Anda di halaman 1dari 38

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT

DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU

TUTORIAL KLINIK
Candidiasis Intertriginosa

Disusun Oleh:
Faradiba Tenri Setiawaati Salman, S.ked (16 20 777 14 411)
Ariqah Ghina Mardiah Ruslan Ramli, S.Ked (17 20 777 14 427)
Alin Angraini Lakoro, S.Ked (17 20 777 14 428)
Cindi Grazia Bunga’Allo, S.Ked (17 20 777 14 429)
Aulia Nur pratiwi, S.Ked (17 20 777 14 433)

Pembimbing:
dr. Diany Nurdin, M.Kes., Sp.KK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Faradiba Tenri Setiawaati Salman, S.ked (16 20 777 14 411)


Ariqah Ghina M. Ruslan Ramli, S.Ked (17 20 777 14 427)
Alin Angraini Lakoro, S.Ked (17 20 777 14 428)
Cindi Grazia Bunga’Allo, S.Ked (17 20 777 14 429)
Aulia Nur pratiwi, S.Ked (17 20 777 14 433)

Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Al-Khairaat Palu
Judul Tutorial : Candidiasis Intertriginosa

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Penyakit Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, Agustus 2021

Pembimbing

2
dr. Diany Nurdin, M.Kes., Sp.KK

3
SKENARIO

Seorang perempuan usia 67 tahun dikonsul pada dokter spesialis kulit dan kelamin
dengan keluhan gatal pada area lipatan ketiak, lipatan bawah payudara, dan lipatan
inguinal yang dialami kurang lebih 1 bulan. Rasa gatal meningkat saat pasien
berkeringat. Pasien merasakan sangat gatal sehingga selalu digaruk dan menyebabkan
perubahan warna kulit sekitar menjadi merah, terkelupas dan lesi semakin luas.
Keluhan awal muncul gatal hanya pada lipatan bawa payudara yang kemudian terasa
gatal juga pada bagian genitalia dan ketiak. Pasien sempat berobat ke puskesmas dan
mendapat obat Salep 2-4 Afiat 30 gr, namun merasakan tidak ada perbaikan. Pasien
tidak alergi makanan, obat dan kosmetik, Pasien mengaku tidak pernah merasakan
keluhan yang sama sebelumnya dan dalam keluarga atau lingkungan sekitar tidak ada
yang memiliki keluhan yang sama. Pasien memiliki riwayat DM

1. PEMERIKSAAN UMUM :
  Kesan : Sakit Sedang
  Kesadaran : Compos Mentis
  Gizi : Baik
  TD : 123/67mmHg
  Nadi : 96 x/menit
  Suhu : 37,1 oc
  Pernapasan : 22x/menit
 
A. TORAKS :
  Paru-paru :

  Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral

  Palpasi : Nyeri takan dan Vokal Fremitus (DBN)

4
  Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

  Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

  Jantung :

  Inspeksi :Tidak tampak iktus cordis

  Palpasi :Tidak teraba iktus cordis

  Perkusi :Batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra, Batas

kiri jantung ICS VI linea midclavicula sinistra, Batas kanan jantung ICS IV

linea medioparasternalis dextra.

  Auskultasi :Bunyi jantung I dan II normal reguler, murmur (-), gallop (-)

B. ABDOMEN :
  Inspeksi :Tampak datar

  Palpasi :Nyeri tekan (DBN), tidak ada pembesaran organ

  Perkusi :Timpani pada 4 kuadran

  Auskultasi :Peristaltik normal , bising usus (-)

2. STATUS DERMATOLOGIS :
 Lokasi : Aksilla, Infra Mammae, Inguinal
 Ukuran : Plakat dengan bentuk tidak beraturan
 Efloresensi : Madidans, eritema, skuama

5
6
3. RESUME :
Seorang perempuan usia 67 tahun dikonsul pada dokter spesialis kulit dan kelamin
dengan keluhan pruritus pada area aksilla, infra mammae, dan inguinal yang dialami
kurang lebih 1 bulan. Pruritus meningkat saat pasien berkeringat. Pasien sering
menggaruk sehingga menyebabkan eritema, skuama dan perluasan lesi. Keluhan awal
muncul gatal hanya pada infra mammae, yang kemudian terasa gatal juga pada bagian
aksilla dan inguinal. Riwayat penggunaan obat Salep 2-4 Afiat 30 gr yang didapatkan
dari puskesmas, namun tidak ada perbaikan. Riwayat alergent (-) im medicine (-),
cosmetikam (-). Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat keluarga atau
lingkungan sekitar (-). Riwayat DM (+) .
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum : Sakit Sedang,
Kesadaran :Compos Mentis, Tanda Vital : Tekanan darah : 123/67 mmHg, Nadi: 96
x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu : 37,1°C. Pada pemeriksaan dermatologis
didapatkan Lokasi : regio aksilla, Infra Mammae, dan Inguinal dengan ukuran: Plakat
dengan bentuk tidak beraturan dan efloresensi : Madidans, eritema, skuama

7
4. Kata Kunci
a) Perempun usia 67 tahun
b) Keluhan pruritus pada daerah inframammae, inguinal dan aksila sejak 1 bulan
yang lalu
c) Keluhan meningkat saat pasien berkeringat
d) Keluhan awal muncul pada lipatan bawah payudara, dan menyebar pada
ketiak dan lipatan paha
e) Riwayat berobat di puskesmas, obat salep 2-4 afiat
f) Riwayat DM (+), Riwayat alergen (-)
g) Riwayat keluarga (-)
h) Lesi plakat tidak beraturan, madidans, eritema dan skuama
i) Keadaan Umum : Sakit Sedang, Kesadaran :Compos Mentis, Tanda Vital :
Tekanan darah : 123/67 mmHg, Nadi: 96 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit,
Suhu : 37,1°C.

5. Pertanyaan :
5.1 Apa penyebab dari keluhan pasien?
5.2 Bagaimana patogenesis terkait skenario?
5.3 Bagaimana cara mendiagnosis pasien?
5.4 Differential Diagnosis terkait skenario?
5.5 Penatalaksanaan sesuai skenario?
5.6 Edukasi apa yang dapat diberikan kepada pasien?

8
JAWABAN

5.1 Apa penyebab dari keluhan pasien?

Jamur candida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus gastrointestinal,


selain itu di vagina, uretra, kulit dan dibawah kuku. Dapat juga ditemukan di
atmosfir, air, dan tanah.
Agen penyebab tersering untuk kelainan di kulit, genital dan mukosa oral adalah
C. Albicans, sedangkan spesies non-albicans yang sering menimbulkan kelainan
adalah C. Dubliniensis, C. Glabrata, C. Guillermondii, C. Kr usei, C. Lusitaniae, C.
Parapsilosis, C. Pseudotropicalis dan C. tropicalis1

5.2 Bagaimana patogenesis terkait skenario?

Bila terjadi perubahan fisiologis atau penurunan kekebalan selular maupun sistem

fagositosis maka Candida yang saprofit akan mampu menyebabkan penyakit. Infeksi

kandida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.2

Faktor endogen :2

1. Perubahan fisiologik :

- Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina.

- Kegemukan, karena banyak keringat.

- Debilitas.

- latrogenik.

- Endokrinopati, gangguan gula darah kulit.

9
- Penyakit kronik: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum

yang buruk.

- Malnutrisi (defisiensi riboflavin)

2. Umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status

imunologiknya tidak sempurna.

3. lmunologik: Penyakit genetik, pengobatan dengan antibiotik, kortikosteroid,

sitostatik dan imunosupresan, neutropenia.

Faktor eksogen :2

1. lklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.

2. Kebersihan kulit.

3. Trauma (kerusakan kulit karena pekerjaan, maserasi kulit pada tukang cuci dan

kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama, kerusakan mukosa mulut

(karena tekanan gigi palsu).

4. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

Hubungan antara diabetes dan kandidiasis telah dipelajari secara luas, terutama
karena meningkatnya kerentanan pasien diabetes terhadap infeksi jamur
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita DM.3
Beberapa mekanisme dikaitkan dengan tinggi Candida sp. predisposisi antara
pasien DM tergantung pada infeksi lokal atau sistemik. Di antara kondisi host yang
diakui untuk kolonisasi candida dan infeksi selanjutnya adalah adhesi ragi ke
permukaan sel epitel, kadar glukosa saliva yang lebih tinggi, berkurangnya aliran

10
saliva, degenerasi mikrovaskular, dan gangguan aktivitas candidacidal dari neutrofil.
Kondisi ini sangat serius dengan adanya glukosa, sekresi beberapa enzim degradatif,
atau bahkan keadaan imunosupresi umum pasien. Faktor-faktor ini memiliki
pengaruh besar pada keseimbangan antara inang dan ragi, mendukung transisi
Candida sp. dari komensal ke patogen dan menyebabkan infeksi. Bahkan, dalam
penelitian yang sangat baru, Gürsoy et al. menyarankan bahwa ada lebih banyak
kolonisasi Candida albicans usus pada pasien diabetes. Bahkan, mungkin ada
kecenderungan DM tipe 1 pada pasien dengan prevalensi C. albicans usus yang tinggi
. konsentrasi glukosa secara langsung berhubungan dengan pertumbuhan C. albicans ,
yang mungkin terkait dengan infeksi jamur yang sering terjadi pada pasien diabetes
yang tidak terkontrol.3

Fisiopatologi
Hiperglikemia yang tidak terkontrol -Hiperglikemia yang tidak terkontrol
(HbA1c tinggi).2 dapat menyebabkan intensifikasi kadar
glukosa saliva karena pada penderita
diabetes membran basalis kelenjar saliva
parotis lebih permeabel
-Kadar glukosa yang tinggi
memungkinkan Candida sp. berkembang
biak, bahkan di hadapan flora bakteri
normal
-Selama episode hiperglikemik, produk
glikosilasi kimia reversibel dengan protein
dalam jaringan dan akumulasi produk
glikosilasi pada sel epitel bukal berurutan
dapat meningkatkan jumlah reseptor yang
tersedia untuk Candida sp.
-Penekanan glukosa terhadap kapasitas

11
pembunuhan neutrofil, menekankan
kolonisasi (imunosupresi)
-Glukosa, maltosa, dan sukrosa
meningkatkan adhesi Candida ke sel
epitel bukal

5.3 Bagaimana cara mendiagnosis pasien?

A. Anamnesis :

1. Data demografi : umur, ras, jenis kelamin, pekerjaan


2. Riwayat penyakit :
⁃ Riwayat sistemik : demam, sakit kepala, dll
⁃ Riwayat lesi pada kulit :
 Keluhan utama ?
 sejak kapan muncul lesi ?
 Dimana daerah predileksi ?
 Apakah lesi gatal atau nyeri ?
 Bagaimana penyebaran lesi ?
 Bagaimana perubahan lesi ?
 Faktor apa yang memprovokasi timbul lesi ? mis. Panas, dinging, sinar
matahari, dll
 Riwayat terapi sebelumnya ?
3. Riwayat penyakit sebelumnya : riwayat alergi, mengkonsumsi obat-obatan,
riwayat atopi, penyakit sistemik
4. Riwayat keluarga : misalnya riwayat menderita penyakit atopi, dll
5. Riwayat sosial : pekerjaan, hobi, riwayat bepergian, dll

12
Pasien ini mengeluhkan gatal pada area lipatan ketiak, lipatan bawah payudara, dan
lipatan genital yang muncul sejak 1 bulan yang lalu. Lesi awalnya muncul pada
bagian bawah payudara kemudian menyebar ke lipatan ketiak dan lipatan genital.
Perubahan lesi dari gatal kemudian di garuk sehingga menjadi eritema adn terkelupas
kemudian meluas. Faktor yang memprovokasi yaitu pada saat pasien berkeringat lesi
bertambah gatal. Riwayat terapi topikal dari PKM yaitu salpe 2-4 aviat 30 gr. Ada
riwayat DM yang menajdi faktor resiko, tidak ada riwayat alergi. Keluarga tidak ada
yang menderita keluhan yang sama. Riwayat pekerjaan ibu rumah tangga yang
melakukan pekerjaan rumah yang dapat meningkatkan produksi keringat berlebih.

B. Pemeriksaan fisik

Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher, infra mama, lipat
inguinal, intergluteal, umbilikus, lipatan kulit di daerah abdomen, dan interdigital.
Kelainan yang tampak berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil atau
bula, yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan tepi yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.

Pada skenario ini ditemukan lesi satelit, eritema, madidans, skuama, dan berbatas
tegas.

C. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah pemeriksaan sediaan


mikroskopi langsung diikuti dengan pemeriksaan kultur jamur untuk identifikasi
agen penyebab infeksi. Pemeriksaan mikroskopis langsung melalui kerokan
kulit dilakukan dengan sediaan KOH 10 %. Pemeriksaan biakan atau kultur paling
sering menggunakan media Saboraud’s dextrose agar (SDA). Pada media kultur,
spesies Candida akan tumbuh pada hari ketiga hingga hari kelima pada suhu 25-

13
30°C. Gambaran makroskopis koloni pada media kultur berupa koloni bulat,
basah, mengkilat, sebesar jarum pentul, berwarna putih kekuningan dan secara
mikroskopis akan dapat dilihat adanya sel-sel ragi, blastospora dan
pseudohifa.

5.4 Differential Diagnosis terkait skenario?


 Dermatitis kontak Iritan
Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.
Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. lritan kuat
memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Pada DKI akut, kulit
terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema edema, bula,
mungkin juga nekrosis. Tepi kelainan berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris.
Biasanya disertai kulit kering atau gangguan sawar kulit. Bila pajanan dihentikan
maka lesi membaik.4
Terdapat riwayat pajanan dan hubungan temporal dengan bahan iritan. Tangan
adalah lokasi tersering, diikuti wajah, dan kaki. Gejala subyektif berupa rasa gatal,
terbakar/nyeri. Biasanya disertai kulit kering atau gangguan sawar kulit. Bila pajanan
dihentikan maka lesi membaik. Seringkali berhubungan dengan pekerjaan/lingkungan
pekerjaan.5

 Dermatophytosis (e.g., tinea cruris)


Tinea cruris sering terjadi pada bulan-bulan musim panas setelah berkeringat atau
mengenakan pakaian basah dan pada bulan-bulan musim dingin setelah mengenakan
beberapa lapis pakaian. Peradangan akut dapat muncul setelah seseorang mengenakan
pakaian oklusif untuk waktu yang lama. Infeksi kadang-kadang bermigrasi ke daerah
bokong dan celah gluteal. Papula merah terkadang muncul di tepi dan tengah lesi.6
Tinea cruris muncul sebagai plak annular berbatas tegas dengan batas bersisik
yang memanjang dari lipatan inguinal ke paha bagian dalam, seringkali bilateral.

14
Bercak bersisik eritematosa dengan papula dan vesikel yang melibatkan paha bagian
dalam juga merupakan gambaran umum tetapi mungkin kurang jelas. Pruritus sering
terjadi, seperti nyeri ketika plak mengalami maserasi atau infeksi sekunder. Plak pada
tinea cruris akibat E. floccosum lebih mungkin menunjukkan pembersihan sentral,
dan lebih sering terbatas pada lipatan genitokrural dan medial paha atas. Sebaliknya,
plak pada tinea cruris akibat T. rubrum menyatu dengan perluasan ke daerah pubis,
perianal, bokong, dan perut bagian bawah. Genitalia termasuk skrotum jarang
terkena.7

 Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang kuat
dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis disertai
manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. 9
Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-titik
perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat
menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simetris. Penyakit ini dapat
menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi tetapi tidak mengganggu rambut.
Penampilan berupa infiltrat eritematosa, eritema yang muncul bervariasi dari yang
sangat cerah biasanya diikuti gatal sampai merah pucat ("cold' psoriasis). 9
Karakteristik psoriasis dapat berubah-ubah, spektrum penyakit pada pasien yang
sama dapat menetap atau berubah, dari asimtomatik sampai dengan generalisata
(eritroderma).9

 Erythrasma
Agen penyebab eritrasma, yaitu Corynebacterium minutissimum, merupakan
bakteri batang pendek gram positif, dengan granula subterminal. lnfeksi akibat
bakteri ini lebih sering ditemukan di daerah iklim tropis.8
lnfeksi ini umumnya ditemukan di daerah lipatan yang tertutup {seperti inguinal,
aksila, lipatan intergluteal, infra-mammae, umbilikus, dan selasela jari). Faktor

15
predisposisi adalah iklim lembap dan hangat, higiene yang buruk, hiperhidrosis,
obesitas, diabetes mellitus, usia lanjut, dan keadaan imunosupresi. 8
Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan lesi berupa makula eritematosa hingga
coklat, berbatas tegas, dengan skuama halus di atasnya. Tempat predileksi adalah
daerah intertriginosa, terutama di aksila dan genito-krural, sela jari kaki ke-4 dan ke-
5, dan yang lebih jarang ditemukan, di sela jari kaki ke-2 dan ke-3. Lesi biasanya
bersifat asimtomatik, kecuali di daerah selangkangan, yang bisa terasa gatal dan
menyengat.8
Perbedaan klinis dengan candidiasis: Pada eritrasma lesi lebih merah, batas tegas,
kering, tidak ada satelit, pemeriksaan dengan lampu Wood positif.10

5.5 Penatalaksanaan sesuai skenario?

Pengobatan infeksi kandida bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas


terhadap obat antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun
pasien.11 Pengobatan c. intertriginosa dapat berhasil dengan anti jamur topikal
termasuk nystain dan topikal iminazole krim. Moconazole poweder dapat diberikan
untuk mengeringkan area intertriginosa yang lembap. 12 Mikonazol 2% berupa krim
atau bedak, klotrimazol 1 % berupa bedak, larutan, dan krim selama 14-28 hari.
Tiokonazol, bufonazol, isokonazol. Siklopiroksolamin 1 % larutan, krim dan
antimikotik yang lain yang berspektrum luas11
Pengobatan Sistemik diberikan untuk berbagai kelainan, antara lain kasus
refrakter, kandida diseminata, dan kandidosis mukokutan kronik. Flukonazol adalah
lini pertama untuk pasien non-neutropenik, dengan kandidemia atau kandidosis invasi
(dosis 100-400mg/ hari). Pilihan lain adalah itrakomazol dengan dosis harian 100-
200mg/hari.11

5.6 Edukasi apa yang dapat diberikan kepada pasien? 13


a. Menjaga higiene tubuh.

16
b. Menjaga agar kulit area infeksi tidak lembab.
c. Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.
d. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang lain. Cuci
handuk yang kemungkinan terkontaminasi.
e. Gunakan sandal atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah mandi.

Daftar Pustaka

17
1. Menaldi SLSW, dkk. 2019. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.117
2. Metin A, Dilek N, Bilgili S. Reccurent Candidal Intertrigo : Challenges and
Solutions. Apr 2018. NCBI. Available On : URL :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5909782/
3. Rodrigues C, Elisa M, Henriques M. Infections in Patients with Diabetes
Mellitus. Jan 2019. NCBI. Available On :URL
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6352194/
4. Sularsito SA dan Soebaryo RW. Badan Penerbit FK UI. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Dermatitis Kontak. Jakarta: 2016. Ed: 7, p:157-9.
5. Panduan Praktik Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia .(PERDOSKI). Tahun 2017
6. Thomas P., Md. Habif, Thomas P. Clinical Dermatology: A Color Guide to
Diagnosis and Therapy 4th edition (October 27, 2003). Chapter 13. P:417
7. Stefan M. Schieke & Amit Garg. Superficial Fungal Infection. Dalam:
Fitzpatrick’s Dematology in general medicine. Edisi ke-8. New York:
McGraw-Hill; 2012.h.2289
8. Sandra Widaty. Badan Penerbit FK UI. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Eritrasma. Jakarta: 2016. Ed: 7, p: 404.
9. Jacoeb TNA. Badan Penerbit FK UI. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Psoriasis. Jakarta: 2016. Ed: 7, p: 213.
10. Sandra Widaty. Badan Penerbit FK UI. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Kandidosis. Jakarta: 2016. Ed: 7, p: 117-20.
11. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
12. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 7th ed, 2008. Page 1828
13. Panduan Praktik Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKI). 2017. Hal. 73

18
14. Widaty S, Soebono H, Nilasary H, dkk. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin Di Indonesia. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2017. Hal. 70

Referensi

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai