A. Pengertian
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang
akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari,
2016).
B. Anatomi Fisiologi
1. Pembuluh Darah
2. Darah
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat
penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yang membawa nutrisi,
oksigen dari usus dan paru-paru umtuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh. Darah
mempunyai 2 komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Darah berwarna
merah, warna merah tersebut keadaannyaa tidak tetap, tergantung kepada banyaknya
O2 dan CO2 didalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak maka warnanya akan
menjadi merah muda. Sedangkan darah juga pembawa dan penghantar hormon.
Hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Darah mengangkut enzim,
elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk di distribusikan keseluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu di dalam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi panas
(hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan tubuh yang
ada akhirnya di atur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi).
Jumlah darah manusiaa bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata
jumlah darah adalah 70 cc/kgBB. Dalam komponeen cair atau plasma ini mempunyai
fungsi sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen
padat terdiri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Bagian-bagian
padat darah terendam dalam plasma.
1) Sel-sel darah
a) Eritrosiit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih
berainti, inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan / keluar. Pada proses
pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang
merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi)
diperlkan hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila
kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau
ginjal mengalami keruusakan, maka terjadi gangguaan eritroosit (anemia).
Umur peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran
eritrosit yang berlebihan, misalnya pada hemodialisis darah, hepar kewalahan
mengolah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga
gejala kuning walaupun hati tidak mengalaami kerusaakan. Eritrosit
dihancurkan diorgan lien terutama pada proses penghancurannya dilepakan
zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang diguunakan untuk proses sintesa
sel eritrosit baru, sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan mengalami
proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen empdu dan keluar berama cairan
empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3
, pada permpuan 4,8 juta sel/mm3 . Di dalam sel eritrosit didapat hemglobin
suatu senyawa kimiawi yang tediri dari atas molekul hem yang mempunyai
ion Fe (besi) yang terait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein).
Hemoglobin berpweran mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki
14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
b) Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis
leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal
leukosit 5.000-9.000 /mm3 . Bila jumlanya berkurang 2324 disebut
leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit sama sekali disebut
agraanulasitosis.
c) Trombosit
Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupkan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatny yaitu
megakaryosit, di sumsum tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan
umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk
melakukan :
- daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
- daya adhesi (melekat)
- daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3 , fungsinya seabagai hemostasis
dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyi
pola tertentu dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada
dinding pembuluh darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup
lubang yang bocor dengan cara saling melekat, berkelompok dan
menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan
darah .Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat
yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada
kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan 25
efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan
membantu proses pembekuan darah.
2) Plasma
Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari
berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah
yang berbntuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari
satuu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
Air : 91-92%
Protein plasma :
- Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di hepar).
- Globulin (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel
retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin.
- Fibrinogen
- Protrombin.
Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin26
Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam
amino, enzim, hormon.
D. Manifestasi klinik.
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
a) Nyeri kepala
a) Nyeri retro-orbital
b) Mialgia / artralgia
c) Ruam kulit
d) Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
e) Leucopenia
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2011 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah
ini dipenuhi demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
3. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Hematemesis atau melena
d. Trombositopenia <100.00/ul
e. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
f. Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
g. Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
4. Tanda kebocoran plasma seperti :
a. Hipoproteinemia
b. Asites
c. Efusi pleura
E. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF. Pasien akan mengalami
gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES
seperti pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak
bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis.
Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi (Wijaya &
Putri, 2016).
Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler
keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibat pembesaran plasma
terjadi pengurangan volume plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan
darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan
segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan
kematian (Ngastiyah, 2014).
Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit. Penyebab
peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi
penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif system komplemen, dan kerusakan
sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan system koagulasi
dianggap sebagai penyebab utama perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).
F. Patways
Virus Dengue
Peningkatan permeabilitas
Hemokonsentrasi dinding pembuluh darah Trombositopenia Merangsang saraf Reaksi imunologi
simpatis
Hipoksia jaringan
Paru-paru Hepar abdomen Nyeri akut Hipertermi
Asidosis metabolik
Efusi pleura Hepatomegali asites
Risiko Syok
Ketidakefektifan Penekanan Mual, muntah
hipovolemik
pola napas abdomen
H. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas
(Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
1. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk
diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa
syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai
dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan
diare.
b. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
1) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
2) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
3) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya
hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler
spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
2. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
a. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20
ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam. Perlu
diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari
pada pemberian yang terlalu sedikit.
I. Fokus pengkajian keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
6. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
7. Riwayat gizi Status gizi
anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi.
Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
a. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
b. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak
teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai 80mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5℃)
c. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri, muka
tampak kemerahan karena demam.
d. Mata Konjungtiva anemis
e. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III, IV.
f. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
g. Mulut : Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
h. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
i. Dada / thorak :
Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Perpusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
Auskultasi : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV.
j. Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Palpasi :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Perpusi : Terdengar redup
Auskultasi : Adanya penurunan bising usus
k. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet. Turgor
kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket
dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya
diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang
pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya
petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).
l. Genitalia Biasanya tidak ada masalah
m. Ekstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tida
n. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
Ig. D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan :
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3
rendah.
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial,
diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.(Allen, 1998). Setelah
dilakukan pengkajian kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada klien dengan
penyakit ginjal kronik menurut Nurarif, 2015.
Sediakan alas
kaki antislip
Sediakan urinal
atau urinal untk
eliminasi di dekat
tempat tidur, Jika
perlu
Pastikan
barang-barang
pribadi mudah
dijangkau
Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh
ke pasien dan
keluarga
Anjurkan
berganti posisi
secara perlahan
dan duduk
beberapa menit
sebelum berdiri
Manajemen
Keselamatan
Lingkungan
Observasi:
Identifikasi
kebutuhan
keselamatan
Monitor
perubahan status
keselamatan
lingkungan
Terapeutik:
Hilangkan
bahaya
keselamatan, Jika
memungkinkan
Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
risiko
Sediakan alat
bantu kemanan
linkungan (mis.
Pegangan tangan)
Gunakan
perangkat
pelindung (mis.
Rel samping,
pintu terkunci,
pagar)
Edukasi
Ajarkan
individu, keluarga
dan kelompok
risiko tinggi
bahaya
lingkungan
L. Daftar Pustaka
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. K
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. K
Umur : 10 Tahun
Alamat :
Agama : Protestan
Suku : Batak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Nama : Tn. H
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMA
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Orang tua pasien mengatakan anakanya demam kurang lebih 4 hari, demam naik
turun, sudah minum obat tapi tidak ada perubahan, pusing , badan lemas , mual dan
muntah tidak ada
Orang tua pasien mengatakan anakanya demam kurang lebih 4 hari, demam naik
turun, sudah minum obat tapi tidak ada perubahan, pusing , badan lemas , mual dan
muntah tidak ada
5. Genogram
: pasien : garis keturunan
Tekanan darah : 110/58 mmHg , Nadi: 92 x/mnt, Pernapasan : 28 x/mnt, Suhu 37.8
Berat badan : 30 kg
a. Neurologi
Pendengaran : normal
b. Respirasi
Auskultasi : Suara napas terdengar lemah pada bagian yang terjadi efusi pleura
c. Sirkulasi
Akral : Hangat
d. Gastrointertinal
Mual : Ada
e. Eliminasi
f. Seksual Reproduksi
Sirkumsisi : Tidak
Genetalia : Normal
Warna : Normal
Kulit : Elastis
h. Musculoskeletal
i. Status Fungsional
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
TGL Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
24/12/2021 Hematokrit 35 33 - 45
25/12/2021 Hematokrit 35 33 - 45
25/12/2021 Trombosit 111 181 - 521
26/12/2021 Hematokrit 36 33 - 45
b. Pemeriksaan Diagnostik
9. Program terapi
Ondancentron 3 x 3 mg (IV)
Omeprazole 1 x 30 mg (IV)
D. ANALISA DATA
Hari/tgl/jam Data Fokus Problem
Etiologi
Jumat, 24- Ds : pasien mengatakan Hiperventilasi Ketidakefektifan
12-2021 sesak napas,napas makin pola napas
Jam 19.30 sesak jika miring ke
kanan, sesak saat
beraktivitas
Do : pasien tampak
sesak,retraksi dada tidak
ada,sianosis tidak ada
RR : 28x/menit
TD :110/58mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37.8℃
Spo2 : 98%
02 binasal 3lpm
Jumat, 24- Ds : pasien mengatakan penyakit atau Hipertemia
12-2021 badan terasa demam trauma
Jam 19.30 Do : pasien tampak
gelisah, badan teraba
hangat,pasien tampak
lemas
RR : 28x/menit
TD :110/58mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37.8℃
Spo2 : 98%
a. Pemberian therapi
inhalasi
b. Pemberian oksigen
c. Pemeriksaan
rontgen thorax
d. Chest fisioterapi
Hipertemia Setelah diberikan Penatalaksanaan
berhubunga asuhan keperawatan keperawatan :
n dengan selama 3 x 24 jam
penyakit klien akan a. Monitor tanda-tanda
atau trauma menunjukkan vital
perubahan b. Monitor intake
termoregulasi yang output
dibuktikan oleh
c. Monitor warna kulit
indikator sebagai
berikut : d. Monitor hasil
laboratorium( Leuk
1. Peningkatan osit, Hb, Ht )
suhu tubuh
tidak ada e. Monitor adanya
gangguan aritmia pada jantung
2. Pengeluaran
f. Hindari
keringat tidak
menggunakan
ada gangguan
pakaian yang tebal
3. Frekuensi
g. Anjurkan minum
pernafasan
banyak
tidak ada
gangguan h. Berikan selimut
tambahan jika
4. Sakit kepala
menggigil
tidak ada
gangguan i. Berikan oksigen
5. Perubahan sesuai kebutuhan
warna kulit
tidak ada j. Anjurkan untuk
gangguan istirahat
k. Lakukan Tapid
6. Menggigil Sponge ( kompres)
tidak ada
gangguan Edukasi
c. Ajarkan tehnik
Tapid Sponge
( kompres)
Kolaorasi dengan
dokter untuk :
a. Pemberian terapi
antipiretik
b. Pemberian terapi
cairan intravena
c. Pemeriksaan
laboratorium :
leukosit,
hemoglobin,hemato
krit,trombosit
Intoleransi Setelah diberikan Penatalaksanaan
aktivitas asuhan keperawatan keperawatan :
berhubunga selama 7 x 24 jam
n dengan klien akan a. Kaji penyebab
ketidakseimb menunjukkan kelelahan fisik
angan antara toleransi aktivitas b. Monitor tanda-tanda
suplai dan dan daya tahan tubuh vital
kebutuhan yang dibuktikan oleh
oksigen c. Monitor perubahan
indikator sebagai EKG
berikut :
d. Monitor intake
1. Saturasi nutrisi
oksigen saat e. Monitor respon
aktivitas kardiorespiratori
tidak ada terhadap aktivitas
gangguan
2. Denyut nadi f. Monitor bagian
saat ativitas tubuh dan
tidak ada ketidaknyamanan
gangguan akibat nyeri apabila
berakktivitas
3. Frekuensi
pernafasab g. Bantu klien
saat aktivitas menghemat energy
tidak ada seperti bedrest dan
gangguan mengurangi
aktivitas
4. Kemudahan
bernafas saat h. Anjurkan klien
aktivitas melakukan aktivitas
tidak ada bertahap
gangguan
i. Bantu ADL klien
5. Kemampuan
melakukan j. Evaluasi fungsi
aktivitas sensori( melihat,me
sehari-hari ndengar, dan lain-
tidak ada lain)
gangguan
Edukasi :
6. Kelelahan
tidak ada a. Ajarkan klien cara
gangguan mengubah posisi
dan gerakan untuk
mempertahankan
keseimbangan
1. selama melakukan
ADL
b. Ajarkan pencegahan
jatuh
c. Ajarkan klien
tentang aktivitas
bertahap
Kolaborasi dengan
dokter :
a. Dengan rehabilitasi
medik untuk
program
beraktivitas
c. Monitor tanda-tanda
1.jatuh saat vital
berdiri,berjalan,dudu
duk,dari tempat d. Identifikasi deficit
tidur,saat menuju kognitif atau fisik
dan dari kamar pasien yang dapat
mandi tidak ada meningkatkan
gangguan potensi jatuh dalam
lingkungan tertentu
2.Mempertahankan
keseimbangan ketika e. Review riwayat
duduk tanpa bantuan jatuh dengan pasien
tidak ada gangguan dan keluarga
f. Identifikasi
3. Mempertahankan
karakteristik
keseimbangan ketika
lingkungan dan
berjalan tidak ada
prasarana yang
gangguan
mungkin potensial
untuk jatuh
4. Tepat ketika
meminta bantuan g. Lakukan pengkajian
tidak ada gangguan resiko jatuh pada
setiap pasien yang
5. Tepat dalam masuk rumah sakit
menggunakan
h. Identifikasi perilaku
pengaman tempat
dan faktoor-faktor
tidur tidak ada
yang mempengaruhi
gangguan
resiko jatuh
b. i. Tempatkan
barang/benda yang
mudah dijangkau
pasien
Edukasi :
Kolaborasi
Rehabilitasi medik:
penggunaan alat bantu
mobilisasi
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/jam No Implementasi Respon pasien Ttd
DP
menganjurkan
keluarga untuk - Keluarga pasien
kompres hangat kooperatif
Jam 19.25 jika pasien
demam
Jumat/24- 3 Memonitoring - Pasien tampak sesak, RR:
12-2021 hemodinamika 28x/menit,suhu: 37,8℃,
pasien Td : 110/58mmHg, nadi :
Jam 19.00 92x/menit Spo2 : 98%
Membantu ADL
Jam 19.30 pasien - Pasien kooperatif
mengajarkan
pasien dan - Pasien dan keluarga
keluarga tentang kooperatif
pencegahan
pasien jatuh
H. EVALUASI
Hari/tgl/jam No SOAP Ttd
DP
Dinas Siang
Jumat, 24- S: pasien mengatakan napas masih sesak,
12-2021 makin sesak jika miring ke kanan
20.00 O: K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(+),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, terpasang
DC(+), produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas malam
S : pasien mengatakan masih sesak napas,
makin sesak jika miring kanan
K/u sakit berat, kesadaran composmentis,
nadi kuat, akral hangat, terpasang
IVFD(+), o2 dengan binasal 3 lpm, diit
peroral, sesak (+), demam(+),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, terpasang
DC(+), produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas Pagi
S : pasien mengatakan masih sesak napas,
makin sesak jika miring kanan
O : K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(+),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, terpasang
DC(+), produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas siang
S : pasien mengatakan masih terasa sesak
O : K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(+),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, ronkhi (-),
wheezing(-), kejang (-), terpasang DC(+),
produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas Malam
S : pasien mengatakan masih terasa sesak
napas
O : K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(+),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, ronkhi (-),
wheezing(-), kejang (-), terpasang DC(+),
produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas Pagi
S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(-),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, ronkhi (-),
wheezing(-), kejang (-), terpasang DC(+),
produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas Siang
S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(-),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, ronkhi (-),
wheezing(-), kejang (-), terpasang DC(+),
produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK
Dinas malam
S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : K/u sakit berat, kesadaran
composmentis, nadi kuat, akral hangat,
terpasang IVFD(+), o2 dengan binasal 3
lpm, diit peroral, sesak (+), demam(-),
batuk(-)mual(-),muntah(-),tanda syok(-),
tanda perdarahan (-), abdomen supel, tidak
ada suara napas tambahan, terpasang
DC(+), produksi urin ada , ADL di bantu
A: Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Dx 2 : Hipertermi belum teratasi
Dx 3 : Intoleransi aktivitas belum
teratasi
Dx 4 : Resiko jatuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai RAK