Anda di halaman 1dari 48

Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

BAB I
KONSEP DASAR
EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Standar Kompetensi
Menilai proses dan hasil pembelajaran yang mengacu pada tujuan
utuh pendidikan

B. Kompetensi Dasar
Mengenali hakikat perbedaan antara asesmen dan evaluasi
Indikator:
1. Menjelaskan disertai contoh keterkaitan pengukuran, penilaian,
evaluasi dan Tes
2. Menjelaskan fungsi asesmen dalam pembelajaran
3. Menjelaskan tujuan asesmen dalam pembelajaran
4. Menjelaskan prinsip-prinsip asesmendalam pembelajaran
5. Menjelaskan langkah-langkah asesmen dalam pembelajaran

C. Pengertian Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Tes


1. Pengukuran
Pengukuran adalah prosedur pemberian angka pada
tingkah laku atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
oranghal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi
yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat badan
seseorang dengan mudah kita memahami karena aturannya
telah diketahui secara umum.

1
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

Istilah pengukuran berasal dari kata ”mengukur”, di


dalam kegiatan pendidikan kata mengukur ini tidak boleh
disamakan dengan apa yang digunakan dalam bidang lain.
Pengukuran dalam bidang pendidikan tidak menggunakan alat
pengukur yang mutlak dan tidak pula dengan alat pengukur
seperti kg, ons atau liter dll. Sehubungan dengan hal di atas,
maka untuk mengukur sifat atau tingkah laku seseorang perlu
diketahui: (1) siapa/orang yang akan diukur, (2) sifat atau
tingkah laku yang akan diukur, (3) prosedur yang akan
digunakan dalam pemberian angka terhadap sifat atau tingkah
laku yang diukur tersebut. (Nitko, 1983) Dibutuhkan suatu
kecakapan khusus karena dalam melakukannya harus didikuti
dengan seperangkat aturan atau formulasi yang disepakati
secara umum oleh para ahli. Kegiatan pengukuran itu akan
lebih kompleks lagi bila akan mengukur karakteristik
psikologik seseorang seperti kecerdasan, kematangan,atau
kepribadian.
Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan
pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya
berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses
dan hasil belajar tersebut. Angka 60, 85,atau 100 yang
diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil pembelajaran
tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan
makna apa-apa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari
apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa disebut
dengan skor mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai
makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.
Berikut ini akan dikutip beberapa definisi pengukuran
yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran pendidikan
dan psikologi yang seringkali dijadikan acuan beberapa penulis:
a. Norman E. Gronlund (1977) secara sederhana merumuskan
pengukuran sebagai” Measurement is limited to quantitative
descriptions of pupil behavior”.
b. Gilbert Sax (1980) menyatakan “Measurement: The
assignment of numbers to attributes of characteristic of
persons, events, or objects according to explicit
formulations or rules”.

2
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

c. Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran


sebagai “the assignment of one or a set of numbers to each
of a set of persons or objects according to certain
established rules”
d. Oriondo (1998) mendifinisikan pengukuran sebagai “the
process by which information about the attribute or
characteristics of things are determined and differentiated
“. Pengukuran juga dinyatakan sebagai proses penetapan
angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut
aturan tertentu (Ebel dan Frisbi 1986; 14). Dengan demikian
esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan
angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut
aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas terdapat dua
karakteristik pengukuran yang utama, yaitu, (1) penggunaan
angka atau skala tertentu, dan (2) menurut suatu aturan atau
formula tertentu. Melalui kegiatan pengukuran, kemampuan
atau hasil belajar seseorang akan dijelaskan dengan mengguna-
kan angka-angka yang biasa disebut dengan skor. Namun skor
yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran bukanlah sesuatu
pengukuran harga mutlak, sebab banyak factor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan keadaan orang yang
diukur dengan situasi dan kondisinya

2. Asesmen
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan instrumen
tes maupun non-tes. Asmawi Zainul (1994) Jadi, maksud
penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak
hanya sekedar mencarai jawaban terhadap pertanyaan tentang
apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan
bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau suatu hasil
yang diperoleh seseorang atau suatu program. Penilaian di sini
diartikan sebagai padanan kata evaluasi. Berkaitan dengan hal
tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya

3
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga


tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut
diperoleh. Dengan kata lain asesmen tidak hantya dapat menilai
hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan
belajar siswa.
Penilaian dalam arti Assessment merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa baik perorangan maupun kelompok yang
diperoleh melalui pengukuran. Tujuannya untuk menganalisis
atau menjelaskan unjuk kerja/prestasi siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas yang terkait, dan mengefektifkan penggunaan
informasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini selaras
dengan pendapat Wiggins (1984) yang menyatakan bahwa
asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu
guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu sudah seharusnya
asesmen merupakan bagian dari pembelajara, bukan merupakan
hal yang terpisahkan. (Popham 1: 1995).
Popham (1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam
konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk
menentukan status siswa, berkenaan dengan berbagai
kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan
asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang
individu siswa tentang kurikulum atau program, atau segala
sesuatu yang berkaitan tentang sistem institusi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
asesmen dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data
hasil pengukuran.
Penilaian dalam arti evaluasi merupakan serangkaian
kegiatan penilaian keseluruhan program mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan
pengawasan. Misalnya, evaluasi dari program yang meliputi
kurikulum, asesmen, pengadaan dan peningkatan guru,
manajeman pendidikan, dan reformasi pendidikan. (Depdiknas,
2002:3)
Secara garis besar asesmen (penilaian) dibagi menjadi
dua, yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif dan ada juga
yang mengatakan assessment for learning dan assessment of

4
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

learning. Formative assessment atau Assessment for learning is


the process used by teachers and children to recognize and
respond to pupil learning, in order to enhance that learning
during the activity or task. (Cowie and Bell, 1999: 1)
Asesmen formatif dilaksanakan secara periodik sepanjang
satuan pembelajaran, misalnya setelah setiap satu pokok
bahasan selesai diajarkan. Asesmen formatif merupakan bagian
integral dari proses pembelajarandilakukan dengan maksud
memantau sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah
berjalan sebagaimana yang direncanakan. Asesmen ini juga
dapat memberikan balikan kepada siswa yang terkait dengan
kemajuan yang telah dicapai dan memberikan balikan kepada
guru terkait dengan perkembangan proses pembelajaran yang
dirancangnya.
Sedangkan penilaian sumatif dilakukan pada akhir satuan
pembelajaran untuk menentukan status final siswa dan /atau
untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat
berpindah dari satu unit ke unit berikutnya, dengan kata lain
asesmen sumatif untuk menentukan kadar efektivitas program
pembelajaran. Asesmen sumatif ini biasanya berbentuk ujian
semester atau ujian akhir satuan pendidikan.

3. Evaluasi
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan
kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka
hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria
sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran
tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau
dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran.
Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang
dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa
kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai
patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal
yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak
disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan
Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah
kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan

5
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

kelompok dan bersifat relatif disebut dengan penilaian acuan


norma.
Stufflebeam & Shinkfield (1985: 159) mendefinisikan
bahwa evaluation is the process of delineating, obtaining and
providing descriptive and judgemental information abaut the
worth and merit some object’s, goals, design, implementation
and impact in order to guide decision making serves needs for
accountability, and promote understanding of the involve
phenomena.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi
yang dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk menentukan
harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai,
desain implementasi dan dampak untuk membantu membuat
keputusan, membantu pertanggungjawaban serta meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena. Dari uraian tersebut, inti dari
evaluasi adalah penyedian informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
Griffin & Nix (1991:3) menyatakan: Measurement,
assessment and evaluation are hierarchies. The comparison of
observation with the criteria is a measurement, the
interpretation and description of the evidence is an assessment,
and the judgment of the value or implication of the behavior is
an evaluation
Pengukuran, asesmen dan evaluasi bersifat hirarki.
Evaluasi didahului asesmen sedangkan asesmen didahului
dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan
membandingkan hasil pengamanatan dengan kriteria. Asesmen
merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai
atau implikasi perilaku.

4. Tes
Istilah tes telah sedemikian populer dikalangan
masyarakat khususnya dalam dunia pendidikan, sehingga sudah
tidak asing lagi, karena hampir setiap orang pernah mendengar.
Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain dari sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus

6
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek


psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan atau cara dan hasil subyek dalam melakukan tugas-
tugas tersebut. (Saifuddin Azwar, 1987: 2)
Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan
sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sesuatu
atribut pendidikan atau suatu yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan
tertentu. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana
yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan
kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka
berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi,
1995).
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari
Mardapi, 199:2) Tes adalah merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan
informasi karakteristik suatu objek . Objek ini dapat berupa
kemampuan siswa, minat sikap maupun motivasi. Respons
peserta tes terhadap pertanyaan-pertanyaan menggambarkan
kemampuan dalam bidang tertentu.
Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang
umum digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Subekti &Firman,
1989). Sekalipun aspek kemampuan afektif siswa kurang dapat
terukur jika guru hanya mengandalkan tes sebagai satu satunya
cara mengukur kemampuan siswa.
Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru
selalu berhadapan dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran,
dan tes yang dalam penerapannya sering dilakukan secara
simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak
dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti
telah pula melakukan ketiganya. Waktu melaksanakan asesmen
guru pasti telah menciptakan alat ukur berupa tes maupun
nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran
dan sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau

7
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

memberi angka terhadap proses pembelajaran ataupun


pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang merupakan cerminan
tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan,
kemudian membandingkan angka tersebut dengan kriteria
tertentu yang berupa batas penguasaan minimum ataupun
berupa kemampuan umum kelompok, sehingga munculah nilai
yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Akhirnya diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas
proses dan hasil belajar.
Dari uraian singkat mengenai pengertian pengukuran,
asesmen, evaluasi dan tes di atas dapat disimpulkan bahwa
ketiga hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Asesmen hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan
benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, yang menggunakan tes sebagai alat
ukurnya. Tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan. Informasi tentang hasil belajar dapat juga
diperoleh tanpa menggunakan tes sebagai instrumen ukurnya,
misalnya dengan menggunakan instrumen non-tes, seperti
observasi, skala rating dll.
Di bawah ini digambar keterkaitan antara tes,
pengukuran, asesmen dan evaluasi.

Tes

pengukuran

Evaluasi

Asesmen

Gambar 1. Keterkaitan Tes, Pengukuran, Asesmen, dan


Evaluasi

8
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

D. Tujuan, Fungsi, Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah


Penilaian
1. Tujuan Asesmen dalam Pembelajaran
Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian
merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang
sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum
merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi
landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan guru untuk untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil
tidaknya proses pembelajaran. Penilaian juga digunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam proses
pembelajaran.
Implikasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada penilaian
adalah perlunya penyesuaian terhadap model dan teknik
penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian kelas terdiri
atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian ekternal
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak
melaksanakan proses pembelajaran, yaitu suatu lembaga
independen, yang di antaranya mempunyai tujuan sebagai
pengendali mutu. Adapun penilaian internal adalah penilaian
yang direncanakan dan dilakukan oleh pengajar pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Asesmen berbasis kelas adalah asesmen yang dilakukan
oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. Penilaian berbasis
kelas merupakan pengumpulan data dan penggunaan informasi
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk
menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserata didik
terhadap tujuan pendidikan, yang telah ditetapkan, yaitu standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar
yang terdapat dalam kurikulum.
Secara umum semua jenis jenis penilaian berbasis kelas
bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah,

9
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada


masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu
pendidikan secara umum.
Secara rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut;
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik
dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai
tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik
selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Memberikan umpan balik Anda untuk memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang
digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi, dan juga
kebutuhan siswa
c. Memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga
tidak pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester
untuk bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam
proses pencapaian kompetensi.
d. Mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik,
sehingga secara tepat dapat diketahui siswa mana yang
perlu pembelajaran remedial umtuk mencapai kompetensi
yang disyaratkan dan siswa mana yang perlu program
pengayaan.
e. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite
sekolah tentang efektivitas pendidikan.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal
hendaknya diadakan dalam suasana yang menyenangkan,
sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang
dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang
peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan
dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya
dan tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik
lainnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi
oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau
indikator yang diharapkan.

10
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

2. Fungsi Asesmen
Secara rinci fungsi dari penilaian berbasis kelas dapat
dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006):
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kom-
petensi maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini
dapat menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik
telah menguasai suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai
landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik
dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk
pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun
untuk penjurusan.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di
atas maka salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini
adalah menemukan kesulitan belajar dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah
seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru
memerlukan program pengayaan.
d. Asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk
dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pem-
belajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang
berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapatdigunakan
sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses
pembelajaran.

3. Prinsip-prinsip Asesmen Berbasis kelas


Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, ter-
utama dalam rangka pencapaian kompetensi. Dalam Buku
Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidiyah (Depdiknas, 2006:5)
dikemukakan sejumlah prinsip penilaian berbasis kelas yang
perlu diperhatikan oleh guru. Prinsip-prinsip umum penilaian
berbasis kelas meliputi:

11
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

a. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai
dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan, misalnya kompetensi
”mempraktikkan gerak dasar jalan..”, maka penilaian valid
apabila mengunakan penilaian unjuk kerja. Jika
menggunakan tes tertulis maka penilaian tidak valid.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan
perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi.
Misal, guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan
reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif
sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk
pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
c. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup
seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi
dasar. Penilaian harus menggunakan beragam cara dan alat
penilaian seoerti penilaian tertulis, penilaian proyek,
penilaian portofolio penilaian kinerja, untuk menilai
beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar
profil kompetensi peserta didik.
d. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian
kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
e. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu,
penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria
yang jelas dalam pemberian skor.

12
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

f. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru,
meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik
agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

4. Langkah-langkah Penilaian
a. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil
belajar, Anda perlu melakukan setidaknya enam hal, yaitu:
1) Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau
evaluasi, termasukmerumuskan tujuan terpenting dari
diadakannya asesmen. Hal ini perludilakukan agar arah
proses asesmen jelas.
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah
aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
3) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan.
Anda bisamenentukan apakah akan menggunakan
teknik tes ataukah non tes. Dari sejumlah teknik tes atau
non tes yang ada, Anda juga masih harus
menentukan mana yang akan digunakan dengan
memperhatikan ciri-ciridari masing-masing teknik serta
memahami beberapa kelebihan dan kekurangannya.
4) Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar para peserta didik.
Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan adalah
butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list),
rating scale, panduan wawancara, dan lain-lain.
Tentunya di dalam memilih instrumen yang akan
digunakan Andaharus menyesuaikan dengan satu atau
lebih tujuan yang telah ditentukan.
5) Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan
kata lain Anda harus memutuskan tolok ukur, norma
atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan
dalam menginterpretasi data hasil evaluasi.

13
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

6) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau


evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama).
7) Mereview tugas-tugas asesmen
b. Menghimpun Data
Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih teknik
tes dengan menggunakan tes atau memilih teknik non tes
dengan melakukan pengamatan, wawancara atau angket
dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa
rating scale, check list, interview guide atau angket.
c. Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan
data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas
gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi)
dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan
mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
d. Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap
data yang telah dihimpun. Agar data yang terhimpun
tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik
statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada
mempertimbangkan jenis data.
e. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik
Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi
terhadap makna yang terkandung pada data yang telah
diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah
kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja
harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan
di awal.
f. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini
untuk mengingatkanpara guru, sebab dengan demikian
mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal
yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan
ringkasan dan jawaban siswa, termasuk berbagai catatan

14
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar

tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu


Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada
tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu
yang lama.
g. Menindak lanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis,
dan disimpulkan maka Anda sebagai guru atau evaluator
bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan
sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian.
Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah
dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi
berbagai perubahan dan atau perbaikan.
Untuk merumuskan indikator perlu diperhatikan:
(a)mengacu pada kompetensi dasar dan materi pembelajaran,
(b) kata kerja operasional, sama atau lebih rinci dari kata kerja
operasional pada kompetensi dasar, (c) tiap kompetensi dasar
bisa dibuat tiga atau lebih indikator, (d) tiap indikator dapat
dibuat tiga atau lebih butir soal

E. Tugas Terstruktur
1. Jelaskan keterkaitan antara pengukuran, penilaian dan tes
dalam konteks asesmen pembelajaran!
2. Jelaskan perbedaan mendasar antara pengukuran, penilaian
dan evaluasi!
3. Jelaskan fungsi asesmen dalam pembelajaran di sekolah
dasar!
4. Jelaskan disertai contoh yang harus dilakukan oleh pendidik
agar penilaian yang dilakukannya objektif dan dapat
dipertanggung jawabkan!
5. Lakukan analisis tentang penilaian yang sudah dilakukan di
kelas berdasarkan pengalaman saudara, apakah
pelaksanaannya sudah sesuai dengan tujuan dan fungsi
asesmen yang sesungguhnya?

15
 PDGK4301/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Konsep Dasar Penilaian dalam


Pembelajaran

A. PENGERTIAN PENILAIAN

Sebelum membicarakan penilaian dalam pembelajaran, ada baiknya kita


menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang konsep dan pengertian yang
akan kita gunakan. Pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering
menggunakan beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi
yang digunakan secara tumpang tindih (over lap).
Kita sering rancu dalam menggunakan istilah-istilah tersebut karena ke-
empat istilah itu terjadi dalam satu kegiatan yaitu pada saat kita menilai hasil
belajar siswa. Contoh: pada ulangan harian, Intan dapat menjawab tiga dari
lima pertanyaan tes uraian tetapi pada ulangan harian sebelumnya Intan
hanya dapat mengerjakan dua dari lima butir soal yang disediakan. Dari data
tersebut Anda menyatakan bahwa Intan telah mengalami kemajuan dalam
belajar. Ini berarti pembelajaran yang Anda lakukan cukup berhasil. Dari
contoh tersebut, sebenarnya Anda telah melakukan tes, pengukuran, asesmen,
dan evaluasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Anda berikan kepada Intan adalah contoh
alat ukur untuk mengukur hasil belajar Intan. Alat ukur tersebut mengacu
pada pengertian tes. Keberhasilan Intan menjawab dengan benar tiga dari
lima pertanyaan merupakan hasil pengukuran. Penggunaan alat ukur yang
menghasilkan angka-angka ini mengacu pada pengertian pengukuran. Setelah
Anda membandingkan hasil ulangan harian pertama dan kedua, Anda menilai
bahwa Intan telah meningkat hasil belajarnya. Pernyataan ini mengacu pada
pengertian asesmen. Sedangkan pernyataan Anda tentang keberhasilan
pembelajaran yang telah Anda lakukan telah mengacu pada pengertian
evaluasi.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut.

1. Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut
1.4 Evaluasi Pembelajaran di SD 

pendidikan di mana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai


jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian maka setiap
tes menuntut siswa untuk memberi respons atau jawaban. Respons yang
diberikan oleh siswa dapat benar atau salah. Jika respons yang diberikan
siswa benar maka kita katakan siswa tersebut telah mencapai tujuan
pembelajaran yang kita ukur melalui butir soal tersebut. Tetapi jika respons
yang diberikannya salah berarti mereka belum dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin kita ukur. Apabila ada seperangkat tugas atau
pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban yang benar
atau salah maka itu bukan tes (Zainul dan Nasoetion, 1997).
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tes merupakan alat
ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan
jawaban benar atau salah. Gronlund dan Linn (1990) mendefinisikan: Test is
an instrument or systematic procedure for measuring a sample of behavior.
Yang termasuk dalam kelompok tes antara lain tes objektif dan tes
uraian. Sedangkan yang termasuk kelompok bukan tes (non-tes) antara lain
pedoman pengamatan, skala rating, skala sikap, dan pedoman wawancara.
Berikut ini adalah contoh tes dan non-tes.

a. Contoh tes objektif:


Carry over effect dalam pemeriksaan hasil tes uraian dapat diatasi
dengan cara ….
A. memeriksa hasil tes nomor per nomor soal untuk seluruh siswa
B. memeriksa hasil tes siswa per siswa
C. menggunakan dua orang pemeriksa
D. memeriksa hasil tes dengan menggunakan pedoman penskoran
b. Contoh tes uraian
Perhatikan percobaan yang dilakukan berikut ini: Disediakan 4 buah
stoples A, B, C, dan D. Masing-masing stoples diisi dengan air dan ikan
yang jenis, ukuran, dan jumlahnya sama, serta diberi makanan yang
cukup. Pada stoples A ditambahkan tumbuhan air, pada stoples B
ditambahkan bata merah, pada stoples C ditambahkan tumbuhan air dan
bata merah, sedang pada stoples D ditambahkan tumbuhan air dan batu
(perhatikan gambar).
 PDGK4301/MODUL 1 1.5

Pertanyaan:
1) Pada percobaan tersebut, apakah ada hubungan antara tumbuhan air
dan kelangsungan hidup ikan? Jelaskan!
2) Ikan pada stoples mana yang dapat bertahan hidup paling lama?
Jelaskan!

Skor maks: 13

c. Contoh pedoman pengamatan untuk menilai keterampilan siswa dalam


menggunakan mikroskop.

No. Indikator Skor

1. Cara membawa mikroskop 4 3 2 1


2. Cara memutar power mikroskop 4 3 2 1
3. Cara mencari cahaya 4 3 2 1
4. Cara meletakkan kaca objek 4 3 2 1
5. Cara mencari fokus untuk melihat objek 4 3 2 1
6. Cara melihat objek 4 3 2 1

Kriteria pemberian skor:


Skor 4 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan baik dan benar
Skor 3 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 2 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan setengah benar
Skor 1 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan banyak kesalahan
1.6 Evaluasi Pembelajaran di SD 

d. Contoh skala sikap untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata


pelajaran IPA.

Ya Tidak
Indikator Skor
1. Saya senang belajar IPA 5 4 3 1
2. Saya senang mengerjakan tugas IPA 5 4 3 1
3. Saya sering berdiskusi mata pelajaran IPA 5 4 3 2
4. Saya sering bertanya kepada guru tentang 5 4 3 1
IPA
5. Saya memiliki banyak buku IPA 5 3 2 1

Sekarang kita bahas lebih lanjut uraian mengenai pengukuran, asesmen,


dan evaluasi.
1) Pengukuran
Semua kegiatan di dunia ini tidak akan bisa lepas dari masalah
pengukuran. Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat
diketahui setelah dilakukan pengukuran. Semua kegiatan penelitian yang
dilakukan dalam berbagai bidang selalu melibatkan pengukuran baik
pengukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Produk yang
dihasilkan dari suatu teknologi selalu menggunakan pengukuran
sehingga dapat dihasilkan produk yang mempunyai presisi tinggi.
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari
suatu objek yang diukur. Gronlund dan Linn (1990) secara sederhana
merumuskan pengukuran sebagai “Measurement is limited quantitative
descriptions of pupil behavior, that is the results of measurement are
always expressed in numbers ”. Rumusan yang sama diberikan oleh
Nitko (1983): Measurement refers to quantitative aspects of describing
the characteristics or attributes of persons.
Penentuan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan
karakteristik suatu objek. Untuk dapat menghasilkan angka (yang
merupakan hasil pengukuran) maka diperlukan alat ukur.
Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan
pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel. Jika dalam
melakukan pengukuran kita banyak melakukan kesalahan maka hasil
pengukurannya tidak dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari
objek yang kita ukur.
 PDGK4301/MODUL 1 1.7

Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu: alat ukur,
objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan
pengukuran tersebut dapat bersifat acak (random) atau dapat juga
bersifat sistematis. Kesalahan acak disebabkan karena adanya perbedaan
kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang mengukur. Sedangkan
kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur,
atau yang mengukur. Contoh: guru dapat melakukan kesalahan
sistematis jika dalam memberi skor, guru tersebut cenderung memberi
skor yang murah atau cenderung memberi skor mahal pada seluruh
siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, guru tidak
melakukannya secara konsisten maka akan terjadi bias dalam
pengukuran.

2) Asesmen
Di lapangan banyak guru yang belum mengetahui dengan benar konsep
asesmen dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakan untuk
mewadahi kegiatan asesmen dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan
istilah penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya
tidak terlalu salah karena dalam konsep asesmen dan evaluasi
mengandung unsur pengambilan kesimpulan.
Menurut Hanna (1993): “Assessment is the process of collecting,
interpreting, and synthesizing information to aid in decision making.
Assessment synonymous with measurement plus observation. It concerns
drawing inferences from these data sources. The primary purpose of
assessment is to increase student’s learning and development rather than
simply to grade or rank student performance (Morgan & O’Reilly,
1999).
Jadi asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil
belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah
informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar
siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam asesmen antara lain:
kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir
semester, laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh: guru memberi tugas
kepada siswa untuk mengarang yang harus dikumpulkan pada tanggal
yang telah ditetapkan. Setelah siswa mengumpulkan karangan, guru
memeriksa dan memberi umpan balik kepada siswa untuk diperbaiki
lagi. Hasil pemeriksaan dikembalikan kepada siswa untuk diperbaiki.
1.8 Evaluasi Pembelajaran di SD 

Siswa kemudian memperbaiki karangannya sesuai dengan masukan


guru. Setelah memperbaiki karangannya, siswa mengumpulkan kembali
karangannya kepada guru untuk dinilai. Dari kegiatan seperti ini, guru
dapat menilai hasil dan perkembangan belajar siswa.

3) Evaluasi
Jika kita bicara asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup
asesmen hanya pada individu siswa dalam kelas sedangkan lingkup
evaluasi adalah seluruh komponen dalam program pembelajaran
tersebut.
Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai
perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum
dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan, dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan.
Evaluasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kinerja, atau
produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Agar
dapat meningkatkan kualitas, kinerja, dan produktivitas maka kegiatan
evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.
Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa
evaluasi merupakan proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan
telah tercapai. Banyak definisi evaluasi yang disampaikan oleh para ahli
tetapi pada hakekatnya evaluasi selalu memuat masalah informasi dan
kebijakan yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu
program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan
berikutnya. Kalau Anda akan mengevaluasi program pembelajaran yang
telah Anda lakukan maka Anda harus mengevaluasi pelaksanaan dan
keberhasilan dari program pembelajaran yang telah Anda rencanakan.
Hasil evaluasi pembelajaran diharapkan dapat mendorong guru untuk
mengajar lebih baik dan mendorong siswa untuk belajar lebih baik.

Dalam dunia pendidikan memang terdapat dua pengertian tentang


penilaian yaitu penilaian dalam arti asesmen dan penilaian dalam arti
evaluasi. Penilaian dalam arti asesmen merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar siswa
serta mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan penilaian dalam arti evaluasi merupakan suatu
 PDGK4301/MODUL 1 1.9

kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem


pendidikan secara keseluruhan. Nah, pada mata kuliah ini, konsep penilaian
hasil belajar yang kita gunakan adalah penilaian dalam arti asesmen.

B. KEDUDUKAN TES, PENGUKURAN, ASESMEN, DAN


EVALUASI

Jika Anda telah memahami pengertian tes, pengukuran, asesmen, dan


evaluasi seperti telah diuraikan di atas maka Anda akan dapat menentukan
kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih
hasil belajar siswa. Jika Anda telah melaksanakan tes matematika maka Anda
akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
Data hasil belajar siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk
melakukan pengukuran Anda perlu alat ukur. Anda tidak akan dapat
melakukan pengukuran tanpa alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk
memperoleh informasi hasil belajar dapat berupa tes atau non-tes. Jika Anda
melakukan beberapa kali tes matematika maka Anda akan mempunyai
kumpulan data hasil belajar matematika siswa. Dari kumpulan data tersebut
Anda akan dapat menarik kesimpulan tentang perkembangan belajar
matematika siswa. Kegiatan inilah yang disebut dengan asesmen. Jadi untuk
melakukan asesmen Anda memerlukan alat ukur, hasil pengukuran, dan
penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah selesai
pembelajaran Anda ingin melihat efektivitas program pembelajaran yang
Anda lakukan, Anda perlu melihat kembali peran setiap komponen dalam
program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang Anda peroleh dari setiap
komponen kegiatan pembelajaran maka Anda akan dapat menilai efektivitas
program pembelajaran Anda. Inilah yang dikenal dengan evaluasi program
pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, Anda dapat menentukan
kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Secara umum
hubungan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi sebagai berikut:
1.10 Evaluasi Pembelajaran di SD 

Evaluasi

Asesmen

Tess

Pengukuran

Gambar kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi

C. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN

Agar penilaian yang Anda lakukan benar-benar dapat memberi


gambaran yang sebenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa maka
dalam melakukan penilaian Anda perlu memperhatikan prinsip-prinsip
penilaian berikut.
1. Berorientasi pada pencapaian kompetensi.
Penilaian yang Anda lakukan harus berfungsi untuk mengukur
ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
2. Valid
Penilaian yang Anda lakukan harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk itu Anda memerlukan alat ukur yang dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel.
Contoh: pada akhir pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat
mempraktekkan cara mencangkok yang baik dan benar. Untuk mencapai
kompetensi tersebut Anda tidak dapat menilainya hanya dengan
menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Jika hanya itu yang
Anda lakukan, Anda hanya akan dapat mengukur pengetahuan siswa
tentang mencangkok. Agar Anda dapat mengetahui keterampilan siswa
dalam mencangkok, Anda perlu menilai unjuk kerja siswa. Untuk
keperluan tersebut, Anda dapat memberi tugas (task) kepada siswa untuk
mempraktekkan cara mencangkok. Untuk menilai keterampilan siswa
 PDGK4301/MODUL 1 1.11

dalam mencangkok, Anda harus membuat pedoman pengamatan yang


dilengkapi dengan kriteria penskorannya (rubric). Kemudian gunakanlah
rubrik tersebut untuk menilai kemampuan siswa dalam mencangkok.
Dengan cara seperti itulah kompetensi siswa dalam mencangkok dapat
terukur dengan tepat.
3. Adil
Penilaian yang Anda lakukan harus adil untuk seluruh siswa. Siswa
harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama. Contoh
penilaian tidak adil yang sering kita temukan di lapangan, misalnya
dalam tes tertulis guru menyediakan 10 butir soal. Semua siswa
diwajibkan mengerjakan butir soal nomor 1 – 5 dan setiap siswa diberi
kebebasan untuk memilih 2 dari 5 butir soal nomor 6 – 10. Dari contoh
tersebut tampak bahwa semua siswa mendapat perlakuan yang sama
hanya untuk mengerjakan butir soal nomor 1 – 5 tetapi tidak mendapat
perlakuan yang sama untuk 2 butir soal pilihan yang diambil dari butir
soal nomor 6 – 10.
4. Objektif
Dalam menilai hasil belajar siswa Anda harus dapat menjaga objektivitas
proses dan hasil penilaian. Objektivitas penilaian dipengaruhi oleh unsur
subjektivitas penilai. Unsur subjektivitas dapat mempengaruhi penilaian
pada saat pelaksanaan, penskoran, dan pengambilan keputusan hasil
belajar siswa. Hallo effect, carry over effect, order effect, serta mechanic
effect dapat menjadi penyebab tingginya unsur subjektivitas hasil
penskoran.
5. Berkesinambungan
Penilaian yang Anda lakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus
menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa. Pengambilan keputusan
pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh dilakukan hanya berdasar
informasi hasil belajar siswa pada tes akhir semester saja tetapi harus
diputuskan berdasar informasi hasil belajar siswa dari berbagai sumber
yang diperoleh secara berkesinambungan. Hasil belajar harus dianalisis
dan ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik sehingga dapat
diperoleh catatan tentang perkembangan belajar siswa. Informasi
tersebut juga harus dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran
pada semester berikutnya. Dengan demikian penilaian harus merupakan
bagian integral dari pembelajaran. Dengan melakukan penilaian secara
1.12 Evaluasi Pembelajaran di SD 

berkelanjutan, Anda tidak hanya melakukan penilaian dalam arti


asesmen tetapi Anda juga dapat melakukan evaluasi terhadap program
pembelajaran yang telah Anda laksanakan.
6. Menyeluruh
Prinsip menyeluruh dalam penilaian mengandung arti bahwa penilaian
yang Anda lakukan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang
terdapat dalam kurikulum yang mungkin meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor.
7. Terbuka
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
8. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mempunyai makna bagi siswa dan juga
pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya dapat
memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil belajar siswa,
keunggulan dan kelemahan siswa, minat, serta potensi siswa dalam
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

D. PERGESERAN PARADIGMA PENILAIAN HASIL BELAJAR

Coba renungkan proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang


selama ini telah Anda lakukan. Tanyakan kepada diri sendiri: Apakah semua
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) telah secara konsisten Anda ajarkan dan telah secara
konsisten pula Anda ukur keberhasilannya? Alat ukur apa saja yang selama
ini Anda gunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
tersebut?
Kita masih sering melihat di sekolah-sekolah, guru hanya menggunakan
tes sebagai satu-satunya alat ukur keberhasilan belajar siswa. Pada hal kalau
dicermati lebih lanjut, tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
GBPP ataupun dalam Satuan Pembelajaran (SP) terdapat tujuan yang
mengukur ranah afektif dan psikomotor. Perbedaan tujuan pembelajaran yang
akan diukur, membawa konsekuensi pada perbedaan alat ukur yang
digunakan. Tetapi pada kenyataannya kita masih sering menemukan adanya
mata pelajaran-mata pelajaran yang tujuan pembelajarannya mengandung
 PDGK4301/MODUL 1 1.13

ranah afektif dan psikomotor tetapi pengukuran hasil belajarnya hanya


dilakukan dengan menggunakan tes.
Sebagai salah satu alat ukur hasil belajar siswa, tes mempunyai
beberapa kelemahan antara lain: (1) hampir semua jenis tes hanya dapat
mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana. Tes
sangat sukar jika digunakan untuk mengukur keterampilan yang kompleks
dan sikap, (2) hasil tes sering dijadikan sebagai satu-satunya indikator
keberhasilan belajar siswa. Hasil tes sering dianggap sebagai gambaran yang
valid dari kemampuan dan pengetahuan siswa. Pada hal butir-butir
pertanyaan yang terdapat dalam tes tersebut hanya mengukur sebagian kecil
dari materi atau bahan yang telah dipelajari oleh siswa, (3) dalam
pelaksanaannya, tes selalu menimbulkan kecemasan pada diri peserta tes.
Kecemasan dapat mengganggu peserta tes untuk menunjukkan
kemampuannya secara maksimal. Secara psikologis kecemasan memang
diperlukan agar peserta tes mampu menunjukkan hasil maksimal. Sebagai
contoh, misalnya pada saat Anda sedang berjalan di tepi selokan secara tiba-
tiba Anda dikejar anjing, ternyata secara spontan Anda mampu melompati
selokan yang lebarnya dua meter di mana jika dalam keadaan normal hal
tersebut tidak mampu Anda lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan
mampu membuat seseorang untuk mengeluarkan segala kemampuannya
secara maksimal. Tetapi jika kecemasan tersebut berlebihan maka kecemasan
akan menjadi faktor penghambat bagi seseorang untuk menunjukkan hasil
belajarnya secara maksimal, (4) tes sering kali justru menghukum siswa yang
kreatif. Jawaban tes sering sudah ditentukan pola dan isinya. Dengan
demikian tes tidak akan pernah memberi ruang gerak yang cukup kepada
siswa untuk menunjukkan kreativitasnya.
Jika dilihat dari sisi waktu pelaksanaan tesnya, kita masih sering
menemukan pengukuran hasil belajar hanya bertumpu pada ujian akhir
semester saja. Bagaimana proses siswa untuk mempelajari sesuatu luput dari
pengamatan. Dalam model ini, penguasaan tujuan pembelajaran seorang
mahasiswa terhadap suatu mata kuliah hanya diukur dengan menggunakan
tes yang dilakukan pada akhir semester.
Uraian di atas merupakan model penilaian hasil belajar yang tradisional.
Dalam model tradisional ini, penilaian hasil belajar merupakan bagian yang
terpisah dari proses pembelajaran. Artinya penilaian hasil belajar dapat
dilakukan oleh orang luar (bukan guru yang mengajar kelas tersebut), asalkan
orang tersebut sudah mengetahui tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai
1.14 Evaluasi Pembelajaran di SD 

oleh siswa. Penentuan kelulusan siswa dalam Ujian Negara (UN) yang
dilakukan beberapa tahun belakangan ini merupakan contoh dari penerapan
model ini sehingga penyelenggaraan UN banyak mendapat kritik dari
masyarakat.
Menyadari adanya kelemahan dalam penilaian dalam model tradisional
yang hanya berorientasi pada hasil belajar saja, banyak ahli dan praktisi
pendidikan yang mencari alternatif penilaian hasil belajar yang lebih utuh
atau lebih hakiki. Mereka yang mengikuti aliran ini menyatakan bahwa
penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi tidak dapat diukur hanya pada
hasil akhirnya saja tetapi proses belajar bagaimana siswa sampai mampu
menguasai suatu kompetensi merupakan faktor yang sangat penting. Untuk
itu penilaian hasil belajar tidak dapat hanya dilakukan pada hasil akhirnya
saja tetapi proses bagaimana mahasiswa belajar untuk sampai menguasai
suatu kompetensi juga harus dinilai. Dalam model ini penilaian hasil belajar
siswa merupakan bagian yang tidak terpisah dengan proses pembelajaran.
Karena penilaian hasil belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan proses pembelajaran maka penilaian hasil belajar tidak dapat
dilakukan oleh orang yang tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam
model ini, guru yang bersangkutanlah yang dapat menilai hasil belajar siswa.
Inilah yang dikenal dengan penilaian dalam arti asesmen. Dengan demikian
terjadi pergeseran paradigma dari penilaian yang berorientasi pada hasil akhir
saja dan ke penilaian yang berorientasi pada proses pembelajaran dan hasil
belajar.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan perbedaan antara penilaian dalam arti asesmen dan penilaian


dalam arti evaluasi.
2) Jelaskan perbedaan antara tes dan non-tes dan beri contoh.
3) Penilaian hasil belajar dalam arti asesmen menjadi bagian dari penilaian
program pembelajaran. Setujukah Anda dengan pernyataan tersebut?
Jelaskan.
4) Beri contoh penilaian yang tidak objektif di kelas Anda.
 PDGK4301/MODUL 1 1.15

5) Penilaian hasil belajar mengalami pergeseran dari penilaian hasil belajar


dengan “paper and pencil test” menjadi penilaian dalam arti asesmen.
Dimana letak keunggulan penilaian dalam arti asesmen? Jelaskan.

Jika Anda telah mempelajari dengan baik uraian dan contoh pada
Kegiatan Belajar 1, saya yakin Anda dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Tetapi jika Anda masih menemui kesulitan untuk menjawab soal latihan di
atas, gunakan rambu-rambu jawaban berikut.
1) Kata kunci dari jawaban tersebut adalah: penilaian dalam arti asesmen
terjadi untuk individu sedangkan penilaian dalam arti evaluasi
menyangkut keseluruhan komponen yang berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
2) Jika pertanyaan atau pernyataan tersebut menghendaki respons yang
benar atau salah maka itu adalah tes, dan jika tidak maka itu non-tes.
3) Perhatikan kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Dari
point tersebut Anda akan dapat menjawab soal ini.
4) Coba renungkan kembali pada saat Anda memeriksa jawaban tes uraian
siswa, sudahkah Anda memberi skor yang objektif untuk setiap siswa?
5) Tes tertulis hanya dapat mengukur sebagian kecil saja dari apa-apa yang
telah dipelajarinya selama satu semester.

R A NG KU M AN

Tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi merupakan istilah-istilah


yang sering ditemukan pada saat para pendidik atau guru membicarakan
penilaian hasil belajar siswa. Istilah yang sering digunakan tumpang
tindih adalah asesmen dan evaluasi.
Secara umum alat ukur dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes dan
non-tes. Tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Pertanyaan atau tugas
dalam tes menghendaki adanya respon yang benar atau salah dari siswa.
Contoh tes adalah tes objektif dan tes uraian. Jika ada sekumpulan
pertanyaan atau tugas yang tidak memerlukan respon yang benar atau
salah dari siswa maka kelompok alat ukur tersebut dikelompokkan
dalam non-tes. Contoh non-tes adalah pedoman pengamatan, skala sikap,
daftar cek dan sebagainya.
1.16 Evaluasi Pembelajaran di SD 

Jika alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur atau mengamati


hasil belajar siswa maka akan menghasilkan angka-angka atau skor.
Angka-angka inilah yang merupakan penerapan dari konsep pengukuran.
Angka-angka hasil pengukuran apabila dilengkapi dengan data-data
hasil pengamatan dan kemudian dari data-data tersebut ditarik suatu
kesimpulan maka akan menghasilkan apa yang disebut dengan asesmen.
Jadi asesmen merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi
hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran atau
tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan
dalam asesmen antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas
kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja dan lain sebagainya.
Apabila pada akhir pembelajaran Anda ingin mengetahui seberapa
efektifkah program pembelajaran yang telah Anda laksanakan maka
Anda perlu mengumpulkan data dari semua bagian atau komponen yang
menentukan keberhasilan program pembelajaran. Data yang terkumpul
kemudian diolah dan dibandingkan dengan target yang telah Anda
rencanakan untuk kemudian diambil kesimpulan. Jika ini Anda lakukan
maka Anda telah melakukan evaluasi.
Pada saat Anda melakukan penilaian maka Anda perlu
memperhatikan beberapa prinsip penilaian antara lain: menyeluruh,
berkesinambungan, adil, objektif, terbuka, dan bermakna.
Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya
dilakukan dengan menggunakan alat ukur tes saja. Dengan cara ini maka
kita tidak dapat mengukur keseluruhan hasil belajar yang telah dicapai
siswa. Untuk itu para ahli pendidikan mengusulkan penilaian hasil
belajar dengan menggunakan asesmen. Dengan melakukan asesmen kita
akan dapat mengukur tidak hanya hasil belajar saja tetapi kita juga dapat
mengukur proses belajar siswa. Dengan cara ini kita akan dapat menilai
hasil belajar siswa lebih menyeluruh.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Alat ukur berikut ini yang termasuk dalam kelompok tes adalah ....
A. pedoman wawancara
B. pedoman pengamatan
C. butir soal uraian terbuka
D. kuesioner
 PDGK4301/MODUL 1 1.17

2) Konsep tes mengacu pada ....


A. alat ukur
B. hasil pengukuran
C. pengumpulan data hasil belajar
D. hasil asesmen

3) Ciri-ciri non-tes adalah ....


A. tidak menuntut adanya respons yang benar atau salah
B. menuntut adanya jawaban yang benar atau salah
C. hanya dapat diisi oleh guru
D. hanya dapat diisi oleh siswa

4) Pak Tono memberi angka tujuh kepada Amin pada saat ulangan harian
mata pelajaran IPA. Apa yang dilakukan Pak Tono termasuk dalam
kegiatan ....
A. tes
B. pengukuran
C. asesmen
D. evaluasi

5) Berdasarkan data-data yang terkumpul dari hasil belajar Tini pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Bu Dewi menyatakan bahwa Tini
mengalami hambatan pada saat membuat paragraf yang baik. Kegiatan
yang dilakukan Bu Dewi termasuk dalam rangkaian kegiatan .....
A. tes
B. pengukuran
C. asesmen
D. evaluasi

6) Dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA,
Pak Adi menggunakan tes sebagai satu-satunya alat ukur untuk
mengukur kompetensi siswa. Berdasarkan prinsip penilaian, penilaian
yang dilakukan Pak Adi melanggar prinsip ....
A. menyeluruh
B. terbuka
C. adil
D. bermakna
1.18 Evaluasi Pembelajaran di SD 

7) Dalam mengambil keputusan tentang hasil belajar siswa pada mata


pelajaran IPS, Bu Ida hanya menggunakan hasil tes akhir semester.
Berdasarkan prinsip penilaian, penilaian yang dilakukan Bu Ida
melanggar prinsip ....
A. menyeluruh
B. terbuka
C. adil
D. berkesinambungan

8) Penilaian dalam arti evaluasi terjadi pada saat kita melakukan ....
A. tes akhir semester
B. penilaian hasil belajar siswa
C. pengamatan kinerja siswa
D. penilaian terhadap semua komponen program pembelajaran

9) Keunggulan asesmen dari paper and pencil test adalah ....


A. dapat dilakukan secara klasikal
B. dapat mengukur hasil belajar yang kompleks
C. lebih mudah dilakukan
D. waktu asesmen relatif singkat

10) Jika dibanding dengan asesmen maka kelemahan dari tes adalah ....
A. tidak dapat mengukur proses berpikir tinggi
B. hanya mengukur sebagian kecil dari hasil belajar siswa
C. tidak dapat mengukur penalaran siswa
D. hasil tes sukar diskors dengan cepat

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 PDGK4301/MODUL 1 1.19

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Modul 1

Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi,


Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran
Prof. Dr. Anik Ghufron
Prof. Dr. Sutama, M.Pd.

PEND A HU L UA N

B erbicara tentang evaluasi pembelajaran tentu tak bisa dilepaskan dengan


persoalan tes, pengukuran, dan asesmen. Hal ini disebabkan keempat
konsep tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, tetapi saling mengait.
Mengapa keempat istilah tersebut perlu dipahami terlebih dahulu? Hal
ini tidak bisa dilepaskan dari urgensi makna keempat istilah tersebut tatkala
melakukan kajian lebih lanjut terhadap bidang evaluasi pembelajaran. Oleh
karena itu, jika seseorang sejak awal sudah salah dalam memaknai keempat
istilah tersebut ada kemungkinan mereka akan mengalami kesesatan dalam
mengkaji aspek-aspek lainnya dalam bidang evaluasi pembelajaran.
Pada bagian ini, Anda akan mempelajari tentang makna tes, pengukuran,
asesmen, dan evaluasi. Di samping itu, akan dikaji juga keterkaitan di antara
keempat konsep tersebut. Kajian-kajian tersebut relevan dipilih untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji hakikat evaluasi
pembelajaran.
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan
memahami pengertian dan keterkaitan konsep tes, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Indikator keberhasilan Anda mempelajari bab ini, antara lain
ditandai dengan kemampuan Anda dalam:
1. menjelaskan pengertian tes, pengujian, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi;
2. mengaitkan antara konsep tes, pengujian, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi; dan
3. menjelaskan peran dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran.
1.2 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

Kegiatan Belaja r 1

Pengertian Tes, Pengukuran,


Asesmen, dan Evaluasi

A. PENGERTIAN

Ada empat konsep atau istilah yang perlu dikemukakan terlebih dahulu
dalam kaitannya dengan pembahasan evaluasi pembelajaran, yaitu tes,
pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Keempat konsep tersebut saling terkait
dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kegiatan evaluasi perlu
melibatkan ketiga kegiatan lainnya, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian.
Bab ini akan memaparkan keempat konsep atau istilah tersebut secara detail.

1. Tes
Philips (1979: 1-2) menyatakan bahwa “a test is commonly defined as a
tool or instrument of measurement that is used to obtain data about a specific
trait or characteristic of an individual or a group”. Johnson & Robert T.
Johnson (2002: 62) menyatakan “tests are given to assess student learning, to
increase student learning, and to guide instruction”. Mardapi (2008: 67)
menyatakan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek
tertentu dari orang yang di kenai tes. Berdasarkan atas ketiga pengertian di
atas dapat dikatakan bahwa tes merupakan serangkaian butir pertanyaan
dan/atau pernyataan untuk mengungkap karakteristik atau kemampuan
seseorang.
Hasil tes biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar,
meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan kegiatan pembelajaran.
Tes sebagai bagian dari kegiatan pengukuran dibedakan dari jenis
pengukuran lain (non tes). Salah satu aspek yang membedakan adalah
“jawabannya”. Tes, pada umumnya, menuntut jawaban “benar” atau “salah”.
Sementara itu, non tes tidak selalu dan sangat tergantung dari karakteristik
aspek yang diukur.
Beberapa istilah yang terkait dengan bidang kajian tes, yaitu testing,
testee, dan tester. Testing adalah waktu di mana tes dilaksanakan, atau waktu
 MPMT5302/MODUL 1 1.3

pelaksanaan tes. Testee adalah orang yang dikenai tes, atau orang yang
mengerjakan tes. Tester adalah orang melakukan tes, atau pelaksana tes.

a. Jenis tes
Sebagai pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis adalah
sebagai berikut.
1) Tes Seleksi
Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, dimana hasil
tes digunakan untuk memilih peserta didik yang tergolong paling baik
dari sekian banyak calon peserta didik yang mengikuti tes. Materi tes
pada tes seleksi merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan yang akan diikuti calon peserta didik. Materi yang diujikan
terdiri atas butir-butir yang cukup sulit, sehingga calon-calon yang
tergolong memiliki kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan dapat
menjawab butir-butir yang diujikan.
2) Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan pre tes, tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran
yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini
dilaksanakan sebelum materi atau bahan pelajaran diberikan kepada
peserta didik.
3) Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi
pelajaran sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
Materi tes akhir bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan kepada
peserta didik, dan soal yang dibuat sama dengan soal tes awal. Dengan
demikian jika hasil post-test lebih baik dari pre tes maka pada umumnya
dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil
dengan sebaik-baiknya.
4) Tes Diagnostik
Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran
yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Dengan diketahui jenis-jenis kesukaran yang dihadapi peserta didik,
maka dapat dicarikan upaya berupa therapy yang tepat. Tes diagnostik
juga bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan “apakah
peserta didik sudah dapat mengusai pengetahuan yang merupakan dasar
atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” Materi
1.4 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

yang ditanyakan dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan-bahan


yang sulit dipahami peserta didik. Tes ini dapat dilaksanakan secara
lisan, tertulis serta tes perbuatan.
5) Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh manakah peserta didik telah memahami dan menguasai materi
ajar di dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan setelah suatu pokok bahasan
selesai diberikan. Materi tes formatif ditekankan pada bahan-bahan
pelajaran yang diajarkan, butir-butir soal terdiri atas butir-butir soal yang
tergolong mudah maupun yang termasuk kategori sukar.
6) Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan. Tes sumatif
disusun atas dasar materi pelajaran diberikan selama satu catur wulan
atau satu semester, dengan demikian materi tes sumatif jauh lebih
banyak dari pada tes formatif. Umumnya tes sumatif dilaksanakan secara
tertulis dengan tujuan agar semua peserta didik memperoleh soal yang
sama. Butir-butir soal yang diujikan dalam tes sumatif pada umumnya
lebih sulit daripada butir-butir tes formatif. Tujuan utama tes sumatif
adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta
didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan: (a) kedudukan dari masing-
masing peserta didik ditengah-tengah kelompoknya, (b) dapat tidaknya
peserta didik untuk mengikuti program pengajaran berikutnya,
(c) kemajuan peserta didik untuk diinformasikan kepada pihak orang tua
yang tertuang dalam bentuk Rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar.
7) Jenis tes menurut individu yang dites
Tes ini dibedakan menjadi; (1) tes individual yakni tes dimana saat
pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang peserta didik
dan (2) tes kelompok yakni tes dimana guru menghadapi sejumlah
peserta didik.
8) Jenis tes menurut jawaban
Berdasarkan jawaban yang dikehendaki tes dibedakan menjadi; (1) tes
verbal yakni tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat baik secara lisan ataupun secara tertulis
dan (2) tes yang menghendaki jawaban peserta didik bukan berupa
 MPMT5302/MODUL 1 1.5

ungkapan atau kalimat melainkan berupa tindakan atau tingkah laku


yang melibatkan gerakan otot. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur
tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor.

b. Bentuk tes
Bentuk tes secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tes
subyektif (esai) dan tes objektif.
1) Tes esai
Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa
dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes
bentuk esai peserta didik dituntut untuk berpikir dan menggunakan apa
yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab.
Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada peserta didik untuk
menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri sehingga
memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan kemampuannya dalam
menerapkan pengetahuan untuk menganalisis, menghubungkan dan
mengevaluasi soal yang dihadapi.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang
dapat dijawab oleh peserta didik dengan jalan memilih salah satu di
antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau
dengan menuliskan jawabannya dengan memilih kode-kode tertentu
yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan.
Jawaban terhadap tes objektif bersifat “pasti” yakni hanya ada satu
kemungkinan jawaban yang benar. Jika peserta didik tidak menjawab
“seperti itu” maka dinyatakan salah. Oleh karena jawabannya bersifat
pasti, jawaban peserta didik yang betul terhadap suatu butir soal, akan
dinyatakan benar oleh korektor. Karena hasil pekerjaan peserta didik jika
diperiksa oleh siapa pun akan menghasilkan skor yang sama, maka
disebut tes objektif.
Tes objektif dapat digolongkan menjadi:
a) tes objektif bentuk benar salah (true-false test);
b) tes objektif bentuk menjodohkan (matching test);
c) tes objektif bentuk melengkapi (completion test);
d) tes objektif bentuk isian singkat (fill-in test);
e) tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test).
1.6 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

Dari berbagai macam tes objektif tersebut di atas, tes bentuk benar salah,
isian singkat, menjodohkan merupakan alat penilaian yang hanya menilai
kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
Tes objektif pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan
mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas.
Tes objektif memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: (1) tes objektif
pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkapkan proses berpikir
yang tinggi. Lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan dibandingkan
mengungkapkan tingkat ke dalam berpikir peserta didik terhadap materi yang
diujikan, (2) terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk bermain
spekulasi, tebak terka atau untung-untungan dalam memberikan jawaban
soal.

2. Pengukuran
Ebel (1972) menyatakan bahwa “measurement is a process of assigning
numbers to the individual members of a set of objects or persons for the
purposes of indicating differences among them in the degree to which they
possess the characteristic being measured”. Pengukuran merupakan kegiatan
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang
melekat pada objek atau kegiatan atas dasar ketentuan yang berlaku.
Dalam bidang matematika, kegiatan pengukuran merupakan bentuk
kegiatan yang sering kali dilakukan sehari-hari. Tanpa adanya kegiatan
pengukuran, kita susah menentukan besaran atau kualitas suatu objek atau
kegiatan.
Apabila kita ingin mengetahui keberhasilan suatu program maka
dibutuhkan kegiatan pengukuran. Kemajuan ilmu dan teknologi juga tidak
bisa dilepaskan dari kegiatan pengukuran. Pengukuran memegang peranan
penting, baik dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi maupun untuk
pemenuhan kebutuhan hajat orang banyak.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan peserta didik setelah
mencapai karakteristik tertentu.
Menurut Guildford (1982) pengukuran adalah proses penetapan angka
terhadap proses gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam kegiatan
belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa
angka sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan kualitatif misalnya
pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang.
 MPMT5302/MODUL 1 1.7

Zainul dan Noehi Nasoetion (1997: 5) memberikan batasan pengukuran,


yaitu merupakan pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Untuk menaksir prestasi siswa, guru melakukan
pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya
mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian
dari hasil pengukuran dapat diambil keputusan tentang kondisi siswa
misalnya dinaikkan, diluluskan, dan sebagainya. Hasil pengukuran tersebut
biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif.

3. Asesmen atau Penilaian


Griffin dan Nix (1991: 53) menyatakan “assessment is the process of
gathering information to make informed decisions”. Menurut Ashcroft dan
David Palacio (1996: 26) “...assessment requires students to demonstrate
what they know, understand and can do already..” Allen & Yen (1997: 2)
mengatakan “assessment for learning is not like this at all – it is usually
informal, embedded in all aspects of teaching and learning, and conducted
by different teachers as part of their own diverse and individual teaching
styles”. Berdasarkan atas ketiga pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
asesmen merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan data tentang kinerja
seseorang untuk kepentingan pembuatan keputusan.
Asesmen merupakan aspek esensial dalam peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan. Bahkan keduanya tak bisa dipisahkan. Ashcroft
dan David Palacio (1996: 26) menyatakan “assessment and learning are
integral and inseparable parts of the same enterprise”.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh beragam informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian
kompetensi peserta didik. Oleh karena penilaian berfungsi membantu guru
untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran, di dalam program belajar
mengajar, kegiatan penilaian membutuhkan informasi dari setiap individu
dan atau kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian
dengan cara mengumpulkan catatan yang diperoleh melalui ujian, produk,
observasi, portofolio, unjuk kerja serta data hasil interviu.
Sedangkan menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian adalah suatu
pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik
seseorang atau sesuatu. Pengertian penilaian berhubungan erat dengan setiap
1.8 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

bagian dari kegiatan belajar mengajar. Ini menunjukkan bahwa proses


penilaian tidak hanya menyangkut hasil belajar saja tetapi juga mencakup
karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.
Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal maupun
informal, untuk menghasilkan informasi belajar peserta didik. Proses
penilaian (tagihan) dapat berbentuk tes baik tertulis maupun lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah. Penilaian juga dapat
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

4. Evaluasi
Menurut Ornstein dan Hunkins (1998: 334) “evaluation is the process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Sementara itu, Ashcroft dan David Palacio (1996: 93)
menyatakan “...evaluation is a process by which the effectiveness of
education interventions can be assessed”. Berdasarkan kedua pengertian
tersebut, evaluasi merupakan kegiatan untuk menetapkan keberhasilan atau
kualitas suatu program atau kegiatan.
Evaluasi dapat dikatakan suatu kegiatan identifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum,
berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan erat dengan keputusan nilai (value
judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi terhadap
kurikulum baru, kebijakan pendidikan sumber belajar tertentu atau etos kerja
guru.
Menurut Stufflebeam dan Shinkfield dalam KTIPTK (2009: 4), evaluasi
adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek.
Dalam melakukan suatu evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk
menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur judgement tentang nilai
suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsur subjektivitas.
Menurut Ornstein dan Hunkins, (1998: 334) di dalam evaluasi
terkandung tiga kegiatan, yaitu penetapan standar untuk menentukan kualitas
kinerja, pengumpulan data yang relevan, dan penerapan standar untuk
menentukan kualitas kinerja. Ketiga aspek atau kegiatan ini yang
membedakan antara kegiatan evaluasi dibanding kegiatan lainnya. Tidak ada
kegiatan evaluasi jika tak ada standar.
Evaluasi memerlukan standar, karena standar akan menentukan batas-
batas penerimaan atau penolakan minimal dari mutu kinerja. Demikian pula,
 MPMT5302/MODUL 1 1.9

tanpa adanya bukti-bukti empirik suatu kegiatan atau objek hasil kegiatan
penilaian maka kegiatan evaluasi sulit dilakukan.

B. KETERKAITAN TES, PENGUKURAN, ASESMEN, DAN


EVALUASI

Sebagaimana dinyatakan pada bagian terdahulu bahwa tes, pengukuran,


asesmen, dan evaluasi memiliki hubungan yang saling mengait. Visualisasi
keterkaitannya dapat dilihat pada Gambar 1.1. sebagai berikut.

Evaluasi

Asesmen

Pengukuran

Tes

Gambar 1.1.
Keterkaitan antara konsep tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi

Berdasarkan gambar 1 di atas dapat dikatakan bahwa di dalam konsep


evaluasi termuat konsep asesmen, pengukuran, dan tes. Evaluasi dapat
terlaksana manakala telah dilaksanakannya kegiatan asesmen. Kualitas
asesmen ditentukan oleh kegiatan pengukuran, yang salah satu bentuknya
adalah tes.
Begitu eratnya kaitan di antara ketiga konsep tersebut maka tidaklah
salah jika masih ada sekelompok masyarakat yang menganggap sama
terhadap ketiga konsep tersebut. Pada awal perkembangannya, bidang kajian
evaluasi sering disamakan dengan bidang pengukuran dan tes. Oleh karena
itu, di masa-masa awal, banyak orang yang melihat evaluasi, pengukuran,
dan tes sebagai sesuatu yang tak terpisahkan.
1.10 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Orang sering mengatakan bahwa evaluasi sama dengan asesmen.


Demikian pula, konsep pengukuran sama dengan tes. Apakah yang
dipersepsikan orang-orang tersebut benar?
2) Apakah tes merupakan satu-satunya alat pengukuran? Jika tidak, apakah
ada beda antara tes dengan angket?
3) Coba deskripsikan dampak negatif jika guru dalam memaknai tes,
pengukuran, asesmen, dan evaluasi salah!
4) Bagaimana kaitan antara kegiatan evaluasi dengan kegiatan peningkatan
mutu pendidikan?
5) Apakah setiap melakukan evaluasi, seseorang mesti melakukan tes,
pengukuran, dan asesmen?
6) Dalam menjalankan suatu program, apakah evaluasi penting dilakukan?
7) Apa yang harus dilakukan oleh guru matematika agar evaluasi berjalan
dengan baik?
8) Jelaskan apa saja kegunaan tes, pengukuran, dan asesmen dalam
pembelajaran?
9) Bentuk tes ada dua yaitu tes esai dan tes objektif, apa kekuatan dan
kelemahan keduanya?
10) Apa yang membedakan kegiatan evaluasi dengan kegiatan pengukuran
dan asesmen?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Seseorang yang menyatakan evaluasi sama dengan asesmen; pengukuran


sama dengan tes adalah tidak tepat.
2) Tes tidak merupakan satu-satunya bentuk pengukuran. Tes berbeda
dengan angket, perbedaannya terletak pada alternatif jawabannya. Tes
menghendaki jawaban benar atau salah.
3) Jika guru dalam memahami makna tes, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi salah, dimungkinkan mereka mengalami kesalahan dalam
mengembangkan aspek-aspek yang terkait. Akibatnya, tujuan evaluasi
tak tercapai.
 MPMT5302/MODUL 1 1.11

4) Ada kaitan antara kegiatan evaluasi dengan mutu pendidikan.


Peningkatan mutu pendidikan memerlukan kegiatan evaluasi untuk
melihat kualitas program.
5) Tidak setiap kegiatan evaluasi mesti melakukan tes, pengukuran, dan
asesmen. Walaupun demikian, untuk melakukan kegiatan evaluasi,
seseorang mesti memiliki bahan untuk penetapan keputusan yang
diambil dari hasil pengukuran dan asesmen.
6) Dalam menjalankan suatu program, evaluasi sangat penting karena
evaluasi merupakan kegiatan untuk memberi pertimbangan tentang
keberhasilan dari suatu kegiatan atau objek berdasarkan atas hasil
pengukuran.
7) Agar evaluasi pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, guru
matematika harus memahami tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi dan
keterkaitan di antara empat konsep tersebut.
8) Kegunaan tes: untuk mengetahui kemampuan belajar, meningkatkan
aktivitas belajar, dan meningkatkan kegiatan pembelajaran.
Kegunaan pengukuran: untuk menaksir prestasi siswa, dengan membaca
apa yang dilakukan siswa (misalnya mengamati kinerja mereka,
mendengarkan apa yang dikatakan), kemudian hasil dari pengukuran
diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan,
dan sebagainya.
Kegunaan asesmen: membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan
pengajaran, di dalam program belajar mengajar, kegiatan asesmen
membutuhkan informasi dari setiap individu dan atau kelompok peserta
didik serta guru.
9) Kekuatan tes esai: memberi kebebasan kepada peserta didik untuk
menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri, dan memungkinkan
peserta didik dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan
pengetahuan untuk menganalisis, menghubungkan dan mengevaluasi
soal yang dihadapi. Kelemahan tes esai: tidak bisa menilai cakupan
materi yang luas.
Kekuatan tes objektif: menilai cakupan materi yang luas.
Kelemahan tes objektif: (1) tes objektif pada umumnya kurang dapat
mengukur atau mengungkapkan proses berpikir yang tinggi. Lebih
banyak mengungkap daya ingat atau hafalan dibandingkan
mengungkapkan tingkat ke dalam berpikir peserta didik terhadap materi
yang diujikan, (2) terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk
1.12 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

bermain spekulasi, tebak terka atau untung-untungan dalam memberikan


jawaban soal.
10) Dalam kegiatan evaluasi ada tiga kegiatan. Kegiatan standar yang
menjadikan kegiatan evaluasi berbeda dengan kegiatan yang lain, karena
standar akan menentukan batas-batas penerimaan atau penolakan
minimal mutu kinerja.

R A NG KU M AN

1. Ada empat konsep yang terkait dengan evaluasi pembelajaran


matematika, yaitu tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
2. Tes merupakan salah satu bentuk pengukuran yang memuat
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang membutuhkan jawaban
benar-salah. Pengukuran merupakan kegiatan untuk menetapkan
angka terhadap gejala atau objek yang diukur dengan menggunakan
ukuran tertentu. Asesmen merupakan kegiatan untuk menentukan
keberhasilan suatu kegiatan atau objek berdasarkan atas hasil
pengukuran. Evaluasi merupakan kegiatan untuk memberi
pertimbangan tentang keberhasilan suatu program.
3. Tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi saling mengait. Oleh karena
itu, jika ingin melaksanakan evaluasi pembelajaran matematika yang
benar maka para guru perlu memahami setiap konsep tersebut dan
keterkaitannya di antara keempat konsep tersebut.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Berikut yang termasuk penilaian penguasaan bahan ajar adalah ....


A. guru bertanya tentang materi pokok bahasan yang diajarkan pada
pertemuan yang lalu
B. murid bertanya kepada guru mengenai keterangan yang baru
dijelaskan
C. murid bertanya kepada temannya tentang pelajaran yang lalu karena
Ia tidak hadir
D. guru bertanya kepada murid, pelajaran sudah sampai halaman
berapa
 MPMT5302/MODUL 1 1.13

2) Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana daya serap
siswa terhadap materi yang baru saja dibelajarkan adalah ....
A. tes formatif
B. tes sumatif
C. tes diagnostik
D. tes hasil belajar

3) Tes yang dilakukan setelah hasil tes formatif diketahui adalah ....
A. tes sumatif
B. tes diagnostik
C. tes hasil belajar
D. tes seleksi

4) ”...to assess student learning and to guide instruction.”


Pernyataan di atas mengacu pada pembahasan evaluasi pembelajaran
pada kegiatan….
A. measurement
B. evaluation
C. assessment
D. test

5) Kegiatan kepala sekolah dalam mencatat latar belakang pendidikan dan


pengalaman mengajar guru bahasa inggris dan matematika di sekolahnya
terkait dengan nilai bahasa inggris dan matematika untuk sekolahnya
berada di bawah rata-rata sekolah lainnya selama 3 tahun terakhir
termasuk ….
A. assessment
B. appraisal
C. penilaian
D. evaluation

6) Suatu proses dimana informasi dan pertimbangan diolah untuk membuat


suatu keputusan untuk kebijaksanaan yang akan datang adalah ….
A. assessment
B. appraisal
C. penilaian
D. pengukuran

7) Pengambilan keputusan seharusnya didasarkan pada hasil ….


A. pengukuran dan kriteria
B. pengukuran dan pemeriksaan
1.14 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

C. assessment dan diagnostik


D. assessment dan seleksi

8) Proses pemberian makna atau penetapan kualitas dengan cara


membandingkan angka hasil pengukuran dengan kriteria tertentu
disebut ….
A. penilaian
B. pengukuran
C. asesmen
D. tes

9) Kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk pemberian angka-angka


pada suatu peristiwa, benda atau gejala disebut ….
A. kriteria
B. penilaian
C. pengukuran
D. asesmen

10) Proses untuk mendapatkan segala bentuk informasi yang dapat


digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan tentang siswa baik
yang terkait dengan kurikulum, program pembelajaran, iklim maupun
kebijakan sekolah disebut ….
A. portofolio
B. asesmen
C. penilaian
D. kebijakan

11) Penilaian yang ditujukan untuk menyaring dan memilih peserta didik
yang paling tepat untuk suatu posisi tertentu disebut ….
A. seleksi
B. formatif
C. diagnostik
D. penempatan

12) Evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan peserta didik yang paling
tepat sesuai dengan bakat dan minat mereka, disebut evaluasi ….
A. sumatif
B. formatif
C. diagnostik
D. penempatan
 MPMT5302/MODUL 1 1.15

13) Evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan kesulitan peserta didik


untuk pemberian bimbingan, disebut evaluasi ….
A. seleksi
B. formatif
C. diagnostik
D. penempatan

14) Penilaian yang dilakukan pada setiap akhir program, misal semester,
disebut evaluasi ….
A. seleksi
B. sumatif
C. placement
D. diagnostik

15) Seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang digunakan untuk
menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat
berbentuk isian singkat dan dilakukan sebelum pelajaran disebut ….
A. ulangan harian
B. tugas individu
C. kuis
D. tugas individual

16) Tes yang dilakukan pada permulaan, dalam proses, maupun akhir
pembelajaran secara psikologis dapat diklasifikasi sebagai berikut,
kecuali ….
A. tes motivasi umum
B. tes bakat
C. tes prestasi
D. tes kepribadian

17) Pernyataan berikut yang tidak termasuk jenis tes berdasarkan tujuannya
adalah ….
A. tes seleksi
B. tes prestasi
C. tes informasi
D. tes uji coba

18) Tes untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi yang
ditetapkan di dalam kurikulum dalam kurun waktu tertentu disebut
tes ….
A. tes uji coba
B. tes penempatan
1.16 Evaluasi Pembelajaran Matematika 

C. tes diagnostic
D. tes hasil belajar

19) Tes yang diselenggarakan untuk mengetahui hasil pembelajaran secara


keseluruhan disebut ….
A. tes formatif
B. tes sumatif
C. tes masuk
D. post-test

20) Jenis tes berdasarkan cara mengerjakannya sebagai berikut, kecuali ….


A. tes unjuk kerja
B. tes tertulis
C. tes lisan
D. tes Kepribadian

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai

Anda mungkin juga menyukai