bersahabat dalam kondisi tidak biasanya
dapat menimbulkan bahaya
lain yang terakumulasi.
64. Psikologi: Beban kerja dan
111. Pekerja mengalami stress
tanggung jawab yang besar
kerja
dengan multiperan dan
112. fokus terbagi membuat
pekerjaan ganda serta kondisi
pekerja tidak dapat
hubungan antar pekerjaan yang
menoptimalkan pekerjaanya
kurang mendukung.
65. Biologi : Karena lokasi projek
Finishing
masih berupa rawah berpotensi
Bottom slab 113. Memar hingga kematian
terdapat hewan hewan seperti
ular, serangga dan tikus
66. Kimia : Sifat concrete dan
114. Iritasi Kulit
pemakaian lem SIKA untuk
115. bahaya untuk lingkungan
perekat concrete
67. Kimia : Terdapat gas berbahaya 116. keracunan, susah bernafas
didalam galian 117. kematian
45
Akrivitas
Hazard Dampak
pekerjaan
68. Kimia : Penggunaan bahan
118. Kebakaran
kimia solar pada penggunaan
119. polusi
genset
69. Peralatan/Equipment :
120. tertimpa,tersayat
Penggunaan benda tajam dan
121. terpotong
perlatan kerja.
122. Tertimbun tanah galian
70. Fisik : Galian Longsor
123. terprosok dan terjatuh
124. Unsafe Act akibat penglihatan
terganggu dan Unsafe
71. Fisik : Penerangan dan kondisi Condition bekerja dalam
yang kurang bersahabat kondisi tidak biasanya dapat
menimbulkan bahaya lain
yang terakumulasi.
(Sumber: Penulis, 2021)
46
Tabel 4.3 HIRARC Pembersihan Galian,. Maintance Galian Dan Dewatering
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Psikologi : Beban Pekerja
kerja dan tanggung mengalami stress 1. membuat job deskripsi dan tanggung
jawab yang besar kerja dan fokus jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
dengan multiperan dan terbagi membuat berbentuk dokumen
A 3 A3 SPV
pekerjaan ganda serta pekerja tidak 2. memberikan apresiasi kepada prestasi
kondisi hubungan antar dapat pekerja.
Exavator dan pekerjaan yang kurang menoptimalkan 3. Menambah pekerja
Pembersihan galian,
Maintanence galian dan Genset serta mendukung. pekerjaanya
1 Dewatering peralatan Ergonomi : Posisi
penggalian penggalian manual dan Pegal-pegal pada 1. Menggunakan Alat berat Hydrolic
pengankatan sak tanah bagian tubuh B 3 B3 Excavator 2. Training Manual Handling SPV
dengan frekuensi pekerja 3. pengaturan jam kerja
tinggi.
Kimia : Penggunaan 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
Berpotensi
bahan kimia solar pada B 3 B3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
kebakaran
penggunaan genset didekat area berpotensi kebakaran
47
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Kimia : Pekerjaan Kandungan dalam
galian berpotensi tanah tersimpan C 4 C4 Menerapkan Prosedur Confined Space SPV
terdapat gas berbahaya gas gas berbahaya
Biologi : Karena lokasi
projek masih berupa
rawah berpotensi Memar hingga
C 3 C3 menggunakan APD sesuai pekerjaan
terdapat hewan hewan kematian
seperti ular, serangga
dan tikus
Peralatan/Equipment : Tertabrak dan
Melakukan inspeksi dan maintanace
Exavator tidak bekerja menghambat D 3 D3 SPV
secara berkala
dengan baik pekerjaan
Peralatan/Equipment :
Electrical Hazard, Melakukan inspeksi dan maintanace
mesin Genset A 3 A3 SPV
kebakaran secara berkala
mengalami kerusak
Fisik : Kelehan dan Pengaturan waktu kerja dan penyedian
Cuaca yang sangat Kelelahan B 3 B3 fasilitas penunjang ( Air minum dan SPV
panas tempat istirahat)
48
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
1. Memasang dan memastikan Sheet
Tertimbun tanah
pile mampu menahan volume tanah 2.
Fisik : Galian Longsor galian, terprosok D 4 D4 SPV
Menyediakan Hard baricade antara
dan terjatuh
galian dan bibir galian
(Sumber: Penulis, 2021)
49
Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pekerjaan Slab
Jumlah Nilai Risiko
NO Akktivitas
Low Medium Hight Extreme
1 Pembersihan Area Kerja,
maintenance galian dan 1 5 3 0
Dewatering
2 Pemadatan tanah dan
0 7 3 0
Base Course
3 Lean concrete 0 9 1 0
4 Form Work Botom Slab 0 9 1 0
5 Pembesian Bottom Slab 0 8 2 0
6 Pengecoran Bottom Slab 1 10 1 0
7 Finishing Bottom Slab 0 9 1 0
TOTAL 2 55 12 0
(Sumber: Penulis, 2021)
Pada pekerjaan slab yang terdiri dari 12 risiko High risk dimana dalam 12
high risk tersebut terdapat beberapa hazard yang sama sampai menghasilkan
3 kategori bahaya tinggi dalam pekerjaan slab yaitu :
1. Kualitas pekerjaan yang buruk karena beban kerja yang terlalu banyak
membuat beberapa pekerjaan terhambat dan sistem koordinasi kacau
dimana memiliki nilai severity 3 dan probability A.
2. Terdapat kandungan gas berbahaya didalam galian dimana menyebabkan
keracunan bahkan sampai menyababkan kematian pada korban. Memiliki
nilai severity 4 dan probability C.
3. Mesin genset kebakaran memiliki potensi bahaya tinggi menyebabkan
terbakarnya material di area pusat kebakaran dan membahayakan nyawa
serta citra perusahaan buruk dilokasi bandara adapun tingkat bahaya
ditunjukan dengan nilai severity 3 dan probability C.
4. Penggunaan tools yang kurang tepat memiliki potensi tinggi untuk
menyebabkan tersayat,tertusuk dan terpotong dapat membahayakan
50
nyawa sesorang memiki severity 4 dan memiliki nilai probability C yaitu
terjadi 7-9 kali dalam setahun.
Terdapat pengendalian untuk potensi bahaya tinggi tersebut, antara lain :
1. Melakukan analisis dan mengajukan penambahan man power,
pembuatan komitmen terkait kualitas, penunjukan konsultan untuk
menerapkan ISO 9001 2015 terkait manajemen mutu.
2. Membuat prosedur pekerjaan confined space, Training work at
confined space pengadaan blower dan gas detector.
3. Membuat prosedur penggunaan genset, pengadaan APAR dan
membuat shelter untuk penyimpanan alat.
4. Melakukan inspeksi alat mingguan dan maintance bulanan terhadap
gerinda.
2. Hasil HIRARC pada pekerjaan wall
Pekerjaan pembuatan valve chamber dimualai dengan melakukan
pekerjaan wall 4 aktivitas yang dilakukan :
1. Formwork wall
2. Pembesian Wall
3. Pengecoran Wall
4. Finishing Wall
Setelah melakukan identifikasi potensi bahaya, selanjutnya adalah
melakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko pada setiap
dampak dari bahaya yang ada berdasarkan Tabel 2.4. Tingkat risiko ini
didapat dari hasil perkalian antara penilaian probability (peluang yang
terjadi) dan penilaian severity (keparahan dampak yang ditimbulkan).
Tabel 4.5 merupakan contoh HIRARC pekerjaan wall pembuatan valve
chamber tahapan wall yang terdapat pada lampiran 1.
51
Tabel 4.5 HIRARC Kegiatan Formwork Wall
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Pekerja
Psikologi: Beban kerja mengalami
1. membuat job deskripsi dan tanggung
dan tanggung jawab yang stress kerja dan
jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
besar dengan multiperan fokus terbagi
berbentuk dokumen
dan pekerjaan ganda serta membuat A 3 A3 SPV
2. memberikan apresiasi kepada prestasi
kondisi hubungan antar pekerja tidak
Exavator dan pekerja.
pekerjaan yang kurang dapat
Formwork wall Genset serta 3. Menambah pekerja
1 mendukung. menoptimalkan
peralatan
pekerjaanya
penggalian
Ergonomi : Proses
Pegal-pegal 1. Menggunakan Alat berat Hydrolic
pengangkatan beban
pada bagian B 3 B3 Excavator 2. Training Manual Handling SPV
manual dan menurunkan
tubuh pekerja 3. pengaturan jam kerja
beban kedalam galian
Kimia : Terdapat gas Berpotensi 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
B 3 B3 SPV
berbahaya didalam galian kebakaran mudah terbakar 2. menyediakan APAR
52
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
didekat area berpotensi kebakaran
1. membuat job deskripsi dan tanggung
Kimia : Penggunaan Pegal-pegal jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
bahan kimia solar pada pada bagian A 3 A3 berbentuk dokumen 2. memberikan SPV
penggunaan genset tubuh pekerja apresiasi kepada prestasi pekerja. 3.
Menambah pekerja
Peralatan/Equipment : keracunan, 1. Mengatur waktu kerja dan volume
Penggunaan benda tajam susah bernafas B 3 B3 kerja 2. Melakukan Perenganggan
dan perlatan kerja. dan kematian sebelum dan setelah bekerja
Peralatan/Equipment :
Pengguanaan Scaffolding Kebakaran dan
D 4 D4 Mengikuti prosedur confined space SPV
dari segi pemasangan dan polusi
material kurang kuat
Biologi : Karena lokasi
projek masih berupa 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
tertimpa,tersayat
rawah berpotensi terdapat C 3 C3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
dan terpotong
hewan hewan seperti didekat area berpotensi kebakaran
ular, serangga dan tikus
53
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Struktur Roboh
Melakukan inspeksi, maintanace secara
Fisik : Pekerjaan dan menimpah
B 3 B3 berkala dan menggunakan APD yang SPV
ketinggian material serta
diperlukan
pekerja disekitar
1. Melakukan Inspeksi 2. Teknisi yang
Peralatan.Equipment : Memar hingga
B 4 B4 memiliki standart 3. Peralatan dan SPV
Grinda dan Bor Bosch kematian
material yang sesuai standart
(Sumber: Penulis, 2021)
54
Dari 4 proses urutan aktivitas pekerjaan tersebut, terdapat 44 potensi bahaya
dimana dapat dilihat pada lampiran 1. Dimana dalam aktivitas pekerjaan slab
terdapat 5 Hight risk dan 39 medium.
55
3. Hasil HIRARC Pekerjaan Cover
Pekerjaan pembuatan Valve chamber dimualai dengan melakukan
pekerjaan cover 4 aktivitas yang dilakukan :
1. Formwork Cover
2. Pembesian Cover
3. Pengecoran Cover
4. Finishing Cover
Setelah melakukan identifikasi potensi bahaya, selanjutnya adalah
melakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko pada
setiap dampak dari bahaya yang ada berdasarkan Tabel 2.4. Tingkat
risiko ini didapat dari hasil perkalian antara penilaian probability
(peluang yang terjadi) dan penilaian severity (keparahan dampak yang
ditimbulkan). Tabel 4.7 merupakan contoh HIRARC pekerjaan wall
pembuatan valve chamber tahapan wall yang terdapat pada lampiran
1.
56
Tabel 4.7 Hazard pada Pekerjaan Cover
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
Psikologi: Beban kerja Pekerja
dan tanggung jawab mengalami stress 1. membuat job deskripsi dan tanggung
yang besar dengan kerja dan fokus jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
multiperan dan terbagi membuat berbentuk dokumen
A 3 A3 SPV
pekerjaan ganda serta pekerja tidak 2. memberikan apresiasi kepada prestasi
kondisi hubungan antar dapat pekerja.
pekerjaan yang kurang menoptimalkan 3. Menambah pekerja
Exavator dan
mendukung. pekerjaanya
Formwork wall Genset serta
1 Ergonomi : Proses
peralatan
pengangkatan beban Pegal-pegal pada 1. Menggunakan Alat berat Hydrolic
penggalian
manual dan bagian tubuh B 3 B3 Excavator 2. Training Manual Handling 3. SPV
menurunkan beban pekerja pengaturan jam kerja
kedalam galian
Kimia : Terdapat gas 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
Berpotensi
berbahaya didalam B 3 B3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
kebakaran
galian didekat area berpotensi kebakaran
Kimia : Penggunaan Pegal-pegal pada A 3 A3 1. membuat job deskripsi dan tanggung SPV
57
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
bahan kimia solar pada bagian tubuh jawab yang jelas dalam setiap pekerjaan
penggunaan genset pekerja berbentuk dokumen 2. memberikan
apresiasi kepada prestasi pekerja. 3.
Menambah pekerja
Peralatan/Equipment :
keracunan, susah 1. Mengatur waktu kerja dan volume kerja
Penggunaan benda
bernafas dan B 3 B3 2. Melakukan Perenganggan sebelum dan
tajam dan perlatan
kematian setelah bekerja
kerja.
Peralatan/equipment :
Penggunaan Support Kebakaran dan
D 4 D4 Mengikuti prosedur confined space SPV
untuk menyusun area polusi
kerja kurang kuat
Peralatan/Equipment :
Pengguanaan 1. Menyediakan Sign terhadap area yang
tertimpa,tersayat
Scaffolding dari segi C 3 C3 mudah terbakar 2. menyediakan APAR SPV
dan terpotong
pemasangan dan didekat area berpotensi kebakaran
material kurang kuat
Biologi : Karena lokasi Struktur Roboh Melakukan inspeksi, maintanace secara
B 3 B3 SPV
projek masih berupa dan menimpah berkala dan menggunakan APD yang
58
Risk
Sequence of basic PIC
No. Peralatan Hazard Effect Assesment Recommendation Action
job step
PR SV RR
rawah berpotensi material serta diperlukan
terdapat hewan hewan pekerja disekitar
seperti ular, serangga
dan tikus
1. Melakukan Inspeksi 2. Teknisi yang
Fisik : Pekerjaan Memar hingga
B 4 B4 memiliki standart 3. Peralatan dan SPV
ketinggian kematian
material yang sesuai standart
(Sumber: Penulis, 2021)
59
Dari 4 proses urutan aktivitas pekerjaan tersebut, terdapat 46 potensi bahaya
dimana dapat dilihat pada lampiran 1. Dimana dalam aktivitas pekerjaan slab
terdapat 5 Hight risk dan 42 medium.
Pada pekerjaan Cover yang terdiri dari 5 risiko Hight risk dimana dalam hight
risk tersebut terdapat beberapa hazard yang sama sampai menghasilkan 1
kategori bahaya tinggi dalam pekerjaan slab yaitu :
1. Kualitas pekerjaan yang buruk karena beban kerja yang terlalu banyak
membuat beberapa pekerjaan terhambat dan system koordinasi kacau
dimana memiliki nilai severity 3 dan probability A.
2. Struktur scaffolding tidak kuat dan berpotensi jatuh dimana memiliki
potensi baya yang cukup tinggi dikarenakan memiliki dampak yaitu
menimpah pekerja dan jatuh dari ketinggian berpotensi kehilangan
nyawa dan uang sebesar Rp. 36.000.000 sehingga untuk severity diberi
nilai 4 dan untuk probability diberi nilai 3.
Terdapat pengendalian untuk potensi bahaya tinggi tersebut, antara lain :
1. Melakukan analisis dan mengajukan penambahan man power, pembuatan
komitmen terkait kualitas, penunjukan konsultan untuk menerapkan ISO
9001 2015 terkait manajemen mutu.
2. Melakukan training inspector scaffolding dan inspeksi material serta
pemasangan scaffolding.
60
Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pembuatan Valve Chamber
Jumlah Nilai Risiko
NO Akktivitas
Low Medium Hight Extreme
1 Slab 2 57 12 0
2 Wall 0 39 5 0
3 Cover 0 41 5 0
TOTAL 2 137 22 0
(Sumber: Penulis, 2021)
61
4.4 Analisis Penyebab Dasar dari Potensi Bahaya Tinggi dan Kritis
Menggunakan Fault Tree Analysis
Berdasarkan hasil dari identikasi bahaya dan penilaian risiko
menggunakan HIRARC pada lampiran 1, diketahui terdapat 3 tahapan
pembuatan valve chamber dan 15 aktivitas yang memiliki potensi bahaya
tinggi. Efek dari bahaya tertinggi ini akan dijadikan top event pada analisis
metode FTA sehingga dapat diketahui basic cause dari setiap potensi bahaya
tertinggi dan dapat diketahui rekomendasi pencegahanya.
4.4.1 Stress kerja
Potensi bahaya pekerjaan dengan beban yang berat dengan dampak stress
kerja dimana terdapat di setiap tahapan pekerjaan pembuatan valve
chamber. Berikut merupakan hasil analisis FTA kualitas pekerjaaan buruk
dari dampak potensi bahaya pekerjaaan dengan beban yang berat dapat
dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2
62
Stress Kerja
Manajemen tidak
serius terhadap Sistem Manajemen tidak
Batasan aturan Batasan aturan Penggunaan tidak
perencanaan pekerjaan Life time produk serius terhadap
bandara bandara sesuai
paralel perencanaan
4 5 4
Komitmen Kurangnya
manajemen control Kurangnya
Pekerja kurang Batas usia Kualitas Komitmen
kurang manajemen Pekerja tidak control
mengetahui penggunaan produk tidak manajemen
pusat memperhatikan manajemen
penggunaan alat baik kurang
kondisi alat pusat
alat
2 3
6 7 8 9 2 3
63
Stress kerja
Proses penerimaan
Lokasi pekerjaan Tidak ada Training
Suhu Tinggi pekerja kurang
Luas untuk pekerja
optiamal
10 11 12 13 14 2
15
Kurangnya
Komitmen control
manajemen kurang
manajemen
pusat
12
2
64
Berdasarkan hasil fault tree analysis kualitas pekerjaan yang buruk ditemukan ada
14 basic cause, yaitu:
1. Jumlah manpower yang kurang
2. Komitmen Managemen kurang
3. Kurangnya Kontrol management Pusat
4. System pekerjaan pararel
5. Batasan waktu dari pihak bandara / shchedule pekerjaan
6. Pekerja kurang mengetahui penggunaan alat
7. Pekerja tidak memperhatikan kondisi alat
8. Batas usia penggunaan alat
9. Kualitas barang
10. Control proyek tidak baik
11. Lokasi pekerjaan terbagi menjadi dua bagian oleh sekat penghalang
12. Transportasi tidak seimbang dengan jumlah pekerja
13. Lokasi gersang dekat dengan pantai
14. Tidak ada awarding
65
No Root Cause Diskripsi Masalah
management projek
melaksanakan tanggung jawab,
terkadang terdapat beberapa
penyelewengan yang dilakukan
dan tidak terdeteksi karenanya
kurangnya management pusat
dalam mengkontrol.
Dalam pekerjaanpembuatan
Valve chamber memiliki system
kerja yang bekerja berdasarkan
4 Sistem kerja paralel penyelesaian pekerjaan dari
bagianlain bahwa pembuatan
Valve chamber dapat berjalan
setelah pekerjaan ing selesai.
Pekerjaan kali ini dikerjakan
Pekerja kurang mengetahui penggunaan alat Man power tidak semua diisi
6 oleh pekerja yang
berpengalaman .
Dalam melakukan pekerjaan
Pekerja tidak memperhatikan kondisi alat sering sekali dalam penggunaan
7
alat langsung digunakan tanpa
dicek dulu kondisi alat.
Terdapat beberapa alat yang
Batas usia penggunaan alat
sudah sampai life time mau
8
habistetapi masih dipakai dan
dioprasikan.
Perkara finensial dan
management membuat
9. Kualitas barang pengguanaan barang atau alat
kerja diberikan kualitas barang
yang kurang baik.
66
No Root Cause Diskripsi Masalah
Peran management pusat dalam
suatu projek sangatlah
menentukan keseriusan
management projek
melaksanakan tanggung jawab,
10 Control proyek tidak baik terkadang terdapat beberapa
penyelewengan yang dilakukan
dan tidak terdeteksi
karenanyakurangnya
management pusat dalam
mengkontrol.
Lokasi pekerjaan terbagi antara
Lokasi pekerjaan terbagi menjadi dua bagian oleh area dalam bandara dan luar
11 sekat penghalang bandaradimana office terletak
diluar bandara
Transportasi tidak seimbang dengan jumlah pekerja Dalam pekerjaan hanya terdapat
12
elf saja dan satu mobil.
Lokasi projek yang dekat
13 Lokasi gersang dekat dengan pantai dengan pantai membuat cuaca
sedikit lebih panas
67
Kebakaran Genset
Pekerjaan Peralatan
Peralatan Enviroment
Enviroment pekerja
pekerja
Durasi dan kapasitas
Suhu lingkungan Pengoprasian genset
yang melebi beban Genset Over Heat
panas kurang tepat
genset
12 1
1 5 6 8
13 1
Man Power Planing Kerja tidak Intensitas pekerjaan
Kurang tepat sasaran tinggi
Komitmen Sistem
Batasan aturan Batasan aturan
manajemen pekerjaan
bandara bandara
kurang paralel
3 4 7 4
68
Dari hasil fault tree analysis kebakaran Gen set ditemukan ada 9 root cause, yaitu:
1. Tidak ada prosedur penggunaan genset
2. Man Power kurang
3. Komitmen manajemen kurang
4. Batasan aturan bandara
5. Oprasi mesin terlalu lama
6. water cooling genset habis
7. sistem kerja paralel
8. lokasi gersang dekat pantai
9. Tidak ada training penggunaan genset
69
internasional yang sudah
beroprasi. Bahwa dalam hal
pekerjaan sering mendapati
persoalan terkait aturan
oprasi bandara itu sendiri
5 Oprasi mesin terlalu lama Pekerjaan yang terus
menerus dan jumlah gen set
yang terbatas membuat gen
set terus beroprasi
6 water cooling genset habis Pekerjaan yang
berkelanjutan membuat
penggunaan gen set terus
digunakan dan pekerja lupa
untuk mengisi kembali
water cooling
7 Sistem kerja paralel Dalam pekerjaanpembuatan
Valve chamber memiliki
system kerja yang bekerja
berdasarkan penyelesaian
pekerjaan dari bagianlain
bahwa pembuatan Valve
chamber dapat berjalan
setelah pekerjaan ing
selesai.
8 Lokasi gersang dekat pantai Lokasi projek yang dekat
dengan pantai membuat
cuaca sedikit lebih panas
9 Tidak ada training penggunaan genset semua rang harus dapat
mengoprasikan genset akan
tetapi tidak semua bisa
mengoprasikanya
70
4.4.3 Terpotong Gerinda
Potensi bahaya pekerjaan dengan menggunakan peralatan gerinda dengan
dampak terpotong gerinda dimana terdapat setiap tahapan pekerjaann
pembuatan Valve chamber. Berikut merupakan hasil analisis FTA
Terpotong gerinda dari dampak potensi bahaya menggunakan peralatan
gerinda. Hasil analisis FTA Kebakaran genset dapat dilihat pada gambar
4.4 Analisis FTA Terpotong Gerinda.
71
Terpotong Bor dan
Grenda
4
5
Tidak ada lokasi
Komitemen Mata grenda Maintance
khusus fabrikasi Baut bawah
Lokasi bandara manajemen pecah tidak
di valve chamber APD tidak tesedia grenda tidak Switch rusak
terbatas kurang terjadwalkan
rapat
3 7
10 11 Tidak ada Tidak ada
1 Training terkait prosedur
penggunaan pengguanaan
Grenda grenda
Perencanaan
manajemen Manajemen
Anggaran Peralatan rusak Mata grenda
kurang tidak serius Putaran terlalu
terbatas sudah sering 14 5
terhadap lambat
digunakan
keselamatan
2
3
12 13
Komitemen
Anggaran
manajemen
terbatas
kurang
Penggunaan tidak
2 3 Life time produk
sesuai
5 6 8 9
72
Dari hasil fault tree analysis terpotong gerinda ditemukan ada 12 root cause,
yaitu:
73
No Root Cause Diskripsi Masalah
Tidak semua pekerja tau
bagaimana mengoprasikan
3 Tidak ada prosedur gerinda
dan penanganan terhadap
gerinda
semua rang harus dapat
mengoprasikan gerinda akan
4 Tidak ada training penggunaan gerinda
tetapi tidak semua bisa
mengoprasikanya
Dalam melakukan pekerjaan
sering sekali dalam
5 Pekerja tidak memperhatikan kondisi alat penggunaan alat langsung
digunakan tanpa dicek dulu
kondisi alat.
Persoalan yang sering terjadi
adalah ketika mengganti
6 Baut bawah gerinda lepas
mata gerinda pekerja lupa
untu mengencangkan baut .
Terdapat beberapa alat yang
sudah sampai life time mau
7 Batas usia penggunaan alat
habistetapi masih dipakai
dan dioprasikan.
Perkara finensial dan
management membuat
8 Kualitas barang pengguanaan barang atau
alat kerja diberikan kualitas
barang yang kurang baik.
Terdepat beberapa peralatan
gerinda memiliki tombol
switch power yang tidak
9 Switch rusak
berfungsi sehingga langsung
dijadikansatu jalur ke power
utama genset
Karena terdapat beberapa
peralatan yang sudah rusak
10 Maintance tidak terjadwalkan
atau akan rusak tetapi masih
dipakai tidak ada maintance
74
dari pihak management
Salah satu faktor terpotong
ata terkena gerinda adalah
ketika memotong sesuatu
11 Putaran terlalu lamban
yang keras tetapi putaran
yang diberikan terlalu
lambat
Selain putaran tajam dan
kuatnya mata gerinda
12 Mata gerinda sudah tidak layak
mempengaruhi proses
pemotongan
75
Galian Valve
chamber Longsor
Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya
4 5 6 7
Tidak terdapat
standar atau Komitemen
kualifikasi manajemen
terhadap kurang
kontrak 9 10
76
Galian Valve
chamber Longsor
Pekerjaan
Kondisi tanah yang Pekerja bekerja
mempengaruhi Shoring tidak kuat muda bergerak seenaknya
volume tanah
Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya
Pekerjaan yang
Bekerja dipinggir
berpotensi
Tanah pasir galian Tidak safety
menggerakan tanah
sign
17
12
13 14 15 16
77
Dari hasil fault tree analysis galian Valve chamber longsor
ditemukan ada 16 root cause, yaitu :
1. Tidak ada hard baricade
2. Material tidak terpakai menumpuk
3. Akses menurunkan material terbatas
4. tidak ada safety sign
5. tidak menutup segera jalur keluaran sisa proses boring
6. tidak membuat area yang boleh dilewati
7. tidak ada pengawasan
8. dana terbatas
9. kontrak tidak memiliki standart yang cukup
10.komitmen manajemen kurang
11. Proses Qc tidak tepat
12. tanah pasir
13. pekerjaan yang continu
14. Pekerjaan penggalian continu
15. akses lebih dekat
16. tidak diberi induction
78
mengci ditambah lagi pagar
didalambandara yang
dibatasi
4 Tidak ada safety sign Galian dekat lalu lalang
pekerjaan tidak memiliki
tanda atau peringatan.
5 Tidak menutup segera jalur keluaran sisa proses Proses lubang yang tidak
boring segera dimasuki pipa cover
akan membuat akses pasir
terus berkurang
6 Tidak membuat area yang boleh dilewati Setiap lokasi dalam lokasi
kerja dapat dilewati
seenaknya padahal
dibeberapa lokasi terdapat
hight risk hazard
7 Tidak ada pengawasan Luasnya pekerjaan atau
terbaginya pekerjaaan
membuat minim
pengawasan
8 Dana terbatas Pengeluaran tidak
berimbang dengan
perencanaan pemasukan
9 Kontrak tidak memiliki standart yang cukup Kontrak diisi dengan subcon
yang tidak memiliki
komitmen serius terhadap
aspek safety
10 Komitmen manajemen kurang Dalam menerapkan suatu
kebijakan harus
dilaksanakan oleh semua
bagian perusahaan dengan
serius dalam beberapa hal
sering kali management
kurang menerapkan
komitmenya terkait perkara
safety.
11 Proses Qc tidak tepat Ketepatan pemasangan
dipengaruhi oleh assessment
79
dari QC. Masih terdapat
pekerjaaan yang tidak sesuai
kualitas tetapi boleh
dilanjutkan
12 Tanah pasir Kualitas tanah pasir yang
mudah bergerak.
13 Pekerjaan yang continu Pekerjaan yang berjalan
secara terus menerus
membuat pergerakan tanah
semakin sering
14 Pekerjaan penggalian continu Pekerjaan yang berjalan
secara terus menerus
membuat pergerakan tanah
semakin sering
15 Akses lebih dekat Seseorang cenderung
memilih kses terdekatnya
dari pada akses yang
cenderung sulit
16 Tidak diberi induction Pekerja tidak mengetahui
mana potensi potensi hazard
yang tinggi dan
preventivenya.
80
Keracunan Gas
berbahaya dalam
Galian
Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya
10 7
4 5 6 5 7
1
8 9
2 3
81
Keracunan Gas
berbahaya dalam
Galian
Tidak menerapkan Gas Detektor Rusak Pekerjaan dibawah Pekerja tidak bekerja
safety confined Pekerja tidak terlatih
tanah dengan baik
space
Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya
Penggunaan
Tidak ada Lokasi kerja
Tidak memiliki gas diatas
pengukuran dibawah
prosedur permukaan
sebelum permukaan Tidak ada Tidak memiliki
confined space ( Genset
pekerjaan tanah traning prosedur
pengelasan )
Confined space confined space
11 3 12 13
14 3
Tidak ada
pemeriksaan Supervisi tidak
pekerjaan mengerti
sebelum kondisi pekerja
bekerja
11 15
82
Dari hasil fault tree analysis gas berbahaya dalam galian ditemukan ada 15 root
cause, yaitu :
1. Tidakterdapat gas detektor
2. Tidak ada training
3. Tidak ada prosedur Gas detektor
4. Tidak tersedia blower
5. Safety patrol kurang
6. Man power kurang
7. lifetime
8. Danaterbatas
9. Scadule pekerjaan padat
10. sensor rusak
11. Tidak ada pengukuran sebelum pekerjaan
12. lokasi dibawah permukaan tanah
13. Penggunaan Gas lain diatas galian
14. Tidak ada training confined space
15. supervisi kurang memahami pekerjaan
83
bagaimana
mengoprisakanya
4. Tidak tersedia blower Selain melaukan pengukuran
gas perlu adanya pengaturan
sirkulasi terhadap galian
yang dibuat bekerja baik
sebelum bekerja dan saat
pekerjaan berlangsung
5. Safety patrol kurang Bahawa setiap waktu dalam
bekerja harus di cek dan
dipastikan apakah system
yang kita buat berjalan atau
tidak
6. Man power kurang Dalam bekerja didalam
galian diwajibkan untuk
sesorang berada diatas
galian untuk mengatisipasi
dan melakukan pengawasan
terhadap orang yang bekerja
didalam galian.
7. Lifetime Terdapat beberapa alat yang
sudah sampai life time mau
habistetapi masih dipakai
dan dioprasikan.
8. Dana terbatas Pengeluaran tidak
berimbang dengan
perencanaan pemasukan
9. Scadule pekerjaan padat Terbatasnya alat dan
pekerjaan yang padat dan
bersistem parallel membuat
waktu untuk running
pekerjaansemakin
panjangdan waktu untuk
maintance alat yang
membutuhkan waktu
berhari-hari tidak bisa
diberikan.
84
10. sensor rusak Kegagalan dapat terjadi
walaupunsudah melakukan
pengukuran yaitu ketikagas
detector yang kita pakai
untuk mengukur ternyata
sensornya rusak.
11. Tidak ada pengukuran sebelum pekerjaan Sering sekali pekerja
langsung masuk digalian
tanpa dipastikan kondisi
kandungan gas dari sebuah
galian sudah aman atau
tidak.
12. lokasi dibawah permukaan tanah Lokasi pekerjaan dibawah
galian membuat potensi gas
diatas permukaan turun
didalam galian
13. Penggunaan Gas lain diatas galian Bahwa pekerjaan bersifat
parallel dimana
ketikaterdapat seseorang
bekerja didalam galiandiatas
masih ada penggunaan gas
untuk proses pengelasan.
14. Tidak ada training confined space Semua pekerjabekerja dalam
area confined space tetapi
tidak ada upayatraining
terkait itu.
15. supervisi kurang memahami pekerjaan Supervise tidak memahami
bahaya bahaya apa saja yang
berpotensi terjadi.
85
4.4.6 Struktur Scaffolding Runtuh
86
Struktur Scaffolding
runtuh
Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman
Halaman
Halaman selanjutnya
selanjutnya Halaman selanjutnya
selanjutnya
Tidak memasang
Pemasangan pipa
Pemasangan clamp Jack base
Scafolding > 1.5
tidak kuat
Meter
A A A A A
1 1 2 1 2 1
Pekerjaan
Tidak ada pemasangan kurang Perencanaan Pengawasan
Inspector optimal Dana terbatas Pekerja lelah
salah kurang
Scaffolding
2 5 6 7 8
Owner tidak
Inspector
menjalankan
scafolder tidak
QC dengan
berkompeten
baik
3 4
87
Struktur Scaffolding
Runtuh
Halaman
Halaman sebelumnya
sebelumnya
Penyimpanan Penyimpanan
Tidak terdapat Tidak terdapat
material material Pekerja tidak handal
inspeksi peralatan inspeksi peralatan Karakteristik Permukaan Target kerja
sembarangan sembarangan tanah pasir tidak rata tinggi
A A
1 1 22
19
18
16 17 20 21
9 11 12 13
Biaya
pembelian rak Material terdiri
Penjadwalan pipa dari beberapa
Dana terbatas tidak scaffolding jenis
terlaksana besar
14
6 10 15
88
Dari hasil fault tree analysis struktur scaffolding runtuh ditemukan ada 21
root cause, yaitu :
1. Intensitas pekerjaantinggi
2. Tidak adainspector scaffolding
3. QC tidak optimal
4. Inspector scaffolding tidak kompeten
5. perencanaan salah
6. dana terbatas
7. pekerja lelah
8. pengawasan kurang
9.Tidak terdapat workshop material
10. penjadwalan pengecatan tidak terlaksana
11. kebijakan tidak terlaksana
12. Manajemen tidak mengadakan program
13. biaya pembelian rak pipa scaffolding besar
14. klasifikasi bahan material
15. pekerjaan menggunakan air
16. pembuangan air didalam galian tidak terencana
17. karakterisitik pasir
18. permukaan tidakrata
19. Requitment pekerja kurang mampu menyaring
20.tidak ditrainingkan
21.target kerja tinggi
89
chamber.
2. Tidak ada inspector scaffolding Pembuatan scaffolding
hanya dilakukan oleh teknisi
scaffolding tanpadilakukan
inspeksi.
3. QC tidak optimal Dari pihak manajementidak
memastikan kapasitas
scaffoldingapakah sesuai
rencana atau tidak.
4. Inspector scaffolding tidak kompeten Terdapat inspector
scaffolding tetapi dalam hal
menginspeksi suatu
scaffolding masih terdapat
beberapa bagian yang tidak
tercover.
5. perencanaan salah Material scaffolding tidak
sesuai dengan kebutuhan
dilapangan.
6. dana terbatas Pengeluaran tidak
berimbang dengan
perencanaan pemasukan
7. pekerja lelah Intesitas pekerjaan tinggi
membuat tenaga yang
dikeluarkaun cukup besar
sehingga pekerja akan
sangat lelah.
8. pengawasan kurang Luasnya pekerjaan atau
terbaginya pekerjaaan
membuat minim
pengawasan
9. Tidak terdapat workshop material Material scaffolding perlu
diletakanditempat yang
terhindar dengan air
sehinggamembutuhkan
workshop material.
10. penjadwalan pengecatan tidak terlaksana Untuk menghindari
kerusakan pada material
90
scaffolding diperlukan
pengecatan terhadap
material scaffolding.
11. kebijakan tidak terlaksana Bahwa dalam beberapa
bulan tidak ada inspeksi
peralatan.
12. Manajemen tidak mengadakan program Bahwa management
kekurangan dalam
menganalisis dan melakukan
apa yang dibutuhkan guna
membuat pekerjaan lebih
baik.
13. biaya pembelian rak pipa scaffolding Bahwa anggaran yang sudah
dianggarkan untuk proyek
besar
sudah ditetapkan untuk
perencanaan lain
14. klasifikasi bahan material Bahwa material yang
digunakan untuk berbeda
beda.
15. pekerjaan menggunakan air Air dapat membuat pondasi
scaffolding bergerak.
16. pembuangan air didalam galian tidak Akumulasi air didalam
galian membuat korosi dan
terencana
ikatan ketanah scaffolding
tidak kuat.
17. karakterisitik pasir Tanah pasir adalah tanah
yang mudah bergerak
18. permukaan tidakrata Dalam penggunaan jack
base tidak bisa kuat optimal.
19. Requitment pekerja kurang mampu Dalam waktu requitment
management tidak benar
menyaring
benar serius tentang
kesehatanyaa.
20. tidak ditrainingkan Apabila tidak memeiliki
inspector scaffolding atau
teknisi scaffolder.
21. target kerja tinggi Dalam bekerja terdapat
91
target tinggi yang harus
diselesaikan dimaana
intensitas tinggi terjadi
karena system kerja parallel
pada pembuatan Valve
chamber.
92
9001 : 2015 terkait Sistem
Management Mutu
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait mutu
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Penyewaan kendaraan
proyek Rp. 58.500.000 Masa pakai 9 bulan
(Hilux doble cabin)
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Awarding Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terkait Pemberian awarding 3
Rp. 10.000.000
pencapaian target dan safe bulan sekali
manhour
Revisi prosedur pengadaan
untuk menyesuaikan dengan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
kualitas kebutuhan yang
digunakan
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000 Masa pakai 12 bulan
2. Benefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.17 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut adalah
Tabel 4.18 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat diterima
berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement.
93
3. Perhitungan Banefit Cost Analysis
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan nilai A atau
Anuitas dikarenakan hasil dari perhitungan benefit dan cost ini dapat
dipergunakan selama beberapa periode atau tahun dan biaya dapat
dikeluarkan secara dicicil/berkala. Dengan Rumus:
A = P (A/P,i,N)
P : Nilai Present (nilai sekarang)
A/P : Dapat dilihat pada lampiran
N : Periode (tahun, bulan) Nilai
i = 1.5%
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi
1.5 %. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari
kejadian stress kerja :
- Cost
Berikut merupakan contoh perhitungan cost dari kejadian stress
kerja :
Penunjukan konsultan untuk melakukan sertifikasi ISO 9001 :
2015 terkait Sistem Management Mutu
C = Rp 40.000.000 per sertifikasi
C A = P (A/P, i, N)
= 40.000.000 (A/P, 1.5%, 72)
= 40.000.000 (0,02356)
= Rp. 942.400
94
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan Rp. 0,- - - -
terkait mutu
Pembuatan jadwal maintenance
Rp. 0,- - - -
rutin
Penyewaan kendaraan proyek Rp. 20.989.800
Rp. 58.500.000 3 Rp. 175.500.000
(Hilux doble cabin)
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- - - -
perawatan alat
Awarding Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terkait
Rp. 10.000.000 4 Rp. 40.000.000 Rp. 13.736.000
pencapaian target dan safe
manhour
Revisi prosedur pengadaan
untuk menyesuaikan dengan
Rp. 0,- - - -
kualitas kebutuhan yang
digunakan
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000 4 Rp. 10.000.000 Rp. 917.000
Total Rp. 36.585.200
(Sumber: Penulis, 2021)
- Banefit
Berikut merupakan contoh perhitungan banefit dari kejadian stress
kerja :
Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0,0453)
= Rp. 741.183,46
95
Perbandingan Banefit Cost Analysis
Berdasarkan hasil perhitungan benefit dan cost dari kejadian stress kerja,
didapatkan nilai perbandingan yang dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut ini:
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi
beserta biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian kebakaran
genset, dapat dilihat pada tabel 4.22.
96
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- Masa pakai 12 bulan
Training penggunaan genset
Rp.500.000,- 12 bulan
dan emergency situation
Pengadaan APAR tipe ABC Rp. 570.000,- 24 bulan
Pengadaan Genset 25 KV Rp. 10.1578.750,- 12 bulan
(Sumber: Penulis, 2021)
2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.22 dapat memberikan
manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut adalah Tabel 4.23
yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat diterima berdasarkan hasil
brainstorming dengan expert judgement
97
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi 1.5
%. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian
genset kebakaran :
- Cost
Berikut merupakan contoh perhitungan cost dari kejadian kebakaran
Genset :
Pengadaan Genset 25 KV sejumlah 5 buah
C = Rp. 10.1578.750,-
C A = P (A/P, i, N)
= 10.157.875 x 4 (A/P, 1.5 %, 12)
= Rp. 50.789.375 (0.0917)
= Rp. 4.657.385,6875
- Banefit
Berikut merupakan contoh perhitungan banefit dari kejadian
kebakaran Genset :
98
tidak adanya kerusakan peralatan akibat kondisi peralatan
kurang sesuai
B = Rp. 30.000.000
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 30.000.000 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 30.000.000 (0.0453)
= Rp. 1.359.000
99
4.5.3 Benefit Cost Analysis Terpotong gerinda.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost untuk
menentukan analisis kelayakan rekomendasi terpotong gerinda.
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi beserta
biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian terpotong gerinda,
dapat dilihat pada tabel 4.27.
2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.27 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
adalah Tabel 4.28 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat
diterima berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement
100
Tabel 4.28 Banefit terpotong gerinda
Kondisi Benefit Keterangan
Tidak adanya progress Biaya yang timbul akibat
pekerjaan yang terhambat Rp.16.361.666 pekerjaan terhenti selama
satu hari.
Tidak adanya Jaminan
Biaya yang timbul akibat
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 temuan besar / mayor
dapat bekerja selama 6
dalam pekerjaan
bulan
Tidak adanya jaminan Biaya sesuai peraturan
Rp. 42.000.000
kematian perundang undangan
101
Tabel 4.29 Anuitas Cost terpotong gerinda
Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Pembuatan prosedur penggunaan
Rp. 0,- - - -
gerinda
Mengadakan audit eksternal ISO
Rp. 40.000.000 1 Rp. 40.000.000 Rp. 1.796.000,-
45001
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- - - -
terkait hazard menggunakan
gerinda
Pembuatan jadwal maintenance
Rp. 0,- - - -
rutin
Pembuatan jadwal safety patrol
Rp. 0,- - - -
di area kerja
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- - - -
perawatan alat
Pembuatan gudang Rp. 461.250 ,- 1 Rp. 461.250 Rp. 16.697,25
Training Petugas P3K Rp.4. 500.000,- 5 Rp.22.500.000,- Rp. 228.600,-
Pengadaan Gerinda Rp. 1.412.430,- 1 Rp. 1.412.430,- Rp 63.983,079,-
Total Rp. 2105280
- Banefit
Berikut merupakan perhitungan banefit dari kejadian terpotong gerinda :
Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 60 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 60)
= Rp. 16.361.666 (0.0254)
= Rp. 415.586,31
102
Tidak adanya jaminan
Rp. 42.000.000 Rp. 1.066.800
kematian
Total Rp. 2.396.786
103
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
terkait hazard menggunakan
genset
Pembuatan jadwal
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
maintenance rutin
Pembuatan jadwal safety
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
patrol di area kerja
Pembuatan checklist data
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
harian perawatan alat
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- Masa pakai 12 bulan
Melakukan inductionterhadap
Rp. 0,- Tidak memerlukan biaya
pekerja baru
2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.32 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
adalah Tabel 4.33 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat diterima
berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement
104
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi 1.5
%. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian galian
longsor:
- Cost
Berikut merupakan perhitungan cost dari kejadian galian longsor :
Pembuatan Hard Baricade
C = Rp. 6.375.000,-
C A = P (A/P, i, N)
= 6.375.000 (A/P, 1.5%, 27)
= 6.375.000 (0.0453)
= Rp 288.787,5
Tabel 4.34 Anuitas Cost galian longsor
Rekomendasi Harga Jumlah Total Nilai A
Pembuatan Hard baricade Rp. 6.375.000,- - Rp. 6.375.000,- Rp 288.787,5
Pemakaian Soft baricade Rp. 55.000 1 Rp. 55.000 Rp 8775,-
Mengadakan audit eksternal ISO
Rp. 40.000.000 - Rp. 40.000.000 Rp. 1.796.000,-
45001
Peminjaman Tranportasi
Rp.8.000.000,- - Rp.8.000.000,- Rp 362.400,-
L-300
Safety Sign Rp. 50.000,- 36 - -
Melakukan safety briefing /
TBM untuk menyampaikan
Rp. 0,- - - -
terkait hazard menggunakan
genset
Pembuatan jadwal maintenance -
Rp. 0,- - -
rutin
Pembuatan jadwal safety patrol
Rp. 0,- - -
di area kerja
Pembuatan checklist data harian
Rp. 0,- 1 - -
perawatan alat
Pembuatan selter pekerja Rp. 2.500.000,- 4 Rp.10.000.000 Rp. 917.000
Melakukan inductionterhadap
Rp. 0,- - -
pekerja baru
Total Rp. 3.372.962
105
- Banefit
Berikut merupakan perhitungan banefit dari kejadian kebakaran
Genset:
Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0.0453)
= Rp. 741.183,46
Tabel 4.35 Anuitas Benefit galian longsor
Kondisi Benefit Nilai A
Tidak adanya progress
Rp.16.361.666 Rp. 741.183,46,-
pekerjaan yang terhambat
Tidak adanya Jaminan
Kecelakaan kerja tidak
Rp. 36.000.000 Rp 1.630.800
dapat bekerja selama 6
bulan
Tidak adanya jaminan
Rp. 42.000.000 Rp. 1.902.600
kematian
Total Rp 4.274.583
106
4.5.5 Benefit Cost Analysis Keracunan Gas Berbahaya Dalam Galian.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost
untuk menentukan analisis kelayakan rekomendasi keracunan gas
berbahaya dalam galian.
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa pengendalian
untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi beserta biaya yang
dikeluarkan dari pengendalian keracunan gas berbahaya dalam galian.
dapat dilihat pada tabel 4.37
2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.37 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
107
adalah Tabel 4.38 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat
diterima berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement
Nilai i % didapatkan dari laporan inflasi 2021 nilai rupiah dari Bank
Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan dibulatkan menjadi
1.5 %. Berikut ini merupakan perhitungan cost dan benefit dari kejadian
keracunan gas berbahaya dalam galian:
108
- Cost
Berikut merupakan perhitungan cost dari kejadian keracunan
gas berbahaya dalam galian :
Maintanance Gas detektor
C = Rp 1.500.000 x 2 buah
C A = P (A/P, i, N)
= 1.500.000 x 2 (A/P, 1.5%, 12)
= 3.000.000 (0.0917)
= Rp. 275.000
109
- Banefit
Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0.0453)
= Rp. 741.183,46
110
4.5.6 Benefit Cost Analysis Struktur Scaffolding Runtuh.
Berikut ini Benefit, Cost, dan perbandingan Benefit serta Cost untuk
menentukan analisis kelayakan rekomendasi struktur scaffolding runtuh .
1. Cost
Berdasarkan hasil root cause FTA, dibutuhkan beberapa
pengendalian untuk mencegah terjadinya kegagalan. Rekomendasi
beserta biaya yang dikeluarkan dari pengendalian kejadian struktur
scaffolding runtuh, dapat dilihat pada Tabel 4.42
111
2. Banefit
Dari rekomendasi yang diusulkan pada Tabel 4.42 dapat
memberikan manfaat untuk mencegah terjadinya kegagalan. Berikut
adalah Tabel 4.43 yang menunjukkan beberapa benefit yang dapat
diterima berdasarkan hasil brainstorming dengan expert judgement
112
- Cost
Berikut merupakan perhitungan cost dari kejadian galian longsor :
Pelatihan Inspektor Scaffolding
C = Rp. 3.500.000,-
C A = P (A/P, i, N)
= 3.500.000 (A/P, 1.5%, 36)
= 3.500.000 (0.0362)
= Rp 126.700
113
- Banefit
Berikut merupakan perhitungan banefit dari kejadian kebakaran
Genset :
Progres pekerjaan terhambat
B = Rp. 16.361.666
N = 27 bulan (berdasarkan lifetime terpanjang yang didapat
dari rekomendasi pengendalian)
B A = P (A/P, i, N)
= Rp. 16.361.666 (A/P, 1.5%, 27)
= Rp. 16.361.666 (0.0453)
= Rp. 741.183,46
114
Tabel 4.46 Perbandingan Banefit dan Cost Struktur Scaffolding Runtuh
Benefit cost B/C
Rp 6.027.693 Rp. 4.136.614,5 1,4571
115
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
116
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan metode
HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control),
dari 3 tahapan pekerjaan slab, wall dan cover dari itu derdapat 15
kegiatan dimana tahapan pekerjaan pembuatan Valve chamber
didapatkan penilaian risiko pertama berdasarkan potensi bahaya dan
pengendalian yang sudah ada di perusahaan yaitu 2 potensi bahaya
dengan dampak yang memiliki tingkat risiko low, 137 potensi bahaya
dengan dampak yang memiliki tingkat risiko medium, 22 potensi
bahaya dengan dampak yang memiliki tingkat risiko high, dan 0
potensi bahaya dengan dampak yang memiliki tingkat risiko extreme.
Setelah itu dari 22 dampak High pada semua tahapan terdapat
beberapa potensi bahaya yang berulang sehingga potensi bahaya yang
sejenis diklompokan menjadi 6 potensi bahaya yang berbeda. 6
potensi bahaya dengan dampak yang memiliki tingkat risiko tingi.
2. Hasil identifikasi bahaya menggunakan FTA (Fault Tree Analysis)
dari 6 top event didapatkan beberapa penyebab dasar. Top stress kerja
memiliki 9 penyebab dasar, top event terpotong gerinda memiliki 12
penyebab dasar, top event galian Valve chamber longsor memiliki 16
penyebab dasar, top event keracunan gas berbahaya didalam galian
memiliki 15 penyebab dasar dan top event struktur scaffolding runtuh
memiliki 21 penyebab dasar.
3. Dari hasil perhitungan dengan metode benefit cost analysis
menghasilkan Pemberian kelayakan rekomendasi pada potensi bahaya
117
stress kerja mencapai 1,272, potensi bahaya kebakaran genset
mencapai 1,541, potensi bahaya terpotong gerinda 1,138, potensi
bahaya galian longsor 1,422, Potensi bahaya keracunangas berbahaya
dalamgalian 1,12 dan potensi bahaya struktur scaffolding runtuh
1,457. seluruh rekomendasi pengendalian untuk potensi bahaya 137
yang ada pada pekerjaan pembuatan Valve chamber layak untuk
diberikan kepada perusahaan dikarenakan seluruh rekomendasi
pengendalian memiliki rasio B/C > 1.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara
lain:
1. Pihak Perusahaan dapat mempertimbangkan rekomendasi yang telah
diberikan dan dimanfaatkan untuk melakukan pengendalian terhadap
risiko yang ada pada perusahaan.
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan perhitungan
benefit cost analysis lebih mendetail dengan mempertimbangkan lebih
banyak nilai manfaat dari berbagai aspek
118
DAFTAR PUSTAKA
A, Sri Nastiti. dan Dicky Wisnu UR. 2004. Statistika Bisnis. Malang: UMM
Press.
Glen David (2011) Job Safety Analysis Its Role Today. Chichago
119
OOECD-NEA, (1985). Expert Judgement for Human Reliability. Paris.
Committee on the Safety of Nuclear Installations OECD Nuclear
Energy Agency
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga
120
121