Anda di halaman 1dari 144

ANALISIS FINANSIAL DAN NON FINANSIAL USAHA

TERNAK ITIK PETELUR PADA PETERNAKAN


RAKYAT DI KECAMATAN AIR BATU
KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Oleh :

CHRISTIKA SARAGIH
160306054

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS FINANSIAL DAN NON FINANSIAL USAHA
TERNAK ITIK PETELUR PADA PETERNAKAN
RAKYAT DI KECAMATAN AIR BATU
KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Oleh :

CHRISTIKA SARAGIH
160306054

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di


Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

pernyaatan dalam skripsi Analisis Finansial dan Non Finansial Usaha Ternak

Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten

Asahan adalah merupakan gagasan dari hasil penelitian saya sendiri dibawah

arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan

dalam skripsi ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar

pustaka dibagian akhir serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan

tinggi lain.

Medan, Januari 2021

Christika Saragih
NIM : 160306054

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

CHRISTIKA SARAGIH, 2021. “Analisis Finansial dan Non Finansial Usaha


Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan”. Dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan TATI VIDIANA SARI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan peternak dan
menganalisis usaha ternak itik petelur pada peternakan rakyat ditinjau dari aspek
finansial dan non finansial. Penelitian dilakukan di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan pada Juli-Agustus 2020. Penentuan sampel dengan Stratified
sampling yaitu membagi tiga skala usaha berdasarkan jumlah kepemilikan ternak
yaitu skala usaha kecil (150-340 ekor), skala usaha menengah (350-500 ekor) dan
skala usaha tertinggi (550-800 ekor) dengan jumlah responden per skala usaha
sebanyak 3 peternak. Analisis data dilakukan dengan menghitung pendapatan dan
kelayakan finansial dan melakukan analisis data yang ditinjau dari aspek non
finansial.
Hasil penelitian berdasarkan analisis finansial menunjukkan bahwa rataan
pendapatan per periode per skala usaha sebesar Rp. 32,792,167, - Rp.
112,390,667, - dan Rp. 207,431,867. Analisis finansial usaha ternak itik petelur
diperoleh nilai R/C >1, nilai BEP Produksi lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah produksi telur yang dihasilkan, BEP Harga lebih kecil dibandingkan
dengan harga jual telur per butir, nilai Net B/C dan Gross B/C >1, nilai NPV >0
atau bernilai positif, nilai IRR sebesar 26%, 27% dan 27% lebih besar dari tingkat
suku bunga 16,75% dan PP berturut 4,3,2 bulan berada sebelum umur proyek (5
tahun). Berdasarkan dari hasil analisis non finansial menunjukkan bahwa usaha
ternak itik di Kecamatan Air Batu pada aspek organisasi, aspek teknis, aspek
manajemen dan aspek pasar telah memenuhi kriteria dalam penilaian setiap
masing masing aspek. sedangkan aspek hukum pada usaha ternak itik di
Kecamatan Air Batu belum mendapatkan izin usaha dari pemerintah dikarenakan
skala kepemilikan belum mencapai dengan aturan yang berlaku yaitu 5000 ekor

Kata kunci: Finansial, non finansial, itik petelur, peternakan rakyat.

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

CHRISTIKA SARAGIH, 2021. "Financial and Non-Financial Analysis of


Laying Duck Farming in People's Farms in Air Batu Subdistrict, Asahan
Regency". Supervised by ISKANDAR SEMBIRING and TATI VIDIANA SARI.
This study aims to determine the income of breeders and to analyze the
business of laying ducks on smallholder farms in terms of financial and non-
financial aspects. The research was conducted in Air Batu Subdistrict, Asahan
Regency in July-August 2020. The samples were determined by stratified
sampling, namely dividing three business scales based on the number of livestock
ownership, namely small business scale (150-340 ducks), medium scale business
(350-500 ducks) and scale the highest business (550-800 ducks) with the number
of respondents per business scale of 3 breeders. Data analysis was performed by
calculating income and financial feasibility and analyzing data in terms of non-
financial aspects.
The results of the study based on financial analysis showed that the average
income per period per business scale was Rp. 32,792,167, - Rp. 112,390,667, -
and Rp. 207,431,867. The financial analysis of the laying duck business shows
that the value of R / C > 1, the value of BEP Production is smaller than the
amount of egg production, the BEP price is smaller than the selling price of eggs
per egg, the Net B / C value and Gross B / C> 1, the NPV value> 0 or positive,
the IRR value of 26%, 27% and 27% is greater than the interest rate of 16.75%
and the PP is 4,3,2 months before the project age (5 years). Based on the results
of the non-financial analysis, it shows that the duck farming business in Air Batu
District is based on organizational, technical, and management aspects and
market aspects have met the criteria in the assessment of each aspect. while the
legal aspects of duck farming in Air Batu Subdistrict have not received a business
license from the government because the ownership scale has not reached the
applicable rules, namely 5000 ducks.

Keywords: Financial, non-financial, laying ducks, smallholder livestock.

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Christika Saragih lahir di Kota Metro Provinsi Lampung pada tanggal 10

Oktober 1998, anak dari bapak Uni Surung Saragih dan ibu Yuliana Sianturi

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Bersekolah di SD Swasta Xaverius Kota Metro lulus pada tahun 2010,

SMP Negeri 1 Pekalongan lulus pada tahun 2013 dan SMA Negeri 5 Kota Metro

lulus pada tahun 2016 dan melanjutkan pendidikan di Program Studi Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016 melalui jalur

Mandiri.

Selama perkuliahan penulis aktif sebagai koordinator informasi dan

komunikasi Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) periode 2019/2020, anggota

informasi dan komunikasi Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP)

periode 2019/2020, anggota informasi dan komunikasi Ikatan Mahasiswa

Peternakan (IMAPET) periode 2018/2019, bendahara Pekan Olahraga Seni

Peternakan (Porsipet) tahun 2018.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) peternakan ayam

petelur di Peternakan Asiong Desa Kedai Ledang Kecamatan Kisaran Timur

Kabupaten Asahan pada Januari sampai Februari 2020. Melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Beting Kuala Kapias Tanjung Balai Kabupaten

Asahan pada tahun 2019. Melaksanakan penelitian di Kecamatan Air Batu,

Kabupaten Asahan pada bulan Juli sampai Agustus 2020.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Analisis Finansial dan Non Finansial Usaha Ternak

Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten

Asahan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.

Iskandar Sembiring, MM dan Tati Vidiana Sari, S.Pt., MP selaku komisi

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas

akademik di Program studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara serta semua rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat

dan pengorbanan meteril maupun moril yang telah diberikan selama ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
Batasan Operasional ....................................................................................... 4
Kerangka Penelitian ....................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Itik Petelur ........................................................................ 7
Bibit ........................................................................................................... 7
Karakteristik Itik........................................................................................ 7
Pengembangan Usaha Ternak Itik ................................................................. 9
Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Finansial ............................. 10
Aspek Ekonomi ......................................................................................... 10
Aspek Finansial ......................................................................................... 13
Analisis Usaha Peternakan ditinjau dari Aspek Non Finansial ...................... 18
Aspek Hukum ........................................................................................... 18
Aspek Organisasi ....................................................................................... 18
Aspek Teknis ............................................................................................ 19
Aspek Manajemen .................................................................................... 20
Aspek Pemasaran ...................................................................................... 25

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 29
Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................. 29
Bahan ......................................................................................................... 29

v
Universitas Sumatera Utara
Alat ............................................................................................................ 29
Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel ................................................ 29
Jenis Sumber Data .......................................................................................... 30
Teknik Pengumpulan ..................................................................................... 30
Metode Analisis Data ..................................................................................... 30
Uji Asumsi Klasik Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan
Pendapatan Peternak.................................................................................. 30
Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................. 31
Analisis Usaha Ditinjau dari Aspek Finansial ........................................... 33
Analisis Usaha Ditinjau dari Aspek Non Finansial ................................... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Kecamatan Air Batu ......................................................... 41
Keadaan Penduduk ......................................................................................... 41
Karakteristik Responden ................................................................................ 42
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................... 43
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Beternak ............................. 44
Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak ........ 44
Analisis Pengaruh Pendapatan terhadap Karakteristik Responden ................ 45
Uji Asumsi Klasik .......................................................................................... 45
Uji Normalitas ........................................................................................... 45
Uji Heterokedasitas ................................................................................... 47
Uji Multikolinieritas .................................................................................. 48
Uji Koefisien Linier Berganda ....................................................................... 48
Uji Simultan (Uji F) .................................................................................. 48
Uji t ............................................................................................................ 49
Koefisien Determinasi ............................................................................... 50
Analisis Linier Berganda................................................................................ 50
Gambaran Umum Itik Petelur ........................................................................ 51
Bibit ........................................................................................................... 51
Karakteristik Itik........................................................................................ 51
Pengembangan Usaha Ternak Itik ............................................................. 52
Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Finansial ............................. 53
Aspek Ekonomi ......................................................................................... 53
Biaya Produksi ........................................................................................ 53
Biaya Tetap ............................................................................................. 53
Biaya Variabel ........................................................................................ 57
Biaya Total Produksi............................................................................... 62
Penerimaan .............................................................................................. 62
Pendapatan .............................................................................................. 64
Aspek Finansial ......................................................................................... 65
Return Cost Ratio .................................................................................... 66
Break Even Point .................................................................................... 66
Benefit Cost Ratio ................................................................................... 68
Net Present Value ................................................................................... 69
Internal Rate Return ............................................................................... 70
Payback Period ....................................................................................... 70
Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Non Finansial ..................... 71

vi
Universitas Sumatera Utara
Aspek Hukum ............................................................................................ 71
Aspek Organisasi ....................................................................................... 73
Aspek Teknis ............................................................................................. 75
Aspek Manajemen ..................................................................................... 77
Aspek Pemasaran ...................................................................................... 81

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .................................................................................................... 85
Saran .............................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87

LAMPIRAN ................................................................................................... 94

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No Hal.

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 6

2. Uji Normalitas Dengan Metode Garfik ................................................ 45

3. Uji Heterokedasitas Dengan Metode Statistik ...................................... 44

4. Kandang Sistem Litter Milik Pak Bandi............................................... 70

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Luas Wilayah dan Kepadatan


Penduduk per km2 Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Air Batu
tahun 2018 ............................................................................................... 35

2. Karakteristik Responden (%) .................................................................. 36

3. Uji Normalitas dengan metode statistik .................................................. 45

4. Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................................... 48

5. Hasil Uji F .............................................................................................. 49

6. Hasil Uji t .............................................................................................. 50

7. Hasil Uji Regresi (Koefisien Determinasi) ............................................ 50

8. Hasil Uji Regresi (Koefisien Regresi) .................................................... 51

9. Rata-Rata Biaya Tetap Usaha Ternak Itik Petelur (Rp/Periode) ............ 48

10. Rata-Rata Biaya Variabel Usaha Ternak Itik Petelur (Rp/Periode) . ...... 51

11. Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Ternak Itik Petelur(Rp/Periode) ........ 54

12. Rata-Rata Penerimaan Usaha Ternak Itik Petelur (Rp/Periode) ............. 55

13. Rata-Rata Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur (Rp/Periode) ............. 57

14. Rekapitulasi Finansial usaha Ternak Itik Petelur (Rp/Periode) .............. 58

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No Hal
1. Karakteristik Peternak Sampel Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan ................ 91
2. Biaya Penyusutan Kandang Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................... 92
3. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................... 93
4. Biaya PBB Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................. 94
5. Total Biaya Tetap per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan
Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............. 94
6. Biaya Ternak Awal Usaha Ternak Itik Petelur Peternakan Rakyat di
Kecamatan air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)............................... 95
7. Total Biaya Obat-obatan, Vitamin Dan Vaksin per Periode Usaha
Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................... 96
8. Total Biaya Transportasi per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................... 96
9. Total Biaya Pakan per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan
Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............. 97
11. Total Biaya Tenaga Kerja per Periode Usaha Ternak Itik Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................... 98
12. Total Biaya Variabel per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................. 101
11. Total Biaya Produksi per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan
Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ........... 100
12. Total Penerimaan Telur Itik per Periode Usaha Ternak Itik Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................. 101
13. Total Penerimaan Itik Afkir Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................. 102
14. Total Penerimaan per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan
Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ........... 103

x
Universitas Sumatera Utara
15. Total Pendapatan per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................. 104
16. Proyeksi Arus Kas Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Terendah
(150 – 340 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.
(Rp/tahun) ................................................................................................ 105
17. Proyeksi Arus Kas Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha
Menengah (350 - 500 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan. (Rp/tahun) .................................................................................. 106
18. Proyeksi Arus Kas Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Tertinggi
(550 - 800 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.
(Rp/tahun) ................................................................................................ 107
19. Revenue Cost Ratio (R/C) per Periode Peternak Usaha Ternak Itik
Pada Peternakan Rakyat Petelur di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan (Rp/Periode) ................................................................................ 108
20. Rata-rata BEP Harga (Rp) dan BEP Produksi (butir) per Periode
Peternak Pada Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 109
21. Gross BC dan Net B/C per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala
Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan AirBatu Kabupaten
Asahan (Rp/Periode) ................................................................................ 110
22. Gross BC dan Net B/C per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala
Usaha Menengah (350 - 500 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 110
23. Gross BC dan Net B/C per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala
Usaha Tertinggi (500 – 800 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan (Rp/Periode) ................................................................................ 114
24. Net Present Value (NPV) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 115
25. Net Present Value (NPV) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Menengah (350 500 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 112
26. Net Present Value (NPV) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Tertinggi (550 -800 ekor) di Kecamatan AirBatu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 113
27. Internal Rate Return (IRR) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 114
28. Internal Rate Return (IRR) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Menengah (350 – 500 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 115

xi
Universitas Sumatera Utara
29. Internal Rate Return (IRR) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Tertinggi (550 – 800 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode) ............................................................. 119
30. Payback period Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Terendah
(150 - 340 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)............................................................................................. 120
31. Payback period Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Menengah
(350 –500 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................. 120
32. Payback period Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Tertinggi
(550 –800 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode) ............................................................................................. 121
33. Data Analisis Regresi Linier Berganda ................................................... 121
34. Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 120
35. Hasil Uji Multikolinieritas ....................................................................... 123
36. Nilai Koefisien Determinasi .................................................................... 121
37. Hasil Uji F ............................................................................................... 120
38. Hasil Uji t................................................................................................. 121

xii
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Survei sosial ekonomi menyatakan bahwa kegiatan ternak itik merupakan

kegiatan sambilan untuk menambah penghasilan. Meskipun demikian, seiring

dengan perkembangan teknologi, bisnis itik sudah mengarah pada kegiatan bisnis

pokok. Sistem pemeliharaannya memang masih sangat sederhana namun dari telur

dan daging yang dihasilkan oleh itik peliharaannya para peternak di pedesaan

mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Itik telah menjadi salah satu pilihan

usaha penyedia telur dan daging sehingga dapat dijadikan ternak andalan.

Itik lokal merupakan salah satu sumberdaya genetik atau plasma nutfah

ternak unggas di Indonesia yang mempunyai keunggulan sebagai sumber protein

hewani yang penting yaitu penghasil telur dan daging serta warna bulu yang

spesifik. Produksi telur dan daging itik nasional menyumbang sebesar 14,64%

atau 2106,9 ribu ton dari kebutuhan telur nasional dan 1,88 % atau 43,2 ribu ton

dari kebutuhan daging unggas nasional (Ditjennak, 2017). Keunggulan lain dari

itik dibandingkan unggas lainnya adalah daya adaptasinya yang tinggi terhadap

lingkungan baru, sehingga mudah berkembang hampir di seluruh wilayah

Indonesia.

Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan

produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang

mengakibatkan harga telur mahal. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu

daerah penghasil telur dengan jumlah yang mencukupi permintaan di daerah itu

sendiri.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2019)

bahwa Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki

populasi itik yang banyak di Sumatera Utara yaitu sebanyak 2.909.469 ekor.

Diantara beberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan, Kecamatan Air

Batu memiliki populasi itik yang paling banyak yaitu sebanyak 98.896 ekor,

sedangkan untuk populasi telur di Kecamatan Air batu sebanyak 515,21 butir.

Hasil survei pendahuluan menunjukan bahwa populasi ternak itik di tahun

2020 hanya tinggal 8.469 ekor. Hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat

pengetahuan peternak tentang teknis budidaya itik, sehingga sebagian besar

ternaknya menjadi mati. Dengan melihat dari populasi yang ada saat ini maka

perlu dipertimbangkan apakah usaha tersebut masih layak atau tidak untuk

dijalankan di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

Usaha peternakan itik pada peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu

Kabupaten Asahan, sebagian besar dilakukan oleh rakyat dengan sistem

pemeliharaan intensif. Produktivitas usaha pada tingkat peternakan masih rendah

jika dibandingkan dengan usaha komersil baik dari segi manajemen usaha

maupun kualitas dan kuantitas produksi, sehingga perlu terus diupayakan secara

terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan agar tercipta suatu

pemeliharaan yang baik dan memperoleh hasil yang optimal serta produk yang

berkualitas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang

terkait tentang analisis usaha ternak itik pada peternakan rakyat di Kecamatan Air

Batu Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara


3

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat penerimaan dan pengeluaran peternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan?

2. Bagaimana analisis usaha itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air

Batu Kabupaten Asahan dilihat dari aspek finansial?

3. Bagaimana analisis usaha itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air

Batu Kabupaten Asahan dilihat dari aspek non finansial?

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat penerimaan dan pendapatan usaha ternakitik petelur pada

peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

2. Mengetahui analisis finansial usaha itik petelur pada peternakan rakyat di

Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

3. Mengetahui analisis non finansial usaha itik petelur pada peternakan rakyat di

Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemilik usaha peternakan rakyat itik petelur

mengenai kelayakan usaha didasarkan kepada aspek finansial dan non

finansial

2. Sebagai sumber tambahan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial ekonomi

pertanian dalam kajian peternakan rakyat itik petelur.

3. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain

dalam penelitian yang sejenis.

Universitas Sumatera Utara


4

Defenisi Operasional

1. Itik petelur merupakan hewan unggas yang dipelihara dengan tujuan utama

sebagai penghasil telur.

2. Biaya produksi adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang)

yang diperoleh.

3. Biaya tetap adalah biaya investasi yang tetap sama, terlepas dari volume yang

dihasilkan.

4. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan dengan tingkat produksi atau

penjualan dan biaya ini akan ikut berubah sejalan dengan perubahan dalam

output

5. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total usaha dengan pengeluaran

untuk menganalisis pendapatan dan diperlukan dua hal, yaitu keadaan

pengeluaran dan penerimaan.

6. Penerimaan adalah nilai atau hasil dari penjualan produk-produk yang

dihasilkan dari suatu usaha.

7. Analisis usaha merupakan sebuah analisa yang berupa kegiatan melakukan

perencanaan, meriset, memprediksi, mengevaluasi kegiatan usaha atau bisnis.

8. R/C ratio adalah jumlah yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif

yang akan didapatkan dalam sebuah usaha.

9. Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara semua nilai benefit

terhadap pengeluaran atau biaya.

10. Break Even Point adalah sebuah kondisi dimana jumlah pengeluaran yang

diperlukan untuk biaya produksi tidak boleh kurang dengan jumlah

pendapatan yang diterima dari hasil penjualan

Universitas Sumatera Utara


5

11. Net Present Value merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas

yang masuk dan nilai sekarang dari arus kas yang keluar.

12. Internal Rate Return merupakan suku bunga yang akan menyamakan atau

lebih besar dari jumlah nilai sekarang yang diterima dengan jumlah nnilai

sekarang dari pengeluaran untuk investasi (%)

13. Payback Period merupakan pengembalian suatu modal investasi yang sudah

diberikan melalui keuntungan dalam kisaran waktu tertentu.

14. Aspek finansial merupakan perkiraan dalam hal pendanaan aliran kas,

sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan

15. Aspek non finansial terdiri dari aspek hukum, aspek organisasi, aspek teknis,

aspek manajemen dan aspek pasar.

Universitas Sumatera Utara


6

Kerangka Pemikiran

Survei Pendahuluan di
Kecamatan Air Batu

Membuat Analisis Usaha


Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat Di
Kecamatan Air batu

Pengumpulan Data

Analisis Usaha Ternak


Itik Pada Peternakan Rakyat

Aspek Finansial Aspek Non Finansial

Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek


Ekonomi Finansial Hukum Organisasi Teknis Manajemen Pemasaran

Kesimpulan

Saran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Itik Petelur

1. Bibit

Bibit itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan bibit unggul yang

telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.

Umumnya itik betina yang produktif memiliki perut yang tidak menyentuh tanah

atau sejajar, serta memiliki tulang pelvis yang berukuran besar (Murtidjo, 2002).

Menurut Suharno dan Amri (2011), perusahaan pembibitan ternak itik

belum sebesar ayam ras. Bahkan biasanya peternak sendiri yang melakukan

pembibitan. Lebih lanjut dikatakan bahwa beberapa cara memperoleh bibit yang

lebih baik adalah : (1) membeli telur tetas, (2) memelihara ternak itik, dan (3)

membeli DOD.

2. Karakteristik Itik

Karakteristik antar jenis itik hampir sama dan menyebabkan diperlukannya

cara untuk membedakan jenis itik tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah mengenditifikasi sifat-sifat kuantitatif itik. Sifat kuantitatif adalah sifat

yang dapat diukur, dimana sifat ini dikendalikan oleh banyak pasang gen dan

dipengaruhi oleh lingkungan (Hardjosubroto,1994). Secara kuantitatif,

penampilan seekor ternak sangat ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan tubuh

secara total untuk berproduksi.

Itik lokal (Anas domesticus) yang sering dipelihara oleh masyarakat saat

ini awalnya adalah itik liar yang telah mengalami proses domestikasi dengan

menangkap itik liar dan mengurungnya hingga menjadi jinak atau dengan cara

7
Universitas Sumatera Utara
8

mengambil telur itik liar dan dieramkan dengan ayam sehingga itk yang menetas

menjadi jinak (Suharno dan Amri, 2011).

Itik lokal memiliki ciri ciri fisik : postur tubuh tegak lurus, warna bulu

umumnya coklat tua dengan beberapa variasi warna tertentu, warna paruh dan

kaki pada umumnya hitam dan kerabang telur berwarna kebiru-biruan

(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2001). Suharno dan Amri (2011) menambahkan

bahwa sifat spesifik lain dari itik adalah kakinya relatif pendek dibandingkan

tubuhnya, antara jari yang satu dengan jari yang lain dihubungkan oleh selaput

renang, serta bulu-bulunya tebal dan berminyak sehingga dapat menghalangi air

masuk ke tubuhnya ketika berada dalam air.

Berbagai jenis itik lokal telah dikenal di Indonesia, dengan penyebaran

yang cukup luas diberbagai provinsi. Itik asli indonesia yang terkenal diantaranya

Tegal. Dibandingkan dengan bangsa bangsa lain, Itik Tegal atau Indian Runer

mempunyai kapasitas produksi telur yang cukup tinggi, yaitu sebesar 140-20 butir

per tahun. Bobot badan dewasa itik ini pada jantan mencapai 2,043 kilogram,

sedangkan pada betina mencapai 1,816 kilogram (Samosir, 1983).

Itik Tegal merupakan salah satu jenis unggas air yang berpotensi menjadi

penghasil telur. Telur itik Tegal mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi

karena sumber protein hewani disamping daging, susu dan ikan. Semakin

berkembangnya zaman, sistem pemeliharaan yang diterapkan oleh peternak yaitu

sistem pemeliharaan semi intensif dan intensif. Sistem pemeliharaan itik akan

menentukan kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan. Sistem

pemeliharaan semi intensif yaitu itik dikandangkan pada waktu tertentu biasanya

pada sore hari sampai pagi kemudian digembalakan untuk memenuhi

Universitas Sumatera Utara


9

kebutuhannya tanpa diatur oleh peternak. Sistem pemeliharaan intensif yaitu itik

yang sistem pemeliharaannya di dalam kandang dengan berbagai aktivitasnya

semua kebutuhan dipenuhi oleh peternak (Gumelar dan Rahmat, 2008)

Itik Tegal mempunyai ciri-ciri fisik sama dengan itik Indian Runner yang

produksi telurnya tinggi. Ciri-ciri fisik itik Tegal antara lain kepala kecil, leher

langsing, panjang dan bulat, sayap menempel erat pada badan dan ujung bulunya

menutup diatas ekor. Bentuk badan tersebut merupakan ciri – ciri itik Indian

Runner yang dicirikan juga kalau berdiri hampir tegak lurus, tubuh langsing bulat

seperti botol (Subiharta. et al, 2013).

Itik Tegal banyak dibudidayakan di seluruh daerah yang beriklim tropis,

tetapi mereka banyak ditemukan pula di daerah-daerah dengan curah hujan yang

tinggi, di daerah-daerah aliran sungai, dan di daerah-daerah pantai. Itik Tegal juga

secara khusus ditemukan di daerah persawahan yang ada di wilayah Asia

Tenggara (Williamson dan Payne 1993).

Pengembangan Usaha Ternak Itik

Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah

usaha ternak itik. Usaha ternak itik menjadi usaha ternak pilihan yang dapat

menghasilkan pendapatan bagi masyarakat dikarenakan usaha ternak ini memiliki

prospek yang menguntungkan.

Beberapa model pengembangan peternak itik rakyat skala kecil sampai

menengah dapat dilakukan sesuai dengan tujuan pembangunan peternakan dalam

rangka meningkatkan produksi dan pendapatan peternak dalam kerangka

mewujudkan industrilisasi peternakan rakyat. Model yang dapat ditawarkan antara

lain : Model Penyediaan Bibit Itik (DOD); Model Pelestarian Plasma Nutfah;

Universitas Sumatera Utara


10

Model Pengembangan Sistem Bagi dan Model Bapak – Anak Angkat. (Supriyadi,

2009).

Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Finansial

1. Aspek Ekonomi

Aspek Ekonomi meliputi biaya produksi, biaya tetap, biaya variabel,

penerimaan, pendapatan.

a. Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya kompensasi yang diterima oleh para pemilik

faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para petani

dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai (Daniel,2014).

Menurut Murtidjo (2002) menyatakan bahwa biaya- biaya dalam usaha

ternak itik antara lain : (1) biaya tetap, terdiri dari biaya tanah (pajak usaha,

pajak bumi dan bangunan, iuran koperasi, sewa, taksiran biaya penggunaan

(tanah milik sendiri), biaya sarana produksi tahan lama (kandang itik,

peralatan kandang, kantor, gudang, peralatan kantor dan gudang, ternak itik),

biaya sarana produksi rutin bulanan (upah tenaga kerja, biaya listrik) dan (2)

biaya tidak tetap, terdiri dari biaya jasa (persentase upah jasa pemasaran

produksi), biaya obat-obatan dan vaksin, biaya makanan ternak dan biaya

kerusakan produksi (biaya kerusakan telur dan lain lain)

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu selama masa proses produksi berlangsung. Darsono dan Ashari

(2005), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan

oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan penunjang

Universitas Sumatera Utara


11

lainnya yang dapat digunakan agar produk tertentu yang telah direncanakan

dapat terwujud dengan baik. Biaya produksi digolongkan menjadi biaya tetap

dan biaya tidak tetap (Taufik, et al. 2013).

Biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel serta

biaya tunai (riil) dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tetap adalah

biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya

pajak tanah, pembelian peralatan dan perawatannya serta penyusutan alat dan

bangunan. Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada

skala produksi, antara lain pupuk, bibit, obat – obatan, tenaga kerja luar

keluarga, biaya panen, biaya pengolahan (Budiraharjo dan Migie, 2008).

Menurut Raharja dan Mandala (2006), Biaya usaha tani merupakan

seluruh biaya yang dikeluarkan dan melakukan kegiatan usahatani. Biaya

total (TC) merupakan biaya tetap (FC) ditambah dengan biaya variabel (VC).

Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi jangka

pendek. Dalam pembahasan teori produksi telah dijelaskan bahwa ciri dari

produksi jangka pendek adalah adanya pemakaian input tetap salain dari input

variabel. Dengan demikian biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh

adanya biaya tetap.

b. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh

perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi (Pujawan,

2004). Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan perubahan dalam

aktivitas operasi sampai pada kondisi tertentu. Biaya tetap atau juga disebut

dengan fixed cost adalah biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan dimasa

Universitas Sumatera Utara


12

sulit (Utamy, 2013). Biaya tetap merupakan biaya yang tetap sama, terlepas

dari volume yang dihasilkan, biaya ini terjadi terlepas dari adanya unit yang

diproduksi atau tidak. Biaya tetap akan tetap konstan untuk jangka waktu

tertentu.

c. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan

usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin

diproduksi (Pujawan, 2004). Biaya ini dipengaruhi oleh jalannya proses

produksi yakni berkaitan dengan jumlah input yang digunakan serta jumlah

output yang dihasilkan. Biaya variabel akan ikut berubah sejalan dengan

perubahan dalam output. Biaya ini terjadi ketika usaha berproduksi, dan juga

biaya variabel akan berubah dengan perubahan tingkat output.

d. Penerimaan

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan

harga jual yang berlaku saat ini. Penerimaan usaha tani adalah penerimaan

dari semua sumber usaha tani yang meliputi jumlah penambahan inventaris,

nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan rumah dan yang dikonsumsi.

Penerimaan usaha tani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan tunai

dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai didasarkan pada hasil

penjualan produksi usaha tani, baik berupa tanaman maupun ternak,

sedangkan penerimaan yang diperhitungkan termasuk didalamnya nilai usaha

tani yang dikonsumsi, nilai ternak akhir dan nilai hasil ternak (Hernanto,

1996). Penerimaan utama dari usaha ternak itik adalah telur sedangkan bibit,

bulu dan itik afkir sebagai produk sampingan (Windhyarti, 2000).

Universitas Sumatera Utara


13

e. Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan

pengeluaran untuk menganalisis pendapatan diperlukan dua keterangan

pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu

tertentu (Umar, 2013).

Rasyaf (1993) menyatakan bahwa besarnya pendapatan dari usaha

ternak itik merupakan salah satu pengukur yang penting untuk mengetahui

seberapa jauh usaha peternakan itik mencapai keberhasilan. Pendapatan

adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak yang merupakan

selisih antara penerimaan dan biaya produksi. Pendapatan dibagi menjadi dua

bagian yaitu : Pendapatan kotor (Penerimaan) usahatani adalah nilai produksi

total usaha tani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi

oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun.

Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan

kotor usahatani dengan biaya produksi. Pendapatan kotor dapat dihitung

dengan menggunakan rumus jumlah produksi (Q) dikurangi harga produk (P)

Pendapatan bersih dapat dihitung dengan menggunakan rumus Total

penerimaan (TR) dikurangi total biaya (TC)

1. Aspek Finansial

Tujuan utama menganalisis aspek finansial adalah untuk menghindari

keterlanjuran investasi yang memakan dana besar yang ternyata justru tidak

mampu memberikan keuntungan secara ekonomi (Suratman, 2001). Lebih lanjut

diungkapkan bahwa studi kelayakan aspek finansial (keuangan) merupakan faktor

yang menentukan. Disamping mendasarkan pada aliran kas penilaian investasi

Universitas Sumatera Utara


14

harus mempertimbangkan konsep nilai waktu uang (time value of money).

Terdapat berbagai teknik analisis yang dapat digunakan, antara lain :

AnalisisRevenue Cost Ratio (R/C), Analisis Benefit Cost Ratio (BCR), Analisis Net

Present Value (NPV), Analisis Internal Rate Return (IRR), Analisis Break Even

Point, Analisis Payback Period (PP).

a. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan perbandingan antara total

penerimaan pada masing-masing usahatani atau ternak dengan total biaya.

Analisis ini memiliki kegunaan dalam suatu usaha untuk mengetahui

besarnya penerimaan untuk setiap rupiah yang dilakukan dalam usaha

tani/ternak. Hal ini digunakan agar mengetahui usaha peternakan akan

menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar

pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut, adapun

rumus yang di gunakan yaitu Total Penerimaan Penjualan Produk dibagi

Total Biaya. R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan

usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost)

(Darsono, 2008 dalam Sari, 2011)

b. Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit cost ratio adalah perbandingan antara present value manfaat

dengan present value biaya, dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan

manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. Analisis

ini memiliki kegunaan untuk mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta

kelayakan suatu proyek. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak

dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha

Universitas Sumatera Utara


15

tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai

pengambil keputusan dilaksanakana tau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha

tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).

Analisis ini digunakan dalam upaya mengembangkan suatu usaha.

Net B/C merupakan perbandingan antara present value dari net benefit

yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Net B/C

digunakan untuk melihat seberapa besar manfaat bersih yang diterima

(Gittinger,1986). Rasio Gross B/C adalah rasio dari pendapatan dibandingkan

dengan biaya yang telah dihitung nilai sekarangnya (telah didiscount factor).

Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Proyek

investasi baru layak dijalankan, jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu). (Ali

Imron, 2015)

c. Analisis Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara present value dari benefit

dan present value dari biaya. NPV digunakan untuk menghitung nilai

sekarang dari laba suatu investasi apakah yang berarti apakah investasi

tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya (Ali Imron, 2015).

NPV bermanfaat untuk mengukur kemampuan dan peluang sebuah usaha

dalam menjalankan investasinya hingga beberapa tahun yang akan datang.

Menurut Gittinger (1986), suatu usaha dinyatakan layak jika NPV > 0.

jika NPV = 0, berarti usaha tersebut tidak untung maupun rugi. Jika NPV < 0,

maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Net

Present Value dapat diartikan sebagai nilai sekarang penerimaan bersih kas.

Selain itu, juga merupakan ukuran besarnya manfaat bersih tambahan yang

Universitas Sumatera Utara


16

diterima proyek pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut

(Gittinger,1986).

Metode Penilaian NPV, ada tiga kriteria penialian kelayakan dari NPV.

Jika nilai NPV suatu bisnis lebih besar dari nol (NPV > 0), maka proyek

layak untuk dilaksanakan. Jika nilai NPV yang dihasilkan suatu bisnis lebih

kecil darinol (NPV < 0), maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Sedangkan jika perhitungan cashflow menghasilkan nilai NPV sama dengan

nol (NPV = 0), maka proyek tidak menguntungkan dan tidak merugikan,

tetapi proyek masih layak untuk dilaksanakan.

d. Analisis Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahun

bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan

persen (Gittinger, 1986). IRR merupakan perhitungan tingkat suku bunga

yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan

kas bersih di masa mendatang.

IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar

proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu rencana investasi dikatakan

layak jika memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang

berlaku. Jika terjadi sebaliknya, maka rencana investasi tersebut dianggap

tidak layak untuk direalisasikan. IRR digunakan untuk menghitung tidkat

bunga (discount rate) yang membuat nilai saat ini dari seluruh perkiraan arus

kas masuk sama dengan nilai sekarang dari ekspetasi arus kas yang keluar

(Hazen, 2009)

Universitas Sumatera Utara


17

Kerakteristik kelayakan dari IRR meliputi dari IRR > Opportunity Cost

of Capital atau Discount Rate maka bisnis layak di laksanakan; IRR <

Opportunity Cost of Capital atau Discaunt Rate maka bisnis layak di

laksanakan.

e. Analisis Break Even Point

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total

penerimaan sama dengan total biaya (Nurmalina, et al. 2014). Nilai BEP

menjadi nilai patokan jumlah minimum hasil produksi suatu usaha dikatakan

ekonomis. BEP berfungsi sebagai jumlah produk minimum yang harus

dihasilkan dan harga jual terendah produk. Rumus dari BEP adalah total

biaya tetap dibagi harga jual per unit dikurang biaya variabel per unit.

Hasil volume penjualan tetap sama dengan biaya total atau BEP akan

tercapai pada volume penjualan dimana contribution margin (CM) sama

besarnya dengan biaya tetap. Dalam mengadakan analisa break event (BE)

digunakan asumsi dasar yaitu biaya didalam perusahaan terdiri dari biaya

variable dan biaya tetap, biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara

proporsional dengan volume produksi biaya tetap secara totalitas tidak

berubah meskipun ada perubahan volume penjualan. Jadi biaya tetap perunit

berubah-ubah, harga jual perunit tidak berubah-ubah selama periode yang

dianalisa, dan perusahaan hanya memproduksi 1 macam produk.

f. AnalisisPayback Period (PP)

Payback Period merupakan jangka waktu pengembalian investasi yang

dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek (Umar,

2013). Payback period digunakan sebagai penentu atau kriteria dalam

Universitas Sumatera Utara


18

mengambil keputusan investasi apakah secara finansial layak untuk

menginvestasikan modalnya kesuatu proyek atau tidak. Usaha layak

dijalankan jika payback period tidak terlalu lama mendekati akhir proyek atau

lebih lama dari umur proyek (Khotimah dan Sutiono, 2014). Kriteria Payback

period ini tidak memiliki indikator standar dan bersifat relatif tergantung

umur proyek dan besarnya investasi. Payback Period dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Jumlah modal investasi dibagi dengan Manfaat hasil

bersih rata-rata per tahun periode.

Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Non Finansial

2. Aspek Hukum

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan

digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan

menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan

izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan

memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerja sama

(networking) dengan pihak lain (Nurmalina, et al. 2014).

3. Aspek Organisasi

Menurut Umar (2013), aspek organisasi mempelajari tentang manajemen

dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Apabila

bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis dan

berdasarkan pada kegiatan usaha disusun bentuk struktur organisasi yang cocok

dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan struktur organisasi

yang ditetapkan kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang

ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


19

4. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan pembangunan dari

proyek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas produksi, proses

produksi, penggunaan teknologi (mesin/perataan), maupun keadaan lingkungan

yang berhubungan dengan proses proses produksi (Ibrahim, 2003).

Beberapa hal yang termasuk dalam aspek teknis ini meliputi lokasi produksi,

penyediaan tenaga kerja, peralatan produksi, dan sarana prasarana lainnya.

a. Ketersediaan Tenaga Kerja

Usaha ternak memberi kontribusi dalam meningkatkan pendapatan

keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak tidak dapat

dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usaha ternaknya

yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.

(Soekartawi, 1995).

Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-

anak yang berasal dari dalam keluarga. Ketersediaan tenaga kerja terampil

merupakan bagian penting yang kadang perlu dipertimbangkan, mengingat

bahwa produk/jasa yang akan dihasilkan harus berkualitas dan dibutuhkan

oleh pelanggan di pasar sasaran. Tenaga kerja harus terampil dan

berpengalaman dalam bidangnya agar penggunaan tenaga kerja menjadi

efisien.

b. Pemilihan lokasi produksi

Pemilihan lokasi dalam analisis teknis merupakan unsur pertama yang

menjadi sorotan, karena tempat merupakan unsur yang utama dalm

melakukan proses produksi. Pemilihan lokasi yang kurang tepat dapat

Universitas Sumatera Utara


20

mengakibatkan adanya kerawanan social, alam, dan pengaruh buruk dari

lingkungan. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi proses pemilihan

lokasi yaitu letak pasar, letak sumber bahan baku dan fasilitas angkutan.

Letak pasar menjadi pertimbangan utama jika produk/jasa yang akan

dihasilkan dari pendiri usaha baru itu adalah termasuk jenis barang yang

harus mudah dijangkau oleh pelanggannya atau agar dapat segera melayani

pembeli (Jumingan, 2014)

5. Aspek Manajemen

Aspek manajemen meliputi manajemen pakan, manajemen pengendalian

penyakit dan dan manajemen metode pemeliharaan.

a. Pakan

Pakan adalah bahan pakan yang telah diramu dan biasanya terdiri dari

berbagai jenis bahan dengan komposisi tertentu. Pakan itik umumnya terbuat

dari bahan nabati dan hewani (Sudarwo dan Siriwa, 2000). Bahan pakan yang

sering digunakan untuk menyusun pakan itik antara lain jagung kuning, dedak

kasar, bungkil kedelai, tepung ikan dan lain-lain. Penyusunan pakan

dilakukan sesuai dengan kebutuhan tiap periode dan pertumbuhan produksi

(Wahju, 2004). Pakan dasar dianggap telah memenuhi standar kebutuhan

ternak apabila cukup energi, protein, serta imbangan asam-amino yang tepat

(Rasyaf, 1993).

NRC (1994) merekomendasikan standar kebutuhan pakan itik berdasarkan

tujuan pemeliharaan yaitu itik petelur. Itik petelur membutuhkan imbangan

protein dan energi sebesar 15% dan 2.900 kkal/kg. Standar kebutuhan dan

Universitas Sumatera Utara


21

energi dapat dihitung berdasarkan pola konsumsi pakan per hari (Wahju,

2004).

Itik periode bertelur, pemberian pakan dengan kadar protein tinggi 18%

dapat memproduksi telur lebih baik dibandingkan pakan dengan kadar protein

lebih rendah 16%. Pemberian kadar protein yang lebih rendah menyebabkan

telur yang dihasilkan lebih kecil, sedangkan bila kadar energi pakan yang

lebih rendah akan menyebabkan penurunan produksi telur, tetapi tidak

mempengaruhi bobot telur (Wahju, 2004). Konsumsi akan meningkat apabila

itik diberi pakan dengan energi rendah dan sebaliknya akan menurun apabila

diberi energi tinggi. Srigandono (1997) berpendapat bahwa kisaran rasio

energi dan protein pada itik masa bertelur sebesar 145 – 160. Selain protein

dan energi, nutrien yang mempengaruhi produktivitas adalah mineral (NRC,

1994).

Pemberian pakan dibagi menjadi tiga tingkatan usia, yaitu anak itik dan

itik yang sedang bertelur. Total konsumsi pakan itik yaitu lebih dari 170

gr/ekor/hari (Ketaren. et al, 2002).

Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan itik adalah

kesehatan itik, kandungan energi dalam pakan, macam bahan pakan dan

kondisi pakan yang diberikan, kebutuhan produksi dan hidup itik berdasarkan

tingkat pertumbuhannya serta selera dan metode pemberian pakan yang

dipergunakan peternak (Rasyaf, 1993).

Pemberian pakan pada itik harus dilakukan secara teratur dua sampai tiga

kali dalam sehari. Pakan yang diberikan harus memenuhi standar kebutuhan

nutrisi karena nutrisi berperan penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan

Universitas Sumatera Utara


22

produksi telur. Pakan yang memenuhi standar kebutuhan nutrisi yaitu yang

mengandung zat-zat protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air

dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Pakan yang diberikan pada itik

dewasa berumur di atas 6 bulan (24 minggu) harus mengandung protein

minimal 18%. Pakan (ransum) dapat dibuat dari bahan bahan yang murah dan

mudah diperoleh misalnya jagung kuning, dedak padi halus, dedak jagung,

bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, kedelai, tepung kulit kerang, tepung

ikan, tepung limbah dari rumah potong hewan, tepung darah, tepung bekicot,

tepung daun papaya, tepung gaplek, rebon kering, kepiting, remis, nasi

kering, keong dan lain sebagainya (Cahyono, 2011).

b. Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit

Vaksin merupakan bibit penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan

kedalam tubuh ternak untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit.

Vaksin yang baik disimpan dalam cuaca yang sejuk atau di dalam almari es

dan tidak terkena matahari. Penggunaan vaksin dengan baik sesuai dengan

dosisnya dan campur dengan air sumur bila melalui cara per oral via air

minum atau menggunakan campuran pengencer bila melalui suntikan atau

tetes mata (Rasyaf, 1993).

Vaksinasi diberikan sesudah pemberian vitamin dalam air minum untuk

mengurangi stres akibat vaksinasi. Itik yang divaksin harus dalam kondisi

sehat. Pemberian vaksin yang melebihi dosis akan berakibat kematian dan

sebaliknya bila kurang dari dosis, tidak akan terjadi kekebalan tubuh

(Supriyadi, 2009). Vaksinasi harus diimbangin dengan sanitasi yang baik dan

benar sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal. Keberhasilan vaksinasi

Universitas Sumatera Utara


23

dapat ditentukan oleh penggunaan vaksin yang berkualitas tinggi yang

didukung oleh manajemen yang optimal dan biosecurity yang ketat.

Vaksinasi dapat dikatakan berhasil apabila ternak yang telah divaksin

memiliki kondisi sehat dan titer antibodi yang tinggi (Sianita dkk., 2011).

Pengendalian penyakit dapat mencegah penyebarluasan penyakit menular

kepada ternak lain (Akoso, 1998). Pengobatan ternak bertujuan untuk

mengatasi serangan 10 penyakit. Pada ternak unggas telah dikenal berbagai

macam obat-obatan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit yang disebabkan

oleh mikroorganisme, seperti: bakteri, virus, parasit maupun protozoa

(Rahayu, 2003). Obat – obatan ternak mempunyai fungsi kompleks dan dapat

memberi pengaruh terhadap tubuh dan kehidupan ternak, hal ini disebabkan

karena obat pada dasarnya adalah toksin. Maka penggunaan obat ada kalanya

tidak berfungsi sesuai dengan fungsinya. Pengaruh yang tidak sesuai dengan

yang diharapkan merupakan dampak samping yang timbul sewaktu

pemberian ataupun jauh di kemudian hari. Pengobatan bermanfaat sesuai

dengan kedalamannya, dosisnya serta penanganannya (Bambang, 1998).

Pengendalian penyakit pada ternak itik dapat dilakukan melalui air minum,

suntikan atau dicampur melalui makanan, sedangkan obat – obatan untuk

parasit luar dilakukan melalui penyemprotan di sekitar itik. Pemberian

melalui air minum mempunyai sifat untuk pencegahan umum atau bila

penyakit diperkirakan mudah menular. Pemberian obat melalui suntikan

dilakukan untuk kasus individual yang ada di kandang isolasi. Pemberian

melalui makanan, seperti obat anti jamur atau obat anti kuman lainnya

umumnya bersifat pencegahan pula (Rasyaf, 1993).

Universitas Sumatera Utara


24

c. Perkandangan

Kandang merupakan tempat berlindung dan beristirahat itik di waktu

malam hari, dan merupakan tempat untuk berproduksi (Bharoto, 2001).

Sistem perkandangan yang intensif merupakan salah satu perlakuan yang

dapat membantu mengubah itik bertelur produktif, karena dengan cara

dikandangkan tidak banyak energi yang keluar, sehingga dapat dimanfaatkan

untuk proses metabolisme tubuh terutama untuk produksi telur (Martawijaya

et al. 2004).

Menurut Rasyaf (1993), kandang merupakan tempat kediaman ternak, dan

dan dari kandang tersebut ternak memperoleh manfaat. Unttuk mengetahui

kandang tersebut memberikan manfaat yang optimal dan menguntungkan,

hendaknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) harus

memberikan kenyamanan terhadap ternak itik, (2) memberikan kesehatan

terhadap itik yang ada di dalamnya, (3) harus memberikan hasil bagi

peternak, (4) tidak menggangu peternak, dan (5) memenuhi syarat ekonomis.

Rasyaf (1993), menyatakan bahwa pemilihan tempat peternakan menjadi

hal yang utama dalam usaha. Tempat yang dipilih hendaknya memiliki

persyaratan sebagai berikut : (1) dekat dengan sumber air, (2) dekat dengan

daerah pemasaran, (3) dekat dengan sumber bahan baku, (4) tidak menggangu

lingkungan sekitar, dan (5) tidak menggangu peternak. Samosir (1983)

menjelaskan bahwa pada peternakan itik, kandang yang umum digunakan

adalah tipe sheed. Lantai kandang yang terbaik adalah yang terbuat dari

semen atau papan, karena untuk mempermudah membersihkannya.

Universitas Sumatera Utara


25

Menurut Suharno dan Amri (2011), luas kandang hendaknya disesuaikan

dengan jumlah dan umur itik yang dipelihara. Untuk itik dewasa (>6 bulan)

kepadatannya 4-5 ekor/m2, itik dara (2-6 bulan) kepadatannya 5-10 ekor/m2,

dan anak itik (1 hari-2 bulan) kepadatannya 8-10 m2 untuk 100 ekor anak itik.

6. Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang/jasa

yang diproduksi ke pasar (Umar, 2013). Bauran pemasaran adalah perangkat

pemasaran yang baik meliputi produk, penentuan harga, promosi, dan distribusi

digabungkan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran (Kotler

dan Amstrong, 2012).

a. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk

dilihat, dipegang dibeli atau dikonsumsi. Mengelola unsur produk termasuk

perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan

(Bagus, 2002).

Produk yang didapatkan dari usaha beternak itik meliputi : telur sebagai

produk utama kemudian daging itik afkiran, anak itik dan sisa produk

peternakan (bulu, kotoran, bungkus pakan, dll) (Rasyaf, 1993). Cara

pemasaran produk peternakan yang dilakukan biasanya dengan memasarkan

langsung telur itik segar atau yang sudah diasinkan kepada koprasi, pengepul,

dan penduduk sekitar peternakan.

Menurut hasil penelitian Rasuli, et al. (2006) mengatakan, bahwa

pemasaran telur itik paling banyak dilakukan menggunakan pedagang

perantara. Biasanya para pedagang perantara ini langsung mendatangi

Universitas Sumatera Utara


26

peternak-peternak itik untuk dijual langsung ke konsumen. Pedagang

perantara dalam hal ini masih bersifat kekeluargaan, sehingga harga yang

ditawarkan masih rendah. Martawijaya et al. (2004) mengatakan, bahwa ada

tiga macam permintaan konsumen terhadap telur itik, yaitu: 1) telur segar

yang masih mentah dan belum mengalami proses sama sekali; 2) telur olahan,

yaitu telur-telur yang sudah mengalami proses pengolahan; dan 3) telur tetas.

b. Harga

Harga sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau

mengganti hak milik produk. Harga meliputi last price, discount, payment

period, credit terms, dan retail price (Bagus, 2002).

Penetapan harga dipengaruhi oleh permintaan produk, target pasar, reaksi

pesaing, strategi penetapan harga, bagian lain dari luar bauran pemasaran dan

biaya oprasional. Penentuan dalam harga jual yang salah bias berakibat fatal

pada masalah keuangan perusahaan dan akan mempengaruhi kelanjutan usaha

tersebut seperti kerugian terus menerus. Perubahan harga jual mempunyai

tujuan untuk menyesuaikan agar harga baru yag ditetapkan dapat

mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau biaya masa depan (future

cost), return yang diinginkan oleh perusahaan, reaksi pesaing dan sebagainya

(Supriyono, 2001).

c. Tempat

Tempat merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk

yang dihasilkan atau dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran (Bagus,

2002). Menurut Kotler dan Amstrong (2012) meyatakan bahwa lokasi atau

tempat adalah suatu strategi yang menetukan dimana dan bagaimana kita

Universitas Sumatera Utara


27

menjual suatu produk tertentu. Yang terpenting didalam strategi ini adalah

menetapkan lokasi, distributor atau outlet dimana konsumen dapat melihat

dan membeli barang yang ditawarkan. Lokasi merupakan keputusan

organisasi mengenai tempat dengan semua kegiatan-kegiatan organisasinya.

d. Promosi

Promosi adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan

dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Variabel promosi meliputi

antara lain sales promotion, advertising, sales force, public relation, personal

selling, dan direct marketing (Bagus, 2002).

Promosi merupakan salah satu peubah didalam bauran pemasaran yang

sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya.

Sebagus apapun suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya

dan tidak yakin produk tersebut berguna bagi mereka , maka mereka tidak

akan membelinya. Pada dasarnya, promosi adalah semua kegiatan yang

bermaksud mengomunikasikan atau menyampaikan suatu produk kepada

pasar sasaran umtuk memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan, dan

yang paling penting adalah keberadaannya untuk mendorong konsumen untuk

bertindak untuk membeli. Tujuan utama dari promosi adalah

menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta memberi

kepercayaan kepada konsumen agar konsumen tertarik dengan barang atau

jasa yang dipasarkan (Hermawan, 2005).

Universitas Sumatera Utara


METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2020 di Kecamatan

Air Batu Kabupaten Asahan. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan

teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja

dan terencana didasari atas berbagai pertimbangan (Singarimbun, 1989). Adapun

alasan pemilihan lokasi penelitian pada peternakan rakyat itik petelur di

Kecamatan Air Batu adalah kurangnya tingkat pengetahuan peternak tentang

teknis budidaya itik petelur sehingga telah terjadi penururnan populasi yang

sangat drastis dari tahun ketahun.

Bahan dan Alat Alat Penelitian

Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan 9

peternak sebagai responden pada Kecamatan Air Batu yang dilakukan dengan

metode wawancara.

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mencatat

hasil wawancara, pena untuk mencatat hasil wawancara dan kamera untuk

dokumentasi saat wawancara.

Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu

wawancara dan observasi langsung dengan peternak itik. Metode pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Stratified sampling.

28
Universitas Sumatera Utara
29

Alasan mengambil Stratified sampling karena responden akan dibagi sesuai

dengan skala usaha atau jumlah populasi ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Arieska dan Herdiani, 2018) menyatakan startified sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan membuat strata (tingkatan/kelas) didalam populasi.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, pengumpulan data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara

melalui kuisioner kepada responden yang merupakan masyarakat yang melakukan

usaha ternak itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu,

kemudian pengumpulan data sekunder diperoleh dari lembaga instansi terkait.

Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi

yang melakukan pengamatan langsung terhadap usaha ternak itik petelur pada

peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu. Kuisioner dan wawancara yaitu

pengambilan data dengan membagi angket atau daftar pertanyaan kepada peternak

serta berkomunikasi langsung dengan responden untuk memperoleh data-data

yang diperlukan, dan Pencatatan dilakukan untuk memperoleh data sekunder,

dengan cara mencatat data yang ada pada instansi atau lembaga yang terkait

dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengungkapkan kejadian atau

fakta, keadaaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian

berlangsung dengan bentuk penelitian berupa angka-angka yang memiliki makna.

Universitas Sumatera Utara


30

Uji Asumsi Klasik Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan

Pendapatan Peternak

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi variabel terikat (pendapatan per periode) dan variabel bebas (jenis

kelamin, lama beternak, tingkat pendidikan dan jumlah ternak) atau keduanya

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah

distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dilakukan

dengan melihat grafik normal probabilty plot (Ghozali, 2005). Untuk menguji

apakah data berdistribusi normal dapat melakukan metode grafik normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika data

menyebar disekitar garis dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

Metode statistik dapat menggunakan uji metode statistik One Sample

Kolmogorov Smirnov. Uji One Sample Kolmogorov Smirnov digunakan untuk

mengetahui distribusi data apakah megikuti distribusi normail, poisson, unifrom

atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah dsitribusi residual

terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikan

lebih dari 0,005 (Priyanto, 2013).

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara

Universitas Sumatera Utara


31

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik/plot

antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu Standardized Predicted

Value (ZPRED) dengan residualnya Studentized Resuiduals (SRESID). Deteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu

Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y

sesungguhnya) yang telah di studentized (Suliyanto, 2011).

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi

antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap

variabel terikatnya menjadi terganggu. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat besarnya nilai variance inflation

factor (VIF). Jika VIF dibawah 10 dan Tolerance Value diatas 0,1 maka tidak terjadi

multikolinieritas, jadi pada saat dilakukan pengujian terhadap suatu data, data yang

tergolong bagus merupakan data yang tidak terdapat didalamnya gejala

multikolinearitas dengan memenuhi beberapa unsur diatas.

Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen

yang jumlahnya lebih dari dua digunakan analisis regresi berganda. Menurut

Suharyadi dan Purwanto (2013) bentuk persamaan regresi dengan dua variabel

independen adalah:

Y = α+β1X1+ β2X2 + …. + βnXn+ e

Keterangan:

Y = Variabel terikat

α = (alpha) Konstanta

Universitas Sumatera Utara


32

β1 = Koefisien regresi

X1 = Variabel bebas

e = Error term

Maka dengan rumus tersebut:

Y = Pendapatan Peternak (Rp/Periode)

α = (alpha) Konstanta

β1...βn = Koefisien regresi

X1 = Jenis kelamin (Laki-Laki = 1 dan Perempuan = 0)

X2 = Lama beternak (Tahun)

X3 = Tingkat pendidikan (SMA = 3 dan SD = 1)

X4 = Jumlah ternak (ekor)

e = Error term

1. Koefesien Determinasi

Koefisien determinasi atau koefisien penentu menjelaskan besarnya pengaruh nilai

suatu variabel ( variabel X) terhadap naik atau turunnya (variasi) nilai variabel

lainnya ( variabel Y ) KD = (r)²x 100 % (Suliyanto, 2011). Koefisien determinasi R2

merupakan suatu nilai statistic yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini

menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan

oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan

suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam

suatu hubungan.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan ke dalam model secara serempak berpengaruh nyata terhadap

Universitas Sumatera Utara


33

variabel terikat. Uji F dimaksudkan untuk mengetauhi tingkat signifikasi statistik

koefisien regresi secara serempak. Nilai signifikasi (α) yang digunakan dalam

ilmu sosial adalah 0,05.

Kriteria pengujian :

• Jika sig. F < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

• Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

3. Uji t

Nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak. Satu variabel akan memiliki

pengaruh yang berarti jika nilai t hitung variabel tersebut lebih besar dibandingkan t

tabel (Suliyanto, 2011). Uji t dalam penelitian ini berarti mengalisis pengaruh setiap

variabel X (Jenis Kelamin, Lama Beternak, Tingkat Pendidikan, dan Jumlah Ternak)

terhadap variabel Y (Pendapatan).

Kriteria pengujian:

• Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

• Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Analisis usaha ditinjau dari aspek finansial :

1. Aspek Ekonomi

Analisis usaha pada aspek ekonomi yang akan ditinjau adalah biaya

produksi, biaya tetap, biaya variabel, penerimaan, dan pendapatan.

a. Biaya Produksi

Menurut Raharja dan Mandala (2006), Biaya usaha tani merupakan

seluruh biaya yang dikeluarkan dan melakukan kegiatan usahatani. Biaya

total (TC) merupakan biaya tetap (FC) ditambah dengan biaya variabel (VC).

Universitas Sumatera Utara


34

TC = FC + VC

Keterangan :
TC : Total Cost / Biaya Total ( Rupiah )
FC : Fixed Cost / Biaya Tetap ( Rupiah )
VC : Variable Cost / Biaya Variabel ( Rupiah )

b. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh

perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi

TFC = FC + VC

Keterangan :
TFC : Total fixed Cost / Total Biaya Tetap ( Rupiah )
FC : Fixed Cost / Biaya Tetap ( Rupiah )
VC : Variable Cost / Biaya Variabel ( Rupiah )

c. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel atau sering disebut biaya variabel total (total variable cost,

TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya

jumlah output yang akan dihasilkan.

AVC = TVC : Q

Keterangan :
AVC : Average Variable Cost / Biaya Variabel Rata-Rata
TFC : Total Variable Cost / Total Biaya variabel
Q : Quantitty

d. Penerimaan

Penerimaan usaha tani adalah penerimaan dari semua sumber usaha tani

yangmeliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil serta nilai

penggunaan rumah dan yang dikonsumsi.

Universitas Sumatera Utara


35

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan

harga jual yang berlaku saat ini (Soekartawi, 2003)

TR = Q . P

Keterangan :
TR : Total Revenue / Penerimaan Total (Rupiah)
Q : Quantity / Jumlah Produksi ( Rupiah )
P : Price / Harga Produk ( Rupiah)

e. Pendapatan

Pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu ; Pendapatan kotor

(Penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total usaha tani dalam jangka

waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan

disimpan digudang pada akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani

adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Untuk

mengetahui pendapatan peternak ayam broiler digunakan rumus sebagai

berikut (Soekartawi, 2003):

П = TR – TC

Keterangan :
П : Profit / Pendapatan (Rupiah)
TR : Total revenue / Penerimaan Total (Rupiah)
TC : Total Cost / Biaya Total (Rupiah)

2. Aspek Finansial

Analisis kelayakan pada asepek ekonomi yang akan ditinjau adalah

a. Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila

Universitas Sumatera Utara


36

nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat

keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut, adapun rumus yang di

gunakan yaitu sebagai berikut :

R Total Penerimaan Penjualan Produk


=
C Total Biaya

b. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit cost ratio (BCR) akan menggambarkan keuntungan dan layak

dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha

tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai

pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha

tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).

Rumus perhitunganya adalah sebagai berikut:


Bt-Ct
∑ni=o untuk Bt-Ct>0
(1+i)
Net B/C= Bt-Ct
n
∑i=0 (1+i) untuk Bt-Ct< 0

Keterangan :

Bt : Penerimaan total pada tahun ket-t (Rp)


Ct : Biaya total pada tahun ke-t (Rp)
n : Umur proyek (tahun)
t : Tahun ke 1,2,3 .....,n
i : Discount rate (%)

∑ni=0 B+(1+r)-n
Gross B/C = n
∑i=0 Ci +(1+r)-n

Keterangan :
I : Tingkat bunga
N : Umur ekonomis proyek
Bt : Benefit (penerimaan) bersih tahun t
Ct : Cost (biaya) pada tahun t

Universitas Sumatera Utara


37

c. Net Present Value (NPV)

Net Present Valeue merupakan selisih antara present value dari benefit dan

peresent value dari biaya. Menurut Gittinger (1986), suatu usaha dinyatakan

layak jika NPV > 0. jika NPV = 0, berarti usaha tersebut tidak untung

maupun rugi. Jika NPV < 0 , maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih

baik tidak dilaksanakan. Rumus perhitungan sebagai berikut :


n Bt-Ct
NVC= ∑
i=0 (1+i)

Keterangan:
Bt : Penerimaan total pada tahun ke-t (Rp)
Ct : Biaya total pada tahun ke-t (Rp)
N : Umur proyek (tahun)
T : Tahun ke 1, 2. 3,...,n
i : Discount rate (%).

d. Internal Rate Return (IRR)

Suatu rencana investasi dikatakan layak jika memiliki nilai IRR lebih

besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku. Jika terjadi sebaliknya,

maka rencana investasi tersebut dianggap tidak layak untuk direalisasikan.

Rumus perhitunganya adalah sebagai berikut:

NPV'
IRR=i'+ (i'-i'')
NPV-NPV

Keterangan:
i` : discount rate yang menghasilkan NPV positif
i`` : discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV` : NPV bernilai positif
NPV : NPV bernilai negatif

e. Analisis Break Even Point

Nilai BEP menjadi nilai patokan jumlah minimum hasil produksi suatu

usaha dikatakan ekonomis. Nilai titik impas berfungsi sebagai jumlah produk

Universitas Sumatera Utara


38

minimum yang harus dihasilkan dan harga jual terendah produk. Rumus dari

BEP adalah sebagai berikut:


Total Biaya Produksi
BEP Produksi =
Harga Jual per butir
Total Biaya Produksi
BEP Harga =
Total Produksi

f. Analisis Payback Period (PP)

Payback Period merupakan jangka waktu pengembalian investasi yang

dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Semakin

pendek waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi yang

dikeluarkan maka bisnis semakin layak diusahakan. Rumus perhitunganya

adalah sebagai berikut:

1
PP=
Ab

Keterangan :

PP : Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal (tahun)


I : Jumlah modal investasi (Rp)
Ab : Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun periode (Rp)

Analisis usaha ditinjau dari aspek non finansial :

3. Aspek Hukum

Analisis secara aspek hukum yang akan di tinjau pada usaha ternak itik

petelur adalah melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan

dengan usaha ternak itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu

Kabupaten Asahan terkait akan izin usaha ternak yang dimiliki. Analisis ini

didasari dengan peraturan daerah tentang surat atau pendukung pada usaha ternak

dengan berdasarkan jumlah kepemilikan. Analisis pada aspek hukum dilakukan

Universitas Sumatera Utara


39

untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin

kerjasama.

4. Aspek Organisasi

Analisis usaha pada aspek organisasi dilakukan secara deskriptif pada

aspek ini yang akan dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang ditemukan

dilapangan yaitu para peternak di kecamatan air batu. Hal yang perlu ditinjau pada

aspek ini adalah peternak Itik Petelur di Kecamatan Air Batu yaitu struktur

organisasi usaha ternak itik petelur yang berada disana dan peternak bergabung

dalam kelompok tani/ternak atau tidak.

5. Aspek Teknis

Analisis usaha pada aspek teknis dilakukan secara deskriptif aspek ini

dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang ditemukan dilapangan.Hal yang

perlu ditinjau pada aspek ini adalah tenaga kerja dan penentuan lokasi pada

peternakan itik petelur di Kecamatan Air Batu. Hasil akhir dari aspek manajemen

ini berupa informasi mengenai segi penataan manajemen usaha yang tentunya

berimplikasi pada kelayakan secara finansial.

6. Aspek Manajemen

Analisis usaha pada aspek manajemen dilakukan secara deskriptif aspek

ini dilakukan untuk menggambarkan kondisi dilapangan. Hal yang perlu ditinjau

pada aspek ini adalah manajemen pakan, manajemen pengendalian penyakit dan

manajemen metode pemeliharan yang berada di usaha ternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu.

Universitas Sumatera Utara


40

7. Aspek Pemasaran

Analisis usaha pada aspek pemasaran, dilakukan untuk melihat apakah

kondisi pasar telur Itik yang ada saat ini memungkinkan untuk dimasuki, serta

bagaimana peluang pasar usaha tersebut ke depan. Hasil analisis aspek pasar akan

membawa pada kesimpulan bahwa jika terdapat permintaan pada suatu harga

yang menguntungkan maka usaha tersebut dapat dikatakan layak ditinjau dari

aspek pasar.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kecamatan Air Batu

Kecamatan Air Batu merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Air Batu mempunyai

luas wilayah sebesar + 124,90 Km2 12.940 Ha, Letak wilayah berada di Asahan

Bagian Tengah dan di Kecamatan Air Batu terdiri dari 12 Desa. Kecamatan Air

Batu mempunyai batas batas wilayah sebagai berikut sebelah Utara dengan

Kecamatan Sei Dadap, sebelah Selatan dengan Kecamatan Bandar Pulau, sebelah

Timur dengan Kecamatan Simpang Empat dan sebelah Barat dengan Kecamatan

Tinggi Raja. Kecamatan Air Batu memiliki jumlah penduduk sebanyak 42.410

jiwa (Badan Pusat Statistik, 2018). Kecamatan Air Batu memiliki dua musim

yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan keadaan alam terdiri dari daerah

berbukit rendah.

Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan

suatu daerah, penduduk dengan jumlah tinggi disuatu daerah padat, diimbangi

dengan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pengembangan dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting untuk dapat

meningkatkan persaingan hingga menjadi sumber daya yang handal dalam

pembangunan daerah. Jumlah penduduk daerah penelitian tahun 2018 tercatat

sebanyak 42.410 jiwa, yang terdiri dari 21.317 jiwa laki-laki dan 21.093 jiwa

perempuan dengan kepadatan penduduk 64,4 orang/Ha. Kecamatan Air Batu

memiliki 12 Desa. Berikut adalah keadaan jumlah penduduk menurut

Desa/Kelurahan dapat dilihat pada Tabel 1.

41
Universitas Sumatera Utara
42

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terkecil ada di

Desa/Kelurahan Perk Puluhan yakni sebanyak 1.353 jiwa dengan kepadatan

penduduk sebesar 0,83 jiwa per Ha sedangkan penduduk terbanyak ada di Desa/

Kelurahan Air Genting yakni sebanyak 6.520 jiwa dengan kepadatan penduduk

sebesar 7,70 jiwa per Ha.

Tabel 1. Jumlah penduduk, rasio jenis kelamin, luas wilayah dan kepadatan
penduduk per km2 menurut desa/kelurahan di Kecamatan Air Batu
tahun 2018
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
No Desa/Kelurahan Penduduk Penduduk
(Km2)
(Jiwa) (Orang/Ha)
1. Perk. Puluhan 1.353 16,17 0,83
2. Perk Air Batu 3/9 1.406 44,60 0,31
3. Sei Alim Ulu 5.455 08,21 6,64
4. Air Teluk Hessa 2.393 03,50 6,83
5. Perk. Air Batu ½ 1.816 10,81 1,67
6. Pinanggiripan 1.996 03,50 5,70
7. Danau Sijabut 5.789 08,24 7,02
8. Hessa Parlompongan 5.183 06,38 8,12
9. Air Genting 6.520 08,46 7,70
10. Hessa Air Genting 6.389 08,02 7,96
11. Sijabut Teratai 2.442 03,91 6,24
12. Pulau Pule 1.668 03,10 5,38
Total 42.410 124,90 64,4
Sumber : BPS Kecamatan Air Batu (2019).

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan peternak itik petelur pada

peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan yaitu sebanyak 9

peternak. Karakteristik responden yang akan dibahas meliputi karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan, umur peternak, jenis kelamin, lama

beternak dan jumlah kepemilikan ternak di Kecamatan Air Batu Kabupaten

Asahan. Berikut adalah karakteristik responden di Kecamatan Air Batu

Kabupaten Asahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara


43

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap setiap keputusan yang diambiil

seseorang salah satunya pemakaian sumber modal dalam usaha. Umumnya

terdapat perbedaan pola pikir dan kemampuan menganalisa antara laki laki

dan perempuan terkhusus kemampuan memprediksi hal hal yang akan terjadi

kedepan atau dampak yang ditimbulkan dari setiap keputusan yang telah

diambil. Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik reponden berdasarkan tingkat pendidikan, umur


peternak, jenis kelamin, lama beternak, dan jumlah kepemilikan
ternak di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
Jumlah Jiwa Persentase
No Karakteristik Responden
(Peternak) (%)
Jenis Kelamin
1 Laki – Laki 8 89%
2 Perempuan 1 11%
Jumlah 9 100%
Lama Beternak
1 1 - 3 tahun 4 44%
2 3 - 6 tahun 5 56%
Jumlah 9 100%
Jumlah Kepemilikan Ternak
1 150 - 340 ekor 3 33%
2 350 - 500 ekor 3 33%
3 550 - 800 ekor 3 33%
Jumlah 9 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki laki

berjumlah 8 orang dengan persentase (89%). Hal ini menunjukkan bahwa laki

laki memiliki peran yang penting dalam menjalankan suatu usaha ternak itik

petelur, pada umumnya laki – laki sebagai kepala keluarga untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Swastha dan

Universitas Sumatera Utara


44

Sukotjo (1997), yang menyatakan bahwa hampir semua laki – laki yang telah

mencapai usia kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi karena laki laki

merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Lama Beternak

Pengalaman beternak dianggap dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan keterampilan peternak. Hal ini karena pengalaman beternak

berkaitan dengan lamanya peternak menjalankan usahanya. Semakin lama

pengalaman beternak responden maka semakin banyak pengalaman dan

pengetahuan yang diperoleh. Adapun karakteristik responden berdasarkan

lamanya beternak di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan dapat dilihat

pada Tabel 2.

Responden di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan mempunyai

pengalaman bertenak yaitu 3 – 6 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase

56%, hal ini dikarenakan usaha ternak itik petelur sudah lama dilakukan oleh

peternak. Peternak yang mempunyai pengalaman beternak yang cukup lama

umumnya mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan

peternak yang baru melakukan usaha ternak itik. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Nitisemito dan Burhan (2004), yang menyatakan bahwa semakin

banyak pengalaman maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh

dibidang tersebut.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak

Jumlah kepemilikan ternak peternakan itik petelur diklasifikasikan

menjadi beberapa skala yaitu skala kecil, menengah dan besar. Jumlah

kepemilikan ternak menunjukkan banyaknya ternak itik yang dimiliki oleh

Universitas Sumatera Utara


45

responden. Jumlah kepemilikan ternak pada setiap responden berbeda-beda

tergantung kondisi usaha. Adapun karakteristik responden berdasarkan

jumlah kepemilikan ternak di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan dapat

dilihat pada Tabel 2.

Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Karakteristik Responden

Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk menguji data layak untuk digunakan atau

tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji normalitas, multikolineritas,

dan heterokedesitas. Data yang digunakan pada uji regresi linier berganda tersaji

pada tabel :

1. Uji Normalitas

Gambar 2. Uji normalitas dengan metode grafik


Keterangan :
Observed Cum Prob : Probabilitas yang diamati (variabel x)
Expected Cum Prob : Probabilitas yang diharapkan (variabel y)

Universitas Sumatera Utara


46

Hasil uji normaliats dengan metode grafik dapat dilihat Pada Gambar 2.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot

menunjukkan grafik yang normal. Semakin besar nilai pada variabel x (Jumlah

Ternak, lama beternak, tingkat pendidikan, jenis kelamin) maka akan

meningkatkan pendapatan. Hal ini terlihat dari titik yang menyebar (Pendapatan)

tidak menyimpang jauh dari garis linier dan penyebarannya mengikuti garis linier.

Tabel 3. Uji normalitas dengan metode statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
Jumlah Responden 9
Normal Rata-rata .0000000
Parametera,b Std. Deviasi 1.506.822.981.700.670
Absolute .167
Most Extreme
Differences Positif .167
Negatif -.126
Test Statistik .167

Asymp. Sig. (2-tailed)c .200d

Keterangan :
Asymp. Sig. (2-tailed) : Asymptotic significance 2-tailed (Nilai Probability)

Hasil uji normalitas dengan metode statistik dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig 2-

tailed) sebesar 0,200, hasil tersebut melebihi dari 0,05. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Suliyanto, 2011) yang menyatakan bahwa nilai signifikan diatas 0,05

maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmograv-

Smirnow menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data residual

terdistribusi tidak normal.

Universitas Sumatera Utara


47

2. Uji Heterokedasitas

Uji heterokedasitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi

ketidaksamaan variabel x (Jumlah Ternak, lama beternak, tingkat pendidikan,

jenis kelamin) dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut

heteroskedasitas. Ada dua cara mengetahui ada tidaknya gejala heterokedasitas

yaitu dengan metode grafik dan metode statistik.

Gambar 3. Uji heteroskedasitas dengan metode grafik

Keterangan :
Regresi Studentized Residual (Variabel Y)
Regression Standardized Predicted Value (Variabel Y)

Hasil uji heteroskedasitas dengan metode grafik dari program SPSS dapat

dilihat pada Gambar 3. Hasil pengujian heteroskedasitas menunjukkan bahwa

pada metode grafik titik-titik tidak membentuk atau tidak ada pola tertentu pada

grafik di atas maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini

sesuai dengan pernyataan (Sulianto, 2011) yang menyatakan bahwa deteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

Universitas Sumatera Utara


48

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana variabel y

(pendapatan) dan sumbu x (jumlah ternak, lama beternak, tingkat pendidikan,

jenis kelamin).

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen

(Ghozali, 2011). Sebagai dasar acuannya dapat dikatakan bahwa Jika nilai

tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi dan jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10,

maka ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas

Model Nilai Tolerance Nilai VIF


Jenis Kelamin 0,539 1,857
Lama Beternak 0,608 1,644
Tingkat Pendidikan 0,598 1,672
Jumlah Ternak 0,888 1,125

Keterangan :
Variance Inflation Factor (VIF) : Varian Faktor Inflasi
Hasil uji multikolinieritas menunjukan bahwa nilai VIF pada variabel

bebas (Jumlah Ternak, lama beternak, tingkat pendidikan, jenis kelamin) tidak

melebihi dari 10 dan toleransi 0,1 yang berarti pada hasil uji ini tidak terjadi

multikolinieritas pada data yang dianalisis.

Universitas Sumatera Utara


49

Uji Koefisien Regresi Linier Berganda

1. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara bersama-sama. Uji

F Statistik adalah uji untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak

mempengaruhi variabel tetap jika nilai F-hitung > F-Tabel atau nilai probabilitas

lebih kecil dari 0,05. Berikut merupakan hasil dari uji f :

Tabel 5. Hasil Uji F


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 63752768082574928.000 4 15938192020643732.000 35.098 .002b
Residual 1816412398545066.500 4 454103099636266.600
Total 65569180481119992.000 8

Hasil uji F Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar

35.098 dengan angka signifikansi sebesar 0,002 hal tersebut menyatakan bahwa

nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 yang jenis kelamin, lama beternak, tingkat

pendidikan, dan jumlah ternak mempunyai pengaruh yang signifikan secara

bersama sama terhadap pendapatan peternak itik petelur di Kecamatan Air Batu

artinya uji selanjutnya akan menjelaskan tentang pengaruh secara parsial.

2. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi berganda secara parsial

(individu) dan uji t bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja diantara

variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan peternak itik petelur di Kecamatan

Air Batu. Pada hal ini, variabel bebas harus memiliki nilai signifikan yang lebih

kecil dari 0,005 maka variabel bebas tersebut mempengaruhi secara nyata

terhadap pendapatan peternak itik petelur.

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 6. Hasil Uji t pada Hubungan Karakteristik dengan Pendapatan


Model t-hitung Sig.
(Constant) -4.238 0,013
Jenis Kelamin 2.207 0,092
Lama Beternak 0.989 0,379
Tingkat Pendidikan -0,451 0,675
Jumlah ternak 11.373 0,000
Hasil Uji t pada Tabel 6 menjelaskan bahwa yang memiliki pengaruh

terhadap pendapatan peternak itik petelur adalah variabel bebas X4 (jumlah

ternak) karena memiliki nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,005.

Sedangkan variabel bebas X1 (Jenis Kelamin), X2 (Lama beternak) dan X3

(Tingkat Pendidikan) tidak memiliki pengaruh terhadap pendapatan peternak itik

petelur di Kecamatan Air Batu karena nilai signifikan yang lebih dari 0,005.

3. Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determminasi (R2) menjelaskan seberapa besar variasi dan

variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X atau dengan kata lain

seberapa besar X memberikan kontribusi terhadap Y. Berikut merupakan hasil

koefisien determinasi :

Tabel 7. Hasil Uji Regresi (Koefisien Determinasi)


Model R R Square Adjusted R Square Std Error of the Estimate
1 0,986 0,972 0,945 21309694.968
Hasil uji regresi (Koefesien Determinasi) sebesar 0,972 yang artinya variabel

bebas telah digunakan mampu mempengaruhi pendapat (variabel y) sebesar

97,2% sedangkan 2,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil regresi dengan menggunakan program SPSS, maka didapatkan

koefisien yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 8. Hasil Uji Regresi (Koefisien Regresi)


Std.
Unstandardized Coefficients
Model Koefisien T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -15195123.274 35857830.441 -4.238 .013
1 Jumlah
450553.226 39615.746 1.004 11.373 .000
Ternak
Hasil uji regresi pada tabel . mendapatkan persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut :

Y = -15195123.274 + 450553.226 (X4)

Persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai 4450553.226 pada variabel X4 adalah bernilai positif sehingga dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat jumlah ternak (X3), maka akan

semakin tinggi pula pendapatan peternak itik petelur.

Gambaran Umum Itik Petelur

1. Bibit

Bibit itik yang di pelihara peternak di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

merupakan bibit itik tegal yang berumur 12 minggu dengan harga per ekor

mencapai 30.000 s/d 35.000. Bibit tersebut merupakan itik yang sudah siap telur.

Pembelian bibit itik dan pergantian (replacement) akan dilakukan oleh peternak

bila itik telah berumur antara 70-90 minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rasyaf (1993) yang menyatakan bahwa jika persentasi produksi telur sudah lebih

rendah dari 45% maka perlu dipertimbangkan untuk diafkir dan dijual sebagai itik

potong.

2. Karakteristik Itik

Karakteristik itik pada Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan salah satunya

produksi telur cukup tinggi dan stabil. Rata – rata produksi telur pada Kecamatan

Universitas Sumatera Utara


52

Air Batu Kabupaten Asahan sebanyak 395.417 butir per tahun, dalam hal ini

produksi telur sudah mencapai target produksi itik Tegal yaitu itik Tegal yang

dipelihara atau dikandangkan dengan cara sistem intensif menghasilkan rataan

produksi telur sebanyak 212 butir ekor per tahun (Tumanggor et al. 2017). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Alfiyah (2015) yang menyatakan bahwa itik lokal

memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas lainnya yaitu mampu

mempertahankan produksi telur yang lebih lama dibandingkan ayam. Indonesia

memiliki berbagai macam itik lokal salah satunya yaitu itik tegal.

Itik tegal yang berumur 5 s/d 6 bulan memiliki daya tahan yang cukup tinggi

dan juga itik sudah mulai bertelur sehingga para peternak di Kecamatan Air Batu

tidak terlalu khawatir akan hal penyakit yang akan menyerang itik. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Alfiyah (2015) yang menyatkan bahwa itik lokal tahan

terhadap penyakit dan tingkat kematian nya yang rendah

3. Pengembangan Usaha Ternak Itik

Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan merupakan

pengembangan peternakan itik rakyat skala kecil 150 ekor -300 ekor pada 3

peternak, skala menengah 350 ekor - 500 ekor pada 3 peternak, dan skala besar

550 ekor – 800 ekor pada 3 peternak yang dilakukan untuk menambah

pendapatan keluarga dan meningkatkan produksi telur itik didaerah tersebut. Hal

ini sesuai dengan pernyataan (Supriyadi,2009) yang menyatakan bahwa beberapa

model pengembangan peternak itik rakyat skala kecil menengah dan dilakukan

sesuai dengan tujuan pembangunan peternakan dalam rangka mewujudkan

industrilisasi peternakan rakyat.

Universitas Sumatera Utara


53

Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Finansial

1. Aspek Ekonomi

1) Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan jumlah biaya keseluruhan yang dikeluarkan

oleh peternak dalam kegiatan usaha ternak itik, komponen biaya adalah salah

satu faktor yang perlu mendapat perhatian bagi setiap pelaku ekonomi. Usaha

peternakan itik petelur biaya yang dikeluarkan oleh peternak terdiri atas biaya

tetap dan biaya variabel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (2002)

yang menyatakan bahwa biaya- biaya dalam usaha ternak itik antara lain : (1)

biaya tetap, terdiri dari biaya tanah (pajak usaha,pajak bumi dan bangunan,

iuran koperasi, sewa, taksiran biaya penggunaan tanah milik sendiri), biaya

sarana produksi tahan lama (kandang itik, peralatan kandang, kantor, gudang,

peralatan kantor dan gudang, ternak itik), biaya sarana produksi rutin bulanan

(upah tenaga kerja, biaya listrik) dan (2) biaya tidak tetap, terdiri dari biaya

jasa (persentase upah jasa pemasaran produksi), biaya obat-obatan dan

vaksin, biaya makanan ternak dan biaya kerusakan produksi (biaya kerusakan

telur dan lain lain).

2) Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan keseluruhan dari biaya yang nilainya tetap seperti

biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan pajak. Seluruh biaya

tersebut dijumlahkan maka hasil akan diperoleh untuk total biaya tetap yang

dikeluarkan peternak selama satu periode. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan

kandang, biaya penyusutan peralatan, dan pajak.

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 9. Rata – Rata Biaya Tetap Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Air
Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Biaya penyusutan Biaya Tetap
No Skala Usaha Pajak
Kandang Peralatan (Periode)
1 150 –340 1.733.333 278.667 48.000 2.060.000
2 350 – 500 4.666.667 388.667 56.000 5.111.333
3 550 – 800 5.066.667 544.667 57.333 5.668.667
Sumber : Data Primer yang telah diolah

Berikut adalah biaya yang termasuk ke dalam total biaya tetap pada usaha

ternak itik petelur, antara lain:

a. Biaya Penyusutan Kandang

Biaya penyusutan kandang pada usaha ternak itik petelur dapat dilihat

pada Tabel 7, yang menunjukkan bahwa rata rata biaya penyusutan terbesar

pada responden dengan skala usaha 550 – 800 ekor sebesar Rp. 5.066.667,-

per periode sedangkan biaya penyusutan kandang terendah pada responden

dengan skala usaha 150 – 340 ekor sebesar Rp. 1.733.333,- per periode. Data

lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

Biaya penyusutan kandang tergantung pada besar kecilnya biaya yang

dikeluarkan untuk membuat kandang. Semakin luas kandang maka semakin

banyak biaya yang dikeluarkan untuk membuat kandang tersebut, begitu juga

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (2002),yang menyatakan

bahwa biaya tetap dalam usaha peternakan adalah biaya tetap yang terlibat

dalam proses produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah

hasil produksi yang dihasilkan. Cara perhitungan biaya penyusutan kandang

diperoleh dari biaya pembuatan awal kandang dibagi dengan umur

ekonomis.Umur ekonomis kandang itik tergantung dari jenis bahan yang

digunakan untuk membangun kandang.

Universitas Sumatera Utara


55

b. Biaya Penyusutan Peralatan

Biaya penyusutan peralatan usaha ternak itik sama halnya dengan biaya

penyusutan kandang, besar kecil nya biaya penyusutan peralatan dipengaruhi

oleh harga dari peralatan yang digunakan dalam masa produksi. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Jaelani et al. (2013) yang menyatakan bahwa biaya

penyusutan peralatan ditentukan oleh harga peralatan dan masa pakai

peralatan. Cara perhitungan biaya penyusutan peralatan diperoleh dari harga

perlatan dibagi dengan umur ekonomis. Pada tabel 7, dapat diketahui bahwa

rata rata biaya penyustuan peralatan tertinggi pada usaha ternak itik petelur

dengan responden pada skala usaha 550 – 800 ekor sebesar Rp. 544.667,-

per periode sedangkan biaya penyusutan kandang terendah pada responden

dengan skala usaha 150 – 340 ekor sebesar Rp.278.667,- per periode. Data

lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Peralatan yang digunakan peternak

antara lain tempat pakan, tempat minum,sekop, ember, selang air, bola lampu,

wayar, keran air, selang air.

c. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dipungut atas tanah dan

bangunan karena adanya keuntungan dari kedudukan sosial ekonomi yang

lebih baik. Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa rata rata biaya pajak

tertinggi pada usaha ternak itik petelur dengan responden pada skala usaha

550 – 800 ekor sebesar Rp. 57.333,- per periode sedangkan rata rata biaya

pajak terendah terdapat pada responden 150 – 340 ekor sebesar Rp. 48.000,-

per periode. Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Biaya pajak bumi

dan bangunan dikeluarkan oleh masing masing peternak di Kecamatan Air

Universitas Sumatera Utara


56

Batu Kabupaten Asahan. Besarnya biaya pajak bumi dan bangunan

tergantung oleh luas kandang Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi (2013)

yang menyatakan bahwa pada umunya lahan yang digunakan oleh peternak

untuk usaha peternakan adalah lahan milik sendiri yang berada disekitar

rumah. Oleh karena itu biaya pajak bumi dan bangunan dihitung berdasarkan

luas kandang yang dimiliki peternak.

d. Total Biaya Tetap

Total biaya tetap merupakan keseluruhan biaya yang nilainya tetap seperti

biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan biaya pajak.

Biaya – biaya tersebut secara keseluruhan ditambahkan maka hasilnya akan

diperoleh total biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Farida, et al. (2020) yang menyatakan bahwa biaya tetap

adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi,

misalnya pajak tanah, pembelian peralatan dan perawatannya serta

penyusutan alat dan bangunan.

Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa total biaya tetap tertinggi

terdapat pada responden dengan skala usaha 550 – 800 ekor sebesar Rp

5.668.667,- per periode sedangkan total biaya tetap terendah terdapat pada

responden dengan skala usaha 150 – 340 ekor sebesar Rp. 2.060.000,. per

periode. Perbedaan besarnya biaya tetap pada usaha peternakan itik petelur

dikarenakan perbedan skala usaha itik petelur yang dipelihara. Semakin besar

skala usaha itik petelur maka semakin besar biaya tetap yang dikeluarkan,

begitu juga sebaliknya semakin kecil skala usaha itik petelur maka semakin

Universitas Sumatera Utara


57

kecil biaya tetap yang dikeluarkan. Data lebih rinci dapat dilihat pada

Lampiran 5.

3) Biaya Variabel

Selain biaya tetap terdapat juga biaya variabel yang dikeluarkan peternak.

Biaya variabel merupakan jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi

rendahnya jumlah output yang dihasilkan. Biaya yang termasuk dalam biaya

variabel yaitu biaya ternak awal, biaya obat dan vaksin, biaya transportasi, dan

biaya pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2015) yang menyatakan

bahwa biaya variabel yang dikeluarkan secara berulang. Berikut merupakan

komponen biaya variabel yang dikeluarkan oleh peternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

a. Biaya Ternak Awal

Biaya ternak awal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak itik

petelur pada awal memulai usaha. Tabel 8, menunjukkan bahwa biaya ternak

awal tertinggi terdapat pada responden dengan skala usaha 550 – 800 ekor

sebesar Rp. 23.100.000,- per periode sedangkan biaya terendah terdapat pada

responden dengan skala usaha 150 – 340 ekor sebesar Rp8.376.667.- per

peridoe,terdapat perbedaan biaya dikarenakan jumlah kepemilikan ternak

setiap peternak berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurana (2014)

adanya perbedaan jumlah ternak yang dimiliki oleh peternakan, dimana

semakin banyak ternak yang dimiliki maka semakin besar biaya untuk ternak

awal yang akan dikeluarkan oleh peternak itik petelur. Data lebih rinci dapat

dilihat pada Lampiran 6.

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 8. Rata – Rata Biaya Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode).
Skala Usaha Kepemilikan
150 – 340 ekor 350 – 500 ekor 550 – 800 ekor
Biaya Ternak Awal 8.376.667 14.583.333 23.100.000
Biaya OVK 201.333 186.667 262.333
Biaya Pakan 178.764.833 283.094.000 468.217.133
Transportasi 6.400.000 6.400.000 8.320.000
Tenaga Kerja 8.000.000 10.400.000 12.800.000
Total Biaya Variabel 201.742.833 314.664.000 512.699.466
Sumber : Data Primer yang telah diolah

Keterangan
Biaya OVK : Biaya Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin.

b. Biaya Vitamin, Obat-obatan dan Vaksin

Biaya vitamin, obat-obatan dan vaksin pada usaha ternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu yang dikeluarkan oleh peternak sebagian besar dengan

membeli obat-obatan dan vitamin langsung ke poultry sedangkan ada

beberapa peternak yang menggunakan obat tradisional. Pada Tabel 8,

menunjukkan bahwa rata-rata biaya vitamin dan obat-obatan pada skala usaha

terendah biayanya lebih besar dibandingkan skala usaha menengah, hal ini

disebabkan pada skala usaha menengah ada beberapa peternak di Kecamatan

Air Batu tidak membeli vitamin dan obat obat an di poultry melainkan

peternak menggunakan obat tradisional untuk ternak itik petelur. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Nurana (2014) yang menyatakan bahwa biaya obat

dan vaksin yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Data lebih rinci dapat

dilihat pada Lampiran 7.

Jenis vitamin yang diberikan pada usaha itik petelur di Kecamatan Air

Batu yaitu Vitamin Turbo, dan jika untuk obat mata merah pada itik diberikan

Universitas Sumatera Utara


59

eye chick. Peternak biasanya langsung membeli vitamin dan obat obatan

untuk per 3 bulan.

c. Biaya Pakan

Biaya pakan pada usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu merupakan

biaya yang dikeluarkan peternak setiap harinya dan termasuk baiaya yang

paling besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo (2009) yang

menyatakan bahwa biaya pakan merupakan biaya yang paling besar dalam

usaha ternak itik. Pakan yang digunakan pada peternak di Kecamatan Air

Batu yaitu pakan pabrikan dan ada beberapa peternak yang menggunakan

pakan tambahan seperti campuran bekatul dan batang pisang. Pakan itik

petelur harus mendapat perhatian, karena pakan dapat mempengaruhi kualitas

produksi telur.

Rata rata biaya pakan yang paling terbesar pada Tabel 8 terdapat pada

skala usaha 550 – 800 ekor sebesar Rp. 468.217.133,- per periode sedangkan

biaya pakan terendah terdapat pada skala usaha 150 – 340 ekor sebesar Rp

178.764.833,- per periode. Semakin besar skala usaha maka semakin besar

biaya pakan yang akan dikeluarkan.Data lebih rinci dapat dilihat pada

Lampiran 8.

d. Biaya Transportasi

Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak pada

saat melakukan proses penjualan telur itik dan itik afkir. Pada Tabel 8,

menunjukkan bahwa biaya transportasi pada skala terendah dan menengah

memiliki biaya rata rata yang sama yaitu sebesar Rp. 6.400.000,- per periode

sedangkan untuk skala tertinggi biaya transportasi yang dikeluarkan adalah

Universitas Sumatera Utara


60

Rp. 8.320.000,- per periode.Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9.

Biaya transportasi dikeluarkan oleh peternak akan dipengaruhi jarak tempat

pemasaran, semakin jauh tempat pemasaran maka semakin banyak biaya

yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Sudiyono 2004) yang

menyatakan bahwa biaya transportasi ini merupakan jarak, karena semakin

jauh jaraknya maka semakin tinggi pula biaya transportasinya.

e. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung dalam usaha itik

petelur. Pekerjaan dalam usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu seperti

memberi pakan pada itik di pagi hari dan sore hari, mengumpulkan telur, dan

membersihkan kandang. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh peternak

di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan sebesar Rp. 400.000 – Rp.

600.000 dan berdasarkan Tabel 8 rata - rata biaya tenaga kerja menunjukkan

pada skala usaha kecil 150 – 330 ekor sebesar Rp. 8.000.000,- per periode

skala usaha menengah 350 – 500 ekor sebesar Rp. 10.400.000 per periode dan

skala usaha tertinggi sebesar Rp. 12.000.000,- per periode. Dalam

memperhitungkan biaya tenaga kerja peternak mengeluarkan berdasarkan

upah tenaga kerja yang berlaku didaerah penelitian. Data lebih rinci dapat

dilihat pada Lampiran 10.

Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu tergolong dalam peternakan

rakyat, maka peternak masih sangat sederhana dalam proses pemeliharaannya

sehingga menggunakan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarganya

saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarmanto et al. (2005) yang

menyatakan bahwa sistem pemeliharaan ternak yang dilakukan pada

Universitas Sumatera Utara


61

peternakan rakyat masih sangat sederhana sehingga anggota keluarga dapat

ikut serta dalam pemeliharaan ternak untuk mengisi waktu luangnya.

f. Total Biaya Variabel

Total biaya variabel adalah kseluruhan biaya – biaya yang dikeluarkan

oleh peternak yang terdiri dari biaya ternak awal, biaya vitamin dan obat –

obatan, biaya pakan dan biaya transportasi. Pada Tabel 8, menunjukkan

bahwa rata rata total biaya variabel yang dikeluarkan peternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu pada skala 150 – 340 ekor sebesar Rp. 201.742.833,- per

periode, pada skala usaha 350 – 500 ekor sebesar Rp.314.664.000,- per

periode sedangkan pada skala usaha 550 – 800 ekor total biaya variabel yang

dikeluarkan sebesar Rp. 512.699.466,- per periode. Perbedaan jumlah ternak

yang dipelihara merupakan salah satu faktor perbedaan total biaya variabel.

Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11.

g. Biaya Total Produksi

Biaya total produksi adalah total biaya keseluruhan yang terdiri dari biaya

tetap dan biaya variabel pada usha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu.

Biaya total produksi merupakan biaya yang ditekan oleh para peternak untuk

meningkatkan efesiensi dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan

yang lebih besar kepada para peternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Arsyad (1995) yang menyatakan bahwa untuk setiap output merupakan

penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 9. Rata – Rata Total Biaya Produksi Usaha Ternak Itik Petelur di
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan(Rp/Periode)
No Skala Usaha Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Produksi
1 150-340 2.060.000 201.742.833 203.802.833
2 350-500 5.111.333 314.664.000 319.775.333
3 550-800 5.668.667 512.699.467 725.800.000
Sumber : Data Primer yang telah di olah

Total biaya produksi usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu pada

Tabel 9 menunjukkan bahwa rata rata biaya produksi tertinggi terdapat pada

skala usaha tertinggi (550 – 800 ekor) sebesar Rp. 725.800.000. Biaya

produksi cenderung akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

ternak. Adanya perbedaan besarnya biaya total produksi di setiap skala usaha

di sebabkan oleh perbedaan besarnya jumlah ternak yang dipelihara oleh

masing-masing peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernanto (1992)

yang menyatakan bahwa total biaya tetap responden bervariasi tergantung

pada jumlah populasi ternak yang dimiliki oleh setiap peternak dengan

menggunakan hubungan antara penerimaan dan biaya, maka dapat diketahui

cabang usaha tani ternak yang menguntungkan untuk di usahakan. Data lebih

rinci dapat dilihat pada Lampiran 12.

4) Penerimaan

Penerimaan usaha ternak itik petelur merupakan total hasil yang diperoleh

peternak dari hasil pemeliharaan ternak itik petelur per bulan. Adapun sumber

penerimaan peternak itik petelur di Kecamatan Air Batu yaitu penjualan itik

petelur serta itik afkir. Berikut merupakan besar penerimaan peternak itik petelur

di Kecamatan Air Batu.

Universitas Sumatera Utara


63

Tabel 10. Rata – Rata Total Penerimaan Usaha TernakItik Petelur di kecamatan
Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Total Penerimaan Total
No Skala Usaha
Telur Itik Afkir Penerimaan
1 150 – 340 229.341.667 7.253.333 236.595.000
2 350 – 500 419.652.667 12.513.333 432.166.000
3 550 – 800 704.450.000 21.350.000 725.800.000
Sumber : Data Primer yang telah diolah

Penerimaan yang diperoleh peternak itik petelur di Kecamatan Air Batuper

periode bervariasi. Pada Tabel 9, menunjukkan bahwa penerimaan tertinggi

terdapat pada skala usaha 550 – 800 ekor sebesar Rp. 725.800.000. Hal ini

dikarenakan oleh perbedaan produksi telur ternak yang dimiliki oleh peternak dan

penjualan itik afkir. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), yang

menyatakan bahwa penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual dan penerimaan juga sangan ditentukan oleh besar kecilnya

produksi yang dihasilkan dan harga dari produksi tersebut. Data lebih rinci dapat

dilihat pada Lampiran 13 - 15.

a. Penjualan Telur Itik

Penjualan telur itik pada usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu

dilakukan langsung oleh peternak setiap harinya. Telur itik di jual dengan

harga yang bervariasi per butirnya, harga tertinggi penjualan telur itik sebesar

Rp. 2.000,- per butir, sedangkan harga terendah penjualan telur itik sebesar

Rp. 1.500,- per butir. Perbedaan harga telur itik disebabkan karena ukuran

telur yang berbeda.

b. Penjualan Itik Afkir

Penjualan Itik Afkir pada usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu

dilakukan saat itik sudah tidak dianggap produktif lagi sekitar >80 minggu

Universitas Sumatera Utara


64

setelah produksi. Harga itik afkir terendah sebesar Rp. 32.000,- per ekor

sedangkan harga itik afkir tertinggi sebesar Rp. 35.000,- per ekor.

5) Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total

produksi. Jika, nilai yang diperoleh positif maka usaha tersebut memperoleh

keuntungan, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf

(1993), yang menyatakan bahwa pendapatan peternak adalah selisih antara

penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan

usaha lainnya. Penerimaan dikurangi dengan biaya produksi maka hasil yang

didapatkan dinamakan pendapatan.

Adapun rata-rata pendapatan yang dikeluarkan oleh keseluruhan peternak itik

petelur di Kecamatan Air Batu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata – Rata Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Air
Batu Kabupaten Asahan
Skala Usaha Kepemilikan (ekor)
150 – 340 350 – 500 550 - 800
Total Penerimaan (Rp/Periode) 236.595.000 432.166.000 725.800.000
Total Biaya Produksi (Rp/Periode) 203.802.833 319.775.333 518.368.133
Total Pendapatan (Rp/Periode) 32.792.167 112.390.667 207.431.867
Total Pendapatan (Rp/Bulan) 1.366.340 4.682.944 8.642.994
Sumber : Data Primer yang telah diolah.

Pendapatan yang diperoleh peternak pada usaha ternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu berbeda beda pada setiap skala usaha yang dimiliki. Pada

Tabel 11, menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi sebesar Rp. 207.431.867 per

periode. Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 16.

Pendapatan peternak (Rp/Bulan) meningkat seiring dengan peningkatan

jumlah ternak yang dipelihara. Semakin banyak ternak itik yang dipelihara maka

Universitas Sumatera Utara


65

semakin tinggi pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Nukra (2005), yang menyatakan bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh

peternak mengalami peningkatan sering dengan meningkatnya jumlah ternak yang

dimiliki.

2. Aspek Finansial

Analisis aspek finansial sangat dibutuhkan untuk menentukan kelayakan

suatu usaha ternak, analisis ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara

jumlah biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi.

Layak atau tidaknya proses produksi untuk di jalankan usahanya, dan dapat

memberikan keuntungan serta untuk mengetahui apakah usaha ternak itik petelur

di Kecamatan Air Batu layak atau tidak layak untuk dijalankan, maka perlu

dilakukan analisis dari aspek finansial. Berbagai teknis analisis yang dapat

digunakan, antara lain : Analisis Revenue Cost Ratio (R/C), Analisis Break Even

Point(BEP), Analisis Benefit Cost Ratio (BCR), Analisis Internal Rate Return

(IRR), Analisis Net Present Value (NPV), Analisis Payback Period (PP).

Tabel 12. Rekapitulasi Finansial Usaha Ternak Itik Petelur per Periode (2 tahun)
di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp)
Skala Usaha
Kriteria 150 – 340 350 – 500 550 – 800
(Ekor) (Ekor) (Ekor)
R/C 1,13 1,30 1,33
BEP
Volume Produksi (kg) 133.797 193.173 285.688
Harga Produksi (Rp) 1.391 1.256 1.337
BCR
Net B/C 11,20 14,99 24,55
Gross B/C 1,19 1,40 1,35
NPV 51.306.828 176.832.918 322.271.435
IRR 26% 27% 27%
Payback Period 4 bulan 3 bulan 2 bulan
Sumber : Data yang telah diolah dari lampiran 19 - 29.

Universitas Sumatera Utara


66

a. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue cost ratio (R/C) merupakan perbandingan antara total penerimaan

dan total biaya produksi yang digunakan untuk mengetahui efesiensi dari

usaha ternak itik petelur. Kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan

nilai R/C rasio dengan nilai konstanta yakni satu.

Revenue cost ratio R/C berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa pada

usaha ternak itik petelur pada skala kecil, menengah dan terbesar cukup

efesien karena masing-masing peternak menunjukkan R/C lebih dari satu,

yaitu pada skala usaha 150 – 340 ekor sebesar 1,13 pada skala usaha 350 –

500 ekor sebesar 1,30 sedangkan pada skala usaha terbesar 550 – 800 ekor

sebesar 1,33 artinya bahwa usaha ternak itik petelur sudah menguntungkan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi (2003) yang menyatakan bahwa

usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C lebih dari satu,

Sehingga dapat disimpulkan usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu

layak untuk di usahakan. Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 20.

b. Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point adalah suatu keadaan yang mana usaha yang dijalankan

tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Hasnidar et al. (2017) yang menyatakan bahwa break event point

adalah titik impas suatu keadaan yang menggambarkan keuntungan usaha

yang diperoleh dengan modal yang dikeluarkan, dengan kata lain keadaan

dimana kondisi usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.

Terdapat dua jenis BEP yaitu BEP produksi dan BEP harga dan keduanya

Universitas Sumatera Utara


67

saling mempengaruhi yang mana jumlah volume penjualan dipengaruhi oleh

harga jual.

BEP Volume Produksi (butir)

Break Even Point (BEP) produksi merupakan gambaran produksi

maksimal yang harus dihasilkan peternak agar usaha ternak tidak mengalami

kerugian. BEP produksi didapatkan dengan cara membandingkan antara total

biaya produksi dengan harga jual telur per butir. Pada Tabel 13, menunjukkan

bahwa BEP volume produksi pada usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air

Batu dalam skala 150 – 340 ekor sebesar 133.797 butir telur itik, pada skala

350 – 500 ekor sebesar Rp. 193.173 butir telur itik sedangkan pada skala

terbesar 550 – 800 ekor sebesar 285.688 butir telur itik, hasil dari BEP

tersebut lebih kecil dari jumlah telur yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan

peternak tidak mengalami kerugian dari usaha ternak itik bila hanya menjual

telur sebanyak jumlah telur yang dihasilkan selama satu periode.Data lebih

rinci dapat dilihat pada Lampiran 21.

BEP Harga Produksi (Rp)

Break Even Point (BEP) harga produksi merupakan gambaran harga

terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga jual yang diberikan oleh

peternak lebih rendah dibandingkan dari harga BEP, maka usaha ternak akan

mengalami kerugian. BEP harga didapatkan dengan cara membagi total biaya

produksi dan jumlah telur yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 13,

menunjukkan bahwa BEP harga produksi pada usaha ternak itik petelur di

Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan pada skala terendah, menengah dan

terbesar sebesar Rp 1.391,- Rp. 1.256, Rp 1.337. Hasil perhitungan BEP

Universitas Sumatera Utara


68

menunjukkan harga produksi lebih kecil dari harga jual telur itik. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi harga jual yang diberikan peternak dar

BEP harga produksi, maka usaha ternak dapat dikatakan menguntungkan,

demikian sebaliknya jika semakin rendah harga jual yang diberikan peternak

dari BEP harga produksi maka dapat dikatakan usaha ternak akan mengalami

kerugian. Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 21.

c. Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara present value manfaat

dengan present value biaya. Pada analisis benefit cost ratio ini menggunakan

Net B/C dan Gross BC.

Analisis Net B/C Ratio

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga

16,75% per tahun usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu pada

sakala usaha kecil, menengah dan besar memiliki nilai Net B/C sebesar

11,20, 14,99, dan 24,55. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap Rp. 1,00

investasi yang dikeluarkan oleh peternak dapat menambah keuntungan (net

benefit) sebesar Rp. 11,20, Rp 14,99 dan Rp 24,55. Semakin besar nilai Net

B/C maka suatu usaha akan semakin menguntungkan. Suatu usaha dikatakan

layak untuk dikembangkan apabila Net B/C-nya lebih dari satu. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Soekartawi (2005) yang menyatakan suatu usaha

peternakan akan dipilih apabila nilai BCR >1 dan sebaliknya bila usaha

tersebut memberi hasil nilai BCR < 1, maka usaha tidak akan diterima. Hasil

dari perhitungan Net B/C dalam analisis usaha ternak ini menghasilkan nilai

Universitas Sumatera Utara


69

yang lebih dari satu, sehingga usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu layak

untuk dijalankan. Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 22 - 24.

Analisis Gross B/C Ratio

Analisis Gross B/C Ratio digunakan untuk mengetahui keuntungan suatu

usaha yang dihitung melalui perbandingan jumlah niali benefit atau

penerimaan dan nilai total biaya yang telah di present value-kan. Berdasarkan

Tabel 13 menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 16,75% per tahun

usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu pada sakala usaha kecil,

menengah dan besar memiliki nilai Gross B/C sebesar 1,19, 1,40 dan 1,35.

Jika, nila Gross B/C Ratio lebih besar dari 1 maka usaha ternak itik di

Kecamatan Air Batu layak untuk diusahakan. Data lebih rinci dapat dilihat

pada Lampiran 22 - 24

d. Analisis Net Present Value (NPV)

Nilai NPV menunjukkan tingkat keuntungan peternak dalam usaha ternak

itik petelur. NPV merupakan kriteria investasi berdasarkan nilai sekarang dari

aliran kas masuk laba bersih suatu investasi yang dinyatakan dengan NPV

lebih besar dari nol. Pada Tabel 13, NPV pada skala terendah sampai skala

tertinggi sebesar Rp. 51.306.828, Rp. 176.832.918, Rp. 322.271.435,- hal ini

menunjukkan NPV dari arus kas ini positif atau lebih besar dari nol, maka

usaha ternak iti di Kecamatan Air Batu layak untuk dijalankan. Karena jika

perhitungan dengan analisis NPV menghasilkan nilai negatif atau lebih kecil

dari 0, ini menunjukkan usaha ternak mengalami kerugian. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Firdaus (2009) yang menyatakan jika nilai NPV ≥ 0 maka

Universitas Sumatera Utara


70

layak untuk diusahakan, jika nilai NPV < 0 maka tidak layak untuk

diusahakan.Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 25 – 27.

e. Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian internal

merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk

sumberdaya yang digunakan. Pada Tabel 12, perhitungan IRR mengunakan

suku bunga bank 16,75% dan 21%. Mendapatkan hasil pada skala usaha

ternak terendah sebesar 26% sedangkan skala usaha menengah dan tertinggi

sebesar 27%, hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak itik petelur pada

peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu dapat mengembalikan modal

pinjaman sampai tingkat bunga maksimum 27%, maka dapat dikatakan nilai

IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan menunjukkan

bahwa usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu layak untuk

dijalankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firdaus (2009) yang

menyatakan, jika nilai IRR ≥ social discount rate maka usaha tersebut layak

diusahakan dan sebaliknya, jika nilai IRR < social discount rate maka usaha

tersebut tidak layak untuk dijalankan.Data lebih rinci dapat dilihat pada

Lampiran 28 - 30.

f. Analisis Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan waktu yang dibutuhkan agar investasi

awal kembali. Payback period juga menjadi salah satu indikator dalam

keberhasilan sebuah usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2009)

payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali

pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Berdasarkan Tabel 13,

Universitas Sumatera Utara


71

dapat diketahui bahwa payback period usaha ternak itik petelur pada skala

usaha 150 – 340 ekor, 350 – 500 ekor dan 500 – 800 ekor di Kecamatan Air

Batu diperoleh nilai 4 bulan, 3 bulan. 2 bulan yang berarti hal itu merupakan

waktu pengembalian investasi pada saat kegiatan usaha berjalan. Waktu

pengembalian investasi jika dinilai dengan waktu kandang yang mencapai

umur 5 tahun. Maka dapat dikatakan nilai payback period pada usaha ternak

ini layak untuk dijalankan karena nilai payback period lebih kecil

dibandingkan umur proyek. Data lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 31 –

33.

Analisis Usaha Peternakan Ditinjau dari Aspek Non Finansial

Nama Skala Kepemilikan Bentuk Kelompok


Izin Usaha
Peternak Usaha (Ekor) Badan Usaha Ternak
Skala Usaha Kecil
Riswan 150 - 340 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Muh. Irawan 150 - 340 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Kharis 150 - 340 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Skala Usaha
Menengah
Suratman 350 - 500 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Salman 350 - 500 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Sandi 350 - 500 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Skala Usaha Besar
Bandi 550 - 800 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Nuriba 550 - 800 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki
Eko 550 - 800 ekor Perseorangan Tidak Gabung Tidak Memiliki

1. Aspek Hukum

Aspek hukum membahas mengenai ketentuan hukum apa saja harus dipenuhi

sebelum menjalankan sebuah usaha. Tujuannya adalah supaya bisnis tersebut

sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan

perizinan di wilayah tersebut (Suliyanto, 2010). Aspek hukum dari suatu usaha

Universitas Sumatera Utara


72

diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat

menjalin jaringan kerja sama (networking) dengan pihak lain. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Suprayogi (2016) yang menyatakan adanya bentuk hukum

yang sah pada suatu usaha dapat meyakinkan para investor dan kreditor bahwa

usaha yang didirikan tidak menyimpang dari aturan yang berlaku didaerah

setempat. Suatu usaha dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari

pemerintah daerah setempat melalui instansi atau lembaga atau departemen atau

dinas terkait.

Aspek hukum merupakan evaluasi terhadap usaha yang dijalankan. Adanya

bentuk hukum yang sah akan berguna bagi kelangsungan usaha untuk kedepannya

apabila usaha tersebut akan mengalami masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Kasmir dan Jakfar (2003) yang menyatakan aspek hukum membahas tentang

masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk

badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan keabsahan dokumen

sangat penting, karena hal ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang

apabila dikemudian hari timbul masalah.

Usaha ternak itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu

memiliki bentuk badan usaha peternakan mandiri atau perseorangan baik pada

skala populasi rendah, sedang maupun skala populasi tinggi. Peternakan rakyat

merupakan peternakan yang dilakukan oleh rakyat sebagai usaha sampingan yang

jumlah maksimum kegiatannya untuk jenis ternak ditetapkan dalam peraturan

daerah. Terkait dengan peraturan daerah setempat tidak ada peraturan atau surat

menyurat tentang izin usaha peternakan yang masih memiliki jumlah kepemilikan

kurang dari 5.000 ekor . Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


73

Asahan Nomor : 6 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Di Bidang Peternakan BAB

1 Pasal 1 yang menyatakan izin usaha peternakan adalah izin usaha yang

diberikan pemerintah daerah kepada setiap orang atau badan yang

menyelenggarakan usaha peternakan yang dikategorikan berdasarkan jenis ternak

dan skala usaha yaitu dalam izin usaha ternak kecil : Skala kecil, yaitu usaha

peternakan yang memiliki ternak kecil dengan jumlah ≥ (lebih besar atau sama

dengan) 5.000 ekor s/dan 10.000 ekor; Skala menengah, yaitu usaha peternakan

yang memiliki ternak kecil dengan jumlah > (lebih besar) dari 10.000 ekor s/dan

15.000 ekor; Skala besar yaitu usaha peternakan yang memiliki ternak kecil

dengan jumlah > (lebih besar) dari 15.000 ekor.

Usaha ternak itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu tidak

memiliki surat surat perizinan yang terkait dengan legalitas suatu usaha

peternakan rakyat dikarenakan usaha ternak itik petelur yang menjadi responden

pada penelitian ini, memiliki jumlah kepemilikan yang kurang dari 5000 ekor.

Peternak di Kecamatan Air Batu sebaiknya mengurus surat surat perizinan terkait

dengan legalitas suatu usaha agar mendapatkan pengawasan yang baik dari

pemerintah setempat terhadap usaha ternak itik sehingga memudahkan peternak

mendapatkan pelayanan seperti penyuluhan, pengenalan teknologi baru,

pengadaan pakan dan melakukan pemasaran untuk wilayah luar Kabupaten

Asahan.

2. Aspek Organisasi

Aspek organisasi terkait dengan hal manajemen dalam masa pembangunan

bisnis dan manajemen dalam masa operasi atau usaha berlangsung. Struktur

organisasi yang sederhana cenderung fleksibel, sehingga relatif lebih cepat

Universitas Sumatera Utara


74

beradaptasi terhadap berbagai peluang dan tantangan (Malik dan Priatna, 2013).

Peternak di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan memanajemen usaha ternak

itik nya dengan membuat struktur organisasi yang sederhana dengan hanya

memiliki satu tenaga kerja dan menggunakan tenaga kerja yang berasal dari

keluarga dengan memiliki tenaga kerja yang sederhana pemilik usaha dapat

mengontrol usaha ternak nya dengan baik. Hal ini sesuai dalam pernyataan

Oktavia (2019) yang menyatakan struktur organisasi usaha disusun sangat

sederhana yaitu meliputi pemilik peternakan dan satu orang yang mengurus

kegiatan operasional peternakan dengan bantuan pengawasan pemilik. Jika dilihat

dengan kasat mata, struktur tersebut sangatlah sederhana, akan tetapi mampu

bembuat kegiatan operasional peternakan berjalan dengan lancar. Usaha ternak

itik di Kecamatan Air Batu secara keseluruhan tidak terkait oleh kelompok tani

atau kemitraan dari perusahaan swasta, hal ini dikarenakan sistem pada kelompok

tani dianggap terlalu rumit bagi peternak.

Aspek organisasi terkait dengan struktur organisasi usaha tersebut, bagaimana

peternak mengelola dan membagi tugas pada setiap masing masing tenaga kerja.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor, et al. (2019) yang menyatakan tujuan dari

struktur organisasi ialah agar setiap unsur-unsur yang ada di dalam tubuh

perusahaan mengetahui dengan jelas tugas atau tanggung jawab serta wewenang.

Berdasarkan hasil analisis organisasi, dapat dikatakan bahwa dari seluruh

usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu hanya satu responden yang bergabung

pada kelompok ternak akan lebih baik jika semua peternak bergabung dalam

kelompok ternak, agar pengadaan pakan, pembinaan, dan pengujian kandungan

pakan akan dapat dilakukan lebih mudah begitu juga dengan tingkat pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


75

peternak akan bertambah jika bergabung dalam kelompok ternak karena dalam

kelompok ternak peran penyuluh lapangan sangat di gunakan dalam hal usaha

ternak. Begitu juga, disarankan peternak membuat struktur organisasi yang baik

meliputi, manajer dan anak kandang agar dapat melakukan pembagian dan

pengelolaan kerja yang baik.

3. Aspek Teknis

Aspek teknis menggambarkan kondisi yang ditemukan dilapangan. Aspek

teknis menyangkut tentang tenaga kerja dan pemilihan lokasi pada usaha ternak

itik di Kecamatan Air Batu. Pada hal ini, pengetahuan dan pengalaman peternak

dalam menjalankan usahanya sangat diperlukan agar dapat menjalankan usaha nya

dengan baik dan meningkatkan produktivitas peternak. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Abdullah (2008) yang menyatakan produktivitas peternak dapat

ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan pengetahuan peternak.

Hal ini juga berkaitan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, manfaat dari

peternak yang bergabung dalam kelompok ternak dan mengikuti setiap kegiatan

didalamnya seperti penyuluhan akan membuat peternak menjadi berani dalam

mengambil keputusan bagi usahanya agar mnjadi lebih baik lagi hal ini sesuai

dengan pernyataan Ramirez dan Wendy (2004) yang menyatakan bahwa

penyuluhan berfungsi untuk mendorong partisipasi peternak dalam keberanian

mengambil keputusan yang tepat bagi usahanya. Melalui kegiatan penyuluhan

yang efektif, peternak mempunyai kesempatan yang sama dalam upaya

mningkatkan taraf hidupnya. Maka dari pernyataan tersebut usaha ternak itik

petelur yang bergabung dalam kelompok ternak berperan besar dalam

Universitas Sumatera Utara


76

mengembangkan skala usaha yang lebih ekonomis dan efisien dan meningkatkan

produktivitas ternak mereka.

1) Tenaga Kerja

Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu sebagian besar tidak menggunakan

tenaga kerja dari luar, dikarenakan bentuk usaha ternak itik di Kecamatan Air

Batu masih dalam bentuk perseorangan atau peternakan mandiri dan dalam skala

yang tidak begitu besar, jadi para peternak di Kecamatan Air Batu menggunakan

tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga untuk mengurus usaha mereka,

oleh sebab itu untuk biaya tenaga kerja tidak mengeluarkan biaya yang terlalu

banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Didit, et al. (2018) yang menyatakan

peternak yang melibatkan bantuan tenaga kerja dari pihak keluarga untuk

memelihara itik, mengeluarkan biaya yang murah, dan kenyataan tersebut akan

memengaruhi tingkat efesiensi produksi usaha ternak itik.

Tenaga kerja di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan mendapatkan upah

sebesar Rp 400.000 – Rp. 600.000 dengan jam kerja selama 4 jam per hari. Biaya

tenaga kerja yang sesuai dengan upah minimum regional (UMR) Kabupaten

Asahan sebesar Rp. 2.814.734/bulan. Jika diasumsikan upah tenaga kerja sesuai

dengan UMR maka, satu tenaga kerja dapat memelihara 3.300 ekor itik petelur

(Isdora, et al. 2018). Upah tenaga kerja per bulan adalah 150/3.300 x Rp.

2.814.734,- = Rp. 127.942,- dan 800/3.300 x Rp. 2.814.734,- = Rp.

506.652/bulan, sehingga upah tenaga kerja itik mulai dari Rp. 127.942 – Rp.

506.652 per bulan.

Universitas Sumatera Utara


77

2) Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam pendirian suatu

usaha. Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu memanfaatkan halaman belakang

atau samping rumah peternak untuk dapat melakukan kegiatan memberi pakan

dan mengumpulkan telur secara mandiri dan dapat mengontrol usaha nya dengan

baik. Kondisi lingkungan usaha ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu sangat

mendukung, karena keberadaan kandang tidak mengganggu masyarakat dan

memenuhi syarat dalam pembuatan kandang untuk itik. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Didit et al. (2008) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan usaha

ternak yang mendukung adalah salah satu yang penting untuk menjalankan usaha

ternak itik petelur dengan keberadaan kandang yang tidak mengganggu dan

hendaknya kandang harus memenuhi persyaratan seperti dekat dengan sumber air,

dekat dengan daerah pemasaran, dekat dengan sumber bahan baku dan tidak

mengganggu lingkungan sekitar maupun peternak lainnya.

4. Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada peternakan itik petelur yang terdapat di Kecamatan

Air Batu Kabupaten Asahan meliputi, pakan, vaksinisasi dan pengendalian

penyakit, perkandangan.

1) Manajemen Pakan

Usaha ternak itik petelur pada peternakan rakyat di Kecamatan Air Batu,

menerapkan sistem pemeliharaan intensif yaitu itik dikandangkan sepanjang

waktu dan pakan selalu disediakan oleh peternak. Pemeliharaan sistem intensif

sangat mempengaruhi tingkat produktivitas ternak.

Universitas Sumatera Utara


78

Pakan yang diberikan oleh peternak di Kecamatan Air Batu dari 9 responden

ada 2 peternak yang tidak mencukupi kebutuhan pakan itik. Disarankan peternak

yang belum memberikan pakan sesuai dengan kebutuhan pakan itik harus

memberikan pakan sesuai dengan kebutuhannya agar produktivitas pada itik

meningkat, yaitu pakan itik dara (grower) 8-9 minggu 130 gram, 9 – 15 minggu

145 gram, 15 – 20 minggu 150 gram, sedangkan untuk pakan itik dewasa (layer)

>20 minggu 160 – 180 gram (Prasetyo, et al. 2010). Terpenuhinya kandungan

nutrisi pada pakan yang diberikan peternak adalah protein kasar 18 – 20% dan

energi metabolisme 2700 kkal/kg hal ini menyatakan kandungan nutrisi pada

pakan yang diberikan oleh peternak memenuhi kebutuhan nutrisi pada itik di

masa periode pemeliharaan itik dewasa (layer). Hal ini sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (2017) yang menyatakan kebutuhan nutrisi pada masa

pemeliharan itik dewasa (layer) yaitu protein kasar sebesar 17% dan energi

metabolisme sebesar 2.650 kkal/kg.

Peternak di Kecamatan Air Batu yang memberikan pakan sesuai dengan

kebutuhan nutrisi itik dapat memproduksi telur rata rata per skala usaha per tahun

sebanyak 75.190 butir, 126.777 butir, 193.450 butir. Jika kebutuhan nutrisi

terpenuhi pada itik maka akan meningkatkan produksi telur itik Tegal yang

menghasilkan rataan produksi telur sebanyak 212 butir ekor per tahun

(Tumanggor et al. 2017) sehingga pendapatan pun akan ikut meningkat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Suci (2013) yang menyatakan bahwa efesiensi produksi

telur itik dapat tercapai apabila nutrien pakan yang diberikan sesuai dengan

standar kebutuhan itik. Untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup dan produksi

telur itik diperlukan bahan pakan yang berprotein tinggi. Hal yang menjadi

Universitas Sumatera Utara


79

kendala yaitu harga bahan pakan berprotein tinggi yang cukup mahal, maka perlu

dicari bahan pakan lain yang mudah diperoleh, harganya yang murah dan

memiliki kandungan protein tinggi, misalnya seperti pakan tambahan yaitu

bekatul, dan batang pisang.

2) Manajemen Pengendalian Penyakit

Pencegahan (pengendalian) penyakit adalah suatu kewajiban yang harus

dilakukan pada usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu. Berbagai cara

pengendalian dilakukan antara lain pemeliharaan kesehatan dan kebersihan untuk

mengurangi kemungkinan penyakit yang akan menyerang itik, sehingga dalam hal

ini biaya untuk obat obatan dan diminimalisir. Hal ini sesuai dengan pendapat

Yuwono (2012) yang menyatakan tujuan penanganan penyakit adalah untuk

menurangi kejadian penyakit sekecil mungkin, sehingga kerugian yang bersifat

ekonomi dapat ditekan seminimal mungkin. Program vaksinasi pada usaha ternak

itik di Kecamatan Air Batu hanya dilakukan hanya dilakukan sekali disaat itik

akan masuk kekandang tidak ada program vaksinasi rutin di buat oleh peternak

dikarenakan peternak beranggapan itik adalah ternak unggas yang tidak mudah

terjangkit penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwono (2012) yang

menyatakan bahwa itik terkenal sangat tahan terhadap penyakit jika dibandingkan

dengan ayam, karena itu dalam usaha peternakan itik masalah penyakit tidak

terlalu menonjol.

Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu sebagian besar menerapkan sistem

lingkungan kandang maupun pemberian vitamin terhadap itik. Penyakit yang

sering terjadi pada itik di Kecamatan Air Batu adalah kelumpuhan, mata merah,

berak kapur dan stress. Penyakit ini terjadi karena penyimpangan dari keadaan

Universitas Sumatera Utara


80

kesehatan normal yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, defisiensi nutrisi

dan stress akibat lingkungan yang tidak menguntungkan bagi ternak itik. Langkah

peternak di Kecamatan Air Batu untuk mengantisipasi yaitu dengan cara

membersihkan kandang dan lingkungan kandang setiap hari di sore hari. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Suharno dan Setiawan (2002) bahwa pertahanan

pertama pada itik agar penyakit tidak masuk ke lingkungan kandang yaitu dengan

cara pembersihan kandang.

3) Manajemen Metode Pemeliharan

Metode pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak itik petelur di Kecamatan

Air Batu yaitu metode pemeliharaan semi intensif dengan sistem perkarangan

dengan tipe kandang sistem litter. Kandang itik dengan sistem semi intensif

dengan tipe kandang litter lantai terbuat dari tanah dan dipadatkan dengan jerami

atau sekam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agus (2002) yang menyatakan

bahwa kandang sistem litter, lantai terbuat dari tanah yang dipadatkan bagian atas

dilapisi kapus kemudian ditutup dengan jerami.

Kandang sistem semi-intensif dengan tipe kandang sistem litter disediakan

perkarangan untuk tempat bermain itik dan kandang untuk itik beristirahat

maupun bertelur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1996) yang

menyatakan bahwa Ssistem perkarangan dikenal dengan sistem semi-intensif,

pada hal ini disediakan kandang untuk bertelur dan istirahat, disediakan pula

perkarangan untuk aktivitas itik lainnya.

Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu sebagian besar menggunakan

kandang terbukapada dasarnya kandang dengan bentuk ren mempermudah itik

untuk bermain atau bergerak bebas di dalam kandang. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


81

pernyataan (Sipora,et al. 2009) yang menyatakan sarana utama pemeliharaan itik

semi intensif adalah kandang..

Gambar 2. Kandang sistem litter milik Pak Bandi

5. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran yang dilakukan peternak di Kecamatan Air Batu yaitu

dengan memasarkan langsung ke pasar atau konsumen. Produk yang dipasarkan

pada usaha ternak itik yaitu telur itik dan itik afkir.

1) Telur Itik

Telur itik sebelum dipasarkan akan mendapatkan perlakuan

sepertipenanganan pasca panen salah satunya membersihkan telur dari kotoran itik

dengan cara mengelapnya dengan air garam yang hangat dan telur akan

dipisahkan sesuai dengan besar telur tersebut lalu dilakukan penyimpanan dalam

suhu kamar sebelum dipasarkan. Hal ini dilakukan untuk memperpanjang daya

simpan telur dan mencegah penurunan kualitas telur. Untuk pemasaran telur itik

di Kecamatan Air Batu yaitu peternak memasarkan produknya di pasar tradisional

dan daerah setempat dan juga telur disalurkan oleh pedagang-pedagang pengepul

yang datang langsung ke lokasi peternakan untuk mengefesiensi saluran distribusi

Universitas Sumatera Utara


82

pemasaran hal ini sesuai dengan pernyataan Dilon (2008) yang menyatakan

bahwa semakin tinggi biaya pemasaran akan menunjukkan semakin semakin

rendahnya efesiensi sistem pemasarannya.

Kendala utama dalam pemasaran telur itik di Kecamatan Air Batu jika masa

banjir telur terjadi, yang dimaksud adalah jika peternak itik petelur sistem

ekstensif memasarkan telurnya bersamaan dengan peternak yang sistem

pemeliharaannya intensif akan mempengaruhi harga telur dengan kata lain, harga

telur akan turun dari harga yang seharusnya. Maka, disarankan kepada peternak di

Kecamatan Air Batu untuk tidak bersamaan dalam memasarkan telur itik agar

penerimaan pada telur itik stabil dan tidak menurun, hal ini dapat di lakukan

dengan melakukan pengawetan telur agar daya tahan simpan telur dapat lebih

lama. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara pengawetan dengan menggunakan

daun jambu biji (Martawijaya, 2004). Cara lain juga dapat dilakukan dengan,

penetasan telur itik. Penetasan telur itik dapat dilakukan dengan cara penerapan

teknologi mesin tetas. Mesin tetas dengan menggunakan thermostat dapat

menjaga kelembapan suhu didalam dan penggunaan rak putar dalam proses

penetasan telur (Ahaya, 2018).

2) Itik Afkir

Itik afkir dipasarkan setelah itik dianggap tidak produktif. Itik afkir biasanya

setelah melewati masa produktifnya selama >80 minggu, sehingga itik yang

diafkir masih memiliki kualitas yang baik untuk diambil dagingnya. Untuk

pemasaran itik afkir di Kecamatan Air Batu yaitu konsumen datang langsung

kepeternak, yang sebagian besar konsumennya memiliki rumah makan yang

menyediakan bentuk olahan daging itik.

Universitas Sumatera Utara


83

Pada aspek pemasaran ini kualitas dari produk yang dihasilkan sangat

berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen, karena

akan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya.

Lokasi pemasaran yang diambil merupakan tempat strategis (mudah dijangkau)

Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjiptono (2001) komponen yang menyangkut

lokasi meliputi perbedaan lokasi yang strategis, didaerah sekitar pusat

perbelanjaaan, mudah untuk dilihat, mudah dikunjungi, dekat pemukiman

penduduk, aman dan nyaman bagi konsumen. Hal ini juga sangat mempengaruhi

hasil penjualan dan tingkat keuntungan yang diterima oleh peternak di Kecamatan

Air Batu.

Peternak di Kecamatan Air Batu memperluasan pemasaran dengan

melakukan strategi promosi dengan cara menjalin komunikasi dengan para

pedagang pengepul dan konsumen yang datang langsung ke peternak. Hali ini

sesuai dengan pernyataan Shari (2015) yang menyatakan bahwa promosi

merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang berupa aktivitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan

mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli dan

loyakan pada produk yang ditawarkan. Adanya permintaan telur itik di daerah

tujuan pemasaran cukup tinggi sedangkan penawaran telur itik yang masih rendah,

sehingga permintaan pasar telur itik secara keseluruhan belum terpenuhi. Hal ini

menunjukkan pemasaran telur itik masih terbuka lebar.

Usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu menggunakan saluran distribusi

pendek, agar dapat mengefesiensi sistem pemasaran dan memperoleh keuntungan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasanah et al. (2017) yang menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara


84

saluran distribusi pendek lebih efesien dibandingkan dengan saluran distribusi

panjang, sehingga saluran distribusi pendek memberikan keuntungan yang lebih

besar. Penentuan harga dilakukan oleh peternak dengan melihat dan

membandingkan harga harga yang beredar dipasar. Peternak juga melayani

pembelian langsung oleh konsumen. Harga jual telur itik tertinggi pada usaha

ternak itik petelur di Kecamatan Air Batu sebesar Rp. 2000/butir dan harga jual

terendah sebesar Rp. 1500/butir. Harga jual akan mempengaruhi konsumen untuk

membeli telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarmi (2010) yang

menyatakan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang

seringkali dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam

melakukan pembelian.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai Analisis Usaha Ternak

Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan penerimaan per periode pada skala

usaha kecil 150 – 330 ekor sebesar Rp. 236.595.000,- skala usaha menengah

340 –500 ekor sebesar Rp. 432.166.000,- skala usaha terbesar sebesar Rp.

725.800.000,- dan rataan pendapatan per periode pada skala usaha kecil 150 –

340 ekor sebesar Rp. 32.792.167,- skala usaha menengah sebesar Rp.

112.390.667,- skala usaha terbesar sebesar Rp. 207.431.867,-

2. Hasil analisis finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukkan

bahwa Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air

Batu Kabupaten Asahan layak untuk dijalankan . Hal ini dikarenakan nilai R/C

lebih dari satu, BEP Produksi (butir) lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

produksi telur yang dihasilkan, BEP Harga (Rp) lebih kecil dibandinkan

dengan harga jual telur per butir, Net B/C dan Gross B/C lebih dari satu, NPV

lebih besar dari nol atau bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku

bunga yang ditentukan, dan payback period berada pada sebelum umur proyek.

3. Hasil analisis non finansial menjelaskan bahwa usaha ternak itik di Kecamatan

Air Batu pada aspek hukum menjelaskan bahwa usaha ternak itik di

Kecamatan Air Batu belum mendapatkan izin usaha dari pemerintah

dikarenakan skala kepemilikan belum mencapai dengan aturan yang berlaku

yaitu 5000 ekor. Aspek organisasi menjelaskan bahwa peternak tidak terikat

85
Universitas Sumatera Utara
86

oleh kelompok tani atau kemitraan dari perusahaan swasta, hal ini dikarenakan

sistem pada kelompok tani dianggap terlalu rumit bagi peternak. Aspek

manajemen menjelaskan bahwa peternak telah memanajemen usaha itik petelur

dengan semaksimal mungkin untuk menghasilkan produktivitas yang baik.

Aspek teknis menjelaskan bahwa lokasi pada usaha ini tepat serta memiliki

sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan operasional. Aspek pasar

menjelaskan bahwa potensi pasar dinilai memadai dalam pemasaran produk

yaitu telur itik dan itik afkir

Saran

1. Peternak sebaiknya bergabung dalam kelompok ternak agar usaha ternak itik

petelur dapat mengembangkan skala usaha yang lebih ekonomis, efisien dan

meningkatkan produktivitas ternak.

2. Peternak sebaiknya mendaftarkan atau melaporkan usaha ternaknya ke kepala

desa atau pemerintah daerah agar usaha ternak itik di Kecamatan Air Batu

memiliki surat perizinan yang terkait dengan legalitas suatu usaha dan

mendapatkan pengawasan.

3. Pemberian pakan harus sangat diperhatikan dan sesuai dengan kebutuhan itik,

sehingga itik akan berproduksi secara efektif.

4. Bagi peternak yang ingin menjadikan usaha ternak itik petelur sebagai

penghasilan utama, sebaiknya jumlah kepemilikan ternak dalam skala usaha

500 ekor keatas, karena akan lebih menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternak untuk


Meningkatkan Adopsi Teknologi Sapi Potong. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Sapi Potong. Palu. 24 November 2008: 188 – 195

Agus G.T.K. 2002. Intensifikasi Beternak Itik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Ahaya, R dan Akuba, S. 2013. Rancang Bangun Alat Penetas Telur Semi
Otomatis. Jurnal teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG). 3(1) : 44-50.

Akoso, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta

Ali Imron. 2015. Analisis Kelayakan Pemasaran dan Keuangan UMKM Di


Kabupaten Malang. JEBI. STIE ASSHOLEH Pemalang. Malang.

Alfiyah, Y., K, Praseno dan S.M Mardiati. 2015. Indeks Kuning Telur (IKT) dan
Haugh Unit (HU) Telur Itik Lokal dan Beberapa Tempat Budidaya Itik di
Jawa. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 8(2) : 1 - 11

Arieska, P. K. dan Heerdiani, N 2018. Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan


Perhitungan Efesiensi Relatif. Jurnal Ilmiah. Fakultas Kesehatan,
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Surabaya

Arsyad, L. 1991. Ekonomi Manajerial (Ekonomi Terapan untuk Manajemen


Bisnis). BPFE. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2019. Provisi Sumatera Utara Dalam Angka. Provinsi
Sumatera Utara.

Bagus, D. 2002. Strategi Pemasaran. Jurnal Manajemen. UI Press. Jakarta

Bambang, A.M 1998. Mengelola Itik. Cetakan Pertama. Kanisius. Jakarta.

Bharoto. K. 2001. Beternak Itik. Aneka Ilmu. Semarang.

Budiraharjo, Kustopo dan Migie Handayani. 2008. Analisis Profitabilitas Dan


Kelayakan Finansial Usaha Ternak Itik Di Kecamatan Pagerbarang
Kabupaten Tegal. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Cahyono Bambang. 2011. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Daniel, M. 2014. Pengantar Ekonomi Pertanian Untuk Perencanaan. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

87
Universitas Sumatera Utara
88

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Andi
Offset : Yogyakarta.

Darmawan, D. Damayanti, I. Khalimatus Sa’diyah. Hasanah, N dan Khasanah,


Z.,N. 2018. Identifikasi Kekuatan Kelemahan Peluang dan Ancaman
Usaha Itik Petelur di Dusun Gedang Desa Modopuro Kecamatan Mojosari
kabupaten Mojokerto.

Dilon, H, S. 2008. Manajemen Distribusi Produk – Produk Agroindustri.


Percetakan TI – ITS. Jakarta.

Ditjennak. 2017. Statistik Peternakan Unggas 2017. Direktorat Jenderal


Peternakan. Jakarta.
Dermawan, D. Damayanti, I. Khalimatus Sa’diyah. Hasanah, N. Dan Khasanah,
Z. 2018. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Usaha
Itik Petelur di Dusun Gedang Desa Modopuro Kecamatan Mojosari
Kabupaten Mojokerto. Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto.
Agrimas, Vol 2 No 2.

Farida, N. Mulyadi dan Daniel. 2020. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Itik
Pedaging dengan Pemberian Pakan Lokal Fermentasi Probiotik.
Universitas Abulyutama. Aceh.

Firdaus, M. 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta

Ghozali, I, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS, Badan


Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gittinger, J.P 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press Jakarta.

Gumelar., A. P dan A. Rahmat. 2016. Potensi produksi telur itik di kelompok


ternak itik putri mandiri kabupaten karawang jawa barat. Jurnal Ilmu
Peternakan. 1(1):44-45.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia.


Jakarta

Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih. 2001. Itik, Permasalahan dan Pemecahan.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasanah, L. Suryadi, U. Dan Wihdhijanto. 2017. Analisis Saluran Distribusi dan


Margin Pemasaran Telur Itik di Kabupaten Situbondo

Hasnidar, T. M. Nur dan Elfiana. 2017. Analisis Usaha Ikan Hias di Gampong
Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Biureuen. Jurnal S. Pertanian
Vol. 1, No 2 (97–105). Fakultas Pertanian Univertas Almuslim.

Universitas Sumatera Utara


89

Hermawan, A. 2005. Pengaruh bobot indeks telur terhadap jenis kelamin anak
ayam kampung pada saat menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usaha Tani, Edisi Ke-1 Penebar Swadaya. Jakarta.

Ibrahim, H.M 2003 Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Isdora, T., B. R. T. Putri dan I W. Sukanata. Analisis Kelayakan Finansial Usaha


Peternakan Itik Petelur Mojosari dengan Sistem Pemeliharaaan Intensif.
Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Jl. P. B. Sudirman, Denpasar.

Jaelani A, Suslinawati. Dan Maslan. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan


Ayam Broiler di Kecamatan Tapin Utara Kabupaten Tapin. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol 13 No 2. Banjarmasin.

Jakfar, K. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana

Jumingan. 2014.Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Pembuatan Proposal


Kelayakan. Bumi Aksara : Jakarta

Janie, D. N. A. 2012. Statistik Deskriptif dan Regresi Linier Berganda dengan


SPSS. Universitas Semarang. Semarang

Ketaren, P. P. Dan L. H. Prasetyo, 2002. Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas


Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari dan Mojosari Albio selama 12
bulan Produksi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Khotimah, H., dan Sutiono. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya
Bambu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Bogor

Kotler, P., dan Amstrong, G. 2012 Dasar dasar Pemasaran. Edisi V. Jilid 1.
Intermedia. Jakarta.

Malik, A dan Priatna W, B. 2013. Analisis Kelayakan usaha Pembibitan


Peternakan Kuda Pacu Budi Mulya Stable Kota Payakumbuh Provinsis
Sumatera Barat. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

Martawijaya, E. I. Martantoe dan N. Tinaprilla. 2004. Panduan Beternak Itik


Petelur Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Murtidjo, B. A. 2002. Mengelola Itik. Kanisius. Yogyakarta.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National


Academy of Science. Washington D.C.

Universitas Sumatera Utara


90

Nitisemito, A.S dan M.U. Burhan. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi
Proyek. Bumi Aksa. Jakarta.

Noor, M. Hidayatullah, A dan Zuraida, A. 2019. Analisis Usaha Budidaya Lebah


Madu Kelulut (Trigona Sp) Di Kelompok Tani Pinang Muda Di Desa Sungai
Pinang Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut. Program Studi
Agrbisnis Universitas Islam Kalimantan. Banjarmasin.

Nukra. 2005. Kontribusi Usaha Pemeliharaan Ternak Sapi Potong Terhadap Total
Penerimaan Petani Peternak di Desa Manuju Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:


Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.

Nurana. 2014. Analisis Pendapatan Peternak Itik Petelur Sistem Pemeliharaan


Nomaden di Desa Kaliang Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.
Fakultas Peternakan Universitas Hassanudin. Makasar

Peraturan Daerah Kabupaten Asahan. 2009. Pelayanan Di Bidang Peternakan.


Kabupaten Asahan.

Prasetyo. H.L., Pius. P. Ketaren, A.R.Setioko, A. Suparyanto, E. Juarini. Triana


Susanti dan Soni Sopiyana. 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Itik. Balai
Penelitian Ternak Petunjuk Teknis.

Pratiwi, D. 2013. Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap


Pendapatan Peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.
Fakultas Peternakan Universitas hassanudin. Makasar.

Priyatno, D. 2013. Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate dengan SPSS. Gava
Media, Yogyakarta

Pujawan, I. N. 2004. Ekonomi Teknik. Guna Widya. Surabaya.

Raharja, P dan Mandala, M. 2006. Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar,


EdisiKetiga.Lembaga Penerbit Fakultass Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta

Rahayu, ID. 2003. Ilmu Kesehatan Ternak. Buku Ajar Jurusan Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Ramirez, R and Wendy, Q. 2004. Communication for Development. International


Development Research Centre and the Food and Agriculture Organization
of The United Nations. 2004.

Universitas Sumatera Utara


91

Rasuli, N., M.A. Saade., dan K. Ekasari. 2006. Analisis margin pemasaran telur
itik di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten
Gowa. Jurnal Agrisistem. 5(3):36-43.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swaday. Jakarta.

Rasyaf, M. 2002. Beternak itik. Edisi ke-16. Kanisius. Yogyakarta

Reksowardoyo. 1983. Hubungan Berbagai Karakteristik Warga Masyarakat Desa


Sarampad Kabupaten Cianjur dan persepsi mereka tentang ternak Kelinci..
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Karya Ilmiah

Samosir, D.J. 1983. Ilmu Ternak Itik. Gramedia dan Pemda DKI Jakarta. Jakarta.

Santoso, S. 2000. Latihan SPSS Statistik Parmetik.Gramedia, Jakarta.

Sianita, N., Hasan, Z dan Kusriningrum, R. 2011. Respon Antibodi dan


Protektivitas pada Ayam Pasca Vaksinasi Menggunakan Vaksin ND Aktif
Lv12. Veterinaria Medika. 4 (2): 129-134

Singarimbun, Masri. 1989. Metode dan Proses Penelitian Singarimbun Masri dan
Sofian Efendi. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sipora, Srianna., Ira Wadani Harahap., dan Zulka Hidayati. 2009. Usaha Itik Petelur
Dan Telur Tetas. Program Studi Manajemen Hutan. Departemen Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Siregar, Sori Basya. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, A., 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Rajawali Press.
Jakarta.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah mada University Press.


Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2017. Pakan Itik Petelur Masa Produksi (Duck layer).
Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Subiharta, D, M, Yuwono dan P, Sudrajad. 2013. Karakteristik itik Tegal (Anas


plantyhynchos javanicus) sebagai itik petelur unggulan lokal Jawa Tengah
dan upaya peningkatan produksinya. Seminar Nasional: Menggagas
Kebangkitan Komoditas Unggul Lokal Pertanian dan Kelautan. Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura.

Suci, M, D. 2013. Pakan Itik Pedaging dan Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmanto, B. Santosa, A, K. dan Haryadi, T, F. 2015. Produktivitas Tenaga


Kerja Keluarga dalam Pemeliharaan Sapi Perah di Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang. Buletin Peternakan Vol. 29 (2).

Universitas Sumatera Utara


92

Sudarwo, Y. dan A. Siriwa, 2000. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Sudiyono, Tedy Herlambang, Brastoro, Rachmat Sudjana dan Said Kelana. 2005.
Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Sugiarto. Herlambang, T. Brastoro. Sudjana, R. dan Kelana, S. 2005. Ekonomi


Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Afabeta :


Bandung.

Suharno, B. dan K, Amri. 2011. Beternak Itik Secara Intensif. Panebar Swadaya.
Jakarta

Suharno, B dan T. Setiawan. 2002. Beternak Itik Petelur di Kandang Baterai.


Cetakan ke-3. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumarni, M. 2010. Dasar – dasar Ekonomi Perusahaan 5 th ed. Liberty


Yogyakarta. Yogyakarta

Suprayogi, M. 2016. Analisis Kelayakan Usaha (Studi Kasus : Peternakan Ayam


Ras Petelur Pak Tarno di Kelurahan Polokarto Kecamatan Polokarto,
Kabupaten Sokoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik.. Jakarta. Penebar Swadaya.

Supriyono. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. BPFE UGM : Yogyakarta.

Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek Teknik dan Prosedur Penyusunan


Laporan. J & J Learning. Yogyakarta.

Swastha, B dan Sukotjo, I. 1993.Pengantar Bisnis Moders (Pengantar Ekonomi


Perusahaan Modern).Liberty Offset Yogyakarta. Yogyakarta

Taufik, D.K., Isbandi dan Dyah M. 2013 Analisis Pengaruh Sikap Peternak
Terhadap Pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan
Pesurungan Lor Kota Tegal. Fakultas Peternakan. Universitas Dipenegoro.
Semarang. JITP Vol. 2 No. 3.

Tjiptono. 2001. Strategi Pemasaran. Cetakan kelima. Pemnerbit Andi.


Yogyakarta.

Triyono, Slamet. 2009. Komposisi Penduduk. http://slamet-


triyono.blogspot.com/2009/10/komposisi-penduduk.html.

Universitas Sumatera Utara


93

Tumanggor, B. G., D. M. Suci dan S. Suharti 2017. Kajian Pemberian Pakan Pada
Itik dengan Sistem Pemeliharaan Intensif dan semi Intensif di peternakan
rakyat. Buletin makan ternak 104(1) : 21 – 29.

Umar, 2013. Studi Kelayakan dan Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan Dengan Asap
Cair Limbah Pertanian. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Universitas Diponegoro. Semarang.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wibowo, A. A. 2009. Analisis Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo.


Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis


(Diterjemahkan oleh S.G.N.D. Darmadja). Edisi ke-1. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Windhyarti, S. S 2000. Beternak Itik tanpa air. Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Yuwono, M, D. 2012. Budidaya Ternak Itik Petelur. Badan Peneliian dan


Pengembangan pertanian. Jawa Tengah.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Peternak Sampel Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
No Nama Alamat Jenis Umur Pendidikan Jumlah Ternak Lama Beternak
Kelamin (Tahun) (Ekor) (Tahun)
1 Riswan Desa Danau Sijabut Laki-Laki 37 SMA 150 2
2 Muhammad Irawan Dusun V, Hesa Air Genting Laki-Laki 30 SMA 235 3
3 Kharis Dusun VI, Sijabut Penggalangan Laki-Laki 45 SMA 333 6
4 Suratman Desa Danau Sijabut Laki-Laki 48 SD 350 5
5 Salman Dusun VI, Desa Danau Sijabut Laki-Laki 38 SD 400 5
6 Sandi Dusun VI, Desa Danau Sijabut Laki-Laki 32 SMA 500 1
Sidorukun Dusun III, Sijabut
7 Bandi Laki-Laki 49 SD 580 5
Teratai
8 Nuriba Dusun VIII, Desa Danau Sijabut Perempuan 54 SD 600 2
9 Eko Dusun I Desa Sijabut Teratai Laki-Laki 30 SMA 800 4

94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Biaya Penyusutan Kandang Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Biaya Kandang Umur Ekonomis Umur Ekonomis Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan
Nama Peternak
(Rp) (Tahun) (Periode) (Tahun) (Periode)
Skala Usaha 150-340 ekor
1 Riswan 2.000.000 5 2,5 400.000 800.000
2 Muhammad Irawan 3.000.000 5 2,5 600.000 1.200.000
3 Kharis 8.000.000 8 2,5 1.000.000 3.200.000
Rataan 4.333.333 666.667 1.733.333
Skala Usaha 350-500 ekor
1 Suratman 15.000.000 10 2,5 1.500.000 6.000.000
2 Salman 10.000.000 8 2,5 1.250.000 4.000.000
3 Sandi 10.000.000 8 2,5 1.250.000 4.000.000
Rataan 11.666.667 1.333.333 4.666.667
Skala Usaha 550-800 ekor
1 Bandi 8.000.000 8 2,5 1.000.000 3.200.000
2 Nuriba 10.000.000 8 2,5 1.250.000 4.000.000
3 Eko 20.000.000 15 2,5 1.333.333 8.000.000
Rataan 12.666.667 1.194.444 5.066.667

95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Total Biaya Umur Ekonomis Umur Ekonomis Biaya penyusutan Biaya Penyusutan
Nama Peternak
Peralatan (Rp) (Tahun) (Periode) (Tahun) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150- 340 ekor
1 Riswan 570.000 5 2,5 114.000 228.000
2 Muhammad Irawan 705.000 5 2,5 141.000 282.000
3 Kharis 815.000 5 2,5 163.000 326.000
Rataan 696.667 139.333 278.667
Skala Usaha 350-500 ekor
1 Suratman 835.000 5 2,5 167.000 334.000
2 Salman 920.000 5 2,5 184.000 368.000
3 Sandi 1.160.000 5 2,5 232.000 464.000
Rataan 971.667 194.333 388.667
Skala Usaha 550-800 ekor
1 Bandi 1.150.000 5 2,5 230.000 460.000
2 Nuriba 1.320.000 5 2,5 264.000 528.000
3 Eko 1.615.000 5 2,5 323.000 646.000
Rataan 1.017.222 203.444 406.889

96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Biaya PBB Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Total Pajak Total Pajak
Nama Peternak
(Tahun) (Periode)
Skala Usaha 150-340 ekor
1 Riswan 20.000 40.000
2 Muhammad Irawan 24.000 48.000
3 Kharis 28.000 56.000
Rataan 24.000 48.000
Skala Usaha 350-500 ekor
1 Suratman 30.000 60.000
2 Salman 26.000 52.000
3 Sandi 28.000 56.000
Rataan 28.000 56.000
Skala Usaha 550-800 ekor
1 Bandi 30.000 60.000
2 Nuriba 26.000 52.000
3 Eko 30.000 60.000
Rataan 28.667 57.333

Lampiran 5. Total Biaya Tetap per Periode Usaha Ternak Itik Pada PeternakanRakyat di
Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan(Rp/Periode)
Biaya Penyusutan Biaya Tetap
Nama Peternak Pajak
Kandang Peralatan (Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 800.000 228.000 40.000 1.068.000
2 Muhammad Irawan 1.200.000 282.000 48.000 1.530.000
3 Kharis 3.200.000 326.000 56.000 3.582.000
Rataan 1.733.333 278.667 48.000 2.060.000
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 6.000.000 334.000 60.000 6.394.000
2 Salman 4.000.000 368.000 52.000 4.420.000
3 Sandi 4.000.000 464.000 56.000 4.520.000
Rataan 4.666.667 388.667 56.000 5.111.333
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 3.200.000 460.000 60.000 3.720.000
2 Nuriba 4.000.000 528.000 52.000 4.580.000
3 Eko 8.000.000 646.000 60.000 8.706.000
Rataan 3.200.000 544.667 57.333 5.668.667

97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Biaya Ternak Awal Usaha Ternak Itik Petelur Peternakan Rakyat di
Kecamatan air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Jumlah Ternak Harga Biaya Ternak
Nama Peternak
(Ekor) (Rp/ekor) Awal (Rp)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 150 35.000 5.250.000
2 Muhammad Irawan 235 35.000 8.225.000
3 Kharis 333 35.000 11.655.000
Rataan 239 35000 8.376.667
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 350 35.000 12.250.000
2 Salman 400 35.000 14.000.000
3 Sandi 500 35.000 17.500.000
Rataan 417 35.000 14.583.333
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 580 35.000 20.300.000
2 Nuriba 600 35.000 21.000.000
3 Eko 800 35.000 28.000.000
Rataan 660 35.000 23.100.000

Lampiran 7. Total Biaya Obat-obatan, Vitamin Dan Vaksin per Periode Usaha Ternak Itik
Petelur Pada Peternakan Rakyat di KecamatanAirBatu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Vitamin Obat-Obatan Vaksin Total Biaya Total Biaya OVK
Nama Peternak
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 0 40.000 0 40.000 80.000
2 Muhammad Irawan 0 50.000 0 50.000 100.000
3 Kharis 0 150.000 62.000 212.000 424.000
Rataan 0 80.000 20.667 100.667 201.333
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 0 0 80.000 80.000 160.000
2 Salman 0 0 0 - -
3 Sandi 0 50.000 150.000 200.000 400.000
Rataan 0 16.667 76.667 93.333 186.667
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 40.000 0 150.000 190.000 380.000
2 Nuriba 38.000 103.000 0 141.000 282.000
3 Eko 37.500 0 25.000 62.500 125.000
Rataan 38.500 34.333 58.333 165.500 262.333

98
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Total Biaya Transportasi per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan
Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Biaya Biaya Biaya
Nama Peternak Transportasi Transportasi Transportasi
(Rp/Minggu) (Rp/Bulan) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan - - -
2 Muhammad Irawan - - -
3 Kharis 200.000 800.000 19.200.000
Rataan 66.667 266.667 6.400.000
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 60.000 240.000 5.760.000
2 Salman 60.000 240.000 5.760.000
3 Sandi 80.000 320.000 7.680.000
Rataan 66.667 266.667 6.400.000
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 100.000 400.000 9.600.000
2 Nuriba 60.000 240.000 5.760.000
3 Eko 100.000 400.000 9.600.000
Rataan 86.667 346.667 8320.000

99
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Total Biaya Pakan per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Jumlah Ternak Jumlah Pakan Harga Pakan Harga Pakan Total Harga Pakan
Nama Peternak
(Ekor) (Hari/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Hari/Kg) (Rp/Periode/Kg)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 150 26 6.250 162.500 118.625.000
2 Muhammad Irawan 235 38 6.200 235.600 171.988.000
3 Kharis 333 53 6.350 336.550 245.681.500
Rataan 39 6.267 244.883 178.764.833
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 350 56 5.700 319.200 233.016.000
2 Salman 400 64 6.300 403.200 294.336.000
3 Sandi 500 70 6.300 441.000 321.930.000
Rataan 63 6100 387.800 283.094.000
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 580 94 6.220 584.680 426.816.400
2 Nuriba 600 85 6.200 527.000 384.710.000
3 Eko 800 130 6.250 812.500 593.125.000
Rataan 103 6.223 641.393 468.217.133

100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu
KabupatenAsahan (Rp/Periode)
Jumlah Ternak Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
Nama Peternak
(Ekor) (Rp/Bulan) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 150 300.000 7.200.000
2 Muhammad Irawan 235 350.000 8.400.000
3 Kharis 333 350.000 8.400.000
Rataan 333.333 8.000.000
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 350 400.000 9.600.000
2 Salman 400 450.000 10.800.000
3 Sandi 500 450.000 10.800.000
Rataan 433.333 10.400.000
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 580 500.000 12.000.000
2 Nuriba 600 500.000 12.000.000
3 Eko 800 600.000 14.400.000
Rataan 533.333 12.000.000

101
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Total Biaya Variabel per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan (Rp/Periode)
Biaya Ternak Biaya Biaya Tenaga Total Biaya
Biaya OVK Biaya Pakan
Nama Peternak Awal Transportasi Kerja Variabel
(Rp) (Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode) (Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 5.250.000 80.000 118.625.000 - 7.200.000 131.155.000
2 Muhammad Irawan 8.225.000 100.000 171.988.000 - 8.400.000 188.713.000
3 Kharis 11.655.000 424.000 245.681.500 19.200.000 8.400.000 285.360.500
Rataan 8.376.667 201.333 178.764.833 6.400.000 8.000.000 201.742.833
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 12.250.000 160.000 233.016.000 5.760.000 9.600.000 260.786.000
2 Salman 14.000.000 - 294.336.000 5.760.000 10.800.000 324.896.000
3 Sandi 17.500.000 400.000 321.930.000 7.680.000 10.800.000 358.310.000
Rataan 14.583.333 186.667 283.094.000 6.400.000 10.400.000 314.664.000
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 20.300.000 380.000 426.816.400 9.600.000 12.000.000 469.096.400
2 Nuriba 21.000.000 282.000 384.710.000 5.760.000 12.000.000 423.752.000
3 Eko 28.000.000 125.000 593.125.000 9.600.000 14.400.000 645.250.000
Rataan 23.100.000 262.333 468.217.133 8.320.000 12.000.000 512.669.466

102
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Total Biaya Produksi per Periode Usaha Ternak Itik Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Total Biaya Total Biaya Total Biaya
Nama Peternak Tetap Variabel Produksi
(Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 1.068.000 131.155.000 132.223.000
2 Muhammad Irawan 1.530.000 188.713.000 190.243.000
3 Kharis 3.582.000 285.360.500 288.942.500
Rataan 2.060.000 201.742.833 203.802.833
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 6.394.000 260.786.000 267.180.000
2 Salman 4.420.000 324.896.000 329.316.000
3 Sandi 4.520.000 358.310.000 362.830.000
Rataan 5.111.333 314.664.000 319.775.333
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 3.720.000 469.096.400 472.816.400
2 Nuriba 4.580.000 423.752.000 428.332.000
3 Eko 8.706.000 645.250.000 653.956.000
Rataan 5.668.667 402.504.133 518.368.133

103
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Total Penerimaan Telur Itik per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan (Rp/Periode)
Jumlah Telur Jumlah Telur Harga Telur Total Penerimaan
Nama Peternak Jumlah Ternak
(Butir/Hari) (Butir/Periode) (Rp/Butir) Telur (Rp/Periode)
1 Riswan 150 120 87.600 1.500 131.400.000
2 Muhammad Irawan 235 188 137.240 1.500 205.860.000
3 Kharis 333 310 226.300 1.550 350.765.000
Rataan 206 150.380 1.517 229.341.667
1 Suratman 350 312 227.760 1.550 353.028.000
2 Salman 400 360 262.800 1.700 446.760.000
3 Sandi 500 370 270.100 1.700 459.170.000
Rataan 347 253.553 1.650 419.652.667
1 Bandi 580 520 379.600 1.700 645.320.000
2 Nuriba 600 430 313.900 1.700 533.630.000
3 Eko 800 640 467.200 2.000 934.400.000
Rataan 530 386.900 1.800 704.450.000

104
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Total Penerimaan Itik Afkir Usaha Ternak Itik Petelur Pada Peternakan
Rakyat di Kecamatn Air Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Jumlah Itik Afkir Harga Itik Afkir Total Penerimaan
No Nama Peternak
(Ekor/Periode) (Rp/Ekor) (Rp/Periode)
1 Riswan 140 32.000 4.480.000
2 Muhammad Irawan 229 32.000 7.328.000
3 Kharis 311 32.000 9.952.000
Rataan 227 32.000 7.253.333
4 Suratman 320 32.000 10.240.000
5 Salman 360 35.000 12.600.000
6 Sandi 420 35.000 14.700.000
Rataan 367 34.000 12.513.333
7 Bandi 540 35.000 18.900.000
8 Nuriba 570 35.000 19.950.000
9 Eko 720 35.000 25.200.000
Rataan 610 35.000 21.350.000

105
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Total Penerimaan per Periode Usaha Ternak Itik Pada Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Jumlah Ternak Total Penerimaan Telur Total Penerimaan Itik Total Penerimaan
Nama Peternak
(Ekor) (Rp/Periode) Afkir (Rp/Periode) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 150 131.400.000 4.480.000 135.880.000
2 Muhammad Irawan 235 205.860.000 7.328.000 213.188.000
3 Kharis 333 350.765.000 9.952.000 360.717.000
Rataan 229.341.667 7.253.333 236.595.000
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 350 353.028.000 10.240.000 363.268.000
2 Salman 400 446.760.000 12.600.000 459.360.000
3 Sandi 500 459.170.000 14.700.000 473.870.000
Rataan 419.652.667 12.513.333 432.166.000
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 580 645.320.000 18.900.000 664.220.000
2 Nuriba 600 533.630.000 19.950.000 553.580.000
3 Eko 800 934.400.000 25.200.000 959.600.000
Rataan 704.450.000 21.350.000 725.800.000

106
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Total Pendapatan per Periode Usaha Ternak Itik Petelur Pada
Peternakan Rakyat di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Total Total
Total Produksi
Nama Penerimaan Pendapatan
(Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 300 ekor
Riswan 135.880.000 132.223.000 3.657.000
Muhammad Irawan 213.188.000 190.243.000 22.945.000
Kharis 360.717.000 288.942.500 71.774.500
Rataan 236.595.000 203.802.833 32.792.167
Skala Usaha 350 - 500 ekor
Suratman 363.268.000 267.180.000 96.088.000
Salman 459.360.000 329.316.000 130.044.000
Sandi 473.870.000 362.830.000 111.040.000
Rataan 432.166.000 319.775.333 112.390.667
Skala Usaha 550 - 800 ekor
Bandi 664.220.000 472.816.400 191.403.600
Nuriba 553.580.000 428.332.000 125.248.000
Eko 959.600.000 653.956.000 305.644.000
Rataan 608.900.000 518.368.133 207.431.867

107
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Proyeksi Arus Kas Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan. (Rp/tahun)
Deskripsi Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Saldo Awal 36.872.792 53.268.875 71.370.715 89.472.555
Cash Inflow
Penerimaan Penjualan 118.297.500 118.297.500 123.029.400 123.029.400 127.950.576
Total Cash Inflow 118.297.500 118.297.500 123.029.400 123.029.400 127.950.576
Cash Outflow
Biaya Investasi 5.030.000
Biaya Penyusutan 1.006.000 1.006.000 1.006.000 1.006.000 1.006.000
Biaya variabel 100.871.417 100.871.417 103.897.560 103.897.560 107.014.487
Biaya PBB 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000
Total cash Outflow (5.030.000) 101.901.417 101.901.417 104.927.560 104.927.560 108.044.487
Net Cashflow (5.030.000) 16.396.083 16.396.083 18.101.840 18.101.840 19.906.089
Saldo Akhir (5.030.000) 36.872.792 53.268.875 71.370.715 89.472.555 109.378.644

108
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Proyeksi Arus Kas Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Menengah (350 - 500 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan. (Rp/tahun)
Deskripsi Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Saldo Awal 91.714.667 183.424.334 280.267.524 377.110.914
Cash Inflow
Penerimaan Penjualan 216.083.000 216.083.000 224.726.320 224.726.320 233.715.327
Total Cash Inflow 216.083.000 216.083.000 224.726.320 224.726.320 233.715.327
Cash Outflow
Biaya Investasi 12.638.334
Biaya Penyusutan 2.527.667 2.527.667 2.527.667 2.527.667 2.527.667
Biaya variabel 157.332.000 157.332.000 162.051.960 162.051.960 165.913.518
Biaya PBB 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000
Total cash Outflow (12.638.334) 159.887.667 159.887.667 164.607.627 164.607.627 168.469.185
Net Cashflow (12.638.334) 56.195.333 56.195.333 60.118.693 60.118.693 65.246.142
Saldo Akhir (12.638.334) 91.714.667 147.910.000 243.543.027 340.386.217 442.357.056

109
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Proyeksi Arus Kas Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Tertinggi (550 - 800 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan. (Rp/tahun)
Deskripsi Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Saldo Awal 156.100.167 256.533.322 363.106.915 469.680.508
Cash Inflow
Penerimaan Penjualan 304.450.000 304.450.000 316.628.000 316.628.000 329.293.120
Total Cash Inflow 304.450.000 304.450.000 316.628.000 316.628.000 329.293.120
Cash Outflow
Biaya Investasi 13.683.889
Biaya Penyusutan 2.736.778 2.736.778 2.736.778 2.736.778 2.736.778
Biaya variabel 201.252.067 201.252.067 207.289.629 207.289.629 213.508.317
Biaya PBB 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000
Total cash Outflow (13.683.889) 204.016.845 204.016.845 210.054.407 210.054.407 216.273.095
Net Cashflow (13.683.889) 100.433.155 100.433.155 106.573.593 106.573.593 113.020.025
Saldo Akhir (13.683.889) 156.100.167 256.533.322 363.106.915 469.680.508 582.700.533

110
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Revenue Cost Ratio (R/C) per Periode Peternak Usaha Ternak Itik Pada
Peternakan Rakyat Petelur di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Total Total Total
Nama Peternak Penerimaan Produksi Pendapatan R/C
(Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 135.880.000 132.223.000 3.657.000 1,03
2 Muhammad Irawan 213.188.000 190.243.000 22.945.000 1,12
3 Kharis 360.717.000 288.942.500 71.774.500 1,25
Rataan 32.792.167 1,13
Skala Usaha 350 - 500 ekor
1 Suratman 363.268.000 267.180.000 96.088.000 1,36
2 Salman 459.360.000 329.316.000 130.044.000 1,39
3 Sandi 473.870.000 362.830.000 111.040.000 1,31
Rataan 112.390.667 1,30
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 664.220.000 472.816.400 191.403.600 1,40
2 Nuriba 553.580.000 428.332.000 125.248.000 1,29
3 Eko 959.600.000 653.956.000 305.644.000 1,47
Rataan 207.431.867 1,33

111
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Rata-rata BEP Harga (Rp) dan BEP Produksi (butir) per Periode Peternak Pada Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Air
Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Jumlah Ternak Jumlah Telur Harga telur Total Biaya BEP Harga BEP Produksi
Nama Peternak
(Ekor) (Butir/Periode) (Rp/butir) Produksi (Rp) (Rp) (butir)
Skala Usaha 150 - 340 ekor
1 Riswan 150 87.600 1.500 132.223.000 1.509 88.149
2 Muhammad Irawan 235 137.240 1.500 190.243.000 1.386 126.829
3 Kharis 333 226.300 1.550 288.942.500 1.277 186.415
Rataan 150.380 1.517 203.802.833 1.391 133.797
Skala Usaha 350- 500 ekor
1 Suratman 350 227.760 1.550 267.180.000 1.173 172.374
2 Salman 400 262.800 1.700 329.316.000 1.253 193.715
3 Sandi 500 270.100 1.700 362.830.000 1.343 213.429
Rataan 253.553 1.650 319.775.333 1.256 193.173
Skala Usaha 550 - 800 ekor
1 Bandi 580 379.600 1.700 472.816.400 1.246 278.127
2 Nuriba 600 313.900 1.700 428.332.000 1.365 251.960
3 Eko 800 467.200 2.000 653.956.000 1.400 326.978
Rataan 386.900 1.800 518.368.133 1.337 285.688

112
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Gross BC dan Net B/C per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan Air
Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan df 16,75% pv Benefit.Df Cost.Df Gross BC Net B/C
0 (12.638.334) - (12.638.334) 1 (12.638.334) - (12.638.334) PV (-) (12.638.334)
1 159.887.667 216.083.000 56.195.333 0,856 48.103.205 184.967.048 136.863.843 PV (+) 189.471.252
2 159.887.667 216.083.000 56.195.333 0,733 41.191.179 158.388.839 117.197.660
3 164.607.627 224.726.320 60.118.693 0,628 37.754.539 141.128.129 103.373.590
4 164.607.627 224.726.320 60.118.693 0,538 32.343.857 120.902.760 88.558.903
5 168.469.185 233.715.327 65.246.142 0,461 30.078.471 107.742.766 77.664.294
713.129.542 511.019.956 1,40 14,99

Lampiran 23. Gross BC dan Net B/C per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Menengah (350 - 500 ekor) di Kecamatan Air
Batu Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
df
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan pv Benefit.Df Cost.Df Gross BC Net B/C
16,75%
0 (12.638.334) - (12.638.334) 1 (12.638.334) - (12.638.334) PV (-) (12.638.334)
1 159.887.667 216.083.000 56.195.333 0,856 48.103.205 184.967.048 136.863.843 PV (+) 189.471.252
2 159.887.667 216.083.000 56.195.333 0,733 41.191.179 158.388.839 117.197.660
3 164.607.627 224.726.320 60.118.693 0,628 37.754.539 141.128.129 103.373.590
4 164.607.627 224.726.320 60.118.693 0,538 32.343.857 120.902.760 88.558.903
5 168.469.185 233.715.327 65.246.142 0,461 30.078.471 107.742.766 77.664.294
713.129.542 511.019.956 1,40 14,99

113
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Gross BC dan Net B/C per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Tertinggi (500 – 800 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
df
Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan pv Benefit.Df Cost.Df Gross BC Net B/C
16,75%
0 - (13.683.889) (13.683.889) 1 (13.683.889) - (13.683.889) PV (-) (13.683.889)
1 304.450.000 204.016.845 100.433.155 0,856 85.970.781 223.161.850 174.638.419 PV (+) 335.955.324
2 304.450.000 204.016.845 100.433.155 0,733 73.617.503 191.194.600 149.544.347
3 316.628.000 210.054.407 106.573.593 0,628 66.928.216 170.345.864 131.914.168
4 316.628.000 210.054.407 106.573.593 0,538 57.336.593 145.965.508 113.009.271
5 329.293.120 216.273.095 113.020.025 0,461 52.102.232 151.804.128 99.701.897
882.471.950 655.124.213 1,35 24,55

114
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25. Net Present Value (NPV) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
Biaya df
Penerimaan Pendapatan pv
Produksi 16,75%
- (5.030.000) (5.030.000) 1 (5.030.000)
118.297.500 101.901.417 16.396.083 0,856 14.035.047
118.297.500 101.901.417 16.396.083 0,733 12.018.329
123.029.400 104.927.560 18.101.840 0,628 11.367.956
123.029.400 104.927.560 18.101.840 0,538 9.738.790
127.950.576 108.044.487 19.906.089 0,461 9.176.707
Total pv 51.306.828

⅀Pv = (5.030.000) + 14.035.047 + 12.018.329 + 11.367.956 + 9.738.790 +


9.176.707
= 51.306.828

Lampiran 25. Net Present Value (NPV) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Menengah (350 500 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
df
Penerimaan Biaya Pendapatan Pv
16,75%
- (12.638.334) (12.638.334) 1 (12.638.334)
216.083.000 159.887.667 56.195.333 0,856 48.103.205
216.083.000 159.887.667 56.195.333 0,733 41.191.179
224.726.320 164.607.627 60.118.693 0,628 37.754.539
224.726.320 164.607.627 60.118.693 0,538 32.343.857
233.715.327 168.469.185 65.246.142 0,461 30.078.471
Total pv 176.832.918

⅀Pv = (12.638.334) + 48.103.20 + 41.191.179 + 37.754.539 + 32.343.857 +


30.078.471
= 176.832.918

115
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. Net Present Value (NPV) per Periode Peternak Itik Petelur Pada
Skala Usaha Tertinggi (550 -800 ekor) di Kecamatan Air Batu
KabupatenAsahan (Rp/Periode)
df
Penerimaan Biaya Pendapatan pv
16,75%
- (13.683.889) (13.683.889) 1 (13.683.889)
304.450.000 204.016.845 100.433.155 0,856 85.970.781
304.450.000 204.016.845 100.433.155 0,733 73.617.503
316.628.000 210.054.407 106.573.593 0,628 66.928.216
316.628.000 210.054.407 106.573.593 0,538 57.336.593
329.293.120 216.273.095 113.020.025 0,461 52.102.232
Total pv 322.271.435

⅀Pv = (13.683.889)+ 85.970.781 + 73.617.503 + 66.928.216 + 57.336.593 +


52.102.232
= 322.271.435

116
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 27. Internal Rate Return (IRR) per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Terendah (150 – 340 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
df
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan pv biaya pv penerimaan pv 1 df 21% pv 2
16,75%
0 (5.030.000) - (5.030.000) 1 (5.030.000) (5.030.000) 1 (5.030.000)
1 101.901.417 118.297.500 16.396.083 0,856 87.227.613 101.262.660 14.035.047 0,826 11.592.949
2 101.901.417 118.297.500 16.396.083 0,733 74.693.739 86.712.068 12.018.329 0,683 8.208.519
3 104.927.560 123.029.400 18.101.840 0,628 65.894.508 77.262.463 11.367.956 0,564 6.411.527
4 104.927.560 123.029.400 18.101.840 0,538 56.451.027 66.189.817 9.738.790 0,466 4.538.276
5 108.044.487 127.950.576 19.906.089 0,461 49.808.509 58.985.216 9.176.707 0,385 3.533.032
NPV 329.045.395 390.412.223 51.306.828 29.254.303

51.306.828
IRR = 0,1675 + 51.306.828 -29.254.303 (0,21 – 0,1675)

= 0,1675 + (2,33) (0,0425)

= 0,1675 + 0,0990

= 0,266

IRR = 26%

117
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 28. Internal Rate Return (IRR) per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Menengah (350 – 500 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
df
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan pv biaya pv penerimaan pv 1 df 21% pv 2
16,75%
0 (12.638.334) (12.638.334) 1 (12.638.334) - (12.638.334) 1 (12.638.334)
1 159.887.667 216.083.000 56.195.333 0,856 136.863.843 184.967.048 48.103.205 0,826 39.733.247
2 159.887.667 216.083.000 56.195.333 0,733 117.197.660 158.388.839 41.191.179 0,683 28.133.575
3 164.607.627 224.726.320 60.118.693 0,628 103.373.590 141.128.129 37.754.539 0,564 21.293.560
4 164.607.627 224.726.320 60.118.693 0,538 88.558.903 120.902.760 32.343.857 0,466 15.072.237
5 168.469.185 233.715.327 65.246.142 0,461 77.664.294 107.742.766 30.078.471 0,385 11.580.212
NPV 511.019.956 713.129.542 176.832.918 103.174.498

176.832.918
IRR = 0,1675 + 176.832.918 - 103.174.498 (0,21 – 0,1675)

= 0,1675 + (2,400) (0,0425)

= 0,1675 + 0,102

= 0,2695

IRR = 27%

118
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 29. Internal Rate Return (IRR) per Periode Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Tertinggi (550 – 800 ekor) di Kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan (Rp/Periode)
df
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan pv biaya pv penerimaan pv 1 df 21% pv 2
16,75%
0 (13.683.889) (13.683.889) 1 (13.683.889) - (13.683.889) 1 (13.683.889)
1 204.016.845 304.450.000 100.433.155 0,856 174.638.419 260.609.200 85.970.781 0,826 71.011.865
2 204.016.845 304.450.000 100.433.155 0,733 149.544.347 223.161.850 73.617.503 0,683 50.280.754
3 210.054.407 316.628.000 106.573.593 0,628 131.914.168 198.842.384 66.928.216 0,564 37.747.514
4 210.054.407 316.628.000 106.573.593 0,538 113.009.271 170.345.864 57.336.593 0,466 26.718.852
5 216.273.095 329.293.120 113.020.025 0,461 99.701.897 151.804.128 52.102.232 0,385 20.059.359
NPV 655.124.213 1.004.763.426 322.271.435 192.134.456

322.271.435
IRR = 0,1675 + 322.271.435- 192.134.456 (0,21 – 0,1675)

= 0,1675 + (2,476) (0,0425)

= 0,1675 + 0,10523

= 0,27273

IRR = 27%

119
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 30. Payback period Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha
Terendah (150 - 340 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan (Rp/Periode)
Tahun Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan Kumulatif Cashflow
0 (5.030.000) - (5.030.000) -5.030.000
1 101.901.417 118.297.500 16.396.083 11.366.083
2 101.901.417 118.297.500 16.396.083 27.762.166
3 104.927.560 123.029.400 18.101.840 45.864.006
4 104.927.560 123.029.400 18.101.840 63.965.846
5 108.044.487 127.950.576 19.906.089 83.871.935

(a-b)
PP = n + × 1 Tahun
c-b

5.030.000
= 0 + 16.396.083× 12 bulan

= 4 bulan

Lampiran 31. Payback period Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Menengah
(350 – 500 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan Kumulatif Cashflow
0 (12.638.334) - (12.638.334) (12.638.334)
1 159.887.667 216.083.000 56.195.333 43.556.999
2 159.887.667 216.083.000 56.195.333 99.752.332
3 164.607.627 224.726.320 60.118.693 159.871.025
4 164.607.627 224.726.320 60.118.693 219.989.718
5 168.469.185 233.715.327 65.246.142 285.235.860
(a-b)
PP = n + × 1 Tahun
c-b

12.638.334
= 0 + 56.195.333× 12 bulan

= 3 bulan

120
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 32. Payback period Peternak Itik Petelur Pada Skala Usaha Tertinggi
(550-800 ekor) di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
(Rp/Periode)
Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan Kumulatif Cashflow
0 (13.683.889) - (13.683.889) (13.683.889)
1 204.016.845 304.450.000 100.433.155 86.749.266
2 204.016.845 304.450.000 100.433.155 187.182.421
3 210.054.407 316.628.000 106.573.593 293.756.014
4 210.054.407 316.628.000 106.573.593 400.329.607
5 216.273.095 329.293.120 113.020.025 513.349.632

(a-b)
PP = n + × 1 Tahun
c-b

13.683.889
= 0 + 100.433.155× 12 bulan

= 2 bulan

121
Universitas Sumatera Utara
Tabel 33. Data Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Y Variabel X
No Nama
(Pendapatan/Periode) Jenis Kelamin (X1) Lama Beternak (X2) Tingkat Pendidikan (X3) Jumlah Ternak (X4)
1 Riswan 3.657.000 1 2 3 150
2 Muhammad Irawan 22.945.000 1 3 3 235
3 Kharis 71.774.500 1 6 3 333
4 Suratman 96.088.000 1 5 1 350
5 Salman 130.044.000 1 5 1 400
6 Sandi 111.040.000 1 1 3 500
7 Bandi 191.403.600 1 5 1 580
8 Nuriba 125.248.000 0 2 1 600
9 Eko 305.644.000 1 4 3 800

Keterangan :
Jenis Kelamin : Laki-Laki = 1 ; Perempuan = 0
Tingkat Pendidikan : SMA = 3 ; SD = 1

122
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 34. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 9
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 15068229.817
00678
Most Extreme Differences Absolute .167
Positive .167
Negative -.126
Test Statistic .167
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .200d
Monte Carlo Sig. (2- Sig. .666
e
tailed) 99% Confidence Lower Bound .654
Interval Upper Bound .678
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting seed
2000000.

Lampiran 35. Hasil Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Std.
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -151.951.213.274 35.857.830.441 -4.238 .013
Jenis Kelamin 67.965.994.978 30.797.390.406 .250 2.207 .092 .539 1.857

Lama Beternak 5.517.070.154 5.578.003.456 .106 .989 .379 .608 1.644

Tingkat Pendidikan -4.166.862.767 9.243.288.178 -.049 -.451 .675 .598 1.672

Jumlah Ternak 450.553.226 39.615.746 1.004 11.373 .000 .888 1.125

a. Dependent Variable: Pendapatan (Periode)

123
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 36. Nilai Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
1 .986a .972 .945 21309694.968 1.576
a. Predictors: (Constant), Jumlah Ternak, Lama Beternak, Tingkat Pendidikan, Jenis
Kelamin
b. Dependent Variable: Pendapatan (Periode)

Lampiran 37. Hasil Uji F


ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 63752768082574928.000 4 15938192020643732.000 35.098 .002b
Residual 1816412398545066.500 4 454103099636266.600
Total 65569180481119992.000 8
a. Dependent Variable: Pendapatan (Periode)
b. Predictors: (Constant), Jumlah Ternak, Lama Beternak, Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin

Lampiran 38. Hasil Uji t pada Hubungan Karakteristik Peternak dengan Pendapatan
Coefficientsa
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) - 35857830.441 -4.238 .013
151951213.274
Jenis Kelamin 67965994.978 30797390.406 .250 2.207 .092
Lama Beternak 5517070.154 5578003.456 .106 .989 .379
Tingkat Pendidikan -4166862.767 9243288.178 -.049 -.451 .675
Jumlah Ternak 450553.226 39615.746 1.004 11.373 .000
a. Dependent Variable: Pendapatan (Periode)

124
Universitas Sumatera Utara
DOKUMENTASI

Responden 1. Bapak Riswan Responden 2. Bapak M. Irawan

Responden 3. Bapak Kharis Responden 4. Bapak Suratman

125
Universitas Sumatera Utara
Responden 5. Bapak Salman Responden 6. Bapak Sandi

Responden 7. Bapak Bandi Responden 8. Ibu Nuriba

126
Universitas Sumatera Utara
Responden 9. Bapak Eko

Kandang Usaha Ternak Itik di Kecamatan Air Batu

127
Universitas Sumatera Utara
Pakan komersil dan campuran pakan (bekatul) yang diberikan pada itik

128
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai