PENDAHULUAN
1.1.1.3Misi PT Telkom
Memberikan layanan “one stop infokom” dengan kualitas prima dan
harga kompetitif. Mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan
mengoptimalkan SDM yang unggul, dengan teknologi yang
kompetitif dan dengan business partner yang sinergi.
3
Media Mobile (IM3) dan menjadi pelopor GPRS dan multimedia di
Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali
penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).
Pada bulan November2003 Indosat melakukan penggabungan usaha
tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan
Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di
Indonesia Pada tanggal 1 Maret 2007 STT menjual kepemilikan
saham Indosat sebesar 25% di Asia Holdings Pte. Ltd. ke Qatar
Telecom. Pada 31 Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar
telecom Q.S.C. (Qtel) secara tidak langsung melalui Indonesia
Communication Limited (ICLM) dan Indonesia Communications Pte
Ltd (ICLS) sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik
Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%.
Di tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer
(memiliki tambahan 24,19% saham seri B dari publik).
4
1.1.2.3 Misi PT Indosat
1. Menyediakan dan mengembangkan produk, layanan, dan
solusi inovatif dan berkualitas untuk memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi para pelanggan.
2. Meningkatkan shareholder value secara terus-menerus.
3. Mewujudkan kualitas kehidupan stakeholder yang lebih
baik.
1.1.3 PT XL Axiata
Gambar 1.3
Logo XL Axiata
5
1.1.3.1 Sekilas Tentang PT XL Axiata
PT. XL Axiata Tbk. (XL) didirikan pada tahun 1989 dan dimiliki
oleh Axiata Group Berhad melalui perusahaan Indocel Holding Sdn
Bhd (66,7%). Perusahaan ini adalah salah satu pemain selular
terbesar di area Asia Pasifik, Emirates Telecommunications
Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd
(13,3%). Perusahaan ini adalah penyedia selular terbesar di Timur
Tengah dan Afrika, dan sebanyak 20% saham dimiliki oleh publik
secara terbuka.XL memulai kegiatan komersialnya di tahun 1996,
XL saat ini adalah salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi
selular terbesar dan tertinggi untuk pertumbuhan di industri
telekomunikasi dengan melayani 31,4 juta pelanggan dari berbagai
negara sampai akhir tahun 2009.
Fokus XL pada 2 aspek bisnis utama: Consumer Solutions –
ditujukan untuk pelayanan selular telepon berkualitas tinggi, dan
Business Solutions – ditujukan untuk penyediaan solusi data dan
komunikasi yang efisien dan terpercaya bagi pangsa pasar korporat.
XL secara berkesinambungan telah terbukti sebagai perintis dalam
teknologi komunikasi tanpa batas untuk pangsa pasar telekomunikasi
di Indonesia, sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi pertama
yang meluncurkan akses internet kecepatan tertinggi 3G-HSDPA
(High Speed Downlink Packet Access) melalui paket aplikasi
Blackberry.Sedangkan untuk melayani pangsa pasar internasional,
XL mengembangkan hubungan mitra kerja secara erat dengan lebih
dari 357 penyedia jasa layanan telekomunikasi internasional di lebih
dari 140 negara.
Melalui nilai-nilai perusahaan : integritas, Kesempurnaan layanan
dan kerja tim, XL memiliki komitmen untuk meningkatkan
6
kemampuannya secara berkesinambungan dalam usahanya menjadi
penyedia jasa layanan telekomunikasi yang digemari di Indonesia,
dengan memperluas cakupan daerah layanan, kualitas, kapan saja
dan dimana saja.
7
1.1.4 PT Bakrie Telecom
Gambar 1.4
Logo Bakrie Telecom
8
1.1.4.2 Visi PT Bakrie Telecom
Menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia
oleh konektivitas yang disediakan.
9
1.2 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi pada masa
sekarang dan dimasa yang akan datang mampu memberikan kemudahan-
kemudahan bagi manusia, sehingga hambatan akan waktu dan tempat
dapat diatasi. Seperti kemudahan dalam berkomunikasi dapat dilakukan
di berbagai belahan dunia manapun. Hal tersebut dapat terjadi karena
perkembangan teknologi komunikasi yang terus berkembang dan maju
dengan pesat. Semua ini tentu saja memberikan dampak maupun
pengaruh kepada kebutuhan manusia terhadap teknologi komunikasi.
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi tersebut,
masyarakat yang dulunya hanya menggunakan telepon rumah, kini
beralih menggunakan menggunakan telepon seluler. Sehingga banyak
perusahaan di dunia memfokuskan diri dan bergerak dalam industri
telekomunikasi yang saling berkompetisi dengan ketat untuk
memperoleh pangsa pasar yang besar.
Jumlah pengguna seluler di Indonesia hingga Juni 2010 diperkirakan
mencapai 180 juta pelanggan. Jumlah ini sama dengan sekitar 80 persen
populasi penduduk. Dari 180 juta pelanggan seluler, sebanyak 95 persen
adalah pelanggan prabayar. Demikian catatan Asosiasi Telepon Selular
Indonesia (ATSI).
(http://tekno.liputan6.com/read/286205/80-persen-penduduk-indonesia-
gunakan-telepon-genggam)
Dan jumlah pelanggan telepon seluler yang terus meningkat hingga
tahun 2010 dapat dilihat dalam gambar 1.5 berikut :
10
Gambar 1.5
Grafik pertumbuhan Pelanggan Telepon Seluler di
Indonesia
12
Gambar 1.6
Pangsa Pasar Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia
13
Namun Akhir-akhir ini kita melihat persaingan yang semakin
ketat antar operator dalam hal menarik konsumen supaya tertarik
untuk menggunakan produknya. Bahkan dalam beberapa media kita
saksikan perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh
berbagai operator.
(http://www.analisadaily.com/news/read/2011/07/09/4854/perang_ta
rif_operator_telekomunikasi_kurang_mendidik_dan_cenderung_man
ipulatif/)
Dengan melihat kondisi saat ini dapat dikatakan bahwa pasar
telekomunikasi adalah pasar oligopoly. Adapun yang menjadi
indikator dari pasar oligopoly adalah pasar didominasi oleh sedikit
pemain (Big Three yaitu Telkomsel, XL Axiata & Indosat) dan
apabila satu pemain melakukan perubahan harga maka
competitornya akan mengikuti untuk mempertahankan market share.
Oleh karena itu pasar telepon seluler di Indonesia diperkirakan
memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia.
Pelanggan telepon seluler di Indonesia begitu mudah untuk berganti
nomor telepon ke operator lain. Hal ini tidak terlepas dari persaingan
antar operator telekomunikasi di Indonesia.
Dari fenomena banyaknya operator telekomunikasi yang
bermunculan dalam bisnis telekomunikasi ini, dapat dikatakan bahwa
pasar telekomunikasi masih berada dalam masa keemasan dari sisi
pertumbuhan pelanggan dan pendapatan perusahaan yang lumayan
tinggi. Berikut jumlah pendapatan usaha serta jumlah aset keempat
perusahaan Telekomunikasi yaitu PT Telkom, PT Indosat, PT XL
Axiata dan PT Bakrie Telecom per Desember 2010.
14
Tabel 1.5
Pendapatan Usaha dan Asset per Desember 2010
Perusahaan Pendapatan Usaha Total Asset
Telkom 68.629 99.759
Indosat 18.393 55.041
XL Axiata 17.636 27.251
Bakrie Telecom 3.447 12.400
(Dalam miliyar rupiah)
Sumber : Annual Report PT Telkom, Annual Report PT Indosat,
Annual Report PT XL Axiata, Annual Report PT Bakrie
Telecom per Desember 2010.
Nilai Saham sektor telekomunikasi pada tahun 2008 masih akan
tumbuh hingga 25 persen. Pasalnya, penyerapan penggunaan
teknologi telekomunikasi di Indonesia sangat cepat. Sehinga potensi
permintaan terhadap jasa telekomunikasi sangat tinggi. Selain itu,
operator telekomunikasi juga semakin agresif dalam
mengembangkan jaringan, infrastruktur TI, dan fasilitas untuk
memperluas cakupan area. Dengan naiknya nilai saham di sektor
telekomunikasi maka mencerminkan tingginya minat investor untuk
berinvestasi pada sektor ini.
(http://economy.okezone.com/read/2007/12/25/21/70337/2008-
saham-sektor-telekomunikasi-tumbuh-25)
Tingginya minat investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan telekomunikasi di Indonesia memunculkan kewajiban
dari perusahaan untuk memberikan pengembalian yang diharapkan
oleh para investor. Tingkat pengembalian itu ditunjukkan dari jumlah
laba yang telah didapat oleh perusahaan, apakah sudah memperoleh
laba yang cukup atau mungkin mengalami kerugian.
15
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan
operasinya merupakan fokus utama penilaian prestasi perusahaan
(analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban para penyandang dananya, juga merupakan elemen
elemen yang menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan
prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Penilaian prestasi
perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur dari beberapa
aspek, yaitu berdasarkan aspek ROS (Return On Sales), EPS
(Earning Per Share), ROA (Return On Asset), maupun ROE (Return
On Equity).
Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor sebagai salah
satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi karena nilainya
tercantum dalam laporan keuangan, penggunaan analisis laporan
keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional memiliki
kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga
sulit untuk mengetahui apakan suatu perusahaan telah berhasil
menciptakan suatu nilai atau tidak.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dikembangkan suatu
konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA) yang mencoba
mengukur nilai tambah (Value Creation) yang dihasilkan suatu
perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of
capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA
merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu
investasi.
Dalam konteks menejemen investasi, return atau tingkat
keuntungan merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return
ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual
16
return) yang dihitung berdasarkan data historis dan yang kedua
return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor
pada masa yang akan datang. (Abdul Halim,2003)
Tingkat keuntungan merupakan rasio antara pendapatan investasi
selama beberapa periode dengan jumlah dana yang di investasikan.
Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi
dengan resiko kerugian sekecil mungkin, sehingga para investor
berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal
dengan menetukan konsep investasi yang memadai.
Penulis mengambil perusahaan telekomunikasi untuk dianalisis
dengan maksud untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan metode EVA dan ROA yang mengedepankan
kepentingan para investor (pemegang saham) serta pengaruhnya
terhadap return saham. Maka berdasarkan uraian diatas dilakukanlah
suatu penelitian yang diberi judul “PERBANDINGAN KINERJA
KEUANGAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE
ADDED (EVA) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERCATAT DI
BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada PT Telkom, PT
Indosat, PT XL Axiata dan PT Bakrie Telecom Periode Tahun
2006-2010)”
17
industri telekomunikasi karena Indonesia sebagai pasar potensial pada
industri ini. Dengan demikian perusahaan harus mampu memberikan
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor. Dimana tingkat
pengembalian ini ditunjukkan oleh pendapatan laba yang didapat oleh
perusahaan selama beroperasi. Dengan menggunakan metode EVA dan
ROA yang dimaksudkan mengedepankan pihak para pemegang saham
dan mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat return saham yang
dihasilkan, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010?
2. Bagaimana kinerja keuangan dilihat dari Return on Assets (ROA)
pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2010?
3. Bagaimana pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham secara
simultan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2006-2010?
4. Bagaimana pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham secara
parsial pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2006-2010?
18
2. Untuk mengetahui kinerja keuangan dilihat dari Return on Assets
(ROA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia period tahun 2006-2010.
3. Untuk mengetahui pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham
secara simultan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di
bursa efek Indonesia periode tahun 2006-2010.
4. Untuk mengetahui pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham
secara parsial pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di
bursa efek Indonesia periode tahun 2006-2010.
19
c. Bagi Praktisi
Memberikan masukan atau pertimbangan kepada manajemen
perusahaan telekomunikasi mengenai penggunaan metode EVA,
ROA dan pengaruhnya terhadap return saham dalam melakukan
pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
20
yang digunakan untuk menganalisis hasil pengujian sampel.
BAB V : PENUTUP.
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian yang didapat dari
pembahasan. Dengan didapatnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka
bab ini juga memberikan penjelasan mengenai implikasi penelitian,
keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
21
22