DI SUSUN OLEH:
AGIL(PO7120120005)
HAKIM SETIAWAN(PO7120120001)
RISKY RAMDHAN(PO712010004)
WINDA OKTAVIANI(PO7120120002)
WIWIT(PO712010003)
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“KEKURANGAN KALORI PROTEIN” makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata
kuliah keperawatan anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa pengertian KKP............................................................................................6
B. Apa saja Etiologi KKP........................................................................................6
C. Bagaimana patofisiologi KKP.............................................................................7
D. Pathway KKP.......................................................................................................8
E. Apa saja Manifestasi Klinis KKP........................................................................8
F. Apa saja komplikasi pada klien KKP..................................................................9
G. Bagaimana pemeriksaan diagnosik KKP............................................................10
H. Penatalaksanaan Terapeutik.................................................................................10
I. Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus dan
Kwashiorkor........................................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. PADA ANAK DENGAN KWASHIORKOR....................................................25
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..........................................................................................................40
B. SARAN......................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup,
makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru
banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein.Protein
yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein berfungsi
sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang
cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.Beragam masalah malnutrisi banyak
ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP,
yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai
keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan energi protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda.Penyakit
KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang.
Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih
rendah dibanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari
berat badan ideal.
B.Rumusan Masalah
a) Apa pengertian KKP ?
b) Apa saja Etiologi KKP ?
c) Bagaimana patofisiologi KKP ?
d) Apa saja Manifestasi Klinis KKP ?
e) Bagaimana pemeriksaan diagnosik KKP ?
f) Apa saja komplikasi pada klien KKP ?
g) Bagaimana penatalaksanaan pada klien KKP ?
h) Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien KKP ?
C.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan pada klien KKP
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat melakukan :
a) Pengkajian yang tepat pada pasien dengan KKP
b) Diagnosa yang tepat pada pasien dengan KKP
c) Perencanaan yang tepat pada pasien dengan KKP
d) Implementasi yang tepat pada pasien dengan KKP
e) Evaluasi yang tepat pada pasien dengan KKP
BAB II
PEMBAHASAN
Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein Energi Malnutrisi
( PEM ).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam
waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein
maupun energi (Sediatoema, 1999).
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu
KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (under nutrition) ditandai oleh adanya
hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan kwashiorkor
marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka
kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000).
B.Etiologi
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein,
kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya
penyakit yang menyebabkan asupan sub optimal, gangguan penyerapan dan pemakaian nutrien,
dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau keadaan stres.
Kekurangan kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara yang sedang
berkembang dan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa kanak – kanak
diseluruh dunia. (Rudolph, 2006).
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai tekanan,
sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik
(kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor). Penyebab tak langsung dari KKP sangat
banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya KKP :
1) Ekonomi negara rendah
2) Pendidikan umum kurang
3) Produksi bahan pangan rendah
4) Hygiene rendah
5) Pekerjaan rendah
6) Pasca panen kurang baik
7) Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancar
8) Persediaan pangan kurang
9) Penyakit infeksi dan investasi cacing
10) Konsumsi kurang
11) Absorpsi terganggu
12) Utilisasi terganggu
13) K K P
14) Pengetahuan gizi kurang
15) Anak terlalu banyak
C.Patofisiologi
Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energy-protein atau tidak mencukupinya makanan
bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus dan kwashiorkor .
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan
kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme
terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin ber kurangnya asam amino dalam serum
menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering
karena depigmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A.
Kekurangan mineral khususnya besi, kalsium dan seng. Edema yang terjadi karena
hipoproteinemia yang mana cairan akan berpindah dari intravascular kompartemen ke rongga
interstisial yang kemudian menimbulkan ascites. Gangguan gastrointestinal seperti adanya
perlemakan pada hati dan atropi pada sel acini pancreas.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.
Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subkutan dan badan tampak
kurus seperti orang tua. Pada marasmus metabolisme lemak kurang terganggu dari pada
kwashiorkor, sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada marasmus tidak
ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium. Pemenuhan kebutuhan
dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi.
D.Pathway
E.Manifetasi Klinis
a) Pada klien Kwashiorkor :
1) Muka sembab
2) Edema
3) Lethargi
4) Jaringan otot mengecil
5) Jaringan subkutan tipis dan lembut
6) Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7) Kulit kering dan bersisik
8) Alopecia
9) Anorexia
10) Gagal dalam Tumbuh kembang
11) Tampak anemia
b) Pada klien Marasmus:
F.Komplikasi
1. Kwashiorkor
Diare
Infeksi
Anemia
Gangguan tumbuh kembang
Hipokalemi
Hipernatremi
2. Marasmus
Infeksi
Tuberculosis
Parasitosis
Disentri
Malnutrisi kronik
Gangguan tumbuh kembang
G.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium, albumin, creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
H.Penatalaksanaan Terapeutik
Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
Pemberian terapi cairan dan elektrolit
Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic
I.Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus dan Kwashiorkor
1. Pengkajian
a. Identitas Anak
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat.
c. Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi. Pada marasmus: ibu pasien
mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan terlihat sangat kurus.Pada
kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi
lemah, tidak mau makan, BB menurun.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat
menyebabkan marasmus-kwarshiorkor. Penyebab yang paling utama dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Pengkuran antropometri
Pada marasmus: Berat badan < 60% dari berat badan normal usianya.
Pada kwashiorkor: Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya,
LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki
dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
a) Pada anak dengan marasmus
Penampilan: Muka seorang penderita marasmus menunjukan wajah
seperti orang tua. Anak terlihat sangat kurus (vel over been)
Kulit: Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor
Rambut kepala: Walaupun tidak sering seperti pada penderita
kwashiorkor, adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah
rontok, berserabut, rapuh, pudar, depigmentasi.
Lemak dibawah kulit: Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
mengurang.
Otot-otot: Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, dan
juga lemas.
Abdomen: Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk.
Jantung: terdapat bradikardi.
Tekanan darah: Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah
dibandingkan dengan anak sehat seumurnya.
b) Pada anak dengan kwashiorkor:
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Edema palpebra/ edema tungkai
Tanda-tanda gangguan system pernafasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostals)
Perut tampak buncit
Hati teraba membesar
Bissing usus dapat meningkat bila terjadi diare
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lutut, dan
ruas-ruas jari kaki).
j. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi, dikarenakan
infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan
penyerapan protein.
k. Riwayat Psikososial
Ibu dengan anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor dapat mengalami
cemas dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta
anak yang sering rewel.
l. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.Pemeriksaan
radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Selain itu juga ditemukan :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus, yaitu:
a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan malnutrisi energi protein
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status
penurunan metabolik
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
e. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat
masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasitentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi
yang seimbang
3. Rencana Keperawatan
Pada anak dengan marasmus
a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan malnutrisi energi protein.
Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat.
Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral.
No. Intervensi Rasional
1 Kaji riwayat diit pasien Mengetahui riwayat diit pasien
sebelumnya yang menyebabkan pasien
menderita marasmus
2 Mengukur dan mencatat BB pasien BB menggambarkan status gizi pasien
dan dapat dijadikan sebagai data dasar.
3 Anjurkan orang tua atau anggota Menyuapi anak atau ada disaat anak
keluarga lain untuk menyuapi anak makan dapat membantu anak untuk
atau ada disaatmakan makan lebih banyak
4 Minta anak makan dimeja dalam Waktu makan yang menyenangkan dapat
kelompok dan buat waktu makan meningkatkan nafsu makan anak
menjadi menyenangkan
5 Gunakan alat makan yang menarik Alat makan yang menarik (lucu,
(lucu, bergambar) bergambar) dapat meningkatkan nafsu
makan anak
6 Sajikan makan sedikit tapi sering Mengurangi rasa mual dan muntah
7 Memberikan makanan tinggi TKTP Nutrisi yang bekalori dan berprotein
dapat mengembalikan fungsi tubuh.
10 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Kolaborasi dengan ahli gizi dapat
pemberian diit pasien membantu mengetahui jenis makan apa
yang baik untuk pasien
mandi
pengunaan balutan.
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Memperlihatkan berat badan stabil atau penambahan berat
badan progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan
bebas dari tanda malnutrisi.
No Intervensi Rasional
1 Kaji status nutrisi secara continue Memberikan kesempatan untuk
selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpangan dari
perhatikan tingkat energy, kondisi normal/dasar pasien dan mempengaruhi
kulit, kuku, rambut, keinginan untuk pilihan intervensi.
makan ataupun anoreksia.
10 Berikan makan sedikit dan sering . Pasien perlu dorongan/ bantuan untuk
Masukkan kesukaan dan menghadapi maslah dasar seperti
ketidaksukaan pasien dalam anoreksia, kelelahan, atau kelemahan otot.
perencanaan makan.
Kolaborasi
11 Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet. Meningkatkan hasrat pada makanan dan
jumlah makanan.
12 Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Membantu dalam identifikasi deficit
Misalnya: preparat multivitamin. nutrient nutrisi parenteral/enteral.
Vitamin larut dalam air ditambahkan
pada larutan parenteral. Vitamin lain
diberikan untuk defisiensi yang
terindikasi.
2 . Gunakan krim kulit 2 kali sehari Melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
setelah mandi, pijat kulit, Pemijatan sirkulasi pada kulit, dapat
khususnya di daerah di atas meningkatkan tonus kulit.
penonjolan tulang.
.
3 . Lakukan perubahan posisi sering. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit
. dengan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi terdiri dari bebarapa tindakan keperawatan, yaitu
validasi rencana keperawatan dan melanjutkan pengumpulan data.Dalam
implementasi keperawatan, tindakan harus mendetail dan jelas agar semua
tenagakeperawatan dapat melaksanakannya dengan baik dalam waktu yang telah
ditentukan.
5. Evaluasi
a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
b. Kekurangan volume cairan dapat teratasi pada marasmus
c. Volume cairan tubuh stabil pada kwashiorkor
d. Tidak terjadi gangguan integritas kulit
e. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
f. Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
g. Pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitnya bertambah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
KWASHIORKOR
Kasus
An. H berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan
keluhan berat badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak
4 bulan yang lalu, anak sering rewel dan kehilangan nafsu makan. Anak sehari-hari
makan 2 kali sehari dengan nasi dan sayur seadanya. An. H adalah anak ke 6 dari
keluarga seorang petani. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N:
96x/ menit, R: 20x/ menit, S: 36 C. BB: 7 kg, TB: 100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit
menurun, terdapat edema pada kaki dan terdapat asites pada abdomen, serta rambut
kemerahan dan mudah rontok.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. H
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
3. Keluhan utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.
a. Pertumbuhan fisik
1) Berat badan lahir : 2000 gram
2) Tinggi badan lahir : 40 cm
3) Waktu tumbuh gigi : 9 bulan, tanggal gigi tahun (-)
b. Perkembangan tiap tahap Usia anak saat:
1) Berguling : tidak ingat
2) Duduk : tidak ingat
3) Merangkak : 10 bulan
4) Berdiri : 13 bulan
5) Berjalan : 15 bulan
6) Senyum kepada orang lain : tidak ingat
7) Bicara pertama kali : tidak ingat
8) Berpakaian tanpa dibantu : tidak ingat
8. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : sejak lahir
2) Cara pemberian : ibu klien bekerja di luar rumah, disusui ketika pagi hari dan
malam hari
3) Lama pemberian : kurang dari 12 bulan.
b. Pemberian susu formula
Belum pernah diberikan susu formula
c. Pemberian makanan tambahan
1) Pertama kali diberikan : 3 bulan
2) Jenis : nasi tim dengan sayur
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran
Kualitas : apatis
Kuantitas:
Respon motorik :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3 +
Jumlah 11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm
e. Head to toe
5 5
5 5
Kaki
12). Anus
• Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
• Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
13). Genitalia
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter
Hematologi:
Fungsi ginjal:
Elektrolit:
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
2 DS: Defisiensi protein Perubahan volume
cairan (fluktuasi)
Ibu klien mengatakan kaki
dan wajah anaknya Kurangnya asam amino
bengkak essensial
DO:
Produksi albumin menurun
wajah dan kaki klien
tampak bengkak, perut
acites, membran mukosa
Tekanan osmotik menurun
kering
C. Diagnosa keperawatan
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang
mempengaruhi masukan nutrisi (asites)
2). Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
3). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakseimbangan nutrisi Kebutuhan nutrisi Memperlihatkan berat badan 1. Kaji status nutrisi secara continue 1. Memberikan kesempatan untuk
kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi. stabil atau penambahan selama perawatan setiap mengobservasi penyimpangan dari
b.d kondisi yang berat badan progresif ke hari, perhatikan tingkat normal/dasar pasien dan
arah tujuan dengan energy, kondisi kulit, kuku, mempengaruhi pilihan intervensi.
mempengaruhi masukan
normalisasi nilai rambut, keinginan untuk makan
nutrisi.
ataupun anoreksia. 2. Membuat data dasar, membantu
laboratorium dan bebas dari
2. Timbang berat badan,ukur lingkar pemantauan keefektifan pengobatan
DS: tanda malnutrisi.
lengan atas dan tebal lipatan teurapeutik dan dapat
kulitsetiap hari dan bandingkan menggambarkan perkembangan
ibu klien mengatakan dengan berat badan saat status gizi pasien.
anaknya tidak mau makan, penerimaan 3. Mengidentifikasi
badannya kurus, dan sering 3. Dokumentasikan masukan oral ketidakseimbangan antara perkiraan
rewel DO: selama 24 jam, riwayat makanan, kebutuhan nutrisi dan masukan
dan jumlah kalori dengan tepat. actual.
klien tampak lemah, Porsi 4. Ketentuan dukungan nutrisi
makan tidak dihabiskan 4. Berikan larutan nutrisi pada didasarkan pada perkiraan
kecepatan yang dianjurkan kebutuhan kalori dan protein.
BB: 11 kg, TB: 100 cm, melalui alat control infuse sesuai
LILA: 12 cm kebutuhan . Atur kecepatan
nutrisi per jam.
Kolaborasi:
Kolaborasi 1. Membantu dalam identifikasi deficit
1. Rujuk pada tim nutrisi atau ahli nutrient nutrisi parenteral/enteral.
diet. 2. Vitamin larut dalam air
ditambahkan pada larutan
2. Berikan obat-obatan sesuai parenteral. Vitamin lain diberikan
indikasi. Misalnya: preparat untuk defisiensi yang terindikasi.
multivitamin.
2 Perubahan volume cairan Volume cairan tubuh Menunjukkan membrane 1. Kaji tanda klinis dehidrasi, 1. Deteksi dini dan intervensi dapat
(fluktuasi) b.d stabil. mukosa/ kulit lembab. Tanda misalnya: kulit atau membrane mencegah kekambuhan / kelebihan
ketidakmampuan mencerna vital stabil.Haluaran mukosa kering, hipotensi atau fluktuasi pada keseimbangan cairan.
cairan. urinarius adekuat.Bebas kekurangan cairan (misalnya edema
edema.Bebas penurunan perifer, takikardi, bunyi nafas
DS: adventisius)
berat badan berlebihan.
2. Berikan tambahan cairan oral. 2.
Tambahan cairan diperlukan untuk
Ibu klien mengatakan kaki dan mengurangi dehidrasi.
3. Catat masukan dan haluaran, hitung 3.
wajah anaknya bengkak DO: Kehilangan urinarius
keseimbangan cairan, dan hitung berlebihan dapat
wajah dan kaki klien tampak berat jenis urine.
menunjukkan terjadinya
bengkak, perut acites, dehidrasi. Berat jenis
membran mukosa kering 4. Timbang berat badan setiap hari 4.
adalah indicator hidrasi dan
sesuai indikasi.
fungsi renal. Penambahan berat
badan cepat (menunjukkan retensi
cairan) dapat mempredisposisikan/
menimbulkan GJK atau edema
pulmonal.
3 Kurang pengetahuan Pengetahuan pasien/ Mengungkapkan tentang 1. Kaji pengetahuan pasien atau 1. Memberikan informasi dimana
(kebutuhan belajar) mengenai keluarga tentang pemahaman tentang proses keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
kondisi, prognosis, dan penyakitnya kondisi/penyakit dan Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi. Pengetahuan
kebutuhan pengobatan b.d bertambah. kebutuhan nutrisi individu. tanda/gejala malnutrisi, harapan tentang interaksi antara malnutrisi
kurang terpapar informasi. Melakukan dengan benar masa datang, kebutuhan transisi dan penyakit membantu untuk
pemberian makan. memahami kebutuhan terhadap
prosedur yang perlu dan
DS: terapi khusus.
menjelaskan Mengurangi ansietas mengenai
2. Diskusikanalasan penggunaan 2.
Ibu klien mengatakan cemas dukungan nutrisi ketidakmampuan untuk makan
dan sering bertanya tentang parenteral/enteral. melalui mulut.
kondisi dan penyakit yang 3. Menurunkan resiko komplikasi
dialami oleh anaknya. 3. Diskusikan penanganan, metabolic dan infeksi.
penyimpangan, persiapan yang
DO:
tepat dari larutan nutrisi atau
Ibu klien tampak cemas dan makanan yang di blender, juga
diskusikan tehnik aseptic atau
sering bertanya
bersih untuk peraatan sisi
pemasangan dan pengunaan
balutan.
E. Implementasi keperawatan
Tanggal No Implementasi Evaluasi
dan jam DX
23 1 - Mengkaji status nutrisi secara continue selama perawatan setiap hari, perhatikan S: ibu klien mengatakan klien sudah mau
Maret tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, keinginan untuk makan ataupun makan sedikit-sedikit
2018, anoreksia.
O: porsi makan habis 1/3 porsi
pukul
- Menimbang berat badan,ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap hari
12.00 BB: 11 kg
dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan
LILA: 12cm
- Mendokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, dan jumlah
kalori dengan tepat. A: Masalah belum teratasi
- Memberikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat control P: lanjutkan intervensi
infuse sesuai kebutuhan . Atur kecepatan nutrisi per jam.
- Mencatat masukan dan haluaran, hitung keseimbangan cairan, dan hitung berat jenis Keluaran cairan 50 ml dari pukul 06.00
urine.
TTV: TD: 90/60 mmHg; S: 36,8 C;
- Menimbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
N: 96x/menit; R: 18x/menit
P: Lanjutkan intervensi
Pukul 3 - Mengkaji pengetahuan pasien atau keluarga tentang status nutrisi. Tinjau ulang S: Ibu klien masih bertanya-tanya tentang
14.00 situasi individu, tanda/gejala malnutrisi, harapan masa datang, kebutuhan transisi kondisi klien
pemberian makan.
O: ibu klien tampak cemas
- Mendiskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral/enteral.
A: Masalah belum terarasi
- Mendiskusikan penanganan, penyimpangan, persiapan yang tepat dari larutan nutrisi
atau makanan yang di blender, juga diskusikan tehnik aseptic atau bersih untuk P: Lanjutkan interensi
peraatan sisi pemasangan dan pengunaan balutan