Anda di halaman 1dari 122

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang banyak cara untuk melakukan investasi keuangan

yang sesuai dengan syariah Islam. Investasi tersebut dapat dilakukan pada

berbagai kegiatan usaha yang berkaitan aktivitas menghasilkan suatu produk,

asset maupun jasa. Karena itu, salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan

syariah Islam adalah membeli Efek Syariah. Efek Syariah tersebut mencakup

Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksadana Syariah, Kontrak Investasi

Kolektiv Efek Beragun Asset (KIKEBA) Syariah, dan surat berharga lainnya

yang sesuai dengan prinsip syariah. (Setiawan, 2005)

Investasi dengan pemilikan Efek Syariah dapat dilakukan di Pasar

Modal baik secara langsung pada saat penawaran perdana, maupun melalui

transaksi perdagangan sekunder dibursa. Pasar Modal menjadi alternatif

investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti menabung

di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar

Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan

Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek tersebut

(UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995).

Terkait dengan upaya pengembangan pasar modal syariah, hingga saat

ini terdapat 6 (enam) Fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan industri pasar
2

modal. Fatwa-fatwa tersebut adalah: Fatwa No.05 tahun 2000 tentang Jual Beli

Saham; No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk

Reksa Dana Syariah; No.32 tahun 2002 tentang Obligasi Syariah; No.33 tahun

2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah; No.40 tahun 2003 tentang Pasar

Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal;

dan yang terakhir fatwa No.41 tahun 2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.

Dengan diterbitkannya fatwa-fatwa yang berkaitan dengan pasar modal, telah

memberikan dorongan untuk mengembangkan alternatif sumber pembiayaan

yang sekaligus menambah alternatif instrumen investasi halal. Perkembangan

pasar modal syariah saat ini ditandai dengan maraknya perusahaan yang listing

di Jakarta Islamic Index (JII), penawaran umum Obligasi Syariah dan juga

Reksadana Syariah. (Setiawan, 2005)

Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks

saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham

untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII

tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT

Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM).

JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen

syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang

kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme

Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan

dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh)
3

saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1

Januari 1995 dengan nilai dasar 100. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_

Islamic_Index).

Tabel 1.1
Perbandingan Kinerja Indeks JII dengan Indeks Lainnya

Indeks 2006 2007 Perubahan (%)


JII 307,62 502,78 63,4 %
LQ 45 388,29 616,47 58,77%.
IHSG 1805,52 2790,26 54,54%
Sumber: Data sukender diolah peneliti

Menurut Kurniawan (2008: 43-44) menyatakan bahwa pada akhir tahun

2007, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM &

LK) mengungkapkan kinerja indeks saham islami yang diukur dalam Jakarta

Islamic Index (JII) lebih baik dari indeks harga saham gabungan

(IHSG) dan indeks LQ 45 (kelompok 45 saham liquid). Ketua Bapepam LK

Fuad Rahmany, mengatakan perkembangan produk pasar modal berbasis

syariah hingga desember 2007 tetap menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Kinerja saham saham yang masuk ke dalam JII

menunjukkan trend yang naik, terlihat dari pertumbuhan indeks sebesar 63,4 %

yaitu dari 307,62 pada akhir 2006 menjadi 502,78 pada 10 Desember 2007.

Sementara indeks LQ45 hanya 58,77%. Dari 388,29 menjadi 616,47.

Sedangkan untuk seluruh indeks yang tergabung dalam IHSG (Indeks Harga

saham Gabungan) telah mencapai angka 54,54% dari 1805,52 menjadi

2790,26. Hal ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa JII (Jakarta Islamic

Index) lebih baik.


4

Peningkatan indeks pada JII dikarenakan adanya konsep halal, berkah

dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham

syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi,

instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.

(Darmawan, 2008)

Gambar 1.1

Kinerja Jakarta Islamic Index dari tahun 2004 sampai 2009

Sumber : www.duniainvestasi.com

Gambar 1.1 menunjukkan pergerakan indeks JII mulai periode Januari

2004 sampai November 2009. JII bergerak naik terus mencapai puncaknya

pada tahun 2008 dan pada saat krisis ekonomi global 2008 terjadi, Indeks JII

sempat terseret turun dan sempat jatuh ke level terendahnya saat itu di level

166,917 di bulan September 2008. Setelah tumbang, saat ini indeks JII
5

berangsur–angsur kembali menanjak sampai pada tanggal 30 Oktober 2009,

indeks JII berada di posisi 383,665.

Investor bisa melakukan investasi keuangan yang sesuai dengan syariah

Islam dengan melakukan analisis terhadap perusahaan-perusahaan yang Listing

di Jakarta Islamic Index (JII) dengan mengetahui informasi laporan keuangan

yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu jenis

informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif

informasi lainnya. Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah

cukup menggambarkan sejauhmana perkembangan kondisi perusahaan selama

ini dan apa saja yang telah dicapainya. Laporan keuangan sangat berguna bagi

investor untuk menentukan keputusan investasi yang terbaik dan

menguntungkan. (Tandelilin, 2007: 233)

Para investor dalam menginvestasikan dananya juga mengharapkan

return yang maksimal. Harapan untuk memperoleh return yang maksimal

tersebut diusahakan agar dapat terwujud dengan mengadakan analisis dan

upaya tindakan-tindakan berkaitan dengan investasi dalam sahamnya.

Tingkat pengembalian yang diharapkan investor merupakan jumlah

probabilitas keuntungan pada serangkaian yang mungkin terjadi. Untuk

keperluan tersebut investor memerlukan alat ukur yang memadai terhadap

proyeksi keuntungan perusahaan di masa mendatang dengan tingkat

probabilitas yang berbeda-beda.

Dalam memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return) yang akan

didapat, investor terlebih dahulu akan melakukan penelitian terhadap kinerja


6

perusahaan. Menurut Resmi dalam Uni (2006: 5) menyatakan Variasi harga

saham akan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan,

disamping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Kinerja

keuangan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham dipasar modal.

Berarti return saham juga ditentukan oleh kinerja keuangan perusahaan.

Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik,

maka sahamnya akan diminati investor dan harganya meningkat (Harianto dan

Sudomo dalam Uni, 2006: 5). Dengan meningkatnya harga saham tentunya

return saham yang diterima investor juga meningkat. Untuk itu investor perlu

melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan.

Pengukuran kinerja berasal dari penentuan secara periodik tentang

aktivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya

(Mulyadi, 1997:419). Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi

keuangan yang dihasilkan sudah dapat bermanfaat untuk memprediksi harga

atau return saham di pasar modal, termasuk kondisi keuangan perusahaan di

masa depan, adalah dengan cara melakukan analisis rasio keuangan.

Seperangkat laporan keuangan utama dalam bentuk neraca, laporan perubahan

modal dan laporan aliran kas belum dapat memberikan manfaat maksimal

sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan tersebut dalam bentuk

analisis rasio keuangan (Penman dalam Uni, 2006: 5). Ukuran umum yang

digunakan para investor dalam menilai kinerja perusahaan adalah analisis rasio

keuangan. Dari berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi
7

keuangan perusahaan yang didapat digunakan untuk memprediksi perubahan

harga saham. Rasio keuangan yang dapat dipakai untuk memprediksi

perubahan harga saham antara lain Return On Assets (ROA), Earning Per

Share (EPS), Deviden Per Share (DPS), Acid Test Ratio atau Quick Ratio, dan

Debt Ratio.

Dewasa ini, muncul saham syariah dimana saham ini diterbitkan oleh

perusahaan emiten yang telah terseleksi dan sesuai dengan prinsip syariah

Islam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dalam Prasetyo

(2003) menyimpulkan bahwa adanya berbagai macam pilihan investasi yang

dapat dilakukan di pasar modal. Investasi saham itu meliputi; investasi saham

syariah, investasi saham non syariah, dan gabungan keduanya. Dari pilihan

tersebut, peneliti menetapkan pada saham-saham apa kita harus melakukan

investasi dan menghitung portofolio mana yang menghasilkan keuntungan

optimal. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa berinvestasi pada saham

syariah lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada saham non syariah.

Silalahi (1991) mengadakan penelitian terhadap 38 perusahaan yang

listing di BEJ dengan periode penelitian 1989—1990. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa fluktuasi harga saham secara nyata dan simultan

dipengaruhi oleh variabel-variabel Return On Assets (ROA), Dividend Payout

Ratio (DPR), volume perdagangan saham, dan tingkat bunga deposito.

Sementara itu ROA ternyata mempunyai pengaruh yang dominan. Begitu juga

Natarsyah S. (2002) menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan

risiko sistematik terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan studi


8

terhadap 16 industri barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam

periode 8 tahun (1990—1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham

merupakan fungsi dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required

rate of return. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil

bahwa faktor fundamental seperti Return On Assets, Dividend Payout Ratio,

Debt To Equity Ratio, Book Value Equity Pershare, dan indeks beta

berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Pengujian hipotesis kedua

untuk melihat apakah benar ROA— sebagai indikator earning power

perusahaan, yaitu yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menggunakan

seluruh aset yang dimilikinya—mempunyai pengaruh yang dominan terhadap

harga saham. Hipotesis ini tidak mendapat dukungan karena ternyata book

value equity per share yang berpengaruh dominan terhadap harga saham.

Sedangkan Handoko (2008), mengadakan penelitian pada 29

perusahaan dalam periode 2003 sampai dengan 2005 pada perusahaan LQ45

di Bursa Efek Jakarta yang hasilnya Hanya variable lnEPS yang berpengaruh

signifikan pada terhadap perubahan harga saham, sedangkan variable ROE,

ROA, dan EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga

saham perusahaan kategori LQ45.

Dari penelitian-penelitian tersebut ada ketidakkonsistenan antara

penelitian yang telah dilakukan Silalahi yang menyatakan bahwa ROA

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham berbeda dengan

hasil penelitan yang dilakukan Handoko yang menyatakan ROA, ROE dan

EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham


9

perusahaan kategori LQ45. Penelitian yang dilakukan oleh Handoko juga

berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa kinerja keuangan akan

menentukan tinggi rendahnya harga saham dipasar modal. Berarti return saham

juga ditentukan oleh kinerja keuangan perusahaan. Apabila kinerja keuangan

perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka sahamnya akan

diminati investor dan harganya meningkat (Harianto dan Sudomo dalam Uni,

2006: 5).

Dari perbedaan penelitian diatas, maka perlu dikaji ulang tentang

perbedaan ROA dari penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (1991) dan

Handoko (2008), peneliti ingin meneliti apakah ROA mempunyai pengaruh

yang dominan terhadap perubahan harga saham atau tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap perubahan harga saham, karena ROA seharusnya

berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Selain ROA, dalam mengukur

kinerja keuangan perusahaan peneliti juga ingin menambah variabel penelitian,

yaitu EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio, dimana

variabel-variabel tersebut merupakan rasio keuangan berupa rasio

profitabilitas, rasio likuiditas dan rasio solvabilitas yang berkaitan dengan

penilaian tingkat kinerja keuangan perusahaan. Adapun alasan peneliti

mengambil variabel tersebut karena variabel tersebut sering digunakan investor

untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam pengambilan keputusan

investasi, begitu juga dalam penelitian terdahulu variabel-variabel tersebut

mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham.


10

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di

Jakarta Islamic Index (JII) pada periode 2007 sampai 2009. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga

Saham (Studi kasus pada perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index

Periode 2007-2009)”

1.2 Rumusan Masalah

Atas latar belakang diatas, maka secara spesifik dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah kinerja keuangan perusahaan (ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio

atau Quick Ratio dan Debt Ratio) berpengaruh secara parsial maupun

simultan terhadap harga saham di Jakarta Islamic Index (JII)?

2. Manakah dari variabel ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio

dan Debt Ratio yang berpengaruh dominan terhadap harga saham di

Jakarta Islamic Index (JII)?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan Penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menguji dan mengukur pengaruh kinerja keuangan perusahaan

perusahaan (ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt

Ratio) secara parsial maupun simultan terhadap harga saham di Jakarta

Islamic Index (JII).


11

2. Untuk menguji dan mengukur manakah diantara ROA, EPS, DPS, Acid

Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio yang berpengaruh dominan

terhadap harga saham di Jakarta Islamic Index (JII).

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

sebagai berikut:

1. Bagi Universitas dan rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang

memilih konsentrasi manajemen keuangan, dapat memperoleh tambahan

pengetahuan dan referensi mengenai pengaruh kinerja keuangan

perusahaan terhadap harga saham perusahaan, khususnya pada perusahaan

yang listing di Jakarta Islamic Index (JII).

2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru

kepada investor dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat

dijadikan alat untuk pengambilan keputusan investasi dengan memilih

saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).

3. Bagi perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) diharapkan

dengan adanya hasil penelitian ini bisa lebih meningkatkan kinerja

perusahaan lagi, sehingga dapat meningkatkan harga saham.

4. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk

lebih memahami bagaimana cara menganalisis dan memecahkan masalah-

masalah yang nyata melalui teori yang didapatkan dalam kuliah tentang

pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham.


12

1.4 Batasan Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham ada banyak misalnya

kondisi fundamental emiten, kondisi makro, kondisi psikologi pemodal, dan

lain sebagainya, karena faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham ada

banyak, maka peneliti akan membatasi penelitian dengan hanya meneliti

kondisi fundamental emiten, karena investor dalam mengambil keputusan

investasi cenderung melihat kinerja keuangan perusahaan. Adapan variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, EPS, DPS, Acid

Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio serta untuk sampel yang akan

diteliti yaitu perusahaan-perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII)

periode 2007-2009.
13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk

mempermudah pengumpulan data, analisis data dan pengolahan data. Adapun

beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan yang dilakukan oleh

Wahyu Handoko (2008), dengan judul “Pengaruh Economic Value Added ,

ROE, ROA, dan EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan

Kategori LQ45 Pada Bursa Efek Jakarta” menyatakan bahwa:

1. Variabel Economic Value Added, Return on Equity, Return on Assets,

dan Earning per Share secara serentak berpengaruh terhadap perubahan

harga saham kategori LQ45 pada Bursa Efek Jakarta pada taraf 10%. Hal

ini berbeda dengan temuan (Sholikhah dan Rina, 2004) yang meneliti

pengaruh EVA dan profitabilitas perusahaan terhadap return perusahaan

rokok yang listing di BEJ dan hasilnya tidak menemukan adanya

pengaruh antara EVA dan profitabilitas terhadap return;

2. Hanya variable lnEPS yang berpengaruh signifikan pada taraf 10%

terhadap perubahan harga saham, sedangkan variable yang lain tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham

perusahaan kategori LQ45;


14

3. Tidak signifikannya variabel EVA, ROE, dan ROA terhadap perubahan

harga saham dikarenakan para investor ataupun broker lebih

mendasarkan transakasinya pada analisis teknikal. Hal ini dapat dilihat

dari tidak adanya pengaruh variabel-variabel fundamental secara parsial

terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Jakarta.

b. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah

dilakukan oleh Denny (2008) dengan judul “ Pengaruh Deviden Per share

dan Return On Equity Terhadap Harga Saham (Studi pada lima perusahaan

yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” menyatakan bahwa:

1. Perkembangan Dividend Per Share dan Return On Equity dari lima

perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-

2007.

a. Perkembangan Dividend Per Share

Dapat disimpulkan bahwa Dividend Per Share pada lima perusahaan

yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

cenderung berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh naik turunnya laba

bersih sehingga berpengaruh terhadap pembagian Dividend Per Share.

b. Perkembangan Return On Equity

Dapat disimpulkan bahwa Return On Equity pada lima perusahaan yang

tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung

berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena peningkatan rata-rata laba

bersih lebih kecil dari peningkatan jumlah modal sendiri.


15

2. Perkembangan harga saham lima perusahaan yang tergabung dalam sektor

pertambangan periode 2002-2007.

Dapat disimpulkan bahwa harga saham lima perusahaan yang

tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung

meningkat. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya faktor-faktor

pada perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan, seperti kinerja

perusahaan yang baik yaitu dengan peningkatan laba bersih yang signifikan

sehingga para investor tertarik untuk membeli saham perusahaan

pertambangan dikarenakan kemampuan perusahaan untuk memberikan

Dividend Per Share dan Return On Equity yang maksimal.

3. Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Equity secara parsial maupun

secara simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam

sektor pertambangan periode 2002-2007.

a) Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel Dividend Per Share memiliki

hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat

keeratan hubungan sebesar 0,695 yang berarti hubungan Dividend Per

Share dengan harga saham adalah kuat. Hasil pengujian hipotesis,

menunjukkan terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Dividend

Per Share terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung

yang berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi

yang di bawah nilai alpha.

b) Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel Return On Equity memiliki

hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat


16

keeratan hubungan sebesar 0,645 yang berarti hubungan Return On

Equity dengan harga saham adalah kuat. Hasil pengujian hipotesis,

menunjukkan terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Return

On Equity terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung

yang berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi

yang di bawah nilai alpha.

c) Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel Dividend Per Share dan

Return On Equity secara simultan memiliki hubungan positif dan

signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan

sebesar 0,805 yang berarti hubungan Dividend Per Share dan Return

On Equity secara simultan dengan harga saham adalah sangat kuat.

Hasil pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh secara

simultan antara variabel Dividend Per Share dan Return On Equity

terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung yang

berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi yang

di bawah nilai alpha.

c. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raja Lambas J. Panggabean

(2005) degan judul “Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE

Terhadap Harga Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta”, menyatakan bahwa:

1. PT Gajah Tunggal mampu menghasilkan rata-rata ROE tertinggi selama

tiga tahun. PT. Astra International, PT. Kalbe Farma dan PT.

Telekomunikasi mampu memperoleh rata-rata ROE lebih tinggi dari rata-

rata ROE perusahaan – perusahaan LQ 45. Sementara 17 perusahaan


17

lainnya yang dijadikan pada penelitian ini mempunyai rata-rata ROE

dibawah rata-rata ROE perusahaan LQ 45.

2. PT. Telekomunikasi Indonesia menghasilkan rata-rata EVA terbesar,

disusul berturut - turut oleh PT. Astra International, PT. Gajah Tunggal,

PT HM Sampoerna, PT. Gudang Garam, PT. United Tractors, PT. Kalbe

Farma, PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Ramayana Lestari, PT. Astra

Otoparts, PT Astra Agro Lestari. Sementara perusahaan penghasil rata-rata

EVA negatif terbesar adalah PT. Indosat diikuti berturut – turut oleh PT.

Bank Pan Indonesia, PT. Matahari Putra Prima, PT Timah, PT Bimantara

Citra, PT Semen Gresik, PT. Aneka Tambang, PT. Multipolar, PT. Astra

Graphia.

3. Beberapa perusahaan LQ 45 yang mempunyai rata – rata ROE cukup

tinggi seperti PT Bimantara Citra, PT Indosat dan PT Semen Gresik

ternyata perusahaan value destroyer karena mempunyai nilai EVA yang

negatif.

4. PT HM Sampoerna merupakan perusahaan yang mempunyai rata –rata

harga saham tertinggi dari seluruh rata-rata harga saham perusahaan dalam

LQ 45.

5. Economic Value Added (EVA) perusahaan dalam LQ 45 mempunyai

korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya.

6. Return On Equity (ROE) perusahaan dalam LQ 45 tidak mempunyai

korelasi yang signifikan dengan harga saham.


18

d. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan oleh Dewi

Kumala Sari dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan

Perusahaan (Analisis Fundamental), Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga BI (BI

Rate) Terhadap Harga Saham PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk”

menyatakan bahwa:

1. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara parsial

terdapat 1 (satu) variabel yaitu price to book value yang mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan 5 (lima)

variabel yang lain yaitu Book Value, Earning per Share, Price Earning

ratio, Inflasi dan BI rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk. Adapun pengaruh yang

signifikan ini dikarenakan pergerakan price to book value selama periode

penelitian yaitu tahun 2006-2008 sangat berfluktuatif. Ini dikarenakan

rasio Price to book value menggambarkan kepercayaan pasar akan prospek

perusahaan, dan ini sangat penting bagi seorang investor karena pada

dasarnya seorang investor yang membeli saham, adalah membeli prospek

usaha dari perusahaan tersebut.

2. Secara bersama-sama atau simultan diperoleh hasil hanya variabel X2

(PBV) yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (harga

saham). Sedangkan variabel lainnya telah dikeluarkan dari model regresi

karena memiliki pengaruh yang kurang signifikan terhadap harga saham

PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk.


19

e. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh Anita

Ardiani (2007) dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa

Efek Jakarta (BEJ)”, menyatakan bahwa:

1. Secara simultan atau bersama-sama antara CAR, RORA, ROA, LDR,

NPM dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga

saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebesar 52.1 %.

2. Secara parsial CAR, RORA dan LDR berpengaruh secara signifikan

terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di BEJ sedangkan

untuk ROA, NPM dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

perubahan harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta

(BEJ).

3. Diantara CAR, RORA, ROA, LDR, NPM dan BOPO yang memberikan

pengaruh paling besar terhadap harga saham adalah LDR (15.85 %) yang

kemudian diikuti oleh RORA (13.76%), CAR (11.56 %), sedangkan

pengaruh ROA (1.46 %), NPM (3.24 %) dan BOPO (2.56 %) yang relatif

kecil.

f. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan oleh Noer

Sasongko dan Nila Wulandari (2006) dengan judul “Pengaruh EVA dan

Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham”, menyatakan bahwa:

1. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS)

berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t
20

yang diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat

digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

2. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return on asset, return on equity,

return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak

berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t

yang ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya ROA, ROE,

ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai

perusahaan.

g. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh Agus

Sucipto (2006), dengan judul “Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai

Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi kasus pada perusahaan tekstil yang Go

Public di Bursa Efek Jakarta)”, menyatakan bahwa:

1. Dengan menggunakan analisis diskrptif terhadap 13 perusahaan tekstil

yang go pulic di Bursa Efek Jakarta selama periode 1990-1996 maka

hasilnya menunjukkan 10 perusahaan tekstil dinyatakan sehat dan 3

perusahaan tekstil dinayatakan tidak sehat, berdasarkan kriteria penilaian

kinerja keuangan yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Keuangan

RI No. 740/KMK.001/1989 tentang kriteria penilaian kinerja BUMN.

Dengan demikian hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa rata-rata

kinerja keuangan perusahaan tekstil yang go public di Bursa Efek Jakarta

adalah sehat.

2. Dengan menggunakan analisis dekriminan metode langsug membuktikan

adanya 6 rasio keuangan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap


21

kinerja keuangan perusahaan tekstil yaitu ROI (X14), ROE (X15),

Deviden Payout Ratio (X16), Short Term Liquidity (X21), Net Working

Capital to Assets (X23) dan Cash Flow (X33). Hasil klasifikasi kategori

tingkat kesehatan perusahaan tekstil adalah akurat, hal ini dapat dibuktikan

dengan nilai Hit Ratio>Cmax>Cpro. Sedangkan nilai Press’s Q>c2 tabel,

maka dapat disimpulkan bahwa MDA adalah stabil.

3. Berdasarkan analisis deskriminan metode stepwise terbukti adanya 2 rasio

keuangan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan tekstil yaitu ROI(X14), Deviden Payout Ratio(X16).

Hasil klasifikasi tingkat kesehatan perusahaan tekstil adalah akurat, hal ini

dapat dibuktikan dengan nilai Hit Ratio>Cmax>Cpro. Sedangkan nilai

Press’s Q> c2, maka dapat disimpulkan bahwa MDA adalah stabil.

4. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode langsung dan metode

stepwise ternyata angka Canonical Correlation untuk metode langsung

lebih baik. Sedangkan Cpro, Cmax mempunyai nilai yang sama.

5. Dengan menggunakan metode stepwise maka terdapat dua rasio keuangan

yang mempunyai kontribusi signifikan dalam membedakan kinerja

keuangan perusahaan tekstil yang sehat dan tidak sehat, yaitu ROI (X14),

Deviden Payout Ratio(X16) yang keduanya termasuk dalam kelompok

rasio rentabilitas.

Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan dengan penelitian

terdahulu, maka dapat dilihat dalam rekapitulasi penelitian terdahulu, sebagai

berikut:
22

Tabel 2.1
Rekapitulasi Penelitian Terdahulu

No Nama Judul (skripsi/tesis/ Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian Saran-saran


Peneliti jurnal/lainnya) Analisis
(tahun)
1. Wahyu Pengaruh Economic Untuk mengetahui pengaruh Analisis Hanya variable lnEPS yang Untuk peneliti yang tertarik
Handoko Value Added, ROE, Economic Value Added, ROE, regresi linier berpengaruh signifikan pada dengan tema yang sama bisa
(2008) ROA, dan EPS ROA, dan EPS terhadap perubahan berganda terhadap perubahan harga dikembangkan dengan
Terhadap Perubahan harga saham perusahaan kategori saham, sedangkan variable menambah jumlah data yang
Harga Saham LQ 45 pada Bursa Efek Jakarta dan ROE, ROA, dan EVA tidak diteliti sehingga hasil yang
Perusahaan Kategori Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh secara signifikan diperoleh lebih dapat
LQ45 Pada Bursa berpengaruh paling dominan terhadap perubahan harga mencerminkan kondisi
Efek Jakarta. terhadap perubahan harga saham saham perusahaan kategori sebenarnya di Bursa Efek
(skripsi) kategori LQ 45 pada Bursa Efek LQ45. Jakarta.
Jakarta.
2. Denny Pengaruh Deviden Menganalisis perkembangan harga Analisis Terdapat pengaruh secara Bagi peneliti lain dapat
(2008) Per share dan Return saham Dividend Per Share dan regresi parsial maupun simultan meneliti variabel-variabel
On Equity Terhadap Return On Equity pada antara variabel Dividend Per lain seperti emiten dari sektor
Harga Saham (Studi perusahaan yang tergabung dalam Share dan Return On Equity lainnya yang berbeda dengan
pada lima perusahaan sektor pertambangan periode 2002- terhadap harga saham. jumlah data yang lebih
23

yang tergabung 2007 dan menganalisis banyak agar memberikan


dalam sektor perkembangan Dividend Per Share hasil yang lebih baik.
pertambangan dan Return On Equity secara parsial
periode 2002-2007 maupun simultan terhadap harga
yang terdaftar di saham perusahaan yang tergabung
Bursa Efek dalam sektor pertambangan periode
Indonesia). (skripsi) 2002-2007.
3. Raja Analisis Untuk mengetahui korelasi EVA Analisis Economic Value Added (EVA) Dalam melakukan kajian
Lambas J. Perbandingan dan ROE perusahaan – perusahaan Korelasi perusahaan dalam LQ 45 yang lebih luas dan
Panggabe Korelasi EVA dan LQ 45 dengan harga mempunyai korelasi yang mendalam diharap-kan
an (2005) ROE Terhadap Saham-sahamnya dan untuk signifikan dengan harga perusahaan yang dikaji tidak
Harga Saham LQ45 mengetahui perbandingan korelasi sahamnya. Sedangkan Return terbatas pada LQ 45 saja,
di Bursa Efek antara EVA dan ROE perusahaan- On Equity (ROE) perusahaan tetapi dibagi per sektor dan
Jakarta. (Jurnal) perusahaan LQ 45 dengan harga dalam LQ 45 tidak mempunyai mencakup lebih banyak
saham – sahamnya. korelasi yang signifikan perusahaan.
dengan harga saham.
4. Dewi Analisis Pengaruh Untuk mengetahui bagaimana Analisis Secara parsial terdapat 1 (satu) Bagi peneliti lain, hendaknya
Kumala Kinerja Keuangan pengaruh kinerja keuangan regresi linier variabel yaitu price to book melakukan penelitian dengan
Sari Perusahaan (Analisis perusahaan, inflasi dan tingkat suku berganda value yang mempunyai memperluas baik variabel,
Fundamental), bunga BI (BI Rate) secara parsial pengaruh yang signifikan periode maupun sampel.
24

Inflasi, dan Tingkat maupun simultan terhadap Harga terhadap harga saham,
Suku Bunga BI (BI Saham PT. Kawasan Industri sedangkan 5 (lima) variabel
Rate) Terhadap Jababeka Tbk tahun 2006-2008. yang lain yaitu Book Value,
Harga Saham PT. Earning per Share, Price
Kawasan Industri Earning ratio, Inflasi dan BI
Jababeka Tbk”. rate tidak berpengaruh secara
(jurnal) signifikan terhadap harga
saham PT. Kawasan Industri
Jababeka, Tbk, Sedangkan
Secara bersama-sama atau
simultan diperoleh hasil hanya
variabel X2 (PBV) yang
berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel harga saham.
5. Anita Analisis Pengaruh Untuk mengetahui dan Analisis Secara simultan atau bersama- Peneliti lain yang berminat
Ardiani Kinerja Keuangan menganalisis pengaruh rasio- rasio regresi sama anatra CAR, RORA, terhadap permasalahan
(2007) Terhadap Perubahan keuangan CAR, RORA, NPM, berganda. ROA, LDR, NPM dan BOPO kinerja keuangan seharusnya
Harga Saham Pada ROA, BOPO dan LDR terhadap berpengaruh secara signifikan melakukan pengembangan
Perusahaan perubahan harga saham di Bura terhadap perubahan harga pada perusahaan lainnya,
Perbankan Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan untuk saham perusahaan perbankan misalnya perusahaan
25

Efek Jakarta (BEJ). mengetahui seberapa besar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), manufaktur atau seluruh
(skripsi) kontribusi CAR, RORA,NPM, sedangkan Secara parsial perusahaan yang terdaftar di
ROA, BOPO dan LDR mampu CAR, RORA dan LDR Bursa Efek Jakarta.
menjelaskan varian harga saham di berpengaruh secara signifikan
Bursa Efek Jakarta (BEJ). terhadap perubahan harga
saham perusahaan perbankan
di BEJ dan ROA, NPM
BOPO tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
perubahan harga saham.
Variabel yang paling besar
berpengaruh terhadap harga
saham adalah LDR (15.85%)
yang kemudian diikuti oleh
RORA (13.76 %), CAR (11.56
%), sedangkan pengaruh ROA
(1.46 %), NPM (3.24 %) dan
BOPO (2.56 %) yang relatif
kecil.
26

6. Noer Pengaruh EVA dan Untuk menguji kembali pengaruh Analisis Hasil uji t parsial Bagi penelitian selanjutnya
Sasongko Rasio-rasio EVA (Economic Value Added) dan regresi menunjukkan bahwa Earning diharapkan memper-panjang
& Nila Profitabilitas rasio-rasio profitabilitas yang berganda Per Share (EPS) berpengaruh periode pengamatan agar hasil
Wulandari Terhadap Harga diukur dengan ROA (Return on terhadap harga saham penelitian dapat
(2006) Saham. (jurnal) Asset), ROE (Return on Equity), sedangkan Return On Asset, digeneralisasikan.
ROS (Return on Sales), EPS Return On Equity, Return On
(Earning Per Share), dan BEP Sale, Basic Earning Power,
(Basic Earning Power) terhadap dan Economic Value Added
harga saham perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manufaktur di Bursa Efek Jakarta harga saham.
untuk periode 2001-2002.
7. Agus Analisis Rasio Untuk mengetahui variabel yang Analisis Dengan menggunakan analsis Bagi peneliti lanjutan
Sucipto Keuangan Untuk merupakan diskriminator dominan Deskriminan deskriminan metode langsung informasi hasil penelitian ini
(2006) Menilai Kinerja dalam membedakan tingkat kinerja membuktikan 6 rasio keuangan bisa digunakan untuk
Keuangan keuangan perusahaan tekstil yang yang memberikan kontribusi mengembangkan penelitian
Perusahaan (Studi go public di Bursa Efek Jakarta. signifikan terhadap kinerja pada industri lain.
Kasus pada keuangan tekstil yaitu ROI,
Perusahaan Tekstil ROE, Deviden Payout Rasio,
yang Go Public di Short Term Liquidity, Net
Bursa Efek Jakarta). Working Capital to Assets dan
27

(jurnal) cash Flow, sedangkan dengan


analisis deskriminan metode
stepwise terbukti adanya 2
rasio keuangan yang
memberikan kontribusi
signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan tekstil
yaitu ROI, Deviden Payout
Ratio.
8. Ati’ul Analisis Pengaruh Untuk menguji dan mengukur Analisis Secara parsial variabel EPS Bagi peneliti selanjutnya
Inayah Kinerja Keuangan pengaruh kinerja keuangan Regresi dan DPS yang berpengaruh dapat menambah variabel
(2011) Perusahaan Terhadap perusahaan perusahaan (ROA, EPS, Berganda terhadap harga saham, makro dengan menambah
Harga Saham (Studi DPS, Acid Test Ratio atau Quick sedangkan secara simultan jumlah data yang lebih
pada Perusahaan Ratio dan Debt Ratio) secara parsial ROA, EPS, DPS, Acid Test banyak agar memberikan
yang Listing di maupun simultan terhadap harga Ratio atau Quick Ratio dan hasil yang lebih baik.
Jakarta Islamic saham di Jakarta Islamic Index Debt Ratio berpengaruh
Index periode 2007- (JII) dan untuk mengetahui variabel terhadap harga saham.
2009). (skripsi) yang berpengaruh dominan Variabel EPS merupakan
terhadap harga saham di Jakarta variabel yang berpengaruh
Islamic Index (JII). terhadap harga saham.
Sumber: Data penelitian terdahulu diolah
28

Apabila ditinjau dari penelitian terdahulu ada beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaan pada penelitian terdahulu

dengan penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi

berganda dan dalam pemilihan variabel bebas (ROA, EPS dan DPS) serta variabel

terikatnya (harga saham). Dalam penelitian ini terdapat perbedaan pada penelitian

terdahulu yakni pada pengambilan sampel perusahaan yaitu perusahaan yang

listing di Jakarta Islamic Index periode 2007-2009 dan variabel bebas (Acid Test

Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio) yang tidak digunakan oleh peneliti

terdahulu.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kinerja Keuangan Perusahaan

1. Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial

perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu

perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-

data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang. Informasi kinerja

bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam manghasilkan arus

kas dari sumber dana yang ada.

Investor dalam melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok

efek bisa menggunakan pendekatan fundamental. Pendekatan fundamental ini

menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.

Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai

usaha yang tinggi membuat para investor tertarik dengan perusahaan tersebut
29

untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham.

Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka

akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Atau

dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

(Halim, 2005:21)

Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham,

bukan memaksimalkan laba per lembar saham seperti ukuran akuntansi. Data

akuntansi sangat mempengaruhi harga saham dan untuk memahami bagaimana

kinerja perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi

yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan sangat diperlukan

oleh manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi investor

laporan keuangan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarkan

pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan laba, deviden

dan harga saham.

Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan

menganalisis laporan keuangan, yang mencakup pembandingan kinerja

perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan

mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu.

Adapun teknik analisis yang paling umum dan sering digunakan untuk menilai

kinerja perusahaan adalah analisis rasio. Analisis rasio tersebut akan

memberikan gambaran atau pengukuran relatif dari operasi perusahaan

(Moeljadi, 2006: 67).


30

Analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan

penghitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa

lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa mendatang. Ada beberapa cara yang

dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi

analisa dengan menggunakan ratio merupakan hal yang sangat umum

dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi

perusahaan (Syamsuddin, 2009:37).

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa

berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada

penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu

perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka

rasio pembanding yang digunakan sebagai standart (Munawir, 2007: 64). Rasio

merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang

diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan

investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting

dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit

untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang

membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila

berorientasi ke depan, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk

menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan

faktor-faktor di masa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi


31

posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

(Subramanyam dan John, 2010: 42)

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan

dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

yang relevan dan signifikan (berarti). Teknik ini sangat lazim digunakan para

analisis keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis

terhadap kondisi keuangan perusahaan. (Harahap, 2008: 297). Untuk

melakukan analisis yang berkaitan dengan penilaian tingkat kinerja keuangan

perusahaan digunakan analisis rasio keuangan. Adapun rasio-rasio yang

dianalisis dikelompokkan menjadi tiga kelompok rasio keuangan, yaitu:

rentabilitas/Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas (Sucipto, 2006:191).

a. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rentabilitas/Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu dibandingkan dengan

kemampuan menggunakan aktiva maupun modal sendiri secara produktif.

Dengan semakin tingginya rasio ini akan menunjukkan semakin tingginya

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan kecenderungan

semakin membaiknya kinerja keuangan suatu perusahaan. Rasio ini meliputi:

Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Total

Assets Turnover, Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE),

Return on Common Stock Equity, Earning Per Share (EPS), Deviden Per

Share (DPS) dan Book Value Per Share. (Syamsuddin, 2009: 59-68)
32

b. Rasio Likuiditas

Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek yang segara jatuh tempo. Rasio ini mensyaratkan

adanya sejumlah asset ‘likuid’ tertentu yang harus tersedia di perusahaan.

Alokasi yang terlalu kecil akan menyebabkan kekurangan asset ‘likuid’ yang

akan berakibat semakin sulitnya perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendeknya dan semakin tinggi resiko kegagalan perusahaan dalam

melunasi kewajibannya. Di lain pihak, jika alokasi yang terlalu besar

(berlebihan) pada aktiva lancar akan menyebabkan perusahaan kehilangan

kesempatan untuk menempatkan asset tersebut pada pos lain yang mungkin

akan bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini meliputi: Net

Working Capital, Current Ratio dan Acid Test Ratio atau Quick Ratio. Ketiga

rasio tersebut merupakan cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas

secara menyeluruh. (Syamsuddin, 2009: 43-45)

c. Rasio Solvabilitas

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban/hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Di satu sisi

peningkatan hutang akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Namun demikian sejalan dengan penggunaan

hutang tersebut prusahaan dihadapkan pada resiko beban hutang yang

semakin besar yang dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Untuk

itu apabila perusahaan ingin memanfaatkan sumber dana melalui hutang perlu

dilakukan analisis apakah keuntungan yang diperoleh akan lebih besar


33

daripada beban hutangnya. Rasio ini meliputi: Debt Ratio, Debt to Equity

Ratio , The debt to total capitalization, Time interest earned, Total debt

coverage dan Overall coverage ratio. (Syamsuddin, 2009: 53-59)

Dari ketiga rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan

analisis kinerja perusahaan meliputi:

1. Return On Asset (ROA)

Analisis Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa

diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan

menghasilkan laba pada masa-masa mendatang (Hanafi dan Halim, 2005: 165).

Return On Investment (ROI) atau yang sering disebut “Return On

Assets (ROA)” adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara

keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan

aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin

baik keadaan suatu perusahaan. (Syamsuddin, 2009: 63)

Analisa ROA dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat

penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif). Analisa ROA ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim

digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan. ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan

perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang


34

digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari

operasinya perusahaan (Net operating income) dengan jumlah investasi atau

aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net

Operating assets).(Munawir, 2007: 89)

Return On Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan

laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan demikian Return On Assets (ROA)

dapat dirumuskan menurut Syamsuddin (2009: 74) sebagai berikut:

ROA =

2. Earning Per Share (EPS)

Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan

calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share (EPS), karena

hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar

saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share

yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu

perusahaan. (Syamsuddin, 2009: 66)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham

dapat menghasilkan keuntungan untuk pemiliknya. Earning per share

dirumuskan dengan perbandingan antara laba siap bagi dengan total lembar

saham sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan per Desember.

Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.


35

Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan

perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya

EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya

EPS suatu perusahaan bisa dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan

laporan rugi laba perusahaan (Tandelilin 2007: 241). Rumus untuk menghitung

EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

EPS =

Disamping rumus diatas, juga bisa menghitung EPS perusahaan dengan

menggunakan rumus berikut:

EPS = ROE x Nilai buku per lembar saham

= x

3. Deviden Per Share (DPS)

Deviden Per Share (DPS) menggambarkan berapa jumlah pendapatan

per lembar saham (EPS) yang akan didistribusikan (Syamsuddin, 2009: 67).

Deviden merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.

Pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan prospek tingkat keuntungan

yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan tingkat pembayaran deviden

dapat menjadi informasi yang kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab

deviden juga dianggap sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam

perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini

dan masa yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik

turun besarnya deviden yang dibagikan. (Halim, 2005: 21)


36

Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayar dapat menjadi

informasi yang kurang baik bagi perusahaan karena deviden merupakan tanda

tersedianya laba saat ini dan masa mendatang. Dengan anggapan tersebut,

harga saham akan menjadi turun, karena banyak pemegang saham akan

menjual sahamnya. Dividend Per Share menghitung seberapa besar dividen

yang akan diterima oleh investor pada setiap lembar saham yang dimiliki.

Dengan demikian Deviden Per Share (DPS) dapat dirumuskan menurut

Syamsuddin (2009: 75) sebagai berikut:

DPS =

4. Acid Test Ratio atau Quick Ratio

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena

persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang

kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir menjadi uang kas,

walaupun kenyataan bahwa persediaan lebih likuid dari pada piutang

(Munawir, 2007: 74).

Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya

rendah, sering mengalami fluktuasi harga dan unsur aktiva lancar ini sering

menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi Quick Ratio lebih baik dalam

mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Quick Ratio yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu). (Sawir,

2005: 10)
37

Dengan demikian Acid Test Ratio dapat dirumuskan menurut

Syamsuddin (2009: 75) sebagai berikut:

Acid Test ratio =

5. Debt Ratio

Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh

kreditur. Semakin tinggi Debt Ratio semakin besar jumlah modal pinjaman

yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini

dihitung sebagai berikut (Syamsuddin, 2009: 54):

Debt Ratio =

Ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio

keuangan perusahaan, diantaranya yaitu (Syamsuddin, 2009:39):

a) Cross Sectional Approach

Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan

jalan membandingkan ratio-ratio antara perusahaan yang satu perusahaan

yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk suatu perusahaan

dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pembandingan dengan

cara Cross sectional approach ini juga dapat dilakukan dengan jalan

membandingkan ratio finansial perusahaan dengan ratio rata-rata industri

(the firm’s ratio to industry average).


38

b) Time Series Analysis

Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan ratio-

ratio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Pembandingan antara ratio yang dicapai saat ini dengan ratio-ratio pada

masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan

atau kemunduran. Perkembangan perusahaan akan dapat dilihat pada trend

dari tahun ke tahun, sehingga dengan melihat perkembangan ini perusahaan

dapat membuat rencana-rencana untuk masa depannya. Tersirat dalam

pengertian ini bahwa perkembangan suatu perusahaan haruslah

dibandingkan dengan masa lalunya. Setiap perkembangan-perkembangan

yang tidak diingini haruslah segera diperbaiki dan diarahkan pada tujuan

yang telah ditetapkan semula. Time series analysis juga sangat membantu

dalam menilai kewajaran (reasonableness) dari laporan-laporan keuangan

yang diproyeksikan.

Dalam Islam, kelahiran manusia diibaratkan kertas putih yang bersih,

dia sendiri yang akan mewarnai kehidupannya, karena itu seseorang muslim

harus berusaha dan bekerja keras, Allah SWT yang menentukan. Sebagaimana

yang digambarkan dalam Al-Qur’an surat al-Ra’du ayat 11:

            

              

          
39

Artinya:

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Penilaian kinerja keuangan dalam Islam menjelaskan bahwa setiap

amalan harus memenuhi peraturan-peraturan serta petunjuk yang telah

ditetapkan syar’i seperti yang digambarkan dalam al-Qur’an dalam surat al-

Kahfi (30):

         


 

  


Artinya:
“Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kami benar-
benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan
yang baik itu.”

Di dalam penilaian kinerja tentunya diharapkan tercapainya keefektifan

dan keefesienan perencanaan kegiatan ataupun anggaran (target) dengan

realisasinya. Dalam firman Allah Surat al-Furqon ayat 76 yang menerangkan

tentang anjuran untuk membelanjakan harta atau mengalokasikan dana dengan

tepat dan sesuai, yaitu:

         

 
40

Artinya:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian.”

Pentingnya pencatatan laporan keuangan di dalam Islam dapat

tercermin dalam Surat al-Baqarah 282:

          

          

           

            

          

          

         

            

            

        

           
41

             

    

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)
atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa
bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika
kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.

Terjemahan ayat tersebut di atas secara tegas Allah mengajarkan

kepada manusia, bahwa apabila manusia melakukan kegiatan bermuamalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka harus melakukan

pencatatan. Kegiatan bermuamalah dalam rangka bisnis, memiliki makna

“berutang piutang.” Utang piutang pada intinya adalah berhubungan Langsung

dengan transaksi dagang. Di samping itu, juga memiliki makna pinjaman


41

kepada pihak lain apakah itu kepada perorangan maupun lembaga. Dalam

konteks inilah Al-Qu’ran mengajarkan agar atas seluruh transaksi pinjam

meminjam atau jual beli dilakukan penulisan atau pencatatan. Dalam Al-

Qur’an surat Al-Baqarah 282 kita melihat bahwa tekanan Islam dalam

kewajiban melakukan pencatatan adalah (Harahap, 2004: 142):

1) Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar

nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.

2) Menjaga agar tidak terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam transaksi

maupun hasil dari transaksi itu (laba).

Dalam surat Al-Baqarah (282) juga mengandung tiga prinsip sistem

akuntansi syariah, diantaranya yaitu (Muhammad, 2005: 11-12):

a) Prinsip Pertanggungjawaban

Banyak Al-Qur’an yang menjelaskan tentang proses

pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah di muka bumi.

Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat

dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang

telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terikat. Wujud

pertanggungjawaban biasanya dalam bentuk laporan akuntansi. Prinsip

pertanggungjawaban dijelaskan dalam hadits Bukhari (2368):

َ ‫ﺣ َ ﺪ ﱠﺛ َﻨ َﺎﻣ ُ ﺴ َ ﺪ ﱠ د ٌﺣ َ ﺪ ﱠﺛ َﻨ َﺎﯾ َﺤ ْ ﯿ َﻰﻋ َﻦ ْ ﻋ ُ ﺒ َﯿ ْﺪ ِﷲ ﱠ ِﻗ َﺎل َﺣ َ ﺪ ﱠﺛ َﻨ ِﻲ ﻧ َﺎﻓ ِﻊ ٌﻋ َﻦ ْ ﻋ َ ﺒ ْﺪ ِﷲ ﱠ ِر َ ﺿ ِ ﻲ‬


ْ ‫ﷲ ﱠ ُ ﻋ َﻨ ْ ﮫُأ َن ﱠر َ ﺳ ُﻮل َﷲ ﱠ ِ ﺻ َ ﻠ ﱠﻰﷲ ﱠ ُﻋ َﻠ َﯿ ْ ﮫو ِ َ ﺳ َﻠ ﱠﻢ َ ﻗ َﺎل َﻛ ُﻠ ﱡﻜ ُﻢ ْر َ اع ٍﻓ َﻤ َ ﺴ ْﺌ ُﻮل ٌﻋ َﻦ‬
‫َﺎﻷ ْ َﻣ ِﯿﺮ ُاﻟ ﱠ ﺬ ِي ﻋ َﻠ َﻰاﻟﻨ ﱠﺎس ِر َ اع ٍو َ ھ ُﻮ َﻣ َ ﺴ ْﺌ ُﻮل ٌﻋ َﻨ ْ ﮭُﻢ ْ و َﺮاﻟ ﱠ ﺟ ُ ﻞ ُر َ اع ٍ ﻋ َﻠ َﻰ‬ ِ ‫ر َ ﻋ ِ ﯿﱠﻓﺘ ِﮫ‬
َ ‫أ َ ھ ْﻞ ِ ﺑ َﯿ ْﺘ ِﮫ ِو َ ھ ُﻮ َﻣ َ ﺴ ْﺌ ُﻮل ٌﻋ َﻨ ْوﮭَُﻢ ْاﻟ ْﻤ َﺮ ْ أ َة ُر َ اﻋ ِ ﯿ َﺔ ٌ ﻋ َﻠ َﻰ ﺑ َﯿ ْ ﺖ ِ ﺑ َﻌ ْ ﻠ ِﮭو ََﺎ و َ ﻟ َﺪ ِ ه ِو َ ھ ِﻲ‬
43

ٍ ‫ﻣ َ ﺴ ْﺌ ُﻮﻟ َﺔ ٌﻋ َﻨ ْ ﮭُﻢوْ َ اﻟ ْ ﻌ َ ﺒ ْ ﺪ ُر َ اع ٍ ﻋ َﻠ َﻰﻣ َ ﺎل ِﺳ َ ﯿﱢﺪ ِ ه ِو َ ھ ُﻮ َﻣ َ ﺴ ْﺌ ُﻮل ٌ ﻋ َﻨ ْأﮫَُﻻ ﻓَ َﻜ ُﻠ ﱡﻜ ُﻢ ْر َ اع‬


ِ ‫و َ ﻛ ُﻠ ﱡﻜ ُﻢ ْﻣ َ ﺴ ْﺌ ُﻮل ٌﻋ َﻦ ْر َ ﻋ ِ ﯿﱠﺘ ِﮫ‬
Sesungguhnya Rasulallah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban dari yang dipimpin, seorang pemimpin
yang memimpin manusia akan dimintai pertanggungjawaban, laki-laki
pemimpin keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban, perempuan
pemimpin atas rumah tangga dan anaknya, ia akan dimintai
pertanggungjawaban, budak bertanggungjawab atas harta tuannya dan akan
dimintai pertanggungjawaban, ingatlah, setiap individu adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban.”

b) Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting

dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang

secara inheren melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia

itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam

setiap aspek kehidupannya. Kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi

mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, berkaitan dengan praktik moral,

yaitu kejujuran, yang merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa

kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan

sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat lebih fundamental

(dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah dan moral). Pengertian kedua

inilah yang lebih merupakan sebagai pendorong untuk melakukan upaya-

upaya dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju pada bangunn

akuntansi (alternatif) yang lebih baik. Prinsip keadilan dijelaskan dalam surat

al-An’am 152:
44

           

          

            

    


Artinya:
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka
hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.

Hadits Muslim 3010:

َ ‫ﺛ َﻨ َﺎ ﯾ َﺤ ْ ﯿ َﻰ ﺑ ْﻦ ُﺣ َﯾﺪ ﱠَﺤ ْ ﯿ َﻰ و َ ﻋ َﻤ ْ ﺮ ٌو اﻟﻨ ﱠﺎﻗ ِﺪ ُ و َ اﻟﻠ ﱠﻔ ْﻆ ُ ﻟ ِﯿ َﺤ ْ ﯿ َﻰ ﻗ َﺎل َ ﻋ َﻤ ْ ﺮ ٌو ﺣ َ ﺪ ﱠﺛ َﻨ َﺎ و َ ﻗ َﺎل‬


‫َﺧَﺔ َ ﻋ َﻦ ْ اﺑ ْﻦ ِ أ َﺑ ِﻲ ﻧ َﺠ ِ ﯿﺢ ٍ ﻋ َﻦ ْ ﻋ َ ﺒ ْ ﺪ ِ ﷲ ﱠ ِ ﺑ ْﻦ ِ ﻛ َ ﺜ ِﯿﺮ ٍ ﻋ َﻦ ْ أ َﺑ ِﻲ‬ ‫ْ ﺒ َﺮ َ ﻧ َﺎ ﺳُﻔ ْ ﯿ َﺎن ُﯾ ﺑَﺤ ْْﻦﯿُ َﻰﻋ ُأﯿ َﯿ ْﻨ‬
َ ‫ﱠﺎس ٍﺻ َ ﻠ ﱠﻰ ﷲ ﱠ ُ ﻋ َﻠ َﯿْﮫ ِ و َ ﺳ َﻠ ﱠﻢ َ اﻟ ْﻤ َ ﺪ ِﯾﻨ َﺔ َ و َ ھ ُﻢ ْ ﯾُﺴ ْ ﻠ ِﻔ ُﻮن‬‫ْﻦ ِ اﻟﻨﻋ َﱠﺒﺒ ِﻲ ﱡ‬
َ ‫اﻟ ْﻤ ِﻨ ْ ﮭ َﺎل ِ ﻗﻋَﺎل ََﻦ ْ ﻗ َاﺪﺑِم‬
ٍ ‫ﺜ ﱢﻤ َ ﺎر ِ اﻟﺴﱠﻨ َﺔ َ و َﻓاﻟِﻲﺴﱠﻨ َاﺘ َﯿ ْﻦ ِ ﻓ َﻘ َﺎل َ ﻣ َﻦ ْ أ َﺳ ْﻠ َﻒ َ ﻓ ِﻲ ﺗ َﻤ ْﺮ ٍ ﻓ َﻠ ْ ﯿُﺴ ْ ﻠ ِﻒ ْ ﻓ ِﻲ ﻛ َ ﯿ ْﻞ ٍ ﻣ َ ﻌ ْﻠ ُﻮم‬
ٍ ‫و َ و َ ز ْ ن ٍ ﻣ َ ﻌ ْﻠ ُﻮم ٍ إ ِﻟ َﻰ أ َﺟ َﻞ ٍ ﻣ َ ﻌ ْﻠ ُﻮم‬

Dari Ibnu Abbas: “Nabi datang ke Madinah, mereka memesan kurma 1-2
tahun.” Nabi bersabda: “Barang siapa yang memesan kurma maka takaran
timbangan, dan waktu harus diketahui.”

c) Prinsip Kebenaran

Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip

keadilan. Sebagai contoh misalnya, dalam akuntansi kita akan selalu

dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran, dan pelaporan. Aktivitas

ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai
45

kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,

mengukur, dan melaporkan transaksi-transakis ekonomi. Prinsip kebenaran

dijelaskan dalam Hadits Ibnu Majah (2130):

‫َﺣ ْ ﻤ َ ﺪ ُ ﺑ ْﻦ ُ ﺳ ِ ﻨﺣ ََﺎنﺪ ٍﱠﺛ َﻨ َﺎﺣ َ أﺪ ﱠﺛ َﻨ َﺎ ﻛ َ ﺜ ِﯿﺮ ُ ﺑ ْﻦ ُ ھ ِﺸ َﺎم ٍ ﺣ َ ﺪ ﱠﺛ َﻨ َﺎ ﻛ ُﻠ ْﺜ ُﻮم ُ ﺑ ْﻦ ُ ﺟ َﻮ ْ ﺷ َﻦ ٍ اﻟ ْﻘ ُﺸ َ ﯿ ْﺮ ِي ﱡ‬


َ ‫َﻦ ْ ﻋأ ََﻦ ْ اﺑ ْﻦ ِ ﻋ ُﻤ َﺮ َ ﻗ َﺎل َ ﻗ َﺎل َ ر َ ﺳ ُﻮل ُ ﷲ ﱠ ِ ﺻ َ ﻠ ﱠﻰ ﷲ ﱠ ُ ﻋ َﻠ َﯿ ْﮫ ِ و َ ﺳ َﻠ ﱠﻢ‬ ٍ ‫ﯾﱡﻮب َ ﻋ َﻦ ْ ﻧ َﺎﻓﻋِﻊ‬
ِ ‫ﺘ ﱠﺎﺟ ِ ﺮ ُ اﻷ ْ َﻣ ِﯿﻦ ُ اﻟﺼ ﱠ ﺪ ُوق ُ اﻟ ْﻤ ُ ﺴ ْ ﻠ ِﻢ ُ ﻣ َ ﻊ َ اﻟﺸ ﱡ ﮭ َﺪ َاء ِ ﯾ َﻮ ْ م َ اﻟ ْ ﻘ ِﯿ َﺎﻣ َ ﺔ‬
Rasulullah SAW bersabda: “Pedagang yang terpercaya, jujur dan Muslim
bersama syuhada di hari kiamat.”

2. Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (1997:420), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh

manajemen untuk :

a) Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara umum.

b) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti:

promosi, transfer, dan pemberhentian.

c) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

karyawan.

d) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.

e) Menyadiakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.


46

3. Ukuran Kinerja Keuangan

Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur

kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu: (Mulyadi, 1997:435-436)

a. Ukuran kriteria tunggal (Single Criterium)

Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya

menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.

b. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criterium)

Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan

kriteria tunggal dalam pemgukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam ini

adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada

berbagai kriteria kinerja.

c. Ukuran kriteria gabungan (Composite Criterium)

Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai

macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam

pengukuran kinerja.

2.2.2 Harga Saham

Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-asset

perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu

perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan

kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua

kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang

cukup popular diperjualbelikan di pasar modal. (Tandelilin, 2007:18)


47

Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga

para pemegang saham berhak pula menentukan arah kebijakan perusahaan

melalui rapat umum pemegang saham. Besarnya risiko yang ditanggung

pemegang saham adalah sebesar jumlah saham yang dimiliki apabila

perusahaan itu bangkrut.

Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalah

bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan

peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang

akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada

beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas disini, yaitu

nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis /intrinsic value, dan

harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih

ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan

bersih ekonomis merupakan selisih total aktiva dengan total kewajiban. Harga

pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga teoritis

adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah

harga yang tercantum pada saham biasa. (Halim, 2005: 20)

Faktor yang menentukan perubahan harga saham adalah karena

jumlah permintaan dan penawaran akan saham yang terjadi di pasar bursa.

Seperti yang dikemukakan oleh Martono dan Harjito (2007; 373), ”Harga

saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh penawaran

dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran merupakan

manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.” Sedangkan Menurut Arifin


48

dalam Denny (2008), ”Faktor yang menentukan perubahan harga saham

yaitu kondisi fundamental emiten, permintaan dan penawaran, tingkat suku

bunga, valuta asing, dana asing, indeks harga saham gabungan, dan rumors.”

Menurut Resmi dalam Uni (2006: 5) menyatakan Variasi harga saham

akan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan,

disamping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Kinerja

keuangan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham dipasar modal.

Berarti return saham juga ditentukan oleh kinerja keuangan perusahaan

Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang

baik, maka sahamnya akan diminati investor dan harganya meningkat

(Harianto dan Sudomo dalam Uni, 2006: 5). Dengan meningkatnya harga

saham tentunya return saham yang diterima investor juga meningkat. Untuk

itu investor perlu melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan.

Dari segi boleh apa tidaknya bertransaksi dengan saham, saham

terbagi menjadi tiga macam (Syahatah dan Fayyadh, 2004: 16-19):

1. Saham perusahaan yang beroperasi dalam hal-hal yang halal dan baik,

modalnya bersih dari riba dan penyucian harta kotor serta tidak

memberikan salah satu pemegang sahamnya keistimewaan materi atas

pemegang saham lainnya.

2. Saham perusahaan yang yang beroperasi dalam hal yang diharamkan dan

menjijikkan, atau modalnya merupakan harta haram dari mana

pun asalnya, atau perusahaan tersebut memberikan keistimewaan materi

bagi sebagian pemegang saham seperti keistimewaan dalam bentuk


49

pengembalian modal lebih dulu ketika perusahaan dilikuidasi atau

keistimewaan atas hak tertentu dalam keuntungan (dividen).

3. Saham perusahaan yang operasionalnya bercampur antara yang halal dan

yang haram.

Ulasan berikut membahas hukum syara’ atas masing-masing jenis

saham tersebut.

1. Saham perusahaan yang beroperasi dalam hal-hal yang halal dan baik,

bersih dari hal-hal kotor baik dalam operasionalnya maupun hasil

produksinya.

Menanam saham dalam perusahaan seperti ini adalah boleh secara syari’,

bahkan sangat dianjurkan dan disenangi (sunnah), karena adanya manfaat

yang diraih dan kesuksesan yang bisa dihindari dengan saham tersebut.

Perdagangan (jual beli) saham-saham perusahaan tersebut, aktifitas

mediator, publikasi saham dan pendaftarannya serta ikut memperoleh

bagian dari keuntungannya, semua itu diperbolehkan.

2. Saham perusahaan yang beraktifitas dalam hal-hal yang diharamkan,

seperti perusahaan-perusahaan minuman keras, baik produsen, distributor

atau pengimpor (pemasok dari luar negeri), perusahaan yang

memproduksi daging babi, perusahaan pinjam meminjam berdasarkan

riba seperti bank-bank ribawi, perusahaan seni yang terlarang,

perusahaan perjudiaan, pengelola prostitusi dan perusahaan yang

membekali musuh dengan dana dan komoditas strategis yang digunakan

untuk memerangi umat Islam, baik berupa senjata atau lainnya, dan jenis-
50

jenis usaha lainnya yang telah dinash oleh syariah Islam atas

keharamannya.

Begitu juga jika modal perusahaan tersebut berasal dari riba atau dari riba

harta kotor dan pendapatan dari kejahatan seperti harta hasil curian,

penipuan dan yang sejenisnya. Hal yang sama juga berlaku jika saham

tersebut memberi keistemewaan materi bagi pemegangnya atas

pemegang saham lainnya (saham preferen). Semua yang disebutkan

diatas diharamkan secara syari’, sehingga tidak boleh menanam saham

dalam perusahaan-perusahaan seperti itu, begitu juga menjadi pialang

dalam sahamnya, mengedarkan dan mencatatkannya dalam pasar.

3. Saham perusahaan yang bercampur antara yang halal dan haram, seperti

jika aktifitas dan modal perusahaan tersebut halal, hanya saja perusahaan

tersebut memakai pinjaman ribawi untuk mendanai sebagian aktifitasnya,

atau operasional perusahaan tersebut berdasarkan akad-akad yang haram.

Perusahaan seperti ini sangat banyak dijumpai dewasa ini, bahkan sedikit

sekali kita dapati aktifitas yang murni halal karena dominannya sistem

dan undang-undang konvensional (kufur) dalam masyarakat muslim,

sehingga tidak ada satu perusahaan pun atau suatu aktifitas pun yang bisa

menghindarkan diri dari riba, suap atau akad-akad yang batil.

Para fuqaha (ahli hukum Islam) kontemporer berbeda pendapat dalam

hal sejauh mana kebolehan perusahaan-perusahaan seperti ini. Diantara

mereka ada yang memenangkan segi al-wara’ dan at-tahawwuth (hati-hati)

serta melarang ikut andil dalam perusahaan-perusahaan tersebut atau


51

berinteraksi dengannya dalam bentuk apapun sebagai bentuk pemenangan

perkara yang haram atau sesuatu yang halal, karena sesuatu yang halal dan

yang haram jika berkumpul maka dimenangkan yang haram. Mereka yang

berpendapat seperti ini berdalilkan sejumlah nash-nash Al-Qur’an dan hadits

serta pendapat-pendapat para salaf yang mengajak kepada kewaraan dari yang

haram walaupun sedikit. Sebagian ulama’ ahli hukum yang lain

membolehkan dengan syarat kadar keharamannya lebih sedikit dari pada

kehalalannya dalam aktifitas dan modal perusahaan tersebut.

2.2.3 Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks

saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham

untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII

tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT

Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT

DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan

instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah

yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003.

Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang

digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa

Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga

puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar

tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100.


52

Dengan demikian indeks JII pada tanggal 1 Januari 1995 adalah

bernilai 100 (nilai ini merupakan nilai dasar). Perhitungan JII dilakukan oleh

BEJ dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan

yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan

indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustments) akibat

berubahnya data emiten yang disebabkan adanya corporate action.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan

investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan

memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk

melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung

proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII

menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai

syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin

menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana

ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih

portofolio saham yang halal. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta

_Islamic_Index)

Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan

Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII

harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan

Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-

saham tersebut dapat masuk ke JII:


53

1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong

judi atau perdagangan yang dilarang

2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,

termasuk perbankan dan asuransi konvensional

3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan

memperdagangkan makanan/minuman yang haram

4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan

menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat

JII merupakan indeks yang berisi dengan 30 saham perusahaan yang

memenuhi kriteria investasi berdasarkan Syariah Islam, dengan prosedur

sebagai berikut ini (Hartono, 2009: 106):

1) Saham dipilih harus sudah tercatat paling tidak 3 bulan terakhir, kecuali

saham yang termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

2) Mempunyai rasio utang terhadap aktiva tidak lebih dari 90% di laporan

keuangan tahunan atau tengah tahun.

3) Dari yang masuk kriteria nomer 1 dan 2, dipilih 60 saham dengan urutan-

urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.

4) Kemudian dipilih 30 saham dengan urutan tingkat likuiditas rata-rata

nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan

penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap

tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan

dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.


54

Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan

prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang

dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut

bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid. Sebagian

saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai

perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah.

2.3 Kerangka Berfikir


Faktor-faktor Yang
mempengaruhi harga
saham

Keadaan Fundamental Kondisi


Makro Emiten Psikologi

Perusahaan

Laporan Keuangan

Rasio Profitabilitas Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas

ROA EPS DPS Debt Ratio


(X2) Quick Ratio (X4)
(X1) (X3) (X5)

Harga Saham (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


55

Dalam kerangka berfikir tersebut dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi harga saham diantaranya yaitu keadaan makro,

fundamental emiten, kondisi psikologi pemodal dan lain sebagainya. Investor

dalam mengambil keputusan berinvestasi cenderung melihat kinerja

perusahaan dengan membandingkan laporan keuangan perusahaan satu dengan

perusahaan yang lain. Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber

informasi utama bagi kepentingan manajemen maupun dalam pengambilan

keputusan investasi bagi investor di pasar modal. Laporan keuangan ini akan

dianalisis dengan beberapa rasio keuangan, yaitu rasio profitabilitas, rasio

solvabilitas dan rasio likuiditas. Adapun variabel yang digunakan dari beberapa

rasio tersebut adalah. ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan

Debt Ratio. Dari hasil analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja

keuangan perusahaan tersebut, maka akan dilakukan pengujian terhadap

kesembilan varibel tersebut apakah berpengaruh terhadap perubahan harga

saham pada perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index JII periode 2007-

2009.

2.4 Hipotesis

Atas dasar kerangka berfikir, maka dapat dihipotesiskan sebagai

berikut:

1. Diduga bahwa ada pengaruh kinerja keuangan perusahaan (ROA, EPS,

DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio) secara parsial

maupun simultan terhadap harga saham di Jakarta Islamic Index (JII).


56

2. Diduga bahwa Return On Assets (ROA) merupakan variabel yang

berpengaruh paling dominan terhadap harga saham di Jakarta Islamic

Index (JII).

Gambar 2.4
Kerangka Konseptual

ROA (X1)

EPS (X2)

DPS (X3) Harga saham (Y)

Quick Ratio (X4)

Debt Ratio (X5)


= Simultan
= Parsial
57

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Data penelitian ini berupa data sekunder, jadi untuk lokasi penelitian

yang akan peneliti lakukan adalah mengambil data company profile, laporan

keuangan yang dipublikasikan, dan harga saham secara langsung di Internet

atau dengan mengunjungi pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, tidak

terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam

data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas, tetapi dengan mudah dapat

dianalisis, baik melalui rumus-rumus statistik maupun komputer. (Masyhuri

dan Zainuddin, 2008: 13).

Pendekatan penelitan ini menggunakan historical research (penelitian

sejarah. Historical research adalah penelitian yang bermaksud membuat

rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara

mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-

bukti untuk mendukung fakta dalam memperoleh kesimpulan yang kuat.


58

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua saham perusahaan yang

listing di Jakarta Islamic Index (JII) mulai tahun 2007 sampai dengan akhir

Desember 2009, yaitu 30 perusahaan (lihat lampiran 1). Penentuan sampel

dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling yaitu sampel

dipilih berdasarkan kriteria–kriteria tertentu, dengan tujuan agar diperoleh

sampel yang representative dengan penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2005:

78).

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian, bermutu tidaknya hasil penelitian akan ditentukan

juga oleh penarikan sampel. Sebab apabila sampel yang diambil salah, maka

penelitian dikatakan gagal. Agar tidak gagal, peneliti harus pandai-pandai

memilih metode penarikan sampel setepat mungkin dan dapat memberikan

hasil sebaik mungkin (Masyhuri dan Zainuddin, 2008: 167). Dalam penelitian

ini untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling, dengan kriteria- kriteria sebagai berikut:

a) Saham perusahaan yang tetap aktif di JII selama periode Januari 2007

sampai dengan Desember 2009 secara berturut-turut

b) Perusahaan emiten menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2007–2009

Dari 30 perusahaan yang listing di JII selama periode 2007-2009,

terdapat sembilan perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai sampel

penelitian. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah

sebagai berikut:
59

Tabel 3.1
Sampel Penelitian

No kode Nama Perusahaan


1 AALI PT. Astra Agro Lestari, Tbk
2 ANTM PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk
3 BUMI PT. Bumi Resources, Tbk
4 INCO PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk
5 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
6 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk
7 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
8 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
9 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk
Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti

3.5 Data dan Jenis Data

Sumber data penelitian terdiri dari sumber data primer dan sekunder

(Indriantoro dan Supomo, 2002: 146). Data penelitian ini menggunakan data

dari periode 2007 sampai 2009, Penelitian ini menggunakan data sekunder

perusahaan- perusahaan yang listing di JII. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dalam bentuk jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya

dalam bentuk publikasi. Misalnya data company profile, laporan keuangan

yang dipublikasikan, dan harga saham. Sumber data utama yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang

dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap besaran atau

variabel yang diwakilinya. Sebagian data bersifat kualitatif yaitu data yang

bukan berbentuk angka. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data
60

sekunder dimana data telah tersedia di laporan keuangan yang terdapat dalam

Indonesian Capital Market Directory, BEI, Pojok Bursa, Website.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode

dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah merupakan

pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen–dokumen

atau arsip–arsip yang relevan dengan masalah yang diteliti misalnya laporan

keuangan, data tentang perusahaan, dll. Data sukender yang dibutuhkan yang

selanjutnya diolah sesuai kebutuhan peneliti, sedangkan studi pustaka adalah

metode yang dilakukan dengan cara mencari teori–teori yang relevan dengan

pokok bahasan dan telaah terhadap teori tersebut.

3.7 Definisi Operasional Variabel

Untuk menguji hipotesis, variabel-variabel yang akan diteliti perlu

diberikan batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya. Adapun

variabel -variabel tersebut terdiri dari dua variabel independen dan satu

variabel dependen, yaitu:

1) Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaannya tidak

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, antara lain:

a. Return On Aset (ROA) sebagai variabel independen kesatu (X1)

Analisis Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini


61

kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan

perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang (Hanafi dan

Halim, 2005: 165).

Return On Assets menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan demikian

Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan menurut Syamsuddin (2009:

74) sebagai berikut:

ROA =

b. Earning Per Share (EPS) sebagai variabel independen ketiga (X2)

Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan

keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak

mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan

keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa dihitung

berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan

(Tandelilin 2007: 241). Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan

adalah sebagai berikut:

EPS =

Disamping rumus diatas, juga bisa menghitung EPS perusahaan

dengan menggunakan rumus berikut:


62

EPS = ROE x Nilai buku per lembar saham

= x

c. Dividend per share (DPS) sebagai variabel independen keempat (X3)

Dividend Per Share menghitung seberapa besar dividen yang akan

diterima oleh investor pada setiap lembar saham yang dimiliki. Dengan

demikian Deviden Per Share (DPS) dapat dirumuskan menurut

Syamsuddin (2009: 75) sebagai berikut:

DPS =

d. Acid Test Ratio atau Quick Ratio sebagai variabel independen ketujuh

(X4)

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan

persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk

direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat

direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataan bahwa persediaan lebih

likuid dari pada piutang (Munawir, 2007: 74). Dengan demikian Acid Test

Ratio dapat dirumuskan menurut Syamsuddin (2009: 75) sebagai berikut:

Acid Test ratio =

e. Debt Ratio sebagai variabel independen kedelapan (X5)

Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai

oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal
63

pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan. Rasio ini dihitung sebagai berikut (Syamsuddin, 2009: 54):

Debt Ratio =

2) Variabel dependen yaitu variabel tidak bebas yang keberadaannya

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Variabel dependen yang

digunakan adalah harga saham sebagai variabel (Y). Harga saham dalam

penelitian ini adalah rata-rata harga saham pada saat closing price.

3.8 Model Analisis Data

Agar mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan

penelitian, maka diperlukan metode analisis data yang benar. Metode analisa

data pada penelitian ini adalah :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai

distribusi normal atau tidak. Proses uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Uji normalitas dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data

(titik) pada normal P plot of regression standazzed residual variabel

independent, dimana :

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenihi asumsi normalitas.


64

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data

normal atau mendekati normal.

2. Uji Asumsi Klasik

Metode regresi persamaan kuadrat terkecil digunakan jika asumsi

klasik telah terpenuhi, Analisis regresi linear berganda perlu menghindari

penyimpangan asumsi klasik agar nantinya tidak timbul masalah dalam

melakukan analisis. Model asumsi klasik telah terpenuhi bila (Uni, 2006: 46-

49):

a. Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikolinearitas

diantara variabel-variabel bebas yang berada dalam satu model. Pengujian

asumsi ini untuk menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel-

variabel bebas dalam model regresi maupun untuk menunjukkan ada

tidaknya derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel-veriabel bebas.

Jika antar variabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut

multikolinearitasnya sempurna (perfect multicoliniarity), yang berarti model

kuadrat terkecil tersebut tidak dapat digunakan.

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas

pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor), yaitu:


65

1. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa

tidak terdapt multikolinearitas pada penelitian tersebut.

2. Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa

terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu

pengamatan dengan pengamatan yang lain berbeda disebut

heteroskedastisitas, sedangkan model yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefesien korelasi

Rank Spaerman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi

dengan semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari

0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas

dan sebaliknya berarti non heteroskedastisitas atau homokedastisitas.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefesien korelasi Rank

Spaerman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi

dengan semua variabel bebas.

c. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota serangkaian

observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam

rangkaian ruang (Sumodiningrat, 1999:231). Konsekuensi dari adanya


66

autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat

menggambarkan varians populasinya.

Untuk mendeteksi adanya Autokorelasi digunakan nilai Durbin

Watson, adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut (Setiaji dalam

Handoko, 2008:41):

a) Jika nilai D-W dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada Autokorelasi positif;

b) Jika nilai D-W diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada Autokorelasi;

c) Jika nilai D-W diatas 2,5 sampai 4 berarti ada Autokorelasi negatif.

3. Analisis Regresi

Analisis data untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis

regresi berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA), Earning Per Share

(EPS), Deviden Per Share (DPS), Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt

Ratio terhadap harga saham.

Adapun bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana:

Y = Perubahan harga Saham

α = Konstanta

b1s/d b5 = Koefisien Regresi

X1 = ROA

X2 = EPS

X3 = DPS
67

X4 = Acid Test Ratio atau Quick Ratio

X5 = Debt Ratio

e = Faktor pengganggu

Agar dalam analisis regresi diperoleh model regresi yang bisa

dipertanggungjawabkan, asumsi-asumsi berikut harus dipenuhi (Resmi dalam

Uni, 2006: 45 ):

1) Terdapat hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat.

2) Besarnya varians error (faktor pengganggu) bernilai konstan untuk

seluruh nilai variabel bebas (bersifat homoscedasticity).

3) Independensi dari error (non-autocorrelation).

4) Normalitas dari distribusi error.

5) Multikolinearitas yang sangat rendah.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji pengaruh dari variabel-

variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara parsial dengan

menggunakan uji t (t-test) maupun secara serempak dengan menggunakan uji

F (F-test) (Uni, 2006: 43-45).

a. Uji Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara individu

variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat dengan

asumsi variabel bebas nilainya konstan. Pengujian ini dilakukan berdasarkan

perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel


68

(nilai kritis) dengan tingkat signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = (n-

k-1), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel.

1) Jika thitung < ttabel (n-k-1), maka Ho diterima artinya variabel independent

(ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependent (harga Saham).

2) Jika thitung > ttabel (n-k-1), maka Ho ditolak dan menerima Ha artinya

variabel independent (ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio

dan Debt Ratio) berpengaruh terhadap variabel dependent (Harga

Saham).

b. Uji Simultan (Uji- F)

Uji Simultan (Uji F-statistik) digunakan untuk menguji besarnya

pengaruh dari seluruh variabel independent (ROA, EPS, DPS, Acid Test

Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio) secara bersama-sama atau simultan

tehadap variabel dependent (harga Saham). Pembuktian dilakukan dengan

cara membandingkan nilai F kritis (Ftabel) dengan (Fhitung) yang terdapat pada

tabel analysis of variance.

Untuk menentukan nilai Ftabel , tingkat signifikan yang digunakan

sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan

(k-1) dimana n adalah jumlah observasi, kriteria uji yang digunakan adalah:

1) Jika Fhitung < Ftabel (k-1, n-k), maka Ho diterima artinya secara statistik

dapat dibuktikan bahwa variabel independent (ROA, EPS, DPS, Acid

Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio) tidak berpengaruh terhadap

variabel dependent (Harga Saham).


69

2) Jika Fhitung > Ftabel (k-1, n-k), maka Ho ditolak dan Ha (Hipotesis

alternative) diterima, artinya secara simultan dapat dibuktikan semua

variabel independent (ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick

Ratio dan Debt Ratio) berpengaruh terhadap variabel dependent (Harga

Saham).
2
5. Koefisien Determinasi (R )

Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat

digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara dua variabel. Nilai

koefisien determinasi yang biasanya diberi simbol R2 menunjukkan hubungan

pengaruh antara dua variabel yaitu variabel independent (ROA, EPS, DPS,

Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt Ratio ) dan variabel dependent
2
(Harga Saham) dari hasil perhitungan tertentu. Sedangkan r digunakan untuk

mengukur derajat hubungan antara tiap variabel X terhadap variabel Y secara

parsial (Sudjana,2002: 383).


70

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Paparan Data Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT. Bursa Efek

Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Danareksa Invesment Management (DIM)

telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan Syariah Islam,

yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini dimaksudkan untuk digunakan

sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada

saham dengan basis syariah.

Indeks ini terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam dan

merupakan tolok ukur kinerja suatu investasi saham berbasis syariah. Syarat

pemilihan saham pada umumnya sama dengan LQ-45, namun lebih

ditekankan pada jenis usaha emiten yang tidak boleh bertentangan dengan

syariah Islam. Dari sisi industri seperti bukan usaha yang tergolong judi,

bukan lembaga keuangan konvensional, bukan usaha yang memproduksi,

mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman yang tergolong

haram, dan bukan usaha yang memproduksi, mendistribusi atau menyediakan

barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat (Subagja dalam

Wanalita, 2007: 14-15).

Saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham yang

operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi, permodalan perusahaan juga


71

bukan mayoritas dari hutang. Maka saham-saham JII ini pada umumnya

mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang

berlebihan, dengan kata lain debt-to equity rasionya masih proporsional

sehingga sangat menjanjikan untuk investasi jangka menengah-panjang.

Pengelolaannya juga dinilai transparan dan kredibel serta menghormati

pemegang sahamnya. Saham-saham anggota JII sebagian besar juga anggota

indeks lainnya hanya ada sedikit kriteria syariah tersebut. Indeks JII seperti

indeks modern lainnya, bersifat dinamis dalam arti secara periodik di update

agar senantiasa responsif dengan pergerakan pasar dan sesuai dengan syariah.

Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

investor untuk mengembangkan investasi secara syariah. Penentuan kriteria

pemilihan saham dalam JII melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT.

Danareksa Invesment Management.

Perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) yang memenuhi

kriteria sebagai sampel penelitian selama periode penelitian tahun 2007-

2009, antara lain:

1) PT. Astra Agro Lestari, Tbk

PT. Astra Agro Lestari, Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama

PT. Suryaraya Cakrawala berdasarkan Akta Notaris Ny. Rukmasanti

Hardjasatya, S.H., No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah

menjadi PT. Astra Agro Niaga berdasarkan Akta perubahan No. 9 tanggal 4

Agustus 1989 dari notaris yang sama. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah perkebunan,


72

perdagangan umum, perindustrian, pengangkutan, jasa dan konsultan.

Perusahaan mempunyai investasi pada anak perusahaan yang bergerak

dalam bidang perkebunan dan industri kelapa sawit dan karet. Kantor pusat

Perusahaan dan anak perusahaan (Grup) berlokasi di Jalan Pulo Ayang Raya

Blok OR no. 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa

sawit Perusahaan seluas 4.059 hektar (2007: kelapa sawit dan karet masing-

masing 4.032 hektar dan 67 hektar) berlokasi di Kalimantan Selatan dan

pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik

pengolahan anak perusahaan berlokasi di pulau Jawa,Sumatra, Kalimantan,

dan Sulawesi.

2) PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang, Tbk

(Perusahaan) didirikan dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka

Tambang” di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968. Pendirian tersebut diumumkan

dalam Tambahan No. 36, Berita Negara No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada

tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun

1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan

Negara Perseroan Terbatas (Perusahaan Perseroan) dan sejak itu dikenal

sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.

Berdasarkan Pasal 3 AD Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian,

serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan


73

jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian tersebut. Perusahaan mulai

beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968.

3) PT. Bumi Resources, Tbk

PT. Bumi Resources Tbk, (Perusahaan) didirikan di Republik

Indonesia pada tanggal 26 Juni 1973 berdasarkan Akta No. 130 dan No. 103

tanggal 28 Nopember 1973, keduanya dibuat dihadapan Djoko Soepadmo,

S.H., notaris di Surabaya dan mendapat persetujuan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 12 Desember 1973 melalui

surat keputusan No. Y.A.5/433/12 dan didaftarkan di Buku Register

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya No. 1822/1973, No. 1823/ 1973,

No. 1824/1973 tanggal 27 Desember 1973, serta diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia No. 1 tanggal 2 Januari 1974, Tambahan No. 7.

Perusahaan memulai kegiatan operasi secara komersialnya pada tanggal 17

Desember 1979.

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara

(termasuk pertambangan dan penjualan batubara) dan eksplorasi minyak.

Kantor pusat Perusahaan beralamat di Gedung Wisma Bakrie 2 Lantai 7,

Jalan H. R. Rasun Said Kav. B-2, Jakarta 12920.

4) PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk

PT. International Nickel Indonesia, Tbk (PT Inco atau Perseroan)

didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dengan akta notaris Eliza Pondaag, No.

49 di Jakarta. Anggaran Dasar Perseroan disetujui oleh Menteri Kehakiman


74

dalam Surat Keputusan No. JA5/69/18 tanggal 26 Juli 1968 dan diumumkan

dalam Berita Negara No. 62 tanggal 2 Agustus 1968. Anggaran Dasar

Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan dan yang terakhir

diubah dengan akta Nomor 56 tanggal 13 Agustus 2008 yang dibuat

dihadapan Poerbaningsih Adi Warsito S.H., notaris di Jakarta yang memuat

tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan dalam rangka menyesuaikan

dengan Undang- Undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007.

Induk Perusahaan Perseroan adalah Companhia Vale do Rio Doce,

sebuah perusahaan yang terdaftar di Brasil. Pabrik Perseroan berlokasi di

Sorowako dan kantor pusatnya berlokasi di Jakarta. Operasi Perseroan

didasarkan atas Kontrak Karya yang ditandatangani oleh Pemerintah

Republik Indonesia (Pemerintah) dan Perseroan. Kontrak Karya ini

memberikan hak kepada Perseroan untuk mengembangkan dan

mengoperasikan proyek nikel dan mineral-mineral tertentu lainnya di daerah

yang sudah ditentukan di Pulau Sulawesi.

5) PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (perusahaan) didirikan di

Indonesia pada tanggal 16 Januari 1985 berdasrkan akta notaries Ridwan

Suselo, S.H., No. 227. Akta pendirian tersebut disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-

28786HT.01.02.Th.85 tanggal 17 Mei 1985, dan diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia. No. 57, Tambahan No. 946 tanggal 16 Juli

1985. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup


75

kegiatan perusahaan, antara lain, pabrikasi semen dan bahan-bahan

bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan. Kantor pusat

perusahaan berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman

Kav. 70-71, Jakarta. Pabriknya berlokasi di citeureup Jawa Barat,

Palimanan-Jawa Barat, dan Tarjun-Kalimantan Selatan.

6) PT. Kalbe Farma, Tbk

PT. Kalbe Farma, Tbk (perusahaan) didirikan di Negara Republik

Indonesia, dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri

No. 6 Tahun 1968 yang telah diubah dengan undang-undang N0. 12 Tahun

1970 berdasarkan akta notaris Raden Imam Soesetyo Prawirokoesoemo No.

3 pada tanggal 10 September 1966. Akta pendirian ini telah disahkan oleh

Menteri Kehakiman (Menkeh) Republik Indonesia dengan Surat Keputusan

No. J.A.5/72/23 tanggal 12 September 1967 dan diumumkan dalam

Tambahan No. 234, Berita Negara Republik Indonesia N0. 102 pada tanggal

22 Desember 1967. Dalam anggaran dasarnya, ruang lingkup kegiatan

perusahaan meliputi, antara lain usaha dalam bidang industry dan distribusi

produk farmasi (obat-obat bagi manusia dan hewan). Saat ini, perusahaan

terutama bergerak dalam bidang produksi dan pengembangan produk

farmasi. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dimana kantor pusat berada di

Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta

10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta

Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
76

7) PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk (Perusahaan)

(PTBA) didirikan pada tanggal 2 Maret 1981, berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 42 tahun 1980 dengan Akta Notaris Mohamad Ali No. 1,

yang telah diubah dengan Akta Notaris No. 5 tanggal 6 Maret 1984 dan No.

51 tanggal 29 Mei 1985 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan

perubahan tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat

Keputusan No. C2-7553- HT.01.04.TH.85 tanggal 28 Nopember 1985 serta

diumumkan dalam Berita Negara No. 33, Tambahan No. 550, tanggal 25

April 1986.

Perusahaan dan anak-anak Perusahaan (bersama-sama disebut Grup)

bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan

penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian,

pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus

batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian

pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak

lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang

ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil

olahannya.

8) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

(Perusahaan) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en

Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884 berdasarkan Keputusan


77

Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan

diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April

1884. Kegiatan Perusahaan dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi

dalam negeri, meliputi telepon, teleks, telegram, satelit, sirkit langganan,

surat elektronik, dan jasa komunikasi bergerak dan seluler. Pada tahun 1995,

Perusahaan telah melakukan kerja sama dengan para mitra usaha dalam

pembangunan, pengelolaan, dan pengoperasian sarana telekomunikasi di

lima dari tujuh divisi regional (Divre) melalui pola Kerja Sama Operasi

(KSO).

9) PT. Unilever Indonesia, Tbk

PT. Unilever Indonesia, Tbk (perseroan) didirikan pada tanggal 5

Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No.

23 Mr. A.H. van Ophuijsen, notaries di Batavia, disetujui oleh Gouverneur

General van Nederlandsh-Indie dengan surat No. 14 tangaal 16 Desember

1933, didaftarkan di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada

tanggal 22 Desember 1933, dan diumumkan dalam Javasche Courant

tanggal 9 Januari 1934, Tambahan No. 3.

Kegiatan usaha perseroan meliputi bidang produksi, pemasaran dan

distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, detergen,

margarine, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik,

minuman dengan bahan pokok the dan minuman dengan sari buah.
78

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

1) Harga Saham

Harga saham merupakan harga atau nilai nominal saham yang

merupakan nilai intrinsik dari suatu saham tersebut. Harga saham juga

merupakan indikator nilai dan pencerminan yang relevan dari kondisi

perusahaan. Pergerakan harga saham sulit untuk ditebak namun

memungkinkan untuk dapat dianalisis oleh investor.

Harga saham dalam penelitian ini adalah rata-rata harga saham pada

saat closing price tiap perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII)

dari tahun 2007 sampai tahun 2009 yang diambil sebagai sampel penelitian.

Tabel 4.1
Harga saham tiap perusahaan periode 2007 sampai 2009

Harga Saham (Rp)


No Nama Perusahaan
2007 2008 2009 Rata2

1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 14.779 17.150 16.271 16.067

2 PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 3.371 2.494 1.870 2.578

3 PT. Bumi Resources, Tbk 2.858 5.229 1.956 3.348

4 PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk 62.729 5.016 3.490 23.745

5 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 6.400 5.804 8.329 6.844

6 PT. Kalbe Farma, Tbk 1.303 770 1.017 1.030

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 6.473 10.940 11.942 9.785

8 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 10.183 7.829 7.983 8.665

9 PT. Unilever Indonesia, Tbk 6.417 7.125 9.446 7.663


Rata Total 12.724 6.929 6.923 8.858
Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti
79

Nilai rata-rata harga saham seluruh perusahaan sampel selama tahun

penelitian adalah Rp. 8.858. Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata

harga saham tertinggi selama tahun penelitian adalah PT. Internasional

Nickel Indonesia, Tbk yaitu sebesar Rp. 23.745 sedangkan rata-rata harga

saham terendah adalah PT. Kalbe Farma, Tbk yaitu sebesar Rp. 1.030. Rata-

rata perubahan harga saham pada tahun 2007 sampai 2009 mengalami

penurunan dari Rp. 12.724 Rp. menjadi Rp. 6.923.

2) Return On Assets (ROA)

Return On Investment (ROI) atau yang sering disebut “Return On

Assets (ROA)” adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan

secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio

ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. (Syamsuddin, 2009: 63)

Analisa ROA dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat

penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat

menyeluruh (komprehensif). Analisa ROA ini sudah merupakan teknik

analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur

efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA merupakan salah satu

bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur

kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam

aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang

diperoleh dari operasinya perusahaan (Net operating income) dengan jumlah


80

investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

operasi tersebut (Net Operating assets). (Munawir, 2007: 89)

Tabel 4.2
Return On Asset (ROA) tiap perusahaan periode 2007 sampai 2009

ROA (%)
No Nama Perusahaan
2007 2008 2009 Rata2

1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 36,87 40,35 21,93 33,05

2 PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 42,50 13,35 6,08 20,65

3 PT. Bumi Resources, Tbk 27,98 7,10 2,57 12,55

4 PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk 62,16 19,49 8,36 30,00

5 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 9,76 15,47 20,69 15,31

6 PT. Kalbe Farma, Tbk 13,73 12,39 14,33 13,49

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 18,25 27,97 33,77 26,66

8 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 15,67 11,64 11,62 12,97

9 PT. Unilever Indonesia, Tbk 36,84 37,01 40,67 38,17

Rata Total 29,31 20,53 17,78 22,54

Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti

Nilai rata-rata ROA seluruh perusahaan sampel selama tahun

penelitian adalah 22,54%. Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata ROA

tertinggi selama tahun penelitian adalah PT. Unilever, Tbk yaitu sebesar

38,17% sedangkan rata-rata ROA terendah adalah PT. Bumi Resources, Tbk

yaitu sebesar 12,55%. Rata-rata ROA dari tahun 2007 sampai 2009 terus

mengalami kenaikan, yaitu dari 29,31% menjadi 17,78%


81

3) Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham menggambarkan

perbandingan antara jumlah laba yang siap dibagikan kepada pemegang

saham dengan jumlah lembar saham yang beredar dari perusahaan. Pada

umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon

pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share (EPS), karena hal

ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar

saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan Earning Per

Share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator

keberhasilan suatu perusahaan. (Syamsuddin, 2009: 66)

Tabel 4.3
Earning Per Share (EPS) tiap perusahaan periode 2007 sampai 2009

EPS (Rp)
No Nama Perusahaan
2007 2008 2009 Rata2

1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 1.253,17 1.670,76 1.054,55 1.326,16

2 PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 536,67 143,43 63,35 247,82

3 PT. Bumi Resources, Tbk 366,70 357,99 90,42 271,70

4 PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk 1.116,00 444,00 190,00 583,33

5 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 266,24 474,16 746,12 495,51

6 PT. Kalbe Farma, Tbk 69,49 69,60 91,47 76,85

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 315,18 741,18 1.183,84 746,73

8 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 637,75 526,76 562,11 575,54

9 PT. Unilever Indonesia, Tbk 257,49 315,50 398,97 323,98

Rata Total 535,41 527,04 486,76 516,40


Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti
82

Nilai rata-rata EPS seluruh perusahaan sampel selama tahun penelitian

adalah Rp. 516,40, Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata EPS tertinggi

selama tahun penelitian adalah PT. Astra Agro Lestari, Tbk yaitu sebesar

Rp. 1.326,16 sedangkan rata-rata EPS terendah adalah PT. Kalbe Farma,

Tbk yaitu sebesar Rp. 76,85. Rata-rata EPS dari tahun 2007 sampai 2009

terus mengalami penurunan, yaitu dari Rp. 535,41 menjadi Rp. 486,76.

4) Deviden Per Share (DPS)

Deviden merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada pemegang

saham. Pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan prospek tingkat

keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan tingkat

pembayaran deviden dapat menjadi informasi yang kurang menguntungkan

bagi perusahaan sebab deviden juga dianggap sebagai tanda tersedianya

pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat

pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa yang akan datang. Pada akhirnya

harga saham akan mengikuti naik turun besarnya deviden yang dibagikan.

(Halim, 2005: 21)

Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayar dapat menjadi

informasi yang kurang baik bagi perusahaan karena deviden merupakan

tanda tersedianya laba saat ini dan masa mendatang. Dengan anggapan

tersebut, harga saham akan menjadi turun, karena banyak pemegang saham

akan menjual sahamnya. Dividend per share menghitung seberapa besar

dividen yang akan diterima oleh investor pada setiap lembar saham yang

dimiliki.
83

Tabel 4.4
Deviden Per Share (DPS) tiap perusahaan periode 2007 sampai 2009

DPS (Rp)
No Nama Perusahaan
2007 2008 2009 Rata2

1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 420,00 975,00 375,00 590,00

2 PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 65,12 215,23 57,37 112,57

3 PT. Bumi Resources, Tbk 76,10 52,34 46,08 58,18

4 PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk 1.375,19 251,31 105,16 577,22

5 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 30,00 40,00 150,00 73,33

6 PT. Kalbe Farma, Tbk 10,00 10,00 12,50 10,83

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 105,39 164,97 437,26 235,87

8 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 252,09 398,54 289,72 313,45

9 PT. Unilever Indonesia, Tbk 215,00 262,00 320,00 265,67

Rata Total 283,21 263,26 199,23 248,57


Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti

Nilai rata-rata DPS seluruh perusahaan sampel selama tahun

penelitian adalah Rp. 248,57, Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata

DPS tertinggi selama tahun penelitian adalah PT. Astra Agro Lestari, Tbk

yaitu sebesar Rp. 590 sedangkan rata-rata DPS terendah adalah PT. Kalbe

Farma, Tbk yaitu sebesar Rp. 10,83. Rata-rata DPS dari tahun 2007 sampai

2009 terus mengalami penurunan, yaitu dari Rp. 283,21 menjadi Rp.

199,23.

5) Quick Ratio

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan

persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk


84

direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat

direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataan bahwa persediaan lebih

likuid dari pada piutang (Munawir, 2007: 74). Persediaan merupakan unsur

aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi

harga dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi

likuidasi. Jadi Quick Ratio lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Quick Ratio

yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu). (Sawir, 2005: 10)

Tabel 4.5
Quick Ratio tiap perusahaan periode 2007 sampai 2009

Quick Ratio (Kali)


No Nama Perusahaan
2007 2008 2009 Rata2

1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 1,20 1,18 1,18 1,18

2 PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 3,70 6,10 5,71 5,17

3 PT. Bumi Resources, Tbk 1,24 0,70 0,88 0,94

4 PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk 1,98 3,32 5,88 3,73

5 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 1,61 1,01 2,29 1,63

6 PT. Kalbe Farma, Tbk 3,09 2,05 2,00 2,38

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 3,77 3,35 4,62 3,91

8 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 0,76 0,52 0,59 0,62

9 PT. Unilever Indonesia, Tbk 0,76 0,59 0,65 0,67

Rata Total 2,01 2,09 2,64 2,25


Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti

Nilai rata-rata Quick Ratio seluruh perusahaan sampel selama tahun

penelitian adalah 2,25 Kali, Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata

Quick Ratio tertinggi selama tahun penelitian adalah PT. Aneka Tambang
85

(Persero), Tbk yaitu sebesar 5,17 Kali sedangkan rata-rata Quick Ratio

terendah adalah PT. Telekomunikasi, Tbk yaitu sebesar 0,62 Kali. Rata-rata

Quick Ratio dari tahun 2007 sampai 2009 terus mengalami kenaikan, yaitu

dari 2,01 Kali menjadi 2,64 Kali.

6) Debt Ratio

Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh

kreditur. Semakin tinggi Debt Ratio semakin besar jumlah modal pinjaman

yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

(Syamsuddin, 2009: 54)

Tabel 4.6
Debt Ratio tiap perusahaan periode 2007 sampai 2009

Debt Ratio (kali)


No Nama Perusahaan
2007 2008 2009 Rata2

1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 0,21 0,18 0,15 0,18

2 PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk 0,27 0,21 0,18 0,22

3 PT. Bumi Resources, Tbk 0,50 0,71 0,78 0,67

4 PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk 0,27 0,17 0,22 0,22

5 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 0,31 0,24 0,19 0,25

6 PT. Kalbe Farma, Tbk 0,22 0,24 0,26 0,24

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 0,32 0,33 0,28 0,31

8 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 0,48 0,52 0,49 0,49

9 PT. Unilever Indonesia, Tbk 0,49 0,52 0,50 0,51

Rata Total 0,34 0,35 0,34 0,34


Sumber: Data sekunder diolah oleh peneliti

Nilai rata-rata Debt Ratio seluruh perusahaan sampel selama tahun

penelitian adalah 0,34 Kali, Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata


86

Debt Ratio tertinggi selama tahun penelitian adalah PT. Bumi Resources,

Tbk yaitu sebesar 0,67 Kali sedangkan rata-rata Debt Ratio terendah adalah

PT. Astra Agro Lestari, Tbk sebesar 0,18 Kali. Rata-rata Debt Ratio tahun

2008 mengalami kenaikan dari 0,34 kali menjadi 0,35, sedangkan rata-rata

Debt Ratio pada tahun 2009 sama dengan tahun 2007.

4.1.3 Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan model regresi linier

berganda. Sebelum melakukan analisis regresi, maka harus dilakukan uji

normalitas data dan uji asumsi klasik, baik itu multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi, sehingga bisa mendapatkan nilai yang

baik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam distribusi

variabel, baik variabel terikat maupun variabel bebas mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal.

Tabel 4.7
Uji Normalitas

Unstandardized Residual
N 27
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000
Std. Deviation ,15591576
Most Extreme Differences Absolute ,117
Positive ,117
Negative -,067
Kolmogorov-Smirnov Z ,610
Asymp. Sig. (2-tailed) ,850
Sumber: Data sekunder diolah peneliti
87

Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat juga dilihat pada

gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas), sebagai berikut:

Gambar 4.1
Grafik Normal P-plot (Asumsi Normalitas)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


Dependent Variable: Harga Saham
1,0

,8
Expected Cum Prob

,5

,3

0,0
0,0 ,3 ,5 ,8 1,0

Observed Cum Prob

Dari tabel 4.2.1, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,850 > 0,05,

maka asumsi normalitas terpenuhi. Dari grafik normal P-Plot tersebut

terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal. Sehingga dalam penelitian tidak terjadi gangguan

asumsi normalitas, yang berarti data berdistribusi normal.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Multikolinearitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi yang signifikan antar

variabel bebas maka terjadi problem multikolinearitas.


88

Tabel 4.8
Uji Multikolinearitas

Unstandardized Standardized Collinearity


Model Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
Std.
VIF
B Error Beta Tolerance
1 (Constant) 1,695 ,236 7,190 ,000
ROA ,000 ,145 ,000 -,002 ,998 ,557 1,796
EPS ,555 ,152 ,547 3,645 ,002 ,293 3,413
DPS ,313 ,099 ,422 3,173 ,005 ,373 2,680
Quick Ratio -,057 ,142 -,046 -,397 ,695 ,487 2,055
Debt Ratio ,023 ,239 ,011 ,097 ,923 ,504 1,984

Sumber: Data sekunder diolah peneliti

Dari tabel 4.2.2, diperoleh nilai Varian Inflation Factor (VIF)

semua variabel bebas (ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio) tidak

lebih dari 10 dan nilai Tolerancenya tidak kurang dari 0,1. Hal ini

menunjukan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi yang

digunakan.

2) Heteroskedastisitas

Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual untuk satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Sedangkan model regresi yang baik

adalah model regresi yang memiliki persamaan varians dari residual untuk

satu pengamatan ke pengamatan yang lain (homokedastisitas).


89

Tabel 4.9
Uji Heteroskedastisitas

ABS_RES
Spearman's rho ROA Correlation Coefficient ,132
Sig. (2-tailed) ,510
N 27
EPS Correlation Coefficient ,056
Sig. (2-tailed) ,783
N 27
DPS Correlation Coefficient -,030
Sig. (2-tailed) ,883
N 27
Quick Ratio Correlation Coefficient ,311
Sig. (2-tailed) ,114
N 27
Debt Ratio Correlation Coefficient -,158
Sig. (2-tailed) ,431
N 27
Sumber: Data sekunder diolah peneliti

Dari tabel 4.2.3, diperoleh nilai signifikansi hasil korelasi semua

variabel bebas (ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio) lebih besar

dari 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang diuji tidak

mengandung heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

Artinya tidak ada korelasi antara besarnya data dengan residual sehingga

bila data diperbesar tidak menyebabkan residual (kesalahan) semakin besar

pula.

3) Autokorelasi

Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi linear ada korelasi antar kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka

disebut problem autokorelasi.


90

Tabel 4.10
Uji Autokorelasi

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,928(a) ,862 ,829 ,1735341 1,597

Sumber: Data sekunder diolah peneliti

Dari tabel 4.2.4, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar

1,597. Nilai tersebut berada antara 1,5 sampai 2,5. Hal ini menunjukkan

tidak ada Autokorelasi pada model regresi yang digunakan.

c. Analisis Regresi

Hasil analisis dengan menggunakan model regresi berganda telah

memenuhi uji normalitas dan uji asumsi klasik antara variabel bebas (ROA,

EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio) terhadap variabel terikat (harga

saham). Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 11.5 for windows diperoleh persamaan

regresi berganda sebagai berikut:


91

Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model Std. Keputusan
B Error Beta
1 (Constant) 1,695 ,236 7,190 ,000
ROA ,000 ,145 ,000 -,002 ,998 Tidak Signifikan
EPS ,555 ,152 ,547 3,645 ,002 Signifikan
DPS ,313 ,099 ,422 3,173 ,005 Signifikan
Quick Ratio -,057 ,142 -,046 -,397 ,695 Tidak Signifikan
Debt Ratio ,023 ,239 ,011 ,097 ,923 Tidak Signifikan

R = 0,928
R Square = 0,862
Adjusted R Square = 0,829
Fhitung = 26,138
Ftabel = 2,68
Sig. F = 0,000
α = 5%
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2011

Berdasarkan data hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.2.5 di

atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1,695 + 0,001X1 + 0,555X2 + 0,313X3 – 0,057X4 + 0,023X5

Berdasarkan persamaan diatas dapat diartikan bahwa :

1) Konstanta

Nilai konstanta dari persamaan regresi ini sebesar 1,695 menyatakan

bahwa jika tidak ada variabel ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt

Ratio maka harga saham sebesar 1,695.

2) Koefesien Variebel X1 (ROA)

Nilai dari koefesien regresi X1 sebesar 0,001 menyatakan bahwa apabila

ROA naik satu-satuan maka harga saham akan naik sebesar 0,001 satuan,
92

dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga saham dianggap

konstan.

3) Koefesien Variebel X2 (EPS)

Nilai dari koefesien regresi X2 sebesar 0,555 menyatakan bahwa apabila

EPS naik satu-satuan maka harga saham akan naik sebesar 0,555 satuan,

dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga saham dianggap

konstan.

4) Koefesien Variebel X3 (DPS)

Nilai dari koefesien regresi X3 sebesar 0,313 menyatakan bahwa apabila

DPS naik satu-satuan maka harga saham akan naik sebesar 0,313 satuan,

dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga saham dianggap

konstan.

5) Koefesien Variebel X4 (Quick Ratio)

Nilai dari koefesien regresi X4 sebesar – 0,057 menyatakan bahwa

apabila Quick Ratio naik satu-satuan maka harga saham akan turun

sebesar 0,057 satuan, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga

saham dianggap konstan.

6) Koefesien Variebel X5 (Debt Ratio)

Nilai dari koefesien regresi X5 sebesar 0,023 menyatakan bahwa apabila

Debt Ratio naik satu-satuan maka harga saham akan naik sebesar 0,023

satuan, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi harga saham

dianggap konstan.
93

d. Uji Hipotesis

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menguji pengaruh

dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara parsial

dengan menggunakan uji t maupun secara simultan dengan menggunakan

uji F. Adapun ringkasan hasil perhitungan sebagaimana tersaji dalam tabel

berikut:

Tabel 4.12
Ringkasan Hasil Perhitungan Statistik Uji Hipotesis

Hipotesis Nilai Status

Kinerja keuangan perusahaan yang F = 26,138 Ha Diterima


diukur dengan ROA, EPS, DPS, Quick Sig F = 0,000
Ratio dan Debt Ratio secara simultan Ftabel = 2,68
berpengaruh terhadap harga saham
ROA berpengaruh secara parsial thitung = -0,002 Ho Diterima
terhadap harga saham Sig t = 0,998
α = 5%
EPS berpengaruh secara parsial thitung = 3,645 Ha Diterima
terhadap harga saham Sig t = 0,002
α = 5%
DPS berpengaruh secara parsial thitung = 3,173 Ha Diterima
terhadap harga saham Sig t = 0,005
α = 5%
Quick Ratio berpengaruh secara thitung = -0,397 Ho Diterima
parsial terhadap harga saham Sig t = 0,695
α = 5%
Debt Ratio berpengaruh secara parsial thitung = 0,097 Ho Diterima
terhadap harga saham Sig t = 0,923
α = 5%
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2011
94

a) Uji t (Parsial)
Dari hasil uji t pada tabel 4.2.6, dapat disimpulkan bahwa secara

individual (parsial) variabel yang berpengaruh terhadap harga saham

adalah variabel EPS dan DPS. Hal ini disebabkan nilai signifikansi EPS

sebesar 0,002 dan DPS sebesar 0,005 yang keduanya dengan tingkat

α = 5% pada signifikansi p < 0,05. Sedangkan variabel ROA, Quick

Ratio dan Debt Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham karena

pada signifikansi p > 0,05.

b) Uji F (Simultan)

Dari hasil uji F pada tabel 4.2.6, di dapat nilai Fhitung 26,138

sebesar sedangkan Ftabel yaitu F(5,21); (0,05) didapat nilai 2,68 sehingga

Fhitung > Ftabel dan signifikansi pada tingkat 0,000 pada taraf 5% (p <

0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa variabel bebas (ROA, EPS,

DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio) secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikansi terhadap harga saham atau dapat disimpulkan bahwa

H0 di tolak.

2) Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis yang kedua untuk menentukan variabel bebas

yang paling dominan mempengaruhi harga saham. Pengujian ditentukan

dengan melihat pada nilai standartdized Coefficients atau beta pada

masing-masing variabel bebas yang diteliti.

Dari tabel 4.2.5, dapat dilihat bahwa variabel EPS mempunyai

nilai beta sebesar 0,547 atau yang tertinggi di antara variabel bebas

lainnya. Nilai ini menunjukkan bahwa EPS mempunyai pengaruh yang


95

paling dominan terhadap harga saham perusahaan yang listing di Jakarta

Islamic Index (JII). Hipotesis kedua yang menyatakan ROA merupakan

variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham tidak terbukti.


2
e. Koefisien Determinasi (R )

Untuk melihat hubungan pengaruh antara dua variabel yaitu variabel

independent (ROA, EPS, DPS, Acid Test Ratio atau Quick Ratio dan Debt

Ratio) dan variabel dependent (Harga Saham), dapat dilihat hasil Koefisien

Determinasi.

Dari tabel 4.2.5, dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi

(Adjusted R Square) sebesar 0,829. Hal ini berarti bahwa variabel bebas

dapat menjelaskan pola pengerakan variabel terikat yakni harga saham

sebesar 82,9%, sedangkan sisanya 17,1% dijelaskan oleh variabel bebas

lain.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pembahasan Variabel tiap Perusahaan

1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Astra Agro Lestari,

Tbk sebesar 36,87%, sedangkan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

1.253,17, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp.420, Quick Ratio Sebesar

1,20 kali dan Debt Ratio sebesar 0,21 kali. Pada tahun 2008 Return On

Asset (ROA) sebesar 40,35%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

1.670,76, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 975, Quick Ratio Sebesar

1,18 kali dan Debt Ratio sebesar 0,18 kali. Pada tahun 2009 Return On
96

Asset (ROA) sebesar 21,93%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

1.054,55, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 375, Quick Ratio Sebesar

1,18 kali dan Debt Ratio sebesar 0,15 kali.

Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT. Astra Agro Lestari, Tbk

yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami kenaikan. Hal ini

menunjukkan semakin baik keadaan suatu perusahaan, karena laba bersih

yang dihasilkan perusahaan juga meningkat. Rasio likuiditas yang diukur

dengan Quick Ratio mengalami penurunan, hal ini menunjukkan kinerja

perusahaan menurun di lihat dari likuiditasnya, sedangkan rasio solvabilitas

yang diukur dengan Debt Ratio juga mengalami penurunan, hal ini

menunjukkan keadaan perusahaan yang semakin baik karena aktiva

perusahaan tidak banyak dibiayai dengan utang. Kenaikan rasio

profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mungkin disebabkan

karena perusahaan menginvestasikan aktivanya dengan harapan

memperoleh keuntungan, sehingga laba bersihnya meningkat, ini juga dapat

dilihat dari Quick Ratio perusahaan yang menurun. Hal ini berarti

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

pendeknya menurun karena aktiva perusahaan digunakan untuk investasi

Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT. Astra Agro Lestari, Tbk

yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan kinerja suatu perusahaan menurun, hal ini dapat dilihat dari

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih juga menurun.

Rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio mengalami penurunan, hal
97

ini menunjukkan kinerja perusahaan menurun di lihat dari tingkat

likuiditasnya, sedangkan rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio

juga mengalami penurunan, hal ini menunjukkan keadaan perusahaan yang

semakin baik karena aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai dengan utang.

Penurunan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS

disebabkan karena aktiva perusahaan yang tersedia jumlahnya sedikit,

sehingga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban

jangka pendeknya menurun, ini juga karena aktiva perusahaan tidak banyak

dibiayai oleh kreditur.

2. PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Aneka Tambang

(Persero), Tbk sebesar 42,50%, sedangkan Earning Per Share (EPS) sebesar

Rp. 536,67, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp 65,12, Quick Ratio

Sebesar 3,70 kali dan Debt Ratio sebesar 0,27 kali. Pada tahun 2008 Return

On Asset (ROA) sebesar 13,35%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

143,43, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 215,23, Quick Ratio Sebesar

6,10 kali dan Debt Ratio sebesar 0,21 kali. Pada tahun 2009 Return On

Asset (ROA) sebesar 6,08%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 63,35,

Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 57,37, Quick Ratio Sebesar 5,71 kali

dan Debt Ratio sebesar 0,18 kali.

Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT. Aneka Tambang (Persero),

Tbk yang diukur dengan ROA, EPS mengalami penurunan sedangkan DPS

mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan kinerja suatu perusahaan


98

menurun, hal ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih juga menurun. Rasio likuiditas yang diukur

dengan Quick Ratio mengalami kenaikan di atas rata-rata, hal ini

menunjukkan kinerja perusahaan kurang baik, karena perusahaan tidak

mampu mengelola aktiva lancarnya sehingga terjadi over likuid, sedangkan

rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio juga mengalami

penurunan, hal ini menunjukkan keadaan perusahaan yang semakin baik

karena aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai dengan utang. Penurunan

Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mungkin

disebabkan karena perusahaan tidak mampu mengelola aktiva perusahaan,

hal ini dapat dilihat dari Quick Ratio yang over likuid. Seharusnya

perusahaan tidak membiarkan aktiva lancarnnya menganggur dan dapat

menginvestasikan dana yang lebih tersebut, sehingga bisa mendapat

keuntungan dari investasi yang dilakukan.

Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT. Aneka Tambang (Persero),

Tbk yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan kinerja suatu perusahaan menurun, karena laba bersih yang

dihasilkan perusahaan juga menurun. Rasio likuiditas yang diukur dengan

Quick Ratio mengalami penurunan, hal ini menunjukkan kinerja perusahaan

menurun di lihat dari likuiditasnya, sedangkan rasio solvabilitas yang diukur

dengan Debt Ratio juga mengalami penurunan, hal ini menunjukkan

keadaan perusahaan yang semakin baik karena aktiva perusahaan tidak

banyak dibiayai dengan utang. Penurunan rasio profitabilitas yang diukur


99

dengan ROA, EPS dan DPS disebabkan karena aktiva perusahaan yang

tersedia jumlahnya sedikit, sehingga kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya menurun, ini juga

karena aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai oleh kreditur.

3. PT. Bumi Resources, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Bumi Resources, Tbk

sebesar 27,98%, sedangkan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 366,70,

Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 76,10, Quick Ratio Sebesar 1,24 kali

dan Debt Ratio sebesar 0,50 kali. Pada tahun 2008 Return On Asset (ROA)

sebesar 7,10%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 357,99, Deviden Per

Share (DPS) sebesar Rp. 52,34, Quick Ratio Sebesar 0,70 kali dan Debt

Ratio sebesar 0,71 kali. Pada tahun 2009 Return On Asset (ROA) sebesar

2,57%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 90,42, Deviden Per Share

(DPS) sebesar Rp. 46,08, Quick Ratio Sebesar 0,88 kali dan Debt Ratio

sebesar 0,78 kali.

Pada tahun 2008 dan 2009, rasio profitabilitas PT. Bumi Resources,

Tbk yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan kinerja suatu perusahaan menurun, hal ini dapat dilihat dari

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih juga menurun.

Rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio mengalami penurunan, hal

ini menunjukkan kinerja perusahaan kurang baik, karena perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, sedangkan rasio

solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio mengalami kenaikan, hal ini
100

menunjukkan keadaan perusahaan yang kurang baik karena aktiva

perusahaan banyak dibiayai dengan utang.

Penurunan Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan

DPS mungkin disebabkan karena perusahaan tidak mampu mengelola aktiva

perusahaan, hal ini dapat dilihat dari Quick Ratio yang setiap tahun menurun

dan Debt Ratio yang mengalami kenaikan, ini berarti aktiva perusahaan

banyak dibiayai oleh kreditur.

4. PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Internasional Nickel

Indonesia, Tbk sebesar 62,16%, sedangkan Earning Per Share (EPS)

sebesar Rp. 1.116, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 1.375,19, Quick

Ratio Sebesar 1,98 kali dan Debt Ratio sebesar 0,27 kali. Pada tahun 2008

Return On Asset (ROA) sebesar 19,49%, Earning Per Share (EPS) sebesar

Rp. 444, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 251,31, Quick Ratio Sebesar

3,32 kali dan Debt Ratio sebesar 0,17 kali. Pada tahun 2009 Return On

Asset (ROA) sebesar 8,36%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 190,

Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 105,31, Quick Ratio Sebesar 5,88 kali

dan Debt Ratio sebesar 0,22 kali.

Pada tahun 2008 dan 2009, rasio profitabilitas PT. Internasional

Nickel Indonesia, Tbk yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami

penurunan. Hal ini menunjukkan kinerja suatu perusahaan menurun, hal ini

dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih

juga menurun. Rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio mengalami
101

kenaikan di atas rata-rata, hal ini menunjukkan kinerja perusahaan kurang

baik, karena perusahaan tidak mampu mengelola aktiva lancarnya sehingga

terjadi over likuid, sedangkan rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt

Ratio juga mengalami penurunan, hal ini menunjukkan keadaan perusahaan

yang semakin baik karena aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai dengan

utang.

Penurunan Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan

DPS mungkin disebabkan karena perusahaan tidak mampu mengelola aktiva

perusahaan, hal ini dapat dilihat dari Quick Ratio yang over likuid.

Seharusnya perusahaan tidak membiarkan aktiva lancarnya menganggur dan

dapat menginvestasikan dana yang lebih tersebut, sehingga bisa mendapat

keuntungan dari investasi yang dilakukan.

5. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk sebesar 9,76%, sedangkan Earning Per Share (EPS) sebesar

Rp. 266,24, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 30, Quick Ratio Sebesar

1,61 kali dan Debt Ratio sebesar 0,31 kali. Pada tahun 2008 Return On

Asset (ROA) sebesar 15,47%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 474,16,

Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 40, Quick Ratio Sebesar 1,01 kali dan

Debt Ratio sebesar 0,24 kali. Pada tahun 2009 Return On Asset (ROA)

sebesar 20,69%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 746,12, Deviden Per

Share (DPS) sebesar Rp. 150, Quick Ratio Sebesar 2,29 kali dan Debt Ratio

sebesar 0,19 kali.


102

Pada tahun 2008 dan 2009, rasio profitabilitas PT. Indocement

Tunggal Prakarsa, Tbk yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami

kenaikan. Hal ini menunjukkan semakin baik keadaan suatu perusahaan,

karena laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga meningkat. Rasio

likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio pada tahun 2008 mengalami

penurunan dan pada pada tahun 2009 mengalami kenaikan di atas rata-rata,

hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik di lihat dari

tingkat likuiditasnya, sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 rasio

solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio juga mengalami penurunan, hal

ini menunjukkan keadaan perusahaan yang semakin baik karena aktiva

perusahaan tidak banyak dibiayai dengan utang.

Kenaikan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan

DPS mungkin disebabkan karena perusahaan menginvestasikan aktivanya

dengan harapan memperoleh keuntungan, sehingga laba bersihnya

meningkat, ini juga dapat dilihat dari Quick Ratio perusahaan yang

menurun. Hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya menurun karena aktiva perusahaan

digunakan untuk investasi.

6. PT. Kalbe Farma, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Kalbe Farma, Tbk

sebesar 13,73%, sedangkan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 69,49,

Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 10, Quick Ratio Sebesar 3,09 kali dan

Debt Ratio sebesar 0,22 kali. Pada tahun 2008 Return On Asset (ROA)
103

sebesar 12,39%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 69,60, Deviden Per

Share (DPS) sebesar Rp. 10, Quick Ratio Sebesar 2,05 kali dan Debt Ratio

sebesar 0,24 kali. Pada tahun 2009 Return On Asset (ROA) sebesar 14,33%,

Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 91,47, Deviden Per Share (DPS)

sebesar Rp. 12,50, Quick Ratio Sebesar 2 kali dan Debt Ratio sebesar 0,26

kali.

Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk yang

diukur dengan ROA mengalami penurunan, sedangkan EPS mengalami

kenaikan dan DPS tetap. Rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio

mengalami penurunan dan nilainya di atas rata-rata, hal ini menunjukkan

kinerja perusahaan kurang baik, karena perusahaan tidak mampu mengelola

aktiva lancarnya sehingga terjadi over likuid, sedangkan rasio solvabilitas

yang diukur dengan Debt Ratio juga mengalami kenaikan, hal ini

menunjukkan keadaan perusahaan yang kurang baik karena aktiva

perusahaan banyak dibiayai dengan utang.

Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT. Kalbe Farma, Tbk yang

diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami kenaikan. Rasio likuiditas

yang diukur dengan Quick Ratio mengalami penurunan, hal ini

menunjukkan kinerja perusahaan kurang baik, karena perusahaan tidak

mampu mengelola aktiva lancarnya sehingga terjadi over likuid, sedangkan

rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio juga mengalami kenaikan,

hal ini menunjukkan keadaan perusahaan yang kurang baik karena aktiva

perusahaan banyak dibiayai dengan utang. Kenaikan rasio profitabilitas


104

yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mungkin disebabkan karena

perusahaan menginvestasikan aktivanya dengan harapan memperoleh

keuntungan, sehingga laba bersihnya meningkat, ini juga dapat dilihat dari

Quick Ratio perusahaan yang menurun. Hal ini berarti kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya

menurun karena aktiva perusahaan digunakan untuk investasi.

7. PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Tambang Batubara

Bukit Asam, Tbk sebesar 18,25%, sedangkan Earning Per Share (EPS)

sebesar Rp. 315,18, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 105,39, Quick

Ratio Sebesar 3,77 kali dan Debt Ratio sebesar 0,32 kali. Pada tahun 2008

Return On Asset (ROA) sebesar 27,97%, Earning Per Share (EPS) sebesar

Rp. 741,18, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 164,97, Quick Ratio

Sebesar 3,35 kali dan Debt Ratio sebesar 0,33 kali. Pada tahun 2009 Return

On Asset (ROA) sebesar 33,77%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

1.183,84, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 437,26, Quick Ratio

Sebesar 4,62 kali dan Debt Ratio sebesar 0,28 kali.

Pada tahun 2008 dan 2009, rasio profitabilitas PT. Tambang

Batubara Bukit Asam, Tbk yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS

mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan semakin baik keadaan suatu

perusahaan, karena laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga meningkat.

Rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio pada tahun 2008 dan 2009

mengalami kenaikan di atas rata-rata, hal ini menunjukkan kinerja


105

perusahaan yang kurang baik di lihat dari tingkat likuiditasnya, sedangkan

rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio pada tahun 2008

mengalami kenaikan dan pada tahun 2009 mengalami penurunan, Kreditor

lebih menyukai Debt Ratio yang rendah karena dalam keadaan demikian

tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditur apabila terjadi likuidasi.

Kenaikan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan

DPS mungkin disebabkan karena perusahaan menginvestasikan aktivanya

dengan harapan memperoleh keuntungan, sehingga laba bersihnya

meningkat, ini juga dapat dilihat dari Debt Ratio perusahaan yang menurun,

ini berarti aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai kreditur, sehingga

kewajiban yang harus dibayar perusahaan tidak banyak.

8. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk sebesar 15,67%, sedangkan Earning Per Share (EPS)

sebesar Rp. 637,75, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp 252,09, Quick

Ratio Sebesar 0,76 kali dan Debt Ratio sebesar 0,48 kali. Pada tahun 2008

Return On Asset (ROA) sebesar 11,64%, Earning Per Share (EPS) sebesar

Rp. 526,76, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 398,54, Quick Ratio

Sebesar 0,52 kali dan Debt Ratio sebesar 0,52 kali. Pada tahun 2009 Return

On Asset (ROA) sebesar 11,62%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

562,11, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 289,72, Quick Ratio Sebesar

0,59 kali dan Debt Ratio sebesar 0,49 kali.


106

Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT. Telekomunikasi Indonesia,

Tbk yang diukur dengan ROA, EPS mengalami penurunan sedangkan DPS

mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan kinerja suatu perusahaan

menurun, hal ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih juga menurun. Rasio likuiditas yang diukur

dengan Quick Ratio mengalami penurunan, hal ini menunjukkan kinerja

perusahaan kurang baik, karena perusahaan tidak mampu mengelola aktiva

lancarnya, sedangkan rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio juga

mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan keadaan perusahaan yang kurang

baik karena aktiva perusahaan banyak dibiayai dengan utang. Penurunan

Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mungkin

disebabkan karena aktiva perusahaan digunakan untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban perusahaan, hal ini dapat dilihat dari Debt Ratio naik,

yang berarti aktiva perusahaan banyak dibiayai kreditur, sehingga kewajiban

yang harus dibayar perusahaan juga banyak.

Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT. Telekomunikasi Indonesia,

Tbk yang diukur dengan ROA, EPS mengalami penurunan sedangkan DPS

mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan kinerja suatu perusahaan

menurun, hal ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih juga menurun. Rasio likuiditas yang diukur

dengan Quick Ratio mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan kinerja

perusahaan kurang baik, karena perusahaan tidak mampu mengelola aktiva

lancarnya, sedangkan rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio juga
107

mengalami penurunan, hal ini menunjukkan keadaan perusahaan yang

semakin baik karena aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai dengan utang.

Penurunan Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS

mungkin disebabkan karena aktiva perusahaan digunakan untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban perusahaan, hal ini dapat dilihat dari Quick Ratio

naik, yang berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

semakin baik.

9. PT. Unilever Indonesia, Tbk

Pada tahun 2007 Return On Asset (ROA) PT. Unilever Indonesia,

Tbk sebesar 36,84%, sedangkan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.

257,49, Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 215, Quick Ratio Sebesar

0,76 kali dan Debt Ratio sebesar 0,49 kali. Pada tahun 2008 Return On

Asset (ROA) sebesar 37,01%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 315,50,

Deviden Per Share (DPS) sebesar Rp. 262, Quick Ratio Sebesar 0,59 kali

dan Debt Ratio sebesar 0,52 kali. Pada tahun 2009 Return On Asset (ROA)

sebesar 40,67%, Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 398,97, Deviden Per

Share (DPS) sebesar Rp. 320, Quick Ratio Sebesar 0,65 kali dan Debt Ratio

sebesar 0,50 kali.

Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT. Unilever Indonesia, Tbk

yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami kenaikan. Hal ini

menunjukkan semakin baik keadaan suatu perusahaan, karena laba bersih

yang dihasilkan perusahaan juga meningkat. Rasio likuiditas yang diukur

dengan Quick mengalami penurunan, hal ini menunjukkan kinerja


108

perusahaan yang kurang baik di lihat dari tingkat likuiditasnya, sedangkan

rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio mengalami kenaikan,

Kreditor lebih menyukai Debt Ratio yang rendah karena dalam keadaan

demikian tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditur apabila terjadi

likuidasi. Kenaikan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan

DPS mungkin disebabkan karena perusahaan menginvestasikan aktivanya

dengan harapan memperoleh keuntungan, sehingga laba bersihnya

meningkat, ini juga dapat dilihat dari Quick Ratio perusahaan yang

menurun. Hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya menurun karena aktiva perusahaan

digunakan untuk investasi

Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT. Unilever Indonesia, Tbk

yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS mengalami kenaikan. Hal ini

menunjukkan semakin baik keadaan suatu perusahaan, karena laba bersih

yang dihasilkan perusahaan juga meningkat. Rasio likuiditas yang diukur

dengan Quick mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan kinerja perusahaan

yang kurang baik di lihat dari tingkat likuiditasnya, sedangkan rasio

solvabilitas yang diukur dengan Debt Ratio mengalami penurunan, Kreditur

lebih menyukai Debt Ratio yang rendah karena dalam keadaan demikian

tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditur apabila terjadi likuidasi.

Kenaikan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, EPS dan DPS

mungkin disebabkan karena perusahaan menginvestasikan aktivanya dengan

harapan memperoleh keuntungan, sehingga laba bersihnya meningkat, ini


109

juga dapat dilihat dari Debt Ratio perusahaan yang menurun, ini berarti

aktiva perusahaan tidak banyak dibiayai kreditur, sehingga kewajiban yang

harus dibayar perusahaan tidak banyak.

4.2.2 Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham

Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka untuk

memperoleh gambaran hasil penelitian yang lebih jelas akan ditelaah lebih

lanjut setiap data hasil perhitungan. Hasil estimasi dengan model regresi

linier berganda menunjukkan bahwa variabel-variabel kinerja keuangan

yaitu ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio secara bersama-sama

mempunyai hubungan yang kuat dengan harga saham.

Dengan melihat koefisien determinasi koefisien determinasi

(Adjusted R Square) sebesar 0,829. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja

keuangan perusahaan yaitu ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio

mempunyai kemampuan menjelaskan pola pergerakan harga saham pola

pengerakan sebesar 82,9%, sedangkan sisanya 17,1% dijelaskan oleh

variabel bebas lain. Tingginya nilai R2 memberikan gambaran bahwa pola

pergerakan harga saham dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel

kinerja keuangan perusahaan.

Hasil analisis regresi dalam uji F (Simultan), didapat nilai Fhitung >

Ftabel yaitu 26,138 > 2,68 dan berada pada tingkat signifikansi 0,000.

Sehingga didapat kesimpulan bahwa variabel ROA, EPS, DPS, Quick Ratio

dan Debt Ratio secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang

sangat nyata terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa secara
110

bersama-sama variabel ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio

mampu digunakan sebagai alat estimasi harga saham. Hal ini mendukung

hasil penelitian yang oleh Wahyu Handoko yang menyatakan variabel

Economic Value Added, Return on Equity, Return on Assets, dan Earning

per Share secara simultan berpengaruh terhadap perubahan harga saham.

Sedangkan hasil analisis regresi dalam uji t (parsial) yang menguji

pengaruh variabel bebas (ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio)

secara individu (parsial) terhadap harga saham akan dikemukakan sebagai

berikut:

1) Return On Assets (ROA)

Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar -0,002 dengan nilai

signifikansi 0,998 pada taraf 5% (p > 0,05), yang artinya secara parsial

variabel ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian

ini menolak penelitian yang telah dilakukan oleh Silalahi (1991) yang

menyatakan ROA merupakan variabel yang berpengaruh terhadap harga

saham. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan yang diprediksikan

yaitu bahwa ROA mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham.

Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik,

karena tingkat pengembalian yang semakin besar (Robert dalam Uni,

2006:28). Apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

meningkat, harga saham meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan

mempengaruhi harga saham (Harianto dan Sudomo dalam Uni, 2006:5).


111

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyu

Handoko (2008), Anita Ardiani (2007), dan Noer Sasongko & Nila

Wulandari (2006) yang menyatakan bahwa variabel ROA tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

2) Earning Per Share (EPS)

Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 3,645 dengan nilai

signifikansi 0,002 pada taraf 5% (p < 0,05), yang artinya secara parsial

variabel EPS berpengaruh terhadap harga saham. Variabel bebas EPS juga

mempunyai koefisien regresi yang bertanda positif, hal ini menunjukkan

bahwa kenaikan EPS akan mendorong kenaikan harga saham.

Hasil penelitian ini menolak penelitian yang telah dilakukan oleh

Dewi Kumala sari yang menyatakan EPS merupakan variabel yang tidak

berpengaruh terhadap harga saham dan penelitian ini mendukung teori

yang dikemukakan oleh P. Jones dalam Husnan (2005:328) yang

menyatakan bahwa umumnya terdapat korelasi yang kuat antara

pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyu Handoko (2008) dan

Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) yang menyatakan bahwa

variabel EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Hal ini mengindikasikan tidak terjadinya penyimpangan dari teori yang

umumnya berlaku, yaitu perubahan laba mempunyai pengaruh positif


112

terhadap perkembangan harga saham. Dan juga, variabel bebas EPS yang

mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham menunjukkan bahwa

perusahaan mampu meningkatkan taraf kemakmuran investor.

3) Deviden Per Share (DPS)

Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 3,173 dengan nilai

signifikansi 0,005 pada taraf 5% (p < 0,05), yang artinya secara parsial

variabel DPS berpengaruh terhadap harga saham. Variabel bebas DPS juga

mempunyai koefisien regresi yang bertanda positif, hal ini menunjukkan

bahwa kenaikan DPS akan mendorong kenaikan harga saham.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Denny (2008) yang menyatakan bahwa variabel DPS

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Menurut

Halim, (2005:21) pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan prospek

tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan

tingkat pembayaran deviden dapat menjadi informasi yang kurang

menguntungkan bagi perusahaan sebab deviden juga dianggap sebagai

tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan juga

mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa yang

akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun

besarnya deviden yang dibagikan. Hasil penelitian tersebut

mengindikasikan tidak terjadinya penyimpangan dari teori yang umumnya

berlaku, yaitu harga saham akan mengikuti naik turun besarnya deviden

yang dibagikan.
113

4) Quick Ratio

Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar -0,397 dengan nilai

signifikansi 0,695 pada taraf 5% (p > 0,05), yang artinya secara parsial

variabel ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham.

5) Debt Ratio

Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 0,097 dengan nilai

signifikansi 0,923 pada taraf 5% (p > 0,05), yang artinya secara parsial

variabel ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa rasio-rasio keuangan

terutama ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio dapat digunakan

untuk mengestimasi harga saham. Dari penilaian tersebut dapat diketahui

kinerja keuangan perusahaan. Bagi perusahaan, dari analisis rasio tersebut

dapat digunakan untuk mengambil kebijakan yang dapat mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan atau meningkatkan keuntungan yang dapat

diraih oleh perusahaan. Sedangkan untuk investor, dari analisis rasio

tersebut dapat dilihat keuntungan yang diharapkan atau keuntungan yang

akan diperolehnya, rasio tersebut juga bisa digunakan investor sebagai

pengambilan keputusan investasi. Hal tersebut tertuang dalam al-Qur’an

surat al-Hasyr ayat 18, yaitu:

          

        


114

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Evaluasi kinerja dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Dalam Islam dijelaskan bahwa setiap tindakan

manusia hendaknya memperhatikan apa yang diperbuat pada masa lalu

sebagai perencanaan ke depan. Seperti halnya laporan keuangan adalah

salah satu bentuk tanggung jawab seorang dalam kinerjanya. Dari laporan

keuangan tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan baik itu

terkait dengan kebijakan perusahaan atau keputusan investasi. Hal ini sesuai

dengam al-Qur’an surat an-Najm ayat 39:

      

Artinya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya.”

Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi

investor untuk membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut

memberikan gambaran suatu perusahaan baik mengenai kondisi performa

dan prospek dimasa yang akan datang. Informasi yang berasal dari

perusahaan emiten umum tersedia bagi para pelaku pasar dan dipublikasikan

adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi yang

penting bagi calon investor karena dari laporan keuangan inilah dapat

diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja adalah ukuran keberhasilan


115

dari setiap bisnis. Berbagai teknik pengukuran kinerja telah dikembangkan

untuk memberikan gambaran yang tepat dari setiap bisnis. Kinerja

manajemen dan kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba

bersih sehingga membuat harga per saham menjadi tinggi. Dalam

menanamkan modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-

baiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan. Perusahaan yang

dipilih tentu saja perusahaan yang sehat dan menghasilkan kinerja yang

baik.

4.2.3 Variabel yang Paling Berpengaruh Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil analisis yang menggunakan Standart Coefficients

menyatakan bahwa variabel EPS mempunyai nilai beta sebesar 0,547 atau

yang tertinggi di antara variabel bebas lainnya. Nilai ini menunjukkan

bahwa EPS mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga

saham perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII). Hipotesis

kedua yang menyatakan ROA merupakan variabel yang paling berpengaruh

terhadap harga saham tidak terbukti.

Dengan asumsi dari ROA, EPS, DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio

yang merupakan variabel bebas yang ada dalam model regresi, variabel EPS

merupakan variabel yang paling berkaitan dengan harga saham yaitu laba

lembar sahamnya. Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, DPS merupakan variabel

yang berkaitan dengan berapa besar dividen yang akan diterima oleh

investor pada setiap lembar saham yang dimiliki, Quick Ratio merupakan
116

ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya

dengan tidak memperhitungkan persediaan dan Debt Ratio mengukur

berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur.

Apabila dikaitkan dengan keputusan investasi maka sebaiknya

investor lebih memperhatikan nilai EPS suatu saham, karena nilai EPS

mengindikasikan keuntungan yang akan diterima investor. Pada umumnya

manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham

sangat tertarik akan Earning Per Share (EPS), karena hal ini

menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham

biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan Earning Per Share yang

besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu

perusahaan

Dalam Islam, untuk menciptakan asas keadilan dan kesejahteraan

baik harta maupun keuntungan harus terbagi secara merata sebagaimana

yang tersurat dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 7, yaitu:

          

         

         

         


Artinya:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
117

miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya”.

Menurut Islam, harta pada hakikatnya adalah milik Allah SWT.

Namun karena Allah telah mnyerahkan kekuasaan-Nya atas harta tersebut

kepada manusia, maka ia diberi kewenangan untuk memanfaatkan dan

mengembangkannya. Sebab, ketika seseorang memiliki harta maka

esensinya ia memiliki harta tersebut hanya untuk dimanfaatkan dan

dikembangkan terutama untuk mendapatkan keuntungan.

Dalam pandangan Islam, Seorang pengusaha bukan sekedar hanya

mencari keuntungan saja, akan tetapi dia dalam menjalankan aktivitas

bisnisnya dia juga mencari keberkahan dari keuntungan yang ia dapat,

dimana ia memperoleh keuntungan yang wajar yang diridlai Allah. Ini

berarti yang harus diraih oleh seorang pengusaha dalam melakukan bisnis

tidak sebatas keuntungan materiil (bendawi), tetapi yang penting lagi adalah

keuntungan immaterial (spiritual). (Djakfar, 2008: 86)

Seorang investor boleh berupaya keras untuk mendapatkan profit

yang maksimal, karena memang tujuan investasi adalah mengembangkan

modal pokok. Akan tetapi untuk mendapatkan keuntungan yang

dikehendaki, seharusnya disertai dengan asas keadilan. Keuntungan yang

adil ini meliputi semua pihak yang terlibat dalam transaksi investasi

tersebut.
118

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Hasil analisis regresi dalam uji t secara individual (parsial) variabel yang

berpengaruh terhadap harga saham adalah variabel EPS dan DPS. Hal ini

disebabkan nilai signifikansi EPS sebesar 0,002 dan DPS sebesar 0,005

yang keduanya dengan tingkat α = 5% pada signifikansi p < 0,05,

sedangkan variabel ROA, Quick Ratio dan Debt Ratio tidak berpengaruh

terhadap harga saham karena pada signifikansi p > 0,05. EPS dan DPS

berpengaruh terhadap harga saham karena harga saham akan mengikuti

naik turun besarnya laba dan deviden yang dibagikan. Dalam hasil uji F

(Simultan), didapat nilai Fhitung > Ftabel yaitu 26,138 > 2,68 dan berada

pada tingkat signifikansi 0,000. Hal ini berarti bahwa variabel ROA, EPS,

DPS, Quick Ratio dan Debt Ratio secara bersama-sama (simultan)

mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap harga saham.

b. Variabel EPS mempunyai nilai beta sebesar 0,547. Nilai tersebut

merupakan yang tertinggi di antara variabel bebas lainnya. Nilai ini

menunjukkan bahwa EPS mempunyai pengaruh yang paling dominan

terhadap harga saham perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index

(JII). Hipotesis kedua yang menyatakan ROA merupakan variabel yang

paling berpengaruh terhadap harga saham tidak terbukti. Hal ini karena
119

terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan

pertumbuhan harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Silalahi (1991) yang menyatakan ROA merupakan

variabel yang berpengaruh terhadap harga saham.

5.2 Saran

Dengan melihat hasil penelitian bab IV maka penulis memberikan

saran yang mungkin akan berguna baik untuk investor maupun pihak-pihak

lain. Saran-saran tersebut sebagai berikut:

a. Dalam hal memilih saham, sebaiknya investor melakukan analisis

terlebih dahulu, seperti melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan

(analisis internal perusahaan) yaitu dengan melakukan analisis terhadap

tingkat Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per Share (DPS), karena

berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terhadap

harga saham.

b. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel makro dengan

menambah jumlah data yang lebih banyak agar memberikan hasil yang

lebih baik.

c. Bagi manajemen perusahaan, sebaiknya lebih meningkatkan kinerja

perusahaan karena dengan kinerja yang semakin baik maka investor akan

tertarik untuk membeli saham perusahaan.


120

DAFTAR PUSTAKA

Ardiani, Anita, 2007. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan


Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Skripsi. Semarang: FE-Universitas Negeri Semarang.

Darmawan, Komang, Menunggu Kiprah Emiten Baru, Majalah Investor, Edisi


Februari 2008 No. X/176.

Denny, 2008. Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Equity Terhadap
Harga Saham. Skripsi. Bandung: FE- Universitas Widyatama.

Djakfar, Muhammad, 2008. Etika Bisnis Islami: Tataran Teoritis dan Praktis,
Malang: UIN- Malang Press

Halim, Abdul, 2005. Analisis Investasi, Jakarta: Salemba Empat.

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim, 2005. Analsis Laporan Keuangan, Edisi
Kedua, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Handoko, Wahyu, 2008. Pengaruh Economic Value Added , ROE, ROA, dan EPS
Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan. Skripsi. Surakarta:
FE- Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2004. Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Harahap, Sofyan Syafri, 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

Hartono, Jogiyanto, 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta:


BPFE.

Husnan, Suad, 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.


Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis,


Yogyakarta: BPFE

K.R Subramanyam dan John J. Wild, 2010. Analisis laporan Keuangan, edisi 10,
Jakarta: Salemba Empat.

Kurniawan,Todi, 2008, “Volatilitas Saham Syariah (Analisis Atas Jakarta Islamic


Index)”. Karim Review. Special Edition. January 2008.
121

Lambas J. Panggabean, Raja. 2005. Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan


ROE Terhadap Harga Saham LQ45 Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Manajemen & Bisnis Sreiwijaya Vol. 3 No.5.

Martono dan Agus Harjito, 2007, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan
Keenam, Yogyakarta, Ekonisia.

Masyhuri dan Zainuddin, 2007. Metodologi Penelitian, Edisi Perdana, Bandung:


Refika Aditama.

Moeljadi, 2006. Manajemen Keuangan, Malang: Bayumedia Publishing.

Muhammad, 2005. Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen, Yogyakarta: UPP STIE – YKPN.

Munawir, 2007. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty.

Sari, Dewi Kumala. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan (Analisis


Fundamental), Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) Terhadap
Harga Saham PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk. Skripsi. Depok:
FE- Universitas Gunadarma.

Sasongko, Noer dan Nila Wulandari, 2006. Pengaruh EVA dan Rasio-rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Empirika, Vol. 19 No. 1.

Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Setiawan, Aziz Budi. 2005. Perkembangan Pasar Modal Syariah,


http://www.iei.or.id/publicationfiles/Perkembangan%20Pasar%20Moda
l%20Syariah.pdf. 20 Oktober 2010.

Sucipto, Agus, 2006. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan
Perusahaan, Ulul Albab, Vol. 7(1): 187-208

Sudjana, 2002. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2005. Metodologi Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

Sumodiningrat, Gunawan, 1999, Ekonometrika Pengantar, Yogyakarta: BPFE.

Syahatah, Husein dan Athiyyah Fayyadh, 2004. Bursa Efek Tuntunan Islam
Dalam Transaksi Di Pasar Modal. Surabaya: Pustaka Progressif.
122

Syamsuddin, Lukman, 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi


dalam: perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Edisi
Baru, Jakarta: Rajawali Pers.

Tandelilin, Eduardus, 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Uni, Ayuk Prasetya, 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat
Ukur Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta.
Skripsi. Semarang: FE- Universitas Negeri Semarang.

Wanalita, Gredia, 2007. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Perusahaan yang


Tergabung dalam Kelompok Jakarta Islamic Index di Bursa Efek
Jakarta Periode 2004-2005. Skripsi. Yogyakarta: FE-Universitas Islam
Indonesia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar modal

http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_ Islamic_Index

www.duniainvestasi.com

www.idx.com

Anda mungkin juga menyukai