Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DISUSUN KELOMPOK 4
YESI NISA AFRIANI
DEBI SEPNI AULIA
ARIF

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Kalimat
Gabungan dari bagian-bagian kalimat akan membentuk suatu kalimat yang mengandung
arti. Adapun bagian-bagian inti kalimat antara lain SPOK :
1.  Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan
merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa
verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a.       Yasmina duduk-duduk di ruang tamu. (kalimat verbal)
b.      Letusan Gunung Merapi keras sekali.( kalimat adjektival)
c.       Ayah saya guru bahasa Indonesia.( kalimat nominal)
d.      Anak kami tiga(kalimat numeral)
e.       Dia dari Medan,(kalimat preposisional)

2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam
pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat
inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain
bisa juga mengisi kedudukan subjek.

3.  Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat
yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika
kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nominal.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a.  Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b.  Adik dibelikan ayah sebuah buku.
Suster ane, ayah, sebuah buku, pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus
pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)

4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah
ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif.
Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut
berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b.   Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
B. POLA KALIMAT DASAR

 Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan untuk membuat berbagai tipe
kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur
kalimat, yaitu S, P, O, Pelengkap dan keterangan.
        Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan
model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat itu tercantum dalam tabel
berikut :
Tipe dan Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
fungsi
1. S-P Orang itu sedang tidur - - -
Saya mahasiswa baru - - -
2.S-P-O Ayahnya mengendarai mobil - -
Rani mendapat baru - -
piagam
3.S-P-Pel Beliau menjadi - ketua koperasi -
Pancasila merupakan - dasar negara -
kita
4.S-P-Ket Kami tinggal - - di Jakarta
Kecelakaan terjadi - - tahun 1999
itu
5.S-P-O- Hasan mengirimi ibunya uang -
Pel Diana mengambilkan adiknya buku tulis -
6.S-P-O- Pak Bejo menyimpan uang - di bank
Ket Beliau memperlakukan kami - dengan baik

C. JENIS KALIMAT

Untuk dapat mengklasifikasikan kalimat, kita dapat menggunakan berbagai kriteria atau
tinjauan. Kriteria-kriteria itu menggambarkan beberapa dikotomi pembagian.

1.      Jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa


Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas
(a) kalimat tunggal,
(b) kalimat bersusun,
(c) kalimat majemuk.

a.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas. Kalimat tunggal sering
disebut kalimat sederhana, kalimat simpleks dan kalimat ekaklausa. Kalimat Tunggal merupakan
kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu
predikat, serta satu keterangan (jika perlu).
Contoh :
1)      (S)             (P)                  (Ket)
   Dia            datang   dari    Jakarta.

2)      (S)            (P)                 (O)
    Dunia     meratapi   musibah ini.
3)      (S)         (P)           (O)          (Ket)
       Dia  sedang menulis  surat  di kamar.

4)      (S)                     (P)
      Kakekku masih  gagah.

5)      (S)                  (P)         (Ket)
    Mereka   bergembira  sepanjang hari.

  Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek
dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang
panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga
ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Erfan berjoget
.                   S          P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:   Aldi sangat malas
.               S          P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas X.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Erfan bernyanyi.

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-
unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali.
Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut
terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu
kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, Ronaldo Luis Nazario de Lima.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan
rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Erfan akan bernyanyi di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Aldi sangat malas dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

D. KALIMAT EFEKTIF
Kemdikbud (2017, hlm. 156) mengungkapkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
menggunakan kaidah/struktur bahasa Indonesia dan pilihan kata baku. Kalimat tidak efektif dapat
membuat pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan keinginan penulis.

Arifin (2008, hlm.89) berpendapat bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan gagasan pada pikiran pembaca atau pendenger sesuai seperti apa
yang ada di dalam pikiran penulisnya.
Tim Kemdikbud (2017, hlm. 156) menjelaskan secara rinci mengenai unsur-unsur kalimat efektif
yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah kalimat efektif. Berikut adalah penjelesannya:

1. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika
bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan selanjutnya juga menggunakan
nomina. Begitu pun dengan verba.

Keparalelan merupakan kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat, misalnya jika
bentuk pertama menggunakan verba, maka bentuk selanjutnya menggunakan verba jua. Jika
nomina, maka selanjutnya pun menggunakan nomina.

Contoh Kalimat yang kurang paralel:

Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya air, dan cara
memanfaatkannya.

Seharusnya (Contoh kalimat paralel):

Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya air dan cara
pemanfaatannya.

2. Kehematan

Berarti menggunakan kata, frasa, atau unsur lain yang hanya dibutuhkan saja sesuai dengan
kebutuhan gagasan pokok penulisnya. Kehematan kata dapat dicapai melalui beberapa cara,
yakni:
1. Menghilangkan pengulangan subjek. Contoh:
Boros: Karena ia tidak di undang maka ia
tidak datang.
Hemat: Karena tidak di undang, ia tidak datang.
2. Menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata. Contoh:
Boros: Ia mengenakan baju warna
Hemat: Ia mengenakan baju kuning.
3. Menghindari kesinoniman dalam suatu kalimat. Contoh:
Boros: Sejak dari tadi dia melamun.
Hemat: Sejak tadi dia melamun.
4. Tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Contoh:
Boros: Tamu-tamu telah datang di tempat undangan.
Hemat: Tamu telah datang di tempat undangan.

3. Kecermatan

Berarti kalimat spesifik mengungkapkan gagasan tertentu dan tidak memberikan tafsiran atau
pengertian lain ketika dibaca.

Contoh:

Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

Contoh di atas menimbulkan pertanyaan apakah yang dimaksud kalimat mahasiswa terkenal atau
justru perguruan tingginya yang terkenal?

Seharusnya:

Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk.1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.

Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai