Anda di halaman 1dari 2

Pengembangan Ekstrak dari Keanekaragaman Hayati Indonesia: Perspektif

Penemuan Obat

Penemuan obat konvensional dalam revolusi industri saat ini adalah proses yang lambat,
panjang dan sangat mahal. Penemuan obat melalui proses penyaringan menggunakan ekstrak
dari produk alami dapat menjadi alternatif untuk memecahkan masalah ini. Keanekaragaman
hayati Indonesia adalah sumber yang tak ternilai untuk mencari obat-obatan untuk berbagai jenis
penyakit. Salah satu masalah utama dari proses penemuan obat ini adalah bahwa hingga saat ini,
Indonesia masih tidak memiliki jumlah ekstrak yang cukup dari sumber laut dan darat untuk
proses seleksi atau penyaringan. Skrining obat dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
skrining manual dan high-throughput. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
gudang ekstrak dari keanekaragaman hayati Indonesia, sehingga akan ada jumlah ekstrak yang
cukup untuk keperluan skrining menggunakan metode skrining manual dan high-throughput
(HTS). Hasil yang diharapkan dari proses penyaringan dapat digunakan lebih lanjut untuk tujuan
penemuan obat dengan memanfaatkan biodiversitas Indonesia tanpa mengimpor bahan baku dari
negara lain. Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan ini akan memberikan dampak yang
signifikan tidak hanya untuk industri farmasi, tetapi juga dampak sosial dan ekonomi bagi
masyarakat (Audah, 2015).
Pengembangan obat baru dapat membebani perusahaan farmasi sebanyak $ 1 miliar dan
dapat memakan waktu selama 12-15 tahun (Hughes, J.P. et. al., 2011). Penemuan obat melalui
penyaringan menggunakan ekstrak dari produk alami dapat menjadi solusi untuk penemuan obat
konvensional yang lambat dan mahal (Li dan Vederas, 2009). Produk alami telah digunakan
sebagai sumber daya obat selama berabad-abad di berbagai negara seperti Cina, India dan
Indonesia dan bagian lain dunia. Di Amerika Serikat, sekitar 50% obat yang disetujui dari tahun
1981 hingga 2010 berasal dari produk alami atau turunannya (Newman dan Cragg , 2012).
Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan pengembangan obat melalui
pemanfaatan biodiversitas Indonesia adalah strategi industrialisasi yang dibangun dari kegiatan
ini didasarkan pada potensi bangsa dalam keanekaragaman hayati. Kekayaan ini telah
dimanfaatkan oleh orang Indonesia selama berabad-abad sebagai sumber obat (local wisdom).
Ketersediaan bahan memenuhi persyaratan keterjangkauan dan aspek keberlanjutan dan akan
memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dalam jumlah besar. Kegiatan ini
diharapkan dapat memicu kegiatan serupa yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau organisasi
baik publik, swasta atau bahkan individu untuk mengeksplorasi potensi obat dari produk alami
dari lahan dan biota laut. Selain itu, ini juga akan meningkatkan kesadaran dan apresiasi
masyarakat terhadap sumber daya alam untuk melestarikan, melindungi, dan secara bertanggung
jawab memanfaatkan sumber daya alam. Kegiatan ini juga diharapkan mendorong negara untuk
mencari solusi alternatif pada isu-isu lain seperti ketahanan pangan dan energi, biosafety,
biosecurity dan biodefense yang semuanya berasal dari keanekaragaman hayati Indonesia
(Audah, 2015).
Kolaborasi dan transfer teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk membantu
pengembangan obat dari biodiversitas Indonesia. Sebagai salah satu negara terdepan dalam
keanekaragaman hayati, Indonesia telah menjadi pusat perhatian banyak negara terutama negara
maju seperti Australia, Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Negara-negara ini melihat Indonesia
sebagai sumber yang sangat potensial untuk mencari obat baru dan pada saat yang sama sebagai
pasar yang sangat menjanjikan untuk produk mereka. Hal ini disebabkan tingginya populasi dan
rendahnya kualitas hidup banyak orang Indonesia yang terkena banyak masalah kesehatan.
Menurut Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) (2015), penduduk Indonesia terdiri
dari sekitar 40,5% anggota ASEAN. Mengambil keuntungan dari situasi ini, pemerintah
Indonesia harus memanfaatkan masalah ini sebagai kekuatan tawar untuk bekerja sama dengan
negara-negara maju berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan dan menghormati. Tidak
kalah pentingnya, pemerintah Indonesia dan komunitas ilmiah Indonesia harus memanfaatkan
semua jenis kolaborasi untuk transfer teknologi yang berkorelasi dengan proses penemuan obat
(Audah, 2015).

Daftar Pustaka
Audah, K.A., 2015. Development of Extract Library from Indonesian Biodiversity: A Drug
Discovery Perspective 7.
Hughes, J.P., Rees, Kalindjian, S.B., and Philpott, K.L, 2011. Principle of Early Drug Discovery.
British Journal of Pharmacology, 162:1239-1249.
Li, JW, Vederas JC, 2009. Drug Discovery and Natural Products: End of an Era or an Endless
Frontier Science. 325:161-165.
Newman, D.J., and Cragg, G.M., 2012. Natural Products as Sources of New Drugs over the 30
Years from 1981 to 2010, Journal of Natural Products 75(3):311-335.

Nama : Maya Septiana


NIM : 17/411933/FA/11362

Anda mungkin juga menyukai