Anda di halaman 1dari 43

BAB II

KONSEP TEORI DAN HASIL PEMBEKALAN PEGAWAI BARU

A. Materi Teori Dasar Keperawatan


1. Konsep Teori Keperawatan
a. Pengertian
Konsep teori keperawatan disusun berdasarkan ilmu dan
seni yang mencakup berbagai aktivitas konsep dan
keterampilan yang berhubungan dengan berbagai disiplin
ilmu. Keperawatan merupakan profesi yang unik karena fungsi
dan tanggung jawab keperawatan ditujukan ke berbagai
respon klien baik sebagai individu, keluarga maupun
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
Perawat dalam menjalankan peran, fungsi dan tanggung
jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan, dituntut
untuk memiliki ketrampilan dan keahlian serta disiplin yang
tinggi.Keahlian dan keterampilan dalam keperawatan
merupakan hasil dari ilmu pengetahuan dan pengalaman klinik
yang dijalaninya. Keahlian diperlukan untuk
menginterpretasikan situasi klinik dan membuat keputusan
yang kompleks dalam rangka memberikan asuhan
keperawatan yang profesional dan berkualitas karena adanya
tuntutan masyarakat serta perubahan kebutuhan kesehatan
dan berbagai kebijakan pemerintah terkait dengan pelayanan
kesehatan dan pelayanan keperawatan.
Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang
memiliki body knowledge yang disusun dari beberapa teori-
teori yang membentuk satu kesatuan utuh yang khas dan
mempunyai arti atau makna yang berbeda dan senantiasa
berkembang.

4
5

Keperawatan sebagai ilmu memiliki objek formal dan material,


sebagai objek formal keperawatan mempunyai cara pandang
pada respon manusia terhadap masalah kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya, dimana ilmu keperawatan
sangat memperhatikan masalah-masalah keperawatan yang
dilakukan dengan cara ilmiah.
Teori keperawatan merupakan sekelompok konsep yang
menjelaskan tentang suatu proses, peristiwa atau kejadian
mengenai keperawatan yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi. Teori keperawatan biasanya banyak digunakan
untuk menyusun atau membuat suatu model konsep dalam
keperawatan. Selain itu, karena model praktek keperawatan
mengandung hal-hal dasar seperti keyakinan dan nila-nilai yang
menjadi dasar sebuah model. Untuk itu, dianggap sangat perlu
untuk memiliki dan mempelajari mengenai teori dan model
keperawatan yang telah ada karena dianggap sangat dibutuhkan
oleh perawat untuk jadi acuannya.
b. Macam Macam Teori Model Konsep Keperawatan
Model konsep keperawatan sendiri merupakan cara pandang
secara menyeluruh perawat dalam menganalisa atau
meramalkan fenomena yang berkaitan dengan masalah
pelayanan keperawatan. Model keperawatan tersebut
memberikan petunjuk bagi organisasi perawat untuk
mendapatkan informasi sehingga perawat cepat tanggap
terhadap apa yang sedang terjadi dan tindakan apa yang paling
sesuai.
Teori-teori keperawatan yang ada saat ini dibangun atas
empat konsep yang menghasilkan suatu model keperawatan.
Model keperawatan tersebut digunakan dalam praktik, penelitian
maupun pengajaran. Berikut ini beberapa model konseptual
6

keperawatan. Model ini dipilih berdasarkan kegunaan dalam


praktik keperawatan di Indonesia yang diuraikan berdasarkan
keempat konsep model utama yaitu:
1) Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence Nigtingale
Model konsep Florence Nigtingale memposisikan lingkungan
adalah sebagai focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak
perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini
dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran.
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan
dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi
keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat
dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta
pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang
sakit yang dikenal teori lingkungannya. Florence Nihgtingale
menekankan bahwa keperawatan adalah suatuprofesi dengan
tujuan untuk menemukan dan menggunakan hukum alam
dalam mengembangkan dan membangun pelayanan
kesehatan. Alasan dilakukannya tindakan keperawatan adalah
untuk menempatkan keadaanmanusia dalam kondisi yang
terbaik secara alami untuk menyembuhkan dan atau
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit. Manusia
merupakan kesatuan fisik, intelektual, dan metafisik yang
lengkapdan berpotensi. Pengertian sehat sendiri adalah suatu
keadaan yang bebas dari penyakit dan menggunakan
kekuatan yang ada secara penuh. Sedangkan Florence
memandang bahwa lingkungan adalah suatu kondisi eksternal
yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseorang.
2) Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers
Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E.
7

Rogers dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit.


Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha
berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang
utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia
selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses
kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan
yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan
keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang
secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan lingkungan,
kemudian sistem ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari:
a) Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain.
b) Resonansi: Proses kehidupan antara individu dengan
lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi
yang bervariasi.
c) Helicy : Terjadinya proses interaksi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan
maupun berlangsung dengan cepat.
3) Model Konsep dan Teori Keperawatan Myra Levine
Model konsep Myra Levine memandang klien sebagai
makhluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan
beradaptasi terhadap lingkungannya. Intervensi keperawatan
adalah suatu aktivitas konservasi dan konservasi energi
adalah bagian yang menjadi pertimbangan. Sehat menurut
8

Levine itu dilihat dari sudut pandang konservasi energi,


sedangkan dalam keperawatan terdapat empat konservasi
diantaranya energi klien, struktur integritas, integritas personal
dan integritas sosial, sehingga pendekatan asuhan
keperawatan ditunjukkan pada penggunaan sumber-sumber
kekuatan klien secara optimal
4) Model Konsep Teori Keperawatan Virginia Henderson (Teori
Henderson)
Menurut Henderson tujuan asuhan keperawatan adalah
kemandirian individu dalam pemuasan kebutuhan dasar
manusia. Klien atau individu adalah manusia yang utuh,
lengkap dan mandiri yang mempunyai kebutuhan dasar.
Peran perawat di sini adalah mempertahankan atau
memulihkan kemandirian individu dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Masalah yang dihadapi dalam
pemenuhan dasar manusia adalah tidak adanya atau
kurangnya kekuatan/kemampuan,kemauan atau
pengetahuan. Oleh karena itu, fokus dari tindakan
keperawatanadalah mengurangi sumber utama kesulitan
individu.
Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak
tergantung pada dokter, akan tetapi perawat tetap
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu
mengunjungi pasien.
Konsep utama teori Henderson mencakup manusia,
keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Henderson melihat
manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk
meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai,
serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson,
kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang
9

merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat


belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Bernapas secara normal,
b) minum dengan cukup,
c) Membuang kotoran tubuh,
d) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan,
e) Tidur dan istirahat,
f) Memilih pakaian yang sesuai,
g) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan,
h) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi
integument,
i) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai,
j) Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat,
k) Beribadah sesuai dengan keyakinan,
l) Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi,
m) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi,
n) Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran
yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan
serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Menurut henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga
tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga
hubungan sangat mandiri.
a) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.
b) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
c) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
5) Model Konseptual Perawatan Diri dari f. Dorothe E. Orem
(Teori Orem)
Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga
10

bentuk teori self care diantaranya:


a) Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self
care meliputi: Pertama, self care itu sendiri, yang
merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan. Kedua, self care agency, merupakan suatu
kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. Ketiga, adanya
tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu
tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat. Keempat,
kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang
bersifat universal dan berhubungan dengan prises
kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan
fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah
aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke
dalam kebutuhan dasar manusianya.
b) Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum
dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada
saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada
anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan self care, baik secara kualitas maupun
11

kuantitas.
c) Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana
kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat
atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang
mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,
kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan mandiri.
6) Model kosep teori human caringmenurut Jean Watson (Teori
Watson)
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal
dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.
Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsure teori
kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia
yang saling berhubungan diantaranya:
a) Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan
eliminasi dan kebutuhan ventilasi.
b) Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang
meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan
seksual.
c) Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
organisasi.
d) Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
12

7) Model Konsep interaksi sistem menurut Imogene King (Teori


King)
King memandang manusia merupakan individu yang reaktif
yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia
sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas
dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa
yang akan datang dan sebagai makhluk sosial manusia akan
hidup bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan
yang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki
tiga kebutuhan dasar yaitu:
a) Informasi kesehatan,
b) Pencegah penyakit,
c) Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit.

8) Model teori Adaptasi dari Sister Calista Roy (Teori Roy)


Roy mengatakan bahwa masalah keperawatan melibatkan
mekanisnme koping yang tidak efektif, yang menyebabkan
respon yang tidak efektif, merusak integritas individu tersebut.
Masalah teori ini menekankan promosi kesehatan dan
pentingnya membantu klien dalam menipulasi lingkungan
mereka, kedua gagasan tersebut memiliki arti yang penting
dalam kesehatan. Roy berpendapat bahwa ada empat elemen
penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni
keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.
2. Sistem evaluasi dan penilaian kinerja tenaga keperawatan RSUD
Dr. Moewardi
a. Pengertian
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan untuk mengevaluasi kinerja
pegawai, yang dapat memberi petunjuk bagi pejabat yang
berkepentingan dalam rangka mengevaluasi kinerja unit dan
organisasi
13

b. Sistem Penilaian
Penilaian Prestasi Kerja pegawai terdiri atas Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) 60% dan Perilaku Kerja (PK) = 40%.
Penilaian prestasi kerja pegawai dilaksanakan oleh Pejabat
Penilai : sekali dalam 1 tahun (akhir Desember tahun
bersangkutan/akhir Januari tahun berikutnya) dan setiap bulan
untuk kepentingan TPP
c. Tata Cara Penyusunan SKP:
1) Setiap pegawai wajib menyusun SKP.
2) SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus
dicapai.
3) SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh
Pejabat Penilai sebagai kontrak kerja
4) Dalam hal SKP yang disusun oleh pegawai tidak disetujui oleh
Pejabat Penilai maka keputusannya diserahkan kepada
Atasan Pejabat Penilai dan bersifat final.
d. Unsur-unsur SKP
1) Kegiatan Tugas Jabatan
Mengacu pada Penetapan Kinerja/RKT. Dalam melaksanakan
kegiatan tugas jabatan pada prinsipnya pekerjaan dibagi habis
dari tingkat jabatan tertinggi sampai jabatan terendah secara
hierarki
2) Angka kredit
3) Target
Dalam menetapkan target meliputi aspek sbb:
a) Kuantitas (Target Output)
b) Kualitas (Target Kualitas)
c) Waktu (Target Waktu)
d) Biaya (Target Biaya)
14

e. Tatacara penilaian SKP


1) Nilai capaian SKP dinyatakan dengan angka dan keterangan
sbb:
a) 91 – ke atas : Sangat baik
b) 76 – 90 : Baik
c) 61 – 75 : Cukup
d) 51 – 60 : Kurang
e) 50 – ke bawah : Buruk
2) Penilaian SKP untuk setiap pelaksanaan kegiatan tugas
jabatan diukur dengan 4 aspek, yaitu: aspek kuantitas,
kualitas, waktu, dan biaya
3. Sistem penugasan dan Mapping Tenaga Keperawatan RSUD Dr.
Moewardi
Sistem penugasan adalah proses, cara, perbuatan menugasi atau
menugaskan; pemberian tugas. Jenis metode dalam pemberian
asuhan keperawatan, diantaranya :
a. Metode Fungsional
Kelebihan :
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan merawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja.
15

b. Metode Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif.
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu
dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu ).
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman
cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang
mampu.
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab
dalam tim kabur
c. Metode kasus
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
16

Kelemahan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama
d. Metode perawatan primer
Perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihan :
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
3) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahan :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction (menjadi lebih baik)kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
2) Biaya lebih besar
Pada aspek di tetapkan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai dengan ketergantungan kien.
Di samping jumlah perawat di tentukan juga jenis tenaga di
ruang rawat yaitu kepala ruang, clinical care manager (CCM),
17

perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) sehingga peran


dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggung jawab yang jelas
dalam sistem pemberian asuhan keperawatan. Karena
keterbatasan ketenagaan RSDM menggunakan Metode Team
modifikasi yaitu dengan Shif Pagi menggunakan sistem
penugasan Team, dengan satu PP ada yang satu PA ada
yang dua PA dan Shif sore malam menggunakan Perawat
penanggungjawab shif.

4. Hak dan Kewajiban Pasien dan Perawat


a. Hak Pasien
Hak pasien menurut UU NO. 44 tentang Rumah Sakit Pasal 32
adalah sebagai berikut :
1) HAK HAM
a) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi
b) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
c) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya
d) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya
e) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit
2) HAK informasi
a) Informasi mengenai tata tertib dan peraturan RS
b) Informasi tentang Hak dan kewajiban pasien
c) Informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
18

komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap


tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
d) Second opinion: meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
3) HAK Pelayanan
a) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
b) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
c) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
4) HAK Hukum
a) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan
b) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana
c) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
d) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah
Sakit terhadap dirinya
5) HAK menentukan nasibnya sendiri
a) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya
b) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
19

b. Kewajiban pasien
1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya.
2) Mematuhi nasehat dan petunjuk dari dokter atau dokter gigi.
3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan.
4) Memberikan imbalan jasa pelayanan yang telah diterima
sesuai ketentuan
c. Hak perawat
1) Perlindungan Wanita
2) Mengendalikan praktik Keperawatan
3) Mendapatkan Upah yg Layak
4) Bekerja di Lingkungan Baik
5) Pengembangan Profesional
6) Menyusun Standar Praktik dan Pendidikan Keperawatan
d. Kewajiban perawat
1) Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
2) Menghormati hak pasien
3) Merujuk kasus yg tdk dpt ditangani
4) Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-
undangan
5) Wajib memberikan informasi kpd pasien sesuai dgn
kewenangan
6) Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan
perawat sesuai dgn kondisi pasien baik scr tertulis maupun
lisan
7) Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai
peraturan & SOP yg berlaku
8) Memakai standar profesi & kode etik perawat Indonesia dlm
melaks praktik
20

9) Meningkatkan pengetahuan berdsrkan IPTEK


10) Melakukan pertolongan darurat yg mengancam jiwa sesuai dg
kewenangan
11) Melaksanakan program pemerintah dlm meningkatkan derajat
kes masy
12) Mentaati semua Peraturan Per-UU
13) Menjaga hubungan kerja yg baik atr sesama perawat maupun
dgn anggota tim kes lainnya.
5. Tata Kerja Perawat di RSUD Dr. Moewardi
a. Alur kerja di IGD
1) Penerimaan pasien baru : datang sendiri atau rujukan
2) Triage

3) Konsulkan sesuai bagian (jantung, interna, anak, bedah, dll)

4) Perawat menghubungi residen jaga bagian masing-masing

5) Pengkajian gadar

6) Tegakkan diagnosa keperawatan

7) Lakukan implementasi

8) Pasien keluar IGD :

a) meninggal hubungi forensik

b) rawat jalan beri ijin keluar dan resep

c) rawat inap hubungi bed manajemen & TPPRI, siapkan


form transfer

d) Rujuk segera isi sisrute, siapkan dokumen rujukan


b. Alur kerja di rawat jalan/polikilinik
1) Screening pasien
2) Menerima pasien
3) Buka sim RS
21

4) Pengkajian termasuk vital sign, pasien baru dng form


asesmen awal manual, pasien lama dengan SIM RS
5) Pemeriksaan dokter
6) Dokumentasi SOAPIE di komputer
7) Pasien keluar :
a) periksa lab/ radiologi
b) resep
c) Konsul ke bagian lain
d) IGD
e) Ranap > siapkan form transfer, pasien ke TPPRI
c. Alur kerja di ruang tindakan

1) Menerima pasien dari rajal atau ranap, cek form transfer ke


ruang tindakan, tandatangan penerimaan

2) Lakukan pengkajian

3) Implementasi sesuai ruang tindakan

4) Evaluasi post tindakan

5) Dokumentasi

6) Pasien keluar : pulang, kembali ke ranap, ke IGD

d. Alur kerja di ruang rawat inap


1) Booking kamar hanya dari bed manajemen

2) Menerima pasien baru :IGD, Rawat jalan, Pindahan dari ruang


lain

3) Pengkajian

4) Diagnosa keperawatan

5) Implementasi

6) Evaluasi dalam bentuk SOAPT


22

e. Panduan kerja
1) Pengkajian
Sesuai isi form, anamnesa, pemeriksaan fisik head to toe,
hasil pemeriksaan penunjang > lihat PAK di nurse station

2) Diagnos Keperawatan lihat PAK, NCP

3) Intervensi lihat SAK

4) Implementasi lihat SPO keperawatan

5) Evaluasi lihat PAK


6. Komite Keperawatan dan Kelompok Staf Keperawatan (KSK)
a. Komite Keperawatan
Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli
atau profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis
kepada kepala/direktur Rumah Sakit dalam rangka peningkatan
dan pengembangan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Komite Keperawatan bertugas membantu kepala/direktur Rumah
Sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika
profesi keperawatan dan kebidanan serta pengembangan
profesional berkelanjutan termasuk memberi masukan guna
pengembangan standar pelayanan dan standar asuhan
keperawatan dan kebidanan.
1) Pengorganisasian Komite Keperawatan
a) Sub komite kredensial
(1) Memberi kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap
tenaga keperawatan;
(2) Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin
bahwa tenaga keperawatan yang memberikan asuhan
keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan
Kewenangan Klinis yang jelas;
23

(3) Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga


keperawatan yang berada di semua level pelayanan.
b) Sub komite Mutu Profesi
(1) Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan
sesuai area praktik.
(2) Merekomendasikan perencanaan pengembangan
profesional berkelanjutan tenaga keperawatan;
(3) Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan;
(4) Memfasilitasi proses pendampingan sesuai
kebutuhan.
c) Sub komite Etik Dan Disiplin Profesi
(1) Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga
keperawatan;
(2) Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga
keperawatan;
(3) Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan
dan kebidanan;
(4) Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah
pelanggaran disiplin dan masalah-masalah etik dalam
kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan;
(5) Mereekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis
dan/atau surat Penugasan Klinis (clinical appointment);
(6) Memberikan pertimbangan dalam mengambil
keputusan etis dalam asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan.
24

b. Kelompok Staf Keperawatan (KSK)


1) Kelompok Staf Keperawatan dikelompokan berdasarkan pada
peminatan dan bidang keahlian terdiri atas
a) Kelompok Staf Keperawatan Anak;
b) Kelompok Staf Keperawatan Medikal;
c) Kelompok Staf Keperawatan Hemodialisa;
d) Kelompok Staf Keperawatan Bedah;
e) Kelompok Staf Keperawatan Gawat Darurat;
f) Kelompok Staf Keperawatan Kardiologi;
g) Kelompok Staf Keperawatan Intensif Care;
h) Kelompok Staf Keperawatan Neurosains;
i) Kelompok Staf Keperawatan Maternitas
2) Tugas Kelompok Staf Keperawatan (KSK)
a) Mengusulkan uraian tugas dan tata kerja Anggota
Kelompok Keperawatan.
b) Mengkoordinasikan semua kegiatan Anggota Kelompok
Keperawatan
(1) Pengusulan prosedur pelayanan
(2) Menyusun pedoman dan standar prosedur pelayanan
keperawatan
(3) Melakukan perbaikan pedoman
(4) Membuat usulan program peningkatan keilmuan dan
keterampilan
c) Membantu dalam membina Anggota Kelompok
Keperawatan
(1) Pemantauan penampilan kinerja
(2) Pemberian laporan secara tertib dan teratur kepada
Direktur dan Keperawatan
25

7. Konsep Dasar Komunikasi dan Body Language


a. Konsep Dasar Komunikasi
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang
yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi Efektif
memungkinkan seseorang dapat saling bertukar informasi, ide,
kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau
kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
1) Tujuan Komunikasi
a) Menyampaikan ide / informasi / berita
b) Mempengaruhi orang lain
c) Merubah perilaku orang lain
d) Memberikan pendidikan
e) Memahami (ide) orang lain
2) Bentuk komunikasi efektif
a) Komunikasi verbal efektif :
(1) Berlangsung secara timbal balik.
(2) Makna pesan ringkas dan jelas.
(3) Bahasa mudah dipahami.
(4) Cara penyampaian mudah diterima
(5) Disampaikan secara tulus.
(6) Mempunyai tujuan yang jelas.
(7) Memperlihatkan norma yang berlaku
(8) Disertai dengan humor.
b) Komunikasi non verbal efektif
Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal
adalah
(1) Penampilan fisik.
(2) Sikap tubuh dan cara berjalan
26

(3) Ekspresi wajah.


(4) Sentuhan
c) Cara berkomunikasi efektif
(1) Gunakan kalimat seefektif mungkin
(2) Jangan mengungkapkan pengulangan ide/pokok
bahasan
(3) Jangan berbicara terlalu lambat
(4) Hindari gumaman yang terlalu sering
(5) Hindari humor yang tidak perlu
b. Body language
Cara manusia (dan beberapa hewan) menyampaikan informasi
melalui isyarat sadar maupun tidak sadar, gerakan tubuh, ataupun
ekspresi muka.
1) Kegunaan bahasa tubuh
a) Untuk memperkuat pembicaraan
b) Sebagai cerminan perasaan
c) Sebagai ganti bicara
2) Penggunaan bahasa tubuh
a) Kontak mata
b) Ekspresi wajah
c) Gerakan kepala
d) Gesture
e) Posture
8. Manajemen Bimbingan dan Peran Clinical Instructur (CI)
a) Bimbingan klinik
Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang
dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk memberikan
pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik
agar mencapai kompetensi yang diharapkan (Nursalam, 2009)
Metode bimbingan
27

1) Clinical Conference (PRE DAN POST)


2) Ceramah
3) Demonstrasi
4) Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
5) Responsi
6) Bed Side Teaching
7) Presentasi Kasus
8) Presentasi Jurnal
9) Ronde Keperawatan
10) Penugasan Klinik
11) Mini CEX (menilai performa ners muda)
12) DOPS (Directly Observation Procedural Skills)
13) Meet the Expert (MTE)
14) Preceptorship
15) Mentorship
b) Peran CI
Tugas pembimbing klinik/CI adalah
1) Narasumber
2) Perencana
3) Motivator
4) Demonstrator
5) Role model
6) Evaluator
7) Change agent
9. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
a. Gambaran umum
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit
ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember
28

2019. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China,


diketahui bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%)
dan terjadi pada usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada
usia <10 tahun (1%). Sebanyak 81% kasus merupakan kasus
yang ringan, 14% parah, dan 5% kritis (Wu Z dan McGoogan JM,
2020). Orang dengan usia lanjut atau yang memiliki penyakit
bawaan diketahui lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang
lebih parah. Usia lanjut juga diduga berhubungan dengan tingkat
kematian.
b. Etiologi
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam
genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan
beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis
filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus
yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini,
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.
Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19
bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai
jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus bertahan
mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis
permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian
(Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan
stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari
24 jam pada kardus.
c. Penularan
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini
membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang
29

yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak


dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air
dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika
seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk
atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut
dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat
terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi
droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,
penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan
permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang
terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer).Dalam konteks
COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam
keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang
menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi,
suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi
manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap,
memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non- invasif,
trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.
d. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul
secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala
COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan
batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri
dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis,
sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau
ruam kulit.
30

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal


pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan
mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus
akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami
kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh
setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik,
gagal multi- organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut
hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang
dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan
kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan.
e. Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang
dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid
Amplification Test) seperti pemeriksaan RT- PCR.
f. Tata Laksana
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk
mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan
sebagai terapi simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat
vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis.
g. Definisi Operasional
1) Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)*
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**.
b) Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada
31

14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat


kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
2) Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal
dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN
belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
3) Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:

a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)


4) Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable
atau konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud
antara lain:
a) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable
atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam
jangka waktu 15 menit atau lebih.
b) Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau
konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan,
dan lain-lain).
c) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap
kasus probable

atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai


32

standar.

d) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak


berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh
tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan
sebagaimana terlampir).
5) Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri
(domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
6) Discarded

Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:

a) Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil


pemeriksaan RT- PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-
turut dengan selang waktu >24 jam.
b) Seseorang dengan status kontak erat yang telah
menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
7) Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak
dilakukanpemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah
10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi.
b) Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala
(simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up
RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan
gejala demam dan gangguan pernapasan.
c) Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala
(simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow
up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari
33

setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan


gangguan pernapasan.
8) Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah
kasus konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal.
h. Manajemen Kesehatan Masyarakat
Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian
kegiatan kesehatan masyarakat yang dilakukan terhadap kasus.
Kegiatan ini meliputi kegiatan karantina/isolasi, pemantauan,
pemeriksaan spesimen, penyelidikan epidemiologi, serta
komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat.
Ringkasan manajemen kesmas
34

10. Manajemen Pasien Covid, transmisi Airborne, MRSA, ESBL di


Rumah Sakit
a. Program peningkatan kualitas PPI
Penerapan kewaspadaan isolasi, dan penerapan pencegahan
infeksi (ppi) dan penggunaan antimikroba bijak (ppra) , terkait
pelayanan kesehatan.
Didukung oleh:
1. Surveilans hai’s
2. Pendidikan dan pelatihan PPI
b. Kewaspadaan standar
1) Hand Hygiene
2) APD
3) Dekontaminasi Peralatan
4) Pengendalian lingkungan
5) Penatalaksanaan limbah
6) Desinfeksi dan sterilisasi linen
7) Perlindungan petugas kesehatan
8) Penempatan pasien
9) Etika batuk
35

10) Praktik menyuntik aman


c. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
Ditujukan pada pasien yang infeksi atau diduga infeksi meliputi :
1) Contact Precaution
Kategori berikut digunakan pada pasien yang dikonfirmasi
terinfeksi atau terkolonisasi oleh mikroorganisme yang dapat
ditransmisikan dengan kontak langsung dan/atau benda di
sekitar pasien
2) Airborne Precaution
Dilakukan ketika pasien diketahui atau diduga menderita
penyakit yang ditularkan melalui droplet nuklei udara (<5
microns)
3) Droplet Precaution
Ditularkan melalui droplet besar (>5 micron) yang beresiko
tertular ketika dilakukan prosedur medis tertentu atau ketika
batuk, bersin, bicara.
d. Penularan Tuberkulosis dan pengendalianya
Penularan MTb terjadi melalui udara (airborne) yang menyebar
melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat seseorang batuk,
bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi.
Langkah pencegahan penulatan TB di rumah sakit :
1) Triase : Pasien dengan gejala batuk kronik (> 2 minggu)
yang belum jelas penyebabnya dan atau dengan gejala
lainnya curiga TB segera diperiksa
2) Edukasi : Pasien yang teridentifikasi diberikan edukasi
tentang etika batuk.
3) Pisahkan : Sediakan ruang tunggu terpisah, ventilasi yang
baik, pasien diberikan masker atau tisu untuk menutup mulut
dan hidung
4) Pelayanan segera untuk mengurangi waktu pajanan
36

5) Pemeriksaan untuk diagnosis TB harus segera dikerjakan


e. MRSA
MRSA adalah S. aureus yang telah resisten terhadap antibiotika
golongan beta laktam (termasuk penisilin dan sefalosporin)
Prosedur eradikasi MRSA :
1) Hand hygiene
2) Beri mupirosin nasal selama 3 hari berturut-turut
3) Mandikan pasien dengan sabun yang mengandung
Chlorhexidine setiap pagi dan sore selama 3 hari berturut-
turut
4) Ganti pakaian pasien setiap pagi dan sore
5) Ganti sprei, perlak, selimut dan sarung bantal setiap hari
6) Ganti gordyn pasien seminggu sekali dan apabila pasien
sudah pulang
7) Tempatkan linen kotor di tempat linen infeksius
f. ESBL (Extended Spectrum beta-lactamases)
ESBL adalah :
1) Enzim beta-laktamase spektrum luas yang dihasilkan oleh
bakteri tertentu (terutama E.coli dan K. pneumoniae) sehingga
bakteri tersebut menjadi resisten terhadap penisilin dan
sefalosposrin generasi 3 (mungkin juga generasi 4)
2) Sering co-resisten terhadap fluorokuinolon
g. Perawatan di bangsal
1) Lakukan prosedur kewaspadaan standard dan kewaspadaan
kontak
2) Tempatkan pasien dengan MRSA dan ESBL di ruang isolasi
single room/kohorting/ letakkan tempat tidur pasien di ruang
infeksi di lokasi paling ujung (jarak minimal 1m dari tempat
tidur lain)
3) Tersedia APD dan cairan antiseptik / hand rub).
37

4) Lakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait sesuai dengan


bagan alur koordinasi
h. Langkah pemasangan dan pelepasan APD
1) Pemakaian
a) Lakukan cuci tangan
b) Ganti baju scrub atau baju OK
c) Lakukan cuci tangan
d) Pakai sarung tangan pendek
e) Pakai baju cover all
f) Pakai kaos kaki
g) Pakai sepatu boot
h) Pakai masker N95
i) Pakai masker bedah
j) Pakai kacamata google
k) Pakai harnet
l) Pakai apron
m) Pakai topi cover all
n) Pakai fice shield
o) Pakai sarung tangan panjang
2) Pelepasan APD
a) Lakukan cuci tangan
b) Lepas sarung tangan panjang buang ke tempat sampah
infeksius
c) Lakukan cuci tangan
d) Lepas fice shield letakkan pada kontainer yang ada di
anteroom
e) Lakukan cuci tangan
f) Lepas sepatu boot di anteroom
g) Lakukan cuci tangan
h) Lepas topi cover all
38

i) Lepas harnet buang ke tempat sampah infeksius


j) Lakukan cuci tangan
k) Lepas cover all dari atas turun ke bawah dan gulung kearah
luar, setelah itu buang ke sampah infeksius
l) Lakukan cuci tangan
m) Lepas kaca mata google taruh di kontainer yang ada di
anteroom
n) Lakukan cuci tangan
o) Lepas masker bedah buang ke tempat sampah infeksius
p) Lakukan cuci tangan
q) Lepaskan kaos kaki
r) Lakukan cuci tangan
s) Lepas sarung tangan pendek buang ke tempat sampah
infeksius
t) Lakukan cuci tangan
u) Lepas masker N95
11. Budaya Anti Korupsi
Zona Integritas adalah predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajaranya mempunyai komitmen
untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformas;i birokrasi.
WBK (Wilayah bebas korupsi) adalah predikat yang diberikan
kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kiteria
dalam manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan
sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan dan akuntabilitas
kerja.
39

B. Kunjungan Area Praktik Asuhan Keperawatan


1. Hasil Pembekalan
Pembekalan orientasi pegawai baru dilaksanakan pada tanggal 1-3
Desember 2020 di ruang sekar jagad yang terletak di lantai 3
gedung nusa indah. Hari pertama orientasi disambut dengan
pembukaan orientasi oleh plt. Direktur. Dilanjutkan pemberian
materi Kebijakan, Pedoman, dan Profil Pelayanan Keperawatan
oleh dr.Harsini,materi kedua disampaikan oleh Bu Tutik Nurani
selaku Kasie Sumber Daya Pelayanan Keperawatan tentang
Evaluasi dan Penilaian Kinerja Tenaga Keperawatan dan Sistem
Penugasan dan Maping Tenaga Keperawatan. Kemudian materi
dari Bu Retno selaku Kasie Mutu Pelayanan Keperawatan tentang
Dokumentasi Asuhan Keperawatan dan Standar Asuhan
Keperawatan dan Tata Kerja Keperawatan
Hari ke dua mendapatkan materi oleh Bapak Zawawi selaku ketua
komite keperawatan tentang Pengenalan Komite Keperawatan dan
KSK, dilanjutkan materi Pelayanan Covid-19 oleh dr. Harsini,
kemudian materi Manajemen Perawatan Pasien Infeksi oleh Tim
PPI, materi komunikasi oleh Bu Anggita , WBK dan WBBM oleh pak
Ari dan terakhir Hak dan Kewajiban tenaga keperawatan oleh bu
Tutik Nurani.
Hari ke tiga mendapat materi Manajemen bimbingan dan peran CI
serta manajemen pelaporan oleh Bu Isti. Dan dilanjutkan orientasi
ruangan di RSUD Dr. Moewardi.
2. Profil ruangan
Ruang Anggrek 2 merupakan ruangan isolasi yang digunakan untuk
merawat pasien Covid-19. Ruang Anggrek 2 mulai beroperasi pada
tanggal 15 Desember 2020. Ruang Anggrek 2 memiliki kapasitas
tempat tidur pasien / bed pasien sejumlah 59 bed terbagi menjadi 2
bagian yaitu Anggrek 2 reguler 34 bed dan HCU 25 bed. Kapasitas
40

bed di Anggrek 2 reguler sebanyak 34 bed terbagi menjadi 4


ruangan yaitu ruang 1 yang terdiri dari 10 bed (A-J) untuk pasien
suspect Covid-19 laki-laki. Ruang 2 terdiri dari 10 bed (A-J) untuk
pasien terkonfirmasi positif laki-laki. Ruang 3 terdiri dari 7 bed (A-G)
untuk pasien suspect Covid-19 perempuan. Ruang 4 terdiri dari 7
bed untuk pasien terkonfirmasi positif perempuan. Sedangkan
kapasitas HCU Anggrek 2 terdiri dari 25 bed meliputi 13 bed di
ruang 5 dan 12 bed diruang 6. Ketenagaan di ruang Anggrek 2
terdiri dari 76 perawat yang terdiri dari PNS, CPNS, BLUD dan
Tenaga Relawan serta memiliki 4 PUK. Tenaga perawat terbagi
menjadi 4 PP yaitu PP 1 dan 2 HCU Anggrek 2 dan PP3 dan PP4
Bangsal Anggrek 2. Pembagian kloter jaga pagi yaitu kloter 1 pukul
07.00-10.00, kloter 2 pukul 09.30-12.30 dan kloter 3 jam 12.00-
14.00. Pembagian kloter jaga siang yaitu kloter 1 pukul 14.00-17.00,
kloter 2 pukul 16.30-19.30, kloter 3 pukul 19.00-21.00. Sedangkan
pembagian kloter jaga malam yaitu kloter 1 pukul 21.00-24.00,
kloter 2 pukul 23.30-02.30, kloter 3 pukul 02.00-05.00 dan kloter 4
pukul 04.30-07.00. Rata-rata pasien yang dirawat diruang Anggrek
2 sebanyak 52 pasien. Alur masuk keluar pasien Covid-19 melalui 1
lift. Extention diruang Anggrek 2 HCU Anggrek 2 utara 642, HCU
Anggrek 2 selatan 548, Nurse station isolasi 902 dan nurse station
zona hijau 562 dan 532.
3. Pelayanan Unggulan
Ruang Anggrek 2 sebagai ruang perawatan isolasi selalu berusaha
untuk meningkatkan diri dalam memberikan pelayanan yang terbaik
untuk pasien. Menyikapi penyebaran virus corona (COVID-19) di
Indonesia yang terbilang massive di Jawa Tengah ruang Anggrek 2
menjadikan ruang isolasi yang merawat pasien suspect Covid-19
maupun yang terkonfirmasi Covid-19 serta didukung dengan
adanya ruangan HCU Anggrek 2. Ruang isolasi di Anggrek 2
41

bertekanan negatif kuman dan virus tidak akan mengkontaminasi


udara luar.
4. Indikator Ruangan
Indikator ruangan di ruang Anggrek 2 sementara belum ada
mengingat ruang Anggrek 2 adalah ruangan baru
5. Metode Penugasan Keperawatan
Ruang Anggrek 2 menggunakan metode penugasan Primary
nursing ( Perawat Primer / PP ) dengan modifikasi, untuk shif pagi
menggunakan metode penugasan metode primary nursing. Ruang
ini mempuyai 4 Perawat Primer ( PP ) dimana untuk setiap PP
dibantu oleh 2-3 katim dan 6 sampai 7 Perawat Associated ( PA ).
Shif siang dan malam menggunakan metode penugasan tim.
42

6. Struktur Organisasi Ruang Anggrek 2

KaBid Pelayanan Kepala instalasi


Keperawatan

Kepala Ruang Kepala Ruang


DNM Chrisni Tri I
Dyah Retnaningsih, Bayu Kushananto
S.Kep.,Ns
S.Kep.,Ns S, S.Kep.,Ns

PP 1 PP 2 PP 4
PP 3
Muh Harun, Ariyatik Wali Suluh
Anik Rumiyanti
S.Kep.,Ns Kusmino, S.Kep

PUK PUK PUK PUK


Naomi Kingkin Budi Santosa Arsyad Dicky

Keterangan : : Garis perintah


: Garis koordinasi
43

7. Bimbingan klinik
Bimbingan klinik dilakukan dengan Kepala Ruang, Clinical
Instructur/ baik teori maupun praktik dengan metode Preceptorship
dan Mentorship serta mengikuti kegitan dari Primary nurse dan
Katim.
44

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit
tipe A sebagai Rumah Sakit rujukan Nasional. Dalam usaha
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat RSDM memiliki
berbagai fasilitas pelayanan medis yang lengkap meliputi pelayanan
gawat darurat, poliklinik dan rawat inap yang masing-masing terdiri
dari beberapa bagian serta pelayanan penunjang medis.
Teori keperawatan merupakan sekelompok konsep yang menjelaskan
tentang suatu proses, peristiwa atau kejadian mengenai keperawatan
yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi. Materi
keperawatan yang didapatkan saat orientasi meliputi : Sistem
evaluasi dan penilaian kinerja tenaga keperawatan RSUD Dr.
Moewardi , Sistem penugasan dan Mapping Tenaga Keperawatan
RSUD Dr. Moewardi, Hak dan Kewajiban Pasien dan Perawat, Tata
Kerja Perawat di RSUD Dr. Moewardi, Komite Keperawatan dan
Kelompok Staf Keperawatan (KSK), Konsep Dasar Komunikasi dan
Body Language, Manajemen Bimbingan dan Peran Clinical Instructur
(CI), Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Manajemen
Pasien Covid, transmisi Airborne, MRSA, ESBL di Rumah Sakit,
Budaya Anti Korupsi
2. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa ruangan khusus untuk isolasi
Covid-19 salah satunya adalah ruang Anggek 2. Ruangan yang baru
beroperasi pada tanggal 15 Desember 2020 ini memiliki kapasitas
tempat tidur sebanyak 34 bed di ruang Anggrek 2 reguler dan 25 bed
di ruang HCU Anggrek 2. Metode penugasan dengan metode
penugasan primery nurse dengan modifikasi.

44
45

B. Saran
1. Pegawai baru perlu dibekali pelatihan dasar seperti BHD.
2. Pegawai baru yang ditempatkan diruang isolasi Covid-19 perlu
diberikan pelatihan khusus.

Anda mungkin juga menyukai