Anda di halaman 1dari 8

Accelerat ing t he world's research.

HUBUNGAN TINGKAT
KECEMASAN DENGAN KUALITAS
TIDUR PASIEN PRE OPERASI DI
RUANG ANGSOKA RUMAH SAKIT
ABDUL WAHAB SJA...
Annaas Budi Setyawan

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Digit al 20304992 T 30701 Pengaruh ronde


T it a Rohit a

hubungan t ingkat kecerdasan spirit ual dengan t ingkat kecemasan


kurnia wat i

FAKT OR-FAKT OR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUT UHAN T IDUR PASIEN …
riza shb
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN PRE


OPERASI DI RUANG ANGSOKA RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

The Correlation Between Level Of Anxiety With Quality Of Sleep To Patient Pre Operative At
Angsoka Room Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda

Annaas Budi Setyawan


STIKES Muhammadiyah Samarinda
Sutini.mgt@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada pasien pre operasi adalah perubahan
fisik dan emosi selama menjalani proses pre operasi. Perubahan fisik seperti rasa sakit pada otot dan
tulang, sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi. Penelitian tujuan
ini adalah untuk melihat hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pasien pre operasi di
Ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjaranie Samarinda. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
korealsi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan
purposive random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 53 responden. Teknik pengumpulan
data menggunakan angket penelitian. Pengolahan dan analisa data menggunakan analisa univariat
dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji statistik Chi Square dengan taraf
signifikan α 0,05. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 yang berarti p<α (0,05) dan dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien pre
operasi di ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahrani.

Kata kunci : Tingkat kecemasan, Gangguan tidur, Pre operasi

ABSTRAK

One of the conditions that cause sleep disorders in patients pre operation is the physical and
emotional changes during the process of pre operation. Physical changes such as pain in the
muscles and bones, while emotional changes include anxiety, fear and depression. The aim at this
study is to investigate the correlation between the level of anxiety and the quality of sleep patient
preoperative at Angsoka Lounge Hospital Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. This research
method was a descriptive correlational with the cross sectional approach. The Sample was use
purposive random sampling, with a total sample of 53 respondents. The data collection was use a
questionnaire study. Data process and analysis was use univariate analysis with frequency
distribution and bivariate analysis with Chi Square statistical tests with significance level α of 0.05.
The result shows p=0,000 which means <α (0.05) and it can be concluded that there is a
correlation between the level of anxiety with the quality of sleep in patients pre operation at
Angsoka Lounge Hospital Abdul Wahab Sjahrani Samarinda.

Keywords: Anxiety level, Sleep disorder, Pre peration

PENDAHULUAN diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Perry


Kebutuhan dasar manusia merupakan &Pottrer, 2006).
sesuatu yang harus dipenuhi untuk Salah satu kondisi yang menyebabkan
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut gangguan tidur pada pasien pre operasi adalah
teori Maslow manusia mempunyai lima perubahan fisik dan emosi selama menjalani
kebutuhan dasar yang paling penting meliputi proses pre operasi. Perubahan fisik yang
:kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan terjadi seperti rasa sakit pada otot dan tulang,
dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa serta jantung berdebar-debar sedangkan
memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga
110
10
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa lingkungan, kelelahan, gaya hidup, tingkat
takut dan depresi. kecemasan, motivasi, dan obat – obatan
Tindakan bedah atau yang disebut (Tarwono, 2006).
dengan operasi merupakan tindakan medis Pada saat seseorang masuk dan dirawat
yang dapat mendatangkan ancaman potensial di rumah sakit atau pelayanan kesehatan
maupun aktual terhadap tubuh, integritas dan lainnya, pola tidur klien dapat dengan mudah
jiwa seseorang. Pada tindakan operasi tertentu berubah dan mengalami gangguan sebagai
dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang akibat dari penyakit dan rutinitas pelayanan
berbeda pula pada seseorang, seperti operasi kesehatan yang tidak diketahui (Perry &
besar yang membutuhkan anastesi total yang Potter, 2006). Setiap penyakit yang
membuat pasien mengalami kecemasan menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik,
hingga 20 – 50 % ditandai dengan dan kecemasan atau depresi, dapat
kegelisahan, takut yang berlebih, dan menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga
gangguan tidur. Serta operasi kecil yang memaksakan klien untuk tidur dalam posisi
hanya membutuhkan anastesi lokal dengan yang tidak biasa (Perry & Potter, 2006).
durasi waktu yang tidak lama. Dengan Terjadinya gangguan pola tidur pada
presentase 10 – 30 % ditandai dengan merasa klien yang dirawat dirumah sakit dapat
tegang , tidak tenang, dan khawatir. disebabkan oleh dampak pertama
Tidur merupakan salah satu kebutuhan hospitalisasi, klien yang sering mengalami
dasar manusia yang termasuk kedalam peningkatan jumlah waktu bangun, sering
kebutuhan fisiologis, tidur juga hal yang terbangun, dan berkurangnya tidur REM serta
universal karena semua individu dimana total waktu tidur. Pada pasien pre operatif,
pundia berada membutuhkan tidur (Kozier, tidur juga merupakan kebutuhan yang sangat
2010). Menurut Potter dan Perry (2006) juga penting. Proses biokimia dan biofisika tubuh
mengatakan kebutuhan untuk tidur, sangat manusia mempuyai irama dengan puncak
penting bagi kualitas hidup semua orang. fungsi atau aktifitas yang terjadi dengan pola
Tiap individu memiliki kebutuhan tidur yang yang konsisten dalam siklus sehari – hari.
berbeda dalam kuantitas dan kualita Bila irama ini terganggu seperti gangguan
stidurnya. pola tidur pada pasien pre oprasi dapat
Tidur juga merupakan salah satu mempengaruhi proses biokimia dan proses
kebutuhan pokok manusia yang memiliki biofisika yang dapat menyebabkan resaknya
fungsi perbaikan dan homeostatik ( stabilitas tubuh/ terjadinya penyimpangan
mengembalikan keseimbangan fungsi – fungsi normalnya (Hudak dan Gallo, 2009).
fungsi normal tubuh ) serta penting juga Hasil survey yang dilakukan di suatu
dalam pengaturan suhu dan cadangan energi rumah sakit di Amerika mengatakan bahwa
normal. Sebenarnya tidur tidak sekedar stimulus yang dapat menganggu tidur di
mengistirahatkan tubuh, tetapi juga rumah sakit meliputi kesulitan menemukan
mengistirahatkan otak khususnya serebral posisi nyaman (62%), nyeri (58%), cemas
korteks, yakni bagian otak terpenting atau (30%), takut (25%), lingkungan baru (18%),
fungsi mental tertinggi yang digunakan untuk tempat tidur yang tidak nyaman (10%)
mengigat, memvisualkan serta (Rohman 2009).
membayangkan, menilai dan memberikan Menurut data riset kesehatan dasar tahun
alasan sesuatu. Karena suatu zat yang disebut 2007 yang diadakan Departemen Kesehatan,
GABA (Gamma Aminobutryric Acid) gangguan mental emosional
merupakan asam amino yang berfungsi (depresidankecemasan) dialami sekitar 11,6
sebagai nuerotransmiter (pengantar sinyal persen populasi Indonesia (24.708.000
saraf) (Pandue,2009) orang) yang usianya di atas 15 tahun.
Selain itu kualitas dan kuantitas tidur Sementara data tahun 2009, jumlah
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang masyarakat yang mengalami gangguan
menunjukkan adanya kemampuan individu kesehatan jiwa seperti stres, depresi, cemas
untuk tidur dan memperoleh jumlah tidur berlebihan, ketakutan, hingga kasus parah
sesuai dengan kebutuhannya. Faktor – faktor Schizofrenia mencapa iangka 20-30 persen.
yang dapat mempengaruhi kualitas dan RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
kuantitas tidur antara lain penyakit, terletak di provinsi Sumatra Barat yang

111
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

merupakan rumah sakit rujukan wilayah kepada 10 pasien. Berdasarkan studi


Sumatra Barat dan Sumatra bagian Tengah. pendahuluan tersebut didapatkan informasi
Berdasarkan data rekam medik ruang bedah bahwa terdapat 5 pasien (50%) mengalami
RSUP Dr. M. Djamil Padang, pasien yang tanda-tanda kecemasan ringan seperti
telah dilakukan operasi pada tahun 2012 kegelisahan, dan sulit berkonsentrasi
sebanyak 1689 orang pasien. Data yang dikarenakan sudah melaksanakan operasi
diperoleh 2 bulan terakhir tercatat pasien sebanyak lebih dari satu kali, 5 pasien (50%)
yang telah dilakukan tindakan operasi dari mengalami kecemasan sedang dan berat,
bulan November sampai Desember tahun dikarenakan mengalami gangguan pola tidur
2013 sabanyak 174 orang pasien, dan juga seperti sulit tidur, jam tidur berkurang atau
didapatkan data pasien yang menunda proses bertambah,dan bangun terlalu pagi
operasi di ruang bedah RSUP Dr. M. Djamil dikarenakan takut akan oprasi yang akan
Padang 2 bulan terakhir di dapatkan data dijalaninya.
sebanyak 28 orang pasien. Berdasarkan latar belakang di atas maka
RSUD Abdul Wahab Sjahranie penulis tertarik untuk mengetahui Hubungan
Samarinda yang terletak di provinsi Tingkat Kecemasan dengan kualitas tidur
Kalimantan Timur yang merupakan rumah pasien pre operasi di ruang Angsoka Rumah
sakit rujukan wilayah Kalimantan Timur. Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie
Berdasarkan data rekam medik ruang bedah Samarinda.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda,
data yang diperoleh 6 bulan terakhir yaitu METODE PENELITIAN
tercatat pasien yang telah dilakukan tindakan Metode penelitian ini adalah deskriptif
operasi dari bulan Agustus 2015 sampai korelasional dengan rancangan cross
Januari tahun 2016 sabanyak 5186 pasien. sectional. Populasi penelitian adalah pasien
Ruang ANGSOKA adalah salah satu yang ada di ruang Angsoka RSUD Abdul
ruang rawat inap yang menerima pasien Wahab Sjahranie Samarinda berjumlah 84
bedah sedang maupun bedah besar, dalam 3 orang. Pengambilan sampel pada penelitian
(tiga) bulan terakhir didapatkan data ini dengan metode purposive sampling yaitu
sebanyak 245 pasien yang menjalani operasi dengan mengambil sampel dari sebagian yang
sedang maupun besar. Pada bulan November telah ditentukan dengan jumlah 53 orang.
81 pasien, bulan Desember 80 pasien, dan Instrumen penelitian menggunakan kuesioner
bulan Januari 84 pasien HARS dengan jumlah 14 pertanyaan dan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan kuesioner PSQI dengan jumlah 7 komponen
yang dilakukan oleh Khair 2012, melalui yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur,
observasi langsung dan wawancara dengan 10 durasi tidur, efisiensi tidur, kebiasaan,
orang pasien yang dirawat di ruang bedah gangguan tidur, dan disfungsi pada siang hari
RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan 7 . Data yang terkumpul dianalisis dengan
orang yang akan dilakukan operasi besar teknik analisa univariat (mean dan distribusi
diantaranya mengalami gangguan tidur. Ada frekuensi) dan teknik analisa bivariat dengan
banyak hal yang membuat pasien rawat inap uji chi square.
mengalami gangguan tidur, diantaranya
pasien mengatakan kecemasan terhadap HASIL PENELITIAN
kondisi penyakitnya sangat khawatir jika ia 1) Karakteristik responden penelitian
tidak bisa sehat seperti semula, kecemasan berdasarkan usia
terhadap tindakan medik yang akan dilakukan Tabel 1. Distribusi berdasarkan usia
terhadap dirinya. Usia Frekuensi (%)
Kecemasan dan kualitas tidur yang 17-21 tahun 5 9,4
dialami oleh pasien preoperasi di ruang 22-35 tahun 10 18,9
angsoka juga didapatkan oleh peneliti
36-45 tahun 18 34,0
berdasarkan fenomena yang ada ditandai
45-55 tahun 20 37,7
dengan kegelisahan, kurangnya konsentrasi,
Jumlah 53 100
dan mudahemosi. Studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti kepada pasien yang Sumber: data primer
sedang pre operasi dengan wawancara awal

112
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

Dari tabel 1. diperoleh hasil bahwa Sumber: data primer


sebagian besar responden berada dalam
kelompok usia lansia awal (46-55 tahun) Dari tabel 4. diperoleh hasil bahwa
sebanyak 20 orang (37,7%), dewasa sebagian besar responden tidak cemas
akhir (36-45 tahun) sebanyak 18 orang sebanyak 20 orang (37,7%), cemas
(34,0%), remaja (17-26 tahun) sebanyak sedang sebanyak 19 orang (35,8%),
10 orang (18,9%), dewasa awal (22-35 cemas ringan 10 orang (18,9%) dan
tahun) sebanyak 5 orang (9,4%). cemas berat sebanyak 4 orang (7,6%).

2) Karakteristik responden penelitian 5) Analisa Univariat Kualitas Tidur


berdasarkan jenis kelamin Tabel 5. Distribusi tingkat kualitas tidur
Tabel 2. Distribusi berdasarkan jenis Kualitas Tidur Frekuensi (%)
kelamin Baik 18 34,0
Jenis Kelamin Frekuensi (%) Tidak 35 66,0
Laki-laki 33 62,3 Jumlah 53 100
Perempuan 20 37,7 Sumber: data primer
Jumlah 53 100 Dari tabel 5. diperoleh hasil
Sumber: data primer sebagian besar responden memiliki
kualitas tidur tidak baik sebanyak 35
Dari tabel 2. diperoleh hasil bahwa
orang (66,0%), sedangkan responden
sebagian besar responden berjenis
yang memiliki kualitas tidur baik
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33
sebanyak 18 orang (34,0%)
orang (62,3%), sedangkan responden
perempuan sebanyak 20 orang (37,7%) 6) Analisa Bivariat
3) Karakteristik responden penelitian Tabel 6. Analisa hubungan antara Tingkat
berdasarkan diagnosa medis
Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada
Tabel 3. Distribusi berdasarkan diagnosa
medis Pasien Pre Operasi di ruang Angsoka
Dx. Medis Frekuensi (%) RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Appendiktomi 5 9,4 Maret-April 2016
Craniotomi 21 39,6 Kualitas Tidur P
Variabel Total Value
Cranioplasty 10 18,9 Baik Tidak
Post ORIF 8 15,1 Tingkat
N % N % N %
Kecemasan
Post TUR 9 17,0
Jumlah 53 100 Tidak Cemas 18 34,0 2 3,8 20 37,7
Sumber: data primer
Ringan 0 0,0 10 18,9 10 18,9
Dari tabel 3. diperoleh hasil bahwa 0,000
Sedang 0 0,0 19 35,8 19 35,8
sebagian besar diagnosa medis adalah
Craniotomi sebanyak 21 orang (39,6%), Berat 0 0,0 4 7,5 4 7,5
Cranioplasti sebanyak 10 orang (18,9%)
, Post ORIF sebanyak 8 orang (15,1%) Jumlah 18 34,0 35 66,0 53 100
dan Post TUR sebanyak 9 orang Sumber: data primer
(17,0%).
Dari tabel 6. diperoleh hasil bahwa
4) Analisa Univariat Tingkat Kecemasan dari 20 orang (37,7%) yang tidak cemas
Tabel 4. Distribusi tingkat kecemasan pasien memiliki kualitas tidur yang baik
Tingkat Cemas Frekuensi (%) sebanyak 18 orang (34,0%) dan kualitas
Tidak cemas 20 37,7 tidur tidak baik sebanyak 2 orang
Ringan 10 18,9 (3,7%). Dari 10 orang (18,9%) yang
Sedang 19 35,8 cemas ringan keseluruhan memiliki
Berat 4 7,6 kualitas tidur tidak baik, begitu pula 19
Jumlah 53 100 orang (35,8%) yang cemas sedang

113
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

keseluruhan memiliki kualitas tidur tidak Penelitian yang dilakukan lexcen dan Hicks
baik. Sebanyak 4 orang (7,5%) cemas (1993, dalam Maas 2011), jenis kelamin
berat keseluruhan memiliki kualitas tidur sangat berhubungan dengan gaya hidup.
yang buruk juga. Hasil uji statistik Dimana gaya hidup seseorang yang salah
diperoleh nilai p=0,000 yang berarti p<α seperti perokok dan ketergantungan alkohol
(0,05) dan dapat disimpulkan bahwa ada dilaporkan memiliki keluhan kesulitan untuk
hubungan antara tingkat kecemasan tertidur, keluhan terhadap perasaan
dengan kualitas tidur pada pasien pre mengantuk di siang hari. Selain itu beban
operasi di ruang Angsoka RSUD Abdul berat sebagai kepala keluarga yang
Wahab Sjahranie Samarinda. memikirkan anggota keluarga di saat sakit
juga bisa memperparah kecemasan yang
PEMBAHASAN akhirnya mengganggu kualitas tidur pasien
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh (Moerdjani, 2010).
bahwa sebagian besar responden berada Berdasarkan variabel tingkat kecemasan
dalam kelompok usia 45-55 tahun yaitu diperoleh hasil bahwa sebagian besar
sebanyak 20 orang (37,7%). Dibandingkan responden tidak cemas sebanyak 20 orang
dengan penelitian terkait didapatkan bahwa (37,7%), cemas sedang sebanyak 19 orang
hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (35,8%), cemas ringan 10 orang (18,9%) dan
Kumalasari (2011) tentang hubungan tingkat cemas berat sebanyak 4 orang (7,6%). Hasil
kecemasan terhadap kebutuhan tidur pada ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
pasien asma di RSDU Moewardi Solo di Ririn (2015) menyatakan bahwa untuk tingkat
mana sebagian besar responden berada pada kecemasan sebagian besar responden berada
rentang 45-55 tahun sebanyak 30 orang dalam kategori normal sebanyak 24 orang
(45,7%). Usia adalah masa hidup pasien yang (63%). Hal ini menunjukkan bahwa para
didasarkan pada pernyataan pasien yang pasien yang dirawat inap di Ruang perawatan
biasanya dinyatakan dalam bentuk tahun. Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjhranie
Menurut Utama (2003) beberapa karakteristik mengalami kecemasan ringan, hal ini
individu diantaranya usia dapat disebabkan suasana ruang perawatan yang
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Pada terlalu ramai karena batas tempat tidur pasien
penelitian ini, usia pasien menunjukkan rata- tidak ada sekatnya, selain itu juga karena
rata 45-55 tahun yang merupakan masuk memikirkan prognosis penyakit yang akan
dalam kategori lansia. Usia menjadi salah dihabiskan, dan bertemu dengan kondisi
satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lingkungan yang baru, hal tersebut yang
seseorang. Kualitas tidur berkurang sesuai dialami responden ketika menjalani rawat
dengan bertambahnya usia. Kebutuhan tidur inap. Kecemasan merupakan perasaan yang
anak-anak berbeda dengan kebutuhan tidur tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran
dewasa. Kebutuhan tidur dewasa juga akan akan penyakti yang sedang dialami saat ini.
berbeda dengan kebutuhan tidur lansia (Pemi, Kecemasan adalah kebingungan,
2009). Seseorang yang mempunyai umur kekhawatiran pada suatu yang akan terjadi
lebih tua ternyata lebih mudah mengalami dengan penyebab yang tidak jelas dan
gangguan akibat kecemasan daripada yang dihubungkan dengan perasaan yang tidak
lebih muda (Varcoralis, 2007). menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2012).
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh Cemas adalah suatu situasi yang dirasakan
hasil bahwa sebagian besar responden oleh individu mengenai ketidaknyamanan
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 perasaan karena aktifitas system nervus
orang (62,3%). Dibandingkan dengan otonomi pada respom ancaman non spesifik,
penelitian terkait didapatkan bahwa hasil biasanya tidak jelas penyebabnya atau dikenal
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sumbernya. Kecemasan adalah respon
Sri Satiti Budayani (2015) yang mendapatkan individu terhadap suatu keadaan yang tidak
bahwa sebagian besar responden merupakan menyenangkan atau mengurangi rasa nyaman
laki-laki. Menurut Koentjaraningrat (2008) (Carpenito, 2010). Sesuai hasil yang
Jenis kelamin sangat berhubungan dengan didapatkan bahwa banyak pasien yang
gaya hidup. Dimana gaya hidup yang salah mengeluhkan tidak bisa tidur karena belum
cenderung mengalami kesulitan tidur. banyak informasi yang didapatkan mengenai

114
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

operasi yang akan dijalani. Selain itu perihal tentang operasi penyakit yang akan
sebagian lagi mengeluh karena perubahan dijalani dan hal ini tidak hanya menimpa
kebiasaan tidur, dimana selama di rumah pasien tetapi juga keluarga yang menjaganya.
kebiasaan pasien lebih sering mematikan Kualitas tidur berkaitan dengan jenis tidur
lampu ketika tidur, sedangkan selama di REM dan NREM yang mengandung arti
rumah sakir lampu masih menyala ketika kemampuan individu untuk dapat tetap tidur
tidur. Salah satu respon yang muncul dari dan bangun dengan jumlah tidur REM dan
kecemasan adalah gangguan pola tidur pada NREM yang sesuai. Sedangkan yang
pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. dimaksud dengan kuantitas tidur adalah
Menurut Savitri Ramaiah (2007) ada keseluruhaN waktu tidur individu (Craven &
beberapa faktor yang menunjukkan reaksi Hirnle, 2000).
kecemasan, diantaranya yaitu lingkungan atau Tidur adalah suatu proses yang sangat
sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara penting bagi manusia, karena dalam tidur
berpikir individu tentang diri sendiri maupun terjadi proses pemulihan. Proses ini
orang lain. Kecemasan bisa terjadi jika bermanfaat mengembalikan kondisi
individu tidak mampu menemukan jalan seseorang pada keadaan semula, dengan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam begitu tubuh yang tadinya mengalami
hubungan personal ini, terutama jika dirinya kelelahan akan menjadi segar kembali
menekan rasa marah atau frustasi dalam (Dawson D, 2005). Terdapat berbagai jenis
jangka waktu yang sangat lama. Pikiran dan gangguan tidur yang dapat menurunkan
tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat kualitas tidur seseorang, yaitu antara lain
menyebabkan timbulnya kecemasan. somnambulisme, night terror, insomnia,
Kecemasan mempengaruhi gejala-gejala fisik, mudah tertidur (hypersomnia), parasomnia,
terutama pada fungsi saraf akan terlihat narkolepsi, sleep walking, obstructive sleep
gejala-gejala yang akan ditimbulkan apnea/hypopnea syndrome (OSASH). Tidur
diantaranya tidak dapat tidur, jantung merupakan suatu keadaan tidak sadar
berdebar-debar, keluar keringat berlebih, (unconciuusness) tetapi dapat dibangunkan
sering mual, gemetar , muka merah dan sukar dengan perangsangan sensori yang sesuai
bernafas. Pada pasien preoperasi dapat (Martini, 2001). Tidur sebagai perubahan
mengalami berbagai ketakutan, takut terhadap keadaan kesadaran yang terjadi secara terus-
anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, menerus dan berulang untuk menyimpan
takut tentang ketidaktauan atau takut tentang energi dan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
deformitas atau ancaman lain terhadap citra Selain karena cemas, penurunan kualitas
tubuh dapat menyebabkan kecemasan atau tidur pasien juga dikarenakan terganggu
ansietas (Smeltzer and Bare, 2002). karena suasana lingkungan rumah sakit yang
Kecemasan tentang pembedahan dapat terlalu ramai dan kondisi pasien sebelahnya
dengan mudah mengganggu kemampuan mengerang kesakitan. Kebutuhan untuk
untuk tidur serta kondisi penyakit yang istirahat dan tidur adalah penting bagi kualitas
membutuhkan tindakan pembedahan yang hidup semua orang dikarenakan pada kondisi
menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga mereka yang sedang sakit membutuhkan
mengganggu tidur. istirahat yang cukup dalam pemulihannya.
Berdasarkan variabel kualitas tidur Namun demikian, tiap individu memiliki
diperoleh hasil sebagian besar responden kebutuhan yang berbeda dalam jumlah tidur
memiliki kualitas tidur tidak baik sebanyak (Quantity of Sleep) dan kualitasnya (Quality
35 orang (66,0%), sedangkan responden yang of Sleep) (Potter & Perry, 2005).
memiliki kualitas tidur baik sebanyak 18 Dinyatakan bahwa tidur merupakan
orang (34,0%). Hasil ini sejalan dengan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
penelitian Dewi Kumala (2015) yang memiliki fungsi perbaikan dan homeostatic
mengatakan kualitas tidur tidak baik (mengembalikan keseimbangan fungsi-fungsi
sebanyak 26 responden (68%) dan yang baik normal tubuh) serta penting juga dalam
sebanyak 12 responden (32%). Menurut pengaturan suhu dan cadangan energi normal
analisa peneliti banyaknya pasien yang terlebih bagi seseorang yang sedang berada
mengalami kualitas tidur yang tidak baik pada kondisi sakit. Sebenarnya tidur tidak
disebabkan karena perasaan gugup dan panic sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga

115
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

mengistirahatan otak, khususnya sereberal Hawari. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan
korteks, yakni bagian otak terpenting atau DepresiEdisi 2. Jakarta :Fakultas Ilmu
fungsi mental tertinggi yang digunakan untuk Kedokteran Universitas Indonesia.
mengingat, memvisualkan serta Y. M. Khair (2012), faktor - faktor yang
membayangkan, menilai dan memberikan berhubungan dengan pemenuhan
alasan sesuatu, disini dengan istirahatnya otak kebutuhan tidur pada pasien preoperasi
diharapkan proses penyembuhan pasien yang pertamakali dirawat inap di ruang
semakin baik. bedah RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
TAHUN 2012. Fakultas Keperawatan
KESIMPULAN Universitas Andalas.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Kozier et al. (2004). Fundamentals of
p=0,000 yang berarti p<α (0,05) dan dapat Nursing Consepts, Proces, and Practice,
disimpulkan bahwa ada hubungan antara New Jersey : Pearson Prentise Hall.
tingkat kecemasan dengan kualitas tidur Notoatmodjo, (2012). Metodologi Penelitian
pada pasien pre operasi di ruang Angsoka Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta.
RSUD Abdul Wahab Sjahrani. Nursalam.(2008).Konsep dan Penerapan
Metodelogi Penelitian
UCAPAN TERIMA KASIH IlmuKeperawatan.Jakarta : EGC
Penulis mengucapkan terima kasih Rohma ningsih, (2013). Hubungan antara
kepada dr. Rachim Dinata Marsidi.,Sp.B, Kualitas Tidur dengan Tingkat
M.Kes selaku Direktur RSUD. Abdul Wahab Kecemasan, Universitas Diponegoro :
Sjahranie Samarinda yang telah memberikan Semarang
ijin tempat penelitian. Kepada Ghozali M.H., Perry, (2005).Buku Ajar Fundamental
M.Kes Selaku ketua STIKES Keperawatan : Konsep, Proses &
Muhammadiyah Samarinda. Praktek. Vol.2.Jakarta : EGC.
Setyawan,A.B, Lestari, E.S, Winarto. (2015).
KEPUSTAKAAN Pembuktian Ekstrak Daun Kejibeling
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Dalam Meningkatkan Sistem Imun.
Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : KEMAS 11 (2) (2016)
Rineka Cipta. Suliha.(2004). Identifikasi Kecemasan dan
Brunner&Suddarth.(2001). Buku Ajar Penetalaksanaanya. Bandung : PT. Sinar
Keperawatan Medikal Bedah. Alih Pustaka.
Bahasa Agung Waluyo. Edisi 8.Jakarta :
EGC
Buysse, D.J., Reynold III, C.F., Monk, T.H.,
Berman, S.R., &Kupfer, D.J. 1998.
Pittsburg Sleep Quality Indeks (PSQI)
Diakses
dari :http://findarticles.com/p/articles/mi
_mOFSS/is_4_12/ai_n18616017.
Diakses pada 05 Agustus 2016.

116

Anda mungkin juga menyukai