Anda di halaman 1dari 17

ADAB ORANG SAKIT DAN MENGUNJUNGI ORANG SAKIT DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. AULIA ETIKA SAKTI


2. DENTI MAULIDIA
3. DWI ISA ASRORI
4. TOTOK WAHYUDI
5. UMI AFRIANI
6. SUGENG RIYADI
7. SRI ASTUTI
8. NUR AINIE
9. GAMGAM MUSRIYATIN
10. WAYAN SUDIARTA
11. DEVI FITRIYANA
12. ANDI SAPUTRA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menjenguk orang sakit merupakan tumpuan pendukung kita untuk hidup sosial. Selain itu
limpahan rahmat Allah Swt., yang sangat luas untuk kita. Namun sayangnya banyak sekali orang
yang tidak menghiraukan hal ini. Bahkan mereka mau menjenguk jika yang sakit tersebut
mengetahui kedatangannya. Sebagain besar orang sudah mengetahui begitu utamanya
menjenguk orang sakit namun mereka tidak paham dengan adab-adab menjenguk orang sakit
sehingganya banyak orang sakit saat dijenguk merasa kurang nyaman dengan kedatangannya.

B. Rumusan Masalah

Menilik uraian yang tertera diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya rumusan masalah
yang dapat diambil yaitu “Apa keutamaan, adab dan Manfaat yang dapat diambil saat menjenguk
orang sakit?”

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Apa keutamaan, adab dan
Manfaat yang dapat diambil saat menjenguk orang sakit”

D. Metodelogi Penulisan

Pengumpulan Data dan Informasi Data yang mendukung penulisan ini dikumpulkan
dengan melakukan penelusuran pustaka, jurnal, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media
elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keutamaan Ketika Menjenguk Orang Sakit

Atsar-atsar yang menyebutkan keutamaanya sangatlah banyak, kami akan sebutkan di


antaranya hadist yang diriwayatkan dari Tsauban r.a, Rasulullassh saw. Ia berkata, “Rasulullah
saw Bersabda :
“Barang siapa yang menjenguk orang sakit maka ia senantiasa berada di taman kurma surga
hingga ia kembali” (HR. Muslim no. 2568, Ahmad no. 21886, dan at-Tirmidzi no. 967) Dan dari
jabir bin ‘Abdillah r.a bahwa ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw. bersabda,’Barangsiapa yang
mengunjungi orang sakit niscaya ia berada dalam naungan rahmat hingga apabila ia tetap duduk
di dalamnya (HR. Bukhari dalam al-adabul Mufrad (no. 522))[1] Dan dari Abu Hurairah r.a, ia
berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah swt., berfirman dihari kiamat, ‘Wahai
anak Adam, Aku sakit dan kalian tidak menjengukku.’Anak Adam berkata, ‘Ya Rabb,
bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?’ Allah
berfirman, ‘Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit dan engkau tidak
menjenguknya? Tidakkah engkau tahu kalau saja engkau akan mendapati-Ku berada di
sisinya?’(HR. Muslim). Selanjurnya Rasulullah Saw juga pernah bersabda : Dan Ali r.a, Ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, ‘Barang siapa yang mendatangi saudaranya
yang muslim untuk menjenguknya, maka ia berjalan dikebun surga hingga ia duduk, niscaya
rahmat Allah akan meliputinya.

Dan apabila ia menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan
mendoakannya hingga sore. Dan apabila ia menjenguk diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat
akan mendoakannya hingga pagi. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majjah). Dalam mengunjungi
orang sakit terkadang beberapa manfaat lain selain apa yang telah disebutkan, diantaranya
membersihkan hati orang yang sedang sakit, memeriksa kebutuhan-kebutuhannya, mengambil
nasihat (pelajaran) dari musibah yang menimpanya. Demikian yang dikatakan oleh Ibnul
Jauzi[4]. Beri kekuatan padanya untuk selalu sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa,
arahkan ia jangan sampai berkiprah tentang mati tapi lebih kepada pertaubatan diri dan beri
motivasi agar ia tetap optimis dalam menghadapi sakitnya, dengan lontaran doa dan berusaha
untuk sembuh.

B. Adab-Adab Menjenguk Orang Sakit

a) Kunjungan Wanita kepada Laki-laki yang Sakit Mengunjungi laki-laki yang sakit
dibolehkan bagi wanita diperbolehkan meski ia bukan mahramnya, dengan syarat aman dan tidak
terjadi fitnah adanya hijab dan tidak memanfaatkan waktu berdua-duaan. Jika syarat-syarat
tersebut dapat dijaga maka diperbolehkan bagi wanita menjenguk laki-laki yang sakit begitupun
sebaliknya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a dan dari ayahnya, ia berkata, “ketika Rasulullah saw.,
tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal r.a., menderita demam. ‘Aisyah berkata.’Maka akupun
menemui keduanya, dan aku berkata, ‘Wahai ayahku, bagaimana keadaanmu? Dan wahai Bilal
bagaimana keadaanmu? Dalam suatu riwayat Nabi sepulang dari Madinah para sahabat mengadu
sakit demikian pula dengan Abu Bakar, ‘Amir bin Fuhairah maula Abu Bakar dan Bilal dan saat
itu Aisyah meminta izin pada Raulullah untuk menjenguk mereka dan beliaupun mengizinkan,
saat itu Aisyah berkata kepada Abu Bakar “Bagaimana keadaanmu?” Pada suatu Riwayat dari
Ibnu Syihab, dari Abu Ummah bin Sahl bin Hanif, ia mengabarkannya kepadanya bahwa
seorang wanita yang miskin sedang sakit maka ia mengabarkannya kepada Rasulullah saw.
Tentang sakit yang diderita oleh wanita tersebut. Dan Rasulullah saw. Senantiasa mengunjungi
orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka. Berdasarkan Hadits Riwayat yang tertera
diatas maka menunjukkan bahwasanya seorang laki-laki dan wanita boleh menjenguk ketika
sakit namun alakadarnya dan berniat benar-benar hanya akan menjenguk lilahita’ala., yang
berarti begitu urgennya menjenguk saudara kita sehingganya orang yang bukan semukhrim
dengan kitapun diizinkan.

b) Menjenguk Orang Musyrik yang Sakit Menjenguk orang kafir diperbolehkan kepada
muslim seperti yang tertera pada riwayat Nabi Saw., dari Anas r.a berkata : Ada seorang pemuda
Yahudi yang biasa melayani Nabi saw., kemuadian ia sakit, maka datanglah Nabi saw., untuk
menjenguknya lantas beliau duduk didekat kepalanya seraya bersabda :”Islamlah”. Ia melihat
ayahnya yang berada disitu juga, kemudian ayahnya berkata : “Patuhilah/ikutilah Abdul Qasim”.
Maka iapun masuk Islam. Kemudian Nabi saw., keluar sambil mengucapkan :”Alhamdulillahil
ladzi anqadzu minannaar” (Segala Puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api
neraka)”. (HR. Bukhari)
c) Waktu Menjenguk Orang Sakit Tidak ada nash-nash yang menjelaskan waktu tertentu
untuk menjenguk orang yang tertentu untuk menjenguk orang yang sakit dan menziarahinya.
Maka selama perkaranya seperti ini, dibolehkan menziarahi orang sakit kapanpun, baik malam
atau siang selama tidak ada hal yang memberatkan mereka. Karena diantara hikmah dari
menjenguk adalah meringankan penderitaan orang yang sakit tersebut dan menyenangkan
hatinya, bukan memberatkannya. Waktu ziarah itu bermacam-macam, tergantung perbedaan
zaman dan tempat. Terkadang berziarah berziarah di malam hari adalah waktu yang
dipersilahkan akan tetapi dizaman lainnya terkadang dimakruhkan. Al-Mawardzi berkata,”Aku
bersama Abu ‘Abdillah pernah menjenguk orang sakit pada malam hari dibulan Ramadhan,
kemudian ia berkata kepadaku, ‘Di bulan Ramadhan, menjenguk orang sakit dilakukan pada
malam hari.” Demikian pula diwaktu (setelah) Zhuhur . menurut kebiasaan, orang-orang tidur
siang dan mereka diam untuk beristirahat. Al-Atsram mengatakan , “Dikatakan kepada Abu
‘Abdillah, ‘Seorang menderita sakit dan ketika itu matahari sedang naik di musim panas,’ maka
ia berkata,’ini bukan waktu untuk menjenguk” Maka zaman pun perlu diperhatikan ketika
hendak menjenguk orang sakit. Waktu menjenguk yang telah dikenal oleh penduduk negeri ini
dan telah menjadi kebiasaan mereka untuk menjenguk dan berziarah terkadang bukanlah waktu
yang biasa dilakukan oleh sebagian penduduk di negeri lainnya.

d) Meringankan Orang Sakit Dan Posisi Duduk Ketika Menjenguk Orang yang
menjenguk jangan terlalu lama duduk dan diam disisi orang yang sakit, karena ia tersibukkan
oleh rasa lapar dan sakitnya. Dan penjenguk orang sakit yang diam dalam waktu lama akan
memberatkan orang sakit tersebut, bahkan terkadang menambah sakitnya. Oleh karena itu di
antara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah meringankannya. Dari Ibnu
Thawus, dari ayahnya, ia berkata,”Yang paling baik ketika menjenguk orang sakit adalah yang
paling ringan…” Al-Auza’I berkata,”Aku pernah bepergian menuju Basrah untuk menjumpai
Muhammad bin Sirin, namun Aku menjumpainya ketika perutnya menderita sakit, maka kami
pun masuk untukmenjenguknya sambil berdiri..” Asy-Sya’bi berkata,” kunjungan orang-orang
desa yang pandir lebih memberatkan orang yang sakit dari pada penyakitnya sendiri. Mereka
mengunjunginya tidak pada waktunya dan mereka duduk berlama-lama disisinya.” Akan tetapi
hendaklah diketahui bahwa apabila orang sakit meyukai orang yang menjenguknya tingga lebih
lama disisinya dan terus menerus menziarahinya, maka yang lebih utama bagi orang yang
menjenguknya itu adalah memenuhi keinginan orang yang sakit, karena hal itu akan
membahagiakan dan menyenangkan hatinya, sebagaimana Nabi Saw., menjenguk Sa’id bin
Mu’adz ketika ia terkena musibah dihari peperangan khandaq. Nabi Saw., memerintahkan untuk
membuat kemah didalam masjid untuk Sa’ad agar beliau bisa menjenguknya dari dekat. Maka
sahabat mana yang tidak menyukai keberadaan Nabi Saw., disisinya dan beliau menziarahinya
berulang-ulang?! Disunnahkan bagi penjenguk untuk duduk disamping kepala orang yang sakit.
Hal inilah yang Nabi Saw., lakukan dan juga orang-orang shalih setelah beliau. Disebutkan
dalam hadits Anas r.a, ia berkata, “Seorang budak Yahudi sering membantu Nabi Saw., lantas
dia jatuh sakit, maka Nabi Saw., menjenguknya. Beliau duduk disamping kepalanya dan berkata
padanya, “Masuklah ke dalam Islam….” Dan dari ar-Rabi’ bin ‘Abdillah, ia berkata, “Aku dan
Al-Hasan pernah menjumpai Qatadah untuk menziarahinya. MAka Al-Hasan duduk disisi
kepalanya. Lalu ia bertanya kepadanya dan mendo’akan kesembuhan untuknya. Duduknya
penjenguk disamping kepala orang yang sakit mengandung beberapa faidah, diantaranya : Hadits
tersebut menganjurkan bersikap ramah kepada orang yang sakit Orang yang menjenguk
memeungkinkan untuk meletakkan tangannya ke tubuh orang yang sakit, mendoakan
kesembuhan baginya dan meniupkan ruqyah syar’’iyyah kepadanya , dan semisalnya.
Bertanyakepada orang yang sakit tentang keadaannya dan memeberi semangat Diantara perkara
yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah bertanya kepada orang yang sakit tentang
keadaanya dan apa yang menimpanya, sebagaimana yang tercantum dalam hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a ia berkata :” ketika Rasulullah saw. Tiba di Madinah, Abu Bakar
dan Bilal menderita sakit dema.” ‘Aisyah berkata, “Maka aku pun masuk untuk melihat keadaan
mereka, lalu aku bertanya “Wahai Ayahku, bagaimana keadaanmu ? Dan wahai bilal,
bagaiimana keadaanmu ? Dan termasuk perkara yang baik yaitu saat meringankan derita berupa
sakitnya, seperti dengan mengucapkan,”Sakit ini tidak apa-apa, engkau akan sembuh dengan izin
Allah,” atau “Penyakit ini bukan penyakit yag berbahaya Allah akan memberi kesembuhan
insyaallah dan bukan ucapan-ucapan berupa dekatnya ajal dsb., karena menganggap ajal orang
masih jauh itu akan mempercepat kesembuhan. Kesehatan mental juga akan mempengaruhi
kesehatan fisik juga. Keluhan orang sakit tidak terlepas dari dua keadaan : Pertama, keluhan
tersebut dengan menampakkan kecemasan dan keputusasaan, dan tidak diragukan b hwa hal ini
makruh karena menunjukkan lemahnya iman dan tidak ridha dengan ketetapan Allah dan takdir-
Nya. Kedua, dengan mengabarkan keadaan tanpa berniat memohon kepada makhluk atau
menggantungkan diri kepada mereka, dan kebolehan hal ini tidak diragukan. Dalildalil pun
menguatkan kebolehannya. Diriwayatkan dari al-Qasim bin Muhammad, ia berkata,”Aisyah
berkata,’aduh kepalaku’. Maka rasulullah saw. bersabda, ‘Seandainya hal itu terjadi dan aku
masih hidup, niscaya aku akan memohonkan ampunan untukmu’ ‘Aisyah berkata,’Demi Allah,
sungguh aku menyangka engkau menyukai kematianku, dan kalaulah hal itu terjadi mungkin
engkau akan berada di akhir hari menjadi pengantin dengan sebagian istriistrimu.’Maka Nabi
saw., bersabda, ‘Bahkan aku mengduhkan sakit kepalaku..”

e) Menangis Ketika Sakit ‘Abdulllah bin Umar r.a meriwayatkan, ia berkata,”Sa’ad bin
‘Ubadah menderita suatu penyakit, kemudian Nabi Saw menjenguknya bersama bersama
‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin ‘Ubadah beliau mendapatinya sedang dikerumuni
keluarganya. Beliau bertanya, ‘Apakah ia telah wafat?’ Merekapun menjawab,”Tidak wahai
Rasulullah.’ Maka Nabi saw., pun menangis, merekapun ikut menangis. Nabi saw., ‘Tidakkah
kalian mendengar bahwa Allah tidak akan mengazab karena tetesan air mata dan tidak pula
dengan kesedihan hati, akan tetapi Allah akan mengazab karena ini, beliau mengisyaratkan
kepada lisannya atau Allah akan merahmati. Dan sesungguhnya mayyit akan diazab karena
tangisan (ratapan) keluarganya atas kematiannya. (HR. AL Bukhari)

f) Meletakkan Tangan diatas Tubuh Orang yang Sakit Orang yang menjenguk
disunnahkannya diatas jasad orang yang sakit dan mendoakannya sebagai bentuk meneladani
Nabi kita. Terkadang meletakkan tangan ini memiliki pengaruh dalam meringankan rasa sakit
atau (bahkan) menghilangkannya secara keseluruhan, akan tetapi hal tersebut tidak diharuskan
karena tidak ada nash-nash khusus dalam masalah ini. Ibnu Baththal berkata,”Meletakkan tangan
diatas tubuh orang yang sakit merupakan hiburan baginya dan cara untuk mengetahui seberapa
parah penyakit yang dideritanya agar seseorang mendo’akan kesembuhan untuknya sesuai
dengan sakitnya yang terlihat. Mungkin saja seseorang meruqyahnya dengan tanagannya dan
mengusapkannya ditempat yang sakit dengan ruqyah yang memberi manfaat kepada orang yang
sakit, jika yang menjenguknya adalah orang shalih. Saya (Ibnu Hajar) katakan,”Terkadang orang
yang menjenguk mengetahui cara pengobatan dan penyakit sehingga ia bisa menerangkan
pengobatan yang sesuai untuk orang yang sakit sesuai dengan penyakitnya itu.” Dan beberapa
hadits menyebutkan bahwa Nabi Saw., yang mulia meletakkan tangan beliau ditubuh orang yang
sakit. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash yang telah
dikemukakan sebelumnya,” kemudian Nabi Saw., meletakkan tangannya diatas keningnya,
kemudian mengusapkan tangannya diatas wajah dan perutku kemudian mengucapkan
“Allahumma isyfi Sa’dan (Ya Allah, Sembuhkanlah Sa’Ad...)” Dan diriwayatkan dari ‘Aisyah
r.a, ia berkata,”Apabila Rasulullah Saw., menjenguk orang sakit, beliau meletakkan tangannya
ditempat yang terasa sakit, kemudian mengucapkan“Bismillah”

C. Doa yang diucapkan disisi Orang yang Sakit Saat menjenguk orang sakit ucapkanlah sesuatu
perkataan yang baik-baik, karena malaikat mengaminkan setiap apa yang kita ucapkan. Seperti
yang dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah r.a, ia berkata,”Rasulullah saw. bersabda, ‘Apabila
Abu Salamah telah meninggal.’Nabi Saw bersabda’Ucapkanlah:
“Ya Allah, berikanlah ampunan untukku dan untuknya, dan berilah aku balasan dari musibahku
dengan balasan yang baik.’ Ummu Salamah berkata, “Aku berkata,’Maka Allah memberiku
balasan dengan suami yang lebih baik bagiku darinya, yaitu Muhammad Saw. Orang yang
menjenguk disunnahkan mendoakan orang yang sakit dengan rahmat, ampunan, dibersihkan dari
dosa-dosa, serta mendoakan keselamatan dan kesehatan. Nabi telah mengajarkan beberapa doa
hendaklah orang yang menjenguk berdoa dengan doa tersebu, karena doa-doa tersebut bersumber
dari al-ma’shum (orang yang terpelihara dari dosa dan kesalahan) yang telah diberijawami’ul
kalim (kalimat yang ringkas lagi penuh hikmah), yang tidak berucap dari hawa nafsu, melainkan
hanyalah berupa wahyu yang diturunkan kepadanya. Diantara do’a-do’a beliau adalah :

a.Mengucapkan:

ْْ ْ‫ُهوْ ْر‬
‫ِإن ا‬ ْ ‫ش ْاءهلال ط‬... ‫اَلباْْؤ سْ ا‬

“(Sakitmu ini) tidak apa-apa, mudah-mudahan dapat mensucikan insyaAllah.” Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a , bahwa Nabi saw masuk ke rumah seorang Arab Badui untuk menjenguknya.
Ibnu ‘Abbas berkata, “Apabila Nabi Saw., mendatangi rumah orang yang sakit untuk
menjenguknya, beliau berkata, La ba’sa thahuur insya Allah, (sakitmu ini tidak apa-apa, mudah-
mudahan dapat mensucikanmu dari dosa, insya Allah. Maka Nabi Saw., berkata kepadanya,La
ba’sa thahuur insyaAllah.’ (Sakitmu ini tidak apa-apa, mudah-mudahan mensucikanmu dari
dosa, insyaAllah). Arab Badui itu berkata, ‘Engkau mengatakan dapat mensucikan ? Sekali-kali
tidak, bahkan dia adalah demam yang ditakuti atau yang bergejolak atas orang yang tua renta,
dan membuatnya diusung kekubur.’Maka Nabi Saw., berkata,’Alangkah baiknya jika
demikian.Ucapan beliau,”(Sakitmu ini) tidak apa-apa,” maknanya bahwa sakitnya itu akan
menggugurkan dosa dan kesalahan, maka apabila ia memperoleh kesehatan berarti ia telah
mendapat faidah. Dan jika tidak, maka ia dapat pahala pengguguran dosa. Dan ucapan dosa,”
berkedudukan beliau,”Mudah-mudahan sebagaikhabar dari mubtada’ dapat mensucikanmu
mahdzuf, yaitu sakit
dari yang mensucikanmu dari dosa-dosamu, yakni sebagai penyuci. Demikian yang dikatakan
oleh Ibnu hajar[19] Diantara faidah dari hadits ini, hendaklah orang yang sakit menerima doa
kebaikan dari orang lain untuknya. Jangan sampai ia menggerutu dengan doa mereka untuk
mensucikannya dari dosa-dosanya sebagaimana orang arab Badui yang disebutkan dalam hadist
diatas.

b. Mengucapkan

ْ‫الَّل ُه ْا ْماش‬....‫فُاالناا‬

“Ya Allah sembuhkanlah ...Fulan.” Satu kali atau tiga kali. Doa ini tercantum dalam hadits yang
diriwayatkan dari Sa’ad bin Waqqash ketika ia sakit dan Rasulullah Saw., menjenguknya. Dalam
hadits tersebut disebutkan, “Kemudian Nabi meletakkan tangannya diatas keningnya lalu
mengusapkan tangannya diatas wajah dan perutku, kemudian beliau berdo’a, ‘Ya Allah,
sembuhkanlah Sa’ad...” Ibnu Jauzi berkata,”Doa beliau, ‘Ya Allah sembuhkanlah Sa’ad’
merupakan dalil disunnahkannya mendoakan kesehatan (kesembuhan) untuk orang yang sakit”

c. Mengucapkan

‫الالعا ِظي ِْ ْم ْار ُْ أاسا ا‬ ْ ‫ب‬


ْ ‫ْالعارْ ش ِْ بْاالعا ِظ ِْ ْم ْار َّْ ْلهل‬

“Aku memohon kepada Allah yang Mahaagung Penguasa ‘Arsy yang agung agar berkenan
menyembuhkanmu.” Diucapkan tujuh kali. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a dari Nabi saw.,
beliau bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit yang ajalnya belum tiba dan
mengucapkan di sisinya sebanyak tujuh kali,’As’alullahal ‘azhiim, Rabbal ‘Arsyil ‘azhim an
yasyfiyaka,’ niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut.”
d. Mengucapkan :

َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ِ‫لى جنازة ِي لك أ أويمش‬

“Atau berjalan karena-Mu menuju jenazah (yang akan dikubur)”. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar
r.a, ia berkata, “Nabi Saw., bersabda ‘Apabila seseorang menjenguk orang sakit, hendaklah ia
mengucapkan, ‘Allahhumma isyfi ‘abdaka yanka’u laka adduwwan wa yamsyi laka ilash
shalaah.”

D. Meruqyah Orang Sakit Orang sakit yang menjenguk disunnahkan meruqyah orang yang
sebagaimana Nabi Saw., telah melakukannya. Terlebih lagi jika orang yang menjenguk termasuk
orang yang bertaqwa dan shalih, karena ruqyah orang yang seperti ini lebih bermanfaat daripada
orang selainnya, dikarenakan keshalihan dan ketaqwaannya. Nabi Saw., pernah meruqyah
sebagian orang yang sakit dari keluarganya dan selain keluarganya, dan beliau membolehkan
ruqyah sebagai shahabatnya. Ruqyah tersebut diantaranya yaitu :

a. Ruqyah dengan al-Mu’awwidzat Diriwayatkan dari ‘Aisyah Ummul Mukminin r.a, ia


berkata, “Apabila salah seorang dari keluarga Rasulullah Saw., sakit, beliau meniupkan
kepadanya dari alMu’awwidzat.

b. Ruqyah dengan Fatihatul Kitab Hal pernah terjadi kepada Abu Sa’id al-khudri bersama
pemimpin suatu kaum yyang terkena sengatan berbisa, lalu Abu Sa’id meruqyahnya
dengan Fatihatul Kitab. Kemudian Abu Sa’id diberi sepotong daging kambing (sebagai
imbalan), namun beliau enggan menerimanya dan berkata,”(tunggu) hingga aku
sampaikan hal ini kepada Nabi Saw., “Maka ia mendatangi Nabi Saw., dan
menyampaikannya kepada beliau. Ia berkata,”Ya Rasulullah, demi Allah, tidaklah aku
meruqyah dengan Fathul Kitab.” Beliau tersenyum dan bertanya,”Bagaimana engkau
tahu bahwa surat itu adalah ruqyah?” kemudian beliau bersabda,”Ambillah pemberian itu
dari mereka, dan bagikan satu bagian untukku bersama kalian.”

c. Meruqyah dengan do’a “Adzhibil ba’sa Rabban naas, isyfi wa antasy syafii laa syifaa’a
ilaa syifaa’uk syifaa’an laa yughadiru saqamaa Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa
apabila Rausulullah saw., mendatangi orang sakit didatangkan kepada beliau, beliau
mengucapkan :

.ُ‫فاا َءاليُغااد ِر ا‬€€‫قالما ُْ ِش‬€€‫س‬. ‫ا ا ْأاذ ِه ا‬€€‫ا فِي َّْ ت ال ْف اوأان ا ِْ س اش ْ ِ ب النَّا َّْ اس ار ْب الب‬€€‫ش‬. ْ ‫ك َْال ِشفاا ْاءَأل ِشفااؤ ا‬
“Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb manusia, sembuhkanlah, Engkau-lah yang
menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang
tidak menyisakan sedikitpun penyakit.” Dalam riwayat Muslim disebutkan,”Apabila
beliau mendapati salah seorang dari kami mengeluh sakit, beliau mengusapnya dengan
tangan kanannya kemudian mengucapkan :

ْ ‫“ أاذ ِه ْْب‬Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb manusia....”


.....‫الباا ِس‬

d. Ruqyah dengan mengucapkan “Bismillahi arqiik, min kulli syai’in yu’dziik min syarri
kullinafsin au ‘aini haasidin, Allaahu yasyfiik, bismillahi Arqiik.” Diriwayatkan dari Abu
Sa’id al-khudri r.a bahwa jibril mendatangi Nabi Saw berkata, “Wahai Muhammmad,
apakah engkau mengeluh sakit?” Beliau menjawab,”Ya.” Jibril mengucapkan :

َ ْ َ ْ ِ ‫َك ِي ي ْشف َا س ِْن ح َي‬,ْ ‫ِد ِ هلال‬,‫َيك ْ ذ َش ْيءيؤ َ هلال‬,‫ِيك ِق ِ هلال أر ِا سْم ب َ ِ َِ ْ َو ْس أ نف ْ َشر كل ِن م‬،‫ن كل م‬
‫َك ِي ْق َر أ‬.ْ ‫ع‬

“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu,
darikejahatan jiwa atau mata yang hasad, Allah yang akan menyembuhkan mu. Dengan
nama Allah aku meruqyahmu”

e. Ruqyah dengan bacaan “Bismillahi turbatu ardhina birii ba’dhina liyusyfaa bihi
saqiimuna bi idzni Rabbinaa Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Nabi
Saw.,mengucapkan ayat tersebut pada orang sakit. Dalam riwayat Muslim dengan lafadz,
“Apabila seseorang mengeluhkan sesuatu dari tubuhnya atau memiliki bisul atau luka ,
Nabi Saw., melakukan seperti ini dengan jarinya “Sufyan meletakkan telunjuknya diatas
tanah kemudian mengangkatnya (sambil mengucapkan), “Bismillahi bi turbatu idzni
Rabbina” . Imam An-Nawawi berkata ,”Makna hadits ini bahwa beliau mengambil
ludahnya sendiri dengan jari telunjuknya kemudian meletakkan diatas tanah dan
melekatkan sesuatu dengan jari tersebut dari tanah lalu mengusapkannya ditempat luka
atau penyakit dan mengucapkan doa sambil mengusapnya, wallahu a’lam”

f. Mentalqin (menuntun) Orang untuk mengucapkan Syahadat Apabila Ajal Menjelang


dan Menutupkan kedua Matanya Serta Mendoakan kebaikan baginya Apabila Telah
Meninggal Ketika ajal orang yang sakit semakin dekat dan tanda-tanda kematian telah
nampak, maka disunnahkan bagi orang yang menjenguknya untuk mengingatkannya akan
luasnya rahmat Allah dan jangan sampai ia berputus asa dari rahmat tersebut. Hal ini
berdasarkan hadits Jabir r.a, ia berkata, “Tiga hari sebelum Nabi saw., wafat aku
mendengar beliau bersabda :

ِْ ‫ُموْ ت ا‬
َّ ِ‫لل ا‬ ُ ْ‫ع َّز او اج ًّل ْ ْن ِبا َّْ ظ ُْ َ ْلَّو ُه ْاو‬. ‫ْناال‬
ْ ‫ي احس ْ ِْ ْْنأ ا اح ْ ُْد ُْك ْْمأ َّْ اَليا‬

“Janganlah salah seorang dari kalian wafat hingga ia berbaik sangka kepada Allah swt.”
Para Ulama berpendapat, “Makna berbaik sangka kepada Allah Swt., seorang menyangka
bahwa Allah akan merahmati dan memaafkanya” Demikian yang dikatakan oleh Imam
Nawawi. Dan disunnahkan baginya untuk mentalqin (menuntun)nya mengucapkan
syahadat dengan lemah lembut. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri r.a, ia berkata,
Rasulullah saw., bersabda :

َ‫اكمالِأال ْهاْأ‬ ْ
َْْ ‫لَّهلال ْ ِْال ِقنُوا اموتاا‬

‘Talqinkanlah (tuntunlah) orang yang menjelang wafat diantara kalian kalimat Laa
Ilaaha Illallah”( HR Muslim (no. 916), Ahmad (no. 10610),))[25] Imam An-Nawawi
berkata, “Perintah mentalqin ini bersifat sunnah, dan para ulama telah sepakat akan
disyari’atkannya talqin ini, dan mereka memakruhkan jika talqin ini terlalu sering dan
terus menerus dilakukan kepada orang yang sakit agar jangan sampai ia berkeluh kesah
dengan keadaannya yang tertekan dan beratnya penderitaan sehingga hatinya merasa
benci dan mengucapkan kata-kata yang tidak layak. Pendapat para ulama, “Apabila orang
sakit mengucapkannya satu kali, jangan ia dipaksa mengulangnya kecuali jika ia
mengucapkan perkataan lain setelahnya, maka ia diminta untuk mengulanginya agar
syahadat tersebut menjadi akhir dari ucapannya. Dan apabila orang yang sakit itu wafat
maka orang yang menghadiri kematiannya disunnahkan memejamkan kedua matanya dan
mendoakan kebaikan untuknya, berdasarkan hadits Ummu Salamah r.a., ia berkata
“Rasulullah saw., menemui Abu Salamah dan pandangannya telah menatap keatas (telah
wafat), maka beliau memejamkannya kemudian bersabda : “Sesungguhnya apabila ruh
sudah digenggam maka pandangan mata akan mengikutinya” Maka anggota keluarganya
gaduh, maka beliau Rasulullah saw., beliau bersabda : “Janganlah kalian mendoakan
kejelekan atas diri kalian kecuali dengan doa yang mengandung kebaikan. Sesungguhnya
malaikat mengaminkan apa yang katakan.” Kemudian Rasulullah Saw., bersabda : “Ya
Allah, berikanlah ampunan kepada Abu Salamah, angkatlah derajatnya bersama orang-
orang yang mendapat petunjuk, dan gantikanlah untuk anak keturunannya dengan orang-
orang yang masih tersisa, berikanlah ampunan kepada kami dan kepadanya wahai Rabb
semesta alam, berilah kelapangan untuknya dalam kuburnya, dan berilah cahaya
didalamnya. (HR. Muslim)

E. Hukum Menjenguk Orang Sakit Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi
menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk
mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang
yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang
bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain
sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal). (Bukhari
Muslim ) Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat
Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk
Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya. Imam Ath Thabari menekankan bahwa
menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari
Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan
mubah bagi mereka. Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk
orang sakit hukumnya bukan wajib, yakni fardu ‘ain, (melainkan fardu kifayah).

F. Manfaat Menjenguk Orang Sakit Selain mendapat keutamaan sebagaimana hadits-


hadits yang disebutkan diatas, menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat,
diantaranya:
Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia
diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari
sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit. Menjenguk orang sakit dapat
menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi
kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam
dirinya ada energi hebat untuk sembuh.

1) Mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.

2) Mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.

3) Mendoakan si sakit

4) Melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.

5) Menjenguk tanpa Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya Anjuran


menjenguk orang sakit sangatlah diutamakan. Hingga dalam keadaan tertentu
menjadi wajib tanpa melihat seberapa sakit yang dirasakan, apakah tergolong
parah atau ringan. Hal ini sudah mulai pudar di antara kita, bahkan seringkali
sebagian dari kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan
yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya
sedikit yang menjenguknya. Terlebih jika sakit itu tergolong penyakit yang
ringan. Padahal, Nabi saw., menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’
sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat
lainnya! Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit
mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid
bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk
saya karena saya sakit mata.

G. Hikmah menjenguk Orang Sakit Hikmah dalam hal menjenguk kerabat yang sedang sakit
salah satunya ialah menggapai doa 70.000 malaikat, Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang
muslim menjenguk muslim yang lainnya pada pagi hari, kecuali 70.000 malaikat akan
bershalawat untuknya hingga sore hari. Jika dia menjenguknya di sore hari, maka 70.000
malaikat akan bershalawat untuknya hingga pagi. Dan dia akan mendapatkan kebun yang penuh
berisi buah-buahan di surga kelak.” (HR. At-Tirmizi) Adapun maksud shalawat disini ialah
didoakan oleh para malaikat. "Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kasih sayang
bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan
merasakan panas dan demam." (HR. Muslim)

ketika kita dalam sakit sebenarnya menjadi salah satu jalan untuk semakin merenenungi
kekuasaan Allah SWT. Menambah keimanan dan ketawakalan kepada-Nya. Apabila sakit
tersebut diterima dengan sabar dan tawakal akan menjadi salah satu penyebab diampuni dosa-
dosa. Sebagaimana dalam salah satu hadits diceritakan bahwa pada suatu waktuRasulullah SAW.
menjenguk Salman Al-Farisi RA. yang tengah berbaring sakit di rumahnya. Kemudian
Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu di kala
sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT., doamu dikabulkan-Nya, dan
penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosa-mu." Rasulullah saw. bersabda,
“Siapa saja menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat
berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau
telah mendapatkan suatu posisi di surga’ “(HR.Tirmidzi, dari Abu Hurairah r.a)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menjenguk orang yang sakit adalah hal yang sangat urgen dalam kehidupan sosial
dimana sudah diterangkan Rasululullah dalam sabdanya bahwa selain hidup sosial juga memiliki
beberapa keutamaan yaitu rahmat akan meliputinya, bahkan digambarkan seperti ada pada taman
kurma surga. Dan apabila ia menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan
mendoakannya hingga sore. Dan apabila ia menjenguk diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat
akan mendoakannya hingga pagi. Adapun beberapa adab menjenguk orang sakit diantaranya saat
menjenguk orang sakit bukan hanya terhadap orang dewasa saja bahkan perlakukan seperti
menjenguk orang dewasa. Menjenguk orang sakit bukan hanya kepada orang yang sadar saja
sehingga dapat menyaksikan kehadiran kita, namun jenguklah pula orang yang pingsan. Adapun
menjenguk orang musyrik diperbolehkan bahkan Rasul melakukannya hingga orang tersebut
masuk Islam. Ringankan beban orang yang sakit saat kita berkunjung maka hadirlah diwaktu
yang tepat dan jangan duduk berlama-lama karena akan mengganggu waktu istirahatnya kecuali
jika kita diminta orang yang sakit untuk berlama-lama disisinya. Duduklah disamping kepala
orang yang sakit karena akan mengandung beberapa faidah yaitu menunjukkan sikap ramah
terhadap orang yang sakit, dan dengan kemungkinan orang yang menjenguk akan meletakkan
tangannya ke tubuh orang yang sakit dan mendoakannya.
Bertanyalah tentang keadaannya dan berkata-katalah yang baik dan beri semangat
padanya sehingga akan memotivasi orang yang sakit tersebut untuk sembuh. Hukum menjenguk
orang yang sakit yaitu : Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit
merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya,
disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka. Manfaat
menjenguk orang sakit diantaranya yaitu dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti
dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang
dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh, mencari tahu apa yang diperlukan si
sakit, mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit., mendoakan, melakukan
ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i., Menjenguk tanpa
Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya.

Adapun Hikmah menjenguk orang sakit diantaranya yaitu :


1. Di doakan oleh para Malaikat
2. Memberi pelajaran bagi kita bahwasanya begitu mahalnya sehat sehingganya kita selalu
menjaga kesehatan
3. Mengajari kita untuk ikhlas dan sabar
4. Tergolong langkah terbaik dan perbuatan baik

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ustadz H. Abdullah Shonhaji dkk., Terjemah Sunan Ibnu Majah, (Semarang : CV AsySyifa’,
1992), cet. 1
Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub, Fiqh Adab (Bogor : Griya Ilmu, 2007), cet.1
J.E. Prawitasari, Psikologi Klinis, (Yogyakarta : Erlangga, 2011)
Riyadus Shalihin II, (Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1981)
http://permaiss1.feb.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2014/03/Adab_Menjenguk_yan_Seda
ng_Sakit.pdfata

Anda mungkin juga menyukai