Nim : 2013411037
Mata kuliah : Ilmu Kesehatan Masyarakat (Struktur Organisasi Kemenkes dan SKN)
Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Pasal 1 Ayat 2)
TUJUAN
SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dimulai dari
kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. (Pasal 5)
PRINSIP PELAKSANAAN
(Pasal 6)
(1) Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat,
profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
(2) Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dibina oleh Menteri hanya bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang
terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya danmanajemen kesehatan.
(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan:
e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti bermanfaat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan;
h. keinginan masyarakat;
i. epidemiologi penyakit;
k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan semangat persatuan dan kesatuan nasional
serta kemitraan dan kerja sama lintas sektor.
(Pasal 7)
(1) Untuk meningkatkan akselerasi dan mutu pelaksanaan SKN, pembangunan kesehatan perlu
melandaskan pada pemikiran dasar pembangunan kesehatan.
(2) Pemikiran dasar pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemikiran tentang pelaksanaan, tujuan, dan prinsip dasar pembangunan kesehatan.
(3) Prinsip dasar pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat.
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) pada dasarnya merupakan pembangunan manusia
sebagai subyek, obyek, dan penikmat pembangunan, yang mencakup seluruh siklus hidup manusia
sejak dalam kandungan sampai dengan akhir hidupnya. Dimensi pembangunan SDM dapat dilihat
dari tiga aspek utama, yaitu kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk. Kualitas penduduk
tercermin dari tingkat kesejahteraan penduduk yaitu tingkat kesehatan dan gizi pendidikan,
produktivitas, dan akhlak mulia, menuju kepada pencapaian kesejahteraan sosial yang baik.
Kuantitas penduduk dikaitkan dengan jumlah dan laju pertumbuhannya. Sedangkan mobilitas
penduduk merupakan refleksi dari perpindahan dan persebaran penduduk, yang merespon
pembangunan ekonomi wilayah.
Selama tiga dekade terakhir, telah terjadi penurunan laju pertumbuhan penduduk, yang terutama
disebabkan oleh penurunan tingkat kelahiran. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini juga diikuti
dengan peningkatan kualitas SDM, yang antara lain terlihat dari meningkatnya derajat kesehatan dan
gizi, serta tingkat pendidikan. Dalam bidang kesehatan, usia harapan hidup meningkat, dari 41,0
tahun pada tahun 1960 menjadi 66,2 tahun pada tahun 2000; dan angka kematian bayi menurun dari
159 menjadi 48 per 1.000 kelahiran hidup.
Namun demikian, masalah SDM yang masih dihadapi di masa mendatang tidak terlepas dari jumlah
penduduk yang besar dan terus meningkat. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN,
kualitas SDM Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini terlihat antara lain dari rendahnya peringkat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI),yang mencakup angka
harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pengeluaran per kapita.
Berdasarkan Human Development Report 2003, peringkat HDI Indonesia menempati urutan ke-112
dari 175 negara. Sedangkan jika dipilah menurut jenis kelamin, dengan menggunakan nilai Indeks
Pembangunan Gender (IPG) atau Gender-related Development Index (GDI), Indonesia menempati
urutan ke-91 dari 144 negara.
Dalam pembangunan kesehatan, beberapa tantangan yang akan dihadapi antara lain adalah
rendahnya kualitas kesehatan penduduk, yang terlihat dengan masih tingginya angka kematian bayi,
balita, dan ibu melahirkan, serta tingginya proporsi balita yang mengalami gizi kurang; kesenjangan
kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antarwilayah, gender, dan
kelompok pendapatan; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga
kesehatan; dan terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan, serta belum optimalnya alokasi
pembiayaan kesehatan.
VISI
Terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan berakhlak mulia
Pembangunan sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang maju dan mandiri sehingga mampu berdaya saing dalam era globalisasi.
Dalam kaitan itu, pembangunan sumber daya manusia diarahkan pada peningkatan kualitas sumber
daya manusia Indonesia yang antara lain ditandai dengan meningkatnya IPM dan IPG, serta
tercapainya penduduk tumbuh seimbang yang ditandai dengan angka reproduksi neto (NRR) sama
dengan 1, atau angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,1.
Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk diarahkan pada peningkatan pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif menuju
terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan
keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang disertai
oleh peningkatan pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Upaya
tersebut dilakukan dengan memerhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, serta globalisasi dan demokratisasi dengan
semangat kemitraan dan kerja sama lintas sektor. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku
dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan nasional harus
berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memerhatikan dampaknya terhadap
kesehatan. Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor yang meliputi produksi
pangan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan tingkat rumah tangga dengan kandungan
gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya dalam rangka mencapai status gizi yang
baik.
Secara umum, arah pembangunan jangka panjang bidang SDM adalah peningkatan kualitas SDM,
yang dilakukan melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi, dan mutu pelayanan sosial dasar,
termasuk pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas dan daya saing tenaga kerja, dan
peningkatan kualitas kehidupan dan kerukunan kehidupan umat beragama, seiring dengan upaya
pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta penataan persebaran dan mobilitas
penduduk, yang mengikuti pembangunan wilayah dan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, untuk mencapai terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, dan
berakhlak mulia.
Secara khusus, arah pembangunan jangka panjang bidang SDM (kesehatan) adalah:
1. Peningkatan kualitas SDM, melalui peningkatan akses dan pemerataan, kualitas dan relevansi,
serta manajemen pelayanan sosial/dasar, yang mencakup kesehatan, gizi, pendidikan, keluarga
berencana dan kesejahteraan sosial; peningkatan kualitas tenaga kerja; peningkatan kualitas
kehidupan dan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama; dan perlindungan sosial.
3. Penataan persebaran dan mobilitas penduduk secara lebih seimbang sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan, melalui pemerataan pembangunan ekonomi dan wilayah, dan
pembukaan kawasan-kawasan industrial terpadu yang lebih banyak lagi menampung tenaga kerja.
Pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan
masyarakat Indonesia. Kondisi kehidupan masyarakat dapat tercermin pada aspek kuantitas dan
struktur umur penduduk serta kualitas penduduk, seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.
Status kesehatan masyarakat Indonesia secara umum masih rendah dan jauh tertinggal dibandingkan
dengan kesehatan masyarakat negara-negara ASEAN lainnya, yang ditandai, antara lain, dengan
masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, yaitu 307 per 100 ribu kelahiran hidup (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI, 2002–2003), tingginya angka kematian bayi dan balita.
Selain itu, gizi kurang terutama pada balita masih menjadi masalah besar dalam upaya membentuk
generasi yang mandiri dan berkualitas.
TANTANGAN
Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang diukur dengan indeks pembangunan
manusia (IPM) mengakibatkan rendahnya produktivitas dan daya saing perekonomian nasional.
Pembangunan kesehatan dan pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Di bidang kesehatan tantangan pembangunan yang dihadapi, antara lain,
adalah mengurangi kesenjangan status kesehatan masyarakat dan akses terhadap pelayanan
kesehatan antarwilayah, tingkat sosial ekonomi, dan gender; meningkatkan jumlah dan penyebaran
tenaga kesehatan yang kurang memadai; meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan; dan
mengurangi beban ganda penyakit yaitu pola penyakit yang diderita oleh sebagian besar masyarakat
adalah penyakit infeksi menular, namun pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular serta meningkatnya penyalahgunaan narkotik dan obat-obat terlarang.
Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter.
PEMBANGUNAN SDM
STRATEGI (Layanan Dasar dan Perlindungan Sosial)
1.Tata Kelola Kependudukan
2.Perlindungan Sosial
3.Kesehatan
4.Pendidikan
5.Pengentasan Kemiskinan
6.Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda
3.1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana (KB) dan kesehatan
reproduksi, mencakup:
b) perluasan dan pengembangan imunisasi dasar lengkap, termasuk vaksin untuk pneumonia;
d) perluasan akses dan kualitas pelayanan KB serta kesehatan reproduksi (kespro) sesuai
karakteristik wilayah yang didukung oleh optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah
melalui advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) Program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan konseling KB dan Kespro; peningkatan kompetensi
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB),
tenaga lini lapangan, dan tenaga kesehatan dalam pelayanan KB; penguatan fasilitas
pelayanan kesehatan, jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan serta upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat; dan peningkatan KB pasca persalinan; dan
b) pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang anak dengan pemberian jaminan
asupan gizi sejak dalam kandungan, perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan fasilitas air
bersih dan sanitasi lingkungan;
d) peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung bukti (evidence based
policy) termasuk fortifikasi pangan;
g) peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam intervensi perbaikan gizi
dengan strategi sesuai kondisi setempat; dan
3.3) Peningkatan pengendalian penyakit, dengan perhatian khusus pada jantung, stroke,
penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, penyakit tropis terabaikan
a) pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit termasuk perluasan cakupan deteksi
dini, penguatan surveilans real time, pengendalian vektor dan perluasan layanan berhenti
merokok;
b) penguatan health security terutama peningkatan kapasitas untuk pencegahan, deteksi, dan
respon cepat terhadap ancaman penyakit termasuk penguatan alert system kejadian luar biasa
c) peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan serta penguatan tata laksana
penanganan penyakit dan cedera;
3.4) Pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,
mencakup:
a) pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan kerja sehat;
b) penyediaan lingkungan yang mendorong aktivitas fisik seperti penyediaan ruang terbuka
publik, transportasi masal dan konektivitas antarmoda, lingkungan sehat, dan penurunan
polusi udara;
c) regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah serta swasta untuk menerapkan
pembangunan berwawasan kesehatan dan mendorong hidup sehat termasuk pengembangan
standar dan pedoman untuk sektor non kesehatan, peningkatan cukai hasil tembakau secara
bertahap dengan mitigasi dampak bagi petani tembakau dan pekerja industri hasil tembakau,
pelarangan total iklan dan promosi rokok, perbesaran pencantuman peringatan bergambar
bahaya merokok, perluasan pengenaan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi
terhadap kesehatan dan pengaturan produk makanan dengan kandungan gula, garam dan
lemak;
d) promosi perubahan perilaku hidup sehat yang inovatif dan pembudayaan olahraga,
pemberdayaan masyarakat dan penggerakan masyarakat madani untuk hidup sehat; dan e)
peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat termasuk penerapan label pangan, perluasan
akses terhadap buah dan sayur, dan perluasan gerakan memasyarakatkan makan ikan.
3.5) Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan, mencakup:
a) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang difokuskan pada penguatan fungsi
puskesmas dan jaringannya dalam upaya kesehatan masyarakat yang berkualitas dan
didukung peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan;
optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan dasar melalui pendekatan keluarga; revitalisasi
posyandu dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat lainnya; pengembangan
kebijakan khusus untuk pelayanan kesehatan di daerah terpencil, sangat terpencil dan daerah
dengan karakteristik geografis tertentu (kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola
pembiayaan, regulasi dan kelembagaan; pengembangan pelayanan kesehatan lanjut usia;
penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta; pemenuhan
dan pemerataan penyediaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan yang mengacu rencana
induk penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan; inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam
pelayanan kesehatan meliputi perluasan sistem rujukan online termasuk integrasi fasilitas
pelayanan kesehatan swasta dalam sistem rujukan, perluasan cakupan dan pengembangan
jenis layanan telemedicine, digitalisasi rekam medis dan rekam medis online; perluasan
pelayanan kesehatan bergerak (flying dan sailing health care) dan gugus pulau;
pengembangan dan peningkatan kualitas RS khusus; dan penyediaan pengelolaan limbah
medis fasilitas pelayanan kesehatan dan pengendalian bahan berbahaya dan beracun (B3);
b) Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan yang difokuskan pada afirmasi
pemenuhan tenaga kesehatan strategis termasuk pengembangan paket pelayanan kesehatan
(tenaga kesehatan, farmasi dan alat kesehatan); afirmasi pendidikan (beasiswa dan tugas
belajar) tenaga kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah
kurang diminati; afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi tenaga kesehatan yang
ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan; pengembangan mekanisme kerjasama
pemenuhan tenaga kesehatan melalui penugasan sementara dan kontrak pelayanan; perluasan
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan fokus pada pelayanan kesehatan dasar;
pengembangan tenaga kesehatan untuk penguatan fungsi pelayanan kesehatan dasar seperti
promosi kesehatan dan perawat komunitas; penyesuaian program studi dan lembaga
pendidikan bidang kesehatan dengan kebutuhan dan standar; dan pemenuhan tenaga
kesehatan sesuai standar dan tenaga non-kesehatan termasuk tenaga sistem informasi dan
administrasi keuangan untuk mendukung tata kelola di fasilitas pelayanan kesehatan;
c) Pemenuhan dan peningkatan daya saing sediaan farmasi dan alat kesehatanyang
difokuskan pada efisiensi penyediaan obat dan vaksin dengan mengutamakan kualitas
produk; penguatan sistem logistik farmasi real time berbasis elektronik; peningkatan promosi
dan pengawasan penggunaan obat rasional; pengembangan obat, produk biologi, reagen, dan
vaksin dalam negeri bersertifikat halal yang didukung oleh penelitian dan pengembangan life
sciences; dan pengembangan produksi dan sertifikasi alat kesehatan untuk mendorong
kemandirian produksi dalam negeri;
d) Peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan yang difokuskan pada perluasan
cakupan dan kualitas pengawasan pre dan post market obat dan pangan berisiko yang
didukung oleh peningkatan kompetensi SDM pengawas dan penguatan laboratorium dan
balai pengawas obat dan makanan; peningkatan riset; percepatan dan perluasan proses
layanan publik termasuk registrasi; perluasan pemanfaatan teknologi informasi dalam
pengawasan obat dan makanan; peningkatan kepatuhan dan kemandirian pelaku usaha dalam
penerapan sistem manajemen mutu dan pengawasan produk; peningkatan peran serta
masyarakat dalam pengawasan; dan perluasan penyidikan dan penindakan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat dan makanan;
e) Penguatan tata kelola, pembiayaan, penelitian dan pengembangan kesehatanyang
difokuskan pada pengembangan kebijakan untuk penguatan kapasitas pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota; pendampingan perbaikan tata kelola pada daerah yang memiliki masalah
kesehatan untuk pencapaian target nasional dan mendorong pemenuhan standar pelayanan
minimal (SPM) kesehatan; integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sistem informasi kesehatan
pusat dan daerah termasuk penerapan sistem single entry; penguatan data rutin; inovasi dan
pemanfaatan teknologi digital untuk pengumpulan data, termasuk big data, media promosi,
komunikasi, dan edukasi kesehatan; peningkatan pemanfaatan anggaran untuk penguatan
promotif dan preventif berbasis bukti; pengembangan sumber pembiayaan baru seperti
penerapan earmark cukai dan pajak, pembiayaan bersumber masyarakat, dan kerjasama
pemerintah dan swasta; peningkatan kapasitas dan kemandirian pembiayaan fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah; dan penguatan penelitian dan pengembangan untuk
efektivitas inovasi intervensi, dan evaluasi sistem kesehatan untuk mendukung pencapaian
prioritas nasional.
VISI
MISI
Untuk mencapai sasaran hasil, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a) Pembinaan Kesehatan Keluarga
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses dan kualitas upaya kesehatan keluarga.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
(1) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
sebanyak 514 kabupaten/kota.
(2) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita sebanyak 514
kabupaten/kota.
(3) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja sebanyak 350 kabupaten/kota.
(4) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi sebanyak
514 kabupaten/kota.
(5) Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia sebesar 65%.
c) Penyehatan Lingkungan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
(1) Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) sebesar 90%.
(2) Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) sebanyak 420 kabupaten/kota.
(3) Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar sebesar
76%.
(4) Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar sebanyak 8.800
fasyankes.
(5) Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar sebesar 62%.
(6) Persentase Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar sebesar
75%.
Dalam RPJMN 2020-2024, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Arah kebijakan pembangunan kesehatan nasional adalah meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
cakupan kesehatan semesta dengan penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dan
mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi.
Arah kebijakan nasional tersebut dicapai melalui lima strategi, yaitu peningkatan kesehatan ibu, anak
dan kesehatan reproduksi; percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi ganda; peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit;
pembudayaan Gerakan Mas
Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat dilaksanakan melalui strategi:
a) Peningkatan pelayanan ibu dan bayi berkesinambungan di fasilitas publik dan swasta
melalui sistem rujukan terpadu dan berkesinambungan semenjak ANC;
b) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal dan postnatal bagi ibu dan bayi baru
lahir, termasuk imunisasi;
d) peningkatan kompetensi tenaga kesehatan terutama bidan dalam mendeteksi dini faktor
risiko kematian;
g) Perbaikan pencatatan kematian ibu dan kematian bayi di fasyankes dan masyarakat melalui
pengembangan PS2H (Pencatatan Sipil dan Statistik Hayati);
i) Perluasan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai UCI (Universal Child
Immunization) sampai level desa;
m) Peningkatan cakupan dan mutu intervensi spesifik mulai dari remaja, ibu hamil, bayi, dan
anak balita;
n) Penguatan kampanye nasional dan strategi komunikasi untuk perubahan perilaku sampai
pada keluarga;
r) Pendampingan baduta untuk mendapatkan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI, dan
stimulasi perkembangan yang adekuat;
t) Revitalisasi posyandu, posbindu, UKS, dan UKBM lainnya untuk edukasi kesehatan,
skrining, dan deteksi dini kasus;
u) Mendorong pelabelan pangan, kampanye makan ikan, makan buah dan sayur, serta
kampanye diet seimbang (isi piringku);
v) Meningkatkan metode/cara promosi kesehatan, melalui TV spot, leaflets, booklet, media
sosial, dan sebagainya;
w) Pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kota sehat, pasar sehat, UKS dan
x) Melakukan aksi multisektoral untuk mendorong penyediaan ruang terbuka publik, aktivitas
fisik (olah raga), stop smoking, penurunan polusi udara, dan peningkatan lingkungan sehat;
y) Mendorong regulasi pemerintah pusat dan daerah serta swasta untuk menerapkan
pembangunan berwawasan kesehatan /Health in All Policy (HiAP).