Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS TREN KEJADIAN STUNTING, GEMUK DAN OBESITAS PADA REMAJA DI

INDONESIA TAHUN 2005-2018

Pendahulan

Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah.
Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah minus
dua standar deviasi (<- 2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard. Pada tahun 2015
di dunia diperkirakan 156 juta anak (23% dari seluruh anak) mengalami stunting. Prevalensi
pendek secara nasional tahun 2010 sebesar 36,8%, tahun 2013 sebesar 35,6% dan tahun 2018
adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan. Prevalensi pendek sebesar 37,2% terdiri dari
18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek. Sebanyak 14 provinsi termasuk kategori berat, dan
sebanyak 15 provinsi termasuk kategori serius. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu
provinsi dengan kategori serius. Data hasil laporan Riskesdas tahun 2013 untuk tingkat nasional
menunjukkan balita sebesar 37,2% mengalami stunting.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting antara lain faktor yang bersumber dari
permasalahan tingkat keluarga, pelayanan kesehatan, adanya penyakit infeksi, dan asupan
makanan yang erat kaitannya dengan defi siensi zat gizi (WHO, 2013), serta tingkat kehadiran
posyandu (Welaasih dan Wirjatmadi, 2012).

Penyakit yang menjadi masalah di Indonesia pada saat ini yaitu penyakit tidak menular
baik di kalangan orang dewasa maupun di kalangan remaja. Obesitas adalah hasil dari asupan
energi yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dan dimediasi oleh faktor genetik, perilaku
dan lingkungan. Obesitas pada remaja akan meningkatkan risiko obesitas pada usia dewasa dan
hal ini juga akan mengarah terhadap peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan sindrom
metabolik (Janssen et al., 2004). Hasil penelitian yang dilakukan mendapatkan bahwa remaja
obesitas sebanyak 80,7% mengalami sindrom metabolik dan 19,3% mengalami pra sindrom
metabolik (Widyastuti et al., 2016).

Prevalensi kegemukan dan obesitas usia >18 tahun sebesar 13.5% dan 15.4%, sedangkan
pada remaja usia 16 – 18 tahun sebanyak 7.3% (5.7% gemuk dan 1.6% obesitas). Provinsi
dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4.2%) dan terendah Sulawesi Barat
(0.6%). Lima belas provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah,
Papua, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara dan DKI Jakarta. Berdasarkan survei, prevalensi ini meningkat dari 1.4% pada
tahun 2010 menjadi 7.3% pada tahun 2013. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi
obesitas lebih besar pada perempuan sebesar 32.9% dan pada laki-laki sebesar 19.7%. Selain itu,
Provinsi Banten menjadi salah satu provinsi dengan tingkat prevalensi kegemukan dan obesitas
tertinggi pada remaja di Indonesia.

METODE

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain penenlian cross sectional dan
menggunakan data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, 2013 dan 2018.
Prevalensi Stunting merupakan agregat dari data individu yaitu Z skore indeks TB/U balita
berdasarkan baku antropometri anak balita WHO 2005, sedangkan pravelensi gemuk dan
obesitas merupakan dari data individu yaitu Berat Badan (BB). Analisis data menggunakan
ukuran varians dan analisis bivariat menggunakan korelasi dan regresi linier sederhana dan
paired t test.

Anda mungkin juga menyukai