Prakarya Kls 7 Limbah Keras
Prakarya Kls 7 Limbah Keras
produk kerajinan Indonesia.Kerajinan Indonesia yang unik dan memiliki ciri khas daerah
setempat menjadi acuan yang dapat menjadi penyemangat dalam mengolah kerajinan dari
bahan limbah organik ini. Sejak dahulu rakyat Indonesia telah menggunakan produk
kerajinan sebagai alat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan ritual. Kini kerajinan
berfungsi juga sebagai hiasan baik interior maupun ekterior. Berdasarkan pengetahuan
terhadap limbah dan juga pengamatan kebutuhan masyarakat maka kerajinan dari bahan
dasar limbah dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan fungsinya.
Penggunaan bahan limbah untuk didesain menjadi sebuah produk kerajinan tidak
semudah perkiraan orang. Kita perlu mengetahui dan memahami prinsip dasar yang
membangun kesadaran bahwa mendesain bahan limbah adalah merupakan proses menata
ulang kebermanfaatan dari sebuah produk yang telah hilang nilai gunanya. Seharusnya
sebuah desain bersifat berkelanjutan (sustainable design), tidak hanya cukup secara ekonomi
saja, tetapi harus mengintegrasikan isu-isu lingkungan, sosial, dan budaya ke dalam produk.
Hal ini disebabkan agar desain lebih dapat bertanggung jawab dalam menjawab tantangan
global. Begitu juga seorang desainer produk harus memahami pentingnya pemahaman ini.
Penjelasan hal di atas dikemukaan oleh Victor Papanek dalam bukunya yang berjudul ‘Design
for the Real World’ bahwa ada 6 tata kelola desain berkelanjutan (sustainabledesign) yang
tidak berdiri sendiri namun mempunyai elemen-elemen lain yang merajutnya, yaitu :
a. Metode (method)
Konsep method diulas dalam 2 pandangan yaitu, episteme dan
techne.Episteme adalah pengetahuan yang melibatkan daya serap, imajinasi, dan abstraksi.
Sedangkan techne adalah keteknikan atau keterampilan bertukang. Desain sangat
dipengaruhi oleh penguasaan alat, pemahaman terhadap material, dan bagaimana
keduanya berinteraksi menjalin kepekaan melalui daya serap, imajinasi dan abstraksi agar
dapat terjalin dari proses pembuatan hingga melahirkan produk yang artistik. Hal ini dapat
dihasilkan melalui kegiatan yang rutin dan intensif.
b. Asosiasi (association)
Kemampuan menghubungkan antara gagasan dengan kemampuan panca-indra
dengan menggunakan gambar, bagan, tulisan, dan sebagainya.
c. Estetika (aesthetics)
Dalam mendesain perlu memahami estetika/ilmu keindahan yang diwujudkan dalam
unsur desain; garis, warna, bentuk, volume, dan tekstur, serta prinsip desain; kesatuan,
keseimbangan, point of interest, irama, proporsi dan komposisi. Desain harus dapat
memadukan kesemuanya dalam penciptaan karya.
d. Kebutuhan (need)
Karya desain merupakan jawaban dari sebuah kebutuhan. Merumuskan kebutuhan
bukanlah sesuatu yang mudah. Desainer harus memiliki kepekaan yang tajam untuk memilah
apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan kemungkinannya untuk menjadi tren di
masanya.
e. Telesis (telesis)
Pemahaman fungsi yang mengubah desain dari sesuatu yang sifatnya personal menjadi
lebih komunal. Telesis adalah fungsi desain yang berusaha mewadahi dimensi sosial dan
budaya pada tempat desain tersebut dibutuhkan dan digunakan.
f. Kegunaan (use)
Merupakan fungsi praktis dari sebuah desain. Dalam mewujudkan fungsi ‘guna’ yang
baik tentunya seorang desainer harus mempertimbangkan siapa yang akan
menggunakannya (user) dan obyek dari kegunaan desain tersebut. Maka perlu pemahaman
tentang ergonomi yaitu ilmu tentang hubungan antara manusia, mesin yang digunakan dan
lingkungan kerjanya.
Selamat Belajar
Penggunaan bahan limbah untuk didesain menjadi sebuah produk kerajinan tidak
semudah perkiraan orang. Kita perlu mengetahui dan memahami prinsip dasar yang
membangun kesadaran bahwa mendesain bahan limbah adalah merupakan proses menata
ulang kebermanfaatan dari sebuah produk yang telah hilang nilai gunanya. Seharusnya
sebuah desain bersifat berkelanjutan (sustainable design), tidak hanya cukup secara ekonomi
saja, tetapi harus mengintegrasikan isu-isu lingkungan, sosial, dan budaya ke dalam produk.
Hal ini disebabkan agar desain lebih dapat bertanggung jawab dalam menjawab tantangan
global. Begitu juga seorang desainer produk harus memahami pentingnya pemahaman ini.
Penjelasan hal di atas dikemukaan oleh Victor Papanek dalam bukunya yang berjudul ‘Design
for the Real World’ bahwa ada 6 tata kelola desain berkelanjutan (sustainabledesign) yang
tidak berdiri sendiri namun mempunyai elemen-elemen lain yang merajutnya, yaitu :
a. Metode (method)
Konsep method diulas dalam 2 pandangan yaitu, episteme dan
techne.Episteme adalah pengetahuan yang melibatkan daya serap, imajinasi, dan abstraksi.
Sedangkan techne adalah keteknikan atau keterampilan bertukang. Desain sangat
dipengaruhi oleh penguasaan alat, pemahaman terhadap material, dan bagaimana
keduanya berinteraksi menjalin kepekaan melalui daya serap, imajinasi dan abstraksi agar
dapat terjalin dari proses pembuatan hingga melahirkan produk yang artistik. Hal ini dapat
dihasilkan melalui kegiatan yang rutin dan intensif.
b. Asosiasi (association)
Kemampuan menghubungkan antara gagasan dengan kemampuan panca-indra
dengan menggunakan gambar, bagan, tulisan, dan sebagainya.
c. Estetika (aesthetics)
Dalam mendesain perlu memahami estetika/ilmu keindahan yang diwujudkan dalam
unsur desain; garis, warna, bentuk, volume, dan tekstur, serta prinsip desain; kesatuan,
keseimbangan, point of interest, irama, proporsi dan komposisi. Desain harus dapat
memadukan kesemuanya dalam penciptaan karya.
d. Kebutuhan (need)
Karya desain merupakan jawaban dari sebuah kebutuhan. Merumuskan kebutuhan
bukanlah sesuatu yang mudah. Desainer harus memiliki kepekaan yang tajam untuk memilah
apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan kemungkinannya untuk menjadi tren di
masanya.
e. Telesis (telesis)
Pemahaman fungsi yang mengubah desain dari sesuatu yang sifatnya personal menjadi
lebih komunal. Telesis adalah fungsi desain yang berusaha mewadahi dimensi sosial dan
budaya pada tempat desain tersebut dibutuhkan dan digunakan.
f. Kegunaan (use)
Merupakan fungsi praktis dari sebuah desain. Dalam mewujudkan fungsi ‘guna’ yang
baik tentunya seorang desainer harus mempertimbangkan siapa yang akan
menggunakannya (user) dan obyek dari kegunaan desain tersebut. Maka perlu pemahaman
tentang ergonomi yaitu ilmu tentang hubungan antara manusia, mesin yang digunakan dan
lingkungan kerjanya.