A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Kegiatan belajar 13 ini akan membahas tentang Apresiasi dan Kreasi
Sastra Anak secara Reseptif. Pemahaman dan penguasaan tentang apresiasi
sastra secara reseptif sangat fungsional dan menunjang pelaksanaan tugas
dan tanggungjawab bapak ibu guru dalam menyukseskan amanah
Kurikulum tentang apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas
apresiasi sastra anak di SD antara lain ditentukan oleh taraf pemahaman
dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru kelas.
Apresiasi sastra secara reseptif dapat dilakukan dengan cara
membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama. Karya
sastra berbentuk prosa, seperti dongeng, cerpen, novel, roman dapat
dinikmati dengan cara membaca buku atau dengan cara menyimak tatkala
karya itu diperdengarkan atau dibaca orang lain. Sementara itu, karya sastra
berbentuk drama baru dapat dinikmati secara baik dan total apabila
dipentaskan.
Bapak ibu perlu memahami juga bahwa terdapat beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran karya sastra anak
secara reseptif, yaitu seperti pendekatan emotif, pendekatan didaktis, dan
pendekatan analitis.
2. Capaian Pembelajaran
Materi yang perlu untuk dipahami dengan baik tentang apresiasi
karya sastra secara reseptif oleh bapak/ibu dalam pembelajaran sastra anak
yaitu :
a. Hakikat sastra anak
b. Manfaat sastra anak
c. Apresiasi reseptif
d. Pendekatan apresiasi reseptif
B. Inti
Berlandaskan pada subcapaian pembelajaran yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka secara berurut bagian ini akan membahas dan menguraikan
materi tentang (a) hakikat sastra anak, (b) apresiasi sastra reseptif, dan (c)
pendekatan apresiasi anak secara reseptif
1. Hakikat Sastra Anak
Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan
pengalaman anak-anak; yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata
anak-anak (Aryanto et al., 2020). Secara konseptual, sastra anak-anak tidak
jauh berbeda dengan sastra orang dewasa (adult literacy). Keduanya sama
berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Yang membedakannya
hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan yang bermakna
bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif
dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan,
menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung
nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-
anak. Pendapat para ahli yang telah disampaikan pada paragraf-paragraf
sebelumnya, dapat disimpan bahwa sastra anak pada hakikatnya adalah
sebuah bentuk karya kreasi imajinatif yang menggambarkan perasaan anak
serta dapat diamati dipahami dan dirasakan anak melalui indra pengelihatan
dan pendengaran.
Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa
yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk
kalangan mereka sendiri tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987)
mengemukakan bahwa siapapun yang menulis sastra anak-anak tidak perlu
dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan pada
kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra
anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). Namun demikian,
dalam kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi anak-anak itu terkadang
dilihat dan diukur dari perspektif orang dewasa.
Berikut dijelaskan genre sastra anak menurut Lukens (Rosid,
2021) yang tampak berbeda dengan genre sastra dewasa dan sekaligus
juga berdasarkan tiga pemikiran perlunya pembicaraan genre
tersebut. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak
ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra
tradisional, puisi dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai jenis
lagi.
a. Realisme. Dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan
itu mungkin saja adadan terjadi walau tidak harus benar-benar ada dan
terjadi. Peristiwa dan aksi serta jalinan peristiwa dan aksi yang
dikisahkan masuk akal dan logis. Genre realisme sendiri terbagi
atas ceritarealisme, realisme binatang, realisme historis,realisme
olahraga.
b. Fiksi formula. Sebagaimana sebutannya, fiksi formula seolah-olah
telah memiliki “formula”, rumus, pola alur, pola karakter, dan lain-
lain yang bersifat stereotip. Walau hal itu tidak mengurangi
orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis. Jenis sastra anak
yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita
misteri dan detektif, cerita romantic, dan novelserial.
c. Fantasi. Lukens dalam (Rosid, 2021) menyebut cerita fantasi sebagai
cerita yang menawarkan sesuatu yang sulitditerima oleh akal.
Cerita fantasi dikembangkan lewta imajinasi yang lazim dan
dapat diterima sehingga sebagai sebuah ceritadapat diterima oleh
pembaca. Yang tergolong dalam fantasi adalahcerita fantasi, fantasi
tingkat tinggi, dan fiksi sains.
d. Sastra tradisional. Istilah tradisional dalam kesastraan (traditional
literatureatau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu
berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui mulainya
dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turn-temurun secara
lisan. Yang termasuk dalam jenis ini adala, fable, dongeng
rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
e. Puisi. Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik tembang-
tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang ninabobo, puisi
naratif, dan puisi personal.
f. Bacaan Nonfiksi. Bacaan nonfiksi sastra ditulis secara artistic sehingga
jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman
sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri anak
perasaana keindahan yang berwujud efek emosional dan intelektual.
Yang tegolong dalam jenis ini adal ah buku informasi dan biografi.
Sastra anak tidak harus berkisah tentang anak, tentang dunia anak,
tentang ber-bagai peristiwa yang mesti melibatkan anak (Nurgiyantoro,
2004). Sastra anak dapat berkisah tentang apa sa-ja yang menyangkut
kehidupan, baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, maupun
kehidupan yang lain termasuk makhluk dari dunia lain. Namun, apa pun isi
kandungan cerita yang dikisahkan mestilahberangkat dari sudut pandang
anak, dari kacamata anak dalam memandang dan memperlakukan sesuatu,
dan sesuatu itu haruslah berada dalam jangkauan pemahaman emosional
dan pikiran anak.
2. Manfaat Sastra Anak
Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi
pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak
menjadi penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan
penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik
bagi anak. Penggunaan bahasa yang imajinatif dapat menghasilkan
responsi-responsi intelektual dan emosional dimana anak akan merasakan
dan menghayati peran tokoh dan konflik yang ditimbulkannya, juga
membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan, kesedihan
dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana memikul
penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk memimpikan
berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai masalah
mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak dari manfaat yang
dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni; (1)
memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak, (2)
mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau
gagasan dengan berbagai cara, (3) memberikan pengalaman baru yang
seolah dirasakan dan dialaminya sendiri, (4) mengembangkan wawasan
kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan, (5) menyajikan dan
memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan (6) meneruskan
warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik
yang bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1)
perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan
kepribadian, dan (4) perkembangan sosial. Sastra yang terwujud untuk
anak-anak selain ditujukan untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan
daya kognisi yang akan mengarahkan anak pada pemunculan daya
kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada pemahaman yang baik
tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan dan pikiran
tentang diri sendiri maupun orang lain.
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penu seluruh
...........................................
Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan
terasa nilai keindahan bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi
akhirnya. Selanjutnya, kita cermati keindahan penggalan puisi W.S.
Rendra yang berjudul Sajak Sebatang Lison berikut.
...........................................
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi suatu jalan panjang.
tanpa pilihan
tanpa pepohonan.
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya.
.............................................
Penggalan puisi Rendara di atas dapat membersitkan keindahan
irama (nada, tempo, tekanan), keindahan diksi, gaya bahasa repetisi,
dan keindahan pengungkapan rasa iba-pilu melihat derita 8 juta kanak-
kanak Indonesia yang tak diketahui kapan berakhir.
Contoh ketiga, kita ambil larik terakhir puisi Chairil Anwar
yang berbunyi “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keindahan yang
dapat kita rasakan adalah keindahan isi yang dikandungnya. Larik
tersebut bukan mendorong kita untuk mau hidup dengan gaya egoisme-
materialisme selama 1 abad melainkan mendorong kita untuk hidup
dengan semangat idealisme yang tinggi; kita harus memiliki ide-ide
yang tidak cukup 100 –200-300 tahun untuk merampungkannya
melainkan 1000 tahun lamanya, alangkah akbar dan tingginya ide itu!
b. Pendekatan Didaktif
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh
berbagai amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat
dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah
pembaca. Aminuddin (2004:47) mengemukakan bahwa:
“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif
maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan,
tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu
terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun
agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan
rohaniah pembaca.”
c. Pendekatan Analitis
Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya
dalam mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif
adalah Pendekatan Analitis. Pendekatan ini membimbing Anda
untuk memahami secara lebih lengkap dibanding pendekatan
emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44) mengungkapkan
bahwa:
5. Latihan
a. Latihan 1
Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca
puisi berikut lalu kemukakan nilai keindahan (emotif) yang Anda
rasakan sebagai latihhan untuk mempermantap pemahaman Anda
tentang penerapan pendekatan emotif.
DESAKU
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Di relung qalbuku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Agar selamanya dekat di sisimu
KAKEKKU
Carollah Indah C.
Kakekku
Aku sayang padamu
Aku suka dongengmu
Aku senangi penampilanmu
Aku bangga kepribadianmu
Ya Allah, ya Rabbi
Ampunilah dosa kakekku
Balaslah amal ibadahnya
Dengan surgamu-Mu
Rambu-rampu pengerjaan latihan
Untuk mengarjakan latihan ini, Anda perlu membaca puisi itu secara
berulang-ulang lalu mencermati bait demi bait, larik demi larik lalu
memaknainya sesuai esensi yang dikandungnya. Jangan lupa
mengaitkan dengan nilai etis, agamis, sosial, budaya, dan sebagainya
bila dianggap belum sempurna.
C. Penutup
1. Rangkuman
sastra anak pada hakikatnya adalah sebuah bentuk karya kreasi
imajinatif yang menggambarkan perasaan anak serta dapat diamati dipahami
dan dirasakan anak melalui indra pengelihatan dan pendengaran. Pendekatan
emotif merupakan pendekatan yang mengantar pembaca untuk dapat
menikmati dan menunjukkan nilai-nilai keindahan yang terjandung dalam
suatu karya sastra. Sedang pendekatan didaktis merupakan pendekatan
mengarahkan anak untuk dapat memetik berbagai pesan atau amanat yang
terdapat suatu karya sastra. Adapun pendekatan analitis adalah pendekatan
yang dapat membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang
membangun suatu karya hubungan antar unsur tersebut sebagai suatu kesatuan
yang utuh.
2. Tes Formatif
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban
yang disediakan!
9. Dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja
ada dan terjadi walau tidak harus benar-benar ada dan terjadi. Pernyataan
tersebut merupakan pernyataan dari genre sastra anak ….
A. Prosa
B. Fiksi formula
C. Fantasi
D. Realisme
10. Cara yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam apresiasi karya sastra
dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini, kecuali ….
A. Menekuni
B. Mengkaji
C. Menikmati
D. Menghargai
apresiasi sastra anak secara reseptif pada hakikatnya merupakan kegiatan bersastra
yang dilakukan oleh peserta didik dengan cara menghargai, menikmati, menilai dan
menekuni terhadap karya sastra yang dibacanya
Kunci Jawaban :
1. D
2. A
3. C
4. C
5. C
6. B
7. D
8. A
9. D
10. B
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini. Rumus: Jumlah
jawaban Anda yang benar
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
Aryanto, S., Widiansyah, A., & Markum, M. (2020). Peningkatan Kemampuan Berprikir
Kreatif Dalam Pembuatan Sastra Anak Berbasis Ecopreneurship Melalui
Implementasi Design Thinking. Educational Journal of Bhayangkara, 1(1).
https://doi.org/10.31599/edukarya.v1i1.107
Huck, Charlotte S. 1987. Children Literature in the Elementary School New York:Holt
Rinehart.
Luh, N., Kusuma, P. Y., Gunatama, G., & Sutama, I. M. (2018). APRESIASI SASTRA SECARA
RESEPTIF TERHADAP TEKS PUISI SISWA KELAS X MIPA 9 DI SMA NEGERI 1
SINGARAJA. 8(1).
Nurgiyantoro, B. (2004). Sastra Anak : Persoalan Genre. Jurnal Humaniora, 16, 107–122.
Prestasi Global. (2015, 15 Oktober). 40 Puisi Anak Sekolah Dasar. Diakses pada 4 Februari
2022, dari https://www.prestasiglobal.id/40-puisi-anak-sekolah-dasar/