Skala Pengukuran, Operasional Variabel, Validitas Dan Reliabilitas Instrumen (II)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

SKALA PENGUKURAN, OPERASIONAL VARIABEL, VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN (II)

8.2 Definisi operasional variabel penelitian

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38) adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan
dalam mengumpulkan data. Definisi operasional variabel merupakan petunjuk
pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel (Masri Singarimbun dan Sofian
Effendi, 2008: 46). Menentukan variabel secara operasional menjadi hal yang sangat
penting dalam penelitian karena bertujuan untuk memberikan kredibilitas pada
metodologi dan untuk memastikan produktifitas hasil studi.
Studi lain mungkin mengidentifikasi variabel yang sama secara berbeda, sehingga sulit
untuk membandingkan hasil dari kedua studi tersebut. Secara terperinci definisi
operasional memiliki empat tujuan, yaitu:

• Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk


mengukur variabel.
• Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk istilah/variabel
yang jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat ditafsirkan dengan
cara yang berbeda.
• Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien.
• Memandu jenis data dan informasi apa yang dicari oleh peneliti.
Secara khusus, definisi operasional merupakan penjabaran interpretasi dari variabel yang
sudah ditentukan oleh peneliti. Dalam implementasinya definisi operasional dari satu
peneliti dengan peneliti lain bisa sangat berbeda. Ini bisa dilihat pada definisi
operasional skripsi ataupun tesis yang berdasar pada daftar pustaka.
Menguraikan definisi operasional variabel pada sebuah penelitian adalah sesuatu yang
esensial. Ini dikarenakan agar ketika pengumpulan data peneliti tidak melakukan
kekeliruan. Kekeliruan yang terjadi biasanya adalah data akan menjadi bias atau
berbelok arah. Kekeliruan bisa dikarenakan dalam penentuan instrumen penelitian yang
tidak tepat serta pembuatan pertanyaan penelitian yang tidak konsisten.

8.3 Validitas Instrumen Penelitian dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


8.3.1 Validitas Instrumen Penelitian
Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Pengertian
validitas instrumen berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen yang valid merupakan syarat untuk memperoleh hasil
penelitian yang valid. Menurut Sudaryono (2019: 316) validitas sebuah tes
dibedakan menjadi dua macam, yaitu validitas logis dan empiris. Validitas logis sama
dengan analisis kualitatif terhadap sebuah soal untuk menentukan berfungsi tidaknya
suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sedangkan validitas empiris
ditentukan berdasarkan data hasil ukur instrumen yang bersangkutan baik
melalui uji coba atau pengukuran
sesungguhnya. Istilah yang digunakan Sugiyono (2018: 177) adalah validitas internal
dan eksternal, hal tersebut memiliki interpretasi yang hampir sama. Untuk
menentukan apakah suatu instrumen itu valid maka akan dilakukan pengujian
terhadap validitas instrumen.

8.3.2 Teknik Pengujian Validitas Instrumen


Berikut adalah teknik pengujian validitas instrumen beserta dengan
penjelasannya:
1. Pengujian Validitas tes secara rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran,
validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis
Wadhimurni (dalam Sudaryono , 2019 : 318).
2. Pengujian Validitas isi
Pengujian validitas isi instrumen dapat digunakan dengan
membandingkan isi instrumen dengan isi dari tujuan yang akan diukur. Misalkan apabila
instrumen berbentuk tes maka dibandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang
diajarkan atau apabila instrumen mengukur efektivitas maka isi insrumen dibandingkan
dengan isi rencana program yang dirancang (Lijan dan Sinambela,
2021: 273).
3. Pengujian validitas konstruk
Setelah instrumen di konstruksi tentang aspek – aspek yang akan diukur
berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah pengujian
konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalam empiris selesai, maka diteruskan dengan
uji coba instrumen. Pengujian validitas diselesaikan dengan penggunaan analisis
faktor. Untuk analisis faktor dapat menggunakan bantuan spss dalam melakukan
analisisnya.
4. Pengujian validitas eksternal
Diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang berada dalam instrumen dengan
fakta – fakta empiris yang terjadi di lapangan. Penelitian mempunyai validitas eksternal
bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada sampel lain dalam populasi yang
diteliti (Sugiyono, 2018: 184 – 185).
8.3.3 Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal, reliabilitas instrumen dapat diuji
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu.
a. Test-retest
Pengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada
koresponden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, responden sama, dan waktu yang
berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan
yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut
sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pernyataan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu yang juga sama, dan instrumen
berbeda.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan
dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua,
dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d. Internal consistency
Pengujian dengan cara ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali
saja. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis
dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Berikut rumus-rumus
untuk uji reliabilitas instrumen.
Pengujian reabilitas instrument dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman
Brown (Split half), KR. 20,KR 21 dan Anova hoyt. Berikut rumus-rumusnya
Rumus Spearman Brown:
2𝑏
ri = 1+𝑏
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Rumus KR. 20 (Kuder Richardson)
2
− 𝛴𝑖𝑖 𝑘
Ri =
(𝑘−1)
𝑡
{ }
2
𝑡
Di mana:

K = jumlah item dalam instrumen


Pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
Q1 = 1 – pi
2 𝑠1 = varians total

Rumus KR 21
𝑘 𝑀(𝐾− 𝛴𝑀
Ri =
(𝑘−1) {1 − }
𝑡 𝑘2
Di mana:
K = jumlah item dalam instrumen
M = mean skor total
2 𝑠1 = varians total

Analisis Varian Hoyt (Anova Hoyt)


𝑀𝐾𝑒
Ri=
𝑀𝐾 1 –

Di mana:
MKs = mean kuadrat antara obyek
MKe = mean kuadrat kesalahan
Ri = reliabilitas instrumen
Daftar Pustaka

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.


Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sinambela, Lijan P dan Sarton Sinambela. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori
dan Praktik. Depok: PT RajaGrafindo.
Sudaryono. (2019). Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Mix
Method. Depok: PT Rajagrafindo.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai