Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENGAJUAN PENCEGAHAN HAZARD

PENGOLAHAN LIMBAH ABU BATU BARA DI PLTU BANDAR


LAMPUNG SEBAGAI PENCEGAHAN POTENSI BAHAYA PADA
LINGKUNGAN HIDUP

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kelistrikan

Oleh :

Hikmah Mulyani / 17721251003

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penggunaan energi listrik untuk keperluan industri maupun masyarakat

sehari-hari semakin meningkat. Hal ini menyebabkan menipisnya cadangan

minyak bumi dan krisis bahan bakar minyak (BBM) sehingga muncul beberapa

penggunaan energi alternatif sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan ini.

Upaya pemerintah dalam mengurangi target subsidi pada BBM dan

mengurangi intensitas emisi “green house gas“, pemerintah telah menyusun

program diversifikasi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar batu bara.

Cadangan batubara yang terdapat di dunia diperkirakan mencapai 984 milyar

ton merupakan cadangan terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang

tersebar di lebih dari 70 negara. Dengan asumsi tingkat produksi pada tahun

2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton pertahun untuk produksi batu bara keras

(hard coal) dan 879 juta ton pertahun untuk batu bara muda (brown coal),

maka cadangan batu bara diperkirakan dapat bertahan hingga 164 tahun.

Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini, minyak diperkirakan akan

habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67 tahun, dimana sebaran

cadangannya pun terbatas yaitu 68% cadangan minyak dan 67% cadangan gas

dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia. Dengan demikian bahan

bakar batu bara dapat menjadi solusi sebagai salah satu alternatif terbesar

bahan bakar pembangkitan listrik.

Pemakaian batubara sebagai sumber energi pada pembangkit listrik

ataupun industri lainnya cukup besar. Pemakaian batubara tersebut


menghasilkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya

ialah dapat menghasilkan energi yang diinginkan dalam jumlah besar.

Sedangkan dampak negatif dalam penggunaan batubara ialah menghasilkan

limbah dari hasil pembakaran batubara tersebut yaitu berupa fly ash (abu

terbang) dan bottom ash (abu dasar). Salah satu penghasil limbah dari proses

pembakaran batubara terbesar dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU). Salah satu PLTU di Indonesia yang menggunakan bahan bakar

batubara yaitu PLTU Tarahan, Lampung. Berdasarkan data yang didapat,

PLTU Tarahan menghasilkan bottom ash sebesar 32.114 ton/tahun sedangkan

fly ash sebesar 17.292 ton/tahun. Selanjutnya dikabarkan dari surat kabar yang

ditulis oleh Subagyo pada 26 Maret 2018, PLTU Gunungsugih Bandarlampung

juga mengalami masalah serupa. Warga Kelurahan Komering Agung

Gunungsugih, Kabupaten Lampung Tengah mengeluhkan limbah batu bara

dari salah satu perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di daerah

tersebut karena mencemari lingkungan warga setempat. Ampas dari

pembakaran batu bara PLTU milik PT Sepoetih Daya Prima itu tidak dibuang,

melainkan hanya ditimbun yang volumenya mencapai puluhan ribu ton.

Besarnya jumlah limbah tersebut akan menimbulkan masalah, terutama

dalam proses pembuangannya karena dapat mencemari lingkungan sekitar, jika

limbah tersebut langsung dibuang ke lingkungan lambat laun akan membentuk

gas metana yang sewaktu-waktu dapat terbakar atau meledak dengan

sendirinya. Selain limbah padat batubara,limbah debu yang dihasilkan batu

bara ternyata juga sangat berbahaya bagi kesehatan. Debu batubara adalah
campuran kompleks berbagai mineral, trace metal dan bahan organik dengan

derajat yang berbeda dari partikulat batubara. Beberapa penelitian

mengungkapkan adanya peningkatan jumlah penderita asma pada anak yang

tinggal di dekat atau jauh dari lokasi banyaknya limbah batubara. Hal itu

mengindikasikan bahwa penyakit akibat debu batubara berhubungan dengan

sifat debu yang mudah terbawa oleh angin. Pencemaran udara akibat proses

pembakaran batubara akan berdampak negatif terhadap paru-paru.

Oleh sebab itu perlu adanya solusi yang tepat dalam menangani limbah

sisa pembakaran batu bara di PLTU. Limbah hasil pembakaran batu bara

memiliki potensi bahaya yang sangat besar apabila tidak ditangani dengan

benar. Proposal ini berusaha memberikan solusi terhadap limbah pembakaran

batubara di PLTU Bandar Lampung dengan melakukan kajian secara teoritis

pada penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan terkait dengan

penanganan limbah hasil pembakaran batu bara.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan proposal pengajuan penceahan potensi bahaya /

hazard yang ditimbulkan oleh sisa pembakaran batu bara pada PLTU adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sisa

pembakaran batu bara.


2. Mengembangkan solusi yang dapat dilakukan sebagai langkah

pencegahan terjadinya bahaya pencemaran lingkungan akibat limbah

batu bara di PLTU Bandar Lampung melalui berbagai kajian ilmiah.

C. MANFAAT PENULISAN

Proposal ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat atau

perusahaan PLTU sebagai salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk

mengatasi potensi bahaya yang mungkin terjadi terhadap lingkungan sekitar

akibat pencemaran limbah sisa pembakaran batu bara PLTU.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LIMBAH BATUBARA

Dikutip dari GreenPeace (2015) saat ini terdapat puluhan Pembangkit

Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara tersebar dan beroperasi di Indonesia,

melepaskan jutaan ton polusi setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu PLTU-

PLTU tersebut mengotori udara kita dengan polutan beracun, termasuk

merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan partikel halus namun beracun, yang

telah menyusup ke dalam paru-paru masyarakat. Polusi udara adalah

pembunuh senyap, menyebabkan 3 juta kematian dini (premature death) di

seluruh dunia, dimana pembakaran Batubara adalah salah satu kontributor

terbesar polusi ini. Polusi udara menyebabkan peningkatan risiko kanker paru-

paru, stroke, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan. Penelitian yang

dilakukan oleh Universitas Harvard tentang dampak polusi udara PLTU

Batubara di Indonesia terhadap kesehatan. Hasil penelitian mengungkap angka

estimasi kematian dini akibat PLTU Batubara yang saat ini sudah beroperasi

mencapai sekitar 6.500 jiwa/tahun di Indonesia. Penelitian serupa jug

dilakukan di berbagai negara Asia lainnya. Meski demikian, pemerinta

Indonesia tetap berencana menambah puluhan PLTU Batubara baru. Jika

rencana tersebut terwujud, korban kematian dini dapat bertambah hingga

15.700 jiwa/tahun di Indonesia dan estimasi total 21.200 jiwa/tahun termasuk

di luar Indonesia. Kematian dini tersebut disebabkan peningkatan resiko


penyakit kronis pada orang dewasa dan infeksi saluran pernapasan akut pada

anak akibat paparan partikel halus beracun dari pembakaran Batubara.

Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahan bakar fosil

Batubara menyumbang 44% dari total emisi CO2 global. Pembakaran Batubara

adalah sumber terbesar emisi gas GHG (green house gas), yang memicu

perubahan iklim. Batubara yang dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO3, kontributo

utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM2.5. Masyarakat ilmiah

dan medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat partikel halus (PM2.5)

dari emisi udara tersebut. PLTU Batubara juga memancarkan bahan kimia

berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen. Berdasarkan beberapa

penelitian yang ada dapat diketahui bahwa batubara memiliki potensi bahaya

yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Namun demikian, batubara

tetap menjadi primadona sebagai bahan bakar utama pada PLTU yang ada di

Indonesia. Ketersediaan batu bara yang masih cukup banyak memungkinkan

terciptanya PLTU-PLTU baru di Indonesia.

Batu bara pada PLTU berfungsi sebagai kompnen bahan bakar utama.

Ada tiga type pembakaran batubara pada industri listrik yaitu dry bottom

boilers, wet-bottom boilers dan cyclon furnace. Apabila batubara dibakar

dengan type dry bottom boiler, maka lebih kurang 80% dari abu meninggalkan

pembakaran sebagai fly ash dan masuk dalam corong gas. Apabila batubara

dibakar dengan wet-bottom boiler sebanyak 50% dari abu tertinggal di

pembakaran dan 50% lainnya masuk dalam corong gas. Pada cyclon furnace,
di mana potongan batubara digunakan sebagai bahan bakar, 70-80 % dari abu

tertahan sebagai boiler slag dan hanya 20-30% meninggalkan pembakaran

sebagai dry ash pada corong gas. Type yang paling umum untuk pembakaran

batubara adalah pembakaran dry bottom.

PLTU merupakan penyumbang terbanyak untuk produksi limbah fly

ash maupun bottom ash karena penggunaan batu-bara sebagai bahan bakar

utamanya. Bahkan seperti PLTU Tarahan yang terdapat di provinsi Lampung

pun demikian. Walaupun bisa dikatakan sebagai pembangkit yang ramah

lingkungan, karena seluruh hasil sisa pembakaran berupa abu terbang dapat

ditangkap sehingga tidak terjadi pencemaran udara. Namun abu terbang yang

tertangkap tetap menjadi limbah yang dapat membahayakan mahluk hidup

disekitarnya karena dengan terus berlangsungnya kegiatan produksi maka abu

terbang yang tertangkap akan terus bertambah bila tidak dilakukan

pemanfaatan limbah abu terbang tersebut maka jumlah yang menumpuk akan

bertambah banyak sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan.

B. MASALAH LINGKUNGAN AKIBAT BATUBARA PLTU

Sisa pembakaran batu bara sangat beresiko untuk membahayakan

kehidupan lingkungan. Sisa-sisa yang terkandung dalam pembekaran batu bara

mengandung zat-zat berbahaya yang tidak ramah lingkungan dan berbahaya

bagi kesehatan tubuh manusia.


Gambar 1. Polusi PLTU

(sumber :GreenPeace (2015))

Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa sumber limbah hasil pembakaran

batubara adalah PLTU. Pembangkit listrik tenaga uap ini menggunakan batu

bara sebagai bahan bakar utama. Sisa pembakaran dari batu bara PLTU

dikeluarkan oleh cerobong asap PLTU. Gas-gas yang dikeluarkan sebagian

besar masih mengandung zat-zat kimia yang berbahaya seperti PM 2.5,

Merkuri, CO2, SO2, NO2, dan masih banyak kandungan zat berbahaya lainnya.

Kandungan-kandungan kimia tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan. Akibat yang

dapat terjadi akibat bahan-bahan kimia tersebut adalah kematian nasional dini yang

diakibatkan oleh hirupan udara kotor oleh manusia, hujan asam, dan perubahan iklim

global. Selanjutnya bahaya abu sisa pembakaran batu bara apabila terhirup oleh

manusia dapat dilihat pada gembar 2.


gambar 2. Akibat abu batubara pada tubuh manusia

(sumber : Green Palace (2015))


Gambar 2 dapat dijelaskan bahaya sisa pembakaran batubara bagi

kesehatan manusia. Organ-organ tubuh yang dapat terganggu akibat kandungan

zat kimiapada sisa pembakaran batu bara diantaranya adalah paru-paru, sistem

peredaran darah, otak, jantung dan gangguan kehamilan. Gangguan yang dapat

terjadi pada organ paru-paru diantaranya adalah kanker paru-paru,serangan

asma, infeksi dan batukserta gangguan perkembangan paru-paru pada anak.

Pada sistem peredaran darah dapat terjadi peradangan, pengentalan darah, dan

gangguan pada tekanan darah. Pada organ otak dapat terjadi stroke, penurunan

IQ, serta penurunan fungsi sistem syaraf. Pada organ jantung dapat

menyebabkan serangan jantung, fluktuasi detak jantung, dan sakit jantung.

Selanjutnya bagi wanita yang sedang hamil dapat terjadi penurunan beratbadan

pada janin, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran prematur, gangguan

perkembangan mental dan fisik janin, kemudian penurunan kualitas sperma

pada pria.

Begitu banyak potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sisa

pembakaran batubara pada PLTU. Oleh sebab itu perlu adanyasolusi yang

tepat untuk masalah ini. PLTU Bandar Lampung memerlukan solusi yang tepat

untuk permasalahan abu batu bara.

C. PENANGANAN LIMBAH BATUBARA

Cadangan batubara yang masih cukup banyak diperkirakan

penggunaanya untuk PLTU akan terus berlangsung bahkan kemungkinan

adanya penambahan PLTU dengan menggunakan energi batu bara. Hal ini
tentunya akan meningkatkan jumlah abu hasil pembakaran batu bara atau fly

ash. Apabila limbah ini tidak dimanfaatkan tentunya akan sangat banyak

merugikan bagi lingkungan kita dan manusia pada khususnya.

Dengan berkembangnya teknologi terutama di bidang ilmu material,

saat ini fly ash mulai mendapat perhatian lebih dari kalangan peneliti. Sebagai

contoh, saat ini material fly ash mulai digunakan sebagai campuran komposisi

semen, bangunan rumah, bahkan digunakan dalam pembuatan aspal jalan.

Namun penggunaannya belum maksimal, untuk PLTU Tarahan sendiri saja fly

ash yang dimanfaatkan hanya 1/3 dari total produksi fly ash perbulan.

Oleh karena itu perlu dicoba untuk mengangkat masalah fly ash

sehingga sifat-sifat fisik dan mekanik yang ada pada fly ash dapat

dimanfaatkan untuk keperluan dunia industri. Walaupun fly ash adalah material

limbah, namun bahan ini masih mempunyai nilai ekonomis yang

menguntungkan bagi kehidupan, yaitu dengan menggunakannya sebagai

campuran atau bahan penguat komposit. Komposit adalah material yang dibuat

dengan penggabungan dua atau lebih bahan penyusun yang berbeda dalam

bentuk dan komposisi bahannya, masing-masing dari bahan tidak larut satu

sama lain. Tujuan dari penggabungan ini adalah untuk memperbaiki sifat-sifat

dasar dari bahan penyusunnya.

1) flue-gas desulfurization (FGD)

Teknologi ini menggunakan batu kapur (Ca(OH)2) sebagai bahan

bakunya. Proses ini dimulai dengan memasukkan gas buang ke fasilitas

FGD. Dalam FGD ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam
gas buang akan teroksidasi oleh oksigen yang kemudian menghasilkan

SO3. Gas buang ini kemudian didinginkan dengan menggunakan air,

sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat

(H2SO4). Asam sulfat ini kemudian direaksikan dengan kapur sehingga

hasil akhirnya adalah gipsum (gypsum). Hasil samping dari FGD disebut

dengan gipsum sintetis yang senyawa kimianya sama dengan gipsum

alam. Gipsum yang dihasilkan sangat bernilai ekonomis, karena dapat

dimanfaatkan untuk keperluan bangunan. Gipsum ini dapat dibuat papan

gipsum (gypsum board) yang dipakai untuk plafon (langit-langit rumah),

dinding penyekat (partition board) dan pelapis dinding (wall board).

2) electeron beam machine (MBE)

Electeron beam machine (MBE) atau mesin berkas elektron pada

prinsipnya bekerja menghasilkan berkas elektron dari filamen logam

tungsten yang dipanaskan. Berkas elektron kemudian difokuskan dan

dipercepat di tabung akselator yang bertegangan dua juta volt. Gas buang

yang mengandung sulfur dan nitrogen diirradiasi dengan berkas elektron

dalam suatu tempat yang mengandung gas amonia, sehingga sulfur dan

nitrogen berubah menjadi amonium sulfat dan amonium nitrat.

Proses ini diawali dengan pendinginan SOx dan Nox dengan

menyemburkan air. Campuran senyawa ini kemudian ditambahkan dengan

gas amonia dan dialirkan dalam tabung pereaksi (vessel). Senyawa yang

mengalir dalam tabung rekasi kemudian diirradiasi dengan berkas

elektron. Kemudian masih dalam pengaruh irradiasi, senyawa ini bereaksi


dengan air sehingga menghasilkan produk antara (intermediate product)

berupa asam sulfat dan asam nitrat. Produk antara ini kemudian bereaksi

dengan amonia sehingga menghasilkan produk akhir berupa amonium

sulfat dan amonium nitrat. Senyawa inilah dimanfaatkan sebagai baha

baku pupuk sulfat dan pupuk nitrogen dengan wujud fisik berupa

kristal/partikel.

Teknologi irradiasi telah dipelajari di Jepang. Penelitian tersebut

dilakukan oleh lembaga penelitian atom Jepang (JAERI) dengan Ebara.

Hasilnya adalah 95% gas SOx dan 85% gas NOx dirubah dengan

menggunakan berkas elektron sebesar 15 kGy. Keuntungan memakai

electeron beam machine (MBE) dalam menjinakkan gas polutan

diantaranya prosesnya dilakukan secara serentak dalam waktu yang

singkat, prosesnya pun adalah proses kering dalam satu tingkat dan hasil

akhirnya berupa bahan baku pupuk yang dapat dimanfaatkan dalam sektor

pertanian.

3) Nanokomposit Titani Nanotube (TiNT)-Graphene

Nanokomposit Titani Nanotube (TiNT)-Graphene yang optimal

untuk mendegradasi kandungan berbahaya di limbah cair batubara menjadi

bahan bakar yang ramah lingkungan. Limbah cair batubara mengandung

senyawa fenol dan turunannya. Kontaminasi fenol pada manusia dapat

menyebabkan sejumlah penyakit diantaranya iritasi, kerusakan hati dan

ginjal, gangguan saraf hingga penyakit kronis yang bersifat karsinogenik

(menyebabkan kanker) dan teratogenik (menyebabkan cacat kelahiran).


Metode yang efektif untuk dapat mendegradasi senyawa fenolik yang

terdapat pada limbah cair batubara agar dapat secara aman dibuang ke

lingkungan dengan menggunakan material lokal yaitu nanokomposit yang

kemudian diuji sedemikian rupa supaya dapat mengdegradasi senyawa

fenolik serta memproduksi hidrogen pada limbah cair batubara.


BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian yang sudah disampaikan maka dapatditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Limbah sisa pembakaran batubara sangat berbahaya bagi lingkungan

dan kesehatan manusia. Organ-organ tubuh manusia yang dapat

terserang akibat limbah sisa pemkaranbatubara adalah paru-paru,

sistem peredaran darah, otak, jantung dan gangguan kehamilan.

2. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya

meminimalisir dampak bahaya sisa pembakaran batu bara yaitu : flue-

gas desulfurization (FGD), electeron beam machine (MBE),

Nanokomposit Titani Nanotube (TiNT)-Graphene.


DAFTAR PUSTAKA

Green Palace. (2015). Ancaman Maut PLTU Batubara. Green Palace: Jakarta.
Hafsari Duta,dkk. (2015). debu batu bara dan kejadian infeksi saluran pernafasan
akut pada pekerja pertambangan batu bara. Jurnal Volume 4
Nomor 9 , Desember 2015.
Iswan. (2010). Penanggulangan Limbah PLTU Batubara. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin. Vol. 1, No. 2, Mei 2010 ISSN : 2085-8817.
Lantara Feru. (2017). UI ciptakan limbah batubara jadi bahan bakar. Surat kabar
online : Antaranews.com.
Munir Misbachul. (2008). Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow
Block Yang Bermutu Dan Aman Bagi Lingkungan. UNDIP :
Semarang.
Subagyo Triono. (2018). Limbah batu bara PLTU Lampung resahkan warga.
Surat kabar online : Antaranews.com.
Yunita Eka. (2017). Analisis potensi dan karakteristik limbah padat fly ash dan
bottom ash hasil dari pembakaran batubara pada pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) PT. Semen tonasa. UIN Allaudin
:Makassar.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal MPP
    Proposal MPP
    Dokumen5 halaman
    Proposal MPP
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • Program Kerja PH
    Program Kerja PH
    Dokumen2 halaman
    Program Kerja PH
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • MidMPP F
    MidMPP F
    Dokumen5 halaman
    MidMPP F
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • Program Kerja PH
    Program Kerja PH
    Dokumen2 halaman
    Program Kerja PH
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • Teknogra
    Teknogra
    Dokumen2 halaman
    Teknogra
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • Proposal MPP
    Proposal MPP
    Dokumen5 halaman
    Proposal MPP
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • MidMPP F
    MidMPP F
    Dokumen5 halaman
    MidMPP F
    hikmah mulyani
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen26 halaman
    Bab IV
    rindang08
    Belum ada peringkat
  • Bab I PDF
    Bab I PDF
    Dokumen10 halaman
    Bab I PDF
    donarohmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I PDF
    Bab I PDF
    Dokumen10 halaman
    Bab I PDF
    donarohmawati
    Belum ada peringkat