Anda di halaman 1dari 22

KEGIATAN BELAJAR 13

APRESIASI DAN KREASI SASTRA ANAK SECARA RESEPTIF

A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Kegiatan belajar 13 ini akan membahas tentang Apresiasi dan Kreasi
Sastra Anak secara Reseptif. Pemahaman dan penguasaan tentang apresiasi
sastra secara reseptif sangat fungsional dan menunjang pelaksanaan tugas
dan tanggungjawab bapak ibu guru dalam menyukseskan amanah
Kurikulum tentang apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas
apresiasi sastra anak di SD antara lain ditentukan oleh taraf pemahaman
dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru kelas.
Apresiasi sastra secara reseptif dapat dilakukan dengan cara
membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama. Karya
sastra berbentuk prosa, seperti dongeng, cerpen, novel, roman dapat
dinikmati dengan cara membaca buku atau dengan cara menyimak tatkala
karya itu diperdengarkan atau dibaca orang lain. Sementara itu, karya sastra
berbentuk drama baru dapat dinikmati secara baik dan total apabila
dipentaskan.
Bapak ibu perlu memahami juga bahwa terdapat beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran karya sastra anak
secara reseptif, yaitu seperti pendekatan emotif, pendekatan didaktis, dan
pendekatan analitis.
2. Capaian Pembelajaran
Materi yang perlu untuk dipahami dengan baik tentang apresiasi
karya sastra secara reseptif oleh bapak/ibu dalam pembelajaran sastra anak
yaitu :
a. Hakikat sastra anak
b. Manfaat sastra anak
c. Apresiasi reseptif
d. Pendekatan apresiasi reseptif

Capaian pembelajaran pada Kegiatan Belajar 13 ini adalah “Mampu


menguasai materi apresiasi karya dan sastra anak secara reseptif” dan
secara terperinci terdapat pada subcapaian pembelajaran berikut ini :

a. Mampu menjelaskan hakikat sastra anak


b. Mampu menjelaskan manfaat sastra anak
c. Mampu menjelaskan apresiasi karya sastra reseptif
d. Mampu menjelaskan pendekatan apresiasi karya sastra anak secara
reseptif

B. Inti
Berlandaskan pada subcapaian pembelajaran yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka secara berurut bagian ini akan membahas dan menguraikan
materi tentang (a) hakikat sastra anak, (b) apresiasi sastra reseptif, dan (c)
pendekatan apresiasi anak secara reseptif
1. Hakikat Sastra Anak
Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan
pengalaman anak-anak; yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata
anak-anak (Aryanto et al., 2020). Secara konseptual, sastra anak-anak tidak
jauh berbeda dengan sastra orang dewasa (adult literacy). Keduanya sama
berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Yang membedakannya
hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan yang bermakna
bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif
dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan,
menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung
nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-
anak. Pendapat para ahli yang telah disampaikan pada paragraf-paragraf
sebelumnya, dapat disimpan bahwa sastra anak pada hakikatnya adalah
sebuah bentuk karya kreasi imajinatif yang menggambarkan perasaan anak
serta dapat diamati dipahami dan dirasakan anak melalui indra pengelihatan
dan pendengaran.
Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa
yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk
kalangan mereka sendiri tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987)
mengemukakan bahwa siapapun yang menulis sastra anak-anak tidak perlu
dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan pada
kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra
anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). Namun demikian,
dalam kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi anak-anak itu terkadang
dilihat dan diukur dari perspektif orang dewasa.
Berikut dijelaskan genre sastra anak menurut Lukens (Rosid,
2021) yang tampak berbeda dengan genre sastra dewasa dan sekaligus
juga berdasarkan tiga pemikiran perlunya pembicaraan genre
tersebut. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak
ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra
tradisional, puisi dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai jenis
lagi.
a. Realisme. Dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan
itu mungkin saja adadan terjadi walau tidak harus benar-benar ada dan
terjadi. Peristiwa dan aksi serta jalinan peristiwa dan aksi yang
dikisahkan masuk akal dan logis. Genre realisme sendiri terbagi
atas ceritarealisme, realisme binatang, realisme historis,realisme
olahraga.
b. Fiksi formula. Sebagaimana sebutannya, fiksi formula seolah-olah
telah memiliki “formula”, rumus, pola alur, pola karakter, dan lain-
lain yang bersifat stereotip. Walau hal itu tidak mengurangi
orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis. Jenis sastra anak
yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita
misteri dan detektif, cerita romantic, dan novelserial.
c. Fantasi. Lukens dalam (Rosid, 2021) menyebut cerita fantasi sebagai
cerita yang menawarkan sesuatu yang sulitditerima oleh akal.
Cerita fantasi dikembangkan lewta imajinasi yang lazim dan
dapat diterima sehingga sebagai sebuah ceritadapat diterima oleh
pembaca. Yang tergolong dalam fantasi adalahcerita fantasi, fantasi
tingkat tinggi, dan fiksi sains.
d. Sastra tradisional. Istilah tradisional dalam kesastraan (traditional
literatureatau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu
berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui mulainya
dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turn-temurun secara
lisan. Yang termasuk dalam jenis ini adala, fable, dongeng
rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
e. Puisi. Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik tembang-
tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang ninabobo, puisi
naratif, dan puisi personal.
f. Bacaan Nonfiksi. Bacaan nonfiksi sastra ditulis secara artistic sehingga
jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman
sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri anak
perasaana keindahan yang berwujud efek emosional dan intelektual.
Yang tegolong dalam jenis ini adal ah buku informasi dan biografi.

Sastra anak tidak harus berkisah tentang anak, tentang dunia anak,
tentang ber-bagai peristiwa yang mesti melibatkan anak (Nurgiyantoro,
2004). Sastra anak dapat berkisah tentang apa sa-ja yang menyangkut
kehidupan, baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, maupun
kehidupan yang lain termasuk makhluk dari dunia lain. Namun, apa pun isi
kandungan cerita yang dikisahkan mestilahberangkat dari sudut pandang
anak, dari kacamata anak dalam memandang dan memperlakukan sesuatu,
dan sesuatu itu haruslah berada dalam jangkauan pemahaman emosional
dan pikiran anak.
2. Manfaat Sastra Anak
Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi
pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak
menjadi penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan
penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik
bagi anak. Penggunaan bahasa yang imajinatif dapat menghasilkan
responsi-responsi intelektual dan emosional dimana anak akan merasakan
dan menghayati peran tokoh dan konflik yang ditimbulkannya, juga
membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan, kesedihan
dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana memikul
penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk memimpikan
berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai masalah
mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak dari manfaat yang
dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni; (1)
memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak, (2)
mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau
gagasan dengan berbagai cara, (3) memberikan pengalaman baru yang
seolah dirasakan dan dialaminya sendiri, (4) mengembangkan wawasan
kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan, (5) menyajikan dan
memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan (6) meneruskan
warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik
yang bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1)
perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan
kepribadian, dan (4) perkembangan sosial. Sastra yang terwujud untuk
anak-anak selain ditujukan untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan
daya kognisi yang akan mengarahkan anak pada pemunculan daya
kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada pemahaman yang baik
tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan dan pikiran
tentang diri sendiri maupun orang lain.

3. Apresiasi Karya Sastra Reseptif


Apresiasi sastra menurut Efendi (Luh et al., 2018) “Apresiasi
sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh
sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan pikiran yang baik terhadap karya sastra”. Pengertian apresiasi
tersebut menyiratkan pula bahwa kegiatan apresiasi dapat memberikan
suatu pemikiran atau tanggapan yang kritis dan baik terhadap sebuah
karya. Dengan mengapresiasi karya sastra seperti teks puisi siswa,
didapatkan sebuah penilaian yang didasari pemikiran kritis usai melakukan
penikmatan dengan cara membacanya. Hal itu sejalan dengan
pendapat Zaidan (Luh et al., 2018) yang menyatakan bahwa apresiasi puisi
itu sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman,
penafsiran, penghayatan, dan penikmatan karya tersebut yang didukung
oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yangterkandung dalam puisi itu.
Disick (dalam Waluyo, 2005) menyebutkan adanya empat
tingkatan apresiasi, yaitu: menggemari, menikmati, mereaksi, dan
produktif.
1. Pada tingkat menggemari puisi, seseorang sebatas senang membaca
atau menyaksikan pembacaan puisi.
2. Pada tingkat menikmati, seseorang akan tersentuh batinnya saat
membaca puisi atau menyaksikan pembacaan puisi.
3. Pada tingkat mereaksi, sikap kritis seseorang terhadap puisi lebih
menonjol karena telah mampu menafsirkan dengan kritis dan
memberikan penilaianbaik atau buruk pada puisi.
4. Pada tingkat produktif berarti seorang apresiator telah mampu
menghasilkan, mengkritik, atau membuat resensi terhadap sebuah
puisi secara tertulis.
Dari keempat tingakatan tersebut dilakukan penelitian berupa
apresiasi hanya pada tingkat ke tiga. Hal itu dikarenakan untuk
membuat batasan tujuan penelitian ini sendiri, yaitu untuk mereaksi
teks puisi siswa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dilakukan
penelitian apresiasi secara reseptif pada teks siswa.

Apresiasi secara reseptif ini adalah kegiatan mengapresiasi


dengan teori resepsi pada sebuah karya. Resepsi dapat diartikan
sebagai terbuka atau dapat menerima. Jackques Lacan dan Roland
Barthes (dalam Aminuddin, 2004:53) menyatakan bahwa sebuah
karya sastra setelah hadir di tengah masyarakat pembaca, pembaca
sendirilah yang akhirnya memberikan makna. Dalam hal ini, peneliti
yang sekaligus berperan sebagai pembaca memiliki peran penting
dalam pemberian makna. Dalam penelitian ini dilakukan tindakan
meresepsi, memaknai, dan menanggapi teks puisi siswa sebagai
karya sastra. Makna menjadi pokok penting dalam merepsi. Hirsch
(dalam Sugihastuti, 2002) menyebutkan bahwa makna mengacu pada
arti teks dalam kaitannya dengan suatu konteks yang lebih besar.
Untuk memaknai teks puisi siswa setepat mungkin, dibutuhkan
proses pengaitan arti teks dalam konteks situasi atau keadaan yang
berlaku. Jadi, dipilih apresiasi sastra secara reseptif ini karena ingin
memberikan suatu penilaian dan tanggapan secara terbuka terhadap
teks puisi siswa.

Apresiasi sastra anak secara umum meliputi apresiasi terhadap


bentuk penulisan kreatif dan imajinatif yang dikhususkan untuk dibaca,
dinikmati dan dinilai oleh anak. Penulisan buku anak-anak meliputi
keseluruhan buku yang bermutu dan berfaedah untuk bacaan anak-
anak. Buku anak-anak meliputi bidang fiksi dan nonfiksi yang
berbentuk prosa, puisi, dan drama. Bentuk sastra tersebut dapat
diapresiasi secara reseptif dan ekspresif/produktif.
Apresiasi sastra anak secara reseptif adalah kegiatan
mengapresiasi dengan teori resepsi pada sebuah karya. Resepsi dapat
diartikan sebagai terbuka atau menerima (Kusuma, dkk. 2017).
Dikatakan apresiasi reseptif karena pada tahap apresiasi ini, pembaca
karya sastra baru dalam tahap menyerap, menggali isi yang dipesankan
pada karya sastra yang dibacanya tersebut. Pada dasarnya, mereka
belum menghasilkan apapun sebagai produk kegiatan apresiasinya
(Umar, 2017). Dikuatkan oleh Muhammad (2017) bahwa apresiasi
sastra anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian dan
penghayatan terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk
puisi, prosa, maupun drama yang dapat dilakukan dengan cara
membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra
anak secara reseptif pada hakikatnya merupakan kegiatan bersastra
yang dilakukan oleh peserta didik dengan cara menghargai, menikmati,
menilai dan menekuni terhadap karya sastra yang dibacanya, baik karya
sastra anak itu berbentuk puisi, prosa maupun drama.

Terkait dengan apresiasi sastra reseptif, Suyatno (2004)


menjelaskan bahwa kegiatan apresiasi sastra reseptif harus
menggunakan metode reseptif . Metode reseptif mengarah ke proses
pernerimaan isi bacaan baik yang tersurat, tersirat, maupun yang
tersorot. Metode reseptif tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa
yang dianggap telah banyak menguasai kosakata, frasa, maupun
kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah
bagaimana isi bacaan diserap dengan bagus.

Dengan menggunakan metode reseptif, pembaca dilarang


bersuara, berkomat-kamit, dan bergerak-gerak dalam membaca dan
menyimak. Metode reseptif membutuhkan konsentrasi tinggi dalam
menerima makna bacaan dan ujaran. Oleh karena itu, dalam penyiapan
bacaan, aspek kondisi siswa jangan sampai dilupakan. Begitu pula,
aspek pemilihan bacaan.

Kegiatan mengapresiasi karya sastra anak ini diharapkan akan


memberikan manfaat yang positif bagi anak. Seperti yang disampaikan
oleh Maulidiya (2014) mengemukan bahwa “Melalui karya sastra
seseorang dapat menambah pengetahuannya tentang kosa kata dalam
suatu bahasa, tentang pola kchidupan suatu masyarakat”. Mereka yang
menjadi guru dapat memanfaatkan perolehan basil bacanya dalam
rangka mengajar di sekolahnya, seorang int memiliki bahan cerita
untuk putra dan suami cerita. seorang penccramah dapat memberikan
selingan cerita kepada pendengarnya secara mudah.

a. Manfaat secara umum. Manfaat yang diperoleh adalah dengan


kegiatan membaca sastra secara umum yaitu mendapatkan hiburan
dan mengisi waktu luang dengan kegiatan produktif.
b. Manfaat secara khusus
1) Memberikan informasi yang berhubungan dengan
pemerolehan nilai-nilai kehidupan.
2) Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai
salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti
maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri.
3) Membaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya
dari setiap zaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
4) Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati
perkembangan zamannya, sejalan dengan kedudukan sestra itu
sendiri sebagai salah satu kreasi manusia yang mampu menjadi
semacam peramal tentang perkembangan zaman itu sendiri di
masa yang akan datang.
4. Pendekatan Apresiasi Karya Sastra Anak Secara Reseptif
Bapak ibu telah memahami uraian materi satu hingga tiga tentang hakikat
sastra, manfaat sastra, dan apresiasi karya reseptif. Tentu kita sepaham
bahwa kualitas apresiasi sastra anak didik di SD antara lain ditentukan oleh
taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki
sebagai guru kelas. Maka tahap selanjutnya yang akan dibahas pada modul
ini adalah tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam mengapresiasi
sastra anak secara reseptif yang diuraikan sebagai berikut :
a. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif adalah pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis)
dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari
segi isi karya sastra. Pendapat dari Aminuddin (2004: 42)
mengemukakan bahwa :
“Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajak emosi atau perasaan
pembaca. Ajakan emosi ini berhubungan dengan oeindahan
penyajian bentuk maupun ajakan emosi yang berhubungan
dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik”

Sebagai contoh penerapan pendekatan emotif dalam mengapresiasikan


sastra anak secara reseptif, dapat diperhatikan puisi berikut ini :

Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penu seluruh
...........................................

Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan
terasa nilai keindahan bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi
akhirnya. Selanjutnya, kita cermati keindahan penggalan puisi W.S.
Rendra yang berjudul Sajak Sebatang Lison berikut.
...........................................
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi suatu jalan panjang.
tanpa pilihan
tanpa pepohonan.
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya.
.............................................
Penggalan puisi Rendara di atas dapat membersitkan keindahan
irama (nada, tempo, tekanan), keindahan diksi, gaya bahasa repetisi,
dan keindahan pengungkapan rasa iba-pilu melihat derita 8 juta kanak-
kanak Indonesia yang tak diketahui kapan berakhir.
Contoh ketiga, kita ambil larik terakhir puisi Chairil Anwar
yang berbunyi “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keindahan yang
dapat kita rasakan adalah keindahan isi yang dikandungnya. Larik
tersebut bukan mendorong kita untuk mau hidup dengan gaya egoisme-
materialisme selama 1 abad melainkan mendorong kita untuk hidup
dengan semangat idealisme yang tinggi; kita harus memiliki ide-ide
yang tidak cukup 100 –200-300 tahun untuk merampungkannya
melainkan 1000 tahun lamanya, alangkah akbar dan tingginya ide itu!

b. Pendekatan Didaktif
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh
berbagai amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat
dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah
pembaca. Aminuddin (2004:47) mengemukakan bahwa:
“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif
maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan,
tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu
terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun
agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan
rohaniah pembaca.”

Sebagai contoh penerapan pendekatan didaktis dalam


mengapresiasi sastra anak-anak di sekolah Dasar kita perhatikan
dan baca penggalan bait puisi berikut secara saksama.
..................
Pada hari Sabtu sore
Sesudah salat bersama ayah, ibu, nenek
Saya dan kawan-kawanku
Pergi main layang-layang
Di tanah lapang

Nasihat apa yang dapat diperoleh setelah membaca puisi


di atas? Paling kurang ada tujuh macam: (1) sebagai anak sekolah
hendaknya bermain-main pada pada Sabtu sore bukan Rabu sore,
supaya semua PR dapat terselesaikan dengan baik, (2) hendaknya
pergi bermain sesudah salat ashar, (3) kalau shalat diupayakan
berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain jangan
sendiri tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika
mengalami kecelakaan ada yang menolong, (5) biasakan hidup
kebersamaan jangan biasakan hidup jalan sendiri (egois), (6)
sebagai anak-anak perlu bermain jangan hanya belajar supaya
perkembangan jiwanya normal, dan (7) jika bermain layangan
kiranya di tanah lapang, bukan di jalan raya, berbahaya.

c. Pendekatan Analitis
Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya
dalam mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif
adalah Pendekatan Analitis. Pendekatan ini membimbing Anda
untuk memahami secara lebih lengkap dibanding pendekatan
emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44) mengungkapkan
bahwa:

“Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya


membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang
menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan
hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk
keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya
totalitas bentuk dan maknanya”.

Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam


pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti
yang dipaparkan di atas. Telah memadai, jika telah dapat
mengungkapkan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang
dibaca, dan dapat menujukkan hubungan antarunsur yang saling
mendukung/saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-
pesan yang dapat memperkaya pengalaman rokhaniah.
Yang mana unsur-unsur yang membangun karya sastra
prosa tersebut dan bagaiaman esensi unsur tersebut? Aminuddin
(2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi
adalah tema, latar, alur, penokohan, dan titik pandang, dan gaya.
Keenam unsur itulah yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk
membangun suatu cerita yang menyenangkan dan bermakna.

5. Latihan
a. Latihan 1
Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca
puisi berikut lalu kemukakan nilai keindahan (emotif) yang Anda
rasakan sebagai latihhan untuk mempermantap pemahaman Anda
tentang penerapan pendekatan emotif.
DESAKU
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Di relung qalbuku
Setiap waktu

Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Agar selamanya dekat di sisimu

Di pagi dan siang


Kuayun kaki menuntut ilmu
Bersama teman-temanku
lewat jalan berliku
Dinaungi pepohonan rindang
Karena itu kubertekad
Akan selalu memeliharamu
Akan selalu menjagamu
Akan selalu melindungi
Selama nafas dalam jasad
(Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)
Rambu-rambu pengerjaan latihan Untuk megerjakan latihan ini,
Andu perlu membaca bait demi bait secara berulang-ulang sambil
meresapi dan membuka mata hati terhadap nilai keindahan yang
berkaitan keindaan bentuk (rima, irama, diksi) dan pengungkapan
makna yang dikandungnya.
b. Latihan 2
Bacalah puisi berikut lalu kemukakan minimal 5 pesan yang terkandung
di dalamnya!

KAKEKKU
Carollah Indah C.
Kakekku
Aku sayang padamu
Aku suka dongengmu
Aku senangi penampilanmu
Aku bangga kepribadianmu

Tapi itu dulu


Kini tak kudengar lagi
Semua dongengmu
Tawa candamu
Kini yang kulihat
Hanya batu nisan yang kokoh
Sekokoh dirimu

Ya Allah, ya Rabbi
Ampunilah dosa kakekku
Balaslah amal ibadahnya
Dengan surgamu-Mu
Rambu-rampu pengerjaan latihan
Untuk mengarjakan latihan ini, Anda perlu membaca puisi itu secara
berulang-ulang lalu mencermati bait demi bait, larik demi larik lalu
memaknainya sesuai esensi yang dikandungnya. Jangan lupa
mengaitkan dengan nilai etis, agamis, sosial, budaya, dan sebagainya
bila dianggap belum sempurna.
C. Penutup
1. Rangkuman
sastra anak pada hakikatnya adalah sebuah bentuk karya kreasi
imajinatif yang menggambarkan perasaan anak serta dapat diamati dipahami
dan dirasakan anak melalui indra pengelihatan dan pendengaran. Pendekatan
emotif merupakan pendekatan yang mengantar pembaca untuk dapat
menikmati dan menunjukkan nilai-nilai keindahan yang terjandung dalam
suatu karya sastra. Sedang pendekatan didaktis merupakan pendekatan
mengarahkan anak untuk dapat memetik berbagai pesan atau amanat yang
terdapat suatu karya sastra. Adapun pendekatan analitis adalah pendekatan
yang dapat membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang
membangun suatu karya hubungan antar unsur tersebut sebagai suatu kesatuan
yang utuh.

2. Tes Formatif

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan!

1. Pendekatan yang membantu pembaca memahami unsur-unsur instrinsik


suatu karya sastra dan hubungan antara unsur tersebut sebagai suatu
kesatuan yang padu dan utuh adalah…
A. Pendekatan emotif
B. Pendekatan didaktis
C. Pendekatan analitis
D. Pendekatan terpadu

2. Pendekatan yang dapat mengarahkan pembaca untuk menikmati dan


menentukan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam suatu karya
sastra di sebut pendekatan...
A. emotif
B. analitis
C. didaktis
D. terpadu

3. Pendekatan yang mengarahkan pembaca suatu karya sastra untuk


memperleh sejumlah pemahaman tentang pesan, petuah, atau nasihat yang
dapat memperkaya pengalaman rokhania disebut...
A. Pendekatan emotif
B. Pendekatan analitis
C. Pendekatan didaktis
D. Pendekatan terpadu

4. Perhatikan kutipan puisi berikut ini


Keluarga Pelindungku

Aku sayang ayah


Aku sayang ibu
Aku juga sayang kakak dan adikku
Merekalah milikku, keluargaku seutuhnya
Betapa bahagianya memiliki mereka
Selalu ada dalam suka maupun duka
Jangan pisahkan kami, Tuhan
Karena kami saling melengkapi
(40 Puisi Anak Sekolah Dasar - SEKOLAH PRESTASI GLOBAL)
Melalui kegiatan membaca puisi di atas, siswa diharapkan dapat mengambil
sebuah petuah yang terkandung dalam puisi. Maka sebagai seorang guru di
sekolah dasar, pendekatan yang digunakan adalah …
A. emotif
B. analitis
C. didaktis
D. terpadu
5. Siswa kelas V di sekolah anda melakukan kunjungan ke sebuah sanggar seni
yang ada di Kota anda. Di sanggar seni tersebut, para siswa ditampilkan
beberapa sebuah karya puisi dan sebuah drama. Siswa yang melakukan
kunjungan tersebut telah memiliki pengalaman menimati sebuah sastra.
Secara intrinsik, dari pengalaman tersebut siswa mendapatkan manfaat
yaitu ….
A. Perkembangan dalam hal kognitif siswa
B. Perkembangan bahasa siswa
C. Memberikan kesan kegembiraan kenapa siswa
D. Memberikan perubahan dalam kepribadian siswa

6. Sebagai seorang guru di kelas, anda dituntut untuk mampu membelajarkan


siswa tentang apresiasi karya sastra kepada siswa. salah satu yang bisa kita
lakukan kepada siswa untuk menerapkan apresiasi karya sastra kepada
siswa di kelas adalah ….
A. Melakukan kunjungan festival seni tari
B. Memberikan kegiatan drama dan siswa sebagai pelakon dalam drama
tersebut.
C. Mengadakan kegiatan musikalisasi puisi di sekolah
D. Menampilkan siswa yang juara dalam sebuah lomba kesenian

7. Pada pembelajaran di kelas, guru menampilkan sebuah video puisi anak


yang berjudul “Ibuku seorang yang hebat”. Setelah kegiatan tersebut, siswa
merasa hatinya tersentuh. Berdasarkan kasus tersebut, makan siswa di kelas
telah berada pada tingkat ….
A. Produktif terhadap karya sastra
B. Mereaksi sebuah karya sastra
C. Menggemari karya sastra
D. Menikmati kasrya sastra
8. Pernyataan di bawah ini yang tidak sesuai dengan hakikat karya sastra anak
adalah …
A. Karya harus ditulis oleh anak dan untuk anak
B. Berdasarkan pengalaman dan kehidupan anak
C. Dapat diamati dipahami dan dirasakan anak melalui indra pengelihatan
D. fokus pemberian gambaran kehidupan yang bermakna bagi anak

9. Dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja
ada dan terjadi walau tidak harus benar-benar ada dan terjadi. Pernyataan
tersebut merupakan pernyataan dari genre sastra anak ….
A. Prosa
B. Fiksi formula
C. Fantasi
D. Realisme

10. Cara yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam apresiasi karya sastra
dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini, kecuali ….
A. Menekuni
B. Mengkaji
C. Menikmati
D. Menghargai
apresiasi sastra anak secara reseptif pada hakikatnya merupakan kegiatan bersastra
yang dilakukan oleh peserta didik dengan cara menghargai, menikmati, menilai dan
menekuni terhadap karya sastra yang dibacanya

Kunci Jawaban :
1. D
2. A
3. C
4. C
5. C
6. B
7. D
8. A
9. D
10. B

Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini. Rumus: Jumlah
jawaban Anda yang benar

Jumlah Jawaban benar


Tingkat penguasaan = x 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang dicapai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup

< 70% = kurang


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.2004.Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar


Baru Algensindo

Aryanto, S., Widiansyah, A., & Markum, M. (2020). Peningkatan Kemampuan Berprikir
Kreatif Dalam Pembuatan Sastra Anak Berbasis Ecopreneurship Melalui
Implementasi Design Thinking. Educational Journal of Bhayangkara, 1(1).
https://doi.org/10.31599/edukarya.v1i1.107

Huck, Charlotte S. 1987. Children Literature in the Elementary School New York:Holt
Rinehart.
Luh, N., Kusuma, P. Y., Gunatama, G., & Sutama, I. M. (2018). APRESIASI SASTRA SECARA
RESEPTIF TERHADAP TEKS PUISI SISWA KELAS X MIPA 9 DI SMA NEGERI 1
SINGARAJA. 8(1).

Nurgiyantoro, B. (2004). Sastra Anak : Persoalan Genre. Jurnal Humaniora, 16, 107–122.

Rosid, A. (2021). NILAI-NILAI DALAM SASTRA ANAK SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN


KARAKTER.

Sugihastuti.2002.Teori dan Apresiasi Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Prestasi Global. (2015, 15 Oktober). 40 Puisi Anak Sekolah Dasar. Diakses pada 4 Februari
2022, dari https://www.prestasiglobal.id/40-puisi-anak-sekolah-dasar/

Waluyo, Herman J.1995.Teori dan ApresiasiPuisi. Surakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai