Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian ITP
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic
berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak
cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka
memar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. Idiopatik thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan
perdarahan dimana sistem kekebalan tubuh menghancurkan trombosit asli. Fungsi
utama trombosit berperan dalam proses pembekuan darah, bila terdapat luka trombosit
akan berkumpul ke tempat luka kemudian memicu pembuluh darah untuk mengkerut
atau agar tidak banyak darah yang keluar. Dalam kondisi ini merupakan autoantibodi
dihasilkan terhadap antigen trombosit. ITP mempengaruhi perempuan lebih sering
daripada pria dan lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa (Sheema,
2017).

B. Tanda dan Gejala Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)


Menurut Kiswari Rukman (2016), tanda dan gejala ITP adalah :
a. Biasanya didahului oleh infeksi bakteri atau virus (misalnya rubella, rubeola,
varicella), atau vaksinasi dengan virus hidup 1-3minggu sebelum trombositopenia.
b. Riwayat perdarahan pada gusi dan mulut
c. Perdarahan gusi
d. Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin,
aspirin.
e. Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau
kelainan hematologi.
f. Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar
g. Infeksi

C. Etiologi Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), penyebab ITP yang pasti belum
diketahui, tetapi dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah :
a. Trombositopenia (Jumlah trombosit dapat sedikit atau sangat menurun, bila
kurang dari 20.000 bahkan mencapai 0)
b. Infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, rubela, dll)
c. Bahan kimia
d. Pengaruh fisis (radiasi, panas)
e. Kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi)
f. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit
D. Patofisiologi IPT
Trombositopenia terjadi akibat kerusakan trombosit melalui antibodi. Pada
umumnya, gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 sampai 6 minggu
sebelum timbul awitan gejala. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi. ITP dapat
digolongkan menjadi tiga jenis: akut, kronis dan kambuhan. Pada anak – anak mula – mula
terdapat gejala seperti demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia, dan
anemia. Prognosis baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan akut. (Cecily, 2015)
IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah diidentifikasi
dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik–teknik khusus, immunoglobulin juga
dapat ditunjukan terikat pada permukaan trombosit.
Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan
tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi IgG.
Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan dikuti kembalinya hitung trombosit
menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali,
atau mungkin disertai sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang mungkin
terjadi sebagai akibat bendungan sinusoid dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang
memiliki sentra germina mencolok.
Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat menunjukan
peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu dan diduga
masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai bentuk trombositopeni
sebagai akibat perusakan trombosit yang dipercepat. Kepentingan pemeriksaan susmsum
ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat kegagalan sumsum. Tentu saja
temuan penting pada umumnya terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat
tampak menyebar ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus.
(Cecily & Sowden, 20015).
E. Pathway
Terbentuk antibodi
Trombositopenia Menyerang platelet
yang merusak
dalam darah
trombosit

Jumlah platelet menurun

Dihancurkan oleh Molekul Ig G reaktif dalam Platelet mengalami


makrofak dalam jaringan sirkulasi trombosit gangguan agresi

Penghancuran dan
pembuangan trombosit
meningkat

Menyumbat kapiler – Ketidak efektifan perfusi Perdarahan


kapiler darah jaringan perifer

Suplai darah ke perifer


Dinding kapiler rusak
menurun

Penumpukan darah intra Kapiler pecah Kapiler bawah kulit pecah


dermal
Perdarahan intra dermal Tumbuh bintik merah
Menekan saraf nyeri

Kerusakan integritas Gangguan citra tubuh


Merangsang SSP
jaringan

Penurunan transport O2
Muncul sensasi nyeri Penurunan metabolism
dan zat nutrisi lain
anaerob
kejaringan
Nyeri
Kelemahan

Intoleransi aktivitas
(Cecily, 2015 dan Santosa, 2016)
F. Manifestasi Klinis Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
a. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) Akut
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) akut lebih sering dijumpai pada
anak, jarang pada umur dewasa, onset penyakit biasanya mendadak, riwayat infeksi
mengawali terjadinya perdarahan berulang, sering dijumpai eksantem pada anak-anak
(rubeola dan rubella) dan penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus merupakan
90% dari kasus pediatric trombositopenia imunologik. Virus yang paling banyak
diidentifikasi adalah varicella zoster dan ebstein barr. Manifestasi perdarahan ITP akut
pada anak biasanya ringan, perdarahan intracranial terjadi kurang dari 1% pasien. Pada
ITP dewasa bentuk akut jarang terjadi namun dapat mengalami perdarahan dan
perjalanan penyakit lebih fulminant. ITP akut pada anak biasanya self limiting, remisi
spontan terjadi pada 90% penderita, 60% sembuh dalam 4-6 minggu dan lebih dari 90%
sembuh dalam 3-6 bulan.

b. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) Kronis

Onset ITP kronik biasanya tidak menentu, riwayat perdarahan sering dari ringan
sampai sedang, infeksi dan pembesaran lien jarang terjadi, dan memiliki perjalanan
klinis yang fluktuatif. Episode perdarahan dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu, mungkin intermitten atau bahkan terus menerus. Remisi spontan
jarang terjadi dan tampaknya remisi tidak lengkap.

Manifestasi perdarahan ITP berupa ekimosis, petekie, purpura. Pada


umumnya berat dan frekuensi perdarahan berkorelasi dengan jumlah trombosit.
Secara umum hubungan antara jumlah trombosit dengan gejala antara lain bila pasien
dengan AT > 50.000/mL maka biasanya asimtomatil, AT 30.000-50.000/mL terdapat
luka memar/hematom, AT 10.000-30.000/mL terdapat perdarahan spontan, menoragi
dan perdarahan memanjang bila ada luka, AT < 10.000/mL terjadi perdarahan
mukosa (epistaksis, perdarahan gastrointestinal dan genitourinaria) dan risiko perdarahan
saraf (W.Sudayo, 2016).

G. Pemeriksaan Penunjang Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang ITP adalah :
1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3.
2. Hitung darah lengkap (CBC) : Anemia karena ketidakmampuan sel darah merah (SDM)
menggunakan zat besi.
3. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit.
4. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
5. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan.
6. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik.
7. Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus Eritematosus
Sistemik (SLE).
8. Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.
9. Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
10. Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru (efusi,
fibrosis interstitial paru).

H. Penatalaksanaan
Berdasarkan teori, pengobatan ITP dapat dibagi menjadi manajemen medis dan
bedah. Manajemen medis dibagi lagi menjadi lini pertama dan lini kedua farmakoterapi.
Berikut adalah panduan pengobatan ITP dari ASH 2016.

1. Pengobatan lini pertama pada kasus ITP adalah steroid dan Intravenous
Immunoglobulin (IVIG). Namun, pemberian IVIG ini masih jarang dikarenakan
masalah sosial dan ekonomi sehingga trombosit opsonizedy yang dimediasi melalui
reseptor FcRIIb. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa IVIG dapat
menyebabkan peningkatan clearance antibody antiplatelet.

2. Farmakoterapi lini kedua terutama terdiri dari imunosupresan dan rituximab. Obat ini
digunakan ketika obat lini pertama telah gagal atau telah menjadi pasien tidak toleran.
Imunosupresan Terutama bertindak pada tingkat sel T. Azathioprine, siklofosfamiddan
siklosporin merupakan obat utama yang digunakan. Dapson, mycophenolate mofetil,
danazol, alkaloid vinca, dan beberapa obat lini kedua lainnya terbukti berkhasiat,
namun agen ini jarang digunakan pada anak-anak dengan pertimbangan dokter.
Splenektomi juga dapat diberikan pada kasus tidak berespon pada pengobatan lini
pertama dan ITP kronis. (Pratama, BA, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Sheema. 2017. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.


Barbara C. Long. 2015. Perawatan Medikal Bedah. Bandung
Kiswari, Lukman, 2016, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ;
alih Nurarif & Kusuma 2016; Penyebab Idyopathic trombotospenia purpura, Edisi 8,
EGC; Jakarta.
Cecily & sowden 2015, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 20015.
Doenges, Marilynn E, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ;
editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
Tucker, Susan Martin, 2016, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEVIER. NANDA
Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 –2017. Jakarta:
EGC.
Pratama,BA.2016. Immune Thrombocytopenic Purpura.Avalible :
file:///C:/Users/admin/Downloads/785-2182-1-PB.pdf Diakses tanggal 9 Desember 2017
pukul 09.00 WITA
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak ITP
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan sekarang
f. Riwayat kesehatan masa lalu
2) Riwayat Penyakit Sekarang

3) Riwayat Penyakit Keluarga

4) Riwayat Lingkungan

d. Identitas
penanggung
jawab e.
Pemeriksaan
Fisik
f. Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia (penurunan trombosit) (PPNI, 2016).

3. Intervensi

Intervensi keperawatan Risiko perdarahan menurut (Nurarif &


Kusuma, 2015)

disajikan pada table dibawah ini :

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perdarahan

Definisi : Beresiko mengalami penurunan volume darah yang


dapat mengganggu kesehatan

16
17

Anda mungkin juga menyukai