Anda di halaman 1dari 15

”Gangguan Sistem Persepsi Sensori"

MIOPI

Dibuat Oleh :

Kesy Zhulfa Kasi 2010069P


Laila Tusifa 2010070P
Lisda Septiana 19100019
Mitra Dani 19100014
Nurhasanah 19100009
Pelsa Ade Elvina 19100010
Priandani 19100023
Ranti Ira Pertiwi 19100012
Ririn Merliyanti 19100016
Rizki Kurnia 19100013
Septian Aditya Putra 19100011
Sri Sumeta Putri 19100022
Suci Puji Hadianti 19100006

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG


TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Miopi adalah penyakit mata yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, dewasa sudah
banyak sekali orang yang mengalaminya. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu
panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak
difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat
jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung). Tidak tua
maupun muda, sekarang sudah tidak bisa dibedakan lagi semuanya bisa terkena.

Oleh karena itu, kita harus waspada terhaap berbagai ancaman dari luar termasuk gangguan
mata yang salah satunya adalah miopi atau rabun jauh. Maka kita mulai sekarang harus bisa
mengetahui tanda dan gejala dininya, penyebabnya dan cara pencegahannya sehingga kita tidak
terkena penyakit tersebut. Jikalau memang sudah terkena sebaiknya kita tau cara
penatalaksaannya dan cara mengobatinya agar tidak menjadi lebih parah lagi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengetahui apa itu miopi (rabun jauh).

2. Bagaimana tanda dan gejala orang yang mengalami gangguan mata miopi.

3. Bagaimana mengetahui penyebab terjadinya miopi.

4. Apa yang harus dilakukan jika sudah terkena gangguan miopi.

5. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah agar tidak terkena miopi.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apa itu miopi (rabun jauh).

2. Mengetahui tanda dan gejala mata miopi.

3. Mengetahui penyebab mata miopi.


4. Mengetahui apa-apa yang harus dilakukan jika terjadi.

5. Mengetahui cara untuk mengatasi dan mencegahnya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Miopi (bahasa Yunani: μυωπία myopia) yang berarti „penglihatan-dekat‟ atau rabun jauh
adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina
ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu
panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak
difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat
jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).

Bentuk Miopia :

1. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama
dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.

2. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea
dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:

1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.

2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.

3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

4. Miopia sangat berat, diatas 10 dioptri.


Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :

1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.


2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasio retina
dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa atau miopia degeneratif.

Pembagian miopia berdasarkan kelainan jaringan mata:

a. Miopia Simpleks
 Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti tumbuh + 20
tahun.
 Berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.

b. Miopia progresif, miopia bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun).

 Sering disertai perubahan vitreo-retina.


 Biasanya terjadi bila miopia lebih dari -6 D.

Menurut tipe (bentuknya) miopia dikenal beberapa bentuk :

1. Miopia Axial, miopia akibat diameter sumbu bola mata (diameter antero-posterior) >
panjang. Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter
Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal
dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
2. Miopia Kurvartura, diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea &
kelengkungan lensa. Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari
kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi
pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat, dimana ukuran bola mata norma
3. Miopia Indeks Refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan. Perubahan indeks
refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang
terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan lebih kuat.
4. Perubahan posisi lensa, pergerakan lensa yang lebih ke anterior. setelah operasi glaucoma
berhubungan dengan terjadinya miopia. Pada miopia degeneratif atau miopia maligna
bila lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan panjangnya bola mata
sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera
dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan
untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch
berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan
dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.

B. Etiologi

 Genetika (Herediter) Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang
biasanya bersifat poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada
pasangan kembar monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar
ini menderita miopia, terdapat risiko sebesar 74% pada pasangannya untuk menderita
miopia juga dengan perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5
 Nutrisi Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian
di Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat
prevalensi kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi.
 Tekanan Intraokuler Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena
diduga dapat menyebabkan jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian
pada monyet, yang mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. Pada
monyet-monyet tersebut ternyata timbul miopia.

C. Patofisiologi

Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior, tetapi memiliki
panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea kemungkinan agak menipis
dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior yang dalam dan terlihat sudut sempit
yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke arah trabekulum. Lensa memiliki kecenderungan
untuk mengalami awal sklerosis inti.
Biasanya terdapat defek pada membran zonula dan kemungkinan terdapat sebuah hambatan
selama pembedahan katarak. Penipisan skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas
skleral atau penurunan kekakuan okular. Terutama ketika bergabung dengan zonular dehiscence,
ini dapat mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan rapuh ketika mata membuka terhadap
tekanan atmosfer. Kadang-kadang terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh serosa atau pendarahan
koroid selama pembedahan intra okular. Secara anatomi, sklera tidak hanya tipis tetapi juga bisa
menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop elektron yang ditemukan oleh Garzino menunjukkan
serat kolagen yang rata-rata berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat pemisah antar
serat.

D. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda mata miopi:

 Objek dekat bisa terlihat, sedangkan objek jauh terlihat kabur


 Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh
 Tidak dapat melihat papan hitam dengan jelas
 Terlalu dekat dengan buku ketika membaca Gejala Mata Minus Atau Miopi Gejalanya
adalah kepala nyeri berdenyut terutama bagian depan, bola mata perih dan berat, terasa
seperti mau keluar dan air mata meleleh berlebihan. Keadaan ini biasanya membaik bila
mata diistirahatkan atau dengan minum obat antinyeri. Tapi sering kali kambuh beberapa
waktu kemudian. Miopia memang bisa menyebabkan sakit kepala. Untuk seorang
penderita miopia, pada saat melihat miopia, pada saat melihat jauh, bayangan jatuh di
depan retina sehingga mengurangi kecembungan lensa. Perubahan kecembungan ini
dinamakan kemampuan akomodasi mata. Mata yang berakomodasi terus-menerus dalam
waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan mata inilah yang mencetuskan
nyeri kepala dan nyeri pada mata.

E. Komplikasi Komplikasi Miopia

1. Ablatio retina terutama pada myopia tinggi

2. Strabismus
a. esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral

b. bexotropia pada myopia dengan anisometropia

3. Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia

F. Penatalaksanaan Medik

1. Kacamata Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian
kacamata koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau mempertahankan visus
namun dapat mengurangi kelelahan pada mata dan melatih mata terutama pada anak-anak.
Miopi dikoreksi dengan lensa konkaf atau lensa negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi
koreksi yang penuh jarang diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai
penglihatan binokuler yang masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis pada
fundus maka sedikit sekali keuntungan yang didapat pada pemakaian kacamata.

2. Penggunaan Lensa kontak Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia
tinggi selama bertahuntahun karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan lensa
pada kacamata, juga mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa yang tebal tersebut.
Pasien miopia biasanya akan memiliki mengatasi masalah yang timbul pada pemakaian
kacamata. Lensa kontak yang sering digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa
kontak gas-permeabel. Lensa kontak yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun
harus dimonitor pemakaiannya karena dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Lensa gas-
permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang baik. Lensa gas-permeabel
memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang baik.

3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis) LASIK (Laser Assisted
In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah bentuk lapisan kornea mata
dengan menggunakan sinar excimer laser. Prosedur LASIK dapat dilakukan untuk
mengoreksi miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat) maupun astigmatisme
(silinder). Tindakan ini bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari ketergantungan
pada kacamata dan lensa kontak. LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom
untuk membuka lapisan permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk
menghilangkan sebagian lapisan kornea. Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap),
dikembalikan ke posisi semula. Karena prosedur LASIK hanya dikerjakan pada lapisan
dalam kornea saja (permukaan kornea sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa
sakit pasca tindakan. Flap akan secara alami melekat kembali setelah beberapa menit tanpa
perlu dijahit sama sekali. Alternatif lain untuk pasien miopia adalah penanaman lensa
intraokular yaitu suatu lensa yang ditanam bilik mata depan melalui insisi kecil sedangkan
lensa yang asli masih tetap ada terutama dilakukan untuk mengoreksi miopi yang berat.
Akan tetapi keamanan penggunaan pada beberapa kasus dapat dilakukan ekstraksi lensa
tapi lensa intraokular tidak dipasang. Dengan mengangkat lensa maka sekitar 15 D dari
miopi secara otomatis akan terkoreksi. Namun harus diingat bahwa teknik ini dapat
menimbulkan komplikasi berupa ablasio retina sehingga jarang digunakan.

G. Pengobatan

1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

a. Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati
gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa
yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea
yang berfungsi untuk mengurangi miopia.

b. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi Para pelaksana dan penganjur terapi
alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti
cara menahan (pencegahan).

c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi
lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati
miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya
tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain
yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan
konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi men

ggunakan prosedur yang berbeda.


2. Penatalaksanaan Farmakologi

Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita
myopia (www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).

H. Pencegahan

1. Tidak membaca dalam keadaan gelap

2. Tidak menonton TV dalam jarak yang terlalu dekat

3. Jangan membaca terlalu dekat


BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian Fisik Penglihatan

a. Pengkajian Ketajaman Penglihatan Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan
kartu Snellen. - Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan
satu mata ditutup. - Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari
baris paling atas kebawah dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca
seluruhnya dengan benar. Penilaiannya: Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti
pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar.

b. Pengkajian Gerakan Mata Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan
pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda
diam sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau
tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata.

c. Pengkajian Lapang Pandang Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki,
saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa
menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Pasien di minta tetap
melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan superior
dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar
terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal,
superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai
titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat
ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya ke depan.

2. Pemeriksaan Fisik Mata

a. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata

b. Bulu Mata, posisi dan distribusinya

c. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.

d. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.

e. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti
cermin, terang, simetris dan tunggal.

B. Diagnosa Keperawatan

 Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan


status organ indera.
 Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata).
 Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.

C. Intervensi Diagnosa I:

Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/perubahan status


organ indera.

1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat
tentang kondisi klien
2. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru Rasional: Memberikan peningkatan
kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klienperawat

3. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan Rasional :


meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri

4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya Rasional:


Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan
penglihatan Diagnosa II : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
(nyeri pada kepala, kelelahan pada mata.)

1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru Rasional : Membantu mengurangi ansietas
dan meningkatkan keamanan

2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya Rasional: Memberikan informasi kepada


klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas

3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan. Rasional : Mengurangi
ansietas klien Diagnosa III : Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan

1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan Rasional :


Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.

2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.

3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur,
menonton TV dengan jarak terlalu dekat. Rasional : Membaca terlalu lama dan membaca
dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan
pada mata
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan merebaknya masalah kesehatan sekarang ini, alangkah baiknya kita menjaga
kesehatan kita agar tidak terserang penyakit, salah satunya adalah penyakit miopi (rabun
jauh).
B. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati, salah satunya adalah menjaga kondisi mata kita
agar tetap dalam keadaan yang sehat, sering makan buah dan sayuran segar terutama yang
mengandug vitamin A. Jika sudah terlanjur, maka sebaiknya segera periksakan dan obati agar
tidak menjadi semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual Science. The Chinese university of
Hongkong.88(10):1315-1319. www.pubmedcentral.nih.gov/artclender Curtin. B., J., 2002. The
Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381 Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics
of Myopia, In Duanes Clinical Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology
(abstract only). - - www.pubmedcentral.nih.gov/articlender Prof.dr.H.Sidarta Ilyas
DSM.2000.ilmu penyakit mata. Jakarta. Fakultas kedokteran universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai