Anda di halaman 1dari 8

A.

DAMPAK PASAR MODAL TERHADAP MAKRO EKONOMI

Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat


terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di didang keuangan dan
perbankkan termasuk pasar modal. Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa
perdagangan efek dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka, dan sekaligus
memberikan konsribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian negara kita

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan go public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai
alternatif investasi bagi para investor selain alternatif lainnya yaitu menabung di bank,
membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Pasar modal bertindak sebagai penghubung
antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan
instrument keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham.
B. RESPON BANK INDONESIA TERHADAP SITUASI EKONOMI
C. PERBEDAAN RESPON EKONOMI ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN
KEBIJAKAN FISKAL

KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pengelolaan keuangan negara dengan mengatur


penerimaan (berupa pajak)dan pengeluaran pemerintah guna memengaruhi agregat.

Dalam menjalankan kebijakan ini, pemerintah menggunakan perpajakan dan pengeluaran


pemerintah sebagai instrumen kebijakannya.

Kebijakan fiskal mencakup penyediaan anggaran untuk membiaya penyelenggaraan


pemerintah negara, disamping alokasi anggaran untuk tujuan peningkatan dan
pertumbuhan, distribusi pendapatan dan subsidi dalam rangka peningkatan kesejahteraan
rakyat, serta stabilisasi ekonomi makro dalam cakupan yang lebih terbatas.

Kebijakan fiskal ini dapat dipergunakan untuk memengaruhi sektor-sektor perekonomian


tertentu. Oleh karenanya kebijakan fiskal memiliki peranan penting untuk untuk
menyeimbangkan pertumbuhan pendapatan antar sektor ekonomi, antar daerah atau antar
golongan pendapatan.

Jenis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal ekspansioner dapat digunakan ketika kondisi pertumbuhan ekonomi lagi
lesu atau rendah dan angka pengangguran tinggi. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara
meningkatkan pengeluaran atau belanja pemerintah dan atau juga menurunkan pajak.

Kebijakan fiskal kontraksioner dapat digunakan  untuk mengatasi kondisi inflasi yang sangat
tinggi. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara menurunkan pengeluaran belanja
pemerintah dan / atau  menaikkan pajak.

Tujuan Kebijakan Fiskal

1.mengontrol atau paling tidak memengaruhi permintaan total dalam perekonomian.


Dengan kata lain, pemerintah dapat menurunkan atau menaikkan pendapatan dan belanja
negara dengan tujuan untuk memengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional.

2.menstabilkan perekonomian melalui kegiatan pengontrolan tingkat bunga dan jumlah


uang yang beredar dalam masyarakat. Pemerintah dalam tujuan ini dibantu oleh Bank.

3. menghindarkan kondisi ekonomi terpuruknya negara atau yang tidak diinginkan pemerintah
seperti inflasi, meningkatnya pengangguran, defisitnya neraca pembayaran internasional dan contoh
lainnya.

4. mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian yang mendekati tingkat kesempatan


kerja penuh (full employment) dan juga mempertahankan tingkat harga barang dan jasa pada
tingkat yang sudah tercapai sekarang
Instrumen Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal memiliki instrumen utama yaitu pengeluaran dan pajak. Adapun variabel
yang dipengaruhi oleh Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah
diantaranya:

1. Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi


2. Distribusi pendapatan
3. Pola persebaran sumber daya

KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral (Bank Indonesia) dengan
tujuan mencapai dan memelihara kestabilan stabilitas nilai mata uang (rupiah) yang dilakukan antara
lain melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dan penetapan suku bunga.

Berarti berdasarkan penjelasan diatas, pelaku utama pelaksana kebijakan moneter adalah
bank sentral negara.

Pemerintah tetap dapat ikut campur dalam kebijakan tersebut, makanya dalam
pelaksanaannya kebijakan moneter terbagi menjadi 2 yaitu

1. Kebijakan moneter langsung, manakala pemerintah ikut campur dalam masalah


peredaran uang dan kredit perbankan.
2. Kebijakan moneter tidak langsung, pemerintah tidak ikut campur hanya dilakukan
oleh bank. Diantaranya adalah memengaruhi bank-bamk umum dalam masalah
pemberian kredit.

Jenis Kebijakan Moneter


Menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar adalah cara dari kebijakan moneter.
Pada umumnya kebijakan moneter dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Kebijakan Moneter Ekspansif (+), kebijakan yang bisa digunakan ketika angka
pengangguran tinggi dan perekonomian dalam keadaan lesu. Kebijakan ini dapat
dijalankan dengan cara menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif(-), kebijakan yang bisa digunakan manakala angka
inflasi sudah sangat tinggi. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara mengurangi
jumlah uang yang beredar.

Tujuan Kebijakan Moneter

Diantara tujuan dari kebijakan moneter adalah sebagaimana yang tercantum dalam UU no.
3 tahun 2004 pasal 7 yang isinya tujuan bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Instrumen Kebijakan Moneter

1. Pengaturan Tingkat Bunga dan Tingkat Diskonto


Ini merupakan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral untuk mengontrol jumlah
uang yang beredar dengan cara menaikkan tingkat bunga dan atau tingkat diskonto.
Tingkat diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan bank sentral terhadap bank umum
terhadap penjualan surat-surat berharga yang likuiditasnya tinggi.

2. Rasio Cadangan Wajib


Kebijakan yang mengatur besar kecilnya tingkat cadangan wajib minimal yang mana
ditujukan bagi perbankan/lembaga-lembaga keuangan bank yang ada dibawah pengawasan
bank sentral.

3. Operasi Pasar Terbuka


Kebijakan yang dilakukan dengan cara memperjual belikan surat berharga pemerintah dan
bank sentral contohnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tujuan mengendalikan uang
yang beredar. Apabila surat berharga dijual maka termasuk kebijakan kontraktif, sedangkan
jika membeli kembali maka melakukan kebijakan ekspansif.

 4. Himbauan Moral


Instrumen terakhir untuk mengendalikan uang yang beredar adalah himbauan moral.
Kebijakan moneter ini dijalankan dengan cara memberikan himbauan kepada seluruh
pelaku ekonomi di negara tersebut oleh bank sentral dan pemerintah.
Contohnya apabila ingin mengurangi jumlah uang yang beredar adalah himbauan bank
sentral kepada bank umum untuk senantiasa waspada dalam pemberian kredit.
Sedangkan apabila ingin menambah jumlah uang yang beredar Bank sentral atau
pemerintah menghimbau kepada bank umum untuk meminjamkan banyak uang kepada
bank sentral.

D.KEBIJAKAN ANGGARAN PEMERINTAH


1.Kebijakan Anggaran Berimbang
Kebijakan ini menghendaki terjadinya keseimbangan antara pendapatan negara dengan
pengeluaran negara. Kebijakan ini sebaiknya dilakukan pada kondisi ekonomi yang stabil, di
mana pengeluaran yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan. Kebijakan
anggaran berimbang umumnya dilakukan dengan pola pembiayaan yang berasal dari
pinjaman luar negeri (External Financing) pada saat terjadi defisit anggaran.

2. Kebijakan Anggaran Defisit.


Kebijakan ini menghendaki posisi pengeluaran negara lebih besar dari pada posisi
penerimaan negara dalam satu tahun anggaran. Karena pengeluaran lebih besar daripada
penerimaan maka negara mengalami defisit (kekurangan) anggaran. Untuk menutup
kekurangan ini maka pemerintah melakukan pinjaman luar negeri atau dengan mencetak
uang yang sebenarnya akan berakibat terjadinya inflasi (kenaikan harga). Pada dasarnya
kebijakan anggaran defisit dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penggunaan
pinjaman luar negeri yang optimal dengan asumsi tingkat korupsi rendah untuk menutup
kekurangan anggaran yang terjadi. Kebijakan ini dipakai Indonesia sampai pada akhir masa
transisi (1 April- Desember 2000). Mulai saat ini secara mendasar pemerintah sudah
berupaya mengurangi defisit anggaran yang terjadi, misalnya penghematan energi (listrik
dan BBM), pengurangan subsidi dan pengurangan ketergantungan pada utang luar negeri
melalui pengoptimalan sumber daya yang ada dan program gerakan cinta terhadap produk
dalam negeri.

3.Kebijakan Anggaran SurpluS


Pada anggaran surplus, belanja negara lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan negara
yang tersedia. Kebijakan ini digunakan untuk mengatasi kondisi perekonomian yang inflasif,
di mana nilai uang semakin merosot karena kenaikan harga secara umum. Dengan demikian,
pemerintah akan berusaha mengurangi pengeluaran sehingga lambat laun jumlah uang
yang beredar semakin kecil dan harga cenderung turun. Kalian tentu ingat bila turunnya
harga tidak terkontrol maka akan timbul gejala deflasi yakni turunnya harga secara umum,
hal ini kurang baik untuk perumbuhan ekonomi, maka pemerintah kembali mengatasinya
dengan kebijakan anggaran defisit.

4.Kebijakan Anggaran Dinamis


Kebijakan anggaran dinamis mengandung dua pengertian, sebagai berikut:

a. Dinamis ABsolut, adanya peningkatan jumlah tabungan pemerintah yang diharapkan


mampu untuk menggali sumber daya dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan.

b. Dinamis relatif, yaitu persentase ketergantungan pembiayaan perekonomian nasional


terhadap bantuan luar negeri/ utang luar negeri semakin kecil.
F. PERUSAHAAN: KEPUTUSAN INVESTASI DAN TENAGA KERJA
Keputusan investasi merupakan keputusan yang sangat berisiko. Oleh karna
itu perlu dilakukan analisis kelayakan dan investasi agar risiko kegagalan dan
kerugian dapat dminimalisasi sehingga keuntungan yang dihasilkan dapat optimal.

Investasi adalah suatu bentuk penanaman modal untuk


menghasilkan kekayaan, yang akan dapat memberikan keuntungan atau tingkat
pengembalian (return) yang baik pada masa sekarang atau di masa depan. Tujuan
dari penanaman modal/ investasi adalah untuk mendapatkan hasil dan memperoleh
nilai tambah.

Anda mungkin juga menyukai