Anda di halaman 1dari 10

Sejarah, Sumber, dan Ijtihad Hukum Islam Pada Periode

Khulafaurrasyidin
Nilatul Azizah1,2,a, Ifa Nurtaqiya1,2,b, Nuril Fathurin1,2,c, Risma Ananda Putri1,2,d, Laili
Muflihatin1,2,e, Lulu Nur Maulida1,2,f, Dwi Rosyidatu Fuadatin1,2,g, Farida Nur Azizah1,3,h,
Himatul Aliyah1,i
1
Pondok Pesantren Jagad‘Alimussirry Surabaya, Indonesia
2
Universitas Negeri Surabaya Indonesia
3
Nurul Falah Surabaya, Indonesia
Email: anilatulazizah.99@gmail.com, bnurtaqiyaifa12@gmail.com, cnurilfth9@gmail.com,
d
rismaanandaputri36@gmail.com,, elailimuf15@gmail.com, flulunurm12@gmail.com,
g
dwirosyidatu23@gmail.com, hfaridanurazizah484@gmail.com, ihimatulaliyah@gmail.com

Abstrak. Perkembangan hukum islam dari masa ke masa dibagi dalam periodisasi oleh kaum
intelektual terdahulu. Periodisasi Fiqih terbagi menjadi enam, yaitu; periode Rasulullah SAW,
periode khulafaurrasyidin, periodetabi’in, periode keemasan dinasti Abbasiyah, periode
keterpakuan intelektual, dan periode kebangkitan kembali. Namun yang menjadi fokus utama
pada artikel ini yaitu tasyri’ pada periode khulafaurrasyidin. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui sejarah perkembangan hukum Islam pada periode khulafaurrasyidin, untuk
mengetahui apa saja sumber penetapan Hukum Islam pada periode khulafaurrasyidin, untuk
mengetahui ijtihad dari khulafaurrasyidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah
perkembangan hukum Islam pada periode khulafaurrasyidin dimulai sejak wafatnya
Rasulullah SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H atau 632 M, dan diakhiri
pada akhir abad pertama Hijriyah (11-41 H atau 632-661 M). Menurut para ahli sejarah
islam, periode ini adalah periode penafsiran undang-undang dan terbukanya pintu-pintu
Istinbath Hukum atas kejadian-kejadian yang tidak ada nash hukumnya . Sedangkan
sumber penetapan hukum Islam pada masa yaitu al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad Sahabat. Adapun
mengenai ijtihad khulafaurrasyidin dilakukan dengan cara mengqiyaskan dengan permasalahan
yang terdapat di nash dengan persamaan illatnya.
Kata kunci: sejarah; sumber; ijtihad; dan khulafaurrasyidin.

PENDAHULUAN Periode Rasulullah, Periode


Hukum islam yang sudah semakin Sahabat/Khulafaur Rasyidin, Periode
kompleks saat ini tidak terlepas dari peran Tabi’in, Periode Keemasan, Periode
proses tasyri’ sejak zaman nabi, sahabat, Keterpakuan Tekstual, dan Periode
tabi’in, hingga ijtihad para ulama pada Kebangkitan Kembali. Periode kedua
zaman ini. Proses perkembangan penetapan merupakan periode setelah wafatnya
hukum islam dibagi ke dalam beberapa Rasulullah SAW, yaitu pada masa sahabat.
periode. Menurut Hasyim Nawawi (2014) Pada periode ini ketetapan tasyri’ diemban
dalam buku Tarikh Tasyri’, perkembangan oleh pemimpin umat islam yang disebut
tasyri’ dibagi menjadi enam periode, yaitu khalifah. Khalifah empat yang terkenal
dengan Khulafaur Rasyidin, yaitu khalifah permasalahan yang tidak terdapat dalam al-
yang terdiri dari sahabat Abu Bakar as- Qur’an dan Sunnah, maka para sahabat
Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin banyak menyikapi permasalahan baru
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. dengan menganalogikan permasalahan yang
Periode kedua tarikh tasyri’ ini sudah ada dalam nash. Sehingga pada masa
dimulai setelah wafatnya Rasulullah SAW, ini muncul sumber hukum yang baru yang
dimana umat islam kehilangan pemimpin tidak menyimpang dari dari nash al-Qur’an
yang selalu dapat memberikan solusi setiap dan Sunnah Nabi.
permasalahan. Pada masa kenabian, proses
tasyri’ sepenuhnya berada dalam wewenang PEMBAHASAN
Rasulullah, maka setelah Rasulullah wafat 1. Tasyri’ pada Periode
beralih kepada khalifah pengganti Nabi. Khulafaurrasyidin
Karena kondisi ini, khalifah pengganti Periode Khulafa’ur Rasyidin ini
Rasulullah diharapkan mampu dimulai sejak wafatnya Rasulullah
mempertahankan amanah sebagai pemimpin SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal
umat, kepala pemerintahan, serta sebagai tahun 11 H atau 632 M, dan diakhiri
pihak yang berwenang sebagai penata pada akhir abad pertama Hijriyah
hukum islam seperti yang dilakukan Rasul. (11-41 H atau 632-661 M). Menurut
Semasa Rasulullah masih hidup, setiap para ahli sejarah islam, periode ini
permasalahan baru akan dijawab oleh adalah periode penafsiran undang-
Rasulullah dengan petunjuk turunnya wahyu undang dan terbukanya pintu-pintu
Al-Qur’an atau ketetapan berupa sunnah Istinbath Hukum atas kejadian-
Nabi. Permasalahan yang dihadapi pada kejadian yang tidak ada nash
periode sahabat tentunya berbeda dengan hukumnya. Setelah wafatnya Nabi,
permasalahan semasa hidup Nabi. Hal ini umat islam menghadapi banyak
dikarenakan semakin luasnya daerah masalah, akibat dari meluasnya
pemerintahan juga mempengaruhi pemerintahan islam yang hingga
meluasnya pola pikir umat islam. Sehingga melampaui semenanjung Arabiyah,
muncul berbagai permasalahan baru yang itu juga tentunya mempengaruhi
tidak ada ketentuan dalam nash. Adanya perkembangan pemikiran umat islam
problematika baru yang muncul pada masa pada masa itu. Berbagai macam
ini menuntut para sahabat untuk melakukan permasalahan yang timbul
ijtihad. Ijtihad banyak dilakukan oleh para dikarenakan vakumnya pemerintahan
sahabat Nabi yang dirasa mampu dalam hal dan karena perluasan wilayah islam
keilmuan karena seringnya bergaul dengan semakin memaksa para sahabat
Nabi, mereka yang sering menyaksikan untuk berijtihad dalam
turunnya Al-Qur’an dan memahami tasyri’ menyelesaikan permasalahan
secara menyeluruh. Para sahabat yang tersebut. Secara umum
berijtihad harus mampu menyikapi permasalahan-permasalahan itu
persoalan yang muncul merujuk pada al- dapat diklasifikasikan menjadi
Qur’an dan Sunnah. Karena terdapat beberapa aspek, yaitu:

2
a. Aspek Politik periode berikutnya, seiring dengan
Masalah yang paling urgen di perkembangan fiqih itu sendiri.
kalangan umat islam pasca Selain periwayatan hadits yang
wafatnya Nabi SAW adalah sangat ketat, pada periode ini
masalah politik, terutama masalah ijtihad seringkali dilakukan secara
imamah atau kekhalifahan. Dalam jama’i sehingga ruang ijtihad yang
masa kevakuman pemerintahan begitu luas itu jarang
ini, masyarakat islam menimbulkan ikhtilaf. Pada
membutuhkan sosok pemimpin periode ini fatwa-fatwa dan
baru, karena tanpa kehadiran masa’il fiqih belum ditulis seperti
seorang pemimpin baru, wilayah juga sunnah. Kendati demikian,
kekuasaan islam yang telah kita mulai dapat
membentang sampai wilayah mengklasifikasikan kaidah-kaidah
sebagian besar jazirah Arab, akan ushuliyah dan metode ijtihad yang
dengan mudah hancur atau digunakan oleh fuqaha’ sahabat
terpecah-belah kembali, di dalam melakukan ijtihad. Dalam
samping kekhawatiran adanya banyak hal, fatwa-fatwa dan
serangan dari bangsa-bangsa lain, masa’il fiqhiyah itu memang
seperti dari bangsa Romawi dan masih bercampur dengan dalil-
Persia, sehingga stabilitas dalil dan kaidah-kaidah Istidlal.
keamanan umat islam saat itu c. Aspek Aqidah
terancam. Namun yang menjadi Aspek akidah pada masa
persoalan adalah bahwa Nabi setelah wafatnya Rasul menjadi
Muhammad di akhir hayatnya hal yang sangat menggelisahkan
tidak meninggalkan wasiat umat islam. berawal dari berita
tentang siapa yang akan wafatnya Nabi Muhammad yang
meneruskan perjuangannya tersebar di kalangan para sahabat,
menjadi khalifah dan membuat mereka merasa
menyebarkan agama islam ke kehilangan yang sangat besar
seluruh Dunia. Hal ini kemudian karena secara historis Nabi
menjadi tanda tanya sekaligus Muhammadlah yang mampu
tugas terbesar bagi umat islam mengangkat mereka dari
saat itu terutama para Sahabat keterpurukan dan kesesatan serta
Nabi Saw. kekufuran menuju ketauhidan dan
b. Aspek Fiqih agama islam yang rohmatan lil
Fiqih atau penggalihan alamin itu. Bagi mereka Nabi
hukum islam pada periode adalah sesosok agung yang
Khulafa’ur Rasyidin ini terasa senantiasa memberikan cahaya
sangat hidup dan semarak. petunjuk dan keadilan bagi
Beberapa ikhtilaf mulai muncul, seluruh lapisan masyarakat islam
meskipun lebih kecil dibanding zaman itu. Sehingga ketika
3
mendengar Nabi yang begitu Bakar untuk memerangi mereka
mereka cintai itu, yang telah dengan tujuan untuk melenyapkan
memimpin dan menjadi petunjuk penyakit-penyakit kekufuran dan
bagi mereka selama 38 tahun (25- pemberontakan dari tubuh islam
63 tahun), hati dan iman mereka atau yang biasa kita sebut orang
mulai gelisah. Hal ini juga yang munafik, karena dikhawatirkan
dialami sahabat Umar ketika hal ini akan merambat dan
mendengar Nabi wafat, dia mempengaruhi umat islam yang
langsung berkata : ’’barang siapa lain.
yang berkata bahwa nabi 2. Sumber Tasyri’ pada Periode
Muhammad telah wafat maka Khulafaurrasyidin
akan kutebas lehernya”. Namun a. Al-Qur’an
akhirnya hati Umar pun luluh Al-Quran adalah sumber
manakala mendengar pidato abu primer umat islam, yang meliputi
Bakar : “Barang siapa yang ajaran pokok dan semua kaidah
menyembah Allah, sesungguhnya yang harus ada dalam pembuatan
Allah Hidup, tetapi barangsiapa segalah bentuk hukum syara. Al-
yang menyembah Muhammad Quran adalah kalam Allah yang
sesungguhnya Muhammad telah dirurunkan kepada Nabi
wafat”. Tidak hanya sampai di Muhammad SAW yang
sini, persoalan akidah menjadi membacanya bernilai ibadah.
sangat berat manakala ada Allah menurunkan Al-Quran
beberapa oknum islam yang secara beransur-ansur dengan
memanfaatkan kegelisahan iman beberapa alasan diantaranya yaitu:
dan akidah umat islam saat itu 1) Mengkokohkan hati
dengan memanfaatkannya untuk Rasulullah
menyampaikan dan 2) Mempermudah bagi rasul
mengumandangkan pendapat- menghafalkan
pendapatnya, di antara mereka ada 3) Mempermudah proses
beberapa pimpinan rakyat yang regulasi perundang-undangan
kemudian mengaku dirinya telah 4) Mempermudah kemudahan
diangkat menjadi Nabi penerus dan empati kepada hambah
Muhammad, seperti Musailamah b. Hadits
al Kadzab. Selain itu ada juga Hadits atau sunnah
beberapa orang yang menyerukan nabawiyah adalah setiap yang
bahwa kewajiban menunaikan keluar dari Rasulullah baik
zakat itu telah berhenti setelah ucapan, perbuatan, maupun
wafatnya nabi, karena menurut tindakan selain yang ada di Al-
mereka zakat itu diberikan utuk quran. Hukum ini menempati
kepentingan nabi. Hal-hal ini lah urutan ke dua dibahwah
yang kemudian mamaksa Abu kalamullah. Bila ada masalah
4
yang tidak terdapat pada Al- adalah seorang Musailamah
Quran, maka selanjutnya para al- Kadzab yang mengaku
sahabat akan menyelesaikan menjadi Nabi setelah Nabi
masalah dengan hadits. Muhammad, kemudian Abu
c. Ijtihad Sahabat Bakar pun memerintahkan
Jika terjadi suatu permasalahn untuk memerangi kelompok
yang tidak ditemukan dalam Al- penyeleweng tersebut
Quran maupun hadits maka hingga akhirnya setelah
sahabat melakukan Ro’yu. Iijtihad pertempuran yang sengit,
adalah mencurahkan kesungguhan kemenangan diraih pasukan
dalam penggalian hukum syar’i Abu Bakar dengan
yang bersumber dari Al-Quran meninggalkan banyak
dan hadits. Ijtihad ini syuhada’, termasuk di
menggunkan metode ijma’ atau antaranya jumlah besar para
qiyas kemudian dilanjut dengan penghafal al-Quran (Ahmad,
maslahah. Ijma terjadi secara 2008). Karena kekhawatiran
jma’i terhadap suatu masalah dan akan hilangnya al-Quran
tidak harus dalam suatu acara bersamaan dengan semakin
yang foemal namun bisa berkurangnya para
berbantuk diskusi atau tanya penghafal al-Quran, maka
jawab. Metode Qiyas adalah sahat Umar bin Khattab pun
mengambil hukum dari nash-nash mengusulkan pengumpulan
yang bisa dikaji ualng dengan al-Quran dalam satu
asumsi bahwa setiap nash itu kumpulan (mushaf) kepada
punya illat yang menjelaskan Abu Bakar, tentu saja Abu
sebab hukumnya sedangkan nash Bakar menolak usulan umar
tidak menghukumi perkara tersebut, karena sebagai
tersebut. sahabat yang selalu dekat
3. Ijtihad pada Periode dengan Nabi, yang selalu
Khulafaurrasyidin mematuhi dan
a. Kekhalifahan Abu Bakar Ash- membenarkan segala
Shiddiq perkataan dan perbuatan
i. Penghimpunan Al-Quran Nabi SAW, pantang bagi
Setelah Abu Bakar Abu Bakar untuk
diangkat menjadi khalifah, melakukan hal-hal yang
banyak sekali terjadi tidak pernah dilakukan oleh
pemberontakan serta Nabi SAW, apalagi hal-hal
penyelewengan akidah di yang berkenaan dengan al-
beberapa daerah kekuasaan Quran selaku sumber hukum
islam, termasuk diantaranya Primer Islam. Atas
kegigihan Umar dalam
5
memberikan argument, sekalian para Nabi yang tidak
bahwa hal itu untuk mewariskan harta, harta yang
menghindari punahnya ayat- kami tinggal adalah
ayat al-Quran yang shodaqoh.”
disebabkan oleh Berdasarkan riwayat
berkurangnya para tersebut, sahabat Abu bakar
penghafal al-Quran, dan hal berijtihad bahwa surat an-
itu akan menjadikan Nisa’ ayat 11 di takhsish
kemaslahatan umat islam, (dikhushuskan) oleh hadits
maka Abu Bakar pun tersebut. Karena itu sayyidah
menyetujui usulan Umar Fatimah tidak dapat
tersebut. Dia pun menerima harta pusaka
memerintahkan kepada sang sebab yang ditinggalkan Nabi
penulis wahyu terbanyak, SAW adalah shodaqoh (al-
Zaid bin Tsabit untuk Hujwi, 1397H).
mengumpulkan al-Quran iii. Bagian waris untuk nenek
dalam satu kumpulan atau adalah seperenam
dalam satu mushaf. Ada seorang nenek
Kemudian disimpan di yang datang kepada Khalifah
rumah Sahabat Abu Bakar, Abu Bakar dan bertanya
kemudian sahabat Umar, tentang kadar bagian yang
kemudian sayyidah dapat diterimanya dalam
Hafshah. (Ibnu al-Jaziry, salah satu pembagian harta
833H). pusaka. Khalifah Abu Bakar
tidak menemukan
ii. Harta Warisan Nabi
ketentuannya dalam Al-
Muhammad SAW adalah
Quran. Ia kemudian bertanya
Shadaqah
kepada sahabat yang lain. Di
Termaktub dalam Al-
antara sahabat yang
Quran bahwa Ahli waris
memberikan tanggapan
dapat menerima harta pusaka
adalah Sahabat al-Mughirah
apabila yang mewariskan
ibn Syu’ban RA. Ia berkata,
(muwarits) meninggal dunia.
“Saya pernah menghadiri
(QS. 4:11). Ketika Nabi
majlis Nabi SAW. yang
Muhammad SAW wafat,
memberikan hak nenek
yang menjadi ahli waris
sebanyak seperenam”. Lalu,
adalah Sayyidah Fatimah.
sahabat Abu Bakar berkata:
Kemudian Sahabat Abu
“Adakah orang lain selain
Bakar meriwayatkan salah
kamu yang mengetahuinya?”
satu hadits Nabi SAW yang
Setelah itu, sahabat
artinya:“Kami adalah
Muhammad bin Mashlamah
6
RA. berdiri kemudian berkata Abbas, ibu dalam kasus
seperti yang dikatakan pembagian harta pusaka
Sahabat al-Mughirah ibn tersebut mendapatkan
Syu’ban RA bagian 1/3 (sepertiga) dari
harta peninggalan. Oleh
b. Kekhalifahan Umar bin Khattab karena itu, dalam pandangan
i. Diberlakukan sholat sahabat Ibnu Abbas
Tarawih Jamaah pembagian harta warisan
Pada zaman Nabi tersebut adalah sebagai
Muhammad SAW sampai berikut:
pada masa kekhalifahan Abbas
Table 1 Bagian Waris Ibu Menurut Ibnu

Umar bin Khattab umat


No Ahli Bagian Siham
islam melakukan sholat Waris Waris
tarawih di masjid secara 1 Suami  1/2
(1/2 x 6) =
3
munfarid (individu). (1/3 x 6) =
2 Ibu  1/3
Kemudian khalifah Umar 2

mengumpulkan mereka dan 3 Ayah  Ashobah


(6 – (3+2))
=1
umat islam yang ada di
masjid diperintahkan untuk Asal Masalah (AM) = 6 6
sholat Tarawih berjamaah Sumber: Risalah fi Fiqih al-Mawarits
dengan dipimpin oleh satu
Dalam pembagian
imam. Khalifah Umar
tersebut terlihat bahwa
berpendapat bahwa
bagian ibu dua kali lebih
berjamaah salat Tarawih
besar dibandingkan dengan
adalah mandub (segala
bagian ayah. Dalam
sesuatu yang terpuji secara 
mempertahankan pendapat-
syar’i jika dikerjakan dan
nya Ibnu Abbas beralasan
tidak dicela secara syar’i
dengan surat an-Nisa’ ayat
ketika ditinggalkan. Atau
11 yang menyatakan bagian
sesuatu yang diperintahkan
ibu yang bersamaan dengan
oleh syara’ secara tidak
ayah adalah sepertiga
tegas).
apabila yang meninggal
ii. Gharawain bagian 1/3 sisa
tidak mempunyai anak.
Pembagian harta
Sedangkan sahabat:
pusaka yang dikenal dengan
Umar, Utsman, Zaid bin
Gharawain yaitu pembagian
Tsabit, dan Ibnu Mas’ud
harta pusaka yang ahli
berpendapat bahwa dalam
warisnya adalah suami, ibu
pembagian harta pusaka
dan ayah; atau ahli warisnya
dengan masalah tersebut ibu
terdiri dari istri, ibu dan
mendapatkan bagian
ayah. Menurut sahabat Ibnu
7
sepertiga dari sisa (tsuluts iii. Penetapan Hukum Talak
al-baqy). Untuk Tiga
mempertahankan Imam Muslim dan
pendapatnya sahabat Umar Ahmad meriwayatkan dari
bin Khattab dan sahabat Ibnu Abbas yang berkata,
lainnya beralasan dengan “Pada zaman Rasulullah
surat an-Nisa’ ayat 11, SAW dan dua tahun
“Allah mensyari'atkan pertama Umar bin Khattab
bagimu tentang (pembagian menjadi khalifah, talak tiga
pusaka untuk) anak-anakmu. yang diucapkan sekaligus
Yaitu: bagian seorang anak dihukumi talak satu. Pada
lelaki sama dengan bagian zaman khalifah Umar,
dua orang anak perempuan." orang-orang sering dengan
Yang mereka pahami mudah mengucapkan talak
dari ayat tersebut adalah tiga dengan sekali ucapan.
laki-laki, dengan berbagai Oleh karena itu, Khalifah
posisi dalam struktur umar berfatwa bahwa talak
keluarga, mendapat dua kali tiga yang diucapakan
lipat dibandingkan dengan dengan sekali ucapan
yang diterima oleh dihukumi talak tiga.
perempuan. Mereka
mengajukan konsep c. Kekhalifahan Utsman bin
sepertiga dari sisa karena Affan
ternyata bagian ayah tidak i. Mushaf Utsmani
dua kali lipat dari bagian Pembukuan atau
ibu. Dengan demikian, penulisan al-Quran dengan
pembagian harta pusaka satu macam versi qiroah dan
menurut sahabat Umar bin membuang mushaf versi
Khattab dan sahabat yang lain merupakan salah satu
sependapat dengannya bentuk ijtihad Usman dalam
adalah sebagai berikut menghadapi keanekaragam-
TabeL 2. Bagian Waris Ibu Menurut Umar bin Khattab an bacaan al-Quran yang
Ahli Bagian
No Siham mengarah kepada
Waris Waris
keragaman pemahaman
(1/2 x 6) =
1 Suami  1/2
3 terhadap islam, selanjutnya,
(1/3 x 3) =
2 Ibu  1/3 sisa pertentangan di kalangan
1
 Ashoba (6 – umat islam. Dan ijtihad itu
3 Ayah
h (3+1)) = 2 pun disetujui oleh para
Asal Masalah (AM) = 6 6 sahabatnya. Seperti
Sumber: Risalah fi Fiqh al-Mawarist diketahui bahwa al-Quran
diturunkan atas 7 macam
8
huruf (qiroah), artinya harta peninggalan suaminya
dengan dialek dan redaksi seperti terjadi pada Barwa’
yang bermacam-macam, binti Wasyik al-Aslamiyah di
sehingga terbuka peluang zaman Rasulullah. Ali bin
berbedanya hafalan seorang Abi Thalib berpendapat
sahabat dengan sahabat bahwa, ketentuan seperti itu
yang lain. merugikan satu pihak.
ii. Bagian Waris untuk Istri Karenanya, menurut Ali,
Di antara pendapat wanita itu tidak berhak
Khalifah Utsman bin Affan mengambil maskawin dari
adalah bahwa istri yang harta peninggalan suaminya
dicerai suaminya yang sebelum terjadi hubungan
sedang sakit dan kemudian suami-istri. “Kami tidak akan
suaminya meninggal dunia meninggalkan al-Quran hanya
karena sakitnya itu, karena pernyataan seorang
mendapatkan harta pusaka saja”, kata Ali. Dari sini
apabila (mantan) suaminya nampak bahwa Ali telah
meninggal sedangkan sampai pada penggunaan
(mantan) istrinya masih qiyas, sebab dalam al-Quran
dalam masa ‘iddah. Apabila tidak ada ketentuan tentang
(mantan) suaminya masalah ini, yang ada
meninggal setelah masa hanyalah wanita yang ditalak
‘iddah istri selesai, maka oleh suaminya sebelum
istri itu tidak mendapat harta melakukan hubungan suami-
warisan. istri. Dan rupanya Ali
mengqiyaskan wanita yang
d. Kekhalifahan Ali bin Abi ditinggal mati oleh suaminya
Tholib sebelum melakukan
i. Tentang Wanita yang hubungan tadi dengan wanita
Ditinggal Mati Suaminya yang ditalak dalam keadaan
Para fuqoha sahabat yang sama.
berbeda pendapat tentang ii. Sumpah atau Akad Talak
bagaimana hukum seorang yang Dibarengi dengan
wanita yang ditinggal mati Syarat adalah Tidak Sah.
suaminya sebelum melakukan Ketika seseorang
hubungan suami-istri, padahal menikah dengan seorang
belum juga ditentukan kadar perempuan. Saat ia
mas kawin atau maharnya. bermaksud melakukan
Menurut ibnu Mas’ud, wanita perjalanan tanpa membawa
itu berhak mengambil istrinya, keluarga istrinya
maskawin seperti biasa dari mengancam bahwa istrinya
9
telah jatuh talak jika tidak Ahmad Al-Usairy. (2008.) SEJARAH ISLAM
dapat mengirimkan nafkah (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad
paling lambat dalam satu XX). Cet. Keenam. Jakarta: Akbar Media
bulan. Setelah waktu yang Eka Sarana. Hal. 188.
Al-Fasi, Muhammad Ibn al-Hasan al-Hujwi al-
ditentukan telah berakhir, istri
Tsa’labi. (1997). Al-Fikr al-Sami fi Tarikh
belum memperoleh kiriman.
al-Fiqh al-Islami. Madinah al-Munawarah
Hal itu kemudian diadukan Ibnu al-Jaziry, al-Nasyr fi al-Qira’at al-Asyr ed
kepada khalifah ‘Ali bin Abi All Muhammad al-Dhabba’, Dar al-fikr
Tholib. Beliau berkata, tt:7
“Bertindaklah bijak sampai Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum
suamimu menyatakan talak.” al-Quran, Maktabat al-Ghazali, t.t h.6
Khalifah ‘Ali menolaknya Nawawie, Hasyim. 2014. Tarikh
artinya beliau berpendapat Tasyri’.Surabaya, Jenggala Pustaka
bahwa sumpah atau akad Utama.
talak yang dibarengi dengan Ruslan, Muhammad Jumali. Risalah fi Fiqih
syarat adalah tidak sah. al-Mawarits. Tebuireng: Mathba’ah
Tifaza, hal 13
KESIMPULAN
Sejarah hukum islam pada masa
Khulafaur Rasyidin secara periodik terbagi
menjadi 4, yaitu periode Abu Bakar, Periode
Umar bin Khattab, periode Utsman bin
Affan dan periode Ali bin Abu Thalib
dengan bersumber pada al-Quran,
sunnah/hadits Nabi Muhammad SAW, ijma’
shahabi atau ijtihad kolektif dan qiyas
Apabila hukum suatu permasalahan
tidak terdapat dalam al-Qur’an, maka para
khulafaur rasyidin mencari hukumnya di
dalam hadits. Namun masih sering terjadi
perdebatan dikarenakan hadits pada saat itu
belum dibukukan sehingga para sahabat
seringkali berdiskusi untuk saling bertukar
wawasan tentang hadits yang mereka hafal.
Dan bila mereka tidak dapat menemukan
hukumnya di dalam al-Quran dan Hadits
maka mereka berijtiad dengan menggunakan
Ra’yu mereka sendir-sendiri, maka
kemudian terciptalah metode Qiyas

DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai