Anda di halaman 1dari 6

BAB

1 BERPIKIR KRITIS

Aspek Materi: al-Quran

Peta Konsep

BERPIKIR
KRITIS

MEMBACA ANALISIS
Q.S. Ali Imran: 190- Q.S. Ali Imran: 190- MANFAAT
191 dan Hadits 191 dan Hadits Berpikir Kritis
tentang Berpikir Kritis tentang Berpikir Kritis

Sikap dan Perilaku


BERPIKIR KRITIS

1
Materi BAB 1 PAI dan Budi Pekerti Kelas XII (berpikir Kritis)
A. Perintah Berpikir Kritis dalam Q.S. Ali Imran [3]: 190-191
Berpikir Kritis didefinisikan oleh para pakar dengan pengertian yang beragam. Menurut
Mertes, Berpikir Kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang dipergunakan
untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif
dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
1. Pengertian Berpikir Kritis
Masih ada para ahli yang mengemukakan pengertian Berpikir Kritis sebagai berikut:
a. Ennis: Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.8
b. Beyer: Berpikir kritis adalah kemampuan: (a) menentukan kredibilitas suatu sumber, (b)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (c) membedakan fakta dari
penilaian, (d) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (e)
mengidentifikasi bias yang ada, (f) mengidentifikasi sudut pandang, dan (g) mengevaluasi
bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.9
c. Mustaji: Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah
contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (a) membanding dan membedakan,
(b) membuat kategori, (c) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan,
(d) menerangkan sebab, (e) membuat sekuen atau urutan, (f) menentukan sumber yang
dipercayai, dan (g) membuat estimasi.10
d. Walker: Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi
yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan
sebagai dasar saat mengambil tindakan.11
e. Hassoubah: Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan
mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.12
f. Chance: Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan
menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan,
mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.13
g. Paul: Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja
dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar
intelektual padanya.
h. Halpern: Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.
i. Angelo: Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi
kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan
serta mengevaluasi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan secara sederhana bahwa berpikir
kritis adalah proses mental dalam menganalisis atau mengevaluasi informasi yang didapatkan dari hasil
pengamatan, pengalaman, akal sehat serta komunikasi. Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan oleh
setiap orang untuk memecahkan suatu permasalahan atau mencari solusi yang terbaik, dan pengelolaan
sebuah target. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya: Membandingkan dan
membedakan, membuat kategori, meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, menerangkan sebab,

2
Materi BAB 1 PAI dan Budi Pekerti Kelas XII (berpikir Kritis)
membuat sekuen atau urutan, menentukan sumber yang dipercayai, dan merumuskan estimasi.

2. Q.S. Ali Imran: 190-191 tentang Berpikir Kritis

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. 191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka. (Q.S. Ali Imran: 190-190)

3. Asbabun Nuzul
Menurut riwayat Abu Ishak al-Maqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad Bin Muhammad bin
Yahya al-Abidiy, Ahmad bin Najdah, Yahya bin Abdul Hamid al-Mahany, Ya‟qub alQumy,
Ja‟far bin Abi al-Mughirah, Sa‟id bin Jubair dari Ibn „Abbas, bahwa orang Quraisy Yahudi
berkata: Apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka menjawab: Tongkat dan
tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya mereka datang kepada orangorang
Nasrani dan berkata: Bagaimanakah dengan yang dibawa oleh Isa terhadapmu? Mereka
menjawab: Menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit kulit serta menghidupkan orang mati.
Kemudian mereka datang kepada Nabi dan berkata: Coba engkau ubah bukit Shafa ini menjadi
emas untuk kami, maka turunlah ayat tersebut. Sejumlah riwayat menyatakan bahwa Rasul Saw
seringkali membaca ayat ini dan ayatayat berikutnya saat beliau bangun shalat tahajjud di malam
hari. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata bahwa, “Suatu malam aku tidur
di rumah bibiku, Maemunah. Rasul Saw berbincang-bincang dengan keluarga beliau, beberapa
saat kemudian pada sepertiga malam terakhir beliau bangkit dari pembaringan dan duduk
memandang ke arah langit sambil membaca ayat ini lalu beliau berwudhu dan shalat sebelas
rakaat. Kemudian adzan subuh, maka beliau shalat dua rakaat, lalu menuju ke masjid untuk
mengimami jamaah shalat subuh.” Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan melalui Atha‟ bahwa,
“Suatu ketika ia bersama rekannya, mengunjungi Aisyah ra istri Nabi Saw untuk bertanya tentang
peristiwa apa yang paling mengesankan beliau dari Rasul Saw, Aisyah menangis sambil berkata:
“Semua yang beliau lakukan mengesankan kalau hanya menyebut satu, maka satu malam, yakni
di malam giliran beliau tidur berdampingan denganku, kulitnya menyentuh kulitku lalu beliau
bersabda,”wahai Aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Tuhanku” dan aku berkata, “demi
Allah, aku senang berada di sampingmu, tetapi aku senang juga engkau beribadah kepada
Tuhan.” Maka beliau pergi berwudhu, tidak banyak air yang beliau gunakan lalu berdiri
melaksanakan shalat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau lalu sujud dan menangis
hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu Bilal datang untuk adzan

3
Materi BAB 1 PAI dan Budi Pekerti Kelas XII (berpikir Kritis)
Subuh. Bilal bertanya kepada Rasul tentang apa gerangan yang membuat beliau menangis sedang
Allah telah mengampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang. Rasul Saw menjawab,
“Aduhai Bilal, apa yang dapat membendung tangisku sedang semalam Allah telah menurunkan
ayat, “inna fi khalqis samawati.., sungguh celaka siapa yang membaca tapi tidak
memikirkannya”.

4. Kajian Tafsir
Ayat 190-191 surat Ali Imran merupakan penutup surat Ali Imran. Ini antara lain terlihat
pada uaian-uraiannya yang bersifat umum. Setelah dalam ayat-ayat lalu mengurai hal-hal yang
rinci, sebagaimana terbaca pada ayat 189 yang menegaskan kepemilikan Allah Swt. Atas alam
raya. Maka pada ayat yang ke-190-191 Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya, serta
memerintahkan agar memikirkannya.
a. Perintah berpikir kritis
Ayat yang artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal menjelaskan
bahwa salah satu bukti kebenaran bahwa Allah adalah Sang Pemilik atas alam raya ini
adalah panggilan sekaligus motivasi kepada umat manusia untuk berpikir kritis, karena
sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian benda-benda angkasa, seperti matahari,
bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit, atau dalam pengaturan
sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya
yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, perbedaannya baik dalam masa
maupun panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagi Ulul
Albab, yakni orang orang yang memiliki akal yang murni. Demikian pendapat Mufassir
Ibnu Katsir.
(yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata). M. Quraish Shihab menambahkan bahwa maksud Ulil Albab dalam Q.S. Ali
Imran: 190 ini adalah orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan yang terus mengingat
Allah dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil
berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkata
sebagai kesimpulan; Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan alam raya dan segala isinya
ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak. Apa yang kami alami, atau dengar dari keburukan
atau kekurangan, Maha Suci Engkau dari semua itu.
b. Fenomena alam merupakan bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya
Ibnu Katsir menegaskan bahwa kata al-bab (‫( انباب‬adalah bentuk jamak dari lub (‫( نة‬yaitu
saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai
lub. Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi
oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Orang yang
merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat
nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.
c. Samudera ilmu pengetahuan
Ayat ini mirip dengan ayat 164 surat al-Baqarah, hanya saja di sana disebutkan delapan
macam ayat-ayat Allah, sedang di sini hanya tiga. Bagi kalangan sufi, pengurangan ini
disebabkan karena memang pada tahap-tahap awal, seorang salik (‫( سانك‬yaitu orang yang
berjalan menuju Allah membutuhkan banyak argumen aqliyah (akal sehat). Akan tetapi,
setelah melalui beberapa tahap, yakni ketika kalbu telah memperolah kecerahan, maka
kebutuhan akan argumen aqliyah semakin berkurang, bahkan dapat menjadi halangan bagi
4
Materi BAB 1 PAI dan Budi Pekerti Kelas XII (berpikir Kritis)
kalbu untuk terjun ke samudera ma’rifat (samudera ilmu pengetahuan). Selanjutnya, kalau
bukti-bukti yang disebutkan di sana adalah hal-hal yang terdapat di langit dan di bumi,
maka penekanannya di sini adalah pada bukti-bukti yang terbentang di langit. Ini karena
bukti-bukti di langit lebih menggugah hati dan pikiran, seta lebih cepat mengantar
seseorang meraih rasa keagungan ilahi. Di sisi lain, ayat 164 al-Baqarah ditutup dengan
menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan “tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal” (‫( يعقهون نقوو اليت‬la-ayatil li-qaumiy ya‟qilun, sedangkan pada ayat ini (Q.S. Ali
Imran: 190), karena mereka telah berada pada tahap yang lebih tinggi dan juga telah
mencapai kemurnian akal, maka sangat wajar ayat ini ditutup dengan la-ayatil li-ulil albab
(‫ االنباب الني اليت‬.(Derajat Ulul Albab (kemurnian akal) lebih tinggi daripada sekedar berakal
sehat.
d. Dzikir dan Pikir
Di atas terlihat bahwa objek dzikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah
makhlukmakhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti bahwa pengenalan kepada Allah
lebih banyak dilakukan oleh kalbu (hati nurani). Sedangkan pengenalan alam raya
didasarkan pada penggunaan alam, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-
luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam
memikirkan Dzat Allah. Hal ini dipahami dari sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan
oleh Abu Nu‟aim melalui Ibnu Abbas: “Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan
berpikir tentang Allah“. Demikian uraian M. Quraish Shihab.
e. Hasil dzikir dan pikir
Di atas telah dijelaskan makna firman-Nya, Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, bahwa hal itu adalah sebagai natijah (‫( نتيجة‬atau kesimpulan dari upaya
dzikir dan pikir. Dapat juga dipahami dzikir dan pikir tersebut mereka lakukan sambil
membayangkan dalam benak mereka bahwa alam raya tidak diciptakan Allah secara siasia.
13 Ayat di atas mendahulukan dzikir atas pikir karena dzikir mengingat Allah dan
menyebut nama-nama dan keagungan-Nya. Hati akan menjadi tenang, dan dengan
ketenangan pikiran akan menjadi cerah bahkan siap untuk memperoleh limpahan ilham
dan bimbingan ilahi.

5. Kandungan Q.S. Ali Imran (3) : 190-191


Pada ayat ke 190 surah ali imran, Allah Menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. Tanda-tanda yang dimaksud adalah tanda-tanda kebesaran
Allah, tanda-tanda keagungan Allah SWT dan sebagainya. Hal-hal yang sangat kecil saja
dapat merupakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Misalnya, sebuah sel di dalam tubuh
manusia yang sangat kecil mempunyai sebuah sistem tersendiri yang sangat teratur yang
tidak mungkin semua itu terjadi begitu saja atau terjadi secara kebetulan. Apalagi sesuatu
yang sangat besar dan sangat hebat seperti penciptaan langit dan bumi, dan bergantinya
malam dan siang, itu semua tidak mungkin terjadi secara kebetulan, itu semua pasti ada
yang mengaturnya dan itu semua merupakan kebesaran Allah. Namun, tidak semua
menyadarinya, hanya orang-orang yang berakal-lah yang mampu menyadarinya.
Kita sebagai manusia yang diberi akal oleh Allah seharusnya berpikir atas kebesaran-Nya.
Oleh karena itu, sepatutnya manusia harus memiliki keyakinan yang seutuhnya bahwa
Allah-lah, Tuhan yang patut disembah.

6. Hakikat Berpikir Kritis

5
Materi BAB 1 PAI dan Budi Pekerti Kelas XII (berpikir Kritis)
Sebagaimana didjelaskan sebelumnya bahwa berpikir kritis adalah proses mental dalam
menganalisis atau mengevaluasi informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat serta komunikasi. Setiap muslim harus dapat berpikir kritis agar
bisa membuat sebuah prediksi tentang suatu masalah yang kelak dihadapi pada masa-masa
yang akan datang, kemudian dapat meraih masa depan yang sesungguhnya.

7. Manfaat Berpikir Kritis


Adapun manfaat berfikir kritis diantaranya adalah:
1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt;
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia;
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt dalam mengembangkan
IPTEKS;
8. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian);
9. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam;
10. Semakin bersyukur kepada Allah Swt atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang
berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta;
11. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan;
12. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;
13. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan
meningkatkan amal salih dan meninggalkan kemaksiatan.Kehidupan di akhirat adalah
masa depan yang sesungguhnya Islam memandang bahwa masa depan bukan sekedar
keberhasilan

6
Materi BAB 1 PAI dan Budi Pekerti Kelas XII (berpikir Kritis)

Anda mungkin juga menyukai