Anda di halaman 1dari 10

TERBENTUKNYA

PEMERINTAHAN DAN
NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
Nama kelompok:
-Olivya Layla Rachma
-Sayidah Magfiroh
-Nabila Putri Dirawatul L
-Maiva Aliya Putri
-Cariasa Nailah Andini
-Fahrida Rosalina Putri
Pengesahan UUD dan Pengakatan

Presiden dan Wakil Presiden

Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan melalui


proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melangsungkan berbagai untuk
membentuk kelengkapan negara. Sidang pertama dilakukan di pada
18 Agustus 1945 di Gedung Pejambon (Gedung Merdeka).

Sebelum rapat dibuka, Moh. Hatta menemui tokoh-tokoh Islam


seperti Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, Teuku Hasan. Moh. Hatta menyampaikan informasi dari
seorang opsir laut Jepang tentang keberatan masyarakat Indonesia
Timur menyangkut sila pertama dalam Pembukaan UUD.
Dikumpulkanlah mereka dan diajak rapat pendahuluan. Melalui
pembicaraan mendalam mereka sepakat menghilangkan kata-kata
“dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dalam sila "Ketuhaan" untuk menghindari perpecahan.
Ki Bagus Hadikusumo kemudian mengusulkan rumusan “Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Semua sepakat.
Di dalam acara pertama Sidang PPKI, yakni pemandangan umum, Bung Hatta
menyampaikan hasil pertemuannya dengan beberapa tokoh Islam yang
menghasilkan perubahan sila “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Moh. Hatta menegaskan bahwa kesepakatan
itu diambil karena suatu pernyataan pokok mengenai seluruh bangsa
tidaklah tepat hanya menyangkut identitas sebagian dari rakyat Indonesia
sekalipun merupakan bagian yang mayoritas. Kesepakatan ini secara umum
dapat diterima, meski mengecewakan sebagian kalangan, tapi mengurangi
kelancaran sidang. Sidang kemudian memutuskan lahirnya Teks Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia.

Pada pukul 15.00 dilakukan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pemilihan
awalnya akan dilakukan melalu pemungutan suara, tapi atas usul dari Otto
Iskandardinata Sukarno dan dan Moh. Hatta dipilih sebagai Presiden dan
Sidang Pengesahan UUD 1945 PPKI
Wakil Presiden secara aklamasi.

Presiden Sukarno kemudian membentuk Panitia Kecil beranggotakan 9 orang


yang dipimpin Otto Iskandardinata untuk merumuskan pembagian wilayah
negara Indonesia.
Pembentukan Departeman dan Pemerintahan Daerah

Dalam sidang 19 Agustus 1945 PPKI mengesahkan rancangan


pembagian wilayah negara Indonesa yang dibuat oleh
Panitia Kecil pimpinan Otto Iskandardinata. NKRI dibagi
menjadi 8 Provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo,
Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, Sumatera, dan Jawa Barat
ditambah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.

Sidang dilanjutkan dengan mendengarkan pemaparan Panitia


Kecil pimpinan Ahmad Subarjo mengenai pembagian
departemen/kementrian. Hasilnya adalah 12 departemen,
yaitu Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan,
Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan,
Penerangan, Perhubungan, Pekerjaan Umum, ditambah
Kementerian Negara.
Pembentukan Badan-badan Negara

Sukarno, Hatta, dan beberapa tokoh lain berkumpul di Jalan Gambir Selatan
(Merdeka Selatan) No. 10 untuk membahas calon-calon anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP). Mereka menyepakati KNIP akan berapat pada 29 Agustus.

PPKI kembali mengadakan sidang pada 22 Agustus 1945 untuk membentuk Komite
Nasional Seluruh Indonesia dengan pusatnya di Jakarta. Komite Nasional dibentuk
sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasar kedaulatan rakyat.

KNIP diresmikan dan anggota-anggotanya dilantik pada 29 Agustus 1945 di


Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta. Ketuanya adalah Mr. Kasman Singodimejo
dengan beberapa wakilnya, yaitu Sutarjo Kartohadikusumo, Mr. Latuharhary,
dan Adam Malik

KNIP bersidang pada 16 Oktober 1945 di Gedung Balai Muslimin Indonesia. Dalam
sidang tersebut KNIP mengusulkan pada Presiden agar KNIP diberikan wewenang
legislatif selama DPR/MPR belum terbentuk untuk menegakan kewibawaan
kehidupan bernegara. Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin mengusulkan
pembentukan Badan Pekerja KNIP (BPKNIP) untuk mengerjakan tugas-tugas
operasional KNIP dalam situasi genting. Usul tersebut diterima pemerintah
dengan mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X Tahun 1945

Pelantikan Anggota KNIP


Dengan keluarnya Maklumat No. X maka KNIP yang semula adalah pembantu
Presiden berperan sebagai DPR/MPR sementara, dan BPKNIP diketuai oleh Sutan
Syaharir.
PEMBENTUKAN
KABINET
Pada 2 September 1945 Presiden Sukarno membentuk
Kabinet Presidensial, di mana para Mentri bertanggung
jawab pada Presiden. Mentri yang diangkat sejumlah
departemen (12) ditambah 4 mentri negara.
Pembentukan
Partai Politik
Rapat PPKI pada 22 Agustus 1945 memutuskan
pembentukan partai politik nasional. Terbentukan
Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai wadah
persatuan pembinaan politik rakyat Indonesia. BPKNIP
mengusulkan terbentuknya multi partai, yang
ditindaklanjuti maklumat Wakil Presiden pada 3
November 1945. Berdirilah berbagai partai politik,
diantaranya adalah Masyumi yang dipimpin dr. Sukiman;
PKI yang dipimpin oleh Mr. Moh. Yusuf; Partai Sosialis
Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin;
Partai Politik Masa Awal Kemerdekaan Partai Rakyat Sosialis (PRS) yang dipimpin oleh Sutan
Syaharir; PNI yang merupakan gabungan Partai Rakyat
Indonesia (PRI), Gerakan Republik Indonesia, dan Serikat
Rakyat Indonesia
Tentara Nasional Indonesia
Pembentukan ketentaraan nasional oleh pemerintah dilakukan secara hati-hati mengingat
situasi dan kondisi saat itu untuk menghindari bentrokan dengan Jepang yang bertugas
menjaga status quo. Kehati-hatian pemerintah tidak disenangi pemuda. Adam malik memimpin
para pemuda mengadakan rapat pada 19 Agustus 1945 di Prapatan 10. Hasil rapat menuntut
pemerintah membentuk Tentara Republik Indonesia yang diisi oleh mantan anggota. PETA
sendiri tidak dapat dijadikan tentara nasional karena bentukan Jepang, bahkan telah
dibubarkan Jepang.

Dalam sidang PPKI 22 Agustus 1945 pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR),
sebuah lembaga bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), dengan
tujuan memelihara keselamatan masyarakat dan keamanan di berbagai wilayah.
Pembentukan BKR menimbulkan pro dan kontra di kalangan pemuda. Mereka tidak puas
terhadap kebijakan pemerintah membentuk BKR, kemudian membentuk badan-badan
perjuangan. Badan-badan perjuangan juga dikenal dengan laskar, yaitu suatu organisasi
perjuangan, yang tidak memiliki senjata, kurang disiplin, dan tidak memiliki pemimpin yang
berpengalaman.

Sukarni dan Adam Malik membentuk Komite van Aksi. Di Surabaya muncul BBI (Barisan Buruh
Indonesia), Angkatan Muda yang dibentuk oleh Sumarsono dan Ruslan Wijayasastra. Kedua
tokoh ini kemudian membentuk PRI (Pemuda Republik Indonesia) bersama Bung Tomo. Di
Semarang berdiri Angkatan Muda dan Pemuda Semarang, di Bandung berdiri Pemuda
Republik Indonesia, dan sebagainya. Kelahiran berbagai laskar barisan perjuangan itu
menunjukan kesiapan rakyat menggelorakan revolusi
Pada 1 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan Penetapan Pemerintah No.
2/SD 1946 yang berisi perubahan nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi
Tentara Keselamatan Rakyat, dan Kementrian Keamanan Rakyat menjadi
Kementrian Pertahanan. Pada 26 Januari 1945 Tentara Keselamatan
Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). TRI dilengkapi dengan
pembentukan TRI Angkatan Laut (ALRI) dan TRI Angkatan Udara (AURI).

Pada 5 Mei 1947 dibentuk Panitia Pembentukan Tentara Nasional. Setelah


panitia tersebut bekerja, pada 3 Juni 1947 lahirlah Tentara Nasional
Indonesia (TNI) sebagai penyempurnaan TRI untuk menyatukan potensi-
potensi kekuatan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai