PENGENDALIAN
INFEKSI
NOSOKOMIAL
RUMAH SAKIT UMUM
BUDI LUHUR
CIREBON
Cirebon 19/6/08
Direktur
BAB I. PENGENDALIAN POTENSI INFEKSI
RUANG LINGKUP
Direktur
Sasaran :
Kebijakan :
b. Apron / Celemek
o Apron disediakan di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Kamar bersalin,
UGD, High Care Unit, dan Ruang rawat inap
o Apron dipakai sesuai standar pemakaian APP (Tabel 1)
o Setelah selesai dipakai, maka pengelolaannya sesuai prosedur pengelolaan
linen kotor
o Semua apron pasca operasi atau persalinan dianggap terkontaminasi cairan
tubuh pasien
o Bila apron terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HIV, langsung
dibuang sebagai sampah infeksius atau sesuai dengan pengelolaan linen
kotor / infeksius
c. Masker
o Masker disediakan di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Kamar bersalin,
UGD, HCU, Rawat inap, Rawat Jalan
o Masker yang digunakan di RSBL tdd: Masker Dipossable, dan masker
reusable.
o Masker dispossable digunakan hanya sekali pakai. Setelah dipakai langsung
dibuang di tempat sampah infeksius.
o Masker reusable terbuat dari kain. Tersedia dalam tromol khusus dalam
keadaan steril dan siap pakai. Setelah dipakai maka pengelolaan sesuai
prosedur pengelolaan linen kotor.
o Bila masker reusable terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HBV,
HCV atau HIV, langsung dibuang sebagai sampah infeksius
o Standard pemakaian masker sesuai Tabel 1
d. Goggle
o Goggle disediakan di Kamar Operasi,Kamar Bersalin, UGD, dan HCU
o Standard pemakaian seperti pada Tabel 1
o Semua goggle dianggap terkontaminasi cairan tubuh pasien
o Bila kontaminasi tidak jelas, maka goggle di bersihkan dengan larutan
chlorine 0,5%
o Bila Kontaminasi jelas atau pasien dengan HBV/HCV/HIV, maka goggle
direndam dulu dalam chlorine 0,5% selama 10 menit, kemudian dibilas
dengan air mengalir dicuci dengan detergent dan di keringkan dengan cara
diangin2.
e. Pelindung Kaki
o Pelindung kaki disediakan di Ruang Kamar operasi, Kamar bersalin, UGD,
HCU
o Pelindung kaki standar yang digunakan di RSBL tdd : Sepatu sendal khusus
berpenutup jari dan sepatu boot
o Pelindung kaki tidak boleh dibawa keluar ruangan tempatnya disimpan /
disediakan.
o Setiap orang yang masuk ruangan tersebut harus mengganti alas kaki
dengan pelindung kaki yang disediakan.
o Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, bila masih bersih dan
tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien bisa langsung disimpan kembali,
bila sedikit kotor dan tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien dapat di cuci
dengan detergent di spoolhoek
o Bila terkontaminasi cairan tubuh pasien harus dibersihkan dengan larutan
chlorin 0,5% bila contaminasi banyak sekali, maka alas kaki direndam
dengan chlorine 0,5% selama 10 menit kemudian dibilas, lalu dicuci dengan
detergent, di keringkan dengn diangin-angin
g. Pakaian Khusus
o Pakaian khusus disediakan di Kamar Operasi, Kamar bersalin, dan HCU
o Pakaian khusus standard yang ada di RSBL tdd : Pakaian Khusus Kamar
Operasi, Pakaian pelindung di HCU dan Kamar bersalin
o Pakaian khusus Kamar Operasi tidak boleh keluar dari zona hijau sesuai
SOP . Pakaian Pelindung HCU dan Kamar bersalin tidak boleh dibawa
keluar ruangan.
o Setiap orang yang masuk ruangan OK harus mengganti pakaiannya dengan
pakaian khusus yang disediakan. Setiap orang yang masuk HCU dan Kamar
bersalin harus memakai pakaian pelindung yang disediakan
o Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, bila masih bersih dan
tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien bisa langsung disimpan kembali,
bila kotor dan atau terkontaminasi cairan tubuh maka pengelolaannya sesuai
prosedur pengelolaan linen kotor. Atau dapat juga langsung dibuang sebagai
sampah infeksius bila terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HCV,
HBV atau HBV.
h. Tabel Standar Pemakaian Aalat Perlindungan Perorangan (APP) di RSBL
TABEL 1
a. Kebijakan cuci tangan ini harus diikuti oleh semua orang yang berada di dalam
lingkungan RSBL : Pasien, Dokter, Perawat, Karyawan, Penunggu pasien,
Pengunjung RS
a. Setiap Calon karyawan baru RSBL harus memenuhi syarat-syarat kesehatan sbb :
Pemeriksaan fisik oleh dokter dinyatakan sehat yang disahkan dengan Surat
Keterangan Sehat
Tidak mengidap penyakit Paru kronik dan menular yang diperkuat dengan
hasil Foto Rontgen Thorax yang dinyatakan tidak ada kelainan oleh dokter
radiolog
Bila dicurigai dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan sputum Gram / BTA
Tidak mengidap penyakit potensial kronik yang menular secara hematogen
yang diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium untuk HbsAg, Anti
HBs, Anti HCV dan HIV negatif.
a. Pasien rawat inap RSBL diperbolehkan untuk ditemani / ditunggui oleh kerabatnya
b. Jumlah penunggu pasien di ruangan rawat inap dibatasi hanya 2 orang saja Per
pasien.
c. Penunggu pasien yang lain harus menunggu di luar ruangan rawat inap. Disediakan
ruang lobby dan community center untuk kerabat pasien lainnya menginap
d. Penunggu pasien harus ikut menjaga kebersihan ruangan rawat inap dan lingkungan
RSBL
e. Penunggu pasien harus ikut mematuhi peraturan yang berlaku di RSBL baik
peraturan umum maupun menyangkut program pengendalian infeksi nosokomial.
f. Penunggu pasien dilarang merokok di lingkungan RSBL. Disediakan tempat khusus
untuk merokok (smoking area)
g. Anak kecil dibawah usia 10 tahun dilarang masuk area rawat inap dan dilarang
menginap di area rawat inap RSBL disediakan Kids centre untuk tempat menginap
anak yang letaknya diluar area rawat inap.
h. Penunggu pasien yang sedang mengidap penyakit menular dilarang menunggui
pasien di ruang rawat inap dan diwajibkan memeriksakan diri pada dokter untuk
diberi pengobatan.
i. Penunggu pasien di ruang rawat inap dapat menggunakan fasilitas toilet yang
tersedia di ruangan rawat inap.
j. Kerabat pasien di luar ruang rawat inap dapat meggunakan fasilitas toilet umum
yang tersedia.
k. Penunggu pasien di ruang rawat inap dihimbau /sebaiknya tidak membawa makanan
dari luar lingkungan RSBL. Makanan dari luar lingkungan RS bila ada dalam ruang
rawat inap harus dalam keadaan tertutup dan atau disimpan di dalam kulkas /
bedside cabinet yang tersedia.
l. Paramedik dan pembantu paramedik berhak melakukan tindakan yang diperlukan
terhadap penunggu pasien serta makanan serta pakaian dan perilaku penunggu
pasien dalam rangka menjaga kebersihan ruang rawat inap.
m. Penunggu pasien dapat mengunakan fasilitas cuci yang tersedia di ruangan rawat
inap atau memakai jasa laundry RSBL dengan tarif.
n. Penunggu pasien dilarang menjemur / meletakkan linen basah di dalam ruangan
rawat inap. Linen basah dan pakaian yang hendak dijemur diletakkan di ruang yang
sudah disediakan.
a. Jam Kunjungan pasien dibatasi hanya 6 jam dalam satu hari, terbagi dalam dua
kelompok waktu :
Pukul 09.00 - 11.00 WIB
Pukul 15.00 – 19.00 WIB
b. Jumlah pengunjung pasien di ruangan rawat inap dibatasi hanya 2 orang saja.
c. Pengunjung pasien yang lain harus menunggu di luar ruangan rawat inap.
Disediakan ruang lobby dan community center untuk kerabat pasien lainnya
menginap / menunggu
d. Pengunjung pasien harus ikut menjaga kebersihan ruangan rawat inap dan
lingkungan RSBL
e. Pengunjung pasien harus ikut mematuhi peraturan yang berlaku di RSBL baik
peraturan umum maupun menyangkut program pengendalian infeksi nosokomial.
f. Pengunjung pasien dilarang merokok di lingkungan RSBL. Disediakan tempat
khusus untuk merokok (smoking area)
g. Anak kecil dibawah usia 10 tahun dilarang masuk area rawat inap dan dilarang
menginap di area rawat inap, disediakan kids centre untuk anak2 menginap
h. Kerabat pasien di luar ruang rawat inap dapat meggunakan fasilitas toilet umum
yang tersedia.
Direktur
Direktur
A. Pengendalian lalat
o Secara fisik
Pengaturan pintu ruangan agar lebih sering tertutup
Mencegah penumpukan sampah domestik, Pengelolaan sesuai SOP
Mencegah kontaminasi benda lain oleh cairan tubuh pasien
Menjaga agar makanan selalu dalam keadaan tetutup
Merawat luka dengan baik
Sanitasi toilet yang baik
o Secara kimia
Penggunaan Pestisida spray
o Cara lain
Penggunaan fly paper, Fly stick
Penggunaan lampu anti lalat
B. Pengendalian Nyamuk
o Secara Fisik
Penggunaan Kawat kasa pada lubang jendela
Pengaturan pintu yang lebih sering tertutup
Pencegahan penumpukan linen dalam ruangan
Pengaturan hygiene pasien dan penunggu pasien
Penggunaan kelambu bagi pasien
Pengurasan tempat penampungan air
o Secara Kimia
Penggunaan pestisida spray
Pemberantasan sarang nyamuk / penggunaan bubuk abate
Bekerjasama dengan PKM setempat dalam rangka PSN
o Cara Lain
Penggunaan lampu anti nyamuk
C. Pengendalian Tikus
o Secara Fisik
Menutup semua lubang pada dinding
Pencegahan penumpukan sampah domestik
Pengaturan penyimpanan makanan
Sanitasi ruangan yang baik
o Secara Kimia
Memakai racun tikus
o Cara lain
Penggunaan Paper stick
Penggunaan perangkap tikus
D. Pengendalian hewan lain
Pengendalian Kucing
o Menutup semua lubang pada dinding
o Pencegahan penumpukan sampah domestik
o Pengaturan penyimpanan makanan
o Menangkap dan membuang kucing
Rumah Sakit Pengendalian Infeksi dari Inanimate/Benda mati
Direktur
1. Sampah Rumah sakit adalah bahan yang tidak berguna lagi, tidak digunakan,
ataupun bahan yang dibuang
2. Sampah RSBL dibedakan menurut potensi infeksinya :
Sampah Domestik dibedakan sesuai kemudahan pembakarannya
o Sampah domestik kering/non organik yaitu sampah yang berasal
dari benda mati biasanya berasal dari kegiatan sehari-hari RS
seperti kertas, plastik, kotak minuman, kardus, dll
o Sampah domestik basah /organik : yaitu sampah yang berasal dari
benda hidup / yang dapat membusuk seperti sisa makanan, daun,
buah, kulit buah, rumput dll
Sampah Infeksius
o Sampah Infeksius adalah semua sampah dari hasil kegiatan
perawatan dan pengobatan pasien, baik yang kontak langsung
dengan tubuh pasien atau cairan tubuh pasien ataupun tidak kontak
langsung, seperti, tabung syringe, botol infus, catheter urine, urine
bag, NGT , Verband,dll
Sampah Radioaktif
o Sampah radioaktif adalah sampah yang dihasilkan dari hasil
kegiatan radiologi
Sampah Sitotoksik
o Sampah Sitotoksik adalah sampah yang termasuk bahan beracun
berbahaya terutama jika kontak dengan tubuh seperti formalin, dll
Benda tajam
o Benda tajam adalah sampah yang berbentuk tajam yang biasanya
dipakai untuk tindakan invasif kepada pasien seperti jarum suntik,
jarum IV catheter, Jarum Spinal, Jarum Jahit bedah bisturi dll
Incinerator
Merk : Tesena Model TSN 9605IC
Kapasitas : 0,5m3/jam atau 70kg/jam
Temperatur maksimum : 1200oC
Burner : 1 buah
Blower : 1 buah
Dimensi : 250 cm X155cmX255cm
Cerobong : 6m
Daya Listrik : 220V/1500Watt 50Hz
Tangki Bahan Bakar : 60 liter solar
R. MedRec/
Tempat Sampah TPA
Administrasi / Kantor TPS
Domestik / Kantung Tungku
Plastik Warna Hitam RS
Dapur / Kantin
TPA
Umum
R. Perawatan / Watsus
Tempat Sampah
INCINERATOR
Infeksius / Kantung
R. Poliklinik / UGD
Plastik Warna Kuning
TPS
Farmasi
Tempat Sampah
Bahan Beracun TPS
Berbahaya / Kantung
Laundry dll
Plastik Warna Merah
Radiologi
B. Kebijakan tantang Pengendalian Limbah
1. Pengertian Limbah adalah air buangan dan tinja yang berasal dari Rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif
yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan
2. Limbah menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam :
Limbah yang berasal dari tubuh manusia : Urine, faeces, darah, muntahan,
secreta (dahak, ingus,pus)
Limbah yang berasal dari kegiatan medis : cairan chlorine, larutan savlon,
larutan antiseptik, desinfektan, sisa obat cair, dll
Limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari : air mandi, cucian piring, dll
Limbah air hujan
3. Menurut pengelolaannya, dibedakan menjadi :
Limbah yang masuk saluran air dan dikelola melalui Unit Pengolahan Limbah
(UPL)
Limbah yang dikelola dalam septic tank : Faeces
Limbah air hujan melalui saluran drainase
IPAL berfungsi mengolah limbah cair non tinja sebelum dibuang ke badan air
lingkungan
Lokasi IPAL berada di blok / area pengolahan limbah ( lihat denah master
plan / site plan)
IPAL terdiri dari :
o Bak Pengumpul ( slump well ) : berfungsi untuk menampung limbah
cair dari seluruh kegiatan RS sebelum diolah pada unit selanjutnya.
Pada bak ini akan terendap partikel2 kasar dan mudah mengendap.
Bak pengumpul terdiri dari beberapa bak, dimana inlet dan outlet
sama tingginya.
o Bak Sedimentasi awal : berfungsi untuk mengendapkan partikel2
kasar yang belum terendapkan di bak pengumpul. Pada bak ini
diberikan koagulan untuk menambah sedimentasi. Bahan koagulan
yang digunakan akan ditentukan kemudian.
o Bak Filtrasi : Berfungsi menyaring partikel halus yang mungkin lolos
dari bak pengendap. Jenis Filtrasi yang digunakan adalah Slow sand
filter. Bahan yang digunakan untuk filter adalah Pasir silika, kwarsa,
kalsit, magnetit, kerikil, dan arang.
o Bak Aerasi : Berfungsi mensuplai oksigen dan juga penambahan
tawas sehingga tercampur secara homogen antara limbah cair
dengan air dan bahan kimia sehingga memudahkan untuk
diendapkan. Diharapkan bisa menghilangkan gas yang tidak
diinginkan dalam air serta menghilangkan kotoran seperti Fe, Mn,
rasa dan bau. Permberian oksigen dilakukan dengan menggunakan
blower selama beberapa jam. Dilakukan pada siang hari sehingga
diharapkan suhu air meningkat, dan bak aerasi dibuat lebih luas.
o Bak Klorinasi : Berfungsi membunuh kuman patogen, oksidasi Fe dan
Mn, menghilangkan rasa dan bau, menghilangkan warna, mengontrol
lumut. Bahan yang digunakan adalah chlorine.
o Bak penampung akhir / Bak resapan : Berfungsi menampung limbah
cair yang terolah dan meresapkan ke media tanah sebagai media
akhir.
o Bak Resapan dapat digantikan dengan Clear well ( kolam terbuka)
sengan indikator pemeliharaan ikan, kemudian air dialirkan ke badan
air ke saluran kota, sehingga air libah RS bergabung dengan limbah
lainnya dan limbah rumah tangga warga sekitar.
Poliklinik
SUMBER AIR
PDAM / SUMUR
POMPA UGD KAMAR MANDI /
WC
Laundry DRAINASE
Verbedding
SEPTIC TANK
Ruang Perawatan /
wastafel / spoolhoek
Laboratorium
IPAL
Radiologi
BATAN
BADAN AIR
12. Diagram alir IPAL RSBL
Sedimentasi 1
Koagulasi /
flokulasi
Sedimentasi 2
Aerasi Blower
Filtrasi
Netralisasi
Klorinasi Clear Well
Badan Air
C. Kebijakan tentang Pengendalian Permukaan
1. Pengertian permukaan : Seluruh permukaan dari Sarana/ Prasarana/
peralatan yang potensial menampung droplet dan mikroorganisme dan banyak
berhubungan dengan pasien/penunggu/karyawan/pengunjung.
2. Ruang lingkup Permukaan : Permukaan Kaca, permukaan meja makanan,
permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet, permukaan trolley, permukaan
lantai, permukaan peralatan / instrumen
3. Prosedur pengendalian permukaan :
Permukaan Lantai :
o Petugas Pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan dibantu
karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan RSBL
bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi tanggung
jawabnya.
o Jadwal mengepel lantai : setiap hari , dua kali sehari, pagi dan sore
o Ruang lingkup : seluruh lantai di seluruh ruangan RSBL dengan
Prioritas : Ruang rawat inap, Koridor, Poliklinik, UGD, Toilet/ Kamar
mandi
o Air pembersih adalah air bersih ditambah larutan pembersih yang
bersifat antiseptik atau dicampur Kaporit sesuai petunjuk desinfeksi
pada bab III (larutan chlorine 0,5%)
o Prosedur :
Kain Pel bersih dicelupkan ke dalam ember berisi air pembersih
Kain Pel di peras secukupnya
Dengan menggunakan tongkat pel kain pel diusapkan merata pada
lantai sambil digosokkan bila ada noda kotor
Kain pel dicelupkan ke dalam ember untuk dibilas dan diperas
Kain Pel kembali diusapkan ke lantai demikian seterusnya sampai
seluruh lantai dibersihkan atau sampai air dalam ember keruh hingga
tidak bisa membilas kain pel lagi.
Bila sudah selesai, air sisa dalam ember dibuang melalui spoolhoek di
ruang verbedding atau ruang pemeliharaan, kain pel dicuci diatas
spoolhoek.
Pelaksana memakai sarung tangan karet dan cuci tangan di wastafel
o Peralatan di simpan di ruang pemeliharaan / verbedding
Permukaan lain :
o Petugas Pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan dibantu
karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan RSBL
bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi tanggung
jawabnya.
o Persiapkan larutan Chlorine 0,5 % dan lap bersih. Petugas memakai
hand gloves karet rumah tangga /non steril
o Setelah permukaan disiapkan dari benda2 diatasnya, maka lap
bersih dicelupkan kedalam larutan chlorine 0,5% kemudian diperas.
Secukupnya.
o Usapkan lap tersebut ke permukaan secara merata.
o Bilas lap dalam larutan tersebut dan peras lagi sehingga lap bisa
digunakan kembali.
o Bila sudah selesai, air sisa dibuang lewat spoolhoek. Kain lap
dibersihkan di atas spoel hoek. Sarung tangan dibersihkan diatas
spoolhoek.
o Peralatan disimpan di ruang pemeliharaan
o Petugas cuci tangan diatas wastafel.
Khusus untuk pasien dengan Hepatitis B , Hepatitis C dan atau HIV, maka
semua linen infeksius dianggap terkontaminasi.
B. Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus dengan
jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau
mampir ke mana-mana.
C. Masuk ke ruang laundry melalui pintu masuk linen kotor. Taruhlah ember tertutup
pada ruangan linen kotor. Lakukan serah terima dengan petugas laundry.
LINEN KOTOR
DEKONTAMINASI
DESINFEKSI
DISTRIBUSI
PENYIMPANAN
F. Penjelasan mengenai proses dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi, dijelaskan
pada Bab II.
G. Proses dekontaminasi, desinfeksi, pencucian biasa dilakukan di ruang laundry
dalam bak-bak cuci yang tersedia. Sterilisasi dilakukan di Pusat Sterilisasi RSBL.
H. Pada pelaksanaannya, Petugas laundry bertugas hingga ke proses pengeringan.
Proses Perbaikan, Penyetrikaan, Packing dilakukan bersama-sama antara
Paramedik , Pembantu Paramedik dan petugas Laundry. Proses Sterilisasi
Dilakukan oleh Paramedik. Distribusi dilakukan oleh Masing masing Kepala
Ruangan, dengan sepengetahuan kepala unit Linen, melalui buku distribusi.
Penyimpanan dilaksanakan di ruang penyimpanan Linen oleh Kepala unit Linen.
Rumah Sakit Pengendalian Sumber Infeksi Lingkungan
Direktur
1. Lingkungan , ruang dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan bersih, mudah
dibersihkan, dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan
2. Lingkungan , ruang danbangunan Rumah sakit tidak memungkinkan sebagai tempat
bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang
pengganggu lainnnya.
3. Bangunan RS harus kuat , utuh, terpelihara, mudah dibersihkan, dan dapat
mencegah penularan penyakit serta kecelakaan
4. Tata ruang dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi
persyaratan kesehatan.
5. Konstruksi :
Lantai
o Lantai terbuat dari bahan yang kuat, yang kedap air, permukaan rata,
tidak licin dan mudah dibersihkan
o Lantai yang selalu kontak dengan air, kemiringannya harus cukup ke
arah saluran limbah / drainase
o Lantai harus selalu bersih, dibersihkan 2 x sehari, tingkat kebersihan
memenuhi syarat
Dinding
o Permukaan dinding harus rata, berwarna terang, dicat tembok, dan
mudah dibersihkan
o Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus dilapisi
bahan yang kuat dan kedap air
Ventilasi
o Ventilasi dapat menjamin peredaran udaradi dalam kamar dengan
baik
o Tersedia lubang udara yang cukup dan dibersihkan secara berkala
o Dapat dilengkapi Exhauster Fan, Kipas angin dan atau AC
Atap
o Atap harus kuat, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan
tikus atau binatang lainnya.
o Kerangka atap perlu diresidu dulu agar tahan terhadap rayap.
o Pemeriksaan secara berkala terhadap kemungkinan kebocoran
Langit-langit
o Kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan
o Tinggi minimal 2,5 m dari lantai
o Kerangka kayu dibuat anti rayap
Pintu
o Pintu harus kuat, dapat mencegah masuknya serangga , tikus dan
binatang pengganggu lainnya.
o Menggunakan cat anti rayap
o Dilengkapi shutter otomatis
o Dibuat sedemikian rupa sehingga pembukaan pintu dapat diminalisir,
misalnya dengan membagi pintu menjadi 2 bagian, 1 bagian cukup
untuk dilewati 1 orang saja. Bagian lain lebar, dibuka jika ada bed
atau trolley yang melewati.
o Tersedia lubang kaca sehingga paramedik dapat mengawasi ruangan
tanpa harus selalu membuka pintu.
Instalasi
o Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air limbah, listrik, Oksigen,
Suction, sistem penghawaan, sarana komunikasi dll harus rapi, aman
dan terlindung.
6. Perbandingan jumlah tempat tidur dan dengan luas lantai untuk ruang perawatan :
Ruang bayi
Ruang perawatan minimal 2m2 per Bed
Ruang isolasi minimal 3 m2 per bed
Ruang dewasa
Ruang perawatan minimal 4,5m2 per bed
Ruang isolasi minimal 6 m2 per bed
o Titik 2
Lokasi : Belakang RS, Dekat R. 19
Merk Pompa : Shimizu Type PS 130W buatan jepang
Daya hisap : 35 m
Supply : Membantu pengisian Reservoir 2 dan 3
o Titik 3
Lokasi : Ruang Laundry
Merk Pompa : Sanyo Type PH 260 buatan Jepang
Daya hisap : 14 m
Supply : Laundry dan Reservoir 2
o Reservoir 2
Lokasi : Belakang RS dekat dapur
Komposisi : Stainless steel
Kapasitas : 1000 L
Supply : OK, R.9, R.10, R.11, R.14, R.15, R.16, R.17, Dapur,
Laundry
o Reservoir 3
Lokasi : Lantai 2 gedung poliklinik
Komposisi : Stainless steel
Kapasitas : 1000 L
Supply : Lantai 2 gedung poliklinik
Akan dilakukan penilaian kembali efektifitas dari ketiga pompa dan ketiga
reservoir dalam rangka meningkatkan mutu penyediaan air bersih di RSBL
Dilakukan kegiatan2 pemeliharaan secara periodik sesuai program
pemeliharaan.
Dilakukan penilaian mutu air bersih secara berkala yang dilakukan oleh dinas
Kesehatan / Kantor Lingkungan Hidup kota Cirebon
Drainage air hujan terpisah dengan saluran air limbah , merupakan saluran2
tertutup dan terbuka dengan dimensi minimal 30 cm X 50 cm, berlapis semen
dengan permukaan licin / rata , tingkat kemiringan baik, terdapat beberapa bak
kontrol dan dibersihkan secara berkala.
Area
Pengemba
ngan RSBL
Area
Support
RSBL
Direktur
VI. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN INFEKSI MAKANAN DAN MINUMAN
Sasaran :
Kebijakan :
Prosedur / Kebijakan :
A. Pengertian
Ruang lingkup makanan di RSBL :
o Makanan yang disajikan dari dapur kepada pasien maupun karyawan RS
o Bahan makanan baik yang terolah atau belum terolah
o Bahan tambahan pada makanan
o Minuman
Ruang lingkup Pengawasan :
o Kemungkinan infeksi dari makanan
o Kemungkinan infeksi dari alat masak
o Kemungkinan infeksi dari alat makan
o Kemungkinan infeksi dari individu
o Kemungkinan intoksikasi dari toksin dari makanan
o Kemungkinan intoksikasi dari toksin bakteri
o Kemungkinan intoksikasi bahan kimia
PENYIMPANAN
Kebijakan :
Sumber bahan makanan hendaknya dipilih yang berkualitas baik, tempat-tempat
memperoleh bahan mentah harus diketahui oleh kepala dapur / gizi dan secara
berkala dievaluasi kinerja dan kualitasnya
Bahan makanan dibawa ke dapur dengan trolley khusus dan melewati jalur yang
sudah ditentukan. Usahakan tidak melewati ruangan rawat inap atau ruangan
yang potensial infeksi lainnya.
Bahan makanan di periksa dan diseleksi kembali.
Bahan makanan yang belum terolah harus dalam keadaan segar, tidak rusak
atau berubah bentuk, warna, dan rasa, tidak berbau busuk, tidak berjamur, bila
kotor harus dibersihkan dengan air terlebih dahulu, tidak mengandung bahan
yang dilarang seperti formalin, boraks, pestisida, melamin, dll
Bahan makanan dalam kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merk,
terdaftar di Depkes dan mempunyai nomor daftar,kemasan tidak rusak, pecah,
atau robek atau kembung, belum kadaluwarsa, kemasan digunakan hanya untuk
satu kali penggunaan.
Bahan makanan berasal dari tempat resmi yang dievaluasi kinerja dan
kualitasnya.
B.2. PENCUCIAN
Kebijakan :
Kebijakan :
Pengolahan harus dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku
yang hygienis :
o Tidak merokok selama mengolah makanan
o Tidak makan atau mengunyah
o Tidak memakai perhiasan berlebihan
o Tidak menggunakan peralatan atau fasilitas kerja yang bukan
peruntukannya
o Tidak mengerjakan kebiasaan2 yang jorok / menjijikkan seperti
mengorek2, mencungkil, mengupil, menggaruk, menjilat, atau meludah
o Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan secara terlindung
dari kontak langsung dengan tubuh
o Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu,
dan sejenisnya
o Tenaga pengolah makanan harus selalu melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala minimal 6 bulan sekali sesuai prosedur dalam buku ini.
Prosedur juga berlaku bila tenaga pengolah makanan mengalami sakit.
Tenaga dapur / gizi selalu berupaya untuk menjaga kebersihan diri dan
kebersihan lingkungan kerja dengan cara :
o Menempatkan makanan pada wadah dan tempat yang layak terutama
makanan yang mudah rusak
o Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah
keluar dari kamar mandi / WC sebagaimana diatur dalam buku ini
mengenai cuci tangan
o Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung
o Selalu bersifat teliti dan hati-hati dalam menangani makanan
Makanan jadi yang siap saji tidak boleh diangkut bersama dengan bahan
makanan mentah
Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup, bersih dan anti karat
(stainless steel), dan permukaan dalamnya mudah dibersihkan
Pengisian kereta dorong tidak boleh sampai penuh, agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak
Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan / barang kotor
Makanan jadi yang siap saji harus diwadahi dan disajikan dengan peralatan yang
bersih dan sudah melalui proses desinfeksi sesuai prosedur
Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih
Sebaiknya dalam tata hidang, disiapkan segera dan tidak lama menunggu di
santap. Beri waktu tidak lama kepada penderita untuk menyantapnya agar
makanan tidak makin beresiko terpapar mikroorganisme.
Letak makanan sebaiknya satu bidang, bila dgigunakan bidang yang berbeda /
bertingkat, maka jenis makanan basah berada di bawah dari makanan kering
Selalu menyediakan makanan contoh dari menu yang dihidangkan hari ini
sebagai bahan pemeriksaan bila terjadi masalah yang diakibatkan makanan.
C. PERALATAN PENGOLAHAN MAKANAN
D.1. LOKASI
Terhindar dari sumber pencemaran, terutama yang berasal dari tempat sampah, WC,
bengkel cat dan sumber pencemaran lain.
2) Konstruksi
Bangunan untuk kegiatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan
teknis konstruksi bangunan yang berlaku.
3) Lantai
Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah
dibersihkan.
4) Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dan mudah
dibersihkan. Pada permukaan dinding yang sering terkena percikan air, harus
dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu,
setinggi 2m, dan berwarna terang.
5) Langit-langit
Langit-langit harus menutup seluruh atap bangunan, tinggi langit-langit sekurang-
kurangnya 2,4 m diatas lantai.
7) Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Di setiap
ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas
pencahayaan sedikitnya 200 lux pada bidang kerja. Semua pencahayaan tidak
boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh mungkin
menghindarkan bayangan.
8) Ventilasi / Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban dalam
ruangan, ventilasi juga harus cukup untuk mencegah udara dalam ruangan
terlalu panas, mencegah kondensasi uap air atau lemak pada lantai, membuang
bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. Tungku dapat dilengkapi dengan
sungkup asap (hood) alat perangkap asap, cerobong asap, saringan dan saluran
serta pengumpl lemak. Semua tungku terletak dibawah sungkup asap.
BENTUK
o Sudut-sudutnya todak boleh tajam, baik sudut lantai, dinding maupun langit
– langit
o Dinding, lantai dan langit-langit terbuat dari bahan yang keras, tidak berpori,
tahan api, kedap air tidak mudah kotor, tidak licin, tidak mempunyai
sambungan, warna terang.\, mudah dibersihkan dan tidak ada tempat
menampung debu
UKURAN
o Ukuran minimal 30 – 40 m2, maksimal 55 – 60 m2 tinggi plafon minimal 2,5
m, maksimal 3,65 m
PINTU
o Sebaiknya bentuk pintu sliding, namun bila pintu swing, maka pintu harus
selalu tertutup dengan menggunakan penutup otomatis
o Ukuran pintu minimal 1,2 X 2,10 m
o Pintu harus selalu terawat, dan tidak boleh mengeluarkan suara
JENDELA
o Harus ada kaca tembus pandang agar orang dari luar dapat melihat
keadaan di dalam kamar bedah tanpa harus masuk
VENTILASI
o Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay airflow
o Suhu diatur antara 19 – 22 oC dan kelembaban udara 50 – 60 %
SISTEM PENERANGAN
o Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam langit-langit
sehingga tidak menampung debu dan mudah dibersihkan
o Pencahayan ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada buku ini
o Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu
yang fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayangan
SISTEM GAS
o Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa
o Sistem pipa melalui bawah lantai atau diatas langit-langit
o Dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida
SISTEM LISTRIK
o Harus ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan
o Bila dalam kamar bedah ada beberapa titik penyambungan aliran listrik,
maka sebaiknya dibedakan sirkuitnya sehingga bila terjadi gangguan listrik
pada satu titik, maka bisa dipindahkan ke titik lainnya
SISTEM KOMUNIKASI
o Harus ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam RS dan ke luar
RS
SISTEM PENGAIRAN
o Harus selalu siap mengalir. Harus punya sumber air tersendiri
INTRUMENTASI
o Semua peralatan harus mobile, mempunyai roda atau diletakkan diatas
trolley beroda
o Semua alat sebaiknya terbuat dari stainless steel dan mudah dibersihkan
o Prosedur penanganan instrumen di bahas kemudian
KM Sphk
VK RR R inst OK 1
HW
Koridor
R. Sterilisasi
OK 2 RGP
R. Duduk
RG
Dpr
R. Istirahat
KM
2 Alas Kaki -Alas Kaki luar Alas kaki OK Alas Kaki Alas Kaki
OK masih bisa harus mulai Khusus OK khusus OK
di pakai. Tidak dipakai saja saja
boleh lebih
dalam dari zona
ini, pergantian
alas kaki luar-
OK disini
-Alas Kaki OK
tidak boleh lebih
luar dari zona ini
3 Bed Boleh masuk Hanya sampai Tidak boleh Tidak boleh
Pasien Recovery Room masuk masuk
boleh masuk
4 Brankar Boleh masuk. Boleh masuk Boleh masuk Boleh masuk
OK Tidak boleh untuk keluar
lebih luar dari lagi
zona ini
5 Petugas Boleh masuk Boleh masuk Boleh Masuk Tidak boleh
luar OK dengan masuk
memakai
pakaian
pelindung,
masker dan
head cover
6 Lain2 -Berbatas Pintu Berbatas pintu Syarat tata
dari luar dengam zona / Ruangan
kompleks OK ruangan lain sesuai
-Berbatas Pintu standard
dari Zona /
ruangan lain
Direktur
Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan dan
staf kamar operasi.
Tujuan :
Prosedur :
B. Persiapan fisik
Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan operasi yang ditandai oleh
o Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan fisik
oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen RSBL menunjukkan kondisi dalam
batas toleransi
o Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi pemeriksaan
laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain yang diperlukan dengan hasil
pemeriksaan penunjang dalam batas normal atau dalam batas toleransi / aman
o Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau dokter
konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya menyatakan pasien dapat
dioperasi
o Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap pasien untuk menunjang
kelancaran operasi, seperti pemasangan infus, lavement, puasa, istirahat total,
pemasangan Supportif seperti O2, Foley catheter, NGT , dll.
o Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih.
o Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk dokter
C. Persiapan mental
o Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko yang harus
dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan Informed Consent sesuai
prosedur.
o Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar menghadapi
tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut
keyakinannya masing-masing.
o Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara moril.
Pengertian : Tata cara mempersiapkan area pada tubuh pasien yang akan dilakukan operasi.
- Adanya rencana operasi yang ditentukan oleh dokter operator yang diketahui oleh
dokter ruangan, petugas ruangan dan bagian keuangan.
- Petugas ruangan yang bertanggung jawab atas persiapan pasien calon operasi ini.
Prosedur :
Pembersihan Mingguan
Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan air
mengalir dan didesinfeksi
Lantai dibersihkan dengan air mengalir / disemprot , dicuci dengan
detergent, di keringkan dan didesinfeksi
Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu operasi, trolley
anestesi, Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2, Tabung N2O, meja
obat, kursi, AC dll dibersihkan dan didesinfeksi
Kamar mandi dibersihkan
Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .
Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah kepala
OK dan Kepala VK
Pembersihan Bulanan
Persiapan Linen
Instrumenter dibantu omloop menyiapkan sejumlah linen sesuai kebutuhan jenis
tindakan operasi
Jenis linen disesuaikan dengan standar
Lakukan sterilisasi. Sterilisasi linen harus sudah selesai sebelum instrumen
Nampan dan Trolley diberi alas linen steril. Bila perlu berlapis 2.
Letakkan linen pada trolley
Tutup trolley dengan linen steril
TINDAKAN
Instrumen pasca
tindakan
DEKONTAMINASI
PENGERINGAN
STERILISASI DI PUSAT
STERILISASI
DISTRIBUSI
PENYIMPANAN
Skema pengelolaan Linen
LINEN KOTOR
Linen Non Linen Potential
Infeksius Infeksius
DEKONTAMINASI
DESINFEKSI
STERILISASI DI PUSAT
STERILISASI
DISTRIBUSI
PENYIMPANAN
Prosedur :
1. Dokter operator menentukan pasien untuk dioperasi, memberitahukan paramedik tentang waktu
operasi.
2. Paramedik melaporkan kepada dokter anestesi untuk meminta persetujuan waktu operasi.
3. Paramedik mengatur / mengusahakan kesepakatan waktu antara dokter operator dan dokter
anestesi.
4. Jika waktu operasi sudah disepakati, paramedik memberitahukan staf kamar operasi lainnya.
5. Paramedik mengusahakan staf kamar operasi selengkap mungkin.
6. Staf kamar operasi segera mempersiapkan operasi.
Syarat :
- Paramedik/bidan terlatih secara intern RS
- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik
- Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan kemungkinan
kegawatan
- Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan
- Mengenal karakteristik operator
Tugas :
Sebelum Operasi
Selama Operasi
Pasca Operasi
Syarat :
- Dokter/Paramedik/bidan terlatih secara intern RS
- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik
- Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan
kemungkinan kegawatan
- Mampu mengelola pasien gawat
- Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan
- Mengenal karakteristik operator
- Teliti dan cekatan
- Diutamakan berpengalaman
Tugas :
Sebelum operasi
- Berkomunikasi dengan operator mengenai rencana tindakan operasi
dan kemungkinan komplikasi
- Memastikan identitas pasien dan kelengkapan administrasi
- Memeriksa pasien yang akan di operasi
- Memastikan kelengkapan instrumen dan peralatan
- Memastikan kesiapan kegawatan
- Memastikan kesiapan anestesi
- Memastikan kesiapan fasilitas ruangan operasi
- Membantu memposisikan pasien
- Membantu operator melakukan antiseptik
- Membantu operator menutupi pasien dengan duk steril
- Berkomunikasi dengan anestesi tentang kesiapan tindakan operasi dan
kondisi pasien
- Cuci tangan bedah dan mengenakan jas operasi
Selama Operasi
Sesudah operasi
Syarat :
- Paramedik/bidan terlatih secara intern RS
- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik
Tugas :
Sebelum Operasi
Selama Operasi
Pasca Operasi
4. Circuler (Omloop)
Pengertian : Petugas kamar operasi yang tidak steril ( tidak memakai jas
operasi tidak memakai handschoen steril)
Tugas :
Sebelum Operasi
- Cuci tangan bedah tapi tidak memakai jas dan handschoen steril.
Handschoen dapat yang steril tapi tidak dijaga sterilitasnya.
- Memeriksa kebersihan ruangan , membersihkan ruangan jika belum
dibersihkan
- Membantu mempersiapkan instrumen bersama instrumenter
- Identifikasi pasien dan serah terima pasien, memastikn kelengkapan
administrasi
- Membantu transport pasien senyaman mungkin
- Mengganti pakaian pasien
- Membantu memposisikan pasien di meja operasi
- Menyambungkan alat 2 ke supply listrik, menyambungkan selang dan kabel
steril dengan alat yang non steril spt suction atau diatermi
- Membantu team steril mengenakan apron, jas operasi, sepatu goggle
- Mengisi buku catatan operasi, catatan pasien, formulir pemeriksaan, dsb
Selama Operasi
- Melihat jalannya operasi dan selalu memenuhi alat , supply atau instrumen
yang dibutuhkan team
- Menghitung kasa yang dipakai
- Memperhatikan kebutuhan pasien semisal pasien kedinginan, infus habis ,
posisi dsb
- Selalu berkomunikasi dengan seluruh tim . Bila keluar ruangan agar
memberitahukan instrumenter
- Menerima spesimen dengan baik dan mengelolanya dengan benar
- Membantu kebutuhan personal tim steril seperti menghapus keringat,
menghapus cipratan darah, membenahi pakaian , menyediakan alas kain
pada lantai dsb
- Menjaga agar ruang operasi selalu bersih , rapi, dan nyaman
Setelah Operasi
H. Transport Pasien
i. Pelaksanaan Operasi
Surgical Scrub
Pengertian :
Tujuan :
Kebijakan :
Prosedur :
8. Seluruh proses 7 langkah tadi dilakukan selama 1 menit, bisa dibagi2 per
langkah atau lagkah tadi dilakukan berulang2
9. Biarkan keran air terbuka dan air mengalir sepanjang proses cuci tangan tadi
10. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bilaslah seluruh tangan dan
lengan dengan air mengalir sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan
terbasuh dan buih dari antiseptik terbasuh
11. Lakukan 7 langkah cuci tangan seperti diatas dengan antiseptik chlorheksidin
sekali lagi.
12. Tutup keran dengan menggunakan siku
13. Pertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bila perlu jabatkan kedua
tangan. Posisi tangan jangan terlalu tinggi jangan terlalu dekat dengan wajah.
14. Kenakan jas operasi dan Handschoen dengan lengan dan tangan masih
terbalur antiseptik
Surgical gown
Handgloving
Posisi Anestesi
o Anestesi Umum
Bila dilakukan anestesi umum, maka sebelum anestesi umum pasien sudah
diposisikan terlentang. Posisikan senyaman mungkin. Ikat tungkai pada bagian
atas lutut. Posisi lengan terlentang dan terikat pada penyanggah.
o Anestesi spinal
Bila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah duduk dengan
tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada kedua sisi bed operasi, tangan
diletakkan pada bed atau tungkai dengan posisi palmar diatas, lemas, kepala
tertunduk.
o Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi setelah anestesi selesai.
Posisi Terlentang
o Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan kebutuhan
apakah akan terlentang dan terikat pada penyanggah, atau terlipat dibawah
kepala, atau lurus disamping tubuh pasien, Tungkai biasanya lurus dan terikat
pada bagian atas lutut, tambahan-tambahan lain semisal penyanggah bahu,
penyanggah panggul dsb disesuaikan kebutuhan
Posisi Litothomi
o Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed operasi. Siapkan
penyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas tersebut.
o Letakkan pelindung / pad pada penyanggah tungkai, lalu letakkan bagian
belakang lutut pada penyanggah, sedemikian rupa sehingga bagian perineum
terekspos dengan baik dan tungkai terposisikan dengan nyaman.
o Posisikan lengan terlentang dan terikat pada penyanggah
o Tutup pasien dengan baik
Posisi miring
o Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga area operasi
terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi tidak terganggu, dan posisi
pasien stabil tidak dapat jatuh ke posisi depan atau belakang.
Posisi tengkurap
o Idem posisi miring.
Setelah Proses antisepsis selesai, batasi area operasi dengan duk steril.
Pertama tutup bagian tungkai hingga batas bawah area operasi. Pada posisi
lithotomi tutup bagian alas bokong dan bagian bawah bed.
Bila menggunakan duk bolong, maka langkah selanjutnya hanya memakai
duk bolong ini.
Bila menggunakan duk biasa, maka setelah bagian tungkai, maka tutup
bagian atas pasien hingga batas atas area operasi. Hati-hati duk menutupi
wajah pasien
Setelah itu tutup bagian samping tubuh pasien hingga batas lateral area
operasi kiri dan kana. Fiksasi duk dengan doek klem. Posisikan doek klem
supaya tidak menonjol / mengganggu pelaksanaan operasi.
Lapisi bagian bawah dengan duk satu lagi sehingga bila bagian bawah dipakai
menyimpan instrumen tidak mudah melorot atau basah dan terkena bed
operasi.
Beberapa petunjuk selama operasi
Menggunakan hak
o Agar tercipta lapang pandang yang baik sisi luka perlu ditarik ke arah luar atau
atas.
o Gunakan hak yang sesuai dengan ukuran luka operasi dan kedalaman lapang
pandang yang dibutuhkan. Contoh untuk ekstirpasi FAM mungkin hanya
dibutuhkan hak Gigi atau langenbeck kecil saja. Untuk Hernia mungkin perlu hak
Roche dan langenbeck saja, Untuk hysterctomy pada yang kurus bisa hanya blaas
hak saja atau hak cangku / langenbeck besar pada orang gemuk dsb.
o Selalu lepaskan hak dari area operasi bila tangan operator masuk, karena selain
bisa menghalangi tangan juga menyebabkan sakit pada tangan operator
o Perhatikan arah operator , gerakkan / pindahkan hak untuk memberi lapang
pandang yang lebih baik bila diperlukan
Membersihkan darah
o Untuk darah yang menggenang, gunakan suction dengan canul.
o Untuk perdarahan yang banyak dan cepat dapat menggunakan suction tanpa
kanul. Hindari tangan terlalu dekat dengan area operasi / menghalangi
pandangan.
o Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang sempit / dangkal, gunakan
kasa depper kecil / terlipat pada klem kasa
o Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang dalam / luas, gunakan kasa
depper besar / tak terlipat / bendera pada klem kasa. Gunakan hanya 1 kasa saja
untuk mencegah ketinggalan.
o Menggunakan kasa depper adalah dengan di tekan-tekankan, bukan di usap /
gosokan pada luka karena gesekan bisa menimbulkan kembali perdarahan,
terutama pada daerah yang rapuh
o Ingat usahakan selalu area operasi dalam keadaan yang kering dan bersih.
o Gunakan kasa untuk membersihkan area operasi dan instrumen dari bekuan
darah.
Menghentikan perdarahan
o Harus pro aktif dalam menghentikan perdarahan. Bedakan perdarahan yang
merembes dari jaringan, mengalir dari pembuluh vena dan menyemprot dari
pembuluh arteri
o Perdarahan yang merembes dari jaringan yang robek / di sayat, berasal dari
pembuluh darah kecil. Coba lakukan pembersihan dengan kasa. Biasanya lama-
kelamaan berhenti sendiri.bila masih, coba lakukan penekanan dengan kasa
selema beberapa detik.
o Bila tampak perdarahan mengalir, atau tidak berhenti dengan tekanan, mungkin
berasal dari pembuluh vena yang ukurannya kecil sampai besar. Darah yang
mengalir biasanya lebih gelap dan tidak ada pullsasi. Gunakan klem untuk
menjepit pembuluh darah. Biarkan beberapa saat. Bila perdarahan berhenti,
maka tidak perlu dijahit/ cauter. Tapi bila masih ada perdarahan, maka jepit
ulang dengan klem untuk selanjutnya dijahit / diikat/ atau dibakar dengan
cauter.
o Pengikatan / penjahitan perdarahan pada bagian tubuh yang menetap dalam
tubuh menggunakan plain gut atau chromic gut. Untuk bagian tubuh yang akan
dibuang, menggunakan silk/seide.
o Cauterisasi dengan menempelkan ujung pen pada klem. Tekan tombol coagulate
untuk membakar pembuluh darah selama beberapa detik hingga tampak bagian
yang dijepit menghitam. Hindari klem atau cauter menempel pada jaringan
epidermis kulit. Lepskan klem, perhatikan apakah perdarahan berhenti.
Tentang Jarum
o Selalu memegang benda tajam seperti bisturi atau jarum dengan alat, baik
pinset,klem atau naldfulder.
o Jarum dapat dipakai kembali sedangkan bisturi harus dibuang ditempat sampah
benda tajam.
Tentang gunting
o Semua instrumen yang memiliki bagian yang diperuntukkan jari seperti gunting,
klem, dsb di pegang dengan memasukkan ibu jari pada lubang yang satu dan jari
manis pada lubang yang lain. Jari telunjuk dan tengah menopang instrumen dan
membantu mengarahkan instrumen
o Dalam hal gunting, untuk menjaga agar tangan tidak goyah yang bisa berakibat
fatal, maka jari pada tangan kiri ikut membantu menopang gunting saat
pengguntingan dilakukan
j. Pasca Operasi
Pengelolaan Pasien
Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi dicuci bersih dengan NaCL 0,9%
steril. Pembersihan dilakukan mulai dari luka sayatan meluas kesekitarnya.
Luka operasi ditutup dengan kasa kompres betadine , lalu kasa steril polos. Fixasi kasa
dengan Hypafix atau plester
Setelah masuk rawat inap perawatan luka sebagaimana standar asuhan keperawatan
Setelah area operasi dan sekitarnya dibersihkan pasien dipindahkan ke brankar dengan
hati-hati.
Bersihkan bagian tubuh pasien yang menempel pada bed operasi dengan air bersih dan
washlap. Miring-mairingkan pasien untukmencapai bagian itu.
Sambil dibersihkan, pakaian pasien diiapkan. Kenakan pakaian pada pasien, beri sarung
atau kain bersih, serta selimuti ia.
Pasien pindah ke bed pasien dalam keadaan sadar / tidak, pakaian dan tempat tidur
rapi.
Pengelolaan Linen
Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5%, untuk cuci handschoen operator.
Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam pada waskom tsb.
Segera buka jas operasi operator. Letakkan didalam ember linen kotor berpenutup.
Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan menjatuhkan duk di
lantai.
Jika ada kain alas kaki dilantai juga dimasukkan ke dalam ember tsb.
Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap cairan tubuh
pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi bila terbuat dariparasit dan
atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien, harus diperlakukan sebagaimana
linen.
Pakaian OK setelah berganti pakaian diletakkan didalam ember. Jangan dibiasakan
berserakan dilantai
Penutup kepala dan masker dibuang kedalam tempat sampah infeksius. Selanjutnya
Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus dengan jalur
yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau mampir ke
mana-mana.
Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.
Pengelolaan Instrumen
Segera rendam instrumen kedalam larutan chlorine 0,5% yang terdapat dalam wadah /
ember plastik.
Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit.
Rendam selama 10 menit. Bila instrumen direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10
menit sejak instrumen terakhir dimasukkan.
Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan lupa membuka
pengunci instrumen
Untuk selang dan atau kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling dulu dengan
larutan chlorine 0,5% untuk kemudian direndam selama 10 menit.
Setelah 10 menit lakukan pencucian dengan detergent dan pembilasan dengan air
bersih mengalir dan penyikatan jika diperlukan. Untuk kanul dispooling dengan air
detergent dan dispooling dengan airbersih dan dibilas.
Keringkan dengan menggunakan handuk bersih atau dianginkan menggunakan hairdryer
Bila instrumen termasuk dalam packing, maka setelah kering dilakukan packing kembali
dan dilakukan sterilisasi segera. Bila instrumen tidak termasuk yang di packing maka
instrumen disimpan dalam lemari kaca yang dilengkapi kantung karbon hidrophilik dan
penerangan sekaliguss pemanasan dengan lampu pijar 10 Watt.
Pengelolaan Peralatan dan Fasilitas
Bed Operasi
o Seluruh permukaan bed operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Buka kunci roda, dan pindahkan bed agar lantai dibawah bed bisa dibersihkan.
Gulirkan roda diatas genangan larutan chlorine bolak balik, keringkan lantai,
kemudian kembalikan bed ke tempat semula dan di kunci roda
Trolley
o Perlakuan sama dengan bed operasi.
o Trolley diletakkan di ruang peralatan
Lampu Operasi
o Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%
o Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada bagian
pemeliharaan untuk segera diganti.
Alat anestesi
o Permukaan trolley di bersihkan dengan chlorine 0,5%
o Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup.
o Facemask di bersihkan denganchlorine 0,5%
o Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen.
Monitor EKG
o Matikan monitor ECG, cabut kabel dari stekker
o Gulung dengan bai semua kabel dan letakkan pada gantungannya.
AC
o Matikan AC
Pengelolaan Ruangan
Pengelolaan spesimen
Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan specimen adalah label yang benar,
pengawetan (preserverasi) dan pengiriman yang benar, sebab bila pemberian label yang
salah atau specimen tertukar dapat berari menentukan diagnose yang salah untuk dua
orang pasien. Hilangnya specimen dapat berarti tidak dapat menentukan diagnose atau
harus dilakukan pengambilan specimen baru dengan kemungkinan tidak mendapatkan
specimen yang sama jenisnya dengan yang hilang.
Oleh karena itu semua specimen harus diamankan kecuali dokter memintanya untuk
membuang.
A. Prosedur penanganan specimen
1. Tangani specimen dengan hati-hati
2. Instrumenter mengkonfirmasikan lagi dengan dokter mengenai sifat specimen
dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, kemudian periksa ulang dengan om
loop sebelum menyerahkan kepada on loop.
3. Om loop menyimpannya ke dalam tempat yang tepat, seperti kantong plastik,
stoples dan sebagainya yang steril.
4. Berikan label yang memuat :
a. Nama pasien
b. Nomor C.M. ( Catatan Medik )
c. Tanggal Operasi
d. Nama specimen
5. Apabila diambil lebih dari satu specimen, specimen-specimen itu harus diberi
nomor label sesuai dengan urutan diangkatnya dan tempatkan dalam tempat
yang terpisah kecuali dokter meminta untuk menyimpan dalam satu wadah.
6. Organ-organ yang solid seperti : hati, limpa, uterus, dan lain-lain biasanya
dipotong dahulu oleh Dokter sebelum disimpan pada tempat yang sudah berisi
pengawet.
7. Organ yang berbentuk pipa seperti : jaster, Colon, Vesica Winara harus dibuka
dulu agar bahan pengawet mengenai sisi luar dan dalamnya.
8. Jangan membuat trauma pada jaringan specimen seperti biopsi nosofaringeal.
9. Tidak boleh memasukkan dengan paksa ke dalam tempat yang sempit.
10. Jangan membuang specimen kecuali Dokter memintanya untuk dibuang.
Catatan :
Semua specimen harus dikirimkan dengan formulir yang tepat dan sudah
ditandatangani.
Specimen pada bagian yang menular misalnya : Hepatitis B harus ditangani lebih hati-
hati.
Simpan specimen ini pada stoples yang berlabel khusus, sehingga orang-orang yang
menanganinya akan lebih hati-hati.
VIII. PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI KAMAR BERSALIN
Sasaran :
2. SISTEM ZONASI
Lihat sistem zonasi kompleks OK dan VK
Pembersihan Rutin
Pembersihan Harian
Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK – VK di bersihkan dan
di desinfeksi
Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air
bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dsb
Setelah dibersihkan dilakukan sterilisasi ruangan dengan lampu
ultraviolet secara terus menerus hingga saat dibersihkan keesokan
harinya.
Pelaksana adalah tim pemeliharaan, dan penaggung jawab adalah Kepala
OK dan Kepala VK
Pembersihan Mingguan
Seluruh permukaan dinding Kamar Bersalin dibersihkan
Lantai dibersihkan dengan dan didesinfeksi
Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu , trolley , Lemari,
bedside cabinet, Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2, meja obat,
kursi, AC dll dibersihkan dan didesinfeksi
Kamar mandi dibersihkan
Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .
Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah kepala
OK
Pembersihan Bulanan
B. Persiapan mental
o Pasien harus memahami teknik yang benar dari persalinan dan memahami
tentang segala kemungkinan yang harus dihadapi dalam persalinan ini. Lakukan
Informed Consent sesuai prosedur.
o Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar . Pasien diminta
untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.
o Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara moril.
o Perlakukan sesuai peraturan Tatakrama di RSBL
C. Persiapan jalan lahir
o Tidak ada persiapan khusus jalan lahir untuk persalinan normal
Syarat :
Bidan/ dokter/Spesialis terlatih
Memahami /fasih asuhan persalinan normal
Memahami/fasih tindakan aseptik / antiseptik
Mampu melakukan resusitasi BBL
Mampu melakukan Episiotomy dan Penjahitan
Mengenal tanda-tanda bahaya persalinan
Mampu menangani kegawatan persalinan
Tugas :
Melakukan anamnesa,
Melakukan pemeriksaan fisik
Menegakkan diagnosa
Melakukan konsultasi
Melakukan observasi
Mellengkapi formulir SOAP dan Partograf
Menolong persalinan kala II
Melakukan Asuhan BBL
Melakukan Resusitasi BBL
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini
Mengelola perdarahan dan perlukaan pasca persalinan
Memantau Kala IV
Membuat Laporan
Asisten Penolong
Pengertian :
Adalah petugas yang membantu penolong melaksanakan tugasnya
Syarat :
Paramedik / Bidan terlatih
Memahami proses asuhan persalinan normal
Memahami/fasih tindakan aseptik / antiseptik
Mampu membantu melakukan resusitasi BBL
Mampu membantu tindakan Episiotomy dan Penjahitan
Mengenal tanda-tanda bahaya persalinan
Mampu membantu penenganan kegawatan persalinan
Mengenal betul ruangan bersalin dan letak alat / obat
Tugas
Membantu anamnesa,
Membantu pemeriksaan fisik
Membantu melakukan observasi
Sebagai asisten persalinan kala II
Membantu Asuhan BBL
Membantu resusitasi BBL
Membantu Inisiasi Menyusu Dini
Membantu pengelolan perdarahan dan perlukaan pasca persalinan
Membantu memantau Kala IV
Melakukan pembersihan ruangan, desinfeksi, pengelolaan sampah dsb
Rumah Sakit Prosedur Pelayanan Pasien Bersalin
Direktur
Tujuan :
Kebijakan :
Tata laksana persalinan normal mengacu pada Standar asuhan persalinan normal
JNPK-KR
Pelayanan persalinan normal dilaksanakan oleh setidaknya seorang bidan terlatih dan
seorang asisten
Semua Kegiatan pelayanan harus tetap sesuai dengan standar kerja, standar profesi
dan kode etik yang berlaku di RSBL
RSBL mendukung program IMD, RS. Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Prosedur
DI KAMAR BERSALIN
PENATALAKSANAAN KALA I
1. Lakukan pengumpulan data subyektif dengan melakukan anamnesa dan catat data
subyektif pada kolom Subyektif lembaran SOAP
2. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan mencatatnya dalam kolom data obyektif
pada lembaran SOAP
3. Tata Cara mengukur tinggi fundus Uteri (TFU) : ukur panjang jarak tepi atas symphisis
pubis sampai puncak fundus uteri dengan menggunakan meteran kain
5. Persiapan trolley
o Gelar paket partus set diatas trolley. Perhatikan label pensterilan tidak boleh
lebih dari 7 hari. Bila lebih, harus disteril ulang
o Siapkan paket linenpartus. Perhatikan label sterilisasi terakhir.
o Masukan bahan medis lain secara aseptik
o Standar susunan trolley :
o Paket Partus set terdiri dari :
- Klem 2 buah
- Amniotome 1 buah
- Gunting Episiotomy 1 buah
- Gunting benang 1 buah
- Needle holder 1 buah
- Pinset anatomis 1 buah
- Kom kecil 2 buah
- Kom sedang 2 buah
- Nerbekken 2 buah
- Jarum Taper 1 buah
- Jarum Cutting 1 buah
- Nelaton 1 buah
Lahirkan bahu
A. DEFINISI
Dekontaminasi
Adalah sustu proses / kegiatan yang berusaha menghilangkan kontaminasi suatu
benda oleh benda lain yang potensial menjadi sumber infeksi yang sekaligus juga
membasmi sebagian mikroorganisme sehingga kita dapat menangani secara aman
Desinfeksi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme
penyebab penyakit yang mencemari benda mati atau instrumen. Tindakan serupa pada
kulit disebut Antisepsis
Sterilisasi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk
endospora bakteri
B. DEKONTAMINASI
C. DESINFEKSI
D. STERILISASI