Judul Islam dan Teori Ekonomi Modern, oleh Suhardjo
Penulis (Memotret Ilmu Pengetahuan dan Sains Inklusif dalam Islam) @ 2015, Sahkholid Nasution (et.al) Bintang Sejahtera Malang, Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KTD) Latar Belakang persoalan ekonomi telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia baik kehidupan secara individu maupun kelompok, karena pada umumnya ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah tangga. Dari tataran kehidupan individu berkembang menjadi kehidupan keluarga, kemudian berkembang lagi menjadi kehidupan masyarakat dalam satu wilayah kecamatan, kabupaten, propinsi, dan seterusnya menjadi kehidupan dalam satu negara, maka penataan ekonomi yang semula hanya dalam skala mikro kemudian berkembang menjadi skala makro. Dari berkumpulnya individu dan kelompok rumah tangga di masyarakat, kehidupan ekonomi tidak lepas dari pengaturan tatanan ekonomi oleh pemerintahan suatu negara dengan tujuan agar kehidupan rakyatnya dapat sejahtera dan bahagia sesuai situasi dan kondisi masing-masing anggota masyarakat itu. Sebagai contoh, pengaturan dan penataan kehidupan masyarakat di Indonesia harus dibuat rencana atau konsep pengaturannya dengan melibatkan berbagai kelembagaan baik yang terkait dengan kegiatan ekonomi secara langsung maupun tidak langsung tetapi berkewajiban mendukung penciptaan kondisi ekonomi yang mengarah pada tercapainya masyarakat adil dan makmur. Tentu adil dan makmur dimaksud adalah bagi seluruh rakyat Indonesia. isi A. Perkembangan Pemikiran Ekonomi 1. Kelompok Klasik Kelompok Klasik diawali dengan munculnya seorang tokoh ekonomi termasyhur bernama Adam Smith (1723 – 1790) dengan karangannya yang mengangkat isu kemakmuran suatu bangsa. Tokoh ini merupakan tokoh pertama dalam sejarah pemikiran ekonomi yang mengajukan gagasan tentang harga, distribusi pendapatan, teori upah, dan inflasi. Teori Klasik terus berkembang dengan bergabungnya Thomas Robert Malthus yang terkenal dengan pemikiran bahwa ‘penduduk berkembang menurut deret ukur, sedangkan bahan-bahan makanan berkembang menurut deret hitung’ (doktrin populasi). Berbeda dengan Adam Smith yang memiliki visi optimis, Malthus dikenal dengan pemikirannya yang sangat pesimis terhadap kondisi perekonomian. 2. Kelompok Neoklasik Berbeda halnya dengan komunitas Klasik yang menaruh perhatian pada sisi penawaran, penekanan yang diberikan oleh kaum Neoklasik terletak pada sisi permintaan dari suatu perekonomian. Unsur yang paling menonjol dalam teoriteori yang dikembangkan terkait dengan konsep guna batas (kepuasan yang diperoleh konsumen dari unit terakhir beberapa barang yang mereka konsumsi). Tokoh terkenal dalam kelompok ini, antara lain adalah Leon Walras, Alfred Marshall, dan Wilvredo Pareto. 3. Ekonomi Keynesian John Meynard Keynes dengan gagasan yang cemerlang tentang pentingnya pemerintah dalam pengaturan perekonomian suatu negara. Keynes menyatakan bahwa depresi ekonomi yang terjadi pada saat itu tidak lain disebabkan oleh semua negara berlomba-lomba untuk menghasilkan barang dan jasa sebanyak-banyaknya. Karena daya beli masyarakat tidak seimbang dengan jumlah barang yang dihasilkan. Ekonomi Keynesian ini dalam perkembangannnya dilanjutkan oleh pemikir-pemikir lainnya yakni Henry Simon, Fredreic Hayek, dan Milton Friedman. 4. Sosialisme Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian dimana pemerintah merupakan pemilik semua alat produksi. Di bawah sistem sosialisme, semua hasil dari penggunaan faktor produksi dapat didistribusikan secara lebih merata dibandingkan dengan sistem komunisme. Dua tokoh terkenal dari Ekonomi Sosialis adalah Karl Marx dan Frederic Engels. Dalam pemikiran kedua tokoh ini, masyarakat kapitalis akan mengalami kehancuran dan digantikan oleh masyarakat sosialis dimana pemerintah dan individu bekerja dan dibayar sesuai kebutuhannnya. B. Pengertian Ekonomi Islam Secara sederhana, ekonomi Islam adalah ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Namun dalam pengertian yang lebih luas, ekonomi Islam pada hakekatnya adalah upaya pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang atau jasa sesuai dengan petunjuk Allah SWT., dalam rangka memperoleh ridha-Nya. C. Landasan filosofis ekonomi islam 1. Tauhid Secara harfiah, tauhid artinya mengesakan Allah SWT. yakni pandangan bahwa semua yang ada merupakan ciptaan dan milik Allah SWT., dan hanya Dia yang mengatur segala sesuatunya, termasuk mekanisme hubungan antaramanusia, cara memperoleh rizqi, dan sebagainya (rububiyyah). 2. Keadilan dan Keseimbangan Yang dimaksud dengan landasan keadilan dan keseimbangan ini adalah bahwa seluruh kebijakan dan kegiatan ekonomi harus dilandasi paham kedilan. 3. Kebebasan Kebebasan mengandung pengertian bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktiviitas ekonominya sepanjang tidak ada ketentuan Allah yang melarangnya. Landasan kebebasan ini menunjukkan bahwa melakukan inovasi dan kreativitas ekonomi adalah suatu keharusan. 4. Pertanggungjawaban Menurut Islam, bahwa sungguhpun manusia diberikan kebebasan untuk menentukan jalan hidup dan memilih bidang usaha ekonomi yang akan dilakukan, namun kebebasannya ini harus bertanggung jawab, atau dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, etik dan moral, yakni kebiasan yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manuisa. D. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam Dinar adalah mata uang yang dibuat dari logam emas, sedangkan dirham dibuat dari logam perak. Dipilih menggunakan logam emas dan perak dengan alasan, pertama karena kedua logam tersebut memiliki karakteristik barang yang awet, kedua bisa dipecah menjadi satuan- satuan yang lebih kecil, ketiga senantiasa sesuai antara nilai intrisiknya dengan nilai nominalnya. Sehingga ekonomi lebih stabil dan inflasi bisa terkendali. Hal ini berbeda dengan uang kertas yang nilai nominalnya tak seimbang dengan nilai intrisiknya (nilai materialnya). Sistem ini rawan goncangan krisis dan rawan inflasi. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai uang. Beliau menjadikan hanya emas dan perak saja sebagai standar uang. Standar nilai barang dan jasa dikembalikan kepada standar uang dinar dan dirham ini. E. Pengertian Uang Taqyuddin An-Nabhani, dalam buku An-Nizhâm Al-Iqtishâdi Al-Islâmi, mengatakan, uang adalah standar nilai pada barang dan jasa. Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur harga setiap barang dan jasa. Peranan uang sebagai gudang nilai (store of value) juga diatur oleh Nabi Muhammad SAW., yaitu ketika beliau mewajibkan zakat atas asset moneter (emas dan Perak). Secara tidak langsung Nabi mengatakan, bahwa uang sebagai faktor produksi mempunyai potensi untuk berkembang melalui usaha-usaha produktif. Beliau telah membuat standar uang ini dalam bentuk uqiyah, dirham, mitsqal, dan dinar. Semua ini sudah dikenal dan sangat masyhur pada masa Nabi SAW., di mana masyarakat Arab telah mempergunakannya sebagai alat tukar dan ukuran nilai dalam bentuk transaksi. F. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam 1. Fase I disebut fase pembangunan (Abad VI – XI). Fase I dikenal juga sebagai fase dasar-dasar ekonomi Islam yang dirintis oleh para fuqaha. 2. Fase II disebut fase cemerlang (Abad XA – XV). Pada fase ini banyak meninggalkan hasil karya atau warisan intelektual yang sangat kaya. 3. Fase III disebut fase kemunduran (Abad XV – XX). Fase ini disebut fase kemunduran, yaitu tertutupnya pintu ijtihad. 4. Fase IV disebut fase institusionalisasi atau pembangunan kembali Pada masa modern telah lahir pemikir-pemikir ekonomi yang hasil pemikirannya telah menjadi acuan bagi kegiatan ekonomi syariah. Analisis Dengan mengedepankan keilmuan dasar-dasar ekonomi islam setiap hamba Allah SWT sebagaimana seorang pemimpin bagi dunia yang disebut sebagai khalifah fil’ard berkewajiban untuk menjaga dan memanfaatkan secara optimal apa-apa yang terdapat didunia sesuai tuntunan syariat islam, maka sudah pasti untuk saling memberikan kemanfaatan terhadap satu sama lain dan adanya suatu hubungan timbal balik sebagai perwujudan rasa syukur atas apa yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepada hambanya. Dengan melalui memahami teori-teori dari lingkungan sekitar sebagaimana bukti bahwa semua itu adalah titipan dari Allah SWT kepada hambanya, maka sebab itulah kita tidak diperkenankan untuk terlalu akan rasa cinta terhadap harta ataupun sumber daya, melainkan mengedepankan landasan- landasan dalam hubungannya perekonomian islam. Dan mengetahui konsep dari alat pembayaran yang sah secara agama yaitu dari sebagian harta dari sejenisnya seperti dinar,emas,ataupun uang. Maka kita tahu bahwa ilmu-ilmu yang berhubungan dengan kemuamalahan akan penting terhadap urusan dunia dan akhirat kelak dari sistem jual beli sampai kemawarisan. Sebagai mahasiswa seharusnya sudah menjadi suatu tolak ukur untuk pembelajaran yang kaitannya dengan perekonomian yang mana akan menjadikan suatu pondasi kebangsa yang lebih berkembang sesuai nilai-nilai keislaman.