Sulfur
Sulfur
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ganesa pembentukan belerang
2. Untuk mengetahui dimana saja belerang tersebar di Indonesia
3. Untuk mengetahui cara pengolahan belerang
4. Untuk mengetahui manfaat dari belerang
BAB II
GANESA BAHAN GALIAN
3.1 Eksplorasi
Eksplorasi endapan belerang agak sukar, terutama untuk endapan tipe franch
dibandingkan dengan tipe endapan stratigrafi (stratiform). Hal ini disebabkan oleh
sebarannya di permukaan bumi terpencaar, indikasi yang sedikit dan sangat dalam.
Endapan tipe stratigarfi umumnya besar, berbentuk kubah serta dekat dengan permukaan
bumi sehingga tidak begitu sulit untuk dilakukan eksplorasi.
Eksplorasi endapan stratigarfi menyerupai eksplorasi minyak dan gas bumi, karena
adanya hubungan genetik antara minyak. Metode eksplorasi yang di gunakan adalah
pemetaaan geologi, foto geologi (struktur dan warna geokimia), thermal IR (panas dan
reaksi), geokimia (masuk dalam epektrometer gas-gas udara), tahanan jenis, alat-alat
pemboran dan longging lubang bor. Eksplorasi tipe endapan belerang vulkanis dilakukan
melalaui penyelidikan geologi daerah belerang (gunung berapi), pemboran dan sumur
eksplorasi.
Belerang atau S ditemukan di alam dalam dua bentuk, sebagai belerang alam dan
bersenyawa dengan logam-logam lain. Sebagai belerang alam ditemukan dalam bentuk
kristalbelerang (hampir murni) dan dalam bentuk lumpur (40-60%). Belerang kristal
berwarna kuning agak gelap karena adanya impurities, goresan putih, mengkilat, rasa
batu hambar, belahan berbentuk konkoidal dan tidak rata, kekerasan 1,5-2,5 dan bila
dibakar berwarna biru dan menghasilkan gas SO2 juga berbau tidak enak.
Belerang alam biasanya ditemukan pada gunung-gunung berapi atau sumber air
panas. Semua cebakan belerang yang ditemukan di Indonesia, proses terjadinya
mempunyai hubungan erat dengan aktivitas gunung api. Cebakan belerang ini terbentuk
oleh kegiatan-kegiatan solfatar, fumalora atau sebagai akibat dari gas-gas dan larutan-
larutan yang mengandung belerang yang keluar dari dalam bumi. Cebakan belerang yang
beraasal dari gunung api seperti kerak belerang, aliran belerang, belerang sedimenter dan
cebakan hydrothenmal metasomatik. Belerang dalam senyawa dengan logam-logam
yaitu Pyrite, Chalcopyrite, Galena dan lain-lain. Pada negara yang tidak mempunyai
belerang alam bentuk ini pun dapat dipakai untuk keperluan tertentu.
Gambar 3.1 : Kegiatan Eksplorasi
3.2 Eksploitasi
1. Metode Tambang Terbuka
Kegiatan penambangan belerang dengan metode ini dilakukan untuk endapan
tipe stratigrafi dan vulkanis yang terletak dekat dengan permukaan bumi.
Pengambilan dengan metode ini dapat menggunakan alat-alat sederhana atau dapat
juga dengan menggnakan alat mekanis seperti shovel, monitor dan dragline excavator.
Material hasil penambangan dengan metode ini dimuat dan diangkut dengan pikulan,
lori, dump truck dan sejenisnya baru kemudian diproses lebih lanjut sesuai dengan
keperluan.
2. Metode Frasch-Process
Penambangan belerang dengan metode ini dilakukan untuk endapan belerang
yang ditutupi oleh lapisan tanah yang sangat tebal. Penambangan dengan cara ini
dilakukan dengan menginjeksikan air panas (160oC) kedalam pipa yang akan
digunakan. Air panas ini berfungsi untuk melarutkan belerang dari endapan kubah
garam atau sejenisnya pada kedalaman antara 150-170 m. Metode ini dikerjakan
dengan membuat lubang bor dilengkapi dengan empat macam pipa bergaris tengah 3-
20 cm. Setiap pipa ini mempunyai fungsi sebagai berikut:
4.1 Pengolahan
Pengelolaan dan pemanfaatan belerang di Indonesia telah dilakukan dalam waktu
yang lama tepatnya sejak jaman kolonial Belanda. Pengelolaan masih dilakukan dengan
bentuk dan cara kerja yang sederhana tanpa didukung oleh teknologi yang memadai dan
tepat guna. Berdasarkan beberapa artikel yang serupa tentang penambangan belerang di
Kawah Ijen menunjukan bahwa proses penambangan belerang dan sumber daya manusia
yang berproses didalamnya masih sangat minim dan tradisional. Sumber daya manusia
berasal dari masyarakat sekitar yang tentunya mayoritas berekonomi lemah dan
kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang memadai.
Cara pengolahan belerang tergantung dari jenis endapannya dan hasil yang
diinginkan.
1. Untuk belerang yang berbentuk kristal dapat langsung dimasukkan kedalam autoklaf
dimasukkan/ditambahkan solar, air dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan
memasukkan uap air panas dengan tekanan 3 atmosfer selama 30-60 menit.
Pemisahan akan terjadi karena belerang mempunyai titik lebur yang lebih rendah
dibandingkan dengan mineral-mineral pengotornya. Hasilnya yang berupa belerang
cair dialirkan melalui filter dan kemudian dicetak.
4.2 Pemanfaatan
Produksi Kembang Api
Kembang api pada dasarnya dibuat dengan struktur bahan seperti bahan peledak atau
mesiu. Belerang menjadi komponen utama yang telah dirubah menjadi bubuk peledak.
Prinsip produksi bahan ini sama seperti pembuatan korek api dan telah dimodifikasi
menjadi beberapa bentuk agar menimbulkan bunyi dan nyala percikan api yang cepat
padam. Sifat dari bahan bubuk belerang ini sangat mudah terbakar dan meledak.
Bahan Pembuat Kembang Api
1. Serbuk besi baja: 6 gram
2. Belerang (Sulfur): 1 gram
3. Serbuk karang ayu: 1 gram
4. Serbuk sedaya: 9 gram
5. Kawat tali: secukupnya
6. Lem kayu perekat kayu: 10 cc
5.1 Lingkungan
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai
berikut:
S + O2 SO2
2SO2 + O2 2SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO 3 dan uap air akan segera bergabung
membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi sebagai berikut :
SO2 + H2O2 H2SO4
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi
dan batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO 2), nitrogen
oksida (NOx) dan sulfur dioksida (SO 2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan
asam dan pemanasan global).
Emisi gas SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan
tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”),
yang dikenal sebagai “hujan asam”.
Dampak dari hujan asam ini yaitu :
1. Menghambat perkembang biakan binatang yang hidup di air akan mati. Ini
karna pH yang semakin kecil akan menghambat pertumbuhan larva ikan,
sehingga membuat ikan sulit untuk berkembang biak, seperti ikan trout.
2. Memusnahkan berbagai jenis ikan. Menurut penelitian, plankton tidak dapat
bertahan hidup apabila pH pada air dibawah 5, sedangkan plankton adalah
makanan dasar dari ikan dan keadaan tersebut dapat menyebabkan putusnya
rantai makanan, pH yang terlalu kecil juga akan membuat beberapa jenis logam
akan bercampur seperti alumunium, keadaan tersebut dapat menyebabkan ikan
mengeluarkan banyak lendir dari ingsannya sehingga ikan akan sulit berespirasi.
3. Racun bagi manusia. Hujan asam juga dapat berdampak bagi kesehatan manusia
karena pH yang terlalu rendah sangat tidak baik untuk manusia. Hujan asam
akan menyebar ke sungai, danau dan tempat menampungnya air.
4. Kerusakan lingkungan. Hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan mati dan
hujan asam akan menghancurkan zat lilin yang terdapat pada tumbuhan. Nutrisi
yang ada pada tumbuhan tersebut akan hilang, sehingga tanaman tersebut dapat
dengan mudah terserang penyakit seprti jamur. Kerusakan hutan yang paling
banyak terkena dampaknya adalah di pegunungan, karena di daerah tersebut
sering terjadi hujan.
5. Hujan asam juga dapat mengganggu estetika bangunan. Hujan asam bersifat
korosif sehingga bangunan-bangunan menjadi lapuk dan berkarat.
Dari kegiatan penambangan belerang juga dapat mengganggu kesehatan para pekerja
tambang, seperti penglihata akibat dari debu-debu di sekitar area penambangan,
penciuman akibat dari bau belerang yang menyengat, pendengaran akibat kebisingan dari
kegiatan penambangan itu sendiri, iritasi pada kulit dan lainnya.
5.2 Prospek
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru diketahui dengan
total cadangan sekitar 5,4 juta ton. Untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya
didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang
tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi dapat
dianggap tidak terbatas.
Perkembangan produksi belerang di Indonesia dalam kurung 1999 sampai dengan
2016 berfluktuasi, namun cenderung meningkat dengan laju perubahan tahunan sebesar
9,4%.
Dibandingkan dengan produksinya, komsumsi belerang di Indonesia pada kurun yang
sama cukup tinggi dan cenderung menigkat dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar
8%. Industri yang mengkomsumsi belerang adalah industri pupuk sebesar 1,8 juta ton,
dengan laju pertumbuhan (lp) tahunan sebesar 9,7%. Selanjutnya industri kimia sebanyak
216.233 ton (11,83%). Industri gula sebanyak 140.117 ton (16,07%). Dan industri ban,
karet, kembang api dan korek api. Sementara itu, nilai komsumsi belerang pun
mengalami kenaikan dari Rp. 1,7 milyar tahun 1977 menjadi Rp. 69,4 milyar tahun 1987
dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 26,54%.
6.1 Kesimpulan
1. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa. Belerang, dalam bentuk
aslinya adalah sebuah zat padat kristalin kuning.
2. Semua endapan belerang mempunyai hubungan erat dengan kegiatan gunung berapi.
Endapan tersebut dapat merupakan endapan sedimen, kerak belerang, atau endapan
hidrothermal-metasomatik.
3. Penambangan endapan belerang dapat dikerjakan dengan cara tambang terbuka,
tambang bawah tanah, tambang manual dan dengan proses frasch. Menurut Juliantara
(2013), pengambilan sulfur sendiri memiliki beberapa proses yaitu; frasch,
pengambilan dari gunung api, pengambilan sulfur dari gas buang.
4. Untuk pengolahan belerang tergantung dari jenis endapannya dan hasil yang
diinginkan seperti; untuk belerang yang berbentuk kristal, untuk belerang jenis
lumpur, untuk pengolahan belerang secara sederhana.
5. Belerang banyak digunakan dalam industri kimia, yaitu untuk pembuatan asam sulfat
(H2SO4) yang diperlukan untuk pembuatan pupuk, larutan asam sulfat, bahan pembuat
korek api dan kembang api serta campuran dalam pembuatan ban.
6.2 Saran
Kegunaan belerang yang pokok dalam pencampuran industri kimia di Indonesia
sangat tidak didukung dengan keamanan dan keselamatan kerja dalam penambangannya.
Mestinya pemerintah dan perusahaan terkait melengkapi K3 dan memperhatikan K3
untuk pekerjanya. Dan juga untuk masalah pencemaran lingkungan, seharusnya
pemerintah atau perusahaan membuat inovasi baru yang dapat meminimalisir dampak
terhadap lingkungan di sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
http://mustofaabihamid.blogspot.co.id/2010/06/industri-belerang-asam-sulfat.html
http://www.caramembuatmu.com/2014/10/cara-membuat-kembang-api-dan-bahan.html
http://airpollution2014.weebly.com/dampak-pencemaran-udara---sulfur-dioksida.html
http://chemistry35.blogspot.co.id/2011/04/indusrti-sulfur-atau-belerang-proses.html
https://tutorialkubos.blogspot.co.id/2016/05/makalah-bahan-galian-industri-belerang.html
http://yusfibudi.blogspot.co.id/2011/03/belerang.html
https://tutorialkubos.blogspot.co.id/2016/05/makalah-bahan-galian-industri-belerang.html
http://coretansowel.blogspot.co.id/2013/02/makalah-belerang-kimia-anorganik.html
http://muhammadrizky17.wordpress.com/2012/09/14/unsur-dan-senyawaan-belerang/
http://www.tohib.web.id/2012/05/daur-sulfur-atau-belerang.html