Anda di halaman 1dari 16

”GERAKAN-GERAKAN KERJASAMA DAN

INSTRUMEN INTERNASIONAL”

DISUSUN OLEH:

NAMA : AULYA SARI ANUGRAH

NIM : 1861201082

KELAS : 5KUB2

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-
nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam penyususnan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penyususnan makalah ini. Dalam penyususnan makalah ini penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT, memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, amin yaa robbal’alamin.

Maros, 14 Oktoer 2020

Aulya Sari Anugrah

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................................3
BAB II PEMAHASAN.....................................................................................................6
A. Definisi Korupsi..........................................................................................................6
B. Sejarah Korupsi...........................................................................................................6
C. Nilai-Nilai Anti Korupsi.............................................................................................8
D. Gerakan Kerjasama dan Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi....................11
E. Peran dan Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi............................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Korupsi merupakan kata yang dinegasikan oleh setiap orang, namun
tidak orang menyadari bahwa korupsi telah menjadi bagian dari dirinya. Hal ini
biasanya terjadi akibat pemahaman yang keliru tentang korupsi atau karena realitas
struktural yang menghadirkan korupsi sebagai kekuatan sistematik yang membuat
tak berdaya para perilakunya. Ada nilai-nilai kultural seperi pemberian hadiah yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan korupsi, namun ada pula sistem
yang memaksa seseorang berlaku korupsi.
Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan universal, dimana
diperlukan upaya pemerintah untuk memberantasnya, baik korupsi lingkup besar
maupun kecil. Apapun alasannya korupsi tidak dibenarkan karena akan berdampak
buruk bagi kehidupan bernegara dan tatanan kehidupan bangsa. Berbagai upaya
yang dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi, namun sampai saat ini
tindak pidana korupsi masih terus saja dilakukan oleh oknumoknum yang tidak
bertanggung jawab demi untuk mencapai kepentingan dirinya maupun
golongannya. Menurut Benveniste, korupsi hanya dapat dihilangkan bila para
pengawas benar-benar melaksanakan semua tugasnya dengan baik dan tidak
bersedia menerima suap. Situasi seperti ini hanya bias terwujud jika terdapat
komitmen ideology dan profesi yang sangat memadai.Begitu besar dampak dari
korupsi baik dipusat maupun daerah menjadi tantangan bagi KPK untuk
memberantasnya, dimana tujuan utama KPK adalah menciptakan sistem good and
clean government (pemerintahan yang baik dan bersih) dari tindakan korupsi di
Indonesia. Untuk itu KPK sebagai lembaga yang menangani kasus korupsi
bekerjasama dengan berbagai organisasi baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Karena tanpa kerjasama dengan berbagai organisasi dalam pemberantasan
korupsi yang dilakukan KPK tidak akan berjalan dengan maksimal.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apa gerakan-gerakan kerjasama dan instrumen internasional?

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tentang gerakan-gerakan kerjasama dan instrumen internasional.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis dan pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
gerakan-gerakan kerjasama dan instrumen internasional.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Korupsi
Korupsi sejatinya berasal dari bahasa Latin (Fockema Andreae : 1951). Yaitu
Corruptio yang arti harfiahnya adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak
jujuran, dapat disuap tidak bermoral penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau
ucapan yang menghina atau memfitnah.
Sementara dalam terminologis korupsi diartikan sebagai pemberian dan penerimaan
suap. Defenisi korupsi ini lebih menekankan pada praktik pemberian suap atau
penerimaaan suap. Dengan demikian baik yang menerima maupun memberi
keduanya termasuk koruptor.

B. Sejarah Korupsi
a. Era sebelum kemerdekaan
Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh “budaya-tradisi korupsi”
yang tiada henti karena didorong oleh motif kekuasaan, kekayaan dan wanita. Kita
dapat menyimak bagaimana tradisi korupsi berjalin berkelin dan dengan perebutan
kekusaan di Kerajaan Singosari (sampai tujuh keturunan saling membalas dendam
berebut kekusaan: Anusopati-Tohjoyo-Ranggawuni-Mahesa Wongateleng dan
seterusnya), Majapahit (pemberontakan Kuti, Narnbi, Suro dan lain-lain), Demak
(Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang), Banten (Sultan Haji merebut tahta dari
ayahnya, Sultan Ageng Tirtoyoso), perlawanan rakyat terhadap Belanda dan
seterusnya sampai terjadinya beberapa kali peralihan kekuasaan di Nusantara telah
mewarnai Sejarah Korupsi dan Kekuasaan diIndonesia.
b. Era Pasca Kemerdekaan
Pada era di bawah kepemimpinan Soekarno, tercatat sudah dua kali dibentuk Badan
Pemberantasan Korupsi – Paran dan Operasi Budhi – namun ternyata pemerintah

6
pada waktu itu setengah hati menjalankannya. Paran, singkatan dari Panitia
Retooling Aparatur Negara dibentuk berdasarkan Undang-undang Keadaan Bahaya,
dipimpin oleh Abdul Haris Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota yakni Prof
M Yamin dan Roeslan Abdulgani.
Salah satu tugas Paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah diharuskan
mengisi formulir yang disediakan – istilah sekarang : daftar kekayaan pejabat
negara. Dalam perkembangannya kemudian ternyata kewajiban pengisian formulir
tersebut mendapat reaksi keras dari para pejabat. Mereka berdalih agar formulir itu
tidak diserahkan kepada Paran tetapi langsung kepada Presiden.
Usaha Paran akhirnya mengalami deadlock karena kebanyakan pejabat berlindung
di balik Presiden. Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963,
upaya pemberantasan korupsi kembali digalakkan. Nasution yang saat itu menjabat
sebagai Menkohankam/Kasab ditunjuk kembali sebagai ketua dibantu oleh Wiryono
Prodjodikusumo. Tugas mereka lebih berat, yaitu meneruskan kasus-kasus korupsi
ke meja pengadilan.
Lembaga ini di kemudian dikenal dengan istilah “Operasi Budhi”. Sasarannya
adalah perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang
dianggap rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata juga mengalami
hambatan. Misalnya, untuk menghindari pemeriksaan, Dirut Pertamina mengajukan
permohonan kepada Presiden untuk menjalankan tugas ke luar negeri, sementara
direksi yang lain menolak diperiksa dengan dalih belum mendapat izin dari atasan.
c. Era Orde Baru
Pada pidato kenegaraan di depan anggota DPR/MPR tanggal 16 Agustus 1967, Pj
Presiden Soeharto menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu memberantas
korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di Istana. Pidato itu
memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke akar-
akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah Tim
Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
Tahun 1970, terdorong oleh ketidak-seriusan TPK dalam memberantas korupsi
seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa

7
memprotes keberadaan TPK. Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog,
Pertamina, Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat karena dianggap
sebagai sarang korupsi. Maraknya gelombang protes dan unjuk rasa yang dilakukan
mahasiswa, akhirnya ditanggapi Soeharto dengan membentuk Komite Empat
beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa seperti Prof
Johannes, IJ Kasimo, Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto.

C. Nilai-Nilai Anti Korupsi

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan
serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga
akan terbawa dalam bekerja sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk
berbuat curang.

b. Kepedulian

Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan
sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita,
dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda
untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.

c. Kemandirian

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk
menunjang pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang

8
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

d. Kedisiplinan

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk
terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan
dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan
yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

e. Tanggung Jawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan
dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,
negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

f. Kerja Keras

Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya
demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya
pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.

g. Keadilan

Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa
yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin
mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

9
2. Strategi Atau Upaya Pemberantasan Korupsi
1.  Pembentukan Lembaga Ani-Korupsi
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga
yang independen yang khususmenangani korupsi. Sebagai
contohdi beberapa Negara didirikan lembaga yangdinamakanOmbudsmanyang
tugasnyaantara lain menyediakan sarana bagimasyarakat yang hendak
mengajukankeberatan tentang apa yang dilakukan olehlembaga pemerintah dan
pegawainya.Selain itu juga,Ombudsmanmemberikanstandar perilaku sertacode
of conduct bagilembaga pemerintah maupun lembagahukum yang membutuhkan.
NegaraIndonesia sendiri sudah memiliki lembagayang khusus dibentuk untuk
memberantaskorupsi, yaitu Komisi PemberantasanKorupsi.
a.    Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan lembaga pemasyarakatan;
b.    Di tingkat departemen,kinerja lembaga-lembaga diaudit sepertiinspektorat
Jenderal harus ditingkatkan;
c.    Reformasi birokrasi dan
reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara untuk mencegah korupsi;
d.   Memantaudan memperbaiki kinerja Pemerintah Daerah;
e.    Mempergunakan hak pilihdengan baik baik itu dalam pilkada, pemiludan
pilpres.

2.  Pencegahan Korupsi Di Sektor Publik 


a.    Mewajibkan pejabat public untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah
kekayaan yang dimiliki, baik sebelum maupun sesudah menjabat
b.    Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang, baik di pemerintahan pusat,
daerah, maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi adalah
melakukan lelang atau penawaran secara terbuka.
c.    Membuat dan mengembangkan system yang transparan dan akuntabel dalamhal
perekrutan negawai negeri dananggota militer.
d.   Selain system perekrutan, perlu pengembangan system penilaian kinerja
pegawai negeri yang menitik beratkan pada proses dan hasil kerja akhir.

10
3. Pencegahan Korupsi Melalui Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat
a.    Memberikan hak pada masyarakatuntuk mendapatkan akses terhadapinformasi 
b.    Meningkatkan kesadaran sertakepedulian public dengan caramelakukan
kampanye tentang bahayakorupsi
c.    Menyediakan sarana bagi masyarakatuntuk melaporkan kasus korupsi.
d.   Tidak memberlakukan pasal mengenai“fitnah” dan pencemaran nama
baik bagi orang yang melaporkan dugaankorupsi.
e.    Memfungsikan pers sebagai alatkampanye mengenai bahaya korupsi,dan
melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.
f.     Meningkatkan pengawasan melaluiLembaga Swadaya Masyarakat

4.  Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrument Hukum yang Mendukung


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.
Untuk mendukung pencegahan
dan pemberantasan korupsi tidak cukup mengandalkan satu instrument hokum yakni
undang-undang pemberantasan tindak  pidana korupsi. 
Salah satu peraturan perundang-undangan yang harus ada untuk mendukung
pemberantasan korupsi adalah undang-
undang tindak  pidana pencucian uang, undangundang perlindungan saksi dan korba
n, undang-undang pers.
Hal ini bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak boleh
takut melaporkan kasuskorupsi yang diketahuinya. Selain itu,untuk mendukung
pemerintahan yang bersih, perlu instrument kode etik yangditujukan untuk semua
pejabat public, baik  pejabat eksekutif, legislatife maupun kodeetik bagi aparat
penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, hakim dan advokat)

D. Gerakan Kerjasama Dan Intrumen Internasional Pencegahan Korupsi


A.            Gerakan Kerja Sama Internasional dan Instrumen Pencegahan
Korupsi
1.      G8 Declaration on Recovering Proceeds of Corruption

11
Adopsi atas The G8 Ministerial Declaration on Recovering Proceeds of Corruption
atau Deklarasi G8 atas Pengembalian Aset hasil Korupsi ini dilakukan pada saat
pertemuan G8 Justice and Home Affairs Ministers  yang diadakan di Washington,
11 May 2004. Deklarasi ini membuka jalan untuk serangkaian inisiatif dengan
tujuan untuk membantu negara korban kejahatan korupsi mendapatkan kembali aset
korupsi itu. Dalam hal Pengembalian Aset, Deklarasi ini melengkapi inisiatif StAR
atau Stolen Assets Recovery Initiatif.
Deklarasi ini meminta negara-negara G8 untuk:
a.       membentuk suatu team gabungan yang berisi ahli dalam Bantuan Timbal
Balik ketikamenerima permintaan dari negara korban
b.      membentuk satuan tugas berdasarkan kasus atas permintaan dari negara
korban
c.       menyelenggrakan workshop regional sebagai sarana tukar menukar informasi
dengan negara korban dalam hal teknik-teknik investigasi keuangan internasional
dan tata cara bantuan timbal balik
d.      memastikan tiap-tiap negara G8 mempunyai aturan yang meminta dilakukan
Penelusuran Lebih Ketat atau enhanced due diligence untuk rekening orang-orang
yang masuk kategori Politically Exposed Persons, dalam hal aturan tentang
Informasi transaksi digital [Wire Transfer Originator Information]
e.       menyusun manual tentang prosedur permintaan dan pengembalian aset
f.       mencari alternatif yang lebih efektif dalam mengembalikan aset hasil
kejahatan korupsi
2.      StolenAssets Recovery [StAR] Initiative
The Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative, yang diluncurkan oleh World Bank
dan UNODC di New York, pada tanggal 17 September 2007, bertujuan untuk
menolong negara-negara berkembang mendapatkan kembali aset/dana tercuri itu
dan membantu mereka dalam mempergunakan dana curian yang dikembalikan itu
untuk kepentingan pembangunan. Untuk mencapai tujuan itu, peranan negara-
negara maju juga disebut terutama untuk mengurangi halangan kembalinya dana-
dana curian itu ke negara yang berhak.
Dalam prakteknya, StAR didesain untuk bekerja di 4 area:

12
·      Membantu negara-negara berkembang memperkuat lembaga penegak hukum
dan proses penegakkan hukumnya.
·      Memperkuat integritas Pasar Keuangan dengan mengajak lembaga-lembaga
keuangan agar mematuhi peraturan tentang pencucian uang dan memperkuat kerja
sama di antara financial intelligence units [seperti PPATK] di seluruh dunia.
·      Membantu negara-negara berkembang dalam mengembalikan asetnya dengan
cara memberikan pinjaman atau hibah untuk membiayai biaya awal proses
pengembalian aset, memberikan nasehat hukum atau menyewa pengacara, serta
memfasilitasi kerja sama antar negara.
·      Mengawasi penggunaan aset yang dikembalikan agar dipergunakan untuk
kepentingan pembangunan, seperti pendidikan dan infrastuktur.

E. Peran Dan Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


A.   Gerakan Anti Korupsi
Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-tahun awal setelah kemerdekaan. Dimulai
dari Tim Pemberantasan  Korupsi pada tahun 1967 sampai dengan pendirian  KPK
pada tahun 2003.
Berdasarkan UU No.30 tahun 2002, pemberantasan  Tindak Pidana Korupsi
dirumuskan sebagai serangkaian tindakanuntuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi - melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan,  dan pemeriksaan di sidang pengadilan - dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B.   Peran Mahasiswa
Dalam sejarah  perjalanan  bangsa Indonesia  tercatat bahwa mahasiswa
mempunyai peranan  yang sangat penting.
• Kebangkitan  Nasional tahun 1908
• Sumpah  Pemuda tahun 1928
• Proklamasi   Kemerdekaan  NKRI tahun 1945
• Lahirnya Orde Baru tahun 1966
• Reformasi  tahun 1998.

13
Tidak dapat  dipungkiri bahwa  dalam  peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa
tampil  di depan sebagai motor penggerak  dengan  berbagai  gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki.
Mahasiswa memiliki karakteristik intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan
kemampuan  intelektual yang tinggi, jiwamuda yang penuh semangat, dan idealisme
yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam
sejarah perjalanan bangsa ini. 
Mahasiswa didukung oleh modal dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi  yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi
agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu  mengkritisi
kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu  menjadi watch doglembaga-
lembaga negara dan penegak hukum.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena mengancam keadilan
dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu peran serta semua lapisan
masyarakat. Mahasiswa adalah salah satu bagian masyarakat yang mempunyai
pengaruh signifikan dalam memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan
lapisan masyarakat yang lain. Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih efektif.
Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa adalah menciptakan lingkungan bebas dari
korupsi di kampus, memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya
melakukan korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Maka mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya
upaya mereka berjalan semaksimal mungkin.

B. SARAN

Saya sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran-saran dan
kritikan bagi para pembaca yang saya hormati guna untuk membangun pada masa
yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur
yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang saya laksanakan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.upi.edu/35313/4/S_PKN_1507214_Chapter1.pdf

https://www.medcom.id/nasional/hukum/Wb7xO6nk-kpk-tetapkan-3-tersangka-baru-kasus-

korupsi-pt-dirgantara-indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai