Anda di halaman 1dari 15

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

(Model Pembelajaran Penemuan)

INOVASI PEMBELAJARAN SEJARAH


Diampu oleh Dr. Sardiman, AM., M.Pd.

Disusun oleh:

Ani Sutriati 20718251016


Dhea May Artha 20718251020

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Dhea May Artha, Ani Sutriati


Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: dheamay.2020@student.uny.ac.id

A. PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya zaman, berbicara mengenai peningkatan kualitas

sumber daya manusia tentunya tidak terlepas dari pembahasan mengenai pendidikan.

Mengapa demikian? Karena salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkan

kualitas manusia adalah dengan memberikannya pendidikan sebaik mungkin.

Pendidikan sendiri adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang

dimiliki manusia (Siswoyo, 2015:57). Di mana ada kehidupan manusia di situ pasti

ada pendidikan (Siswoyo, 2015:57). Oleh karena itu perkembangan pendidikan adalah

hal yang harus sejalan sesuai dengan perubahan kehidupan. Perubahan dalam hal

positif sebagai antisipasi untuk kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat

modern.

Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan juga akan mengalami perubahan.

Dalam proses pembelajaran tentunya perlu peran penting dari guru dan siswa. Dimana

masih banyak ditemukan guru yang mengajar dengan kurang memperhatikan

kemampuan berpikir setiap siswanya atau dengan kata lain guru tidak melakukan

pengajaran secara bermakna, metode yang dilakukan kurang bervariasi, dan sebagai

akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung

menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2000). Dengan demikian, perlu adanya

perubahan dan pembaharuan inovasi pendidikan menggunakan berbagai macam

model pembelajaran agar siswa dapat ikut aktif di dalam pembelajaran.


Inovasi merupakan suatu ide penemuan yang baru atau hasil dari

pengembangan kreatif dari ide yang sudah ada (Aris Soimin, 2014:21). Sementara

dalam konteks pembelajaran, inovasi merupakan bentuk kreatifitas guru dalam

mengelola pembelajaran yang semula monoton, membosankan, dan menjenuhkan

menjadi pembelajaran yang menyenangkan, variatif dan bermakna. Inovasi

pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dan harus dimiliki aau dilakukan

oleh guru. Kemauan guru untuk mencoba menemukan pembelajaran yang menarik

merupakan salah satu penunjang munculnya berbagai inovasi-inovasi baru dalam

kegiatan pembelajaran.

Sedangkan model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan

proses rincian dan pencipaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa

berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Sofan

Amri, 2013:4). Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru untuk

memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan menguasai suatu

pengetahuan atau pelajaran tertentu. Pengembangan model pembelajaran sangat

tergantung dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan

kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran terttentu yang diyakini sebagai

model pembelajaran yang paling baik,, semua tergantung situasi dan kondisinya.

Terdapat berbagai macam model pembelajaran inovatif yang bisa dipakai

dalam melaksanakan pembelajaran bermutu sesuai dengan kurikulum 2013. Salah

satunya yaitu model pembelajaran Discovery Learning (model pembelajaran

penemuan). Model pembelajaran Discovery Learning merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman

belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan

oleh guru.
B. PEMBAHASAN

1. Konsep Pembelajaran Discovery Learning

Dasar ide Jerome Bruner yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif

dalam pembelajaran di kelas (Sofan Amri, 2013:21). Bruner memiliki pandangan

lain tentang peranan bahas adalam perkembangan anak. Bruner berpendapat

meskipun bahasa dan pikiran saling berhubungan, tetapi merupakan dua sistem

yang berbeda. Bahasa merupakan alat berpikir dalam yang berbentuk pikiran.

Dengan kata lain bahwa proses berpikir adalah akibat bahasa dalam yang

berlangsung dalam benak siswa. Bruner juga berpendapat bahwa kesiapan adalah

penguasaan keterampilan sederhana yang memungkinkan seseorang menguasai

keterampilang lebih tinggi. Menurut Bruner kita tidak boleh menunggu datangnya

kesiapan, tetapi harus membantu tercapainya kesiapan itu. Tugas orang dewasalah

yang mengajarkan kesiapan itu kepada anak. Berhubungan dengan proses belajar,

Bruner dikenal dengan belajar pnemuannya (discovery learning).

Implikasi Teori Bruner dalam proses pembelajaran sebagai berikut (Sofan

Amri, 2013:22).

a. Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau

suatu masalah.

b. Anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan

model mental yang telah dimilikinya.

c. Dengan pengalamannya, anak akan mencoba menyesuaikanatau

mengorganisasikan kembali stuktur-struktur idenya dalam rangka untuk

mencapai keseimbangan di dalam benaknya.

Bruner menggunakan metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana

murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono,
1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti dan

hubungan melalui proses untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan

(Budiningsih, 2005:43). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai

dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk

mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya dan

menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Untuk itu siswa

diharapkan dapat mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi

baru dan menyingkirkan informasi yang tak perlu.

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran

dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai

strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri

(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga

istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep

atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery

ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam

masalah yang direkayasa oleh guru.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai

pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara

aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah

kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam

Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya

untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli

matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut
untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta

membuat kesimpulan-kesimpulan.

2. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning

Setiap model pembelajaran tidak ada yang sempurna. Semua model

pembelajaran akan saling melengkapi satu sama lain. Terdapat beberapa kelebihan

dan juga kekurangan dari sebuah model pembelajaran. Berikut ini kelebihan dan

kekurangan model pembelajaran Discovery Learning (Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan).

1) Kelebihan Discovery Learning

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan

kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki

dan berhasil.

d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai

dengan kecepatannya sendiri.

e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.


g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan

sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses

belajar yang baru;

k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;

l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;

m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar

menjadi lebih terangsang;

n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan

manusia seutuhnya;

o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;

p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

belajar;

q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2) Kekurangan Discovery Learning

a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak

atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.


b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,

karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara

belajar yang lama.

d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

e. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan

ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning

Dalam model pembelajaran Discovery Learning terdapat beberapa langkah

untuk menggunakan model tersebut terdiri dari langkah persiapan dan

pelaksanaan. Berikut langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning

yang akan kita bahas.

1) Langkah Persiapan (Hosnan, 2014:289)

a. Menentukan tujuan pembelajaran.

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya

belajar, dan sebagainya).

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari

contoh-contoh generalisasi).

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.


f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari

yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke

simbolik.

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2) Pelaksanaan

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Disamping itu guru dapat memulai kegiatan belajar mengajar dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar

lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi

pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang

dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis

(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c. Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan

kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya

yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah,

2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau


membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi

kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara

sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui

wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai

hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,

diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara

tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,

2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar

akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil

verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka

dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.


4. Pembelajaran Discovery Learning dalam Rencana Pelaksanaan Pmbelajaran

Sejarah Indonesia

C. SIMPULAN

Dalam kurikulum 2013 dikehendaki pembelajaran yang mengedepankan

pengalaman personal melalui observasi. Proses pembelajaran yang dikehendaki

adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan sifat

pembelajaran yang kontekstual. Pada kurikulum 2013, peningkatan kualitas

pendidikan di Indonesia diharapkan terjadi meskipun tanpa disadari masih banyak

yang harus diperbaiki dari segala aspek. Yang terpenting adalah bagaimana cara untuk

dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Diharapkan pula guru tidak lagi

menggunakan metode ceramah pada pembelajaran dengan kurikulum apapun. Jika hal

itu dilakukan terus menerus maka kurikulum 2013 tidak akan membawa dampak

positif untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Model pembelajaran Discovery Learning dapat mengembangkan sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Hal tersebut diperkuat lagi dalam penguatan proses

pembelajaran, siswa diarahkan untuk mencaritahu (discovery) bukan diberitahu.

Model Discovery Learning, yang mengarahkan peserta didik untuk berinteraksi,

mencari jawaban atas suatu pertanyaan. Sebagai strategi belajar, discovery learning

mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak

ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih

menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak

diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang

dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.


DAFTAR PUSTAKA

Aris Soimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono. 1996. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta: Karya Asih
Persada.
Direktorat PLP Dirjen Dikdasmenb Depdiknas. 2004. Pedoman Penunjang Kurikulum 2004.:
Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Model Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning.
Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Siswoyo, Dwi dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Sofan Amri. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Filing cabinet, yaitu lemari arsip yang terdiri dari beberapa laci, antara 1-6 laci; tetapi yang

paling banyak digunakan adalah 4 dan 5 laci. Setiap laci dapat menampung kurang lebih

5.000 lembar arsip ukuran surat yang disusun berdiri tegak lurus (vertikal) berdderet ke

belakang. Filing cabinet berguna untuk menyimpan arsip atau berkas yang masih bersifat

aktif.

Rotary alat penyimpanan arsip seperti filing cabinet yang dapat digerakkan secara berputar,

sehingga dalam penempatan dan penemuan kembali tidak banyak memakan tenaga. Alat ini

terbuat dari bahan yang kuat seperti logam atau besi. Arsip disimpan pada alat ini secara

lateral.

Lemari arsip adalah tempat menyimpan berbagai bentuk arsip. Penyusunan arsip dapat

dilakukan dengan cara berdiri menyamping (lateral) dengan terlebih dahulu arsip dimasukan

ke daloam ordner atau ditumpuk secara mendatar.


Rak arsip adalah lemari tanpa pintu tempat menyimpan arsip yang disusun secara lateral

(menyamping). Arsip-arsip yang akan disimpan di rak terlebih dahulu dimasukan ke dalam

ordner atau kotak arsip. Ordner atau kotak arsip ditempatkan di rak arsip sehingga tampak

punggung dari ordner atau kotak arsip, yang berguna menempatkan label/judul arsip yang ada

di dalamnya.

Stopmap folio adalah map yang memiliki daun penutup pada setip sisinya. Daun penutup ini

berfungsi untuk menopang surat yang ada di dalamnya agar tidak jatuh. Pada umumnya,

stopmap folio digunakan untuk menyimpan arsip yang masih dalam proses, tetapi juga untuk

menyimpan arsip yang sudah in aktif.

Map snelhecter atau lebih sering disebut dengan snelhecter map adalah map yang mempunyai

penjepit di tengahnya dan tidak mempunyai daun penutup. Untuk menopang arsip/surat yang

ada di dalamnya maka digunakan penjepit tersebut, maka sebelumnya arsip harus terlebih

dulu dilubangi dengan menggunakan perforatormap yang memiliki penjepit di tengahnya.

Map ini digunakan untuk menyimpan arsip yang bersifat in aktif, tetapi dapat juga

menyimpan arsip aktif. Arsip yang ditempatkan di dalamnya terlebih dahulu harus dilubangi

menggunakan perforator.

Folder adalah map tanpa dilengkapi dengan daun penutup. Map ini berupa lipatan kertas

tebal/plastik saja. Karena tidak ada daun penutupnya, maka map ini fungsinya untk

menyimpan arsip yang selanjutnya akan dimasukan ke dalam kotak arsip secara vertikal.
Guide adalah lembaran kertas tebal atau karton manila yang digunakan sebagai penunjuk dan

atau sekat/pemisah dalam penyimpanan arsip.

Menurut kemampuan dan bentuknya, stapler dapat dibedakan menjadi:

- stapler kecil, yaitu stapler yang bentuknya kecil dan mampu membendel maksimum

10 lembar kertas.

- stapler sedang, yaitu stapler yang bentuknya sedang dan mampu membendel 10-20

lembar kertas.

- stapler besar, yaitu stapler yang bentuknya besar dan mampu membendel lebih dari

20 lembar kertas.

Perforator adalah alat untuk melubangi kartu, perforator dapat dibedakan sebagai berikut:

- Perforator dengan satu pelubang, digunakan untuk melubangi kartu perpustakaan,

papan nama plastik, dan lain-lain.

- Perforator dengan dua pelubang, digunakan untuk melubangi kertas yang akan

disimpan dalam map snelohecter atau ordner.

- Perforator dengan lima pelubang, digunakan untuk melubangi kertas yang akan

dimasukan ke dalam ordner.

Alat sortir adalah alat yang digunakan untuk memisahkan surat yang diterima. Alat sortir

mempunyai berbagai bentuk dan bahan . Ada yang berbentuk rak, kotak, bertingkat, dan

sebagainya. Alat sortir ini dapat dibuat dari berbagai bahan, misalnya logam, kayu, plastik

atau karton.
Adalah alat yang terbuat dari kotak kayu atau baja, yang berfungsi untuk menyimpan arsip

berbentuk kartu atau lembaran yang berukuran kecil seperti, lembar pinjam arsip, atau kartu-

kartu lain yang memiliki jatuh tempo. Di dalam tickler file dilengkapi juga dengan guide atau

pembatas. Ticker file berfungsi sebagai alat pengingat bagi petugas arsip.

Cardex adalah alat yang digunakan untuk menyimpan kartu indeks dengan menggunakan

laci-laci yang dapat ditarik keluar memanjang. Di dalam cardex terdapat semacam kantung

plastik tempat menyimpan kartu indeks. Alat ini terbuat dari bahan besi baja.

Label adalah alat yang digunakan untuk memberi judul pada map/folder yang biasa

diletakkan pada bagian tab dari sebuah folder/guide.

Numerator adalah alat untuk membubuhkan nomor pada lembaran dokumen. Menurut bentuk

dan ukurannya, numerator dibedakan sebagai berikut.

- Numerator kecil, yaitu numerator yang ukuran angkanya kecil dan terdiri dari 4-6

digit.

- Numerator besar, yaitu numerator yang ukuran angkanya lebih besar dan terdiri dari

lebih dari 6 digit.

Anda mungkin juga menyukai