Anda di halaman 1dari 20

INTAN &

TIMAH
Anggota :

1. Annisa Wulandari

2. Aswina

3. Hambanaya Salsabila

4. Hian Dwiputra L

5. Rakha Arrazakhu

6. Varell Ari Yuana


TIMAH
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom
50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat
ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara
sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan
digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah
karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang
terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan
kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta
mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi.
Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat
mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit
dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang
biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah,
serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri
dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Sifat Timah

a. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.


b. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
c. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida
timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air
laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat
dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
d. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-abu
dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah
beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
f. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic
seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut
dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
g. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II)
cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn
dalam HCl pekat panas.
h. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV)
klorida.
i. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
Bentuk Timah

Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika


dipanaskan timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah
pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur
tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan
berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan
ketidakmurnian ( impurities ) seperti alumunium dan seng, dan dapat
dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut.
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan
membentuk stannate salts dengan oksida.
Proses Pengolahan

• Washing atau Pencucian


Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan
mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan
debit yang sesuai dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan
alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian
kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya
memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj
mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang
juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung
dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau
buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak
efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di
tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screeningü
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.ü
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.ü
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity
separator(untuk pengolahan terak/tailing).ü
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur
radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih
diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus
berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table
sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat
penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator –pemisahan berdasarkan sifat
konduktor – nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral
nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali berdasarkan
kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang dilakukan
sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga
untuk proses pengolahan timah akan efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
– Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
– Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada
tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian –
bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure
recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang
dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan
exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI
dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 –
15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam
timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam
slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya
dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan
kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke
dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
– Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang akan direfining cair,
ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan
terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan
terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk
gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan
sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam
timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat
apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
– Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga
dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat
pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn,
pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan kenaikan
temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang
mendekati titik solidifikasi timah.
– Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk
PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining
menggunakan larutan elektrolit yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang
dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai
katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle
dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah
cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting
kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan
mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak
dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan
mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
Kegunaan Timah

Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah
lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset
yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai
industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
• Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat
kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa
belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu
diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan
kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.
Keberadaan Timah di Alam

Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari
mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%.
Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu
stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan
mineral kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral
logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki
kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan
dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat
mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan
kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1
Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara
termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK,
dan Zimbabwe.
INTAN
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan
terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan ultrabasa misal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi intan pada kimberlite
pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95 km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur
1.500-2.000о C. Intan mempunyai hablur dengan sistem kubus, umumnya berwarna bening tetapi kadang-kadang berwarna
kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis 3,52 dengan kilap adamantin dengan garis tengah atom 1,54 оA,
kekerasan 10 skala Mohs atau 8000-8500 knop. Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata intan yang dalam bahasa Inggris
disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan dari bahasa Belanda, diamant sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang
berarti tidak terhancurkan. Ikatan atom karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat arah kelemahan atau bidang belah.
Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal ini akan terbelah meninggalkan permukaan atau bidang yang halus sejajar
dengan bidang oktahedron.
Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam membagi intan berbutir besar menjadi butir-butir yang lebih kecil
serta dalam membuat bentuk dan mengasahnya. Sifat lain yang penting adalah mempunyai ciri bahwa mineral olivin yang
berasosiasi telah mengalami proses serpentinisasi. Intan yang diketemukan di Kalimantan dan berukuran paling besar adalah
intan Trisakti dengan 166,72 karat diketemukan di Kab. Cempaka tahun 1965. Intan ini digosok di Amsterdam. Menyusul
penemuan intan Galuh Cempaka berukuran 29,75 karat pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga ditemukan intan
Galuh Bulan berukuran 27,5 karat, sedang pada 27 November 1967 ditemukan intan Galuh Badu berukuran 26,50 karat di Kec.
Bati-Bati, Kab. Tanah Laut dan pada tahun 1987 akhir ditemukan lagi intan dengan berat 50 karat berwarna kuning. Walaupun
penelitian tentang intan tidak pernah berhenti, tetapi orang tidak pernah menemkan batuan asal intan. Meskipun semula
Koolhoven 1936 menduga asalnya dari Breksi Pemali, tetapi hingga saat ini pendapat itu belum dapat diyakini oleh semua
orang. Intan ternyata tidak hanya ditemukan dalam endapan Pleistosen (dahulu disebut Diluvium), tetapi juga dalam lapisan
berumur Eosen bahkan dalam Formasi Manunggul yang berumur Kapur Atas. Dengan demikian jelas intan setidaknya berumur
Pra-Manunggal. Hingga kini intan digali dari endapan sungai berumur Pleistosen hingga sekarang yang terdiri dari ukuran
kerakal sampai lanau. Dengan makalah ini maka akan membahas lebih lanjut tentang intan mulai dari genesanya, eksplorasi,
penambangan, pengolahan, pemanfaatannya, dan prospek pengembangannya.
Sifat Fisik dan Kimia Intan

Intan adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk kristal, atau alotrop, dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat
fisika yang istimewa, terutama faktor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan
digunakan dalam perhiasan dan berbagai penerapan di dalam dunia industry.
Sifat - sifat intan :
– Kilauan (cahaya)
Karakteristik lain yang membuat berlian inheren berharga adalah kilau cahayanya. Intan mencerminkan cahaya dengan baik. Anda
dapat mengambil sepotong kaca segi (misalnya kristal Swarovski) atau sepotong segi kuarsa berwarna terang dan meneliti aspek
dalam cahaya putih (aspek dipoles adalah bagian kecil yang berada di permukaan batu permata dipotong). Anda akan melihat bahwa
aspek dari berlian hampir putih, sedangkan aspek gelas atau kuarsa agak transparan.
– Kekerasan (ketahanan)
Alasan bahwa intan adalah permata dunia yang khusus adalah bahwa mereka dapat menjadi yang paling tahan lama. Mereka adalah
substansi alam yang sulit didapatkan di dunia. Intan memiliki angka 10 pada skala moh's kekerasan dan mempunyai nilai kekerasan
mutlak (absolute hardness) antara 167 dan 231 gigapaskal dalam berbagai ujian. Ini berarti bahwa hampir tidak ada yang dapat
menggaruk intan (kecuali intan lain). Intan memiliki pesawat belahan dada, seperti kebanyakan mineral, sehingga jika jatuh atau
memukul dengan sudut tertentu, mereka akan retak atau pecah. Oleh karena itu, penting bahwa berlian adalah segi dan diatur
dengan cara yang melindungi wilayah rawan tersebut.
- Dispersi
Intan adalah mineral khusus karena intan dapat membuat pelangi. Ini disebut dispersi, dan ini keunikan dari intan. (Batu
permata lainnya dengan dispersi tinggi termasuk Zirkon, dan CZ). Ketika memutar berlian di dalam ruang terang, maka anda
akan menangkap sekilas "api," kilatan cahaya berwarna.
- Konduktivitas termal
Tidak seperti kebanyakan insulator listrik, berlian murni adalah konduktor panas yang baik karena ikatan kovalen yang kuat di
dalam kristalnya. Konduktivitas termal berlian alami adalah yang tertinggi diantara material solid yang pernah diketahui.
Kristal tunggal berlian sintetis dengan kemurnian 99,9% memiliki konduktivitas termal sebesar 30 W/cm K pada temperatur
ruangan, lima kali lebih tinggi dibandingkan tembaga yang merupakan logam penghantar panas yang baik. Konduktivitas
termal berlian akan berkurang sebanyak 1,1% dengan kehadiran atom karbon-13. Konduktivitas termal berlian dimanfaatkan
oleh para penjual batu perhiasan dan ahli batu perhiasan untuk membedakan berlian asli dengan imitasi.
Ada banyak sumber daya dan sangat tersedia informasi tentang bagaimana mengevaluasi kualitas berlian. Ada berlian grading
lembaga yang mengeluarkan sertifikat untuk berlian, merinci apa yang Anda dapatkan. Karena itu, belanja untuk berlian
memerlukan kecerdasan, dan kehati-hatian.
Proses Pengolahan

Intan yang berhasil ditemukan akan dibawa ke tempat pengolahan intan (salah satu
contohnya banyak terdapat di kota Martapura). Disini nantinya intan akan
dibersihkan, digosok dengan menggunkan alat scaif dengan ganggang yang
dinamakan dop, scaif digunakan untuk menghaluskan intan, memotong secara
simetris, dan membentuk intan dengan segi-segi yang memberikan efek berkilau
pada intan, dimana scaif dilapisi dengan serbuk intan dan dilumasi olive oil, dan
kemudian diolah menjadi berbagai macam bentuk perhiasan, membentuk intan
menggunakan alat gergaji intan yang terbuat dari bilah baja dan dilapisi serbuk
intan. Gergaji intan saat digunakan juga di berikan olive oil. Setelah itu intan siap
untuk diperjual belikan di pasar maupun di kirim ke berbagai wilayah Indonesia
maupun dunia.
Pemanfaatan Intan

PERHIASAN MATA GERGAJI PAHAT MATA BOR PEMECAH KACA


Persebaran Di Indonesia

– Riau : S.Siabu, Kamper, Bangkinang (berupa indikasi pada endapan aluvial).


– Kalimantan Barat : Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada endapan aluvial), Ngabang (sebagai
rombakan pada endapan aluvial).
– Kalimantan Tengah : Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan, Purukcahu, Murung Raya, Sei
Pinang (semuanya merupakan endapan intan letakan pada aluvial), Pujon, cabang S.Bohot (berupa indikasi
pada komplek batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batupasir dan serpih yang mengandung batubara).
– Kalimantan Selatan : Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara kampung Mataram dan Sungkai,
pinggir Jl. Raya Banjarmasin – Kandangan (terdapat dalam endapan kerikil pada daerah dataran banjir,
telah diusahakan oleh masyarakat).
– Kalimantan Timur : Sekatak bunyi (berupa indikasi pada endapan aluvial), Kabupaten Kutai, Kecamatan
Longiran, S. Babi, Kabupaten Kutai sekitar Kp. Tiongohan cabang sungai sebelah kanan.

Anda mungkin juga menyukai