Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Banyaknya aliran-aliran hukum yang di keluarkan oleh para ahli hukum


membuat hukum itu terlalu kompleks untuk mendapatkan sebuah definisi yang
tepat. Immanuel Kant mengatakan bahwa “Noch suchen die juristen eine
definition zu ihrem begriffe von recht” yang artinya tidak seorang ahli hukumpun
yang mampu membuat definisi tentag hukum, karena hukum itu mempunyai
raung lingkup yang sangat luas serta dalam hukum juga mempunyai segi atau
sudut pandang yang berbeda-beda. Namun dimikian kita yang masih belajar
tentang hukum sangat membutuhkan definisi yang tepat agar dapat menemukan
jalan pemikiran serta arah dari hukum sendiri.

Menurut Apeldorn definisi hukum itu bersifat menyamaratakan dan dapat


mengajarkan calon ahli hukum apa yang disebut hukum, namun, kesukaran yang
dialami oleh mereka yang ingin mengetahui hukum terletak pada obyeknya, kita
ambil suatu benda yang terlihat akan sangat mudah benda itu diberi definisi
namun lain dengan hukum yang merupakan ilmu yang tidak dapat dilihat. Suatu
perumusan tentang hukum yang dapat mencakup segala segi dari hukum yang
luas itu memang tidak mungkin dibuat. Sebab, suatu definisi tentunya
memerlukan berbagai persyaratan seperti jumlah kata yang digunakan yang
sedapat mungkin tidak terlalu banyak dan mudah untuk dipahami1.

Dari penjalasan hukum itu memiliki banyak segi dan ruang lingkup, dan
ada beberapa teori yang menyimpulkan bahwa menurut teori satu dan teori lain
pandangan mereka mengenai definisi hukum itu berbeda, karena mereka
mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda mengenai apa itu hukum, berbagai
aliran teori tersebut seperti aliran hukum alam, aliran positivisme, aliran
utilitarianisme, madzhab sejarah, aliran sociological yurisprudencs, dan aliran
realisme hukum, aliran-aliran hukum ini terus berkembang sesuai dengan

1
Lili Rasjidi, Apakah Itu Hukum, hlm 29

1
pemikiran dan kebutuhan yang ada di masyarakat, sehingga hukum sendiri
memeliki pengertian berbeda-beda. Dari perbedaan-perbedaan itulah seharusya
kita dapat mengetahui bahwa pandangan orang lain terhadap hukum tidak selalu
sama seperti apa yang kita maksud yang dikarenakan pemakaian aliran teori yang
berbeda sehingga menyebabkan pula perbedaan dari sudut pandang mana hukum
itu dilihat.

Rumusan Masalah

1. Apasaja dan bagaimana aliran-aliran filsafat hukum itu ?

Tujuan

1. Mengetahui pengertian tentang aliran-aliran dari filsafat hukum


2. Agar sesorang dapat mengambangkan teori filsafatnya berdasar aliran-
aliran filsafat hukum

Metode penulisan

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis melakukan metode penelaahan


melalui studi pustaka untuk melengkapi materi atau data-data dalam penyusunan
makalah ini. Penyusun melakukan studi pustaka dari sumber buku.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam dan Pengertian aliran-aliran filsafat hukum

Pada latar belakang sudah dijelaskan mengapa banyak sekali mengenai


aliran-aliran pemikiran teori hukum yang hidup dan dipakai pada saat ini, aliran-
aliran filsafat hukum ini tentunya memiliki dasar atas pemikiran para ahli hukum
yang menemukan aliran-aliran tersebut yang tentunya dapat dipelajari dan
dipahami oleh setiap orang, hal ini juga dapat pula di maksutkan agar setiap orang
dapat memahami tentang perbedaan pemikiran hukum antara satu dengan yang
lain. Karena tidak semua subyek hukum memakai aliran yang sama. Dalam
pelajaran filsafat hukum ini terbagi menjadi beberapa aliran sebagai berikut:

1. Aliran Hukum alam

Pengertian hukum alam pada teori ini adalah hukum yang berlaku secara
universal dan abadi. Melihat dari sumbernya hukum alam ini bersumber dari
Tuhan (irasional) dan adapula yang bersumber dari akal (rasio) manusia.
Pemikiran hukum alam yang berasal dari Tuhan dikembangkan oleh para pemikir
skolastik pada Abad pertengahan seperti Thomas Aquino, Gratianus (Decretum),
John Salisbury, Dante. Sedangkan para pendasar dari ajaran hukum alam yang
bersumber dari hukum alam bersumber dari akal manusia adalah Hugo de groot
atau grotius, Cristian Thomasius, Immanuel Kant, Fichtie.

Menurut Friedmann(1970:95), sejarah tentang hukum alam merupakan


sejarah umat manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang dinamakan
keadilan yang mutlak (absolute justice) selain kegagalan-kegagalan yang
dialaminya. Peranan hukum ini sepanjang sejarahnya terlihat dalam berbagai
fungsi salah satunya hukum alam digunakan untuk mengubah hukum perdata
Romawi yang lama menjadi suatu sistem hukum umum yang berlaku diseluruh
dunia.

3
Hukum alam sebagai metode adalah yang tertua yang dapat dikenali sejak
zaman yang kuno sampai dengan awal permulaan abad pertengahan. Ia
memusatkan diri pada metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu
masalah yang berlainan. Dengan demikian ia tidak mengandung norma-norma
sendiri melainkan hanya memberi tahu tentang bagaimana membuat peraturan
yang sah.2

Hukum alam sebagai subsatnsi (isi) berisikan norma-norma. Peraturan-


peraturan dapat diciptakan dari asas-asas yang mutlak yang lazim dikenal sebagai
peraturan hak-hak asasi manusia. Ciri hukum alam seperti ini merupakan ciri dari
abad ke-17 dan ke-18, untuk kemudian pada abad berikutnya digantikan oleh
ajaran positivisme hukum.

2. Aliran Positivisme Hukum

Aliran hukum positif menganggap bahwa hukum dan moral adalah harus
saling dipisahkan.3 Dalam aliran ini dikenal adanya dua subaliran yang terkenal,

 Aliran hukum positif yang analitis, pendasarnya adalah John Austin

Pada aliran ini mengartikan hukum itu sebagai a command of the lawgiver
(perintah dari pembentuk undang-undang yaitu penguasa), yaitu suatu perintah
dari mereka yag memegang kekuatan tertinggi atau yang memegang kedaulatan.
Hukum dianggap sebagai suatu sistem secara logis, tetap, dan bersifat tertutup.
Hukum secara tegas dipisahkan dari moral, jadi dari hal yang berkenaan dengan
keadilan, dan tidak didasarkan atas pertimbangan atau penilaian baik-buruk.
Selanjutnya John Austin membagi menjadi dua yaitu:

a. Hukum ciptaan Tuhan


b. Hukum yang dibuat oleh manusia, yang terdiri dari:
- Hukum dalam arti yang sebenarnya, yaitu yang disebut juga
sebagai hukum positif.

2
Satjipto rahardjo, hukum alam sebagai metode dan hukum alam sebagai substansi, 1982, Hlm
232
3
Soerjono Soekanto, 1980, hlm 37-38

4
- Hukum dalam arti yang tidak seenarnya yaitu hukum yang
tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum.

Terdapat empat unsur penting menrut John austin untuk dinamakan sebagai
hukum, yaitu: perintah, sanksi, kewajiban, dan kedaulatan. Ketentuan-ketentuan
yang tidak mengandung unsur tersebut bukan unsur hukum positif.

 Aliran hukum positif yang murni, di pelopori oleh Hans Kelsen

Dasar-dasar pokok teori hukum murni Hans kelsen menurut Freidmann, adalah
sebagai berikut

1. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk
mengurangi kekuatan dan meningkatkan kesatuan.
2. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan, Ia adalah
pengetahuan tentang hukum yang ada, bukan tentang hukum yang
seharusnya ada.
3. Ilmu hukum adalah normatif, bukan ilmu alam
4. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan
dengan persoalan efektivitas norma-norma hukum
5. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara
pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang
spesifik.
6. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu
adalah seperti antara hukum yang mungin dan hukum yang ada

Hans Kelsen mengatakan murni karena hukum itu harus dibersihkan dari anasir-
anasir yang tidak yuridis, yaitu anasir etis, sosiologis, politis, dan sejarah yang
menjadi persoalan bukanlah bagaimana hukum itu seharunya, melainkan apa
hukumnya.

Dari dasar tersebut ilmu hukum adalah normatif. Menurut hans Kelsen hukum itu
berada dengan dunia sollen, dan bukan pada dunia sein. Sifatnya adalah hipotesis,
lahir karena kemauan dan akal manusia.

5
3. Aliran Utilitarianisme

Aliran ini di ditemukan oleh Jeremy Bentham, Juga Stuart Mill dan Rudolf von
Jhering. Menurut Jeremy Bentham manusia akan bertindak untuk mendapatkan
kebahagian yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Ukuran baik-
buruknya suatu perbuatan manusia tergantung kepada apakah perbuatan itu
mendatangkan kebahagian atau tidak.4

Jeremy Bentham berpendapat bahwa pembentuk undang-undang


hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan
bagi semua individu. Dengan berpegang pada prinsip tersebut diatas, perundangan
itu hendaknya dapat memberikan kebahagiaan yng terbesar bagi kebahagiaan
besar masyarakat.

John Stuart Mill berpendapat sumber dari kesadaran keadilan itu buan
terletak pada kegunaan, melainkan pada rangsangan untuk mempertahankan diri
dan perasaan simpati.

Rudolf von Jhering yang dikenal sebagai pengasas teori yang disebut
social utilitarianism . teorinya merupakan penggabungan antara pikiran Bentham
dan John Stuart Mill dengan positivisme John Austin. Ia menolak anggapan aliran
sejarah yang berpendapat bahwa hukum itu adalah hasil kekuatan-kekuatan
historis murni yang tidak direncanakan dan tidak disadari justru hukum itu dibuat
oleh negara atau dasar kesadaran sepenuhnya untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Madzhab Sejarah

Dua pengaruh lahirnya madzhab ini adalah pengaruh Montesque dalam


bukunya L’esprit de Lois yang telah terlebih dahulu mengemukakan tentang
adanya hubungan antara jiwa suatu bangsa dengan hukumnya, dan pengaruh

4
Soerjono Soekanto, 1980, hlm 43

6
paham nasionalisme yang mulai timbul pada abad ke 19. Von Savigny
menegaskan inti ajarannya bahwa hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat. Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia ini
terdapat banyak bangsa, dan tiap-tiap bangsa tadi memilik suatu Volksgeist (jiwa
rakyat). Jiwa ini berbeda, baik menurut waktu maupun tempat. Pencerminanya
nampak pada kebudayaannya masing-masing yang berbeda-beda. Hukum
bersumber dari jiwa rakyat ini; oleh karena itu hukum itu akan berbeda pada
setiap waktu dan tempat. Tidaklah masuk akal kalau terdapat hukum yang
sifatnyn universal dan abadi. Yang menjadi isi hukum itu ditentukan oleh
pergaulan hidup manusia dari masa ke masa.

Menurut pendapat Sir Henry Maine hukum berkembang dari status ke


kontrak, sejalan dengan perkembangan masyarakatnya dari yang sederhana ke
masyarakat yang kompleks dan modern. Pada masyarakat yang modern,
hubungan hukum antara para anggota masyarakat dilakuakan atas dasar sistem
hak dan kewajiban yang tertuang dalam bentuk suatu kontrak yang dibuat secara
sadar dan sukarela olh pihak-pihak yang berkenaan. Sedangkan hukum sendiri,
pada masyarakat modern ini berkembang melalui tiga caa yaitu fiksi, equity,
perundangan. Pendapat terakhir inilah yang oleh beberapa penulis hukum
digunakan untuk membedakan Maine dengan Savigny. Sepertinya Maine tidak
mengesampingkan peranan perundangan dan kodifikasi dalam pengembangan
hukum pada masyarakat yang telah maju.

Walaupun teori hukum Von Savigny banyak pengikutnya dan cukup luas
pengaruhnya, tetap terdapat kelemahannya. Yang terpenting adalah tidak
diberinya tempat bagi ketentuan yang sifatnya tertulis(perundang-undangan)
bagaimanapun seharusnya hukum tertulis agar tercipta kepastian hukum dan
terhidndar dari kesewenangan penguasa. Kelemahan lainnya terletak pada
kesadaran hukum yang sifatnya sangat abstrack.

5. Aliran Sosiological Jurisprudence

Aliran ini tumbuh dan berkembang di Amerika dan dipelopori oleh Roscoe
Pound. Aliran ini tergolong pada aliran aliran sosiologis dibidang hukum yang di

7
benua Eropa dipelopori oleh seorang ahli hukum Austria bernama Eughen Ehrlich
yang pertama kali menulis tentang hukum di pandang dari sudut sosiologi. Rescoe
Pound menulis adanya perbedaan mengenai cara pendekatan anatra keduany.
Sosiologi hukum itu merupakan cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh
timbal-balik antara hukum dan masyarakat dengan titik tolak pendekatannya dari
masyarakat ke hukum, sedangkan sociological yurisprudence merupakan suatu
teori hukum yang mempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat, dan
sebagainya dengan pendekatan dari hukum ke masyarkat.

Seperti diketahui ajaran pokok dari Eugen Ehrlich yang sangat


berpengaruh itu bertolak dari anggapan bahwa terdapat perbedaan antara hukum
di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam masyarakat di pihak lain.
Selanjutnya Erlich berpendapat bahwa hukum positif akan memiliki daya berlaku
yang efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarkat tadi dan juga pada waktu, tidak terletak pada perundang-undangan,
ilmu hukum, putusan hakim, tetapi dari masyarkat itu sendiri.

Dengan berpendapat pada ajaran tersebut, Rescoe Pound berpendapat


bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. Selain itu, dianjurkan untuk
mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in action) yang dibedakan dengan
hukum yang di tulis (law in books) 5

6. Aliran Realisme Hukum

Tokoh-tokoh yang mendasari teori ini antara lain adalah John chipman,
Oliver Wendell Holmes, Karl Llewllyn. Dan Rescue Pound juga masuk dalam
aliran ini karena sebagai pendasar aliran sociological yurisprudence, berkaitan
dengan anggapanya yang tidak mengesampingkan faktor akal dalam pembentukan
hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh aliran positivisme hukum dan
teorinya yang terkenal bahwa hukum merupakan alat untuk membangun
masyarakat ( law is a tool social engineering)

5
Soerjono Soekanto, 1980, hlm 45

8
Llewellyn mengemukakan ciri-ciri aliran ini yaitu:

1. Realisme bukanlah suatu aliran/madzhab. Realisme adalaha suatu


gerakan dalam cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum
2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah
dan sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial; maka taip bagiannya
harus diselidiki mengenai tujuan maupun hasilnya. Hal ini berarti
bahwa keadaan sosial lebih cepat mengalami perubahan daripada
hukum
3. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara
Sollen dan sein untuk keperluan suatu penyelidikan. Agar penyelidikan
itu mempunyai tujuan, maka hendaknya diperhatiakn adnya nilai-nilai,
dan observasi terhadap nilain-nilai itu haruslah seumum mungkin dan
tidak boleh dipengaruhi oleh kehendak pengamat maupun tujuan-
tujuan kesusilaan
4. Realisme tidak mendasarkan pada konsep-konsep hukum tradisonal
karena realisme bermaksud melukiskan apa yang dilakukan sebenarnya
oleh pengadila-pengadilan dan orang-orangnya.
5. Gerakan realisme menekankan bahwa pada perkmbangannya setiap
bagian hukum haruslah diperhatikan dengan seksama akibatnya.6

Melalui buah pemikiran John Chipman Gray dan Oliver wendell Holmes yang
merupakan eksponen-eksponen gerakan realisme ini akan memperjelas inti dari
ajaran ini walaupun mereka adalah penganut positivisme hukum, mereka tidak
menempatkan undang-undang sebagai sumber utama hukum. Mereka
menempatkan hakim sebagai titik pusat perhatian dan penyelidikan hukum. Selain
unsur logika yang mmegang faktor penting dalam pembentukan undang-undang,
juga unsur kepribadian, prasangka, dan unsur-unsur diluar logika berpengaruh
sangat besar.

6
Lili rasjidi, 1985, hlm 50-51

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan diatas telah disampaikan mengenai pengertian


ciri dan para tokoh-tokoh penemu aliran-aliran pemikiran. Dari yang pertama pada
hukum alam yang dipelopori oleh Hugo de Grood, dan Immanuel Kant, yang
mendambakan bahwa hukum itu harus dapat diterima secara universal dan abadi.
Yang kedua aliran Positivisme yang dipelopori oleh John Austin dan Hans Kelsen
yang menganggap bahwa hukum itu harus dipisahkan dari persoalan moral,
seperti sosiologi, etis, sejarah. Untuk selanjutnya ada aliran Utilitarianisme yang
ditemukan Oleh jeremy Bentham yang beranggapan bahwa hukum itu harus
memiliki fungsi kebahagiaan, yang disempurnakan oleh Rudolf von Jhering
bahwa ia menolak ajaran madzab sejarah bahwa hukum itu tidak diciptakan oleh
negara tetapi tumbuh bersama masyarkat. Aliran yang keempat adalah aliran
sejarah yang dipelopori oleh Montesque, dan Von Savigny yang beranggapan
bahwa hukum itu berdasarkan pada Volkgiest (jiwa rakyat) hukum itu tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat. Rescoe Pound sebagai penggagas Sosiological
Jurisprudence , berpendapat bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu lembaga
kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
Selain itu, dianjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in
action) yang dibedakan dengan hukum yang di tulis (law in books). Aliran
Realisme Hukum yang mendasarkan pada pemikiran John Austin, para pendiri
aliran ini John chipman, Oliver Wendell Holmes, Karl Llewllyn menjelaskan
bahwa ini bukan aliran atau madzhab tetapi gerakan berfikir dan cara bekerja
tentang hukum itu. Pada aliran ini tidak menempatkan undang-undang sebagai
sumber utama hukum tetapi sumber utamanya adalah pada putusan hakim.

10
Saran

Berfikir filsafat hukum tentunya mempunyai kerangka berfikir dan sudut


pandang, kita sebagai manusia tidak bisa memaksakan bahwa diri kita yang paling
benar dengan pemikiran kita sendiri. Semuanya tergantung pada alur berfikir dan
sudut pandang dari masing-masing juga pada saat pertanggung jawaban seperti
alasan-alasan yang akan di gunakan sebagai penguat atas pemikirannya yang telah
disampaikan. Dengan pemikiran aliran-aliran filsafat hukum yang telah
disampaikan diatas semoga dapat menambah pemahaman kita mengenai cara
bagaimana berfikir filsafat yang akan kita pilih.

11
DAFTAR BACAAN

Lili rasjidi, 1991, Filsafat Hukum Apakah Hukm Itu, cetakan pertama, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

12

Anda mungkin juga menyukai