Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU 6

AUDITING 1
Etika dan Pengendalian Mutu (EPM)

Dosen Pengampu :
Indraguna Kusumabrata, SE.Ak., MM, CPSAK, CA, CPA

Disusun Oleh :

Putri Rachel (43219110017)

Kelas Reguler 2

Universitas Mercu Buana Menteng


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
S1 Akuntansi
Pembahasan : Etika dan Pengendalian Mutu (EPM)

Sistem pengendalian mutu merupakan standar wajib dimiliki sebuah Kantor Akuntan Publik
(KAP) sebagai pedoman dalam hal akuntansi dan pelaksanaan audit. Setiap Kantor Akuntan
Publik (KAP) pada dasarnya mempunyai sistem pengendalian mutu yang sudah didesain oleh
masing-masing Kantor Akuntan Publik tersebut. Untuk meningkatkan kredibilitas, salah
satunya adalah dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan aturan etika secara
efektif. Kantor Akuntan Publik juga harus memantau efektivitas sistem pengendalian
mutunya dengan melakukan evaluasi secara rutin.

Adapun unsur-unsur pengendalian mutu dimaksud adalah berupa :


1. Independensi : dimana Semua anggota tim yang melaksanakan penugasan wajib
memenuhi persyaratan independen. Contoh prosedur : Setiap patner dan staf wajib menjawab
“kuesioner independens” tahunan sehubungan dengan pemilikan saham atau menjadi anggota
dewan direksi.
2. Penugasan Personel : dimana Semua anggota tim dalam penugasan harus memiliki
tingkat kemampuan dan pelatihan teknik yang memadai. Contoh prosedur : Penugasan
seluruh staf dilakukan oleh patner yang mengetahui perusahaan klien dan melakukan
penugasan setidaknya 2 bulan sebelumnya.
3. Konsultasi : Dimana Pada saat staf atau patner mengalami problem teknis, harus ada
prosedur untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang ahli. Contoh prosedur : Pimpinan KAP
harus siap untuk konsultasi dan harus menyetujui penugasan sebelum penyelesaian
4. Supervisi : Kebijakan untuk menjamin supervisi pekerjaan yang memadai untuk seluruh
tingkatan harus dilakukan untuk setiap penugasan. Contoh prosedur : Dibutuhkan tinjauan dan
persetujuan program audit yang dilakukan oleh patner audit sebelum dilakukan pengujian
rinci.
5. Pemekerjaan (Hiring) : Seluruh karyawan baru harus mampu melaksanakan tugasnya
secara kompeten. Contoh prosedur : Seluruh karyawan yang akan dipekerjakan harus
diwawancarai dan disetujui oleh patner kepegawaian dan patner yang berkaitan dengan
masalah teknis audit.
6. Pengembangan Profesional : Setiap karyawan harus memperoleh pengembangan
profesional yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan kerja secara kompeten. Contoh
prosedur : Setiap profesional harus memperoleh 40 jam pendidikan lanjutan setiap tahun
ditambah jam tambahan yang diusulkan oleh patner
7. Promosi (Advancement) : Kebijakan promosi harus jelas untuk menjamin promosi
karyawan berlangsung sesuai antara kualifikasi dan tanggung jawabnya. Contoh prosedur :
Setiap profesional harus dievaluasi dalam setiap penugasan dan dilaporkan dalam laporang
evaluasi penugasan perorangan yang dimiliki perusahaan.
8. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien : Seluruh klien dan calon klien harus dievaluasi
untuk meminimalisasikan kemungkinan keterbatasan integritas manajemen. Contoh
prosedur : Formulir evaluasi klien, sehubungan dengan masalah yang dikomentari oleh
auditor terdahulu dan evaluasi atas manajemen, harus disajikan untuk setiap klien, sebelum
persetujuan dilakukan
9. Inspeksi : Kebijakan dan prosedur harus jelas guna menunjang terpenuhinya kedelapan
elemen pengendalian mutu secara konsisten Contoh prosedur : Patner yang bertanggungjawab
terhadap pengendalian mutu harus menguji prosedur pengendalian mutu setidaknya setahun
sekali untuk menjamin bahwa operasi perusahaan tidak menyimpang.

 Integritas : Setiap Profesional harus tegas dan juga harus jujur dalam menjalin hubungan
profesionalnya dalam hubungan bisnis saat melakukan pekerjaannya. Dimana Para
profesional tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atas informasi lainnya yang
diyakini terdapat hal berikut:
 Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
 Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati.
 Menghilangkan ataupun menyembunyikan yang bisa menyesatkan atas informasi yang
seharusnya diungkapkan.
 Objektivitas
 Setiap praktisi tidak boleh membiarkan adanya subjektivitas benturan kepentingan
ataupun pengaruh yang tidak layak dari campur tanggapan pihak lain yang dapat
mempengaruhi pertimbangan profesional.
 Setiap praktisi harus menghindari adanya hubungan yang bersifat subjektif yang
karenanya dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
 Kompetensi serta kecermatan & kehati-hatian profesional
 Setiap praktisi diharuskan memelihara pengetahuan maupun keahlian profesionalnya
pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien
maupun pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara
kompeten.
 Setiap praktisi diharuskan bertindak secara profesional dan sesuai standar profesi
maupun kode etik profesi yang sudah berlaku.
 Kerahasiaan
 Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya juga tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan klien atau pemberi kerja
terkecuali :
1) Ada kewajiban untuk mengungkapkan sesuai ketentuan hukum yang berlaku
ataupun peraturan lain yang ada.
2) Terdapat kewajiban profesional untuk mengungkapkan selama tidak dilarang
ketentuan hukum (misal review mutu)
3) Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan harus terus berlanjut, bahkan
setelah berakhirnya hubungan profesional dengan klien ataupun pemberi kerja.
 Perilaku Profesional
 Setiap profesional wajib mematuhi hukum dan peraturan-peraturan yang sudah
berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesinya tersebut.
 Setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya kesimpulan negatif oleh pihak
ketiga atau organisasi lain dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi
yang relevan, yang dapat menurunkan dan merusak reputasi profesi. Contohnya :
1) Membuat pernyataan berlebihan mengenai jasa profesional yang diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang diperoleh.
2) Membuat pernyataan yang dapat merendahkan ataupun melakukan perbandingan
yang tidak didukung oleh fakta terhadap hasil pekerjaan para praktisi lain.
SOAL ESSAY
1. Dalam hal apa laporan keuangan dikatakan Opini wajar tanpa pengecualian
(Unqualified Opinion) ?
Jawab : Laporan keuangan dikatakan opini wajar tanpa pengecualian jika Auditor tidak
menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan,dan laporan
keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

2. Jelaskan, apa tujuan dibuatnya standar audit !?


Jawaban : Standar audit dibuat dengan tujuan agar para auditor termasuk akuntan publik yang
melakukan pekerjaan auditor, agar bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Sehingga
kulaitas dari hasil audit dapat diukur dengan jelas karena sudah mempunyai standar yang
berlaku. Kualitas Audit ini bukan berarti kualifikasi opini tetapi kualitas dari porses auditnya.

3. Jelaskan apa itu jumlah yang material tetapi tidak menggangu laporan keuangan
secara keseluruhan dalam mempertimbangkan laporan audit yang telah dibuat !
Jawab : Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan,
tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di salam laporan keuangan dapat mempengaruhi
keputusan pemakai, tetapi keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar,
sehingga tetap berguna. Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji tersebut cukup material
tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan, pendapat yang tepat adalah
pendapat wajar dengan pengecualian (menggunakan “kecuali untuk”).

4. Apa itu Opini audit ?

Jawab : Opini Audit Laporan Keuangan adalah opini yang telah disesuaikan dengan kriteria
tertentu,untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi,seperti hal nya dengan resiko kesalahan (penyimpangan),dan sebagai bukti yang
mendukung penyusunan laporan keuangan.

SOAL PILIHAN BERGANDA ( Highlight kuning = Jawaban)


1. ) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) dikeluarkan oleh auditor apabila ?
a. Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari
b. Auditor tidak menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan
keuangan
c. dimana laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
d. Semua jawaban Salah
e. B dan C Benar
2. Ada berapa jenis tingkatan materialitas dalam mempertimbangkan jenis laporan yang
harus dibuat ?
a. 1
b. 3
C. 4
d. 6
e. 5

3. Kondisi apa saja yang apabila bernilai material, yang memerlukan penyimpangan
dari laporan audit wajar tanpa pengecualian?
a. dibatasinya Ruang lingkup oleh klien atau kondisi lain mengenai kesesuaian penyajian
laporan keuangan menurut GAAP / PSAK yang tidak ditemukan pada bukti audit tersebut
b. Laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
umum di Indonesia
c. Ada beberapa ketidakpastian yang material yang mempengaruhi laporan keuangan yang
tidak dapat diperkirakan kelanjutannya pada saat laporan audit dibuat.
d. A, B dan C benar
e. Semua Jawaban Salah

4. Ada berapa Karakteristik laporan audit kinerja yang baik menurut Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)?
a. 5
b. 7
C. 3
d. 4
e. 6

Anda mungkin juga menyukai