Penerapan Model Pembelajaran PBL

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Accelerat ing t he world's research.

Penerapan Model Pembelajaran


Problem Based Learning dengan
Pendekatan Inkuiri untuk
Meningkatkan Keterampilan Pr...
Eka Cahya Prima

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Mengonst ruksi Rancangan Soal Domain Kompet ensi Lit erasi Saint ifik Siswa SMP Kelas VIII p…
Adib Rifqi Set iawan

Nomor Telepon/HP
badrul asyrof

PENGARUH PEMBIASAAN MENGANALISIS ART IKEL ILMIAH T ERHADAP KET ERAMPILAN PROSES SAINS …
akbar alfarisyi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN
PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
PENGUASAAN KONSEP ELASTISITAS PADA SISWA SMA

Eka Cahya Prima, Ida Kaniawati


Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract: Rendahnya penguasaan konsep fisika disebabkan kurangnya keterampilan proses yang dilatihkan
dalam proses pembelajaran. Hasil observasi ditemukan bahwa tidak tercapainya penguasaan konsep pada
beberapa pokok bahasan fisika diakibatkan proses pembelajaran hanya berorientasi pada latihan soal saja
dalam melatihkan aspek kognitif. Model pembelajaran problem based learning dengan pendekatan inkuiri
mampu melatih keterampilan proses dan melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep dan
keterampilan proses sains setelah diterapkan model pembelajaran tersebut dibandingkan dengan model
konvensional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah control group pretest and posttest dengan
sampel penelitian siswa-siswi kelas XI IPA 6 dan XI IPA 7 di salah satu SMA Kota Bandung yang ditentukan
dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan
penerapan model pembelajaran tersebut terhadap peningkatan penguasaan konsep elastisitas pada kelas
eksperimen dengan kategori tinggi (<g>=0,77) lebih tinggi peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol
yang terkategori sedang (<g>0,50), adanya pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran tersebut
terhadap peningkatan keterampilan proses sains dengan kategori tinggi (<g>=0,87) lebih tinggi
peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol yang mengalami peningkatan dengan kategori sedang
(<g>=0,59). Dan adanya korelasi linier (Ftc=3,2<F(0,99.(5⁄33)=3,635) positif peningkatan keterampilan proses
sains terhadap peningkatan penguasaan konsep setelah diterapkan model pembelajaran tersebut terkategori
tinggi (0,508<ρ<0,887).
Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri, Keterampilan Proses
Sains, Penguasaan Konsep.

PENDAHULUAN
Pembelajaran secara aktif dilakukan dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh
mengolah pengalaman dengan cara mendengar, sekolah. Ketidaktercapaian KKM tersebut
membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksi mengindikasikan bahwa tingkat penguasaan konsep
rangsangan, dan memecahkan masalah. Dengan siswa belum tercapai. Padahal ketercapaian standar
demikian, upaya pengembangan keterampilan kompetensi menurut PP Nomor 19 Tahun 2005
proses dapat dilakukan dengan melakukan proses tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I
pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 6 menyatakan
yang berorientasi pada pemecahan masalah. standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
Berdasarkan hasil pengamatan pada salah pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
satu proses pembelajaran fisika diamati bahwa guru pendidikan dimaksudkan untuk mencapai standar
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kompetensi lulusan.
kemudian siswa ditanya apakah ada tugas pada Pada proses pembelajaran, siswa hanya
pertemuan sebelumnya atau tidak, ternyata tidak berperan sebagai penerima materi pelajaran.
ada tugas. Guru memberikan contoh fenomena Padahal seharusnya siswa turut serta
yang berkaitan dengan kinematika kemudian mengembangkan keterampilan proses yang
memperagakan salah satu contoh gerak di depan dimilikinya sehingga mampu meningkatkan
kelas. Materi pelajaran yang akan dijelaskan pada penguasaan konsep mengenai pokok bahasan yang
pertemuan ini dibuat dalam bentuk bagan materi. sedang dipelajari melalui masalah. Menurut Oon
Setelah selesai pembahasan contoh soal, siswa Sen Tan (2004:7), ketika peserta didik mempelajari
diberikan pekerjaan rumah berupa soal-soal yang sesuatu dan diberikan masalah, hal tersebut
berkaitan dengan materi pelajaran pada pertemuan memberikan siswa tantangan untuk berfikir lebih
ini, dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. dalam.
Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada Berdasarkan uraian yang telah disampaikan
beberapa pokok bahasan fisika diperoleh bahwa diatas, ditemukan masalah kurangnya tingkat
nilai rata-rata setiap pokok bahasan tidak mencapai penguasaan konsep siswa disebabkan proses
pembelajaran yang tidak berorientasi pada masalah. prosedur yang telah dirancang sebelumnya. Setiap
Sehingga diperlukan model pembelajaran berbasis pengambilan data diamati dengan teliti untuk
masalah memfasilitasi siswa untuk menjadi mengurangi paralaks. Guru melatih keterampilan
pebelajar secara aktif dalam menyelesaikan merencanakan penelitian, keterampilan
masalah, hal ini diungkapkan oleh Barbara dan menggunakan alat dan bahan, serta keterampilan
Younghoon (Tan, 2004: 168). Albanese dan mengamati pada siswa.
Mitchel (Tan, 2004:7) memperkuat bahwa Pada tahapan terakhir yaitu tahap menuliskan
dibandingkan dengan model pembelajaran hasil kegiatan, setelah diperoleh data, siswa akan
konvensional, lebih baik digunakan model membuat grafik dalam mengkomunikasikan hasil
pembelajaran berbasis masalah yang mampu penelitiannya dan memperoleh keteraturan data
mengkonstruksi konsep dan mengembangkan yang selanjutnya bisa digunakan untuk meramal
keterampilan proses. Sebagai solusi atas data yang akan diperoleh pada pengambilan data
permasalahan diatas, digunakan model selanjutnya. Guru melatih keterampilan
pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model meramalkan dan keterampilan berkomunikasi pada
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai siswa. Masalah tersebut adalah masalah yang
titik tolak pembelajaran. memenuhi konteks dunia nyata baik yang ada di
Dalam tahapan pembelajaran PBL, pada dalam buku teks maupun dari sumber lain
tahap pemberian masalah, siswa mengamati suatu seperti peristiwa yang terjadi di lingkungan
fenomena yang diperagakan oleh guru. Guru sekitar, peristiwa dalam keluarga atau
melatih keterampilan mengamati pada siswa. kemasyarakatan untuk belajar tentang berpikir
Berdasarkan fenomena tersebut ditemukan dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk
beberapa masalah dikarenakan adanya konflik memperoleh pengetahuan dan konsep yang
kognitif pada siswa, dengan masalah tersebut akan esensial dari materi pelajaran.
muncul pertanyaan “mengapa” dalam diri siswa Menurut Barrows (Tan, 2004: 171), Siswa
yang memunculkan rasa penasaran. Guru menginvestigasi masalah, memecahkan masalah,
melatihkan keterampilan mengamati dan mengumpulkan data, dan mengkomunikasikan hasil
keterampilan mengajukan pertanyaan pada siswa. kegiatan melalui kegiatan eksperimen dengan
Siswa akan mengamati lebih seksama dan diterapkan model pembelajaran berbasis masalah.
didapatkan beberapa data awal. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait
Pada tahap ke dua yaitu tahap menuliskan dengan pembelajaran fisika berbasis masalah
apa yang diketahui, berdasarkan data awal yang menemukan bahwa secara eksplisit pembelajaran
diperoleh, siswa akan melakukan serangkaian berbasis masalah mampu meningkatkan
kegiatan ilmiah untuk ditafsirkan konsep apa yang penguasaan konsep pada stuktur kognitif dan
berhubungan dengan masalah tersebut sesuai keterampilan proses (Tan, 2004: 208).
dengan pemahaman yang telah diketahui
sebelumnya. Guru dalam hal ini melatihkan METODE
keterampilan menafsirkan pengamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Pada tahap ke tiga yaitu tahap menuliskan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan quasy
inti permasalahan, pemahaman konsep yang experimental design dan desain penelitian control
sebelumnya telah diketahui siswa diterapkan dalam group pretest and posttest (Sugiyono, 2005: 70).
rangka menulis masalah utama pada fenomena Kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan
yang telah diamatinya. Guru melatih keterampilan tes penguasaan konsep elastisitas dan tes
menerapkan konsep pada siswa. keterampilan proses sains sebelum dan sesudah
Pada tahap ke empat yaitu tahap menuliskan diterapkan model pembelajaran. Penelitian
cara pemecahan masalah, serangkaian konsep dilaksanakan peneliti secara kolaboratif dengan
dikumpulkan dalam kegiatan kelompok untuk guru mata pelajaran fisika dan siswa. Jumlah kelas
memecahkan masalah kemudian dirumuskan yang digunakan adalah satu kelas reguler untuk
beberapa alternatif pemecahan masalahnya. Guru kelas eksperimen dan satu kelas reguler untuk kelas
melatih keterampilan menerapkan konsep. Pada kontrol yang merupakan sampel yang mewakili
tahap selanjutnya yaitu tahap menuliskan tindakan seluruh kelas yang dipilih peneliti dengan
kerja yang akan dilakukan, serangkaian tindakan pertimbangan tertentu. Berdasarkan hasil uji
kerja yang akan dilakukan kemudian dituliskan homogenitas terhadap nilai pretest kedua kelas
secara berurutan dalam lembar kerja siswa. Siswa diperoleh bahwa keduanya homogen.
menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh Aspek utama yang akan dijadikan penilaian
data dalam rangka menyelesaikan masalah dengan adalah peningkatan penguasaan konsep dan
peningkatan keterampilan proses sains yang
ditunjukkan dengan hasil pretest dan posttest. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1,20
Peningkatan ini dihitung dengan gain ternormalisasi 0,97 0,92
1,00 0,85
antara nilai pretest dan posttest. Pada kelas 0,74

Gain score
0,80 0,67 0,67 0,63
eksperimen diterapkan model PBL dan kelas
0,60 0,47
kontrol diterapkan model konvensional.
0,40
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
0,20
adalah siswa kelas XI SMA Negeri Kota Bandung
0,00
tahun ajaran 2010/2011 dengan pertimbangan
mengamati merencanakan berkomunikasi menafsirkan
dalam menetapkan populasi penelitian di sekolah penelitian pengamatan
yang telah memiliki laboratorium fisika yang cukup Aspek Keterampilan Proses Sains
lengkap. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas Gambar 2. Grafik Perbandingan Peningkatan Keterampilan
XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI Proses Sains Berdasarkan Nilai Gain Ternormalisasi terhadap
IPA 7 sebagai kelas kontrol teknik sampling yang Nilai Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas
digunakan adalah teknik sampling purposive. Kontrol
Pada aspek keterampilan mengamati, kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN eksperimen mengalami peningkatan dengan
1. Hasil Penelitian Peningkatan Keterampilan kategori tinggi (<g>=0,74) lebih tinggi
Proses Sains peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik yang mengalami peningkatan dengan kategori
kelas eksperimen maupun kelas kontrol terjadi sedang (<g>=0,67). Pada aspek keterampilan
peningkatan keterampilan proses sains. Peningkatan merencanakan penelitian, peningkatan keterampilan
tersebut diukur dengan gain ternormalisasi antara proses sains pada kelas eksperimen terkategori
skor pretest dan postest. Peningkatan keterampilan tinggi (<g>=0,85) lebih tinggi peningkatannya
proses sains pada kelas eksperimen lebih tinggi dilihat dari nilai gain ternormalisasinya
daripada kelas kontrol dapat dilihap pada gambar 1 dibandingkan dengan kelas kontrol yang terkategori
di bawah ini: sedang (<g>=0,47). Pada aspek keterampilan
Eksperimen Kontrol
berkomunikasi, kelas eksperimen mengalami
100,0 peningkatan dengan kategori tinggi (<g>=0,97)
80,0 95,0
86,67
lebih tinggi peningkatannya dilihat dari nilai gain
Nilai rata-rata

82,37 ternormalisasinya dibandingkan dengan kelas


60,0
62,5 59,15
kontrol yang mengalami peningkatan dengan
56,84
40,0 kategori sedang (<g>=0,67). Pada aspek
20,0 keterampilan menafsirkan pengamatan, kelas
eksperimen mengalami peningkatan dengan
0,0 kategori tinggi (<g>=0,92) lebih tinggi
Pretest Posttest N gain peningkatannya dilihat dari nilai gain
Gambar 1. Grafik Perbandingan Peningkatan Keterampilan ternormalisasinya dibandingkan dengan kelas
Proses Sains Berdasarkan Nilai Gain Ternormalisasi terhadap kontrol yang hanya mengalami peningkatan dengan
Nilai Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas kategori sedang (<g>=0,63).
Kontrol Berdasarkan hasil uji wilcoxon diperoleh
Grafik diatas menunjukkan bahwa kelas bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan
eksperimen mengalami peningkatan keterampilan pengaruh model pembelajaran problem based
proses sains yang lebih tinggi dibandingkan dengan learning dengan pendekatan inkuiri dibandingkan
kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami model konvensional terhadap peningkatan
peningkatan keterampilan proses sains dengan keterampilan proses sains.
kategori tinggi (<g>=0,87) lebih tinggi Peningkatan keterampilan proses sains
peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh
yang hanya mengalami peningkatan penguasaan Glazer (2001) bahwa: “Model problem based
konsep dengan kategori sedang (<g>=0,59). learning terdiri dari suatu proses penyajian situasi
Rekapitulasi perbandingan peningkatan setiap masalah yang autentik dan bermakna yang
jenis keterampilan proses sains berdasarkan nilai diharapkan memberikan kemudahan kepada siswa
gain ternormalisasi terhadap nilai pretest dan dalam melakukan proses pembelajaran yang utuh.”
posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Menurut Barraws (Ibrahim dan Nur, 2004)
ditunjukkan pada gambar 2 di bawah ini: menyatakan bahwa: “PBL dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan keterampilan Gambar 4. Grafik Perbandingan Peningkatan Penguasaan
berpikir, mengembangkan pengetahuan dan Konsep Setiap Aspek Kognitif Berdasarkan Nilai Gain
Ternormalisasi terhadap Nilai Pretest dan Posttest antara Kelas
keterampilan proses.” Keterampilan proses ini Eksperimen dan Kelas Kontrol
dilatihkan kepada siswa pada tahap menuliskan Pada aspek kognitif pemahaman konsep (C2),
tindakan kerja yang dilakukan dalam sintaks model peningkatan pada kelas eksperimen terkategori
pembelajaran problem based learning. Menurut tinggi (<g>=0,76) lebih tinggi peningkatannya
Nurhayati (Abbas, 2000: 60) menyatakah bahwa: dibandingkan dengan kelas kontrol yang terkategori
“Pada tahap ini siswa menuliskan dan mengerjakan sedang (<g>=0,53). Pada aspek kognitif penerapan
tindakan kerja yang mereka lakukan untuk konsep (C3), peningkatan pada kelas eksperimen
memecahkan masalah tersebut.” Ketika proses itu terkategori tinggi (<g>=0,76) lebih tinggi
dilakukan oleh siswa, maka banyak keterampilan peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol
proses yang dilatihkan kepada siswa. yang terkategori sedang (<g>=0,49). Pada aspek
kognitif analisis konsep (C4), peningkatan pada
2. Hasil Penelitian Peningkatan Penguasaan kelas eksperimen terkategori sedang (<g>=0,68)
Konsep lebih tinggi peningkatannya dibandingkan dengan
Peningkatan penguasaan konsep kelas kontrol yang terkategori sedang (<g>=0,37).
digambarkan dalam gambar 3 di bawah ini: Pada aspek kognitif sintesis konsep (C5),
Eksperimen Kontrol
peningkatan pada kelas eksperimen terkategori
100,0 sedang (<g>=0,60) sama besar peningkatannya
80,0
dibandingkan dengan kelas kontrol terkategori
88,0
sedang (<g>=0,61). Pada aspek kognitif evaluasi
Nilai rata-rata

77
60,0 70,98 konsep (C6), peningkatan pada kelas eksperimen
40,0 48,4 50 terkategori sangat tinggi (<g>=0,90) lebih tinggi
41,72 peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol
20,0
terkategori rendah (<g>=0,32).
0,0 Berdasarkan hasil uji wilcoxon diperoleh
Pretest Posttest N gain bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan
Gambar 3. Grafik Perbandingan Peningkatan Penguasaan pengaruh model pembelajaran problem based
Konsep Berdasarkan Nilai Gain Ternormalisasi terhadap Nilai learning dengan pendekatan inkuiri dibandingkan
Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas model konvensional terhadap peningkatan
Kontrol.
penguasaan konsep.
Grafik diatas menunjukkan bahwa kelas
Peningkatan penguasaan konsep tersebut
eksperimen mengalami peningkatan penguasaan
sesuai dengan yang diungkapkan oleh M.Taufiq
konsep yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Amir (4:2009) bahwa: “Penggunaan PBL dapat
kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami
meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang
peningkatan penguasaan konsep dengan kategori
apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan
tinggi (<g>=0,77) lebih tinggi peningkatannya
mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata
dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya
pada kehidupan sehari-hari.” Ketika diterapkan
mengalami peningkatan penguasaan konsep dengan
model pembelajaran ini, siswa lebih memahami
kategori sedang (<g>=0,50).
konsep yang diajarkan sebab mereka
Rekapitulasi perbandingan peningkatan
sendirimenemukan konsep tersebut. Siswa bukan
setiap penguasaan konsep berdasarkan nilai gain
hanya sekedar memperoleh informasi mengenai
ternormalisasi terhadap nilai pretest dan posttest
ilmu pengetahuan tetapi juga membangun konsep
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang dimilikinya untuk membentuk struktur
ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini:
pengetahuan yang utuh. Hal ini terjadi karena
Kelas eksperimen Kelas kontrol menurut Fogarty (1997) menyatakan bahwa:
1,00 0,90
0,76 0,76
“Ketika diterapkannya PBL, terjadi konfrontasi
0,80 0,68
0,600,61 kepada siswa dengan masalah-masalah praktis,
Gain score

0,60 0,53 0,49 berbentuk ill-structured, atau open ended melalui


0,37
0,40 0,32 stimulus dalam belajar.” Karena menurut Glazer
0,20
(2001) menyatakan bahwa: “Dengan pembelajaran
bermakna diharapkan memberikan kemudahan
0,00
kepada siswa dalam melakukan proses
C2 C3 C4 C5 C6
pembelajaran yang utuh.”
Aspek Kognitif
3. Hasil Penelitian Hubungan Peningkatan dilakukan oleh siswa, maka banyak keterampilan
Keterampilan Proses Sains terhadap proses yang dilatihkan kepada siswa.
Peningkatan Penguasaan Konsep Perkembangan ilmu pengetahuan
Berdasarkan hasil temuan penelitian berlangsung semakin cepat sehingga para guru
diperoleh nilai interval koefisien korelasi populasi tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan
antara peningkatan keterampilan proses sains dan konsep kepada anak didiknya. Sehingga dengan
peningkatan penguasaan konsep berada pada diterapkannya model PBL akan menstimulus siswa
rentang 0,508<ρ<0,887 dengan taraf signifikansi untuk melakukan kegitan proses pemecahan
1%. Korelasi positif tersebut berada pada rentang masalah yang akan membangun konsep yang
0,60<ρ≤0,80. Dapat disimpulkan bahwa nilai dimilikinya. Sesuai dengan pendapat para ahli
interval koefisien korelasi dua variabel untuk psikologi yang mengatakan bahwa anak-anak
populasi berada pada interval korelasi linier mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
terkategori tinggi. Maka dengan diterapkan model abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret,
pembelajaran problem based learning dengan contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan
pendekatan inkuiri, terjadi peningkatan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan
keterampilan proses sains dengan kategori tinggi sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan
(<g>=0,87) yang mempengaruhi peningkatan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan
penguasaan konsep dengan kategori tinggi benda-benda yang benar nyata, akan terbentuk
(<g>=0,77). Kedua peningkatan tersebut saling penguasaan konsep yang utuh mengenai
mempengaruhi secara linier dibuktikan berdasarkan permasalahan yang dihadapinya.
hasil pengolahan data diperoleh Ftc=3,2 dan
F0,99.(5⁄33)=3,635, maka berdasarkan kriteria diatas, KESIMPULAN
data tersebut berdistribusi linear dengan taraf Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah
signifikansi 5%. Adapun korelasinya terkategori dilakukan di salah satu SMA Kota Bandung
tinggi dengan nilai koefisien korelasi linier berada mengenai dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
pada rentang 0,508<ρ<0,887 dengan taraf berikut:
signifikansi 1% terkategori tinggi. 1. Adanya peningkatan keterampilan proses sains
Peningkatan keterampilan proses sains dengan kategori tinggi berdasarkan interpretasi
tersebut mempengaruhi peningkatan penguasaan nilai gain ternormalisasi menurut Hake setelah
konsep. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan diterapkan model pembelajaran problem based
oleh Glazer (2001) bahwa: “Model problem based learning dengan pendekatan inkuiri pada kelas
learning terdiri dari suatu proses penyajian situasi eksperimen.
masalah yang autentik dan bermakna yang 2. Adanya peningkatan keterampilan proses sains
diharapkan memberikan kemudahan kepada siswa dengan kategori sedang berdasarkan interpretasi
dalam melakukan proses pembelajaran yang utuh.” nilai gain ternormalisasi menurut Hake setelah
Pembelajaran yang utuh ini dapat mencerminkan diterapkan model pembelajaran konvensional
adanya tiga aspek yang mendukung sesuai dengan pada kelas kontrol.
tujuan pembelajaran IPA adanya produk, proses, 3. Adanya peningkatan keterampilan proses sains
dan sikap yang dibangun ketika diterapkannya yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dengan
model PBL. Ketika diterapkan PBL, terjadi perbedaan sangat signifikan dibandingkan dengan
perubahan pusat pembelajaran dari belajar berpusat peningkatan keterampilan proses sains pada kelas
pada guru kepada belajar berpusat pada siswa kontrol.
sehingga tercipta kondisi lingkungan belajar yang 4. Adanya peningkatan penguasaan konsep
dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong elastisitas dengan kategori tinggi berdasarkan
siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada interpretasi nilai gain ternormalisasi menurut
siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep- Hake setelah diterapkan model pembelajaran
konsep yang dipelajarinya melalui keterampilan problem based learning dengan pendekatan
proses yang diperolehnya ketika melakukan inkuiri pada kelas eksperimen.
kegiatan percobaan. Hal ini yang menjadikan 5. Adanya peningkatan penguasaan konsep
adanya korelasi antara keterampilan proses dengan elastisitas dengan kategori sedang berdasarkan
penguasaan konsep yang diperoleh oleh siswa. interpretasi nilai gain ternormalisasi menurut
Menurut M. Taufiq Amir (2009) menyatakah Hake setelah diterapkan model pembelajaran
bahwa: “Ketika diterapkan model PBL, Siswa lebih konvensional pada kelas kontrol.
memahami konsep yang diajarkan sebab mereka 6. Adanya peningkatan penguasaan konsep yang
sendiri menemukan konsep.” Ketika proses itu lebih tinggi pada kelas eksperimen dengan
perbedaan sangat signifikan dibandingkan dengan Hofstein, et al. (1982). “The Role of Laboratory in
peningkatan penguasaan konsep pada kelas Science Teaching: Nenglected Aspect of
kontrol. Research.” Review of Educational
7. Adanya korelasi linier positif peningkatan Research. 52, (2), 201-217.
keterampilan proses sains terhadap peningkatan Ibrahim, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan
penguasaan konsep setelah diterapkan model Masalah. Surabaya: University Press.
pembelajaran problem based learning dengan Maknun, J. et al. (2007) “Analisis Kemahiran
pendekatan inkuiri terkategori tinggi. Generik yang Dikembangkan Pelajaran
Fisika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
SARAN Topik Kinematika Partikel.” Jurnal
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah Pendidikan Teknologi Kejuruan INVOTEC,
dilakukan peneliti menyarankan beberapa hal 1-14.
sebagai berikut: Nelkon, M. and Parker, P. (1975). Advanced Level
1.Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut Physics Third edition with SI units.
mengenai penerapan model pembelajaran Hongkong: The Hongkong Printing Press
problem based learning dengan pendekatan Ltd.
inkuiri pada pokok bahasan lain, sehingga dapat Putu, Y. (2002). “Belajar Berdasarkan Masalah
dilihat konsistensi pengaruh penerapan model (Problem Based Learning) Dengan
pembelajaran tersebut terhadap peningkatan Pendekatan Kelompok Kooperatif
keterampilan proses sains dan penguasaan Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
konsep. Pembelajaran Fisika Siswa Kelas III
2.Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut pada SLTP Negeri 2 Singaraja”. Tesis Program
aspek keterampilan proses sains secara Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
menyeluruh sehingga dapat diketahui apakah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
penerapan model pembelajaran problem based IKIP Negeri Singaraja: tidak diterbitkan.
learning dengan pendekatan inkuiri baik Rustaman, N.Y. (2005). Perkembangan Penelitian
diterapkan pada seluruh aspek keterampilan Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan
proses sains. Sains. Makalah pada Seminar FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA Bandung.
Amir, M. (2009). Inovasi Pendidikan melalui Schwartz, P. et al. (2001). Problem Based Learning
Problem based Learning. Jakarta: Prenada Case Studies, Experience, and Practice.
Media Group. London: Stylus Publishing, Inc.
Amin, Z. (2003). Basics in Medical Education. Semiawan C. et al. (1992). Pendekatan
Singapore: World Scientific Publishing. Keterampilan Proses. Jakarta: PT
Barbara. et al. (2001). Energizing Teacher Gramedia Widiasarana Indonesia.
Education And Professional Development Tan, Oon Seng. (2004). Enhancing Thinking
with Problem Based Learning. Virginia: through Problem Based Learning
Stylus Publishing, LLC. Approaces. Singapore: Thomson Learning.
______.(2001). The Power Of Problem Based Uno, H. (2009). Model Pembelajaran Menciptakan
Learning. Virginia: Stylus Publishing, Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
LLC. Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Barel, J. (2007). Problem based learning an inquiry Wenning, C. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies
approach. Virginia: Corwin Press. of pedagogical practices and inquiry
Barrows, H.S. dan Tamblyn, R.M. (2001). Problem processes.” Journal Physics Teacher
Based Learning An Approach to Medical Education Online. 2, (3), 3-11.
Education Springer series on medical
education. New York: Springer Publishing
Company, Inc.
Delisle, R. (1997). How to Use Problem Based
Learning in the Classroom. New York:
Springer Publishing Company, Inc.
Dent J.A. and Harden, R.M. (2005). A Practical
Guide For Medical Teacher. (Second Ed.).
Elsevier Churchill Livingstone.

Anda mungkin juga menyukai