Anda di halaman 1dari 11

Defenisi Belanja dan Beban

Menurut Deddi Nordiawan (2007), beban di lingkungan akuntansi komersial


dapat didefenisikan sebagai arus keluar dari aset atau segala bentuk penggunaan aset
yang terjadi selama periode tertentu yang berasal dari produksi barang, penyerahan
jasa, atau aktivitas lain yang terjadi dalam kegiatan operasional entitas. Menurut
Accounting Principle Beard (APB) Statement No. 4, belanja didefenisikan sebagai
jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau properti lain yang di
transfer, moal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang
terjadi dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima.

1. Defenisi Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggara bersangkutan
yang tidak ada diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. (PSAP No. 2
Paragraf 7). Sementara menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja
daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.

2. Defenisi Beban

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (revisi


2015), beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.

Beban dapat diakui walaupun tidak terjadi arus kas keluar. Beban dapat terjadi
karena penggunaan aset untuk kegiatan operasional.

Klasifikasi Belanja
Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP No. 2
Paragraf 36-40 dikelompokkan menjadi:

1. Belanja Operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari


pemerintah pusat//daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, subsidi, hibah dan
bantuan sosial.
2. Belanja Modal

Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi belanja untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan,
serta aset tak berwujud.

3. Belanja Lain-lain/Belanja Tak Terduga

Belanja ini adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,
bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sagat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

4. Transfer Keluar

Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas


pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat
dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

Namun berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah


dengan Permendagri No. 5 Tahun 2007 dan Permendagri No. 21 Tahun 2011,
belanja dikelompokkan menjadi:

1. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan dan kegiatan. Yang termasuk belanja
tidak langsung adalah

 Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja konpensasi, alam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil.
 Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang
dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka
pendek, menengah dan panjang.
 Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat
terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan yang dimaksud adalah
lembaga yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat.
 Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untu menganggarkan pemberian hibah dalam
bentukuang, barang atau jasa kepada pemerintah atau masyarakat secara
spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.
 Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan utuk menganggarkan pemberian bantuan dalam
bentuk uang dan/jasa atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarakan ddan bagi hasi yang
bersumber pada pendapatan provinsi kepada kabupaten, atau kabupaten
kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
Kepada pemerintah lainnya sesuai peratura perundang-undangan.
 Bantuan Keuangan
Bantuan Keuangan digunakan untuk mengangarkan bantuan keuangan yang
bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten, pemerintah desa,
dan kepaa pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten kepada
pemerintah desa dan pemerintah lainnya dalam rangka peningkatan kemampuan
keuangan.
 Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terrduga adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa
atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana atau sosial,
termasuk pengembalian atau kelebihan penerimaan daerah.

2. Belanja Langsung

Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung


dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

 Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran hononarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
 Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan
barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan dan pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
 Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian atau pembangunan aset tetap berwuud yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Adanya perbedaan kalsifikasi belanja di antara kedua dasar peraturan tersebut
membuat entitas pelaporan harus melakukan konversi untuk klasifikasi belanja
yang akan ilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Hal ini sejalan dengan
PSAP No. 2 Paragra 44-45 bahsa realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai
dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Berikut
klasifikasinya

a. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat


1. Belanja Operasional
1) Belanja pegawai
2) Belanja barang
3) Bunga
4) Subsidi
5) Hibah
6) Bantuan sosial
7) Belanja lain-lain
2. Belanja Modal
1) Belanja tanah
2) Belanja peralatan da mesin
3) Belanja gedung dan bangunan
4) Belanja jalan, irigasi dan jaringan
5) Belanja aset tetap lainnya
6) Belanja aset lainnya
3. Transfer
4. Dana Perimbangan
1) Dana bagi hasil pajak
2) Dana bagi hasil sumber daya alam
3) Dana alokasi umum
4) Dana alokasi khusus

5. Transfer Lainnya (disesuaikan ddengan program yang ada)

1) Dana otonomi khusus


2) Dana penyesuaian

b. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi


1. Belanja Operasi
1) Belanja pegawai
2) Belanja barang
3) Bunga
4) Subsidi
5) Hibah
6) Bantuan sosial
2. Belanja Modal
1) Belanja tanah
2) Belanja peralatan dan mesin
3) Belanja gedung dan bangunan
4) Belanja jalan, irigasi dan jaringan
5) Belanja aset tetap lainnya
6) Belanja aset lainnya
3. Belanja Tak Terduga
1) Belanja tak terduga
4. Transfer
5. Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten//Kota
1) Bagi hasil pajak ke kabupaten/kota
2) Bagi hasil retribusi ke kabupaten/kota
3) Bagi hasil pendapatan lainnya ke kabupaten/kota

c. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota


1. Belanja Operasi
1) Belanja pegawai
2) Belanja barang
3) Bunga
4) Subsidi
5) Hibah
6) Bantuan sosial
2. Belanja Modal
1) Belanja tanah
2) Belanja peralatan dan bangunan
3) Belanja gedung dan bangunan
4) Belanja jalan, irigasi dan jaringan
5) Belanja aset tetap lainnya
6) Belanja aset lainnya
3. Belanja Tak Terduga
1) Belanja tak terduga
4. Tansfer
5. Transfer/Bagi Hasil ke Desa
1) Bagi hasil pajak
2) Bagi hasil retribusi
3) Bagi hasil pendapatan lainnya
Klasifikasi Beban
Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban dapat diklasifikasikan menurut
klasiikasi ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan
jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu :

1. Beban Pegawai
2. Beban Barang
3. Beban Bunga
4. Beban Subsidi
5. Beban Hibah
6. Beban Bantuan Sosial
7. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
8. Beban Transfer
9. Beban Lain-lain

Klasifikasi ekonomi pemerintah daerah, yaitu:

1. Beban Pegawai
2. Beban Barang
3. Beban Bunga
4. Beban Subsidi
5. Beban Hibah
6. Beban Bantuan Sosial
7. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
8. Beban Transfer
9. Beban Tak Terduga

Pengakuan Belanja dan Beban


Menurut Deddi Noordiawan, biaya adalah sejumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan untuk memperoleh suatu aset, sedangkan beban adalah biaya yang
sudah terjadi. Tidak semua biaya dapat langsung dibebankan apabila biaya
tersebut memiliki pariode lebih dari satu tahun.

1. Pengakuan Belanja untuk Laporan Realisasi Anggaran


PSAP No. 2 Paragraf 31-33 dijelaskan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya
penegluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Khusus pengeluaran
melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi pembendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja
diakui dengan mengacu pada peraturan yang mengatur mengenai badan
layanan umum. Menurut Deddi Noordiawan bahwa pengakuan belanja dapat
dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber dana asal yang digunakan
untuk pelaksanaan belanja tersebut, yaitu pengeluaran belanja melalui rekening
umum negara/daerah diakui ketika terjadi arus keluar dari rekening tersebut dan
pengeluaran belanja melaui kas bendahara pengeluaran diakui pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi pembendaharaan, atau dikatakn ketika SPJ pengeluaran
dinyatakan defenitif.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pagar Alam No. 7 tentang Akuntansi


Belanja menyatakan bahwa suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan
sebagai belanja modal dan nantinya akan sebagai aset tetap jika memenuhi
seluruh kriteria berikut:

a. Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 bulan


b. Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan, serta tidak untuk
dijual
c. Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian
barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah di
tetapkan
d. Barang yag dibeli merupakan objek pemeliharaan
e. Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan tidak untuk
dijual/dihibahkan/disumbangkan/diserahkan kepada pihak ketiga.

Suatu pengeluaran pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal dan


dikapitalisasi menjadi aset tetap ika memenuhi seluruh kriteria berikut:

a. Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara


1) Bertambah ekonomis/efisien
2) Bertambah umur ekonomis
3) Bertambah volume
4) Bertambah kapasitas produk
5) Bertambah estetika/keindahan/kenyamanan
b. Nilai rupiah pengeluaran atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut
material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.
Manfaat ekonomis suatu barang/aset tersebut melebihi jangka waktu 1 tahun.
Sementara itu, apabila ada pengeluaran yang bersfat rutin untuk memperbaiki
dan atau memelihara aset tetap meskipun jumlahnya cukup material, tetap
digolongkan sebagai revenue ekspenditure, karena pengeluaran jenis ini
memiliki makna pengeluaran untuk mempertahankan kapasitas yang ada saat
ini.

2. Pengakuan Beban untuk Laporan Operasional

Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 6 menyatakan kalau


beban diakui pada saat tumbuhnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset,
terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa. Dari defenisi ini dapat
diartikan bahwa:

a. Beban harus sudah diakui apabila entitas sudah memperoleh manfaat ekonomi
walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran, tetapi telah timbul
kewajiban untuk membayar.
b. Beban harus diakui apabila terjadinya konsumsi penggunaan aset.
c. Beban diakui apabila terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa.

3. Pengakuan Beban pada PPKD

a. Beban bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah untuk


pembayaran bunga yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan
hibah yang diterima pemerintah saerah seperti biaya commitment fee dan biaya
denda. Beban bunga meliputi bunga pinjaman dan obligasi. Beban bunga diakui
saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan.
b. Beban subsidi merupakan pengeluaran anggaran yang diberikan pemerintah
daerah kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga dapat dijangkau
masyarakat luas. Beban subsidi diakui pada saat kewajiban pemerintah daerah
untuk memberikan subsidi yang timbul.
c. Beban hibah merupakan beban pemerintah yang bersiat tidak mengikat dan
tidak wajib. Pengakuan beban hibah sesuai Naskah Perjanjian Hibah Daerah
dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja hibah.
d. Beban bantuan sosial adalah beban pemerintah yang siffatnya tidak terus-
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi risiko sosial. Pengakuan
beban ini dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja bantuan sosial.
e. Beban penyisihan piutang adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan piutang. Beban ini
diakui pada saat akhir tahun
f. Beban transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada entitas pelapor lain. Beban
transer diakui saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban
pemerintah daerah.

4. Pengakuan Beban pada SKPD

a. Beban pegawai adalah konpensasi terhadap pegawai atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Beban pegawai diakui pada saat diterbitkan SP2D atau pada saat
timbulnya kewajiban pemerintah daerah. Beban pegawai yang pembayarannya
melalui UP/GU/TU, beban pegawai diakui ketika bukti pembayaran beban telah
disahkan pengguna anggaran.
b. Beban barang adalah penurunan manfaat ekonomis dalam periode pelaporan.
Beban ini diakui ketika bukti penerimaan barang atau berita acra serah terima
ditandatangani. Dalam hal ini pada akhir tahun masih terdapat barang
persediaan yang belum terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.

Pengukuran Belanja dan Beban


Menurut Deddi Noordiawan dkk, pengukuran belanja dan beban yang
menggunakan basis kas ataupun akrual diakui dalam laporan keuangan sebesar
nilai wajar yang akan dibayarkan atau yang akan dibayarkan. Akuntansi belanja
dilaksanakan berdasarkan asas bruto dan diukur berdasarkan nilai nominal yang
dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah. Sedangkan,
beban menurut PSAP No. 12 Paragraf 32 diakui pada saat : (a) timbulnya
kewajiban, (b) terjadinya konsumsi aset, (c) terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa. Pengukuran beban dan transaksi nonpertukaran
ddiukur sebesar aset yang digunakan atau dikeluarkan yang pada saat
perolehan dengan nilai wajar. Sedangkan, pengukuran beban dari transaksi
pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya yang dibayarkan
atau yang menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah membentuk
harga.

Pengungkapan Belanja dan Beban


1. Pengungkapan belanja

Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:

1) Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun


anggaran
2) Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target relisasi belanja daerah
3) Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi belanja yang
didasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dengan yang didasarkan pada PP No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
4) Informasi lainnya yang dianggap perlu

Belanja disajikan berdasarkan jenis belanja dalam laporan realisasi anggaran dan
laporan dan rincian lebih lanjut jenis belanja akan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Belanja disajikan dalam laporan realisasi anggaran sesuai dengan klasifikasi
dalam anggaran. Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Jumlah Tahun Realisasi Tahun


Belanja 2011 (Rp) 2011 (Rp) Selisih (Rp)
Belanja
Pegawai      
Belanja Barang      
Belanja Modal 350.000.000 250.000.000 10.000.000

Catatan atas Laporan Keuangan

1) Terdapat selisih lebih sebesar Rp 100.00.000 untuk realisasi belanja modal


dibandingkan anggarannya. Selisih ini ddisebabkan terjadinya efisiensi dalam
pengadaan barang, khususnya dalam harga barang. Realisasi harga barang
lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi pada saat penyusunan anggaran,
yaitu sebesar Rp 100.000.000. Hal ini disebabkan adanya
negosiasi/kesepakatan dengan pihak ketiga melalui proses lelang

2. Pengungkapan Beban

Beban disajikan berdasarkan jenis beban dalam laporan operasional dan rincian
lebih lanjut jenis belanja dalam catatan atas laporan keuangan.

Jumlah Tahun Realisasi Tahun


Belanja 2011 (Rp) 2011 (Rp)
Belanja Pegawai 500.000.000 450.000.000
Belanja Persediaan 40.000.000 30.000.000
Belanja Pemeliharaan 300.000.000 300.000.000
dst.    

Catatan atas Laporan Keuangan

1) Terjadinya kenaikan beban pegawai


2) Beban persediaan merupakan beban persediaan ATK yang terjadinya di tahun
2011
3) Beban pemeliharaan sebesar Rp 300.000.000 sesuai dengan tahun sebelumnya,
merupakan beban pemeliharaan jalan.

Anda mungkin juga menyukai