Anda di halaman 1dari 4

Nama Ahmad Khaiirudin_102210009

Judul Islam dan Teori Ekonomi Modern, oleh Suhardjo


Penulis (Memotret Ilmu Pengetahuan dan Sains Inklusif dalam
Islam)
@ 2015, Sahkholid Nasution (et.al)
Bintang Sejahtera Malang,
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KTD)
Latar Belakang persoalan ekonomi telah menjadi sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan manusia baik kehidupan
secara individu maupun kelompok, karena pada umumnya
ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah
tangga. Dari tataran kehidupan individu berkembang
menjadi kehidupan keluarga, kemudian berkembang lagi
menjadi kehidupan masyarakat dalam satu wilayah
kecamatan, kabupaten, propinsi, dan seterusnya menjadi
kehidupan dalam satu negara, maka penataan ekonomi
yang semula hanya dalam skala mikro kemudian
berkembang menjadi skala makro. Dari berkumpulnya
individu dan kelompok rumah tangga di masyarakat,
kehidupan ekonomi tidak lepas dari pengaturan tatanan
ekonomi oleh pemerintahan suatu negara dengan tujuan
agar kehidupan rakyatnya dapat sejahtera dan bahagia
sesuai situasi dan kondisi masing-masing anggota
masyarakat itu. Sebagai contoh, pengaturan dan penataan
kehidupan masyarakat di Indonesia harus dibuat rencana
atau konsep pengaturannya dengan melibatkan berbagai
kelembagaan baik yang terkait dengan kegiatan ekonomi
secara langsung maupun tidak langsung tetapi berkewajiban
mendukung penciptaan kondisi ekonomi yang mengarah
pada tercapainya masyarakat adil dan makmur. Tentu adil
dan makmur dimaksud adalah bagi seluruh rakyat Indonesia.
isi A. Perkembangan Pemikiran Ekonomi
1. Kelompok Klasik
Kelompok Klasik diawali dengan munculnya seorang tokoh
ekonomi
termasyhur bernama Adam Smith (1723 – 1790) dengan
karangannya yang mengangkat isu kemakmuran suatu
bangsa. Tokoh ini merupakan tokoh pertama dalam sejarah
pemikiran ekonomi yang mengajukan gagasan tentang
harga, distribusi pendapatan, teori upah, dan inflasi. Teori
Klasik terus berkembang dengan bergabungnya Thomas
Robert Malthus yang terkenal dengan pemikiran bahwa
‘penduduk berkembang menurut deret ukur, sedangkan
bahan-bahan makanan berkembang menurut deret hitung’
(doktrin populasi). Berbeda dengan Adam Smith yang
memiliki visi optimis, Malthus dikenal dengan pemikirannya
yang sangat pesimis terhadap kondisi perekonomian.
2. Kelompok Neoklasik
Berbeda halnya dengan komunitas Klasik yang menaruh
perhatian pada sisi penawaran, penekanan yang diberikan
oleh kaum Neoklasik terletak pada sisi permintaan dari
suatu perekonomian. Unsur yang paling menonjol dalam
teoriteori yang dikembangkan terkait dengan konsep guna
batas (kepuasan yang diperoleh konsumen dari unit terakhir
beberapa barang yang mereka konsumsi). Tokoh terkenal
dalam kelompok ini, antara lain adalah Leon Walras, Alfred
Marshall, dan Wilvredo Pareto.
3. Ekonomi Keynesian
John Meynard
Keynes dengan gagasan yang cemerlang tentang pentingnya
pemerintah dalam pengaturan perekonomian suatu negara.
Keynes menyatakan bahwa depresi ekonomi yang terjadi
pada saat itu tidak lain disebabkan oleh semua negara
berlomba-lomba untuk menghasilkan barang dan jasa
sebanyak-banyaknya. Karena daya beli masyarakat tidak
seimbang dengan jumlah barang yang
dihasilkan. Ekonomi Keynesian ini dalam
perkembangannnya dilanjutkan oleh pemikir-pemikir
lainnya yakni Henry Simon, Fredreic Hayek, dan Milton
Friedman.
4. Sosialisme
Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian dimana
pemerintah merupakan pemilik semua alat produksi. Di
bawah sistem sosialisme, semua hasil dari penggunaan
faktor produksi dapat didistribusikan secara lebih merata
dibandingkan dengan sistem komunisme. Dua tokoh
terkenal dari Ekonomi Sosialis adalah Karl Marx dan Frederic
Engels. Dalam pemikiran kedua tokoh ini, masyarakat
kapitalis akan mengalami kehancuran dan digantikan oleh
masyarakat sosialis dimana pemerintah dan individu bekerja
dan dibayar sesuai kebutuhannnya.
B. Pengertian Ekonomi Islam
Secara sederhana, ekonomi Islam adalah ekonomi yang
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Namun dalam
pengertian yang lebih luas, ekonomi Islam pada hakekatnya
adalah upaya pengalokasian sumber-sumber daya untuk
memproduksi barang atau jasa sesuai dengan petunjuk Allah
SWT., dalam rangka memperoleh ridha-Nya.
C. Landasan filosofis ekonomi islam
1. Tauhid
Secara harfiah, tauhid artinya mengesakan Allah SWT. yakni
pandangan bahwa semua yang ada merupakan ciptaan dan
milik Allah SWT., dan hanya Dia yang mengatur segala
sesuatunya, termasuk mekanisme hubungan antaramanusia,
cara memperoleh rizqi, dan sebagainya (rububiyyah).
2. Keadilan dan Keseimbangan
Yang dimaksud dengan landasan keadilan dan
keseimbangan ini adalah bahwa seluruh kebijakan dan
kegiatan ekonomi harus dilandasi paham kedilan.
3. Kebebasan
Kebebasan mengandung pengertian bahwa manusia bebas
melakukan seluruh aktiviitas ekonominya sepanjang tidak
ada ketentuan Allah yang melarangnya. Landasan
kebebasan ini menunjukkan bahwa melakukan inovasi dan
kreativitas ekonomi adalah suatu keharusan.
4. Pertanggungjawaban
Menurut Islam, bahwa sungguhpun manusia diberikan
kebebasan untuk menentukan jalan hidup dan memilih
bidang usaha ekonomi yang akan dilakukan, namun
kebebasannya ini harus bertanggung jawab, atau dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial, etik dan moral, yakni
kebiasan yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan
manuisa.
D. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam
Dinar adalah mata uang yang dibuat dari logam emas,
sedangkan dirham dibuat dari logam perak. Dipilih
menggunakan logam emas dan perak dengan alasan,
pertama karena kedua logam tersebut memiliki karakteristik
barang yang awet, kedua bisa dipecah menjadi satuan-
satuan yang lebih kecil, ketiga senantiasa sesuai antara nilai
intrisiknya dengan nilai nominalnya. Sehingga ekonomi lebih
stabil dan inflasi bisa terkendali. Hal ini berbeda dengan
uang kertas yang nilai nominalnya tak seimbang dengan nilai
intrisiknya (nilai materialnya). Sistem ini rawan goncangan
krisis dan rawan inflasi. Rasulullah SAW telah menetapkan
emas dan perak sebagai uang. Beliau menjadikan hanya
emas dan perak saja sebagai standar uang. Standar nilai
barang dan jasa dikembalikan kepada standar uang dinar
dan dirham ini.
E. Pengertian Uang
Taqyuddin An-Nabhani, dalam buku An-Nizhâm Al-Iqtishâdi
Al-Islâmi, mengatakan, uang adalah standar nilai pada
barang dan jasa. Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam,
uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan
untuk mengukur harga setiap barang dan jasa.
Peranan uang sebagai gudang nilai (store of value) juga
diatur oleh Nabi Muhammad SAW., yaitu ketika beliau
mewajibkan zakat atas asset moneter (emas dan Perak).
Secara tidak langsung Nabi mengatakan, bahwa uang
sebagai faktor produksi mempunyai potensi untuk
berkembang melalui usaha-usaha produktif.
Beliau telah membuat standar uang ini dalam bentuk
uqiyah, dirham, mitsqal, dan dinar. Semua ini sudah dikenal
dan sangat masyhur pada masa Nabi SAW., di mana
masyarakat Arab telah mempergunakannya sebagai alat
tukar dan ukuran nilai dalam bentuk transaksi.
F. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
1. Fase I disebut fase pembangunan (Abad VI – XI). Fase
I dikenal juga sebagai fase dasar-dasar ekonomi
Islam yang dirintis oleh para fuqaha.
2. Fase II disebut fase cemerlang (Abad XA – XV). Pada
fase ini banyak meninggalkan hasil karya atau
warisan intelektual yang sangat kaya.
3. Fase III disebut fase kemunduran (Abad XV – XX).
Fase ini disebut fase kemunduran, yaitu tertutupnya
pintu ijtihad.
4. Fase IV disebut fase institusionalisasi atau
pembangunan kembali Pada masa
modern telah lahir pemikir-pemikir ekonomi yang
hasil pemikirannya telah menjadi acuan bagi
kegiatan ekonomi syariah.
Analisis Dengan mengedepankan keilmuan dasar-dasar ekonomi islam
setiap hamba Allah SWT sebagaimana seorang pemimpin bagi
dunia yang disebut sebagai khalifah fil’ard berkewajiban untuk
menjaga dan memanfaatkan secara optimal apa-apa yang
terdapat didunia sesuai tuntunan syariat islam, maka sudah pasti
untuk saling memberikan kemanfaatan terhadap satu sama lain
dan adanya suatu hubungan timbal balik sebagai perwujudan rasa
syukur atas apa yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepada
hambanya. Dengan melalui memahami teori-teori dari lingkungan
sekitar sebagaimana bukti bahwa semua itu adalah titipan dari
Allah SWT kepada hambanya, maka sebab itulah kita tidak
diperkenankan untuk terlalu akan rasa cinta terhadap harta
ataupun sumber daya, melainkan mengedepankan landasan-
landasan dalam hubungannya perekonomian islam. Dan
mengetahui konsep dari alat pembayaran yang sah secara agama
yaitu dari sebagian harta dari sejenisnya seperti
dinar,emas,ataupun uang. Maka kita tahu bahwa ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan kemuamalahan akan penting terhadap
urusan dunia dan akhirat kelak dari sistem jual beli sampai
kemawarisan. Sebagai mahasiswa seharusnya sudah menjadi
suatu tolak ukur untuk pembelajaran yang kaitannya dengan
perekonomian yang mana akan menjadikan suatu pondasi
kebangsa yang lebih berkembang sesuai nilai-nilai keislaman.

Anda mungkin juga menyukai